Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, No.
3, Maret 2022
PENGARUH ARAH AKSIAL DAN
RADIAL TERHADAP KERAPATAN DAN PENYUSUTAN KAYU KELAPA (Cocos Nucifera,
L)
Lydia
Riekie Parera
Fakultas Pertanian Universitas Pattimura, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh arah aksial dan radial terhadap berat jenis
dan susut kayu kelapa dengan menggunakan eksperimen faktorial dalam rancangan
acak lengkap, diterapkan pada penelitian dengan 2 faktorial yaitu arah aksial
dan arah radial dengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arah
aksial dan radial berpengaruh terhadap densitas udara segar dan kering, susut
radial dan tangensial kayu kelapa segar ke kering udara, dan kayu kelapa segar
ke kering oven. Densitas radial tertinggi dari udara segar ke kering adalah
0,40 g/cm3 � 0,49 g/cm3 dan terendah 0,24 g/cm3 � 0,25 g/cm3. Susut radial
tertinggi dari kondisi segar ke kering udara adalah 0,214 % � 0,240 % dan terendah
0,101 % � 0,116 %. Susut tangensial tertinggi dari segar ke kering oven adalah
0,238 % - 0,278 %, dan terendah 0,123 % - 0,131%.
Kata Kunci: cocos
nucifera; berat jenis; penyusutan; aksial; radial
Abstract
This study aims to determine the effect of the axial and radial
directions on the density and shrinkage of coconut wood by using a factorial
experiment in a completely randomized design, applied in a study with 2
factorials, namely the axial direction and the radial direction with 3
replications. The results showed that the axial and radial directions affected
the density of fresh and dry air, radial and tangential shrinkage of fresh to
air dry, and fresh to oven-dry coconut wood. The highest radial density from
fresh to dry air was 0.40 g/cm3 � 0.49 g/cm3 and the lowest was 0.24 g/cm3 �
0.25 g/cm3. The highest radial shrinkage from fresh to air dry conditions was
0.214 % � 0.240 % and the lowest was 0.101 % � 0.116 %. The highest tangential
shrinkage from fresh to oven-dried conditions was 0.238 % - 0.278 %, and the
lowest was 0.123 % - 0.131%.
Keywords: cocos nucifera; specific
gravity; shrinkage; axial; radial
Pendahuluan
Maluku secara
geografis termasuk dalam iklim tropis
dan merupakan propinsi kepulauan, mempunyai keragaman jenis hayati dan ekonomis yang tinggi. Kekayaan sumber daya hutan
dengan keragaman jenis hayati ini
membuka peluang untuk memanfaatkan jenis kayu yang selama ini kurang
diminati dan kurang dikenal sebagai alternatif untuk mengurangi ketergantungan kayu jenis tertentu
sebabagai bahan baku. Hal ini sebagai
salah satu cara untuk menguraangi kekawatiran terhadap kekurangan bahan baku dalam industri
kayu di Indonesia.
Kondisi sumber
daya hutan dewasa ini sudah
sangat memprihatinkan, disebabkan
oleh deforestasi maupun degradasi yang semakin marak dari waktu
ke waktu. Hal ini disebabkan karena kebutuhan kayu terus meningkat
dari tahun ke tahun sebagai
konsekuensi logis dari suatu pembangunan
dalam negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Untuk Mencukupi kebutuhan kayu pada industri perkayuan, hutan produksi mempunyai fungi utama sebagai penyedia bahan baku industri
perkayuan dimana sebagian besar bahan baku tersebut
berasal dari jenis hardwood. Kebutuhan bahan baku industri
perkayuan yang semakin meningkat saat ini menimbulkan kekawatiran, karena untuk mencukupi kebutuhan tersebut akan memaksa masyarakat
mengambil kayu dari hutan alam
secara ilegal. Pohon kelapa yang selama ini hanya
dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga (Khususnya di dapur untuk memasak),
juga bisa dimanfaatkan kayunya untuk bahan
bangunan seperti tiang dan rangka rumah. Kayu kelapa diharapkan bisa menggantikan atau mengurangi ketergantungan pada jenis kayu tertentu
dari hutan untuk industri perkayuan, walaupun selama ini pemakaiannya
kurang maksimal, sementara di satu sisi ketersediaan kayu kelapa cukup
melimpah.
Di Kecamatan
Pulau Gorom Kabupaten Seram Bagian Timur Propinsi
Maluku, pohon kelapa tumbuh pada� berbagai ketinggian, mulai dari daerah pantai
sampai pegunungan. Pohon kelapa umumnya
dimanfaatkan hanya buah dan daunnya saja sedangkan bagian batang hanya
sebagian kecil masyarakat yang telah memanfaatkannya sebagai kayu bakar.
Sifat fisis
kayu kelapa yang penting diantaranya yaitu penyusutan dan kerapatan, dapat dijadikan parameter kualitas kayu serta dapat
memprediksi sifat-sifat kayu lainnya seperti
kekuatan kayu, sifat pengeringan dan sebagainya.
Berdasarkan uraian
di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
berat penyusutan dan kerapatan batang kelapa (Cocos nucifera, L) pada posisi
axial dan radial.
Metode Penelitian
A. Waktu dan tempat Penelitian
Penelitian ini
berlangsung dari bulan Juli sampai
September 2019. Pengambilan contoh
uji di ambil di desa Kilalir Kecamatan Pulau Gorom Kabupaten
Seram bagian Timur Propinsi
Maluku. Untuk pengujian sifat fisis dilakukan
di Laboratorium Teknologi
Hasil Hutan Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura �
Ambon.
B. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan
antara lain : gergaji rantai, meter roll dan mistar, gergaji tangan dan mesin serut, cat, kamera, parang, kantong plastik, timbangan, kaliper, oven, desikator, statip, jarum, gelas ukur dan alat tulis menulis.
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah : aquades, parafin
cair, aluminium foil dan kayu kelapa.
C. Pengambilan contoh uji
Pengambilan contoh
uji pada pohon kelapa yang masih segar dan penebangannya dilakukan pada ketinggian 50 cm
di atas permukaan tanah dan dibagi menjadi 3 (tiga) bagian. Cara pembagian dan pemotongan sampel dapat di lihat pada.
Gambar 1
Pola pembagian batang menurut ketinggian
pada pohon kelapa (C. nucifera L.)
Gambar 2
Letak pengambilan contoh uji
Gambar 1 dan gambar 2. Contoh uji diambil berdasarkan posisi pangkal 25 %, posisi tengah 50 % dan posisi ujung 75 % dari tinggi batang
bebas cabang yang diharapkan yaitu 20 m dan dilakukan di lokasi pengambilan sampel.
D. Pengujian Sifat Fisis dan Pengukuran Contoh Uji
Pengujian sifat
fisis batang kelapa mengacu kepada standar ASTM D 143-83 (Standard Methods of Testing Small Clear
Specimens of Timber) dan dipadukan dengan Standar ASTM D 143-52 (Anonim, 1993). Contoh uji
masing-masing pengujian diambil
dari bagian dekat kulit, tengah
dan bagian dalam batang kelapa. Pada bagian batang yang berbeda yaitu bagian
pangkal, tengah dan ujung.� Bentuk dan ukuran contoh uji dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3
Bentuk dan ukuran contoh uji dalam pengujian kayu
kelapa (Cocos nucifera,
L., dalam cm.)
E. Kerapatan
Kerapatan yang dihitung
adalah kerapatan berdasarkan volume
segar dan volume kering
udara. Contoh uji dikeringkan dalam oven dengan suhu 103 � 2 0C
sampai beratnya konstan, kemudian dikeluarkan dari dalam oven dan dikondisikan di dalam desikator� selama
�10 � 15 menit lalu ditimbang beratnya kembali.
Pengukuran kerapatan
kayu menggunakan rumus :
F. Penyusutan
Besarnya penyusutan
kayu diukur pada arah radial dan tangensial, dan dari kondisi segar ke kondisi kering
tanur. Contoh uji diukur sesuai tanda
yang telah dibuat. Contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu 103 � 2 0C� sampai
beratnya konstan, kemudian contoh uji dikeluarkan dari dalam oven dan di kondisikan didalam desikator selama �10 � 15 menit lalu diukur beratnya
kembali.
Besarnya penyusutan
kayu diukur pada arah radial dan tangensial, dari kondisi segar ke kondisi kering
udara, dan dari kondisi segar ke kondisi kering tanur yang dinyatakan dalam persen (%) dari volume atau ukuran kayu dalam
keadaan basah atau di atas titik
jenuh serat (J.F,
1990). Pengukuran
penyusutan kayu dari kondisi segar ke kondisi kering
udara menggunakan rumus :
Penyusutan arah
radial =
Penyusutan arah
tangensial� =�
Keterangan :
R sg��� �������=� Dimensi
segar arah radial
R ku��������� =� Dimensi kering udara arah
radial
T sg���������� =� Dimensi
segar arah tangensial
T ku���������� =� Dimensi kering udara arah
tangensial
Besarnya penyusutan
kayu dari kondisi segar ke kering tanur dihitung
dengan menggunakan rumus :
Penyusutan radial� =�
Penyusutan arah
tangensial� =�
Keterangan :
R sg��������� =� Dimensi
segar arah radial
R ku��������� =� Dimensi kering tanur arah
radial
T sg���������� =� Dimensi
segar arah tangensial
T ku���������� =� Dimensi kering tanur arah
tangensial
G. Rancangan Percobaan
Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial dengan 3 kali ulangan. Tiap faktor
uji sebagai berikut :
Faktor A (posisi
batang dalam arah aksial) :
A1 �=�
batang bagian pangkal
A2� =�
batang bagian tengah
A2�� =� batang bagian ujung
Faktor B (posisi
batang dalam arah radial :
B1�� =� bagian perifer
B2� =�
bagian tengah antara perifer dan dalam
B3� =�
bagian dalam
Model matematisnya
adalah :
Yijk�� =� � + Ai �+� Bj� +� ABij� + ϵijk
Keterangan :
Yijk������ =��
Nilai pengamatan
�������� ����������
=�� Nilai rata-rata
�������� Ai ��������=��
Pengaruh faktor A (posisi batang dalam
arah aksial)
�������� Bj����������� �=�� Pengaruh faktor B (posisi batang dalam
arah radial)
�����
��ABij����� =��
Pengaruh interaksi faktor A dan faktor B
������� ϵijk���������� =��� Galat percobaan
Hasil dan Pembahasan
A. Kerapatan Arah Radial Dan Tangensial
1.
Kerapatan dari kondisi
segar ke kondisi kering udara
Nilai rata-rata kerapatan radial berdasarkan faktor A (posisi batang), tertinggi pada perlakuan A1 sebesar
0,40 % dan terendah pada perlakuan
A3 sebesar 0,24 %. Sedangkan
faktor B (posisi radial) tertinggi pada perlakuan B1
sebesar 0,49 % dan terendah
pada perlakuan B3� sebesar 0.23
%. Hasil analisis menunjukkan
bahwa kerapatan kayu kelapa dapat
dipengaruhi oleh batang dalam arah aksial
dan dalam arah radial.
Hasil analisis juga menunjukkan
bahwa kerapatan dari bagian pangkal
sampai ke bagian ujung batang
kelapa memperlihatkan nilai terendah pada bagian ujung sebesar
0.24 g/cm3 dan tertinggi pada bagian pangkal sebesar 0.40 g/cm3. Hal ini
diduga pada bagian ujung tersusun atas jaringan yang masih muda. Secara
fisiologis jaringan tersebut masih berfungsi aktif dimana dinding selnya relatif lebih tipis dibanding dengan dinding sel jaringan yang sudah tua.
Kerapatan kayu
kelapa dari bagian perifer� ke
bagian dalam batang arah radial, memperlihatkan nilai terendah pada bagian dalam sebesar 0.23 g/cm3
dan tertinggi pada bagian perifer sebesar 0.49 g/cm3.
Hal ini diduga pada bagian perifer batang memiliki proporsi berkas pembuluh (vascular bundles) yang lebih
besar dibanding bagian tengah dan pusat (dalam).
Kerapatan segar kayu
kelapa menunjukkan variasi kerpatan tertinggi pada perlakuan a1b1
(pangkal perifer) sebesar 0.57 gr/cm3 dengan
terendah pada perlakuan a3b3
(ujung dalam) sebesar 0.18 g/cm3. Hal ini
diduga bahwa pada bagian pangkal perifer memiliki proporsi berkas pembuluh (Vasculer Bundles) berdinding sel tebal dibandingkan dengan bagian ujung
dalam.
Gambar 4
Histogram pengaruh interaksi kerapatan segar
kayu kelapa (Cocos nucifera, L)
Pola variasi
kerapatan radial dimensi
segar kayu kelapa terlihat pada gambar 5 berikut ini.
Gambar 5
Histogram variasi kerapatan
segar kayu kelapa (Cocos
nucifera L)
Menurut Prawiro
Hartmodjo (1976)
dalam Hidayati (2008), kerapatan kayu merupakan faktor-faktor yang menentukan sifat fisika dan mekanika kayu. Brown et.al
(1952) dalam Putro (2001),
menyatakan bahwa kayu sangat dipengaruhi oleh sifat lain seperti dimensi sel. Ini berarti variasi pada sifat-sifat tersebut mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap perbedaan/variasi kerapatan kayu kelapa. Adapun pola variasi kerapatan segar kayu kelapa dalam
arah aksial dan arah radial disajikan dalam gambar 6 berikut ini.
Gambar 6
Histogram Kerapatan segar kayu kelapa dalam
arah aksial dan arah radial
Variasi kerapatan
ini diperkuat dengan pernyataan (Haygreen
& Bowyer, 1996) yang mengatakan,
semakin tinggi kerapatan kayu kelapa, semakin banyak kandungan zat kayu pada dinding
sel, yang berarti semakin tebal dinding
sel tersebut.
Menurut (Bakar,
2013), dalam
struktur anatomi batang kelapa, baguian pusat batang
didominasi oleh jaringan dasar parenkim sedangkan pada bagian tengah dan tepi batang tersusun oleh jaringan pembuluh (vascular
bundles) yang berdinding tebal.
Nilai rata-rata kerapatan kering udara berdasarkan faktor A (posisi aksial) tertinggi pada perlakuan A1 sebesar
0.46 g/cm3 dan terendah pada perlakuan A3 sebesar 0.31
g/cm3. Sedangkan faktor
B (posisi radial), tertinggi
pada perlakuan B1 (perifer)
sebesar 0.54 g/cm3 dan terendah
pada perlakuan B3 (dalam)
sebesar 0.33 g/cm3. Menurut
Panshin de Zeeuw (1980) dalam (Fransz,
1997), kerapatan
kayu ditentukan oleh ukuran sel dan hubungan antara jumlah sel dalam
berbagai ukuran dan ketebalan dindingnya. Kerapatan dari dalam ke kulit
disebabkan karena meningkatnya tebal dinding serat atau
meningkatnya persentase serat dengan sedikit
perubahan tebal dinding selnya. Adanya variasi kerapatan di dalam kayu kelapa diakibatkan
oleh variasi struktur anatomi kayunya, dimana bagian tengah
dari pangkal ke ujung batang
didominasi oleh jaringan parenkim yang berdinding tipis sedangkan bagian luarnya didominasi oleh berkas-berkas vasculer yang memiliki serat-serat yang berdinding tebal.� Pada umumnya kayu kelapa terutama
yang berkerapatan tinggi
dan sedang lebih banyak diolah secara
fisik dan mekanik seperti pembuatan mebel, komponenn rumah dan barang kerajinan. Menurut (Haygreen
& Bowyer, 1996), kerapatan
dipengaruhi oleh kadar air,
kerapatan dinding sel dan porositas serta kandungan ekstraaktif dan bahan organik. Pada gambar 7 berikut akan disajikan
pola variasi kerapatan kering udara kayu kelapa
dalam arah aksial dan arah radial.
Gambar� 7
Histogram Kerapatan Kering Udara dalam arah
Aksial dan Arah Radial Kayu Kelapa (C.
nucifera L)
B. Penyusutan Arah Radial dan Tangensial
1.
Penyusutan Dari Kondisi Segar ke Kondisi Kering
Udara
Nilai rata-rata penyusutan tangensial segar ke kering udara
berdasarkan faktor A (posisi aksial), tertinggi pada perlakuan A3
sebesar 0.281 % dan terendah
pada perlakuan A1 sebesar
0.145%. sedangkan faktor B
(posisi radial) tertinggi
pada perlakuan B3 sebesar
0.281 % dan terendah pada perlakuan
B1 sebesar 0.154 %.
Penyusutan tangensial
dimensi segar ke dimensi kering udara menunjukkan bahwa penyusutan radial batang kelapa dipengaruhi
oleh bagian batang dalam arah aksial
maupun arah radial.
Penyusutan tangensial
segar ke kering udara dari bagian
pangkal ke bagian ujung batang
kelapa, menunjukkan pola peningkatan pada bagian ujung sebesar
0,281 % dan terendah pada bagian
pangkal dengan nilai 0.145 %. Penyusutan tangensial segar ke kondisi segar ke kering udara dalam
arah radial� kayu kelapa terlihat bahwa pola peningkatan
dari bagian dalam sebesar 0.281 % dan terendah pada bagian perifer sebesar 0.154 %. Pola variasi penyusutan tangensial dimensi segar ke dimensi kering
udara kayu kelapa dalam arak aksial dan dalam arah radial� seperti terlihat pada gambar 8 berikut.
Gambar 8
Histogram Penyusutan Tangensial
Dalam Arah Aksial dan Arah
Radial Kayu Kelapa dari
Kondisi segar ke Kondisi Kering Udara
(Bakar,
2013), mengatakan
bahwa variasi penyusutan terjadi dikarenakan sel kayu pada bagian atas (ujung) relatif
lebih mudah mengalir dibandingkan dengan sel pada bagian lainnya, ini menyebabkan nilai penyusutan bagian ujung lebih
besar. Hal ini diduga pada bagian dalam (pusat) batang
kelapa didominasi oleh sel parenkim dimana
sel parenkim dapat mengakibatkan peningkatan sifat higroskopik dari kayu kelapa dan sebagai akibatnya maka kayu akan
mempertahankan kadar air kesetimbangan dengan lingkungannya melalui pelepasan atau penyerapan air. Keadaan ini tergantung pada kadar air yang ada di dalam kayu dan akan menyebabkan terjadinya sifat pengembangan dan penyusutan kayu yang akan mempengaruhi stabilitas dimensi dan sifat mekanis dari kayu
tersebut. Kemudian dinding sel pada bagian perifer lebih tinggi sehingga
berpengaruh dalam memperkecil perubahan dimensi sehubungan dengan perubahan kadar air (Iswanto, et. al., 2010).
Penyusutan radial dimensi segar ke dimensi kering udara berdasarkan faktor A (posisi aksial), tertinggi pada perlakuan a3 (ujung) sebesar 0.212 % dan terendah pada
perlakuan a1 (pangkal)
sebesar 0.080 %. Sedangkan faktor B (posisi radial), tertinggi pada perlakuan b3
(dalam) sebesar 0.197 % dan
terendah pada perlakuan b1� (perifer) sebesar 0.100 %. Hal ini diduga bahwa
pada bagian perifer memiliki proporsi berkas pembuluh (vasculer Bundles) yang tinggi dibandingkan dengan bagian dalam batang
kelapa. Perubahan dimensi terdiri atas penyusutan dan pengembangan kayu. Perubahan dimensi ini selain dipengaruhi
oleh jumlah air yang leuar atau masuk kayu
juga dipengaruhi oleh struktur
sinding sel (Prawirohatmodjo,
2001). Pola variasi
penyusutan dimensi segar ke dimensi kering
udara dalam arah aksial dan arah radial kayu kelapa dapat dilihat
pada gambar 9 berikut ini.
Gambar 9
Histogram Penyusutan tangensial
Dalam Arah Aksial dan Arah
Radial Kayu Kelapa Dari Kondisi
Segar ke Kondisi Kering Udara
Variasi penyusutan
tangensial dimensi segar ke dimensi kering
udara memperlihatkan pola peningkatan dari bagian pangkal
ke ujung batang kayu kelapa.
Hal ini diduga karena pada bagian ujung� batang kayu kelapa terdapat
sel kayu yang masih muda sehingga
penyusutan terbesar terjadi pada bagian ujung kayu tersebut.
Pola penurunan dari bagian dalam ke
bagian dekat kulit batang kayu
kelapa diduga bahwa pada bagian perifer batang kayu kelapa mempunyai
dinding sel yang tebal sehingga berpengaruh dalam proses perubahan dimensi kayu yang berhubungan dengan perubahan kadar air. Variasi penyusutan tersebut diperkuat dengan pernyataan (Haygreen
& Bowyer, 1996), bahwa
besarnya penyusutan sebanding dengan besarnya air yang keluar dari dalam dinding
sel.
2.
Penyusutan dari Kondisi
Segar ke Kondisi Kering Oven
Nilai penyusutan
tangensial kayu kelapa dari dimensi
segar ke dimensi kering oven, faktor A tertinggi pada perlakuan a3
sebesar 0.254 % dan terendah
pada perlakuan a1 sebesar
0.145 %. Sedangkan faktor
B, tertinggi pada perlakuan
b3 sebesar 0.269 % dan terendah
pada perlakuan b1 sebesar
0.126 %. variasi penyusutan
tangensial dimensi segar ke dimensi kering
oven kayu kelapa dalam arah aksial
dan Arah Radial dapat dilihat pada gambar 10 berikut.
Gambar� 10
Histogram penyusutan tangensial
dalam arah aksial
kayu kelapa dari� kondisi
segar ke kondisi kering oven
Kesimpulan
Faktor A (posisi
aksial) memberikan pengaruh terhadap kerapatan segar dan kering udara, penyusutan radial, dan tangensial dimensi segar ke dimensi kering
udara serta dari dimensi segar ke dimensi kering
oven. Faktor B (posisi
radial) memberikan pengaruh
terhadap kerapatan dimensi segar dan dimensi kering udara serta
penyusutan radial tangensial
dimensi segar ke dimensi kering udara. Interaksi posisi aksial dan radial (AB) memberikan pengaruh terhadap kerapatan dimensi segar.
Bakar. (2013). Klasifikasi serta manfaat kelapa bagi
manusia.
Barly. (1994). Batang kelapa sebagai
alternatif kayu konvensional. Pusat Litbang Hasil Hutan.
FRANSZ, Jimmy Johanson. (1997). Variabilitas
struktur dan kualitas kayu nibung (Caryota rumphiana Bl. ex Mart.).
Universitas Gadjah Mada.
Hariyadi, A. (2003). Variabilitas sifat
fisik dan mekanik kayu kempas (Kompassia malacensis, maing) pada arah vertikal
dan horisontal batang. Skripsi Fahutan. Universitas Tanjung Pura.
Pontianak.
Haygreen, J. G., & Bowyer, J. L.
(1996). Forest Products and Wood Science, 3rd edn. Ames, IA. USA: Iowa
State University Press.
J.F, Dumanauw. (1990). Mengenal Kayu.
PT. Gramedia. Jakarta.
Krisdiyanto. (2006). Anatomi dan dimensi
serat batang kelapa dalam hibrida (Cocos nucifera) info hasil hutan. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hasil hutan. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan Bogor.
Manuhuwa, E. (2007). Kadar air dan berat
jenis pada posisi aksial dan radial kayu sukun (Arthocarpus communis, JR dan G.
Frest). Jurnal Agroforestry, 2(1), 50.
NA, Iman Kusuma Bangsa. (2008). Pengaruh
Letak Posisi Batang Kelapa dan Beberapa Bahan Finishing Terhadap Sifat Fisik
Mekanik Kayu Kelapa (Cocos nucifera, L.).
Oey, D. S. (1964). Berat jenis dari
jenis-jenis kayu Indonesia dan pengertian beratnya untuk keperluan praktek,
Soewarsono, PH 1990 trans. Communication.
Prawirohatmodjo, S. (2001). Sifat kayu.
Yayasan Pembinaan Fakultas Kehutanan: Universitas gajah Mada, Yogyakarta.
Rohadi, R. (1992). Konsumsi dan Pemanfaatan
Kayu Kelapa (Cocos nucifera L) Study Kasus di Kabupaten Ciamis dan Kabupaten
Sleman.[Skripsi] Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.
Suharto dan Ambarwati, D. .. (2007). Pemanfaatan
Kelapa (batang, tapis, lidi, mancung, sabut, tempurung. Uny Press.
Yogyakarta.
Copyright holder: Lydia Riekie Parera
(2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |