How to cite:
Risma, Makful, M, R., (2022) Analisis Prevalensi Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada Wanita Yang Telah
Menikah Di Indonesia Melalui Pendekatan Spasial (7) 3, http://dx.doi.org/10.36418/syntax-literate.v6i6
E-ISSN:
2548-1398
Published by:
Ridwan Institute
Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia pISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol.7, No.3, Maret 2022
ANALISIS PREVALENSI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA
WANITA YANG TELAH MENIKAH DI INDONESIA MELALUI
PENDEKATAN SPASIAL
Risma, Martya Rahmaniati Makful
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok Jawa Barat, Indonesia
Abstrak
Penggunaan kontrasepsi saat ini didominasi oleh metode jangka pendek melalui
metode suntikan dan pil. Metode kontrasepsi tersebut berpotensi menyebabkan
ketidakberlanjutan (drop out) jika dibandingkan dengan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP) menggunakan implan atau IUD. Studi ini bertujuan untuk
menganalisis prevalensi penggunaan kontrasepsi pada wanita yang telah menikah di
Indonesia melalui metode spasial. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
kontrasepsi jangka pendek masih menjadi pilihan utama, yaitu suntik 48,51% dan
pil 20,71%. Sedangkan presentase MKJP menggunakan implan 12,96%; IUD
10,39%; MOW/tubektomi 3,68%; kondom 3,27%; dan MOP/vasektomi 0,47%.
Oleh karena itu diperlukan peran pemerintah dalam membina masyarakat untuk
memilih alat kontrasepsi yang efektif dan efisien. Hal ini sangat penting untuk
memberikan hak-hak kesehatan reproduksi dan meningkatkan kesehatan keluarga
Indonesia.
Kata kunci: kontrasepsi; MKJP; drop out; keluarga berencana
Abstract
The use of contraception is currently dominated by short-term methods through
injection and pill methods. This contraceptive method has the potential to cause
discontinuation (drop out) when compared to the Long-Term Contraceptive Method
(MKJP) using an implant or IUD. This study aims to analyze the prevalence of
contraceptive use among married women in Indonesia through spatial methods.
The results obtained indicate that short-term contraception is still the main choice,
namely injections 48.51% and pills 20.71%. While the percentage of MKJP using
implants is 12.96%; IUD 10.39%; MOW/tubectomy 3.68%; condoms 3.27%; and
MOP/vasectomy 0.47%. Therefore, it is necessary for the government's role in
fostering the community to choose effective and efficient contraceptives. This is
very important to provide reproductive health rights and improve the health of
Indonesian families.
Keywords: Contraception; MKJP; drop out; family planning
Risma, Martya Rahmaniati Makful
2 Syntax Literate, Vol.7, No.3, Maret 2022
Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan penduduk tercepat
secara global yang disebabkan oleh rendahnya pemanfaatan alat kontrasepsi (Nations,
2015). Dalam mengatasi permasalahan kepadatan penduduk, pemerintah Indonesia
melakukan berbagai penyuluhan tentang pentingnya program Keluarga Berencana
(KB). KB merupakan upaya sadar yang dilakukan oleh pasangan suami istri untuk
membatasi jumlah anak melalui penggunaan metode kontrasepsi. Baik negara maju
maupun negara berkembang di seluruh dunia telah menunjukkan peningkatan
penggunaan alat kontrasepsi untuk mengontrol populasi (WHO, 2019). Meskipun
metode kontrasepsi telah digunakan secara global, namun penggunaannya masih tidak
optimal, terutama di negara-negara berkembang (Nations, 2015). Di Indonesia,
prevalensi penggunaan kontrasepsi pada wanita yang telah menikah masih rendah dan
bervariasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi meliputi
provinsi tempat tinggal, status ekonomi, dan tingkat pendidikan (Statistik, 2012).
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, persentase kontrasepsi dibagi menjadi
empat kategori, yang meliputi 59,3% wanita menikah berusia 15-49 tahun yang
menggunakan metode kontrasepsi modern (implan, tubektomi, vasektomi, alat
kontrasepsi, kondom, suntikan, dan pil); 0,4% menggunakan cara tradisional (metode
amenore laktasi, berdasarkan penanggalan, dan pencegahan saat intercourse); 24,7%
pernah melakukan KB minimal sekali; dan 15,5% tidak pernah melakukan KB
(Statistik, 2012), (Litbangkes, 2013), (Kemenkes, 2014). Sehingga meskipun jumlah
wanita yang telah menikah dan aktif menggunakan KB mengalami peningkatan, namun
belum dapat meningkatkan prevalensi penggunaan kontrasepsi (Nasional & Nasional,
2017). Salah satu tantangan dalam meningkatkan jumlah peserta KB adalah faktor
kekhawatiran tentang efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi (Nasional &
Nasional, 2017). Penelitian terdahulu mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan
dengan rendahnya penggunaan kontrasepsi di negara berkembang dan menemukan
bahwa lokasi tempat tinggal, pengetahuan, status perkawinan, agama, dan persetujuan
serta dukungan pasangan menjadi faktor penting dalam optimalisasi program KB
(Aviisah et al., 2018). Segala upaya yang dapat meningkatkan kesehatan perempuan
harus dilaksanakan, khususnya mengenai pelayanan kesehatan reproduksi (Hidayati &
Kurniati, 2018). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis prevalensi
penggunaan kontrasepsi pada wanita yang telah menikah di Indonesia melalui metode
spasial.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif melalui pendekatan cross
sectional untuk meninjau prevalensi penggunaan alat kontrasepsi pada wanita yang telah
menikah di Indonesia. Variabel dependen yang diteliti adalah penggunaan alat
Analisis Prevalensi penggunaan alat kontrasepsi pada wanita yang telah menikah Di
Indonesia melalui pendekatan spasial
Syntax Literate, Vol.7, No.3, Maret 2022 3
kontrasepsi, sedangkan variabel independen yang diteliti adalah tingkat prevalensi.
Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan analisis spasial.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji prevalensi penggunaan kontrasepsi pada
wanita yang telah menikah di Indonesia. Data dari BPS menunjukkan bahwa
penggunaan kontrasepsi turun dari 65% pada 2018 menjadi 63% pada 2019 (Lihat
Grafik 1).
Grafik 1
Angka Pemakaian Kontrasepsi (CPR) Semua Cara pada Pasangan Usia 15-49 Tahun
yang Pernah Kawin di Indonesia
Sumber: BPS
Data spasial angka pemakaian kontrasepsi (CPR) pada pasangan usia yang pernah
kawin di Indonesia tahun 2017, 2018, dan 2019 dapat terlihat pada Gambar 1, Gambar
2, dan Gambar 3. Berdasarkan analisis spasial tersebut terlihat bahwa Sumatera Selatan
memiliki presentase penggunaan kontrasepsi tertinggi dengan proporsi 74,37% (2017);
73,07% (2018); dan 71,45% (2019). Hal ini dapat dikaitkan dengan pemberian alat
kontrasepsi gratis yang disalurkan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat di
Sumatera Selatan sejak tahun 2013 (Bappeda Sumsel, 2013). Sedangkan Papua
memiliki presentase pemakaian kontrasepsi terendah dengan proporsi 16,38% (2017);
14,37% (2018); dan 11,87% (2019). Rendahnya angka penggunaan alat kontrasepsi
tersebut dapat dikaitkan dengan faktor lokasi tempat tinggal, tingkat pendidikan, indeks
pendapatan, dan akses informasi.
Risma, Martya Rahmaniati Makful
4 Syntax Literate, Vol.7, No.3, Maret 2022
Gambar 1
Angka Pemakaian Kontrasepsi (CPR) Semua Cara pada Pasangan Usia 15-49 Tahun
pada tahun 2017.
Sumber: BPS
Gambar 2
Angka Pemakaian Kontrasepsi (CPR) Semua Cara pada Pasangan Usia 15-49 Tahun
pada tahun 2018.
Sumber: BPS
Analisis Prevalensi penggunaan alat kontrasepsi pada wanita yang telah menikah Di
Indonesia melalui pendekatan spasial
Syntax Literate, Vol.7, No.3, Maret 2022 5
Gambar 3
Angka Pemakaian Kontrasepsi (CPR) Semua Cara pada Pasangan Usia 15-49 Tahun
pada tahun 2019.
Sumber: BPS
Tren penggunaan kontrasepsi modern selalu didominasi oleh penggunaan
kontrasepsi jangka pendek seperti suntik dan pil (lihat Gambar 4). Penggunaan
kontrasepsi modern relatif berkolerasi dengan tren rata-rata jumlah anak yang lahir dari
setiap wanita usia 15-49 tahun. Ketika pencapaian penggunaan kontrasepsi tidak
menunjukkan peningkatan yang signifikan, maka Angka Kesuburan Total (Total
Fertility Rate/TFR) cenderung konsisten.
Risma, Martya Rahmaniati Makful
6 Syntax Literate, Vol.7, No.3, Maret 2022
Gambar 4
Presentase Peserta KB Aktif menurut Metode Kontrasepsi di Indonesia pada Desember
2021
Sumber: BkkbN
Analisis data spasial metode kontrasepsi di Indonesia pada Desember 2021
melaporkan bahwa penggunaan kontrasepsi melalui suntikan menunjukkan tren
tertinggi dengan presentase 48,51% untuk seluruh provinsi di Indonesia. Tren tersebut
kemudian diikuti oleh metode kontrasepsi menggunakan pil 20,71%; implan 12,96%;
IUD 10,39%; MOW/tubektomi (Metode Operasi Wanita) 3,68%; kondom 3,27%; dan
MOP/vasektomi (Metode Operasi Pria) 0,47% (BkkbN, 2022). Data spasial terkait
persebaran penggunaan alat kontrasepsi dapat dilihat pada Gambar 5, Gambar 6,
Gambar 7, Gambar 8, Gambar 9, Gambar 10, dan Gambar 11.
Gambar 5
Peta Sebaran Peserta KB Aktif menurut Metode Kontrasepsi Suntikan tahun 2021
Sumber: BkkbN
Berdasarkan data sebaran penduduk pesera kontrasepsi aktif menggunakan
suntikan pada Desember 2021 terlihat bahwa presentase Provinsi Jawa Bali (51,46%)
lebih tinggi dibandingkan Luar Jawa Bali (44,59%). Namun, sebaran KB suntik di DKI
Jakarta (36,66%) memiliki presentase lebih rendah dibandingkan Papua (55,24%) dan
Papua Barat (58,15%). Hal tersebut dapat disebabkan penduduk DKI Jakarta cenderung
untuk menggunakan kontrasepsi jangka panjang seperti IUD.
Analisis Prevalensi penggunaan alat kontrasepsi pada wanita yang telah menikah Di
Indonesia melalui pendekatan spasial
Syntax Literate, Vol.7, No.3, Maret 2022 7
Gambar 6
Peta Sebaran Peserta KB Aktif menurut Metode Kontrasepsi Pil tahun 2021
Sumber: BkkbN
Berdasarkan data sebaran penduduk pesera kontrasepsi aktif menggunakan pil
pada Desember 2021 terlihat bahwa presentase Provinsi Jawa Bali (18,48%) lebih
rendah dibandingkan Luar Jawa Bali (24,18%). Hal ini dapat disebabkan oleh
presentase penggunaan pil KB di Kalimantan Barat yang tinggi dan mencapai 48,31%.
Data dari SDKI (2012) menunjukkan bahwa metode KB melalui suntik dan pil
merupakan cara yang paling umum diketahui oleh masyarakat pada setiap golongan
usia. Namun, kontrasepsi menggunakan metode suntikan dan pil kurang efektif dalam
mencegah kehamilan (Litbangkes, 2013).
Risma, Martya Rahmaniati Makful
8 Syntax Literate, Vol.7, No.3, Maret 2022
Gambar 7
Peta Sebaran Peserta KB Aktif menurut Metode Kontrasepsi Implan tahun 2021
Sumber: BkkbN
Berdasarkan data sebaran penduduk pesera kontrasepsi aktif menggunakan implan
pada Desember 2021 terlihat bahwa presentase Provinsi Jawa Bali (10,32%) lebih
rendah dibandingkan Luar Jawa Bali (16,73%). Hal ini dapat disebabkan oleh
presentase penggunaan metode implan di Nusa Tenggara Timur (30,41%) dan Maluku
Utara (30,07%) yang memiliki presentase tinggi. Metode kontrasepsi implan dapat
menjadi pilihan bagi ibu yang sedang menyusui karena aman digunakan selama masa
laktasi. Selain itu, metode implan termasuk kedalam Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP), sehingga melalui penggunaan metode ini dapat mencegah terjadinya
drop out (DO) penggunaan kontrasepsi.
Gambar 8
Peta Sebaran Peserta KB Aktif menurut Metode Kontrasepsi IUD tahun 2021
Sumber: BkkbN
Berdasarkan data sebaran penduduk pesera kontrasepsi aktif menggunakan IUD
pada Desember 2021 terlihat bahwa presentase Provinsi Jawa Bali (12,40%) lebih tinggi
dibandingkan Luar Jawa Bali (7,14%). Hal ini dapat disebabkan jumlah pekerja wanita
di Jawa Bali yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan luar Jawa Bali. Metode IUD
dapat bertahan selama 3-5 tahun dan merupakan salah satu metode MKJP yang paling
sedikit menimbulkan keluhan jika dibandingkan dengan metode suntikan, pil, ataupun
implan.
Analisis Prevalensi penggunaan alat kontrasepsi pada wanita yang telah menikah Di
Indonesia melalui pendekatan spasial
Syntax Literate, Vol.7, No.3, Maret 2022 9
Gambar 9
Peta Sebaran Peserta KB Aktif menurut Metode Kontrasepsi MOW tahun 2021
Sumber: BkkbN
Berdasarkan data sebaran penduduk pesera kontrasepsi aktif menggunakan
metode MOW pada Desember 2021 terlihat bahwa presentase Provinsi Jawa Bali
(3,83%) lebih tinggi dibandingkan Luar Jawa Bali (3,41%). Sterilisasi dengan metode
MOW dilakukan melalui pengangkatan saluran tuba falopi pada wanita. MOW
merupakan metode kontrasepsi permanen. Secara umum metode ini masih jarang
dipergunakan di Indonesia. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor kurangnya
pengetahuan tentang kelebihan kontrasepsi MOW, kurangnya dukungan dari pasangan,
serta pengaruh agama dan kultur budaya. Oleh karena itu diperlukan sosialisasi tentang
kelebihan dan kekurangan MOW untuk meningkatkan pengetahuan dan menarik minat
wanita untuk menggunakannya.
Risma, Martya Rahmaniati Makful
10 Syntax Literate, Vol.7, No.3, Maret 2022
Gambar 10
Peta Sebaran Peserta KB Aktif menurut Metode Kontrasepsi Kondom tahun 2021
Sumber: BkkbN
Berdasarkan data sebaran penduduk pesera kontrasepsi aktif menggunakan
kondom pada Desember 2021 terlihat bahwa presentase Provinsi Jawa Bali (3,02%)
lebih rendah dibandingkan Luar Jawa Bali (3,56%). Secara umum metode ini mulai
ditinggalkan karena tingkat kegagalannya yang tinggi. Kondom juga dapat mengalami
kebocoran apabila pemakaian tidak dilakukan secara benar.
Gambar 11
Peta Sebaran Peserta KB Aktif menurut Metode Kontrasepsi MOP tahun 2021
Sumber: BkkbN
Berdasarkan data sebaran penduduk pesera kontrasepsi aktif menggunakan
metode MOP pada Desember 2021 terlihat bahwa presentase Provinsi Jawa Bali
(0,49%) lebih tinggi dibandingkan Luar Jawa Bali (0,39%). Sterilisasi dengan metode
MOP dilakukan melalui pengangkatan saluran vas deferens pada pria. MOP merupakan
metode kontrasepsi permanen. Metode ini paling sedikit peminatnya di Indonesia. Hal
ini dapat dipengaruhi oleh faktor kurangnya pengetahuan tentang kelebihan kontrasepsi
MOP, kurangnya dukungan dari pasangan, serta pengaruh agama dan kultur budaya..
Melalui data spasial pada Gambar 5 Gambar 11 menunjukkan 69,22%
merupakan kontribusi dari penggunaan kontrasepsi jangka pendek suntik dan pil.
Tingginya penggunaan kontrasepsi jangka pendek berpotensi menimbulkan gap bagi
akseptor untuk berhenti menggunakan kontrasepsi. Hasil SKAP 2018 menunjukkan
bahwa angka penghentian penggunaan kontrasepsi jangka pendek dan kontrasepsi
tradisional sangat rentan jika dibandingkan penggunaan kontrasepsi lanjutan. Hasil
survei Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia 2017 dan SKAP 2018 memperkuat
Analisis Prevalensi penggunaan alat kontrasepsi pada wanita yang telah menikah Di
Indonesia melalui pendekatan spasial
Syntax Literate, Vol.7, No.3, Maret 2022 11
temuan bahwa persentase penghentian penggunaan alat kontrasepsi untuk semua
metode kontrasepsi masing-masing adalah 29% dan 25%. Kontribusi tertinggi terhadap
proporsi penghentian penggunaan kontrasepsi berasal dari kontrasepsi suntik 1 bulan
(46%), kondom (55%) dan pil (31%) (Febriawati, Ekoriano, Angraini, Purwoko, &
Suryani, 2021). Data tersebut menunjukkan diperlukan upaya yang masif dan
berkelanjutan kepada masyarakat agar penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang
semakin diminat.
Studi yang dilakukan oleh (Gafar et al., 2020) menjelaskan beberapa faktor
penting yang mempengaruhi prevalensi penggunaan alat kontrasepsi, yang meliputi:
a. Faktor Usia
Faktor usia mempengaruhi penggunaan kontrasepsi pada wanita menikah.
Penelitian yang dilakukan oleh (Aviisah et al., 2018) dan (Hidayati & Kurniati, 2018)
juga menemukan bahwa wanita yang lebih tua memiliki tingkat kepedulian yang
lebih rendah terhadap penggunaan alat kontrasepsi modern. Temuan ini terkait
dengan tingkat fekunditas yang lebih rendah dan kegiatan seksual yang mulai
menurun (Wai et al., 2020). Manfaat dari penggunaan alat kontrasepsi adalah untuk
menunda kehamilan berikutnya dan membatasi jumlah anak (Nations, 2015), (Al
Kindi & Al Sumri, 2019), (Alsaleem, Khalil, Siddiqui, Alzahrani, & Alsaleem,
2018).
b. Jumlah anak
Wanita dengan jumlah anak lima atau lebih memiliki proporsi lebih tinggi
dalam penggunaan kontrasepsi. Temuan tersebut konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Aviisah et al., 2018) dan (Nketiah-Amponsah, Arthur, & Abuosi,
2012) yang menemukan bahwa penambahan satu anak akan meningkatkan
kecenderungan wanita menikah untuk menggunakan kontrasepsi sebesar 7%-8%.
Studi lain juga menemukan bahwa wanita yang memiliki lebih dari tiga anak akan
cenderung menggunakan alat kontrasepsi (Oluwasanu, John-Akinola, Desmennu,
Oladunni, & Adebowale, 2019), (Wai et al., 2020), (Islam et al., 2016), (Adebowale,
Adedini, Ibisomi, & Palamuleni, 2014). Wanita akan memilih untuk menggunakan
kontrasepsi ketika telah mencapai ukuran keluarga ideal menurut persepsi mereka
(Aviisah et al., 2018). Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan bahwa kematian ibu
meningkat pada wanita yang memiliki lebih dari empat anak (WHO, 2019). Oleh
karena itu, penggunaan kontrasepsi perlu dioptimalkan untuk mengurangi angka
kematian ibu melahirkan (Ganatra & Faundes, 2016).
c. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan juga secara signifikan mempengaruhi penggunaan
kontrasepsi pada wanita yang telah menikah. Data menunjukkan bahwa wanita
dengan pendidikan tinggi lebih cenderung menggunakan kontrasepsi dibandingkan
wanita yang tidak berpendidikan formal (Islam et al., 2016), (Adebowale et al.,
2014), (Oluwasanu et al., 2019). Hal ini disebabkan wanita dengan pendidikan
formal akan memahami tentang pentingnya kualitas seorang anak dibandingkan
Risma, Martya Rahmaniati Makful
12 Syntax Literate, Vol.7, No.3, Maret 2022
kuantitas. Melalui pendidikan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran wanita tentang pentingnya program Keluarga Berencana.
d. Indeks Pendapatan
Indeks pendapatan mempengaruhi penggunaan kontrasepsi diantara wanita
yang telah menikah. Wanita yang berpenghasilan cenderung untuk menggunakan alat
kontrasepsi (Aviisah et al., 2018), (Oluwasanu et al., 2019), (Adebowale et al.,
2014), (Nyarko, 2015), (Johnson, 2017). Pemberian akses kontrasepsi gratis kepada
wanita dengan indeks pendapatan rendah dapat meningkatkan penggunaan alat
kontrasepsi di Indonesia.
e. Akses Informasi
Akses informasi mempengaruhi rasio penggunaan kontrasepsi pada wanita
yang telah menikah. Hal ini disebabkan sebagian besar sumber informasi terkait
penggunaan alat kontrasepsi berasal dari media seperti televisi, radio, internet, berita
lokal, surat kabar, dan majalah. Data menunjukkan bahwa wanita yang menonton
televisi memiliki kecenderungan 1,5 kali lebih besar untuk menggunakan kontrasepsi
dibandingkan wanita yang tidak pernah menonton televisi (Mubashar et al., 2016).
Menonton televisi dapat menambah pengetahuan masyarakat untuk memahami jenis,
manfaat, dan cara penggunaan kontrasepsi secara benar. Meningkatkan sumber
informasi tentang alat kontrasepsi bagi wanita menikah dapat menjadi pendekatan
terbaik untuk mendorong penggunaan alat kontrasepsi, dan menghindari informasi
yang bias dari sumber media yang tidak terpercaya.
Kesimpulan
Sebagian besar pasangan usia subur yang memutuskan untuk menggunakan
kontrasepsi modern cenderung memilih untuk menggunakan metode kontrasepsi suntik
dibandingkan dengan metode kontrasepsi lainnya. Kontrasepsi non-MKJP (Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang) melalui metode suntikan dan pil dianggap kurang efektif
karena berpotensi menyebabkan ketidaklanjutan (drop out). Sehingga diperlukan
sosialisasi agar wanita yang sudah menikah dapat beralih menggunakan metode
kontrasepsi MKJP seperti implan dan IUD. Beberapa faktor yang mempengaruhi
pemilihan jenis kontrasepsi antara lain: penyuluhan yang kurang efektif dan efisien
kepada reseptor mengenai penggunaan kontrasepsi, keterbatasan alat kontrasepsi, dan
beberapa program yang tidak tepat sasaran. Para pengambil kebijakan perlu
mewaspadai fenomena tersebut, dimana wanita yang sebelumnya menggunakan metode
kontrasepsi jangka panjang memiliki kemungkinan untuk mengubah metode
kontrasepsinya menjadi kontrasepsi suntik, terutama di fasilitas kesehatan di sektor
swasta dan fasyankes. Peran pemerintah dalam membina masyarakat dalam memilih
alat kontrasepsi yang efektif dan efisien sangat penting untuk memberikan hak-hak
kesehatan reproduksi dan meningkatkan kesehatan keluarga Indonesia. Analisis lebih
lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi lebih lanjut kualitas layanan KB di titik-titik
pemberian layanan untuk mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan perempuan mengenai pilihan kontrasepsi mereka.
Analisis Prevalensi penggunaan alat kontrasepsi pada wanita yang telah menikah Di
Indonesia melalui pendekatan spasial
Syntax Literate, Vol.7, No.3, Maret 2022 13
BIBLIOGRAFI
Adebowale, Stephen A., Adedini, Sunday A., Ibisomi, Latifat D., & Palamuleni, Martin
E. (2014). Differential effect of wealth quintile on modern contraceptive use and
fertility: evidence from Malawian women. BMC Womens Health, 14(1), 1
13.Google Scholar
Al Kindi, Rahma Mohamed, & Al Sumri, Hana Harib. (2019). Prevalence and
sociodemographic determinants of contraceptive use among women in Oman.
Eastern Mediterranean Health Journal, 25(7), 495502. Google Scholar
Alsaleem, Mohammed A., Khalil, Shamsun N., Siddiqui, Aesha F., Alzahrani, Maha
M., & Alsaleem, Safar A. (2018). Contraceptive use as limiters and spacers among
women of reproductive age in southwestern, Saudi Arabia. Saudi Medical Journal,
39(11), 1109. Google Scholar
Aviisah, Philomina Akadity, Dery, Samuel, Atsu, Benedicta Kafui, Yawson, Alfred,
Alotaibi, Refah M., Rezk, Hoda Ragab, & Guure, Chris. (2018). Modern
contraceptive use among women of reproductive age in Ghana: analysis of the
20032014 Ghana demographic and health surveys. BMC Womens Health, 18(1),
110. Google Scholar
Febriawati, Henni, Ekoriano, Mario, Angraini, Wulan, Purwoko, Edi, & Suryani, Iis.
(2021). Contraceptive Choice Among Couples of Childbearing Age (PUS) in
Bengkulu Province. Jurnal Biometrika Dan Kependudukan, 10(2), 202214.
Google Scholar
Gafar, Alfian, Suza, Dewi Elizadiani, Efendi, Ferry, Has, Eka Mishbahatul Marah,
Pramono, Ahmad Putro, & Susanti, Ika Adelia. (2020). Determinants of
contraceptive use among married women in Indonesia. F1000Research, 9. Google
Scholar
Ganatra, Bela, & Faundes, Anibal. (2016). Role of birth spacing, family planning
services, safe abortion services and post-abortion care in reducing maternal
mortality. Best Practice & Research Clinical Obstetrics & Gynaecology, 36, 145
155. Google Scholar
Hidayati, Destia Wahyu, & Kurniati, Lenny. (2018). The influence of self regulated
learning to mathematics critical thinking ability on 3d-shapes geometry learning
using geogebra. JIPM (Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika), 7(1), 4048.
Google Scholar
Islam, Ahmed Zohirul, Mondal, Md Nazrul Islam, Khatun, Mt Laily, Rahman, Md
Mosiur, Islam, Md Rafiqul, Mostofa, Md Golam, & Hoque, Md Nazrul. (2016).
Prevalence and determinants of contraceptive use among employed and
unemployed women in Bangladesh. International Journal of MCH and AIDS, 5(2),
92. Google Scholar
Risma, Martya Rahmaniati Makful
14 Syntax Literate, Vol.7, No.3, Maret 2022
Johnson, Ofonime E. (2017). Determinants of modern contraceptive uptake among
Nigerian women: evidence from the national demographic and health survey.
African Journal of Reproductive Health, 21(3), 8995. Google Scholar
Kemenkes, R. I. (2014). Situasi dan Analisis Keluarga Berencana. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 8. Google Scholar
Litbangkes, Badan. (2013). Riset kesehatan dasar 2013. Jakarta Http://Www. Litbang.
Depkes. Go. Id/Sites/Download/Rkd2013/Laporan_Riskesdas201, 3. Google
Scholar
Nasional, Badan Perencanaan Pembangunan, & Nasional, Badan Perencanaan
Pembangunan. (2017). Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019. Jakarta: Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional. Google Scholar
Nations, U. (2015). Trends in Contraceptive Use Worldwide. Obtenido de The
Department of Economic and Social Affairs. Google Scholar
Nketiah-Amponsah, Edward, Arthur, Eric, & Abuosi, Aaron. (2012). Correlates of
contraceptive use among Ghanaian women of reproductive age (15-49 years).
African Journal of Reproductive Health, 16(3), 154169. Google Scholar
Nyarko, Samuel H. (2015). Prevalence and correlates of contraceptive use among
female adolescents in Ghana. BMC Womens Health, 15(1), 16. Google Scholar
Oluwasanu, Mojisola M., John-Akinola, Yetunde O., Desmennu, Adeyimika T.,
Oladunni, Opeyemi, & Adebowale, Ayo S. (2019). Access to information on
family planning and use of modern contraceptives among married Igbo Women in
Southeast, Nigeria. International Quarterly of Community Health Education,
39(4), 233243. Google Scholar
Statistik, Badan Pusat. (2012). Survei demografi dan kesehatan Indonesia 2012.
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Wai, Myint Myint, Bjertness, Espen, Htay, Thein Thein, Liabsuetrakul, Tippawan,
Myint, Aye Nyein Moe, Stigum, Hein, & Sundby, Johanne. (2020). Dynamics of
contraceptive use among married women in North and South Yangon, Myanmar:
findings from a cross-sectional household survey. Contraception: X, 2,
100015.Google Scholar
WHO. (2019). Family planning/Contraception. Geneva.
Analisis Prevalensi penggunaan alat kontrasepsi pada wanita yang telah menikah Di
Indonesia melalui pendekatan spasial
Syntax Literate, Vol.7, No.3, Maret 2022 15
Copyright holder:
Risma, Martya Rahmaniati Makful (2022)
First publication right:
Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia
This article is licensed under: