Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 3, Maret 2022
PENGEMBANGAN
MODUL KRISTIK APLIKASI DITENUN
�
Arlinta Christy Barus, Johannes Harungguan
Sianipar, Nico Gorga Soros Panjaitan, Ruthya P D Aruan, Reynaldo Hutahaean,
Carina Lingga
Fakultas Informatika dan Teknik Elektro, Institut Teknologi Del, Sumatera Utara, Indonesia
Email: [email protected]@students.del.ac.id, [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
DiTenun adalah
perangkat cerdas yang menghasilkan motif nusantara yang dirancang untuk
menghasilkan motif ulos baru tanpa meninggalkan nilai pada motif yang
sebelumnya. Selain itu, DiTenun juga dapat menghasilkan lembar kerja kristik berupa
gambar kotak�kotak yang memudahkan penenun menerjemahkan gambar motif Ulos ke
dalam kain. Namun modul kristik DiTenun masih memiliki beberapa kelemahan,
yaitu gambar kristik yang dihasilkan memiliki warna yang lebih gelap dari motif
asli dan memiliki banyak gradasi warna yang bukan merupakan warna asli motif.
Pada penelitian ini juga akan melakukan pengembangan pada modul ini dengan
menghasilkan gambar kristik hitam putih. Analisis penyebab kelemahan tersebut dilakukan dengan cara observasi
dan pengujian terhadap modul krisik DiTenun. Berdasarkan analisis yang
dilakukan, gambar kristik yang terlihat gelap disebabkan oleh nilai parameter
transparansi dan penggunaan warna DMC. Gradasi warna pada gambar kristik disebabkan
oleh terlalu banyak jumlah warna yang digunakan untuk menghasilkan gambar
kristik serta pengggunaan warna DMC juga menyebabkan warna-warna gambar kristik
memiliki warna yang berbeda dengan motif asli. Beberapa alternatif ditemukan untuk memperbaiki
beberapa kelemahan modul kristik DiTenun, diantaranya mengubah nilai parameter
transparansi menjadi 100 dan tidak menggunakan warna DMC untuk menghasilkan
gambar kristik yang memiliki warna yang lebih terang dan warna yang dihasilkan
mirip dengan motif asli. Alternatif untuk memperbaiki gradasi warna gambar
kristik adalah dengan mengontrol jumlah warna agar tidak memuncukan terlalu
banyak warna. Selain itu, warna DMC yang sebelumnya digunakan sebaiknya tidak
digunakan agar warna yang dihasilkan lebih seragam. Alternatif untuk
menghasilkan gambar kristik hitam putih adalah denga menggunakan teknik
segmentasi watershed dan penggunaaan warna grayscale
Kata Kunci: ditenun, kristik,
kelemahan, alternatif
Abstract
DiTenun is an
intelligent device that produces archipelago motifs designed to produce new
Ulos motifs without leaving value on the previous motif. In addition, DiTenun can also produce cross stitch work sheets in the
form of boxes that make it easier for the weaver to translate Ulos motif images
into the fabric. However, DiTenun cross stitch module
still has several weaknesses, namely the resulting cross stitch image has a
darker color than the original motif and has many color gradations which are
not the original colors of the motif. This research will also develop this module
by producing a black and white cross stitch image. Analysis of the causes of
these weaknesses was carried out by observing and testing the cross stitch module DiTenun
application. Based on the analysis carried out, the cross
stitch image that appears dark is caused by parameter values of
transparency and use of DMC colors. The color gradation in the cross stitch image is caused by too many colors used to
produce the cross stitch image and the use of the DMC color also causes the
colors of the cross stitch to have different colors with the original motif. Several
alternatives were found to correct some of the weaknesses of the cross stitch module DiTenun
Application, including changing the transparency parameter value to 100 and not
using DMC colors to produce a cross stitch image that has a lighter color and
the resulting color is similar to the original motif. The alternative to
improving the color gradation of a cross stitch is to control the number of
colors so as not to appear too many colors. In addition, the color of the DMC
that was previously used should not be used so that the resulting color is more
uniform. The alternative to producing a black and white cross stitch image is
to use watershed segmentation techniques and the use of grayscale colors.
Keywords:� Woven, Kristik, Weakness, Alternative
Pendahuluan
Indonesia adalah salah satu negara yang
menghasilkan seni tenun yang terbesar terutama dalam hal keanekaragaman
hiasanya (Kartiwa, 2007).
Tenun merupakan hasil keterampilan yang diturunkan dari generasi ke generasi
yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia seperti daerah Sumatera, Jawa
dan Kalimantan (Takari, 2009). Indonesia memiliki
beragam jenis tenun yang berasal dari berbagai daerah,
salah satunya dari Sumatera
Utara yaitu Ulos.
Hasil tenun Ulos tersebut memiliki pola atau pattern pada permukaannya. Pola tersebut memiliki motif yang berbeda-beda pada
setiap bagian termasuk ukuran besar atau kecil dari motif tersebut. Pembuatan
motif atau pola tersebut tidaklah sederhana. Penenun harus memakai intuisi atau
rumus sederhana yang mereka buat untuk membentuk pola-pola yang beraneka ragam
DiTenun adalah sebuah piranti cerdas dalam bentuk aplikasi mobile yang berguna untuk menghasilkan
motif baru yang berfokus pada tenun nusantara (Barus et al., 2015). DiTenun diharapkan
mampu membantu para penenun untuk menghasilkan motif tenun yang baru tanpa
menghilangkan corak khas dari motif yang lama. Saat ini DiTenun mampu menghasilkan motif baru untuk tenun Ulos.
�Selain
menghasilkan motif Ulos baru,
DiTenun juga menghasilkan modul lembar kerja
berupa kristik dalam bentuk gambar
digital. Modul kristik yang telah
dibangun memiliki kemampuan untuk menciptakan gambar hasil generate
Ulos dalam bentuk pixel. Oleh karena
itu, hasil gambar kristik digital terlihat seperti pola-pola persegi dengan ukuran yang sama, horizontal maupun vertical.
Pada hasil hasil
uji coba DiTenun yang telah dilakukan oleh penulis, masih terdapat beberapa kelemahan
pada modul kristik yang telah diimplementasikan sebelumnya (Purba et al., 2020). Beberapa
diantaranya yaitu masih terdapat gradasi warna sehingga menghasilkan warna lain
yang bukan warna asli. Selain itu, warna gambar kristik digital yang dihasilkan
kurang mirip dengan motif aslinya dan terlihat sedikit lebih gelap (Lihat
Gambar 1).
Gambar
1
Kristik Digital DiTernun
Berdasarkan
penelitian terbaru yang telah dilakukan tim DiTenun, ternyata penenun lebih
mudah untuk menerjemahkan gambar kristik digital ke kain tenun jika warna
gambar kristik digital hanya memiliki dua warna yaitu hitam dan putih. Dengan
warna hitam dan putih, penenun akan lebih mudah mengikuti pola serta menghitung
kotak � kotak gambar kristik digital dalam pengerjaan proses tenun untuk
menghasilkan Ulos yang diinginkan. Untuk menentukan warna Ulos yang akan
ditenun, penenun akan melihat serta menyesuaikan warna asli pada motif Ulos
yang telah dihasilkan pada aplikasi DiTenun. Pada Tugas Akhir ini, penulis akan
berfokus untuk memperbaiki fungsi dari modul kristik DiTenun yang telah diimplementasikan
(Purba et al., 2020). Modul kristik yang akan dikembangkan oleh penulis
akan mengubah warna dari gambar kristik menjadi warna hitam putih.
Metode Penelitian
Penelitian
ini dilakukan untuk optimasi gradasi warna pada aplikasi DiTenun. Untuk
mendapatkan hasil yang baik, diperlukan langkah-langkah penelitian yang tepat
dan berurutan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi peneliti
dalam pembuktian kebenaran, analisa, dan perbaikan kesalahan yang juga berguna
bagi pengembangan selanjutnya. Metoda penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1.
Teknik Pengumpulan
Data
�
Studi Literatur
Studi Literatur yang tediri dari studi literature melalui media cetak (buku, majalah, surat kabar, laporan
penelitian, konsep TA),
media elektronik (internet, televisi)
dan lain-lain.
�
Wawancara
Melakukan wawancara langsung terhadap narasumber atau orang-orang yang berkompeten
dan ahli dibidang yang berhubungan dengan objek perancangan, sehingga didapatkan data-data atau masukan sebagai
gambaran terhadap objek perancangan
2.
Dokumentasi data set, pengumpulan foto-foto
atau gambar yang berkaitan dengan survey lapangan pada berbagai tenun sebagai pendukung
data lapangan.
3.
Analisis masalah dan pengusulan
solusi teknik atau metoda �perbaikan
modul kristik yang akan diuji coba.
4.
Eksperimen dilakukan dengan diawali dengan penyusunan rancangan eksperimen, pengajuan hipotesis, pelaksanaan eksperimen, pengumpulan hasil, pengolahan data, analisis data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil dan Pembahasan
Eksperimen dilakukan
terhadap beberapa jenis motif Ulos yang telah disediakan oleh PT. Digital Tenun
Nusantara. Jenis Ulos yang akan
digunakan seperti Sadum, Ragihidup, Bintang Maratur, Harurungan, Ragihotang, dan Sibolang. Setiap Ulos terdiri dari beberapa motif dengan pola-pola tertentu yang digunakan penulis sebagai sampel untuk melakukan
eksperimen. Pola-pola utama biasanya terdiri dari bentuk
geometris, seperti wajik, segitiga, zig-zag, mata panah, dan yang natural, seperti sulur.
Data
collection
motif DiTenun merupakan hasil cropping dari berbagai jenis
Ulos yang hampir sebagian besar berukuran kecil.
Penulis menggunakan
dua kriteria dalam memilih motif Ulos yang akan digunakan untuk melakukan percobaan, yaitu:
�
Jumlah warna
Setiap motif Ulos memiliki jumlah warna yang berbeda � beda dengan motif lainnya. Jumlah warna maupun banyak
warna pada sebuah motif akan mempengaruhi gambar kristik yang dihasilkan. Kriteria banyak warna dipilih
karena berpengaruh pada masalah gradasi warna yang merupakan salah satu kelemahan aplikasi DiTenun saat ini. Penulis
akan menggunakan motif dengan variasi jumlah warna yang berbeda � beda, misalnya sedikit, sedang, dan banyak. Kelompok warna sedikit terdiri dari 1-3 warna, warna sedang teridiri
dari 4-6 warna dan warna banyak terdiri
dari 6�8 warna
�
Kerumitan pola
Setiap Ulos memiliki
variasi pola maupun bentuk dalam
sebuah motif. Motif dapat berawal dari bentuk
kecil seperti titik, garis kemudian meluas menjadi bidang yang sederhana hingga berkembang menjadi bentuk geometris dengan pola yang lebih rumit. Ada motif yang memiliki pola sederhana namun terdapat pula motif yang memiliki pola yang lebih rumit. Kriteria
kerumitan pola dipilih karena berpengaruh dalam menghasilkan gambar kristik hitam putih.
Kristik hitam putih akan menampilkan
warna grayscle pada gambar kristik dimana jika motif semakin rumit maka
akan semakin rumit juga proses pewarnaan kristik. Penulis akan menggunakan beberapa motif dengan tingkat kerumitan pola yang berbeda � beda dalam melakukan
eksperimen, yaitu pola sederhana, sedang, dan rumit.
Desain tahapan
dalam melakukan eksperimen dirancang agar proses pencapaian tujuan penelitian dapat berjalan dengan terarah. Eksperimen yang akan dilakukan pada Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut.
1) Eksperimen memperbaiki
gambar kristik yang gelap
2) Eksperimen memperbaiki
gradasi warna
3) Eksperimen menghasilkan
gambar kristik hitam putih
Tahapan penelitian
dilakukan secara paralel dimana setiap eksperimen dapat dilakukan dengan tidak sekuensial
ataupun berurutan. Setiap eksperimen tidak memiliki ketergantungan dengan eksperimen yang lain sehingga percobaan dapat dilakukan tanpa adanya urutan maupun
prioritas tertentu.
Penulis memiliki
beberapa alternatif dalam mendesain eksperimen memperbaiki gambar kristik yang gelap sebagai berikut.
Alternatif 1: Mengubah
nilai parameter transparansi
gambar kristik.
Berdasarkan analisis
yang dilakukan oleh penulis,
gambar kristik yang terlihat gelap disebabkan oleh nilai transparansi pada fungsi imagecopymerge().
Berikut merupakan potongan kode fungsi
imagecopymerge().
Imagecopymerge
(resource $dst_im, resource $src_im,
int $dst_x, int $dst_y, int
$src_x, int $src_y, int $src_w, int $src_h, int $pct) : bool |
Imagecopymerge () merupakan
fungsi yang berguna untuk menyalin dan menggabungkan bagian dari suatu gambar.
Fungsi ini menyalin bagian src_im ke dst_im
mulai dari x, y koordinat src_x, src_y dengan lebar
src_w dan tinggi src_h. Bagian yang ditentukan akan disalin ke
koordinat x, y, dst_x dan dst_y.
Penulis melakukan
percobaan terhadap beberapa gambar motif, mengunakan persentasi transparansi dengan nilai 60, 70, 80, 90 dan 100 sehingga
gambar kristik yang dihasilkan dapat dibandingkan kecerahannya dengan gambar asli.
Jika menggunakan nilai persentasi kurang dari 60 dengan batas minimum 0 akan menghasilkan gambar kristik yang lebih gelap.
Alternatif 2: Tidak
menggunakan warna DMC
Selain faktor
fungsi transparansi yang menyebabkan gambar kristk menjadi lebih mirip, penulis
juga menemukan faktor lain
yang membuat gambar kristik kurang mirip dengan warna
aslinya. Faktor tersebut dikarenakan modul kristik menggunakan
warna DMC untuk menghasilkan gambar kristik. Warna � warna DMC yang disediakan kurang banyak, sehingga warna asli motif tidak menemukan nilai rgb yang sama pada list warna
DMC. Karena tidak menemukan
nilai rgb yang sama dengan motif asli, maka akan
menggunakan nilai rgb yang terdekat. Oleh karena itu, terdapat
beberapa gambar kristik yang tidak memiliki warna yang sama dengan motif asli. Untuk mengatasi
hal tersebut, penulis tidak akan
menggunakan warna DMC untuk pewarnaan gambar kristik.
Penulis memiliki
beberapa alternatif dalam mendesain eksperimen memperbaiki gradasi warna sebagai
berikut.
Alternatif 1: Melakukan
image preprocessing
Untuk mengurangi
gradasi warna pada gambar kristik penulis mencoba melakukan proses image
preprocessing yaitu
image denoising. Proses ini dilakukan
untuk menghilangkan noise
yang ada pada gambar, bila mana menjadi penyebab adanya gradasi warna atau
warna lain pada hasil gambar kristik. Pada proses image denoising ini
penulis akan menggunakan library dari OpenCV dengan fungsi cv.fastNlMeansDenoisingColored ($src,
$dst, $h, $hColor, $templateWindowSize, $searchWindowSize).
Alternatif 2: Mengontrol
jumlah colorAmount gambar kristik
Untuk menghasilkan
gambar kristik dengan warna yang lebih seragam dan tidak terdapat bayangan akibat gradasi warna, maka penulis telah
melakukan analisis yang lebih dalam terhadap
fungsi PHP pada modlul kristik DiTenun. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh penulis, permasalahan gambar kristik yang terlihat gelap disebabkan oleh terlalu banyaknya jumlah warna yang ditampung oleh fungsi imageTrueColorToPalette().
Pada createImages.php,
mulai dari baris 77 sampai baris 107 berfungsi untuk mengubah warna menjadi yang tersedia di palet DMC. Warna DMC adalah warna yang sering digunakan oleh penenun untuk membuat kristik
terutama untuk membuat kristik dari foto, benang
ini menyediakan rentang dan gradasi warna yang sangat lebar dan bervariasi. Biasanya warna DMC memilikin variasi warna sebanyak
454 warna. Variasi warna DMC dapat digunakan oleh penenun dari semua tingkat
keterampilan dan dengan semua teknik tenun.
Variasi Warna DMC adalah benang multi-warna yang memukau yang memungkinkan penenun membuat warna yang agak halus.
Pada parameter ketiga
fungsi imagetruecolortopalette() mengatur jumlah
warna maksimum yaitu parameter colorAmount. Pada
implementasi modul kristik, nilai variabel colorAmount� adalah
50 sehingga dapat menampung warna yang sangat banyak dengan jumlah
warna maksimal 50. Oleh karena itu, gambar
kristik yang dihasilkan terdapat bayangan warna maupun gradasi
warna karena menampung banyak warna.
Alternatif 3: Tidak
menggunakan warna DMC
Berdasarkan analisis
yang telah dilakukan penulis, penggunakan warna DMC untuk pewarnaan gambar kristik dapat menyebabkan
gradasi warna. Selain itu akan
muncul warna � warna lain yang bukan warna asli dan juga menyebabkan warna asli motif kurang mirip dengan warna
kristik yang dihasilkan. List warna DMC
pada modul kristik tidak cukup untuk
menghasilkan gambar kristik yang baik. Terdapat beberapa warna motif asli yang tidak memiliki nilai rgb yang sama dengan warna
pada list DMC sehingga
program akan mengambil warna dengan nilai
rgb yang terdekat. Oleh karena itu gambar
kristik yang dihasilkan terdapat gradasi dan warna yang kurang mirip dengan motif asli. Pada pengembangan modul kristik ini,
penulis akan langsung menghasilkan gambar kristik menggunakan warna asli motif tanpa menggunakan warna DMC untuk proses pewarnaan gambar kristik.
Penulis memiliki
beberapa alternatif dalam mendesain eksperimen membuat kristik hitam putih
sebagai berikut.
Alternatif 1: Menggunakan
teknik segmentasi watershed
Untuk membuat
kristik hitam putih, penulis akan menggunakan teknik segementasi watershed (Panggabean, 2018).
Setelah motif asli melalui proses segmentasi maka akan menghasilkan
gambar motif hitam putih dan selanjutnya akan masuk ke
proses kristik. Segmentasi dilakukan dengan menggunakan library OpenCV, yaitu
dengan fungsi cvtColor($fileGambar, $cv.COLOR_BGR2GRAY) dimana
parameter $fileGambar adalah
gambar yang akan diproses dan $cv.COLOR_BGR2GRAY adalah
parameter untuk mengubah warna segmentasi menjadi grayscale.
Alternatif 2: Menggunakan
warna grayscale
Untuk pilihan
kristik hitam putih, penulis akan menggunakan warna monokromatik dari hitam menjadi
putih yaitu grayscale. Gambar grayscale adalah gambar
yang nilai intensitas pikselnya berdasarkan derajat keabuan. Oleh karena itu, gambar
grayscale hanya
memiliki warna abu-abu dan tidak berwarna. Gambar grayscale hanya memiliki satu nilai
kanal pada setiap pikselnya, artinya nilai dari Red = Green = Blue. Nilai-nilai
tersebut digunakan untuk menunjukkan intensitas warna.� Gambar yang ditampilkan
dari gambar jenis ini terdiri
atas warna abu-abu, bervariasi pada warna hitam pada bagian yang intensitas terlemah dan warna putih pada intensitas terkuat. Pada gambar grayscale warna
bervariasi antara hitam dan putih, tetapi variasi warna diantaranya sangat banyak. Variasi warna yang digunakan penulis adalah sebanyak 256 warna.
Metode evaluasi
eksperimen yang akan digunakan adalah dengan mengevaluasi secara kasat mata.
Penulis menggunakan metode kuesioner kepada para responden untuk melakukan evaluasi terhadap pengembangan modul kristik aplikasi DiTenun. Responden yang akan
melakukan evaluasi adalah mahasiswa/i Institut Teknologi
Del sebanyak 20 orang untuk
mendapatkan hasil survei yang lebih valid.
Cara penilaian
untuk memperbaiki gambar kristik yang gelap adalah responden
akan memilih nilai transparansi terbaik yaitu 60,70, 80, 90, dan
100 dan memilih apakah menggunakan warna DMC atau tidak. Responden
akan diberikan masing �
masing 10 gambar untuk setiap alternatif.
Penilaian untuk
memperbaiki gradasi warna pada gambar kristik yaitu responden
memilih apakah menggunakan image
preprocessing atau
tidak, memilih 3 nilai colorAmount terbaik, dan memilih apakah menggunakan warna DMC atau tidak. Responden akan diberikan 15 jenis gambar dengan
masing � masing tiga jenis kelompok warna, yaitu sedikit, sedang, dan banyak
Adapun cara
penilaian untuk kristik hitam putih
yang dilakukan adalah memberikan grade 1 � 5 dengan keterangan sebagai berikut.
1= Sangat Jelek
2= Jelek
3= Cukup
4= Bagus
5= Sangat Bagus
Untuk mendapat
hasil kesimpulan dari data yang diperoleh, penulis akan melakukan
perhitungan dengan menggunakan pendekatan statistika, yaitu modus sesuai dengan studi
literatur yang telah dilakukan penulis. Modus adalah nilai yang memiliki frekuensi terbanyak dalam seperangkat data. Modus untuk
data tunggal dapat ditentukan dengan mengelompokkan nilai data yang sama, kemudian kelompok nilai data yang paling banyak adalah modus data tersebut.
Pada subbab
ini dijelaskan mengenai hasil eksperimen yang telah dilakukan penulis menggunakan inputan motif tenun Ulos.
Alternatif 1: Pada eksperimen ini akan menggunakan beberapa nilai persentasi transparansi, yaitu 60, 70, 80, 90, dan 100. Eksperimen
ini masih menggunakan warna DMC untuk proses pewarnaan gambar kristik. Tabel 3 di bawah ini merupakan hasil
eksperimen memperbaiki gambar kristik yang gelap dengan alternatif
mengubah nilai transparansi.
Tabel 1
Hasil Eksperimen
Menggunakan Beberapa Nilai Persentasi Transparansi Gambar Kristik Dengan Menggunakan Warna DMC
Motif Asli |
Nilai Transparansi = 60 |
Nilai Transparansi = 70 |
Nilai Transparansi = 80 |
Nilai Transparansi = 90 |
Nilai Transparansi = 100 |
Alternatif 2: Eksperimen
ini akan tetap menggunakan beberapa nilai transparansi, yaitu 60, 70, 80,
90, dan 100 namun tidak menggunakan warna DMC untuk proses pewarnaan gambar kristik. Tabel 4 di bawah ini merupakan hasil
eksperimen memperbaiki gambar kristik yang gelap dengan alternatif
tidak menggunakan warna DMC.
Tabel 2
Hasil Eksperimen Menggunakan Beberapa Nilai Persentasi Transparansi Gambar Kristik Tanpa Menggunakan
Warna DMC
Motif Asli |
Nilai Transparansi = 60 |
Nilai Transparansi = 70 |
Nilai Transparansi = 80 |
Nilai Transparansi = 90 |
Nilai Transparansi = 100 |
Alternatif 1: Pada eksperimen di bawah ini akan melakukan
image preprocessing yaitu image denoising untuk mengurangi
gradasi warna pada gambar kristik dengan beberapa kelompok warna yaitu sedikit sedang
dan banyak dengan menggunakan jumlah warna dan ukuran kotak yang sama. Tabel 5 di bawah ini merupakan hasil
eksperimen memperbaiki gradasi warna menggunakan
image denoising kelompok
warna sedikit.
Tabel 3
Hasil Eksperimen Memperbaiki Gradasi Warna Menggunakan Image Denoising Kelompok
Warna Sedikit
Motif Tanpa Image
Denoising |
Motif Menggunakan Image
Denoising |
Kristik Motif Tanpa Image
Denoising |
Kristik Motif Menggunakan Image
Denoising |
Tabel 6 di bawah
ini merupakan hasil eksperimen memperbaiki gradasi warna menggunakan image denoising kelompok
warna sedang.
Tabel 4
Hasil Eksperimen Memperbaiki Gradasi Warna Menggunakan Image Denoising Kelompok
Warna Sedang
Motif Tanpa Image
Denoising |
Motif Menggunakan Image
Denoising |
Kristik Motif Tanpa Image
Denoising |
Kristik Motif Menggunakan Image
Denoising |
Tabel 7 di bawah
ini merupakan hasil eksperimen memperbaiki gradasi warna menggunakan image denoising kelompok
warna banyak.
Tabel 5
Hasil Eksperimen Memperbaiki Gradasi Warna Menggunakan Image Denoising Kelompok
Warna Banyak
Motif Tanpa Image
Denoising |
Motif Menggunakan Image
Denoising |
Kristik Motif Tanpa Image
Denoising |
Kristik Motif Menggunakan Image
Denoising |
Alternatif 2: Pada eksperimen di bawah ini akan memperbaiki
garadasi warna kristik dengan mengontrol colorAmount dengan menggunakan beberapa nilai jumlah warna. Penulis
akan menggunakan motif dengan beberapa kelompok warna yaitu, sedikit, sedang, dan banyak. Jumlah warna yang akan diuji yaitu
2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, dan 20. Jenis warna yang digunakan adalah warna DMC. Tabel 8 di bawah ini merupakan
hasil eksperimen memperbaiki gradasi warna dengan mengontrol
jumlah warna kelompok warna sedikit.
Tabel 6
Hasil Eksperimen Memperbaiki Gambar Kristik dengan Mengontrol Jumlah Warna Kelompok
Warna Sedikit
Tabel 9 di bawah
ini merupakan hasil eksperimen memperbaiki gradasi warna dengan mengontrol
jumlah warna kelompok warna sedang.
Tabel 7
Hasil Eksperimen Memperbaiki Gambar Kristik dengan Mengontrol Jumlah Warna Kelompok
Warna Sedang
Tabel 10 di bawah
ini merupakan hasil eksperimen memperbaiki gradasi warna dengan mengontrol
jumlah warna kelompok warna banyak.
Tabel 8
Hasil Eksperimen Memperbaiki Gambar Kristik dengan Mengontrol Jumlah Warna Kelompok
Warna Banyak
Alternatif 3: Pada eksperimen dibawah ini akan membandingkan
gambar kristik menggunakan warna DMC dan tanpa menggunakan warna DMC. Penulis akan menggunakan motif dengan beberapa kelompok jumlah warna yang sedikit, sedang, dan banyak dengan menggunakan jumlah warna dan ukuran kotak yang sama. Tabel 11 di bawah ini
merupakan hasil eksperimen memperbaiki gradasi warna tidak
menggunakan warna DMC kelompok warna sedikit.
Tabel 9
Hasil Eksperimen Memperbaiki Gambar Kristik Tanpa Menggunakan Warna DMC Kelompok Warna Sedikit
Tabel 12 di bawah
ini merupakan hasil eksperimen memperbaiki gradasi warna dengan tidak
menggunakan warna DMC kelompok warna sedang.
Tabel 10
Hasil Eksperimen Memperbaiki Gambar Kristik Tanpa Menggunakan
Warna DMC Kelompok Warna Sedang
Tabel
13 di bawah ini merupakan hasil eksperimen memperbaiki gradasi warna dengan
tidak menggunakan warna DMC kelompok warna banyak.
Tabel 11
Hasil Eksperimen Memperbaiki Gambar Kristik Tanpa Menggunakan Warna DMC Kelompok Warna Banyak
Alternatif 1: Pada eksperimen di bawah ini akan di bawah
ini akan menghasilkan kristik hitam putih dengan
menggunakan teknik segmentasi watershed.
Motif akan dikelompokkan berdasarkan kerumitan pola yaitu pola
sederhana, pola sedang, dan pola rumit.�� Tabel 14 di bawah ini merupakan hasil
eksperimen menghasilkan kristik hitam putih
menggunakan segmentasi watershed kelompok
pola sederhana.
Tabel 12
Hasil Eksperimen Menghasilkan Kristik Putih Menggunakan Segmentasi Watershed
Kelompok Pola Sederhana
Tabel 15 di bawah
ini merupakan hasil eksperimen menghasilkan kristik hitam putih menggunakan
segmentasi watershed
kelompok pola sedang.
Tabel 13
Hasil Eksperimen Menghasilkan Kristik Putih Menggunakan Segmentasi Watershed
Kelompok Pola Sedang
Tabel 16 di bawah
ini merupakan hasil eksperimen menghasilkan kristik hitam putih menggunakan
segmentasi watershed
kelompok pola rumit
Tabel 14
Hasil Eksperimen Menghasilkan Kristik Putih Menggunakan Segmentasi Watershed
Kelompok Pola Rumit
Alternatif 2: Pada eksperimen di bawah ini akan menghasilkan
kristik hitam putih dengan menggunakan
warna grayscale
yaitu variasi pada warna hitam pada bagian yang intensitas terlemah dan warna putih pada intensitas terkuat. Motif akan dibagi berdasarkan kelompok kerumitan pola yaitu pola
sederhana, pola sedang, dan pola rumit. Tabel 17 di bawah ini merupakan
hasil eksperimen menghasilkan kristik hitam putih menggunakan
warna grayscale
kelompok pola sederhana.
Tabel 15
Hasil Eksperimen Menghasilkan Kristik Putih Menggunakan Warna Grayscale Kelompok Pola Sederhana
Tabel 18 di bawah
ini merupakan hasil eksperimen menghasilkan kristik hitam putih menggunakan
warna grayscale
kelompok pola sedang.
Tabel 16
Hasil Eksperimen Menghasilkan Kristik Putih Menggunakan Warna Grayscale Kelompok Pola Sedang
Tabel 19 di bawah
ini merupakan hasil eksperimen menghasilkan kristik hitam putih menggunakan
warna grayscale
kelompok pola rumit.
Tabel 17
Hasil Eksperimen Menghasilkan Kristik Putih Menggunakan Warna Grayscale Kelompok Pola Rumit
Pada bagian
ini akan dijelaskan mengenai hasil pengamatan penulis terhadap hasil pengembangan yang telah dilakukan yaitu:
1. Memperbaiki gambar
kristik yang gelap
Hasil eksperimen
didapatkan dengan melakukan eksperimen memperbaiki gambar kristik yang gelap sesuai dengan desain
eksperimen yang telah ditentukan pada subbab 4.3.1, maka penulis melakukan
pengamatan mata, semakin besar nilai
transparansi yang digunakan
maka gambar yang dihasilkan semakin terang.� Nilai maksimum transparansi adalah 100. Penggunaan warna DMC juga mempengaruhi warna gambar kristik
sehingga gambar kurang memiliki warna yang mirip dengan warna asli.
Sedangkan tidak menggunakan warna DMC menghasilkan gambar yang mirip dengan warna
asli.
2. Memperbaiki gradasi warna kristik
Hasil eksperimen
didapatkan dengan melakukan eksperimen memperbaiki gradasi warna kristik sesuai
dengan desain eksperimen yang telah ditentukan pada subbab 4.3.2, maka penulis melakukan
pengamatan mata, gambar kristik yang paling baik dihasilkan dengan tidak menggunakan
warna DMC untuk proses pewarnaan. Gambar kristik yang dihasilkan tidak memunculkan gradasi warna yang terlalu banyak walaupun menggunakan jumlah warna yang banyak. Selain itu, semakin
besar nilai colorAmount yang digunakan maka akan sebaik
pula gambar kristik yang dihasilkan.
3. Menghasilkan gambar
kristik hitam putih
Hasil eksperimen
didapatkan dengan melakukan eksperimen menghasilkan gambar kristik hitam putih
sesuai dengan desain eksperimen yang telah ditentukan pada subbab 4.3.3, maka penulis melakukan pengamatan mata, teknik segmentasi watershed tidak
dapat menghasilkan gambar kristik hitam putih yang baik. Penggunaan warna grayscale dapat menghasilkan gambar kristik hitam putih yang baik.
Dalam sub bab
ini dijelaskan pembahasan mengenai hasil evaluasi pengembangan modul kristik DiTenun yang telah dilakukan penulis.
Dalam subbab
ini dijelaskan mengenai pembahasan hasil evaluasi memperbaiki gambar kristik yang gelap menggunakan dua alternatif yaitu mengubah nilai parameter transparansi gambar kristik dan tidak menggunakan warna DMC, sesuai dengan yang sudah dijelaskan pada subbab desain eksperimen
sebelumnya. Adapun gambar
yang digunakan sebanyak 10 gambar untuk setiap
alternatif.
Tabel 20 di bawah
ini merupakan hasil evaluasi untuk memperbaiki gambar kristik yang gelap dengan alternatif
mengubah nilai transparansi.
Tabel 18
�Hasil Evaluasi Memperbaiki Gambar Kristik yang Gelap dengan Alternatif Mengubah Nilai Transparansi
Berdasarkan hasil
evaluasi memperbaiki gambar kristik yang gelap dengan alternatif
mengubah nilai transparansi pada parameter pct pada fungsi
imagecopymerge yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya, nilai transparansi yang dipakai untuk evaluasi ada 60, 70, 80, 90, dan 100. Dapat
dilihat pada Tabel 25 bahwa dari keseluruhan
responden memilih nilai 100 untuk menghasilkan gambar kristik yang lebih terang. Responden telah memilih nilai
100 dari 10 gambar yang telah disediakan oleh penulis untuk melakukan
evaluasi. Tabel 21 di bawah ini merupakan
hasil evaluasi untuk hasil evaluasi
memperbaiki gambar kristik yang gelap dengan alternatif tidak menggunakan warna DMC.
Tabel 19
Hasil Evaluasi Memperbaiki Gambar Kristik yang Gelap dengan Alternatif
Tidak Menggunakan Warna DMC
Berdasarkan hasil
evaluasi memperbaiki gambar kristik yang gelap dengan alternatif
tidak menggunakan warna DMC. Pada evaluasi ini responden memilih
hasil kristik yang lebih tepat atau
mirip pada motif asli. Dari
15 gambar responden memilih hasil kristik
yang menggunakan warna DMC atau tidak menggunakan
warna DMC. Dari hasil survei dapat dilihat
bahwa hasil dengan tidak menggunakan
DMC lebih tinggi daripada yang menggunakan warna DMC, dimana yang menggunakan DMC berjumlah 194 pilihan dan sisanya tanpa menggunakan DMC adalah 106 pilihan.
Dalam sub bab
ini dijelaskan mengenai pembahasan hasil evaluasi memperbaiki gradasi warna gambar kristik
dengan menggunakan tiga alternatif yaitu melakukan image preprocessing yaitu
image denoising, mengontrol
jumlah colorAmount, dan tidak menggunakan warna DMC, sesuai dengan yang sudah dijelaskan pada subbab desain eksperimen sebelumnya. Adapun gambar yang digunakan sebanyak 15 gambar untuk setiap
alternatif dan dikelompokkan
berdasarkan jumlah warna sedikit, sedang, dan banyak.� Tabel 22 di bawah ini merupakan
hasil evaluasi untuk hasil evaluasi
memperbaiki gradasi warna gambar kristik
dengan alternatif menggunakan image denoising.
Tabel 20
Hasil Evaluasi Memperbaiki Gradasi Warna Gambar Kristik dengan Menggunakan Image Denoising
Berdasarkan hasil
evaluasi memperbaiki gradasi warna gambar
kristik dengan menggunakan image denoising.
Pada evaluasi ini responden memilih hasil kristik yang lebih tepat atau
mirip pada motif asli, dimana gambar kristik
yang disediakan adalah gambar yang telah melalui proses image
denoising dan tanpa image denoising. Responden memilih hasil kristik
yang lebih tepat kepada motif asli apakah dengan proses image denoising atau
tanpa proses image
denoising. 15 gambar yang diberikan
kepada responden terbagi atas 3 kelompok jumlah warna, yaitu 5 gambar yang memiliki jumlah warna sedikit,
5 gambar yang memiliki jumlah warna sedang,
dan 5 gambar yang memiliki jumlah warna banyak.
Dilihat dari Tabel 22, jumlah terbanyak dari setiap kelompok warna adalah hasil
kristik tanpa melewati proses image
denoising. Jumlah total untuk
hasil tanpa melewati proses image
denoising adalah 67, 79, dan 72.
Tabel 23 di bawah
ini merupakan hasil evaluasi untuk hasil evaluasi
memperbaiki gradasi warna gambar kristik
dengan alternatif mengontrol colorAmount kelompok warna sedikit.
Tabel 21
Hasil Evaluasi Memperbaiki Gradasi Warna Gambar Kristik dengan Mengontrol colorAmount Kelompok Warna Sedikit
Berdasarkan hasil
evaluasi memperbaiki gradasi warna gambar
kristik dengan mengrontrol colorAmount untuk kelompok warna sedikit. Gambar yang disediakan adalah gambar kristik digital dengan jumlah pilihan
warna dari 2 warna sampai 20 warna dari motif asli yang sudah disediakan. Dari gambar yang disediakan responden memilih 3 pilihan warna terbaik untuk
setiap gambar survei. Pada Tabel 28 dapat dilihat bahwa
pemilihan tertinggi berada pada jumlah warna 19 dengan nilai 28 respon.
Tabel 23 di bawah
ini merupakan hasil evaluasi untuk hasil evaluasi
memperbaiki gradasi warna gambar kristik
dengan alternatif mengontrol colorAmount kelompok warna sedang.
Tabel 22
Hasil Evaluasi Memperbaiki Gradasi Warna Gambar Kristik dengan Mengontrol colorAmount Kelompok Warna Sedang
Berdasarkan hasil
evaluasi memperbaiki gradasi warna gambar
kristik dengan mengrontrol colorAmount untuk kelompok warna sedang. Gambar yang disediakan adalah gambar kristik digital dengan jumlah pilihan
warna dari 2 warna sampai 20 warna dari motif asli yang sudah disediakan. Dari gambar survei yang disediakan responden memilih 3 pilihan warna terbaik
untuk setiap gambar survei. Pada Tabel 29 dapat dilihat bahwa pemilihan
tertinggi berada pada jumlah warna 18 dengan nilai 32 respon. Dari gambar yang disediakan responden memilih 3 pilihan warna terbaik untuk
setiap gambar survei. Pada Tabel 24 dapat dilihat bahwa
pemilihan tertinggi berada pada jumlah warna 19 dengan nilai 40 respon.
Tabel 25 di bawah
ini merupakan hasil evaluasi untuk hasil evaluasi
memperbaiki gradasi warna gambar kristik
dengan alternatif mengontrol colorAmount kelompok warna banyak.
Tabel 23
Hasil Evaluasi Memperbaiki Gradasi Warna Gambar Kristik dengan Mengontrol colorAmount Kelompok Warna Banyak
Berdasarkan hasil
evaluasi memperbaiki gradasi warna gambar
kristik dengan mengrontrol colorAmount untuk kelompok warna banyak. Gambar yang disediakan adalah gambar kristik digital dengan jumlah pilihan
warna dari 2 warna sampai 20 warna dari motif asli yang sudah disediakan. Dari gambar yang disediakan responden memilih 3 pilihan warna terbaik untuk
setiap gambar survei. Pada Tabel 25 dapat dilihat bahwa
pemilihan tertinggi berada pada jumlah warna 19 dengan nilai 40 respon.
Tabel 26 di bawah ini
merupakan hasil evaluasi untuk hasil evaluasi memperbaiki gradasi warna gambar kristik
dengan alternatif tidak menggunakan warna DMC.
Tabel 24
�Hasil Evaluasi Memperbaiki Gradasi Warna Gambar Kristik dengan Tidak Menggunakan Warna DMC
Berdasarkan hasil
evaluasi memperbaiki gradasi warna gambar
kristik dengan alternatif tidak menggunakan warna DMC. Gambar kristik survei yang digunakan adalah gambar kristik dengan menggunakan warna DMC dan tanpa menggunakan warna DMC, dan untuk setiap gambar
kristik ada pengelompokan gambar berdasarkan jumlah warna, yaitu sedikit,
sedang, dan banyak. Responden memilih hasil gambar kristik
digital yang lebih mirip dengan motif asli, apakah gambar kristik
digital dengan warna DMC atau tanpa warna
DMC. Dari Tabel 26 dapat dilihat bahwa hasil
survei dari responden adalah kristik digital tanpa menggunakan warna DMC lebih banyak untuk
setiap kelompoknya, yaitu dengan jumlah
64 untuk warna sedikit, 74 untuk warna sedang, dan 59 untuk warna banyak
Dalam sub bab
ini dijelaskan mengenai hasil pembahasan evaluasi menghasilkan gambar kristik hitam putih
menggunakan dua alternatif yaitu menggunakan teknik segmentasi watershed
dan menggunakan warna grayscale, sesuai
dengan yang sudah dijelaskan pada subbab desain eksperimen sebelumnya. Adapun gambar yang digunakan sebanyak 9 gambar yang terdiri dari tiga kelompok
yaitu pola sederhana, pola sederhana, dan pola rumit untuk setiap
alternatif. Tabel 27 di bawah ini merupakan
hasil evaluasi menghasilkan gambar kristik hitam putih
dengan alternatif menggunakan segmentasi watershed.
Tabel 25
Hasil Evaluasi Menghasilkan Gambar Kristik Hitam Putih dengan
segmentasi watershed
Berdasarkan hasil
evaluasi menghasilkan gambar kristik hitam putih alternatif
menggunakan segmentasi watershed, responden
yang terdiri 20 orang paling banyak
memilih tidak menggunakan segmentasi watershed untuk
semua kelompok kerumitan pola. Gambar survei dikelompokkan menjadi 3 kelompok kerumitan pola, yaitu pola sederhana,
pola sedang, dan pola rumit. Responden
memilih kualitas dari gambar survei
dengan nilai 1-5 seperti yang telah di jelaskan pada sub bab 4.3.3. Pada
Tabel 27 dapat dilihat bahwa dari
20 responden, nilai 1 adalah nilai yang paling banyak dengan jumlah
53 untuk pola sederhana, 60 untuk pola sedang, dan 55 untuk pola rumit.
Tabel 28 di bawah
ini merupakan hasil evaluasi menghasilkan gambar kristik hitam putih
dengan alternatif menggunakan warna grayscale.
Tabel 26
Hasil Evaluasi Menghasilkan Gambar Kristik Hitam Putih dengan
segmentasi watershed
Berdasarkan hasil
evaluasi menghasilkan gambar kristik hitam putih alternatif
menggunakan warna grayscale, responden
menilai kualitas gambar kristik digital dengan angka 1-5 yang sudah dijelaskan pada sub bab 4.3.3. Gambar survei yang disediakan adalah 15 gambar, dan dibagi atas pola sederhana,
sedang, dan rumit. Pada Tabel 28 dapat dilihat hasil respon
dari survei dimana pada pola sederhana nilai paling tinggi ada pada angka 4 dengan jumlah 22, pada pola sedang nilai paling tinggi ada pada angka 4 dengan jumlah 26, dan pada pola rumit nilai paling tinggi ada pada angka 5 dengan jumlah 23.
Berdasarkan hasil
kuesioner yang diperoleh dengan beberapa alternatif untuk pengembangan modul kristik DiTenun maka dapat disimpulkan
bahwa
1. Permasalah gambar
kristik yang gelap
Berdasarkan dua
jenis alternatif yang digunakan penulis untuk memperbaiki kelemahan modul kristik DiTenun yaitu gambar kristik
yang terlihat gelap dengan mengubah nilai transparansi dan tidak menggunakan warna DMC ternyata kedua alternatif tersebut dapat memperbaiki kelemahan modul kristik DiTenun
tersebut. Hasil yang diperoleh
dari evaluasi menggunakan kuisoner maka modus untuk nilai transparansi terbaik adalah 100 dan modus untuk penggunaan warna DMC adalah Tanpa DMC.
2. Permasalahan gradasi
warna gambar kristik
Berdasarkan tiga
jenis alternatif yang digunakan penulis untuk memperbaiki kelemahan modul kristik Ditenun yaitu gradasi warna
gambar kristik dengan menggunakan image denoising, mengontrol
colorAmount, dan tidak menggunakan warna DMC ternyata hanya alternatif mengontrol colorAmount dan tidak menggunakan warna DMC yang dapat memperbaiki kelemahan modul kristik Ditenun tersebut. Hasil yang diperoleh dari evaluasi menggunakan
kuisoner maka modus untuk penggunakan image denoising adalah
Tanpa Denoise untuk setiap kelompok warna. Modus untuk alternatif mengontrol jumlah warna untuk
kelompok warna sedikit adalah 19, kelompok warna sedang adalah 18, dan kelompok warna banyak adalah 19. Modus untuk alternatif penggunakan warna DMC adalah Tanpa DMC untuk semua kelompok
warna.
3. Menghasilkan gambar
kristik hitam putih
Berdasarkan dua
jenis alternatif yang digunakan penulis untuk menghasilkan gambar kristik hitam putih yaitu
menggunakan teknik segmentasi watershed
dan menggunakan warna grayscale ternyata
hanya penggunaan warna grayscale
yang dapat menghasilkan gambar kristik hitam putih dengan
baik. Hasil yang diperoleh dari evaluasi menggunakan
kuisoner maka modus untuk alternatif menggunakan teknik segmentasi watershed
adalah 1 yang berarti
�Sangat Jelek� untuk semua kerumitan pola dan modus untuk alternatif menggunakan warna grayscale adalah 3 yang berarti �Bagus� untuk kelompok
pola sederhana dan sedang dan 4 yang berarti �Sangat
bagus� untuk kelompok pola rumit.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian
Tugas Akhir ini, dapat disimpulkan permasalah gambar kristik yang gelap dapat diperbaiki dengan mengubah nilai transparansi menjadi 100 sehingga warna gambar kristik
yang dihasilkan menjadi lebih terang. Selain
itu, penggunaan warna DMC lebih baik tidak digunakan
agar warna gambar yang dihasilkan memiliki warna yang mirip dengan motif asli
Permasalah gambar
kristik yang gelap dapat diperbaiki dengan tidak menggunakan
warna DMC agar gambar yang dihasilkan memiliki warna yang lebih seragam. Selain itu, mengontrol jumlah warna dengan
meningkatkan jumlah warna dapat membantu
menghasilkan gambar kristik yang lebih seragam.
Gambar kristik hitam
putih dapat dihasilkan dengan penggunaan warna grayscale untuk proses pewarnaan gambar kristik.
Secara keseluruhan
penulis telah berhasil melakukan pengembangan modul kristik DiTenun sesuai dengan tujuan
penelitian Tugas Akhir ini, yaitu memperbaiki
gambar kristik yang terlihat gelap, menghilangkan gradasi warna pada gambar kristik dan menghasilkan gambar kristik hitam putih.
Barus, Arlinta Christy, Panggabean, Ratna,
Sinaga, Arnaldo, Manik, Yosef, Setiyadi, Yaya, Simanjuntak, Marianna, &
Situmeang, Ricardo. (2015). Piranti Cerdas Penghasil Motif Tenun Nusantara. Laguboti:
Institut Teknologi Del And Institut Teknologi Bandung. Google Scholar
Kartiwa, Suwati. (2007). Ragam Kain
Tradisional Indonesia: Tenun Ikat. Gramedia Pustaka Utama. Google Scholar
Panggabean, Dian Agil Saputra. (2018). Pattern
Extraction In Ulos Image. Program Studi Sarjana Teknik Informatika Fakultas
Teknik Informatika Dan Elektro. Google Scholar
Purba, Bonaraja, Marzuki, Ismail,
Simarmata, Hengki Mangiring Parulian, Aznur, Tifany Zia, Kristiandi, Kiki,
Anita, Anita, Sirait, Sarida, Zaman, Nur, Amruddin, Amruddin, & Mardia,
Mardia. (2020). Dasar-Dasar Agribisnis. Yayasan Kita Menulis. Google Scholar
Takari, Muhammad. (2009). Ulos Dan Sejenisnya
Dalam Budaya Batak Di Sumatera Utara: Makna, Fungsi, Dan Teknologi. Makalah
Pada Seminar Antarabangsa Tenunan Nusantara, Di Kuantan, Pahang, Malaysia.
Pengajian Media, Fakulti Sastera Dan Sains Sosial, Universiti Malaya, Pensyarah
Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Google Scholar
Copyright holder: Arlinta Christy Barus, Johannes Harungguan Sianipar, Nico Gorga Soros Panjaitan,
Ruthya P D Aruan,
Reynaldo Hutahaean, Carina Lingga
(2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |