Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 3, Maret 2022
POVERTY REDUCTION PADA
MASYARAKAT PESISIR MELALUI PENGEMBANGAN WISATA BAHARI DI GORONTALO
Liliana
Dewi, Ramang H. Demolingo, Thoriq Ba�amar
Prodi Pariwisata, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Nasional
Email: [email protected], [email protected]
dan [email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian
adalah mengidentifikasi potensi wisata bahari dan kontribusinya mengurangi kemiskinan pada komunitas masyarakat pesisir di Gorontalo. Menggunakan
metode penelitian kualitatif dengan Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan literatur. Hasil penelitian diketahui bahwa kegiatan wisata bahari membawa manfaat kepada kesejahteraan masyarakat,
strategi pengembangan melalui
enam kriteria antara lain potensi, dorongan masyarakat, motivasi masyarakat, sarana dan prasarana, fasilitas pendukung pariwisata dan kelembagaan diindentifikasi ada beberapa isu yang diperlu untuk pengembangan.
�
Kata Kunci: pengurangan kemiskinan, wisata bahari, masyarakat pesisir, Gorontalo
Abstract
This research aims to identify potency of Gorontalo marine tourism and
contribution to empower local communities in coastal area. The qualitative
research design was mainly applied and collected through interviews,
observations and literature study. The findings indicate that marine tourism
brought benefit to the local, marine tourism development strategy through six
criteria potencies, human resources support, local motivations, infrastructure,
supporting tourism facilities, and tourism institute identify several issues to
development.
Keywords: poverty reduction, marine tourism, coastal community, Gorontalo
Pendahuluan
Pandemi Covid-19 telah mempengaruhi dunia dengan dampak yang luar biasa pada masyarakat dunia, termasuk
Indonesia dengan sector yang terdampak
seperti industry perhotelan,
perjalanan dan pariwisata merupakan usaha jasa yang paling terpengaruh oleh
krisis ini. Pandemik membuat dikeluarkannnya kebijakan dari pemerintah berupa PPKM yaitu pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat, kebijakan ini dikeluarkan
untuk menghimbau gerak batas kegiatan
masyarakat dilakukan mulai dari beraktivitas
belajar, bekerja, beribadah, berbelanja, semua dilakukan dari rumah. UNWTO melaporkan dampak pandemic
Covid-19 telah menyebabkan penurunan jumlah kedatangan wisatawan internasional kurang lebih 20% pada awal masa pandemic
dibandingkan tahun 2019.
Di Indonesia, sector pariwisata
sangat terpengaruh. Dampak tersebut telah menyebabkan jutaan orang kehilangan mata pencaharian, pegawai terimbas kehilangan pekerjaan, dan buruh harian juga kehilangan pekerjaan terutama di industry perhotelan, food and beverage, maskapai
penerbangan dan pengusaha
di daya tarik wisata. Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Indonesia mengungkapkan data jumlah
kedatangan internasional ke Indonesia mengalami penurunan dari 26 gerbang utama kedatangan
pada Januari hingga Maret tahun 2020 sebanyak 2,606,941 wisatawan, dibandingkan jumlah kedatangan internasional pada Januari hingga Maret tahun 2019 sebanyak 3,757,42. Angka perbandingan
jumlah kunjungan yang menurunkan dapat dilihat pada gambar 1.
�
Gambar 1
Jumlah Kedatangan Wisatawan Internasional
Sumber: Kementrian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif, 2020 dalam (Dewi, 2020)
Tindakan mitigasi dilakukan oleh pemerimtah pusat seperti pengadaan
program perlindungan sosial,
pemberian bantuan usaha untuk sepuluh
industry ekonomi kreatif, pengadaan pelatihan secara online untuk meningkatkan keterampilan sumber daya manusia,
kampanye program promosi produk lokal dan kebijakan-kebijakan baru telah diterapkan. Upaya pencegahan penyebaran virus Covid-19 ini membuat masyarakat untuk sementara waktu belum bisa
melakukan kegiatan wisata secara bebas
sehingga membuat pemerintah pusat dan daerah harus berpikir
keras mempertahankan perekonomian negara bahkan local.
Strategi yang dilakukan adalah
menerapkan sertifikasi
Clean, Health, Safety dan Environmental Sustainability (CHSE) di daya tarik wisata,
fasilitas pendukung kegiatan pariwisata misalkan diantaranya adalah penerbangan, restoran; melakukan pembukaan usaha pariwisata secara bertahap mengikuti himbauan pemerintah pusat. �
Kebijakan pemerintah pusat berupa membuka
beberapa sector usaha secara bertahap termasuk sector pariwisata membuat kebutuhan manusia untuk bersosialisasi,
memenuhi rasa keingintahuan
ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk melakukan akvitias ke luar rumah
setelah kurang lebih hampir dua
tahun harus berdiam dan beraktivitas di rumah. �Salah satu bentuk pemanfaatan
kesempatan dan waktu adalah dengan melakukan
wisata (Musawantoro &
Ridwan, 2020).
Sebagai salah satu daerah di Indonesia yang memiliki
potensi pariwisata di
Indonesia bagian Timur yang kaya akan
sumber daya alam dan budaya dan terdampak pandemic adalah provinsi Gorontalo. Wilayah Gorontalo memiliki
potensi wisata bahari, wisata religi dan wisata alam. Upaya memulihkan
perekonomian daerah, pemerintah daerah Gorontalo juga melakukan usaha dengan membuka kembali industry pariwisata secara perlahan dan bertahap.
Secara geografis, Gorontalo memiliki pesisir utara dan selatan, tempat wisata yang terkenal adalah Taman Laut Olele, pantai
Botutomo, pantai Saronde, pantai Lahilote, pulau Bitila, pantai Bolihutuo, dan pulai Dulupi. �Sedangkan di pesisi Selatan Kabupaten Boalemo terdapat pantai Langala (Akbar, Yusuf, &
Kasim, 2019). Berdasarkan hasi observasi dan wawancara, diketahui permasalahan bahwa masih kurangnya kontribusi pemerintah dalam pengembangan pariwisata, rendahnya kualitas pelayanan, dan sumber daya manusia
pengelola wisata bahari. Dalam wisata
bahari, kegiatan pariwisata adalah scuba diving, snorkeling,
canoeing, wind surfing, wisata ke
taman laut (Orams, 2002). Ada beberapa kesempatan bagi masyarakat local untuk meningkatkan perekonomian mereka dari kegiatan
wisata bahari. Berdasarkan pemaparan diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah mengidentifikasi potensi wisata, dan mengetahui kontribusi kegiatan wisata bahari dalam mengurangi
kemiskinan pada komunitas masyarakat pesisir di Gorontalo.
Kegiatan wisata bahari
dan pesisir saling berhubungan karena bergantung pada sumber daya alam berupa
laut dan lingkungan bahari. Kegiatan wisata bahari seperti
scuba diving, memancing di bawah
air, ski air, selancar angin,
wisata taman maritime, mengamati satwa mamalia. Sedangkan kegiatan wisata pesisir seperti wisata pantai, kegiatan rekreasi, berenang, berjemur, jalan-jalan pesisir dan resort.
Wisata bahari dan pesisir merupakan kegiatan pariwisata yang dapat meningkatkan perekonomian dan paling rentan terhadap perkembangan yang berimplikasi pada kualitas dan kuantitas seperti penbangunan hotel dan resort, pembangunan
Pelabuhan dan pemanfaatan kapal,
muncul kegiatan wisata snorkeling, memancing, dan
menyelam (Tegar & Saut
Gurning, 2018). Pemandangan, karakteristik ekosistem, keunikan budaya dan adat istiadat masyarakat
menjadi poin pengembangan pariwisata pesisir �(Santoso, 2021). Kegiatan
pariwisata tidak akan berjalan maksimal
apabila tidak memiliki komponen-komponen dalam produk pariwisata
(Danudara, 2017) antara
lain: daya tarik wisata, amenitas, aksesibilitas, infrastruktur pendukung, fasilitas pendukung wisata, kelembagaan dan sumber daya manusia pariwisata.
(Utomo, 2017) menambahkan tujuh kriteria menjadi daya tarik
wisata, yaitu: memiliki potensi produk dan daya tarik wisata, memiliki
dukungan sumber daya manusia, motivasi
dari masyarakat, memiliki dukungan sarana dan prasarana yang memadai, tersedianya kelembagaan yang mengatur aktivitas wisata, ketersediaan lahan yang memungkinkan untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata.
Melalui pengembangan pariwisata diharapkan dapat mengurangi jumlah kemiskinan di destinasi, terbukanya kesempatan berusaha, mendapatkan kemampuan Pendidikan
dan Kesehatan yang layak, dengan
pengeluaran wisatawan di destinasi akan berdampak langsung pada sector perdagangan, sector hotel dan restoran
juga wisatawan yang menggunakan
jasa di daya tarik wisata (Susila, Suarmanayasa,
& Cipta, 2019).
Metode Penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan gun amendukung kelancaran penelitian ini maka dilakukan
juga ppengumpulan informasi-informasi
mengenai wisata bahari dan poverty reduction melalui
studi Pustaka penelitian terdahulu. Populasi dalam penelitian ini adalah pelaku
usaha wisata bahari dan masyarakat yang tinggal di pesisir pantai.
Hasil dan Pembahasan
�������������� Hasil penelitian dari
tujuan penelitian diketahui bahwa potensi dan daya tarik wisata di Gorontalo
adalah selain sebagai destinasi wisata berupa desa wisata yang masuk dalam kategori
100 besar dominasi dalam ADWI 2021, Gorontalo memiliki potensi yang dapat
ditumbuhkembangkan adalah wisata religi dan wisata pantai untuk menarik kembali
minat kunjung wisatawan. Beberapa objek wisata
pantai seperti pantai Monamo, pantai Danu, pantai Tolihutuyu, pantai minanga, dan Saronde merupakan pilihan daya tarik wisata
pantai yang menjadi favorit wisatawan local.
Berdasarkan posisi geografis,
Gorontalo memiliki batas administrasi, yaitu batas utara berbatasan
dengan Laut Sulawesi, batas selatan berbatasan
dengan Teluk Tomini, bagian barat berbatasan dengan Provinsi Sulawesing Tengah, kemudian sebelah Timur berbatasan dengan provinsi Sulawesi Utara. Berada dalam geografis kepualauan dan pantai dengan Taman Laut serta potensi sumber
daya bahari contohnya ikan hias menjadi potensi utama daya tarik
wisata Gorontalo. Selain itu juga keindahan biodiversitas berhasi lmembuat Gorontalo membuat Gorontalo
menjadi objek daya tarik wisata.
Potensi lainnya adalah sudah terciptanya kegiatan wisata bahari atas inisiatif
masyarakat dan didukung
sector swasta yang dilakukan
di perairan pantai, seperti scuba diving, snorkeling, cannoing, fishing, ski air, selancar angin dan wisata ke taman
laut. (Akbar et al., 2019) menambahkan terdapat 29 jenis terumbu karang, seperti Acropora fastigata, Acropora millepora,
Acropora monticulosa, Acropora humilis, Acropora samoensis, Acropora tenuis,
Coscinaraea columma, Ctenactis echinate, Euphyllia glabrescens, Gonipora
tenuidens, Heliopora coerulea, Millepora dichotoma, Pocillopora verrucose,
Pocillopora eydouxi, Pocillopora verrucose, Porites mayeri, Porites sp, Porites
lutea, Porites cylindrica, Psammocora contigua, Seriatopora hystrix, Stylophora
subseriata, Symphyllia radians, Stylaster, Trachypllidae, Acropora palifera, Acropora
yongei, Acropora hyacinthus, dan Hydnophora rigida.
Suatu destinasi bisa dikatakan berpotensi apabila memiliki sumber daya manusia
yang berkompeten dan saling
mendukung untuk mengembangkan pariwisata daerah serta mempunyai
motivasi untuk memajukan daerahnya. Rendahnya amutu kualitas pelayanan dalam pemberian pelayanan prima dan rendahnya kemampuan sumber daya manusia dalam
pengelolaan pawiisata dapat mengakibatkan kurangnya minat kunjung ke destinasi
(Akbar et al., 2019). Hasil penelitian diketahui bahwa masih kurangnya kemampuan dan dukungan masyarakat di destinasi maupun daya tarik
wisata dan masih terbatasnya pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat setempat serta pemahaman maupun keterampilan yang masih sangat
minim. Mayoritas dilakukan berdasakran pada pengalaman otodidak.
Dukungan saran dan prasarana diketahui
bahwa fasilitas menginap tersedia penginapan yang dikelola oleh masyarakat local. Sementara itu, fasilitas pendukung wisata tersedia rumah makan dengan jumlah
terbanyak di Kabupaten Bone
Bolango sebesar 118 unit, kemudian 90 unit di kabupaten Pohuwato dan Kota Gorontalo sebanya
97 rumah makan. Fasilitas pendukung lainnya seperti akomodasi terbanyak di Kota
Gorontalo sebanyak 52 unit, kemuaian
diikuti oleh Kabpaten Pohuwato sebanyak 21 akomodasi.
Komponen produk pariwisata lainnya adalah ketersediaan kelembagaan pariwisata, yang berguna sebagai sarana yan menjembatani, menampung, mempromosikan mengatur dan mengelola kegiatan wisata maupun yang berhubungan dengan pemerintah, swasta, akademisi, dan media (Dewi, Tinggi, & Bogor, n.d.). hasil penelitian
adalah tidak ditemukannya adanya kelembagaan wisata di daya tarik wisata
bahari Gorontalo.
Adapun pembahasan penelitian
ini diketahui bahwa potensi wisata
Gorontalo adalah wisata bahari. Memiliki Taman Laut dengan keragaman
sumber biodiversitas. Peluang usaha dan lapangan pekerjaan pun dapat diciptakan beripa penyediaan fasilitas kegiatan wisata bahari seperti
penyewaan jasa dan peralatan untuk scuba diving,
snorkeling, diving, canoing, fishing, ski air, selancar angin. Fasilitas lain berupa rumah makan juga dapat dibangun. Selain itu juga, kreativitas masyarakat yang didukung dengan modal dan pengetahuan maka masyarakat dapat membuat cindera mata dari sumber
daya yang tersedia yang bisa dijual kepada
wisatawan.
Setelah mengidentifikasi potensi
wisata, fasilitas pendukung maka Langkah selanjutnya adalah menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan wisata bahari dengan menggunakan
teori dari (Utomo, 2017) dengan melihat
enam kriteria, antara lain: potensi produk wisata, dukungan sumber daya manusia, motivasi
masyarakat, sarana dan prasarana, fasilitas pendukung kegiatan wisata, dan kelembagaan. Analisis dilakukan dalam bentuk table yang dapat dilihat pada table 1.
Tabel 1
Strategi Pengembangan
Kriteria |
Rencana Strategis |
Potensi produk wisata |
1.
Memiliki produk wisata yang dapat dikembangkan dan harus dilindungi. Mengingat bahwa sumber daya biodiversitas
di Gorontalo termasuk sumber
daya yang langka dan termasuk dalam Kategori Taman Laut. 2.
Berpotensi memiliki niche market. Pecinta
diving, akan menyukai keindahan daya tarik wisata denan segmen pasar yang lebih kecil sehingga
dapat menumbungkembangkan
minat kunjung wisatawan karena kuantitas wisatawan yang lebih sedikit sehingga pengalaman akan lebih terkesan.
|
Dukungan sumber daya manusia |
Masih kurangnya pembinanan dan pelatihan serta pengetahuan pengelolaan pariwisata membuat masyarakat membutuhkan beberapa hal seperti: 1.
�Pembinaan dan pelatihan mengenai pariwisata, perlindungan biodiversitas 2.
Diperlukan pelatihan dan pengetahuan akan kewirausahaan 3.
Diperlukan pelatihan pembuatan cinderamata 4.
Kekompakan masyarakat untuk mau belajar dan mengelola bersama kegiatan pariwisata local. 5.
Kekompakan masyarakat dan stakeholder untuk
berkreasi menciptakan kegiatan-kegiatan wisata sehingga dapat membuka peluang usaha dan lapangan kerja baru |
Sarana dan prasarana |
Sarana dan prasaran akomodasi, infrastruktur masih bersifat kearifan local sehingga diperlukan adanya koordinasi dengan instansi pemerintah dan
investor dalam perencanaan,
pembangunan sarana dan prasarana yang lebih memadai. |
Fasilitas pendukung kegiatan
wisata |
Fasilitas pendukung kegiatan
wisata tentunya tidak bisa dilakukan
sendiri oleh masyarakat, diperlukan adanya Kerjasama dengan pihak-pihak seperti swasta, operator, investor,
dan pihak akademisi. Selain itu jy=uga perlu untuk
menjalin hubungan baik dengan destinasi
wisata lain |
Kelembagaan |
1.
Membentuk Lembaga wisata yang memiliki konsistensi dan komitmen untuk berkembang 2.
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota |
�
Kesimpulan
Potensi wisata bahari
di Gorontalo dapat ditingkatkan
dan perlu dilindungi sumber daya biodiversitas.
Strategi pengembangan wisata
bahari dapat menawarkan alternatif produk pariwisata kepada wisatawan domestic. Produk kegiatan pariwisata bahari dapat diciptakan seperti kegiatan snorkeling dengan mencari lokasi-lokasi yang kaya biodiversitas,
scuba diving. Memotivasi masyarakat
local untuk tetap terus konsisten dan komitmen, membangun keahlian sumber daya manusia bersama-sama
membangun destinasi. Dukungan sumber daya manusia berupa
pembinaan, pelatihan serta komitmen antara masyarakat, sector swasta dan pemerintah bersama-sama membangun potensi pariwisata, dan sarana prasarana juga fasilitas pendukung kegiatan wisata. Pembentukan kelembagaan pariwisata yang memiliki konsistensi dan komitmen untuk masyarakat.
Akbar, L. O. J., Yusuf, D., & Kasim, M.
(2019). Analisis Potensi Wisata Bahari Berbasis Sistem Informasi Geografis di Pantai
Langala Provinsi Gorontalo. Jambura Geoscience Review, 1(1), 30. https://doi.org/10.34312/jgeosrev.v1i1.2036
Danudara, A. B. (2017). Perencanaan Produk
Paket Wisata Heritage di Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung. Jurnal Kepariwisataan:
Destinasi, Hospitalitas dan Perjalanan, 10-24.
Dewi, L. (2020). Resilience Ecotourism in
Papua Amid Covid 19 Pandemic. E-Journal of Tourism, 7(2), 250. https://doi.org/10.24922/eot.v7i2.61831
Dewi, L., Tinggi, S., & Bogor, P.
(n.d.). Tourism village development in Bogor district.
Musawantoro, M., & Ridwan, M. (2020).
Potensi Pantai Panrangluhung di Bira Kabupaten Bulukumba sebagai Destinasi
Wisata. Jurnal Kepariwisataan: Destinasi, Hospitalitas Dan Perjalanan, 3(1),
1�7. https://doi.org/10.34013/jk.v3i1.27
Orams, M. B. (2002). Feeding wildlife as a tourism
attraction: A review of issues and impacts. Tourism Management, 23(3), 281�293.
https://doi.org/10.1016/S0261-5177(01)00080-2
Santoso, S. G. (2021). Potensi Kampung
Nelayan Gedongmulyo Untuk DIkembangkan Sebagai Desa Wisata Bahari Di Kecamatan
Lasem Kabupaten Rembang Jawa Tengah. Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia,
6384-6395.
Susila, G. P. A. J., Suarmanayasa, I. N.,
& Cipta, W. (2019). Poverty Reduction Through Strategy of Regional Tourism
Development. 69(Teams 2018), 252�257. https://doi.org/10.2991/teams-18.2019.44
Tegar, D., & Saut Gurning, R. O.
(2018). Development of Marine and Coastal Tourism Based on Blue Economy. International
Journal of Marine Engineering Innovation and Research, 2(2). https://doi.org/10.12962/j25481479.v2i2.3650
Utomo, S. (2017). Strategi Pengembangan Desa Wisata Di Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang. Neo-Bis, 11, 142�153. Retrieved from https://journal.trunojoyo.ac.id/neo-bis/article/view/3381/pdf2
������������������������������������������������
Copyright holder: Nama Author (Tahun Terbit) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |