Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849

e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 3, Maret 2022

 

STRATEGI MENGHADAPI BADAI KRISIS INDUSTRI SEMEN DI INDONESIA STUDI KASUS: SMGR DAN INTP

 

Irwan Suarly, John Tampil Purba, Rudy Pramono, Gracia S. Ugut

Universitas Pelita Harapan, Indonesia

Email: [email protected][email protected][email protected], [email protected]

 

Abstrak

Semen industri di Indonesia sedang sakit. Kapasitas terpasang mencapai dua kali lipat melebihi kebutuhan pasar domestik. Disisi lain, pemain asing masih melanjutkan penyelesaian pembangunan kiln mereka. Aksi mereka telah memprovokasi pemain lokal untuk ikut menambah kapasitas demi menjaga kantong kantong pasar setempat dari serbuan pemain asing ini. Dua pemain utama di pasar semen Indonesia, PT. Semen Indonesia Tbk. (SMGR) dengan 55% pangsa pasar dan PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk. (INTP) dengan 25% pangsa pasar sangat terpengaruh oleh badai krisis saat ini. Berbagai upaya dan langkah strategis telah dijalankan akan tetapi hasil nya masih jauh di bawah harapan. Tulisan ini bertujuan melakukan eksplorasi Remix Strategy sebagai alternatif strategi bagi SMGR dan INTP. Remixing (yaitu, melakukan perubahan atau inovasi sebagai bahan sumber atau inspirasi) adalah bentuk kolaborasi pengetahuan yang menarik karena sederhana dan praktis. Pendekatan Remix yang dilakukan atas strategi korporasi SMGR dan INTP dalam menghadapi krisis diyakini dapat menjadi pencerahan baru bagi pemangku kepentingan dalam mengambil langkah perbaikan kedepan.

 

Kata Kunci: remix strategi; kolaborasi; gaya kepemimpinan; inovasi terbuka

 

Abstract

The cement industry in Indonesia is sick. The installed capacity has more than doubled the domestic market demand. On the other hand, foreign players are still continuing to complete the construction of their kilns. Their actions have provoked local players to participate in increasing capacity in order to protect the pockets of the local market from the invasion of these foreign players. The two main players in the Indonesian cement market, PT. Semen Indonesia Tbk. (SMGR) with 55% market share and PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk. (INTP) with 25% market share is badly affected by the current crisis storm. Various strategic efforts and steps have been carried out but the results are still far below expectations. This paper aims to explore the Remix Strategy as an alternative strategy for SMGR and INTP. Remixing (that is, making changes or innovations as source material or inspiration) is an interesting form of knowledge collaboration because it is simple and practical. The Remix approach which is used for SMGR and INTP corporate strategies in dealing with the crisis is believed to be a new enlightenment for stakeholders in taking corrective steps in the future.

Keywords: strategy remixes; collaboration; leadership style; open innovation

 

Pendahuluan

Indonesia merupakan salah satu negara yang memproduksi semen cukup banyak dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Indonesia semen merupakan salah satu penopang pembangunan ekonomi di Indonesia pada periode tertentu (Rajagukguk et al., n.d.); (Budiono & Purba, 2020). Perannya sebagai salah satu komponen utama dalam pembangunan infrastruktur dan bangunan menjadikan semen sebagai salah satu tulang punggung kemajuan suatu negara diamana pun di belahan dunia ini (Kosajan et al., 2021).

Setelah menikmati masa keemasan antara tahun 2007 � 2013 (Safitriani, 2014), mulai tahun 2014 industri semen Indonesia menghadapi kesulitan karena kelebihan kapasitas (Paparan Publik Indocement, Maret 2021) . Kondisi ini kemudian dengan cepat berubah menjadi krisis industri karena semakin banyak kapasitas yang dibangun oleh pemain asing yang secara timbal balik mendorong pemain domestik untuk melakukan hal yang sama agar tidak kehilangan pangsa pasar dari pendatang baru (NH Korindo Sekuritas, Market Outlook 2021).

Kondisi krisis sejak tahun 2014 masih berlangsung hingga saat ini dan semakin parah seiring dengan munculnya pandemi COVID-19 di awal tahun 2020 yang melanda kondisi ekonomi global. Industri semen terpukul oleh pandemi COVID-19, dimana permintaan semen global diperkirakan turun 7 hingga 8 persen pada tahun 2020 (Paul Roger, �Dampak COVID-19 pada pasar semen global,� Global Cement Markets, Juni 2020, Cemnet.com).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1

Pandemi menghantam pasar kembali ke titik kontraksi pada tahun 2020

Sumber: Indocement Public Expose 2021

SMGR dan INTP sebagai dua pemain terbesar di Indonesia dengan total 80% pangsa pasar, sangat terpukul dengan kondisi kelebihan pasokan dan lemahnya permintaan domestik, Terlepas dari semua strategi korporasi yang diambil dalam menghadapi krisis, hasil dari upaya individu mereka masih jauh dari yang diharapkan. Kinerja keuangan mereka terus menurun.

 

Tabel 1

Kinerja Keuangan INTP dan SMGR

����� Sumber:� S&P Capital IO (2020)

 

Semua fenomena ini akan dieksplorasi dengan pendekatan Remix Strategy melalui proses wawancara dan observasi.� Remix Strategy yang pada dasarnya adalah sebuah kolaborasi� yang sederhana dan praktis, dianggap sangat cocok serta bermanfaat dalam menghadapi krisis. Khususnya dalam mengoptimal efisiensi biaya yang berada dalam kontrol perusahaan. Efisiensi biaya yang dimaksudkan mencakup tiga biaya utama dari produksi semen seperti energi 25-30%, transportasi 20-25%, dan bahan baku 20-25%. Pendekatan Remix yang dilakukan sebagai strategi korporasi SMGR dan INTP, diyakini dapat menjadi wacana penyegaran baru bagi pemangku kepentingan dalam strategi perbaikan kedepan.

Gambar 2

Biaya utama yang terkait dengan produksi semen

Sumber: www.cementequipment.org

 

1.   Strategi Remix - Kombinasi Bisnis (Benjamin Gome-Casseres, 2015)

Berbeda dengan Strategi Kompetitif yang sudah dikenal secara umum, Remix Strategy memanfaatkan peluang bisnis melalui kerjasama dengan pihak lain (Chunwijitra et al., 2015); (Rao, 2017); Remix Strategy menunjukkan bagaimana tiga hukum, pilihan strategi ini untuk menciptakan nilai bersama dengan pihak luar (Gomes-Casseres, 2015); (Jiang & Drummer, 2022). Hasil pada strategi Remix bukan diperebutkan, karena sudah disepakati untuk berbagi sejak awal, sehingga hasil pasti diperoleh kedua pihak (Strategy, n.d.); (Wang et al., 2020). Sebaliknya, dalam persaingan, potensi keuntungan bisa saja lebih besar namun ada faktor ketidakpastian (Beske & Dixon, 2018); (Levinson, 2021).

Salah satu faktor pendorong untuk mengadopsi strategi Remix adalah peserta sepenuhnya menyadari bahwa ia hanya memiliki satu kaki saat berlomba meraih kesempatan (Dusenberry et al., 2015); (Remix, n.d.). Bisa jadi karena kurang modal atau ketrampilan; dengan demikian, peserta harus mencari pasangan lain yang cocok untuk untuk merebut kesempatan tersebut (Blomstedt et al., 2015). Dengan kata lain, peluang tidak dapat dicapai sendiri, dengan kombinasi bisnis maka hal ini akan memungkinkan untuk bisa dilaksanakan (Barrett et al., 2016).

Benjamin Gomez menyatakan Tiga Hukum Kombinasi Bisnis (Gomes-Casseres, 2015):

1)  Identifikasi Potensi Nilai Bersama. Mencari partner yang cocok untuk sinergi yang tidak bisa dilakukan sendiri oleh perusahaan. Hasilnya kemudian dibagikan di antara peserta.

2)  Mengatur Kerjasama. Kombinasi tersebut harus dirancang bersama dan dikelola untuk mewujudkan nilai bersama. Kebijakan dan Rule of Game harus disepakati pada tahap awal.

3)  Bagikan Nilai yang Diciptakan. Nilai bisnis yang diperoleh oleh para pihak bersama harus cukup menarik untuk memotivasi mereka untuk berkontribusi dalam kolaborasi dan memasuki Strategi Remix.

Salah satu perwujudan dari Remix Strategy adalah Kolaborasi. Kolaborasi ini lebih sederhana daripada dan tidak semahal Merger & Acquisition (M&A) (Pieter de Man & Duysters, 2005); (Man, 2003). Hanya saja perbedaan nya, alur proses Remix Strategy kurang formal karena pihak-pihak yang terlibat bertujuan untuk hal yang sama yaitu saling menguntungkan (Nicoletti, n.d.); (Levinson, 2021). Selanjutnya, proses persiapan dapat dilakukan dengan sangat efisien tidak seperti M&A yang membutuhkan proses panjang yang melelahkan, perhitungan keuangan yang rumit, negosiasi yang sulit, dan melibatkan banyak pihak manajemen internal, dokumentasi, dan dibantu oleh konsultan eksternal meliputi Keuangan, Auditor, Pajak , dan Hukum (Weber-Rymkoska, Bhaiji, Rassloff, Zinke - Grup Strategi Global, KPMG International, 2017).

Untuk bertahan di era yang cepat berubah dan tidak pasti ini, perusahaan harus gesit dan fleksibel untuk bekerja dengan pihak lain, yang disebut dengan strategi kolaborasi (Purba, 2015b); (Zhong et al., 2021). Harrison, 2020 mengutip: �Ketika Anda berkolaborasi, Anda masih terdorong untuk mencapai hasil, tetapi Anda telah menghilangkan kecemasan kompetitif yang menyertainya (Budiono et al., n.d.). Sebaliknya, Anda dan pesaing Anda tiba-tiba bersatu dalam mengejar tujuan yang sama, dan kesuksesan menjadi usaha bersama�. Perpaduan industri adalah cara yang ampuh untuk mencapai pertumbuhan di era yang sedang berkembang ini.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini di fokus kan pada strategi Remix / Kombinasi Bisnis korporasi SMGR dan INTP menghadapi krisis. Sejauh mana Remix ini dijalankan dalam mengoptimalisasi efisiensi tiga biaya utama dan apa saja kendala yang dihadapi oleh manajemen SMGR dan INTP sebagai pelaku industri dan pemangku kepentingan. Data primer dan sekunder didapat melalui teknik wawancara, data lapangan, serta deskriptif-evaluatif yang dalam proses analisanya dikaitkan dengan pendekatan kualitatif.

Dalam penelitian deskriptif, proses analisis dan interpretasi data tidak hanya dilakukan pada akhir pengumpulan data, namun secara simultan juga dilakukan pada saat pengumpulan data di lapangan. Setelah mendapatkan informasi, dilakukan analisis untuk mencari hipotesis kemudian dilakukan pengumpulan informasi berikutnya. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh kesesuaian dengan hipotesis sementara yang telah disusun. Langkah ini terus dilakukan hingga ditemukan puncak informasi. Selanjutnya, kegiatan dalam analisis data meliputi pencarian data, menatanya, membaginya menjadi satuan satuan yang dapat dikelola, mensintesanya, mencari pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari serta memutuskan apa yang dilakukan.

Metode kualitatif adalah �prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati.� Pencarian data-data dilakukan dengan metode induktif, yang diberangkatkan dari fakta-fakta atau peristiwa umum kemudian ditarik ke arah yang lebih khusus. Sedangkan pengelolaan datanya digunakan metode reflektif. Komponen-komponen metode reflektif adalah: 1) perekaan; 2) penafsiran; 3) penilaian; 4) deskripsi, 5) pemahaman; dan 6) analisa.

Kemudian, dalam berpikir reflektif induksi akan diawali dari fakta-fakta khusus dan menuju ke pernyataan umum yang menerangkan fakta-fakta itu. Selanjutnya dari eksplanasi yang bersifat umum tersebut diselidiki kembali fakta-fakta yang telah ada tadi untuk meyakinkan kebenaran eksplanasi yang telah dirumuskan (verifikasi). Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini berkaitan dengan aplikasi Remix Theory. Analisis data primer dan sekunder digunakan untuk mengidentifikasi relasi-relasi antara efisiensi biaya utama dengan gaya kepemimpinan serta kultur organisasi melalui pendekatan konsep Kombinasi Bisnis dalam Remix Theory.

 

 

 

 

Hasil dan Pembahasan

1.   Hasil danTemuan

Setiap krisis itu unik, membutuhkan pendekatan yang berbeda dan tidak biasa untuk ditangani (Zamoum & Gorpe, 2018). Mengidentifikasi kesenjangan teori untuk menyembuhkan krisis akan diuji melalui beberapa teori yang inovatif dan disruptif (Christensen et al., 2016); (Purba et al., 2020). Mengamati tanggap darurat manajemen krisis SMGR dan INTP, melalui lensa Inovasi, seharusnya menginspirasi manajemen untuk mencari terobosan strategis melalui remix strategy (Purba, 2015a). Terlepas dari berbagai strategi korporasi yang sudah di jalanan saat ini, SMGR dan INTP masih belum mampu menemukan strategi yang tepat untuk bertahan dan keluar dari krisis semen. Hal ini terutama tercermin dari kinerja keuangan SMGR dan INTP yang belum membaik, sehingga dapat disimpulkan adanya kesenjangan fenomena. Kesenjangan ini, salah satunya, (Burgelman, 2020) adalah tindakan bekerja sama atau berkolaborasi dengan pihak lain dalam meningkatkan efisiensi demi bertahan dimasa krisis (Mcknight et al., 2002); (Mcknight et al., 2011).

Hasil temuan dari interview di rangkum pada tabel perbandingan SMGR dan INTP mencakup gaya kepemimpinan menghadapi krisis, gaya organisasi serta perubahan bisnis proses yang dilakukan, strategi terobosan baru termasuk terobosan dalam pemasaran. Semua faktor tersebut menentukan keberhasilan implementasi remix strategy dalam menghadapi krisis semen industry.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 2

Temuan Hasil Wawancara SMGR Dan INTP

Sumber: Diolah Penulis

 

Diawali dengan temuan fakta bahwa kedua pemain terbesar ini menyadari bahwa krisis yang terjadi saat ini adalah nyata. Utama nya dari kelebihan pasokan domestik ditambah lagi dengan dampak pandemi covid 19 yang melemahkan permintaan pasar. Akibat nya perang harga terjadi di semua wilayah yang memperburuk kinerja keuangan semua pelaku industri di Indonesia.

Selanjutnya mengenai gaya kepemimpinan SMGR dan INTP, terlihat perbedaan mendasar dimana SMGR tidak banyak berubah, dominasi karakter individu, merekrut staf baru dari eksternal. Sementara INTP, lebih tenang karena kelebihan pasokan telah diantisipasi dari informasi kantor Pusat di Jerman. INTP melanjutkan proses konsolidasi efisiensi biaya serta mengoptimalkan pendapatan dari produk semen kantong yang memberikan margin lebih tinggi dibanding semen curah.

Gaya organisasi SMGR dan INTP ada kemiripan dalam melakukan konsolidasi internal untuk mencapai efisiensi biaya, serta melakukan sentralisasi proses bisnis meliputi mata rantai pasokan dan pemasaran. Perbedaannya, INTP lebih menekankan pada digitalisasi proses informasi ke pelanggan serta optimalisasi penggunaan teknologi informasi dalam meningkatkan produktivitas perusahaan.

Dalam strategi terobosan baru, SMGR tidak ada melakukan kolaborasi dengan pihak eksternal. Sementara itu, INTP lebih terbuka dengan potensi mengakuisisi pabrik kecil di pasar yang menguntungkan, menjual operasional yang tidak menguntungkan, serta mencoba mengubah pola pikir dari prioritas pangsa pasar menjadi prioritas pada profit.

Temuan perbedaan pada strategi pemasaran, SMGR lebih mengutamakan strategi integrasi multi produk dalam mengejar efisiensi dan kontrol pasar. Mega distributor konsep yang ditelurkan SMGR menawarkan layanan satu pintu untuk semua produk berkaitan bahan bangunan, dilengkapi dengan produk turunan seperti semen mortar, bata ringan, serta readymix. Disisi lain, INTP tetap fokus pada pemasaran semen kantong dengan mengutamakan merek Semen Tiga Roda yang memberikan margin lebih tinggi dibanding semen curah yang tanpa merek. INTP juga berusaha mempertahankan hubungan baik dengan para distributor guna menjaga loyalitas mereka terhadap merek utama INTP.

Kesamaan strategi pemasaran kedua pemain terbesar ini adalah pada peluncuran merek sekunder untuk menjaga pangsa pasar merek primer. SMGR menggunakan merek sekunder Semen Padang disamping merek utama Semen Gresik. INTP mengeluarkan semen Rajawali sebagai merek sekunder dan Semen Tiga Roda sebagai merek utama. Hanya saja dalam alokasi volume merek sekunder, INTP lebih membatasi volume penjualan nya untuk mempertahankan harga rerata yang sehat. Sementara itu, bagi SMGR merek sekunder digunakan saat mempertahankan pangsa pasar dari serbuan harga murah pesaing pesaing lain tanpa mengontrol volume nya.

2.   Pembahasan: Aktor dan Efisiensi Biaya

Ketika terjadi krisis, perlu di spesifikasi siapa (aktor) yang mengalami krisis (konten) seperti apa dan kecepatan terjadi nya krisis (Wilke & Ritter, 2006). Aktor dalam penelitian ini diarahkan pada pemimpin dari organisasi SMGR dan INTP, kemudian dikaitkan dengan tindakan mereka menjalankan remix strategi. Pemimpin dengan rasa krisis dan gaya kultur korporasi menentukan keberhasilan menjalankan efisiensi melalui proses kolaborasi.

Ada 2 faktor penting yang akan dibahas pada bagian analisa ini:

1.   Aktor (Pemimpin dan Kultur Korporasi). Pemimpin dengan latar belakang serta pengalaman yang berbeda seperti tidak pernah menjalankan kolaborasi akan kesulitan memahami penting nya nilai berbagi. Demikian juga kultur korporasi yang lebih tertutup dari pihak eksternal akan tidak mudah menerima ide bekerjasama dengan pihak luar.

2.   Efisiensi dari 3 biaya utama: Energi (25-30%), Transport / Logistik penjualan (20-25%), Bahan baku (20-25%). Ketiga biaya tersebut menyumbang 80% dari total biaya produksi. Hasil dari efisiensi 3 biaya utama ini sangat ditentukan oleh tindakan dari pemimpin dan dukungan kultur korporasi.

3.   Pembahasan Aktor

Gaya tiap pemimpin (aktor) dalam menghadapi krisis adalah unik. Kesiapan pemimpin INTP dalam mengantisipasi krisis ditopang dengan informasi pasar global dari induk perusahaan di Jerman membuat pemimpin INTP lebih tenang dan berpikiran jernih untuk tetap fokus pada profit. INTP melanjutkan konsolidasi untuk meningkatkan efisiensi dan tetap fokus pada produk kantong (bermerek) yang menghasilkan margin lebih tinggi. Hal ini dilakukan secara konsisten sambil menunggu permintaan pasar untuk kembali normal. Disisi lain, pemimpin SMGR yang sering berganti menyebabkan lemah nya kesinambungan atau strategi yang berkelanjutan. Pemimpin baru SMGR yang datang dari latar belakang industri berbeda, hampir dipastikan melihat krisis semen industri dengan perspektif berbeda juga. Dibawah tekanan untuk segera melakukan perbaikan kinerja keuangan disaat krisis, pemimpin baru SMGR cenderung merubah kebijakan dan mencari strategi dengan terobosan baru.

Selanjut nya bagi pemimpin baru SMGR, karakter individu juga menentukan arah kebijakan dan strategi yang diambil. Pemimpin yang tidak suka resiko akan bermain aman dan lambat membuat keputusan karena banyak pertimbangan. Sedangkan pemimpin yang ingin segera menunjukan hasil cenderung bertindak agresif dengan merombak tatanan strategi yang sudah ada. Masukan dan saran dari tim lama belum tentu diterima dan dicerna dengan baik oleh pemimpin baru, bahkan pemimpin baru merekrut tim baru dari berbagai latar belakang berbeda. Disinilah tantangan untuk menjalankan Remix strategy yang memahami kelebihan dan kekurangan internal sebelum melakukan kolaborasi dengan pihak lain, dalam rangka terobosan mencari efisiensi biaya.

Apabila pemimpin baru SMGR lebih membuka diri dan bersedia mempertimbangkan masukan yang ditopang dengan pengalaman, pengetahuan serta keahlian industri semen dari personil lama, kebijakan strategi baru bisa menjadi lebih efektif dalam menghasilkan perbaikan. Sebagai contoh: strategi integrasi produk readymix dan semen mortar yang ditempuh SMGR secara pengetahuan umum harus nya memberikan nilai tambah. Akan tetapi pada kenyataannya, secara pengalaman membuktikan bahwa permintaan pasar yang lesu, produk readymix cenderung merugi karena harga merupakan faktor utama dalam pengambilan keputusan membeli. Selanjut nya secara keahlian dalam hubungan bisnis, produk readymix yang dijalankan SMGR berhadapan langsung dengan distributor besar yang sudah lama menjalankan readymix. Hal ini membuat vertikal konflik dimana distributor menjadi resah karena harus berhadapan langsung dengan prinsipal mereka yaitu pabrik pemasok semen.

Selanjut nya kultur korporasi cenderung diwarnai oleh gaya kepemimpinan. Pemimpin yang kurang terbuka akan mengarahkan kultur yang lebih tertutup. Kolaborasi seperti inovasi terbuka menjadi hal yang asing dan hampir tidak pernah terpikirkan oleh anggota organisasi. Jika pun ada, proses menjalankan kolaborasi secara teknis dan psikologis tidak pernah terbayangkan dalam kultur yang belum pernah berbagi dengan pihak luar.

Dari analisa diatas, dengan sering nya pergantian pemimpin dan budaya korporasi yang lebih internal, SMGR akan sulit atau belum terlalu siap menjalankan remix theory. Kerjasama konsolidasi yang dijalankan SMGR hanya sebatas dengan pihak internal, inovasi terbuka tidak lazim dalam kultur organisasi SMGR. Berbeda dengan INTP yang merupakan bagian dari semen internasional yang berpusat di Jerman, kolaborasi adalah hal yang sudah biasa dilakukan di berbagai lokasi operasional mereka sebagai bagian dari pemain dunia.

4.   Pembahasan: Efisiensi 3 biaya utama

Energy (25-30%). Meskipun harga energi (batubara) adalah faktor eksternal yang tidak bisa di kontrol, tetapi proses pengadaan energy masih mempunyai peluang efisiensi melalui Remix Strategy, dengan bekerjasama dalam hal:

1)  Kontrak bersama / gabungan dengan pemasok besar yang sama

2)  Kontrak logistik bersama / gabungan dari perusahaan pelayaran dan transportasi darat

3)  Berbagi pengetahuan� dalam penggunaan energi ramah lingkungan

4)  Berbagi pengetahuan untuk bahan bakar alternatif ramah lingkungan

Logistik - Transportasi dan Gudang (20-25%)

1)  Kontrak bersama / gabungan dengan pemasok transport

2)  Kontrak bersama / gabungan gudang di wilayah pasar yang sama

3)  Kerjasama pengantongan semen bersama di wilayah tertentu

Bahan baku (20-25%)

1)  Kontrak bersama / gabungan dengan pemasok bahan kimia

2)  Kontrak bersama / gabungan dengan pemasok bahan kemasan

3)  Pertukaran persediaan parts yang bernilai tinggi (mengurangi biaya capital)

4)  Berbagi pengetahuan teknologi dalam efisiensi bahan baku

Total dari 3 biaya utama ini menyumbang 80% biaya produksi semen. Tahun 2020 total pendapatan gabungan SMGR dan INTP mencapai Rp. 50 Triliun. Jika biaya produksi sebesar 60% dari pendapatan atau senilai Rp. 30 Triliun, dan bila dari implementasi remix strategy diatas bisa diperoleh 5% efisiensi, maka akan terjadi penghematan biaya senilai Rp. 1.50 Triliun. Suatu jumlah yang fantastis untuk dibagi dan dinikmati secara bersama oleh SMGR dan INTP.

 

Kesimpulan

Dalam menghadapi krisis semen industri saat ini,� masih terlihat lemah nya sinkronisasi strategi� dari dua pemain utama. Masing masing seolah olah berjalan sendiri dengan mengabaikan prinsip kolaborasi dalam mencari solusi, khusus nya dalam meningkatkan efisiensi biaya.� Padahal efisiensi� merupakan faktor internal yang lebih mudah diadopsi perusahaan untuk bertahan. Proses remix lebih informal, lebih cepat, dan tidak ada negosiasi rumit karena hasilnya hanya dicapai dengan menggabungkan keahlian. Cara kedua pemain terbesar di industri menghadapi krisis dengan perspektif masing masing telah menelurkan aksi korporasi yang berbeda, hal ini tercermin dari perbedaan strategi sebagai SMGR Way dan INTP Way. Akibat nya semua pihak terpuruk dalam krisis yang lebih dalam.

Inti masalah dalam implementasi Remix Strategy terdapat pada kondisi, karakter, latar belakang para eksekutif pemangku jabatan. Kondisi sering berganti eksekutif, karakter menghindar resiko dan tidak suka kepastian, latar belakang belum pernah pengalaman menjalankan remix atau pengalaman kolaborasi yang kurang menyenangkan di masa lalu. Hal hal tersebut menyebabkan remix sulit dilaksanakan. Padahal semua pencapaian efisiensi sangat tergantung dari upaya dan tindakan dari eksekutif sebagai pemangku kepentingan.

SMGR belum terlalu siap menjalankan remix theory. Walaupun SMGR ada melakukan kolaborasi dalam bentuk konsolidasi, hal itu lebih pada internal korporasi, tidak dengan pihak eksternal, sehingga dapat disimpulkan bahwa inovasi terbuka belum terlalu lazim dalam kultur organisasi SMGR. Sedangkan INTP sebagai bagian dari pemain internasional lebih terbuka dan lebih siap untuk berkolaborasi yang saling menguntungkan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Barrett, M., Oborn, E., & ... (2016). Creating value in online communities: The sociomaterial configuring of strategy, platform, and stakeholder engagement. Information Systems �. https://doi.org/10.1287/isre.2016.0648. Google Scholar

 

Beske, J., & Dixon, D. (2018). Suburban remix: Creating the next generation of urban places. books.google.com. https://books.google.com/books?hl=en&lr=&id=2LlCDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=strategy+remix&ots=2wSitZLUnh&sig=tbLFB2sdKfVSAALegUqtiJGS19g. Google Scholar

 

Blomstedt, Y., Norberg, M., Stenlund, H., Nystr�m, L., & ... (2015). Impact of a combined community and primary care prevention strategy on all-cause and cardiovascular mortality: a cohort analysis based on 1 million person �. In BMJ open. bmjopen.bmj.com. https://bmjopen.bmj.com/content/5/12/e009651.short. Google Scholar

 

Budiono, S., & Purba, J. (2020). Economic Growth through Educational Participation and Clean Water: The Case from 500 Districts and Cities in Indonesia. InCoGITE 2019: Proceedings of The First �. https://books.google.com/books?hl=en&lr= &id=GbogEAAAQBAJ&oi= fnd&pg=PA25&dq=%22sidik+budiono%22&ots=dYnqUUGZ_g&sig=W3jpd1gaj L06U_ jX4UPXDYAY5-E. Google Scholar

 

Budiono, S., Purba, J. T., Adirinekso, G. P., & Rajagukguk, W. (n.d.). Market Growth Strategy through Consumers� Satisfaction, Product Quality and Brand Image: Evidence from Jakarta Indonesia. In ieomsociety.org. http://www.ieomsociety.org/brazil2020/papers/553.pdf. Google Scholar

 

Burgelman, R. A. (2020). Strategy is destiny: How strategy-making shapes a company�s future. books.google.com.https://books.google.com/books?hl=en&lr=&id=VazSDwA AQBAJ& oi=fnd&pg=PR11&dq=collaboration+management+strategy+theory&ots=xCVtj4Byxi&sig=YUofm8lisrMUH07pe2ugAuNEgU0. Google Scholar

 

Christensen, T., Danielsen, O. L. E. A., & ... (2016). Comparing coordination structures for crisis management in six countries. Public https://doi.org/10.1111/padm.12186. Google Scholar

 

Chunwijitra, S., Tummarattananont, P., (2015). The strategy to sustainable sharing resources repository for massive open online courses in thailand. 2015 12th �. https:// ieeexplore.ieee.org/abstract/document/7206980/. Google Scholar

 

Dusenberry, L., Hutter, L., & ... (2015). Filter. Remix. Make. Cultivating Adaptability Through Multimodality. Journal of Technical https://doi.org/10.1177/0047281615578851. Google Scholar

 

 

 

 

Gomes-Casseres, B. (2015). Remix strategy: The three laws of business combinations. books.google.com. https://books.google.com/books?hl=en&lr=&id=6ewNCg-AAQBAJ&oi =fnd&pg=PR7&dq=strategy+remix&ots=fdt5tqDLqu&sig=EpRouYx-u2Kozwl9rI6y-GoTCOEE. Google Scholar

 

Jiang, F., & Drummer, D. (2022). Analysis of UV Curing Strategy on Reaction Heat Control and Part Accuracy for Additive Manufacturing. Polymers. https://www.mdpi.com/1500474. Google Scholar

 

Kosajan, V., Wen, Z., Zheng, K., Fei, F., Wang, Z., & ... (2021). Municipal solid waste (MSW) co-processing in cement kiln to relieve China�s Msw treatment capacity pressure. Resources, Conservation https://www.sciencedirect.com/science/article/ pii/S0921-344920307023. Google Scholar

 

Levinson, J. C. (2021). Guerrilla marketing remix: the best of guerrilla marketing. dspace.vnbrims.org.http://dspace.vnbrims.org:13000/jspui/bitstream/123456789/ 4913 /1/ The Best of Guerrilla Marketing Guerrilla Marketing Remix.pdf. Google Scholar

 

Man, A. P. De. (2003). Collaboration and innovation : a review of the effects of mergers,acquisitions and alliances on innovation Eindhoven University of Technology, Centre for Global Corporate Positioning and Eindhoven University of Technology. 1�45. Google Scholar

 

Mcknight, D. H., Carter, M., Thatcher, J. B., & Clay, P. F. (2011). Trust in a specific technology: An investigation of its components and measures. ACM Transactions on Management Information Systems2(2). https://doi.org/10.1145/1985347.1985353. Google Scholar

 

Mcknight, D. H., Choudhury, V., & Kacmar, C. (2002). Developing and Validating Trust Measures for e-Commerce: An Integrative Typology. Information Systems Research, 13(3), 334�359. https://doi.org/10.7507/1672-2531.201806071. Google Scholar

 

Nicoletti, B. (n.d.). The Future of FinTech. Google Scholar

 

Purba, J. T. (2015a). Strategic Innovation through Technology Readiness and Acceptance in Implementing ICT for Corporate Sustainability. researchgate.net. https://www. researchgate.net/profile/John-Purba/publication/3. Google Scholar

 

Purba, J. T. (2015b). Strategy optimizing marine industry through sustainable human capital development: Indonesia perspectives. Mediterranean Journal of Social Sciences. http://www.richtmann.org/journal/index.php/mjss/article/view/7887. Google Scholar

 

Purba, J. T., Budiono, S., Rajagukguk, W., Samosir, P., & ... (2020). E-business services strategy with financial technology: Evidence from Indonesia. repository.uki.ac.id. http://repository.uki.ac.id/id/eprint/3230. Google Scholar

Rajagukguk, W., Purba, J. T., Budiono, S., & Adirinekso, G. P. (n.d.). The Role of Economic and Development Factors on Average National Exam Score at Primary, Junior Secondary, and Senior Secondary Level in Indonesia. In ieomsociety.org. http://www.ieom-society.org/brazil2020/papers/560.pdf. Google Scholar

 

Rao, P. (2017). Global leprosy strategy 2016-2020: Issues and concerns. In Indian Journal of Dermatology, Venereology and. ijdvl.com. https://ijdvl.com/?view-pdf=1& embedded =true&article=71305f24194d1217c72641d4a027071eySR%2F8g%3D%3D. Google Scholar

 

Remix, T. (n.d.). Poetically Remixing the Archive. In academia.edu. https://www.academia. edu/download/76694888/ch18_poetically_remixing_the_archive_burrough273_86.pdf. Google Scholar

 

Safitriani, S. (2014). Perdagangan Internasional Dan Foreign Direct Investment Di Indonesia. In Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan (Vol. 8, Issue 1, pp. 93�116). Trade Analysis and Development Agency. https://doi.org/ 10.30908/ bilp.v8i1.89. Google Scholar

 

Strategy, I. R. (N.D.). In His New Book, Remix Strategy: The Three Laws Of Business Combinations, Brandeis University. Alliancestrategy.Com. Https://Alliancestrategy.Com/Wp-Content/Uploads/Remix-Strategy-press-release-July-2015.pdf. Google Scholar

 

Wang, L., Liu, J., Yuan, R., Wu, J., Zhang, D., Zhang, Y., & Li, M. (2020). Adaptive bidding strategy for real-time energy management in multi-energy market enhanced by blockchain. Applied Energy. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0306261920313398. Google Scholar

 

Wilke & Ritter, 2006 . Collaborative Research Design. Google Scholar

 

Zhong, W., Chen, C., Wu, X., & Jiang, S. (2021). {REMIX}: Efficient Range Query for {LSM-trees}. 19th USENIX Conference on File and �. https://www.usenix.org/conference/fast21/presentation/zhong. Google Scholar

 

Zamoum & Gorpe, 2018. Crisis management: A historical and conceptual approach for a better understanding of today's crises. In Crisis Management strategy& Practice. Edited by Kattarina Holla, Michal Titko and Jozef Ristvej. London: IntechOpen Limited, pp 203-217. ISBN 978-1-78923-234-9. Google Scholar

 

 

 

 

 

 

 

 

Copyright holder:

Irwan Suarly, John Tampil Purba, Rudy Pramono, Gracia S. Ugut (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: