Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7, No. 3, Maret 2022
PERBANDINGAN INDEKS ERITROSIT PADA SAMPEL DARAH 3 ML, 2 ML, & 1 ML DENGAN
ANTIKOAGULAN K2EDTA SETELAH DITUNDA 4 JAM
Syuhada, Festy Ladyani,
Nanda Nur Fauziah, Cipta Nengsih
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati,
Indonesia
Email: [email protected],
[email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak
Tahapan Pra-analitik merupakan tahap pemeriksaan yang sering terjadi kesalahan, seperti pengambilan sampel sehingga volume darah yang di ambil tidak sesuai standar,
lalu penundaan sampel darah� dapat
mempengaruhi hasil yang pada akhirnya menyebabkan pemeriksaan hematologi yang kurang akurat. Antikoagulan yang dipakai pada penelitian ini adalah K2EDTA. Pemeriksaan indeks eritrosit sendiri merupakan salah satu pemeriksaan yang penting untuk menegakan diagnosa. Penelitian
ini bertujuan untuk melihat perbedaan hasil pemeriksaan indeks eritrosit pada
volume sampel darah 3 mL, 2
mL, dan 1 mL dengan antikoagulan
K2EDTA setelah ditunda
4 jam. Menggunakan
metode observasional analitik, pendekatan cross sectional. Subjek
berjumlah 50 orang sehat dengan teknik consecutive. Darah diambil
sebanyak 6 mL setiap orangnya dan dibagi ke 3 tabung, lalu
ditunda 4 jam. Nilai tertinggi
indeks eritrosit terdapat pada laki-laki, dengan MCV di 1 mL (85,332 fl), MCH di 2 mL (28,440 pg), MCHC di 3 mL (33,300
g/dl) dan menurut usia mendapatkan hasil nilai yang semakin bertambah dengan seiring bertambahnya usia, dengan MCV di� 1 mL (85,619 fl), MCH di 2 mL (28,394 pg), MCHC di 3 mL (33,282 g/dl). Uji Parametrik one-way anova didapatkan hasil (p-value >0,05) sehingga
tidak terdapat perbedaan. Kesimpulannya tidak terdapat perbedaan yang signifkan baik berdasarkan jenis kelamin atau
usia terhadap hasil pemeriksaan indeks eritrosit antar volume 3 mL, 2 mL, & 1 mL� setelah ditunda 4 jam dalam tabung vacutainer K2EDTA.
Kata
Kunci: Pemeriksaan hematologi, Indeks Eritrosit, K2EDTA
Abstract
A pre-analytical
step in an examination is a stage where mistakes can occur, such as in sampling and the blood
volume was taken under normally and also delayed
in the blood sample can affect the results of the examination which in time
causes an inaccurate hematology test. The anticoagulant used in the research
was K2EDTA. erythrocyte index examination is one of
the most important diagnostic test. This study aims to
determine whether there is a comparison the results of examination of eritrosite index levels in blood sample volumes of 3 mL, 2
mL, and 1 mL with the K2EDTA anticoagulant after being postponed 4 hours. This study used an analytic observational method with a cross
sectional approach. The research subjects were 50 health respondents and by consecutive
technique. 6 mL of blood was drawn from each person, then divided into three tubes.. The highest value of erythrocyte index is found in
men with 1 mL in MCV (85,332 fl), 2 mL in MCH (28,440
pg), 3 mL in MCHC (33,300 g/dl) and according to age
results in value that grows with age, with 1 mL in MCV (85,619 fl), 2 mL in MCH (28,394 pg), 3
mL in MCHC (33,282 g/dl). The anova parametric test
got results (p-value > 0.05) so there are no significant differences. There
is no significant difference in either gender or age of erythrocyte index
results between volume 3 ml, 2 ml, & 1 ml after four hours postponed in the
K2EDTA vacutainer tube.
Keywords: Hematology examination, Eritrosite Index, K2EDTA
Pendahuluan
Laboratorium Klinik merupakan tempat yang memiliki fungsi
dalam melakukan pemeriksaan ataupun pelayanan dibidang klinik seperti, hematologi,
mikrobiologi, parasitologi, imunologi, dan lainnya, Trisnawati (2020). Salah
satunya merupakan pemeriksaan hematologi yang merupakan pemeriksaan cairan
darah yang berhubungan dengan sel darah dan mencakup seluruh komponen yang ada
di darah, yaitu Hemoglobin, Eritrosit, Leukosit, Trombosit, Hematokrit, Indeks
Eritrosit �(Permana , Zuraida, &
Sindarama, 2020).
Perhitungan indeks
eritrosit biasa digunakan untuk mendiagnosa jenis anemia dan dapat dihubungkan untuk mengetahui penyebab terjadinya anemia. Pemeriksaan Indeks eritrosit
yang didapatkan
yaitu
Mean Corpuscular Values (MCV), Mean
Corpuscular Hemoglobin (MCH), dan Mean Corpuscular Hemoglobin
Concentration (MCHC) (Salam, 2012).
Pemeriksaan laboratorium
memiliki tiga tahapan yaitu tahapan
pra-analitik, tahapan analitik dan juga tahapan pasca-analitik (Maripah & Siti, 2017). Kesalahan
yang terjadi pada tahap pra analitik adalah
yang terbesar, yaitu dapat mencapai 60% - 70%. Sehingga penting sekali untuk mempersiapkan
pasien sebelum melakukan pengambilan spesimen. Spesimen yang tidak memenuhi syarat sebaiknya ditolak, dan dilakukan pengulangan pengambilan spesimen agar tidak merugikan laboratorium (Siregar, dkk, 2018).
International Council for
Standarization in Haematology
(ICSH) merekomendasikan antikoagulan
K₂EDTA karena tidak akan mencairkan sampel darah yang telah di ambil. Selain itu pemakaian
K₂EDTA juga direkomendasikan oleh Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI) karena memiliki pH yang dapat menurunkan kerusakan sel Sari (2020). Darah yang telah dicampur dengan antikoagulan hendaknya harus diperhatikan batas waktu penyimpanannya,
guna memastikan hasil pemeriksaan dapat terpercaya dan bermakna secara medis (Sari & Darmadi, 2018).
Volume darah yang dimasukkan ke dalam tabung
pada proses penampungan� harus
sebanding dengan volume
yang tertera pada tabung
vacutainer. Apabila volume darah
kurang atau berlebih dari volume yang ditunjukkan pada batas tabung vacutainer maka hal tersebut berpotensi
mempengaruhi keakuratan hasil pemeriksaan. Efek yang terjadi jika darah yang akan di periksa kurang dari jumlah
normalnya maka dapat terjadi hipertonisitas,
namun apabila berlebihan dapat menyebabkan darah menggumpal atau koagulasi (Riswanto, 2013).
Hasil
pemeriksaan indeks
eritrosit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu konsentrasi antikoagulan, suhu penyimpanan sampel darah, dan lama penyimpanan sampel darah, Chairunnisa (2017). Pada pemeriksaan
indeks eritrosit, jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin sangat berpengaruh
dalam menentukan hasil MCV, MCH, dan MCHC. Rekomendasi
waktu maksimal untuk� pemeriksaan yang di kemukakan
oleh International
Council for Standardization in Haematology (ICSH)
pada tahun 2002 yaitu
maximal 4 jam (Vives-Coron et al., 2013).
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan
oleh Subekti (2017) mengenai
pemeriksaan 30 sampel yang kemudian ditunda selama 1 jam dan 7 jam dengan pengambilan volume sampel 3mL menggunakan antikoagulan EDTA 10%
diperolah data bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada nilai MCV dan MCHC,
dan untuk nilai MCH tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Selain itu, menurut
penelitian yang dilakukan
oleh Chairunnisa (2017) menunjukan
bahwa pada nilai MCV, MCHC,
dan MCH mendapatkan hasil perbedaan yang bermakna, dengan pengambilan sampel 2mL dan penundaan di jam
ke-0, ke-2, ke-4, dan ke-6 menggunakan antikoagulan K3EDTA.
Penelitian
juga dilakukan oleh Utami
(2019) dengan melakukan penundaan di jam ke-2, ke-4, ke-6, dan ke-8 pada pemeriksaan hematologi dengan antikoagulan K2EDTA, hasil yang didapatkan adalah MCV, MCH dan MCHC tidak mengalami perubahan di jam tertentu.
Volume sampel darah yang tidak akurat pada tabung vacutainer dengan antikogulan K2EDTA serta
penundaan waktu yang berbeda-beda dari pengambilan sampel darah hingga diperiksa
akan mempengaruhi hasil pemeriksaan indeks eritrosit dalam pemeriksaan darah. Berdasarkan gambaran di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di laboratorium Abdul Moeloek dengan judul Perbandingan Indeks Eritrosit Pada Volume Sampel Darah 3 mL, 2 mL, & 1 mL dengan
Antikoagulan K2EDTA setelah
ditunda selama 4 jam di
RSUD. Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.
Metode Penelitian
Jenis
penelitian ini adalah Analitik Observasional dengan pendekatan Cross Sectional dilakukan
di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung pada bulan Oktober � Februari 2022. Sampel penelitian ini adalah pendonor sukarela yang sehat. Subjek penelitian yang dipilih adalah yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan teknik pengambilan
sampel Non Probability
Sampling (tidak secara
acak), Dengan menggunakan Teknik Consecutive. Terdapat
sampel sebanyak 50 orang terdiri dari 25 orang laki-laki dan 25 orang perempuan.
yang mana setiap orangnya akan diambil darah
sebanyak 6 mL kemudian akan dibagi pada tiga tabung vacutainer K2EDTA standar 3 mL sebanyak 1 mL, 2 mL,
dan 3 mL. Pada penelitian ini, antikoagulan yang digunakan adalah tabung vacutainer K2EDTA dengan
volume standar 3 mL. Metode pemeriksaan yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
perhitungan hasil komponen darah yang dihasilkan oleh
alat Hematology Analyzer Mindray BC-3600. Data
dianalisis dengan komputer menggunakan program IBM
SPSS Statistic versi 26 yang selanjutnya
dilakukan uji normalitas.
uji normalitas yang dilakukan
adalah Shapiro-Wilk dan diperoleh
data terdistribusi normal, kemudian
dianalisis menggunakan Uji One
Way Anova. Lalu dilakukan
analisis Post Hoc BonFerroni
untuk mengetahui perbedaan yang bermakna antar kelompok.
Hasil
dan Pembahasan
Dari 50 orang responden didapatkan sampel darah yang kemudian diperiksa menggunakan alat Hematology
Analyzer Mindray BC-3600 lalu didapatkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 1
Volume/ Sampel |
Mean |
Min_Max |
||||
MCV (fL) |
MCH (pg) |
MCHC (g/dL) |
MCV (fL) |
MCH (pg) |
MCHC (g/dL) |
|
3 mL 2 mL 1 mL |
84.4 84.4 84.5 |
27.9 28 28 |
33.1 33.1 33.1 |
61.4-94.1 61.7-94.4 61.3-94.3 |
19.4-32 19.2-31.9 19.3-32.1 |
31.3-34.3 31.2-34.2 31.2-34.2 |
Perbandingan Hasil Pemeriksaan Indeks Eritrosit Pada Sampel Darah Setelah
ditunda 4 jam
Berdasarkan tabel 1 terlihat pada jumlah
MCV menunjukkan hasil tertinggi pada volume sampel
darah 2 mL yaitu 94.4 fL, pada MCH Pada perbandingan ini dapat dilihat
bahwa hasil tertinggi terdapat di volume sampel 1 ml dengan nilai rerata 28,004 pg, sedangkan pada MCHC perbandingan ini dapat dilihat bahwa
hasil tertinggi terdapat di volume sampel 2 ml dengan nilai rerata
33.140 g/dl. Hal ini menunjukan bahwa
terdapat� perbedaan
volume sampel darah pada tabung 3 ml, 2 ml, & 1 ml pada hasil
penelitiannya, peningkatan nilai Indeks Eritrosit
pada penelitian Destanto
(2012) berada di tabung 2
ml tetapi tetap nilai Indeks Eritrosit
disini masih dalam rentang normal dan perbedaan yang terjadi pun tidak bermakna. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan
oleh Jayanti (2019) bahwa terdapat
perbedaan nilai pada volume
sampel darah yang berbeda, tetapi perbedaan yang terjadi masih dalam batas
nilai normal indeks eritrosit.
Tabel 2
Perbandingan Hasil Pemeriksaan Indeks Eritrosit Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Sampel
Darah Setelah ditunda 4 jam
Jenis Kelamin |
Volume Sampel |
Mean |
Min_Max |
||||||
MCV (fL) |
MCH (pg) |
MCHC (g/dl) |
MCV (fL) |
MCH (pg) |
MCHC (%) |
||||
Laki-laki |
3 mL 2 mL 1 mL |
85.1 85.2 85.3 |
28.3 28.4 28.4 |
33.3 33.3 33.2 |
61.4-93.9 61.7-93.6 61.3-94.3 |
19.4-31.6 19.2-31.3 19.3-31.3 |
31.6-34.3 31.2-34.2 31.5-34.2 |
||
Perempuan |
3 mL 2 mL 1 mL |
83.6 83.5 83.6 |
27.5 27.5 27.5 |
32.9 32.9 32.9 |
73.2-94.1 3.4-94.4 73-94.3 |
23.3-32 23.3-31.9 23.3-32.1 |
31.3-34.2 31.5-34.2 31.2-34 |
||
Berdasarkan table 2 terlihat bahwa pada indeks eritrosit pendonor berdasarkan jenis kelamin didapatkan hasil lebih tinggi
pada laki-laki dibandingkan
perempuan. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh �Eza, dkk (2006) bahwa didapatkan hasil bahwa laki�laki
memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan
dengan perempuan. Hal ini antara lain disebabkan oleh faktor hormon androgen dalam proses eritropoiesis dan pada Wanita dapat mengalami kehilangan darah saat menstruasi (Eza, 2006). kehilangan
darah selama menstruasi dan kekurangan zat besi selama
kehamilan juga menyebabkan penurunan hemoglobin dalam darah (Griyan, 2012).
Tabel 3
Perbandingan Hasil Pemeriksaan Indeks eritrosit Pada Sampel Darah Berdasarkan Usia menurut Depkes RI
Usia (Tahun) |
Volume Sampel |
Mean |
Min_Max |
||||||
MCV (fL) |
MCH (pg) |
MCHC (g/dl) |
MCV (fL) |
MCH (pg) |
MCHC (%) |
||||
17 � 25 |
3 mL 2 mL 1 mL |
83.8 83.7 83.8 |
27.8 27.7 27.7 |
33.1 33.1 33 |
61.4-93.9 61.7-93.6 61.3-94.3 |
19.4-31.6 19.2-31.3 19.3-31.3 |
31.3-34.3 31.2-34.2 31.2-34.2 |
||
26 � 35 |
3 mL 2 mL 1 mL |
84.1 84.5 84.5 |
28.1 28 28.1 |
33.3 33.1 33.2 |
71.1-94.1 71.3-94.4 71.4-94.3 |
23.2-32 23.2-31.9 23.1-32.1 |
32.7-34 32.6-33.9 32.4-34 |
||
36 � 45 |
3 mL 2 mL 1 mL |
85.4 85.5 85.6 |
28.2 28.3 28.3 |
33 33.1 33.1 |
73.2-91.3 73.4-91.4 73-91.3 |
23.2-30.4 23.3-31.1 23.3-30.9 |
31.7-34.1 31.7-34.2 31.9-34 |
||
Berdasarkan table 3 Hasil dari
MCV berdasarkan usia menunjukan bahwa nilai tertinggi terdapat pada rentang usia 36-45 tahun dengan nilai 85,6 fl di volume sampel darah 1 ml, Pada MCH terdapat nilai tertinggi di rentang usia 36-45 tahun pada volume sampel darah 2 mL & 1 mL yaitu 28.3 pg, Sedangkan pada MCHC, nilai tertinggi terdapat di rentang usia 26-35 tahun pada volume sampel darah 3 mL yaitu 33.3 g/dl. Hal ini dapat diselaraskan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurrahman, dkk (2020) bahwa pada usia remaja atau
hingga dewasa awal merupakan usia yang rentan terkena anemia atau penyakit lainnya yang disebabkan oleh kebiasaan atau habit, bahwa pada remaja memiliki kebiasaan atau pola hidup yang tidak baik,seperti kebiasaan tidur larut malam, lalu
tidak seimbangnya asupan makanan, selain itu pada remaja beresiko kehilangan besi dari dalam tubuh
terutama pada wanita sebesar 1,3 mg/ hari setiap menstruasi.
Tabel 3
Uji One Way-Anova
|
Volume Darah |
Rerata |
Standar Deviasi |
Interval Kepercayaan |
P-Value |
MCV |
3 mL |
84,4 |
6,119 |
82,6-86,1 |
0,995 |
2 mL |
84,4 |
6,113 |
82,6-96,1 |
||
1 mL |
84,5 |
6,177 |
82,7-86,2 |
||
MCH |
3 mL |
27,9 |
2,381 |
27,3-28,6 |
1,000 |
2 mL |
28 |
2,384 |
27,3-28,6 |
||
1 mL |
28 |
2,400 |
27,3-28,6 |
||
MCHC |
3 mL |
33,1 |
0,667 |
32,9-33,3 |
0,973 |
2 mL |
33,1 |
0,689 |
32,9-33,3 |
||
1 mL |
33,1 |
0,678 |
32,9-33,3 |
Uji One-Way Anova didapatkan
hasil MCV p = 0,995; MCH p = 1,000; MCHC p=0,973 (p-value >0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antar volume sampel darah setelah
ditunda 4 jam. Untuk membandingkan antar volume darah dilakukan analisis post
hoc Bonferroni, Hasil Uji Analisis
Post Hoc Benferroni� terhadap hasil indeks eritrosit mendapatkan hasil bahwa
p > 0,05 sehingga nilai
signifikan lebih besar dari taraf
signifikansi yang digunakan,
sehingga Ho ditolak dan Ha diterima dan dapat ditarik kesimpulan
bahwa tidak ada perbedaan bermakna
hasil pemeriksaan hitung indeks eritrosit pada sampel
darah volume 3
mL, 2 mL, dan 1 mL dengan
tabung vacutainer
K2EDTA setelah ditunda 4 jam.
Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami (2019) bahwa MCV tidak mengalami perubahan dengan nilai p>0,05, pada nilai MCH didapatkan hasil yang sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Subekti (2017) bahwa tidak adanya
perubahan yang signifikan, sedangkan pada nilai MCHC tidak mengalami perubahan yang signifikan di penelitian yang dilakukan oleh Utami (2019). Hasil ini tidak sejalan dengan
penelitian yang di lakukan
oleh Chairunnisa (2017) bahwa
pada perbandingan penelitiannya
di dapatkan perubahan yang signifikan dengan nilai MCV, MCH, dan MCHC p<0,05 yang menyatakan
bahwa adanya perubahan yang bermakna. Hal
ini sama dengan penlitian yang dilakukan olek Syuhada, dkk (2021) Pemeriksaan indeks eritrosit pada sampel darah 3 mL, 2 mL dan 1 mL dengan antikoagulan K2EDTA setelah melakukan uji Kruskal-Wallis hasilnya
tidak terdapat perbedaan bermakna (Syuhada, Rusmini, & Adelia, 2021).
Sejalan dengan penilitian yang dilakukan oleh Dayalan (2020) menunjukkan hasil antara vacutainer 1 mL K2EDTA yang kurang
terisi dan vacutainer
standar 3 mL K2EDTA (Dayalan, Subbarayan, Radha, Raghavan, & Mohandas,
2020).�� Tidak ada variasi statistik
yang signifikan bahkan ketika volume darah serendah 1 mL yaitu 67% lebih kecil dari
volume yang direkomendasikan.
Kesimpulan
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa rata � rata indeks eritrosit yang di ambil dari pendonor sukarela
yang sehat, pada volume darah
3 mL dalam tabung
vacutainer K2EDTA menunjukan hasil
yang terendah, dan nilai tertinggi berada di 1 mL. Rata � rata nilai indeks eritrosit berdasarkan jenis kelamin menunjukan hasil tertinggi pada sampel darah laki-laki
dan rata � rata nilai hasil
indeks eritrosit berdasarkan rentang usia menunjukan hasil bahwa semakin
bertambahnya usia maka indeks eritrosit
semakin meningkat, serta tidak ada
perbedaan bermakna indeks eritrosit pada volume darah 3 mL, 2 mL dan 1 mL pada tabung
vacutainer K2EDTA setelah ditunda
4 jam.
Saran untuk
petugas laboratorium adalah tetap mempertahankan
volume pada rentang normal dan jika
terdapat penundaan maka jangan sampai
melebihi 4 jam. Untuk Penelitian selanjutnya diharapkan dapat
meneliti pengaruh volume darah yang tidak mencukupi dalam tabung vacutainer K2EDTA pada orang sakit. Selain itu, disarankan untuk meneliti dengan waktu
penundaan yang lebih lama atau di atas batas normal supaya dapat melihat pada
jangka waktu berapa nilai pada pemeriksaan hematologi mengalami perubahan, dan menggunakan suhu
yang berbeda untuk dapat melihat perbedaan hasil.
Dayalan, Sowmya, Subbarayan, Devi, Radha, Rajeshkanna
Nandhagopal, Raghavan, Vijayashree, & Mohandas, Sabari. (2020). Underfilled
K2EDTA Vacutainer on Automated Haematological Blood Cell IndicesTo Reject or
Reconsider? Journal of Clinical and Diagnostic Research, 14(3),
18�20. https://doi.org/10.7860/jcdr/2020/43292.13578 Google Scholar
Maripah, & Siti. (2017). Pengaruh Penundaan Darah
K3EDTA Terhadap Jumlah Trombosit Metode Automatic Hematology Analyzer. 148,
148�162. Google Scholar
Sari, Permata Dewi, & Darmadi. (2018). Perbedaan
Jumlah Leukosit Darah EDTA Diperiksa Segera dan Ditunda 2 Jam. Google Scholar
Syuhada, Rusmini, Hestti, & Adelia, Merri Bunga. (2021). Perbandingan
Jumlah Leukosit Pada Sampel Darah 3 mL, 2 mL, & 1 mL Dengan Antikoagulan
K2EDTA Di RSUD. DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Universitas
Malahayati, Bandar Lampung. Google Scholar
Vives-Coron, Joan Lluis, Briggs, Carol, Simon-Lopez, Ramon,
Alvarede, Stephanie, Salle, Barbara de la, Flegar-Meatrii, Zlata, Nazor, Aida,
Guyard, Anne, Lipsic, Thomas, Nagai, Yukata, Patiu, Matiana, Piqueras, Joseph,
Capel, Maria Jesus, Blerk, Marjan Van, Wang, Jianbio, & Marzac, Christophe.
(2013). Letter To The Editor: �Letter to the Editor.� International Journal
of Phytoremediation, 20(1), 135�136.
https://doi.org/10.1080/13518040701205365
Copyright
holder: Syuhada,
Festy Ladyani, Nanda Nur Fauziah,
Cipta Nengsih (2022) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |