Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 3, Maret 2022
EFEKTIVITAS METAVERSE TOURISM SEBAGAI SARANA PROMOSI
WISATA ALAM HIU PAUS DI TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH
Ulfi Maranisya, Sanny
Sutanto
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Nasional, Mahasiswa Pascasarjana
Doktoral Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika, IPB University
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Metaverse Tourism dalam wisata diibaratkan menciptakan pengalaman dunia nyata (fisik) di dalam ruang virtual dengan pemanfaatan teknologi. Dunia virtual dalam pariwisata telah membuka kemungkinan baru untuk inovasi
dalam menikmati perjalanan wisata. Adaptasi Metaverse Tourism dengan pemanfaatan
Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) ini �menghasilkan kolaborasi yang "high tech and high touch"� yang
tidak mengurangi prinsip essential di pariwisata. Taman
Nasional Teluk Cenderawasih
(TNTC) memiliki potensi
yang besar dalam memanfaatkan Metaverse Tourism sebagai sarana promosi wisata alam Hiu Paus di TNTC. Jumlah pengunjung wisata sebelum pandemi sebanyak lebih dari 4000 orang mengalami penurunan pada tahun 2021 yaitu sebanyak 68 wisatawan dengan tujuan berwisata
dan penelitian. Penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan memanfaatkan data sekunder dan wawancara untuk memperkuat referensi dan konfirmasi data
yang didapati selama penelitian. Beradaptasi dengan
teknologi yang ramah lingkungan dan memberikan dampak positif terhadap kelestarian alam tanpa harus
ditakuti oleh isu-isu negatif yang akan menurunkan minat kunjungan wisatawan untuk datang berkunjung
menikmati fenomena alam dan berwisata di Taman
Nasional Teluk Cenderawasih.
Kata Kunci: metaverse tourism; wisata alam;
hiu paus; teluk cenderawasih
Abstract
Metaverse Tourism in tourism is like creating a real-world (physical)
experience in a virtual space with the use of technology. The virtual world in
tourism has opened up new possibilities for innovation in enjoying sightseeing
trips. Metaverse Tourism's adaptation with the utilization of Virtual Reality
(VR) and Augmented Reality (AR) resulted in a collaboration that is "high
tech and high touch" that does not reduce the essential principles in
tourism. Cenderawasih Bay National Park (TNTC) has
great potential in utilizing Metaverse Tourism as a means of promoting whale
shark natural tourism in TNTC. The number of tourist visitors before the pandemic
as many as more than 4000 people decreased in 2021, which is as many as 68
tourists with the purpose of travel and research. Research uses descriptive
qualitative methods by utilizing secondary data and interviews to strengthen
references and confirmation of data found during research. Adapting to
environmentally friendly technology and providing a positive impact on the
sustainability of nature without having to be feared by negative issues that
will decrease the interest of tourists to come to visit to enjoy natural
phenomena and travel in Cenderawasih Bay National
Park.
Keywords: metaverse tourism; nature tourism; whale shark; cenderawasih
bay
Pendahuluan
Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi membuat dunia berubah secara cepat dan dinamis. Berbagai faktor pendukung dan aspek penting dalam
kehidupan secara tidak langsung memaksa manusia untuk mampu beradaptasi
dengan lebih cepat terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi digitalisasi dalam perkembangannya mendorong seluruh aspek kehidupan, sosial, ekonomi dan lingkungan untuk melakukan adaptasi terhadap perkembangan dunia
digital yang berkembang pesat.
Beberapa tahun terakhir sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang mulai terpengaruh oleh dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di awal tahun 2022 mulai diperkenalkannya metaverse tourism, metaverse
diibaratkan menciptakan pengalaman kehidupan dunia nyata (fisik) di dalam ruang virtual dengan pemanfaatan teknologi (Siyaev
& Jo, 2021). Metaverse yang erat kaitannya dengan Augmented Reality (AR) ini
merupakan sesuatu hal yang banyak menarik perhatian dunia beberapa tahun terakhir. Kemudahan akses smarthphone dan gadget
secara tidak langsung mengarahkan pada harapan baru dan pangsa pasar baru. Hal ini telah dibuktikan
bahwa metaverse dengan
aplikasi AR dapat digunakan dalam aktivitas pendidikan melalui tren game escape (Estudante & Dietrich, 2020). Sektor pariwisata
mampu beradaptasi dengan dunia digitalisasi dengan pesatnya. Hal ini terlihat dari
kemudahan yang dirasakan wisatawan dalam mengakses dan mengatur perjalanan wisata sendiri dengan menggunakan applikasi layanan virtual, seperti hotel,
airlines, tiket konser dan rencana perjalanan secara mandiri. Dunia virtual dalam pariwisata telah membuka kemungkinan
baru untuk inovasi dalam menikmati
perjalanan wisata.� Model kegiatan wisata terkait virtual, hybrid
disajikan dan berusaha semudah mungkin untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan wisatawan dalam berwisata (D�az,
2020). Wisatawan
merupakan salah satu komponen penggerak sektor pariwisata yang memberikan dampak positif di setiap destinasi wisata. Pada destinasi wisata, jumlah wisatawan yang datang berkunjung diharapkan dapat mencapai batas kapasitas maksimal yang sesuai dengan daya
tampung destinasi tersebut. Hal tersebut akan berdampak positif terhadap keberlanjutan suatu destinasi dan attraksi wisata yang mendukung pembangunan berkelanjutan (Ye et
al., 2020).
Pariwisata yang dapat
beradaptasi dengan multi disiplin ilmu dan pengetahuan menjadikan sektor pariwisata memiliki posisi yang kuat untuk beradaptasi
terhadap perkembangan trend
dan zaman yang selalu bergerak
dinamis. Di saat pandemi Covid-19 dua tahun terakhir ini, sektor pariwisata
mampu bangkit dengan membuat skema sertifikasi CHSE (Cleanliness,
Healthy, Safety, Environment Sustainability) untuk
memberikan rasa nyaman bagi wisatawan dan para pelaku perjalanan wisata untuk tetap
mampu bertahan dari kondisi pandemi
yang belum tahu kapan berakhirnya. Beragam solusi dan inovasi yang ditawarkan di era industri 4.0 telah mampu mempengaruhi sektor wisata untuk
bisa melakukan adaptasi terhadap perkembangan teknologi. Perlu diingat, setiap revolusi industri membawa manfaat dan tantangan terhadap status sosial ekonomi negara-negara yang telah terlibat dalam transformasi tersebut. Internet
telah mengubah dunia, lanskap ekonomi dan transformasi tersebut dapat
berlanjut dengan Internet of Things (IoT). Dunia metaverse yang erat kaitannya dengan kemajuan teknologi internet membuat sektor pariwisata mulai berdaptasi dan melirik metaverse tourism sebagai
potensi pariwisata yang berkelanjutan. Hal ini sangat menarik untuk diteliti,
mengingat nilai sosial dari generasi
Z dan minat yang tinggi terhadap aktifitas sehari-hari secara online dan
offline yang tidak jauh berbeda (Park
& Kim, 2022). �Semua revolusi industri telah menghasilkan pertumbuhan ekonomi, peningkatan produktivitas, kemajuan dan kesejahteraan di
negara-negara yang berhasil menuai
sebagian besar dampak positifnya, termasuk dari barang-barang
berkualitas tinggi dan pelayanan.
Setiap aktifitas
yang dihasilkan dari sektor pariwisata tentunya tidak pernah terlepas dari roh nya,
yaitu yang mengedepankan jiwa pelayanan dan keramahtamahan (hospitality) kepada
wisatawan. Keseluruhan kegiatan yang mendasari kepariwisataan tentunya tidak bisa terlepas
dari pedoman dan prinsip dari pariwisata
itu sendiri. Suatu kegiatan wisata belum bisa
dikatakan sempurna jika belum menerapkan
prinsip sapta pesona dalam pengaplikasiannnya.
Tentunya prinsip dan unsur-unsur yang terkandung dalam sapta pesona
tersebut tidak hanya sebagai jargon semata tetapi melebihi
dari itu, jika diresapi dan dipahami lebih dalam. Kondisi sapta pesona tersebut
sangat penting diciptakan disetiap destinasi wisata untuk mendapatkan
pengalaman yang luar biasa dan tak terlupakan
bagi wisatawan. Adapun ke tujuh prinsip
sapta pesona tersebut adalah aman, tertib, bersih,
sejuk, indah, ramah tamah dan kenangan. Sektor pariwisata yang memberikan nilai manfaat yang sangat tinggi terhadap peningkatan pendapatan suatu daerah, sangat disayangkan jika mengambil keuntungan dari sektor ini
tetapi tidak patuh menerapkan prinsip-prinsipnya dalam pengaplikasian kegiatan pariwisata yang sebenarnya.
Melalui penelitian
ini, peneliti berusaha untuk melihat efektifitas peluang promosi wisata alam melalui
metaverse tourism. Promosi wisata
alam dilakukan dengan pendekatan prinsip yang terkandung dalam pariwisata. Penyesuaian atau adaptasi yang baik antara pariwisata dan teknologi bisa menghasilkan kolaborasi yang �high
tech and high touch�. Kolaborasi ini bisa kita
temukan melalui metaverse
tourism. Penelitian ini
dilakukan di Taman Nasional Teluk
Cenderawasih Papua (TNTC).� Papua merupakan
salah satu daerah terbaik untuk perjalanan
wisata yang berada dibagian timur negara Indonesia. Potensi keindahan alam dan kekayaan sumber daya alam
yang tidak akan pernah habis untuk
dijelajahi. Mulai hutan dengan keanekaragaman
hayati, lautan yang masih asli dengan
kecantikan bawah laut yang eksotis. Semua ini merupakan
daya tarik wisata alam yang tidak akan pernah
habis untuk ditelusuri. Bagitu banyak tempat menarik
yang dapat dikunjungi di
Papua, salah satunya adalah
Taman Nasional Teluk Cenderawasih
(TNTC). Pada tahun 2002, Teluk
Cenderawasih ditetapkan sebagai Taman Nasional dengan luas lebih kurang
1.453.500 Ha. Teluk Cendrawasih
adalah taman nasional laut terluas
di Indonesia. Posisinya berada
di dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Teluk Wondama (Provinsi Papua Barat) dan Kabupaten
Nabire (Provinsi Papua). Sebesar 89,9% TNTC merupakan kawasan perairan (Saroy
& Anwar, 2018).
TNTC memiliki
potensi wisata alam bawah laut
yang menarik. Salah satu daya tarik yang menjadi perhatian dunia adalah keberadaan Hiu Paus (Rhincodon
typus) yang terdapat di TNTC. Hiu
Paus yang dikenal ramah manusia ini menjadi
primadona dan daya tarik wisata di TNTC. Sejak tahun 2009 dan setiap tahunnya wisatawan banyak berkunjung ke TNTC untuk melihat lebih
dekat dengan Hiu Paus tersebut. Terbukti pada tahun 2016 tingkat kunjungan wisatawan yang berkunjung ke TNTC untuk menikmati
attraksi wisata Hiu Paus Teluk Cenderawasih sebanyak 4.083 wisatawan yang di dominasi oleh wisatawan mancanegara (Saroy
& Anwar, 2018). Adapun kategori wisatawan mancanegara yang berkunjung ke TNTC diantaranya berasal Australia, Amerika, Inggris,
Jerman, dan Swiss (Yehezkiel
et al., 2021). Konsistensi
dan perhatian ditunjukkan
oleh pemerintah melalui Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih (BBTNTC) terhadap potensi wisata dan sumber daya alam yang berada di TNTC. Hal ini dibuktikan dengan diresmikannya Whale Shark Center (WSC) pada Januari 2020 sebagai tempat mendukung kegiatan wisata Hiu Paus dan dan pusat penelitian pelestarian Hiu Paus.
Melihat potensi
daya tarik wisata Hiu Paus di TNTC yang luar biasa, menjadikan
peluang untuk membangun citra wisata dan wilayah di daerah tersebut. Langkah awal melalui promosi dan kemudahan wisatawan mendapatkan akses informasi dan referensi begitu sangat penting dan menjadi perhatian dalam pengembangan suatu destinasi wisata. Promosi melalui cara atau
media konvensional sebenarnya
tidak salah, tetapi alangkah baiknya di saat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat kita bisa
beradaptasi dengan perubahan tersebut. Pada abad ke-21 ini begitu banyak teknologi
yang dapat merubah dunia, sektor wisata perlahan
harus mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi tersebut untuk keberlanjutan pariwisata dalam mempertahankan eksistensi di masa depan. Teknologi berbasis Virtual
Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) dianggap
sebagai teknologi yang
paling mengubah dunia abad
ke-21. Di berbagai sektor sudah memanfaatkan dengan baik teknologi
VR/AR. Sebut saja sektor atau bidang
sains dan penelitian, kedokteran dan telekomunikasi
yang sudah terlebih dahulu memulai untuk beradaptasi dengan pemanfaatan teknologi tersebut (Nayyar
et al., 2018).
Metaverse tourism merupakan
istilah baru untuk trend atau cara baru dalam
menikmati perjalanan wisata. Di Indonesia istilah metaverse
tourism sudah mulai digaungkan sejak awal tahun 2022. Metaverse sendiri merupakan teknologi yang menggabungkan Virtual
Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) atau
disebut juga dengan Mixed
Reality.� Platform metaverse dapat diakses dan dimanfaatkan secara khusus dan langsung di lingkungan digital. AR dapat diaktifkan melalui fitur teknis seperti
computer vision, object recognition, miniature accelerometers, global positing
system (GPS) and the solid state compass (Nayyar et al., 2018). Industri pariwisata menyoroti bahwa peluang besar
untuk masa kini dan masa depan untuk metaverse tourism
yang menjadi implementasi teknologi canggih dalam menciptakan pengalaman berwisata virtual yang
luar biasa dan berkesan bagi wisatawan.
Konsep pariwisata virtual dapat didefinisikan sebagai pendekatan digital untuk pariwisata (Lips,
2021).
Metode Penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan tinjauan literatur. Metode ini dipilih dengan
tujuan menyampaikan dan memberikan pemahaman terhadap metaverse tourism yang menjadi
trend baru dalam berwisata di tahun 2022 yang dapat menjadi salah satu sarana promosi
yang efektif untuk destinasi dan attraksi wisata alam Hiu
Paus di TNTC. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan semua data sekunder dari pustaka
dan dokumen yang terkait dengan penelitian. Penelitian ini juga dilakukan dengan wawancara kepada staf TNTC sebagai tambahan dan untuk memperkuat referensi serta konfirmasi data yang sudah didapati. Penelitian dilakukan pada bulan Februari tahun 2022.
Hasil dan Pembahasan
Taman Nasional Teluk
Cendrawasih (TNTC) dengan potensi wisata alam Hiu Paus dapat
memanfaatkan konsep metaverse
tourism dalam promosi wisatanya. Menariknya TNTC memiliki modal dengan potensi daya tarik
wisata dengan jumlah Hiu Paus terbanyak yaitu 183 ekor dari 253 ekor
Hiu Paus yang diperkirakan berada di perairan Indonesia (BBTNTC,
2022). Konsep metaverse tourism
di TNTC dapat melalui pemanfaatan Augmented Reality (AR) pembuatan avatar tiga dimensi yang mana mendapatkan kehadiran visual yang nyata di
dunia dalam dunia virtual, wisatawan
memiliki kemampuan dalam membuat karakter
dan membuat rangkaian perjalanan wisata mandiri sesuai dengan keinginan (Ayiter,
2020). Teknologi
metaverse tourism dapat memberikan
pengalaman baru dalam berwisata tanpa harus mengurangi
rasa penasaran terhadap destinasi wisata.
Gambar 1
Wisata Alam Hiu Paus di Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC, 2022)
Untuk mencapai
TNTC dapat di akses melalui jalur laut
dan jalur udara dari Manokwari atau Nabire. Kemudian
dilanjutkan dengan menggunakan perahu motor menuju lokasi wisata.
Lokasi TNTC berada diantara
Provinsi Papua dan Papua Barat, serta
berada di dua lempeng yaitu Australia dan Samudera Pasifik. Pantai yang begitu jernih dan pasir putih yang menjadi pesona apik bagi wisatawan
yang berkunjung. Lokasi TNTC ini
memberikan keuntungan terhadap sumber daya keanekaragaman hayati laut yang mempesona. Salah satunya daya tarik wisata
alam Hiu Paus. Wisata Alam Hiu
Paus hingga tahun 2019 dapat dinikmati secara langsung oleh wisatawan yang langsung berkujung ke TNTC. Tetapi sangat disayangkan, sejak di awal tahun
2020 terjadi kemerosotan jumlah kunjungan wisatawan ke destinasi
wisata dikarenakan pandemi Covid-19, data menyebutkan
kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia melalui seluruh pintu masuk tahun
2020 berjumlah 4.052.923 kunjungan
atau mengalami penurunan sebesar 74,84% dibandingkan tahun 2019 yang berjumlah 16.108.600 kunjungan. Sedangkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia melalui seluruh pintu masuk
bulan Desember 2021 berjumlah 163.619 kunjungan atau mengalami penurunanan sebesar -0,28% dibandingkan bulan Desember� 2020 yang berjumlah 164.079 kunjungan (Kemenparekraf,
2020). Kenyataan
ini membuat prihatin sektor wisata di Indonesia, efek domino
yang dirasakan dari hulu hingga hilir.
TNTC dengan wisata alam Hiu Pausnya
yang biasaya mendatangkan wisatawan mancanegara tidak kurang dari
3.000 orang ini mulai memutar otak dan membuat inovasi melalui penyelenggaraan pengalaman perjalanan wisata melalu virtual tour wisata alam Hiu
Paus. Visualisasi video attraksi
wisata alam, seperti kegiatan diving, keindahan bawah laut dan kegesitan Hiu Paus dipertontonkan pada
video tersebut yang direkam
secara langsung oleh TNTC. Efektifitas virtual tour dimasa pandemi Covid-19 nyatanya belum memberikan dampak maksimal dan konsisten terhadap promosi dan minat untuk berwisata bagi wisatawan di wisata alam TNTC. Data yang didapati bahwa jumlah pengunjung wisata TNTC di tahun 2021 hanya mencapai 68 orang yang berasal dari wisatawan
nusantara sebanyak 18 orang
dan wisatawan mancanegara sebanyak 50 orang, yaitu wisatawan dari negara Belanda, Inggris, Australia, New Zealand, Kanada
dan Jepang. Adapun tujuan dari pengunjung wisata di TNTC adalah untuk berwisata sebanyak 55 orang dan untuk tujuan penelitian sebanyak 13 orang (TNTC,
2022).
Gambar 2
Grafik Pengunjung Wisata Taman Nasional Teluk Cenderawasih Berdasarkan Negara Asal Wisatawan
Dari hasil yang
didapatkan dari penelitian ini, peneliti berusaha memberikan gambaran dan
masukan kepada TNTC untuk bisa memanfaatkan dan beradaptasi dengan kemajuan dan
perkembangan teknologi metaverse tourism sebagai salah satu� sarana promosi wisata alam Hiu Paus yang
efektif di TNTC. Metaverse tourism dengan memaksimalkan
manfaat kolaborasi VR dan
AR ini akan memberikan pengalaman yang menarik daripada hanya memanfaatkan virtual tourism
semata. Diharapkan melalui metaverse tourism ini
bisa kembali menarik minat pengunjung
wisata alam Hiu Paus yang tembus yang lebih dari 4.000 orang sebelum pandemi Covid-19. �
Gambar 3
Jumlah pengunjung
Virtual Tour Taman Nasional Teluk Cenderawasih
Tahun 2021
(Sumber: Youtube BBTNTC Official)
Kesimpulan
Penelitian mengenai
metaverse tourism ini dihasilkan
cara atau ide baru dalam melakukan
perjalanan wisata alam di Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) yang mana wisatawan
bisa berpartisipasi dimanapun berada dengan memanfaatkan AR pada metaverse
tourism. Wisatawan merasakan
menjadi bagian dari perjalanan wisata tersebut, walau hanya dalam
dunia virtual. Manfaat besar
akan dirasakan jika kita mau
memulai beradaptasi dengan teknologi yang ramah lingkungan dan memberikan dampak positif terhadap kelestarian alam tanpa harus ditakuti
oleh isu-isu negatif yang akan menurunkan minat kunjungan wisatawan untuk datang berkunjung menikmati fenomena alam dan berwisata di Taman
Nasional Teluk Cenderawasih.
Diharapkan dengan diresmikannya Whale Shark Center tahun
2020 di TNTC bisa menjadi
modal awal dalam melangkah untuk keberlanjutan wisata alam di Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Untuk penelitian selanjutnya, menarik untuk meneliti
potensi Whale Shark Center sebagai
pusat pelestarian Hiu Paus dan wisata edukasi untuk pembangunan
berkelanjutan.
Ayiter, E. (2020). The avatars of
alpha.tribe. In Modified: Living as a Cyborg (pp. 34�45). Taylor and
Francis. https://doi.org/10.4324/9781351107839-4
BBTNTC. (2022). Laporan Kinerja Balai
Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih 2021.
D�az, J. E. M. (2020). Virtual World as a
Complement to Hybrid and Mobile Learning. International Journal of Emerging
Technologies in Learning, 15(22), 267�274.
https://doi.org/10.3991/ijet.v15i22.14393
Estudante, A., & Dietrich, N. (2020).
Using Augmented Reality to Stimulate Students and Diffuse Escape Game
Activities to Larger Audiences. Journal of Chemical Education, 97(5),
1368�1374. https://doi.org/10.1021/acs.jchemed.9b00933
Kemenparekraf. (2020). Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Pusat Data dan Sistem Informasi
Kemenparekraf/Baparekraf. https://www.kemenparekraf.go.id/statistik-wisatawan-mancanegara/Statistik-Kunjungan-Wisatawan-Mancanegara-2020
Lips, J. (2021). Virtual Tourism And
Travel Intention. Edepot.wur.nl. https://edepot.wur.nl/561267
Nayyar, A., Mahapatra, B., Le, D., &
Suseendran, G. (2018). Virtual Reality (VR) & Augmented Reality (AR)
technologies for tourism and hospitality industry. International Journal of
Engineering and Technology(UAE), 7(2), 156�160.
https://doi.org/10.14419/ijet.v7i2.21.11858
Nugraha, B., Dharmadi, D., & Wiadnyana,
N. N. (2020). Status Pemanfaatan Dan Upaya Penanganan Hiu Paus (Rhincodon
Typus) Terdampar Di Perairan Indonesia. Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia,
12(1), 47. https://doi.org/10.15578/jkpi.12.1.2020.47-57
Park, S.-M., & Kim, Y.-G. (2022). A
Metaverse: Taxonomy, Components, Applications, and Open Challenges. IEEE
Access, 10, 4209�4251. https://doi.org/10.1109/ACCESS.2021.3140175
Saroy, B. G., & Anwar, S. (2018). Meretas
Ekowisata Berbasis Konservasi Tradisional Di Taman Nasional Teluk Cenderawasih.
Siyaev, A., & Jo, G.-S. (2021). Towards
aircraft maintenance metaverse using speech interactions with virtual objects
in mixed reality. Sensors, 21(6), 1�21.
https://doi.org/10.3390/s21062066
TNTC. (2022). Taman Nasional Teluk
Cenderawasih. Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih.
https://telukcenderawasihnationalpark.com/
Ye, F., Park, J., Wang, F., & Hu, X.
(2020). Analysis of early warning spatial and temporal differences of tourism
carrying capacity in China�s Island cities. Sustainability (Switzerland),
12(4), 1�16. https://doi.org/10.3390/su12041328
Yehezkiel, B., Saroy, B. G., Maria, M. C.
R., & Tapilatu, R. F. (2021). Trend Kunjungan Wisatawan Mancanegara di
Kawasan Konservasi Taman Nasional Teluk Cenderawasih dengan Wisata Minat Khusus
Hiu Paus ( Rhincodon typus ). 5(1), 95�102.
������������������������������������������������
Copyright holder: Ulfi Maranisya,
Sanny Sutanto (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |