Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, No. 3, Maret 2022
STRATEGI MENGHADAPI BADAI KRISIS INDUSTRI SEMEN DI INDONESIA STUDI KASUS: SMGR DAN INTP
Irwan Suarly, John Tampil
Purba, Rudy Pramono, Gracia S. Ugut
Universitas Pelita Harapan, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Semen industri di
Indonesia sedang sakit. Kapasitas terpasang mencapai dua kali lipat melebihi
kebutuhan pasar domestik. Disisi lain, pemain asing masih melanjutkan
penyelesaian pembangunan kiln mereka. Aksi mereka telah memprovokasi pemain
lokal untuk ikut menambah kapasitas demi menjaga kantong kantong pasar setempat
dari serbuan pemain asing ini. Dua pemain utama di pasar semen Indonesia, PT.
Semen Indonesia Tbk. (SMGR) dengan 55% pangsa pasar dan PT. Indocement Tunggal
Perkasa Tbk. (INTP) dengan 25% pangsa pasar sangat terpengaruh oleh badai
krisis saat ini. Berbagai upaya dan langkah strategis telah dijalankan akan
tetapi hasil nya masih jauh di bawah harapan. Tulisan ini bertujuan melakukan
eksplorasi Remix Strategy sebagai alternatif strategi bagi SMGR dan INTP. Remixing
(yaitu, melakukan perubahan atau inovasi sebagai bahan sumber atau inspirasi)
adalah bentuk kolaborasi pengetahuan yang menarik karena sederhana dan praktis.
Pendekatan Remix yang dilakukan atas strategi korporasi SMGR dan INTP dalam
menghadapi krisis diyakini dapat menjadi pencerahan baru bagi pemangku
kepentingan dalam mengambil langkah perbaikan kedepan.
Kata Kunci: remix strategi; kolaborasi; gaya kepemimpinan; inovasi terbuka
Abstract
The cement industry in Indonesia is sick. The installed capacity has more
than doubled the domestic market demand. On the other hand, foreign players are
still continuing to complete the construction of their kilns. Their actions
have provoked local players to participate in increasing capacity in order to
protect the pockets of the local market from the invasion of these foreign
players. The two main players in the Indonesian cement market, PT. Semen
Indonesia Tbk. (SMGR) with 55% market share and PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk.
(INTP) with 25% market share is badly affected by the current crisis storm.
Various strategic efforts and steps have been carried out but the results are
still far below expectations. This paper aims to explore the Remix Strategy as
an alternative strategy for SMGR and INTP. Remixing (that is, making changes or
innovations as source material or inspiration) is an interesting form of
knowledge collaboration because it is simple and practical. The Remix approach
which is used for SMGR and INTP corporate strategies in dealing with the crisis
is believed to be a new enlightenment for stakeholders in taking corrective
steps in the future.
Keywords: strategy remixes;
collaboration; leadership style; open innovation
Pendahuluan
Indonesia
merupakan salah satu negara yang memproduksi semen cukup banyak dan mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional. Indonesia semen merupakan salah satu penopang
pembangunan ekonomi di Indonesia pada periode tertentu (Rajagukguk et al., n.d.); (Budiono & Purba, 2020).
Perannya sebagai salah satu komponen utama dalam pembangunan infrastruktur dan
bangunan menjadikan semen sebagai salah satu tulang punggung kemajuan suatu
negara diamana pun di belahan dunia ini (Kosajan et al., 2021).
Setelah
menikmati masa keemasan antara tahun 2007 � 2013 (Safitriani, 2014), mulai
tahun 2014 industri semen Indonesia menghadapi kesulitan karena kelebihan
kapasitas (Paparan Publik Indocement, Maret 2021) . Kondisi ini kemudian dengan
cepat berubah menjadi krisis industri karena semakin banyak kapasitas yang
dibangun oleh pemain asing yang secara timbal balik mendorong pemain domestik
untuk melakukan hal yang sama agar tidak kehilangan pangsa pasar dari pendatang
baru (NH Korindo Sekuritas, Market Outlook 2021).
Kondisi
krisis sejak tahun 2014 masih berlangsung hingga saat ini dan semakin parah
seiring dengan munculnya pandemi COVID-19 di awal tahun 2020 yang melanda
kondisi ekonomi global. Industri semen terpukul oleh pandemi COVID-19, dimana
permintaan semen global diperkirakan turun 7 hingga 8 persen pada tahun 2020
(Paul Roger, �Dampak COVID-19 pada pasar semen global,� Global Cement Markets,
Juni 2020, Cemnet.com).
Gambar 1
Pandemi menghantam
pasar kembali ke titik kontraksi pada tahun 2020
Sumber: Indocement
Public Expose 2021
SMGR dan INTP
sebagai dua pemain terbesar di Indonesia dengan total 80% pangsa pasar, sangat
terpukul dengan kondisi kelebihan pasokan dan lemahnya permintaan domestik,
Terlepas dari semua strategi korporasi yang diambil dalam menghadapi krisis,
hasil dari upaya individu mereka masih jauh dari yang diharapkan. Kinerja
keuangan mereka terus menurun.
Tabel 1
����� Sumber:�
S&P Capital IO (2020)
Semua
fenomena ini akan dieksplorasi dengan pendekatan Remix Strategy melalui proses
wawancara dan observasi.� Remix Strategy
yang pada dasarnya adalah sebuah kolaborasi�
yang sederhana dan praktis, dianggap sangat cocok serta bermanfaat dalam
menghadapi krisis. Khususnya dalam mengoptimal efisiensi biaya yang berada
dalam kontrol perusahaan. Efisiensi biaya yang dimaksudkan mencakup tiga biaya
utama dari produksi semen seperti energi 25-30%, transportasi 20-25%, dan bahan
baku 20-25%. Pendekatan Remix yang dilakukan sebagai strategi korporasi SMGR
dan INTP, diyakini dapat menjadi wacana penyegaran baru bagi pemangku
kepentingan dalam strategi perbaikan kedepan.
Gambar 2
Biaya utama yang terkait dengan produksi semen
Sumber:
www.cementequipment.org
1. Strategi
Remix - Kombinasi Bisnis (Benjamin Gome-Casseres, 2015)
Berbeda
dengan Strategi Kompetitif yang sudah dikenal secara umum, Remix Strategy
memanfaatkan peluang bisnis melalui kerjasama dengan pihak lain (Chunwijitra et al., 2015); (Rao, 2017); Remix
Strategy menunjukkan bagaimana tiga hukum, pilihan strategi
ini untuk menciptakan nilai bersama dengan pihak luar (Gomes-Casseres, 2015);
(Jiang & Drummer, 2022).
Hasil pada strategi Remix bukan diperebutkan, karena sudah disepakati untuk
berbagi sejak awal, sehingga hasil pasti diperoleh kedua pihak (Strategy, n.d.);
(Wang et al., 2020).
Sebaliknya, dalam persaingan, potensi keuntungan bisa saja lebih besar namun
ada faktor ketidakpastian (Beske & Dixon, 2018);
(Levinson, 2021).
Salah
satu faktor pendorong untuk mengadopsi strategi Remix adalah peserta sepenuhnya
menyadari bahwa ia hanya memiliki satu kaki saat berlomba meraih kesempatan (Dusenberry et al., 2015);
(Remix, n.d.).
Bisa jadi karena kurang modal atau ketrampilan; dengan demikian, peserta harus
mencari pasangan lain yang cocok untuk untuk merebut kesempatan tersebut (Blomstedt et al., 2015).
Dengan kata lain, peluang tidak dapat dicapai sendiri, dengan kombinasi bisnis
maka hal ini akan memungkinkan untuk bisa dilaksanakan (Barrett et al., 2016).
Benjamin
Gomez menyatakan Tiga Hukum Kombinasi Bisnis (Gomes-Casseres, 2015):
1) Identifikasi
Potensi Nilai Bersama. Mencari partner yang cocok untuk sinergi yang tidak bisa
dilakukan sendiri oleh perusahaan. Hasilnya kemudian dibagikan di antara
peserta.
2) Mengatur
Kerjasama. Kombinasi tersebut harus dirancang bersama dan dikelola untuk
mewujudkan nilai bersama. Kebijakan dan Rule of Game harus disepakati pada
tahap awal.
3) Bagikan
Nilai yang Diciptakan. Nilai bisnis yang diperoleh oleh para pihak bersama
harus cukup menarik untuk memotivasi mereka untuk berkontribusi dalam
kolaborasi dan memasuki Strategi Remix.
Salah
satu perwujudan dari Remix Strategy adalah Kolaborasi. Kolaborasi ini lebih
sederhana daripada dan tidak semahal Merger & Acquisition (M&A) (Pieter
de Man & Duysters, 2005); (Man, 2003).
Hanya saja perbedaan nya, alur proses Remix Strategy kurang formal karena
pihak-pihak yang terlibat bertujuan untuk hal yang sama yaitu saling
menguntungkan (Nicoletti, n.d.);
(Levinson, 2021).
Selanjutnya, proses persiapan dapat dilakukan dengan sangat efisien tidak
seperti M&A yang membutuhkan proses panjang yang melelahkan, perhitungan
keuangan yang rumit, negosiasi yang sulit, dan melibatkan banyak pihak
manajemen internal, dokumentasi, dan dibantu oleh konsultan eksternal meliputi
Keuangan, Auditor, Pajak , dan Hukum (Weber-Rymkoska, Bhaiji, Rassloff, Zinke -
Grup Strategi Global, KPMG International, 2017).
Untuk
bertahan di era yang cepat berubah dan tidak pasti ini, perusahaan harus gesit dan
fleksibel untuk bekerja dengan pihak lain, yang disebut dengan strategi
kolaborasi (Purba, 2015b);
(Zhong et al., 2021).
Harrison, 2020 mengutip: �Ketika Anda berkolaborasi, Anda masih terdorong untuk
mencapai hasil, tetapi Anda telah menghilangkan kecemasan kompetitif yang
menyertainya (Budiono et al., n.d.).
Sebaliknya, Anda dan pesaing Anda tiba-tiba bersatu dalam mengejar tujuan yang
sama, dan kesuksesan menjadi usaha bersama�. Perpaduan industri adalah cara
yang ampuh untuk mencapai pertumbuhan di era yang sedang berkembang ini.
Metode Penelitian
Penelitian
ini di fokus kan pada strategi Remix / Kombinasi Bisnis korporasi SMGR dan INTP
menghadapi krisis. Sejauh mana Remix ini dijalankan dalam mengoptimalisasi
efisiensi tiga biaya utama dan apa saja kendala yang dihadapi oleh manajemen
SMGR dan INTP sebagai pelaku industri dan pemangku kepentingan. Data primer dan
sekunder didapat melalui teknik wawancara, data lapangan, serta
deskriptif-evaluatif yang dalam proses analisanya dikaitkan dengan pendekatan
kualitatif.
Dalam
penelitian deskriptif, proses analisis dan interpretasi data tidak hanya
dilakukan pada akhir pengumpulan data, namun secara simultan juga dilakukan
pada saat pengumpulan data di lapangan. Setelah mendapatkan informasi,
dilakukan analisis untuk mencari hipotesis kemudian dilakukan pengumpulan
informasi berikutnya. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh kesesuaian dengan
hipotesis sementara yang telah disusun. Langkah ini terus dilakukan hingga
ditemukan puncak informasi. Selanjutnya, kegiatan dalam analisis data meliputi
pencarian data, menatanya, membaginya menjadi satuan satuan yang dapat
dikelola, mensintesanya, mencari pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari serta memutuskan apa yang dilakukan.
Metode
kualitatif adalah �prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif
berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati.�
Pencarian data-data dilakukan dengan metode induktif, yang diberangkatkan dari
fakta-fakta atau peristiwa umum kemudian ditarik ke arah yang lebih khusus.
Sedangkan pengelolaan datanya digunakan metode reflektif. Komponen-komponen
metode reflektif adalah: 1) perekaan; 2) penafsiran; 3) penilaian; 4)
deskripsi, 5) pemahaman; dan 6) analisa.
Kemudian,
dalam berpikir reflektif induksi akan diawali dari fakta-fakta khusus dan
menuju ke pernyataan umum yang menerangkan fakta-fakta itu. Selanjutnya dari
eksplanasi yang bersifat umum tersebut diselidiki kembali fakta-fakta yang
telah ada tadi untuk meyakinkan kebenaran eksplanasi yang telah dirumuskan
(verifikasi). Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis data pada
penelitian ini berkaitan dengan aplikasi Remix Theory. Analisis data primer dan
sekunder digunakan untuk mengidentifikasi relasi-relasi antara efisiensi biaya
utama dengan gaya kepemimpinan serta kultur organisasi melalui pendekatan konsep
Kombinasi Bisnis dalam Remix Theory.
Hasil dan Pembahasan
1.
Hasil
danTemuan
Setiap
krisis itu unik, membutuhkan pendekatan yang berbeda dan tidak biasa untuk
ditangani (Zamoum & Gorpe, 2018). Mengidentifikasi kesenjangan teori
untuk menyembuhkan krisis akan diuji melalui beberapa teori yang inovatif dan
disruptif (Christensen et al., 2016); (Purba et al., 2020). Mengamati tanggap darurat manajemen
krisis SMGR dan INTP, melalui lensa Inovasi, seharusnya menginspirasi manajemen
untuk mencari terobosan strategis melalui remix strategy (Purba, 2015a).
Terlepas dari berbagai strategi korporasi yang sudah di jalanan saat ini, SMGR
dan INTP masih belum mampu menemukan strategi yang tepat untuk bertahan dan
keluar dari krisis semen. Hal ini terutama tercermin dari kinerja keuangan SMGR
dan INTP yang belum membaik, sehingga dapat disimpulkan adanya kesenjangan
fenomena. Kesenjangan ini, salah satunya, (Burgelman, 2020) adalah
tindakan bekerja sama atau berkolaborasi dengan pihak lain dalam meningkatkan
efisiensi demi bertahan dimasa krisis (Mcknight et al., 2002); (Mcknight et al., 2011).
Hasil
temuan dari interview di rangkum pada tabel perbandingan SMGR dan INTP mencakup
gaya kepemimpinan menghadapi krisis, gaya organisasi serta perubahan bisnis
proses yang dilakukan, strategi terobosan baru termasuk terobosan dalam
pemasaran. Semua faktor tersebut menentukan keberhasilan implementasi remix
strategy dalam menghadapi krisis semen industry.
Tabel 2
Temuan Hasil Wawancara SMGR Dan
INTP
Sumber: Diolah Penulis
Diawali dengan temuan fakta bahwa kedua pemain terbesar ini menyadari
bahwa krisis yang terjadi saat ini adalah nyata. Utama nya dari kelebihan
pasokan domestik ditambah lagi dengan dampak pandemi covid 19 yang melemahkan
permintaan pasar. Akibat nya perang harga terjadi di semua wilayah yang memperburuk
kinerja keuangan semua pelaku industri di Indonesia.
Selanjutnya mengenai gaya kepemimpinan SMGR dan INTP, terlihat perbedaan
mendasar dimana SMGR tidak banyak berubah, dominasi karakter individu, merekrut
staf baru dari eksternal. Sementara INTP, lebih tenang karena kelebihan pasokan
telah diantisipasi dari informasi kantor Pusat di Jerman. INTP melanjutkan
proses konsolidasi efisiensi biaya serta mengoptimalkan pendapatan dari produk
semen kantong yang memberikan margin lebih tinggi dibanding semen curah.
Gaya organisasi SMGR dan INTP ada kemiripan dalam melakukan konsolidasi
internal untuk mencapai efisiensi biaya, serta melakukan sentralisasi proses
bisnis meliputi mata rantai pasokan dan pemasaran. Perbedaannya, INTP lebih
menekankan pada digitalisasi proses informasi ke pelanggan serta optimalisasi
penggunaan teknologi informasi dalam meningkatkan produktivitas perusahaan.
Dalam strategi terobosan baru, SMGR tidak ada melakukan kolaborasi dengan
pihak eksternal. Sementara itu, INTP lebih terbuka dengan potensi mengakuisisi
pabrik kecil di pasar yang menguntungkan, menjual operasional yang tidak
menguntungkan, serta mencoba mengubah pola pikir dari prioritas pangsa pasar
menjadi prioritas pada profit.
Temuan perbedaan pada strategi pemasaran, SMGR lebih mengutamakan
strategi integrasi multi produk dalam mengejar efisiensi dan kontrol pasar.
Mega distributor konsep yang ditelurkan SMGR menawarkan layanan satu pintu
untuk semua produk berkaitan bahan bangunan, dilengkapi dengan produk turunan
seperti semen mortar, bata ringan, serta readymix. Disisi lain, INTP tetap
fokus pada pemasaran semen kantong dengan mengutamakan merek Semen Tiga Roda
yang memberikan margin lebih tinggi dibanding semen curah yang tanpa merek.
INTP juga berusaha mempertahankan hubungan baik dengan para distributor guna
menjaga loyalitas mereka terhadap merek utama INTP.
Kesamaan strategi pemasaran kedua pemain terbesar ini adalah pada
peluncuran merek sekunder untuk menjaga pangsa pasar merek primer. SMGR
menggunakan merek sekunder Semen Padang disamping merek utama Semen Gresik.
INTP mengeluarkan semen Rajawali sebagai merek sekunder dan Semen Tiga Roda
sebagai merek utama. Hanya saja dalam alokasi volume merek sekunder, INTP lebih
membatasi volume penjualan nya untuk mempertahankan harga rerata yang sehat.
Sementara itu, bagi SMGR merek sekunder digunakan saat mempertahankan pangsa
pasar dari serbuan harga murah pesaing pesaing lain tanpa mengontrol volume
nya.
2.
Pembahasan:
Aktor dan Efisiensi Biaya
Ketika
terjadi krisis, perlu di spesifikasi siapa (aktor) yang mengalami krisis
(konten) seperti apa dan kecepatan terjadi nya krisis (Wilke & Ritter, 2006).
Aktor dalam penelitian ini diarahkan pada pemimpin dari organisasi SMGR dan
INTP, kemudian dikaitkan dengan tindakan mereka menjalankan remix strategi.
Pemimpin dengan rasa krisis dan gaya kultur korporasi menentukan keberhasilan
menjalankan efisiensi melalui proses kolaborasi.
Ada 2
faktor penting yang akan dibahas pada bagian analisa ini:
1. Aktor
(Pemimpin dan Kultur Korporasi). Pemimpin dengan latar belakang serta
pengalaman yang berbeda seperti tidak pernah menjalankan kolaborasi akan
kesulitan memahami penting nya nilai berbagi. Demikian juga kultur korporasi
yang lebih tertutup dari pihak eksternal akan tidak mudah menerima ide
bekerjasama dengan pihak luar.
2. Efisiensi
dari 3 biaya utama: Energi (25-30%), Transport / Logistik penjualan (20-25%),
Bahan baku (20-25%). Ketiga biaya tersebut menyumbang 80% dari total biaya
produksi. Hasil dari efisiensi 3 biaya utama ini sangat ditentukan oleh
tindakan dari pemimpin dan dukungan kultur korporasi.
3.
Pembahasan
Aktor
Gaya
tiap pemimpin (aktor) dalam menghadapi krisis adalah unik. Kesiapan pemimpin
INTP dalam mengantisipasi krisis ditopang dengan informasi pasar global dari
induk perusahaan di Jerman membuat pemimpin INTP lebih tenang dan berpikiran
jernih untuk tetap fokus pada profit. INTP melanjutkan konsolidasi untuk
meningkatkan efisiensi dan tetap fokus pada produk kantong (bermerek) yang
menghasilkan margin lebih tinggi. Hal ini dilakukan secara konsisten sambil
menunggu permintaan pasar untuk kembali normal. Disisi lain, pemimpin SMGR yang
sering berganti menyebabkan lemah nya kesinambungan atau strategi yang
berkelanjutan. Pemimpin baru SMGR yang datang dari latar belakang industri
berbeda, hampir dipastikan melihat krisis semen industri dengan perspektif
berbeda juga. Dibawah tekanan untuk segera melakukan perbaikan kinerja keuangan
disaat krisis, pemimpin baru SMGR cenderung merubah kebijakan dan mencari
strategi dengan terobosan baru.
Selanjut
nya bagi pemimpin baru SMGR, karakter individu juga menentukan arah kebijakan
dan strategi yang diambil. Pemimpin yang tidak suka resiko akan bermain aman
dan lambat membuat keputusan karena banyak pertimbangan. Sedangkan pemimpin
yang ingin segera menunjukan hasil cenderung bertindak agresif dengan merombak
tatanan strategi yang sudah ada. Masukan dan saran dari tim lama belum tentu
diterima dan dicerna dengan baik oleh pemimpin baru, bahkan pemimpin baru
merekrut tim baru dari berbagai latar belakang berbeda. Disinilah tantangan
untuk menjalankan Remix strategy yang memahami kelebihan dan kekurangan
internal sebelum melakukan kolaborasi dengan pihak lain, dalam rangka terobosan
mencari efisiensi biaya.
Apabila
pemimpin baru SMGR lebih membuka diri dan bersedia mempertimbangkan masukan
yang ditopang dengan pengalaman, pengetahuan serta keahlian industri semen dari
personil lama, kebijakan strategi baru bisa menjadi lebih efektif dalam
menghasilkan perbaikan. Sebagai contoh: strategi integrasi produk readymix dan
semen mortar yang ditempuh SMGR secara pengetahuan umum harus nya memberikan
nilai tambah. Akan tetapi pada kenyataannya, secara pengalaman membuktikan
bahwa permintaan pasar yang lesu, produk readymix cenderung merugi karena harga
merupakan faktor utama dalam pengambilan keputusan membeli. Selanjut nya secara
keahlian dalam hubungan bisnis, produk readymix yang dijalankan SMGR berhadapan
langsung dengan distributor besar yang sudah lama menjalankan readymix. Hal ini
membuat vertikal konflik dimana distributor menjadi resah karena harus
berhadapan langsung dengan prinsipal mereka yaitu pabrik pemasok semen.
Selanjut
nya kultur korporasi cenderung diwarnai oleh gaya kepemimpinan. Pemimpin yang
kurang terbuka akan mengarahkan kultur yang lebih tertutup. Kolaborasi seperti
inovasi terbuka menjadi hal yang asing dan hampir tidak pernah terpikirkan oleh
anggota organisasi. Jika pun ada, proses menjalankan kolaborasi secara teknis
dan psikologis tidak pernah terbayangkan dalam kultur yang belum pernah berbagi
dengan pihak luar.
Dari
analisa diatas, dengan sering nya pergantian pemimpin dan budaya korporasi yang
lebih internal, SMGR akan sulit atau belum terlalu siap menjalankan remix
theory. Kerjasama konsolidasi yang dijalankan SMGR hanya sebatas dengan pihak
internal, inovasi terbuka tidak lazim dalam kultur organisasi SMGR. Berbeda
dengan INTP yang merupakan bagian dari semen internasional yang berpusat di
Jerman, kolaborasi adalah hal yang sudah biasa dilakukan di berbagai lokasi
operasional mereka sebagai bagian dari pemain dunia.
4.
Pembahasan:
Efisiensi 3 biaya utama
Energy
(25-30%). Meskipun harga energi (batubara) adalah faktor eksternal yang tidak
bisa di kontrol, tetapi proses pengadaan energy masih mempunyai peluang
efisiensi melalui Remix Strategy, dengan bekerjasama dalam hal:
1) Kontrak
bersama / gabungan dengan pemasok besar yang sama
2) Kontrak
logistik bersama / gabungan dari perusahaan pelayaran dan transportasi darat
3) Berbagi
pengetahuan� dalam penggunaan energi
ramah lingkungan
4) Berbagi
pengetahuan untuk bahan bakar alternatif ramah lingkungan
Logistik
- Transportasi dan Gudang (20-25%)
1) Kontrak
bersama / gabungan dengan pemasok transport
2) Kontrak
bersama / gabungan gudang di wilayah pasar yang sama
3) Kerjasama
pengantongan semen bersama di wilayah tertentu
Bahan
baku (20-25%)
1) Kontrak
bersama / gabungan dengan pemasok bahan kimia
2) Kontrak
bersama / gabungan dengan pemasok bahan kemasan
3) Pertukaran
persediaan parts yang bernilai tinggi (mengurangi biaya capital)
4) Berbagi
pengetahuan teknologi dalam efisiensi bahan baku
Total
dari 3 biaya utama ini menyumbang 80% biaya produksi semen. Tahun 2020 total
pendapatan gabungan SMGR dan INTP mencapai Rp. 50 Triliun. Jika biaya produksi
sebesar 60% dari pendapatan atau senilai Rp. 30 Triliun, dan bila dari
implementasi remix strategy diatas bisa diperoleh 5% efisiensi, maka akan
terjadi penghematan biaya senilai Rp. 1.50 Triliun. Suatu jumlah yang fantastis
untuk dibagi dan dinikmati secara bersama oleh SMGR dan INTP.
Kesimpulan
Dalam
menghadapi krisis semen industri saat ini,�
masih terlihat lemah nya sinkronisasi strategi� dari dua pemain utama. Masing masing seolah
olah berjalan sendiri dengan mengabaikan prinsip kolaborasi dalam mencari
solusi, khusus nya dalam meningkatkan efisiensi biaya.� Padahal efisiensi� merupakan faktor internal yang lebih mudah
diadopsi perusahaan untuk bertahan. Proses remix lebih informal, lebih cepat,
dan tidak ada negosiasi rumit karena hasilnya hanya dicapai dengan
menggabungkan keahlian. Cara kedua pemain terbesar di industri menghadapi
krisis dengan perspektif masing masing telah menelurkan aksi korporasi yang
berbeda, hal ini tercermin dari perbedaan strategi sebagai SMGR Way dan INTP
Way. Akibat nya semua pihak terpuruk dalam krisis yang lebih dalam.
Inti masalah
dalam implementasi Remix Strategy terdapat pada kondisi, karakter, latar
belakang para eksekutif pemangku jabatan. Kondisi sering berganti eksekutif,
karakter menghindar resiko dan tidak suka kepastian, latar belakang belum
pernah pengalaman menjalankan remix atau pengalaman kolaborasi yang kurang
menyenangkan di masa lalu. Hal hal tersebut menyebabkan remix sulit
dilaksanakan. Padahal semua pencapaian efisiensi sangat tergantung dari upaya
dan tindakan dari eksekutif sebagai pemangku kepentingan.
SMGR belum
terlalu siap menjalankan remix theory. Walaupun SMGR ada melakukan kolaborasi
dalam bentuk konsolidasi, hal itu lebih pada internal korporasi, tidak dengan
pihak eksternal, sehingga dapat disimpulkan bahwa inovasi terbuka belum terlalu
lazim dalam kultur organisasi SMGR. Sedangkan INTP sebagai bagian dari pemain
internasional lebih terbuka dan lebih siap untuk berkolaborasi yang saling
menguntungkan.
Barrett, M., Oborn, E., & ... (2016).
Creating value in online communities: The sociomaterial configuring of
strategy, platform, and stakeholder engagement. Information Systems �.
https://doi.org/10.1287/isre.2016.0648. Google Scholar
Beske, J., &
Dixon, D. (2018). Suburban remix: Creating the next generation of urban
places. books.google.com. https://books.google.com/books?hl=en&lr=&id=2LlCDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=strategy+remix&ots=2wSitZLUnh&sig=tbLFB2sdKfVSAALegUqtiJGS19g.
Google Scholar
Blomstedt, Y.,
Norberg, M., Stenlund, H., Nystr�m, L., & ... (2015). Impact of a combined
community and primary care prevention strategy on all-cause and cardiovascular
mortality: a cohort analysis based on 1 million person �. In BMJ open.
bmjopen.bmj.com. https://bmjopen.bmj.com/content/5/12/e009651.short. Google Scholar
Budiono, S.,
& Purba, J. (2020). Economic Growth through Educational Participation and
Clean Water: The Case from 500 Districts and Cities in Indonesia. InCoGITE
2019: Proceedings of The First �.
https://books.google.com/books?hl=en&lr=
&id=GbogEAAAQBAJ&oi= fnd&pg=PA25&dq=%22sidik+budiono%22&ots=dYnqUUGZ_g&sig=W3jpd1gaj
L06U_ jX4UPXDYAY5-E. Google Scholar
Budiono, S.,
Purba, J. T., Adirinekso, G. P., & Rajagukguk, W. (n.d.). Market Growth
Strategy through Consumers� Satisfaction, Product Quality and Brand Image:
Evidence from Jakarta Indonesia. In ieomsociety.org. http://www.ieomsociety.org/brazil2020/papers/553.pdf.
Google Scholar
Burgelman, R. A.
(2020). Strategy is destiny: How strategy-making shapes a company�s future. books.google.com.https://books.google.com/books?hl=en&lr=&id=VazSDwA AQBAJ& oi=fnd&pg=PR11&dq=collaboration+management+strategy+theory&ots=xCVtj4Byxi&sig=YUofm8lisrMUH07pe2ugAuNEgU0.
Google Scholar
Christensen, T.,
Danielsen, O. L. E. A., & ... (2016). Comparing coordination structures
for crisis management in six countries. Public https://doi.org/10.1111/padm.12186.
Google Scholar
Chunwijitra, S.,
Tummarattananont, P., (2015). The strategy to sustainable sharing resources
repository for massive open online courses in thailand. 2015 12th �.
https:// ieeexplore.ieee.org/abstract/document/7206980/. Google Scholar
Dusenberry, L.,
Hutter, L., & ... (2015). Filter. Remix. Make. Cultivating Adaptability
Through Multimodality. Journal of Technical https://doi.org/10.1177/0047281615578851.
Google Scholar
Gomes-Casseres,
B. (2015). Remix strategy: The three laws of business combinations.
books.google.com. https://books.google.com/books?hl=en&lr=&id=6ewNCg-AAQBAJ&oi =fnd&pg=PR7&dq=strategy+remix&ots=fdt5tqDLqu&sig=EpRouYx-u2Kozwl9rI6y-GoTCOEE.
Google Scholar
Jiang, F., &
Drummer, D. (2022). Analysis of UV Curing Strategy on Reaction Heat Control and
Part Accuracy for Additive Manufacturing. Polymers.
https://www.mdpi.com/1500474. Google Scholar
Kosajan, V.,
Wen, Z., Zheng, K., Fei, F., Wang, Z., & ... (2021). Municipal solid waste
(MSW) co-processing in cement kiln to relieve China�s Msw treatment capacity
pressure. Resources, Conservation https://www.sciencedirect.com/science/article/
pii/S0921-344920307023. Google Scholar
Levinson, J. C.
(2021). Guerrilla marketing remix: the best of guerrilla marketing.
dspace.vnbrims.org.http://dspace.vnbrims.org:13000/jspui/bitstream/123456789/
4913 /1/ The Best of Guerrilla Marketing Guerrilla Marketing Remix.pdf. Google Scholar
Man, A. P.
De. (2003). Collaboration and innovation : a review of the effects of
mergers,acquisitions and alliances on innovation Eindhoven University of
Technology, Centre for Global Corporate Positioning and Eindhoven
University of Technology. 1�45. Google Scholar
Mcknight, D. H.,
Carter, M., Thatcher, J. B., & Clay, P. F. (2011). Trust in a specific
technology: An investigation of its components and measures. ACM
Transactions on Management Information Systems, 2(2).
https://doi.org/10.1145/1985347.1985353. Google Scholar
Mcknight, D. H.,
Choudhury, V., & Kacmar, C. (2002). Developing and Validating Trust
Measures for e-Commerce: An Integrative Typology. Information Systems
Research, 13(3), 334�359.
https://doi.org/10.7507/1672-2531.201806071. Google Scholar
Nicoletti, B.
(n.d.). The Future of FinTech. Google Scholar
Purba, J.
T. (2015a). Strategic Innovation through Technology Readiness and Acceptance
in Implementing ICT for Corporate Sustainability. researchgate.net.
https://www. researchgate.net/profile/John-Purba/publication/3. Google Scholar
Purba, J. T. (2015b).
Strategy optimizing marine industry through sustainable human capital
development: Indonesia perspectives. Mediterranean Journal of Social
Sciences. http://www.richtmann.org/journal/index.php/mjss/article/view/7887.
Google Scholar
Purba, J. T.,
Budiono, S., Rajagukguk, W., Samosir, P., & ... (2020). E-business
services strategy with financial technology: Evidence from Indonesia.
repository.uki.ac.id. http://repository.uki.ac.id/id/eprint/3230. Google Scholar
Rajagukguk, W.,
Purba, J. T., Budiono, S., & Adirinekso, G. P. (n.d.). The Role of Economic
and Development Factors on Average National Exam Score at Primary, Junior
Secondary, and Senior Secondary Level in Indonesia. In ieomsociety.org.
http://www.ieom-society.org/brazil2020/papers/560.pdf. Google Scholar
Rao, P. (2017).
Global leprosy strategy 2016-2020: Issues and concerns. In Indian Journal of
Dermatology, Venereology and. ijdvl.com. https://ijdvl.com/?view-pdf=1& embedded =true&article=71305f24194d1217c72641d4a027071eySR%2F8g%3D%3D.
Google Scholar
Remix, T. (n.d.). Poetically Remixing the Archive. In academia.edu.
https://www.academia. edu/download/76694888/ch18_poetically_remixing_the_archive_burrough273_86.pdf.
Google Scholar
Safitriani, S.
(2014). Perdagangan Internasional Dan Foreign Direct Investment Di Indonesia.
In Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan (Vol. 8, Issue 1, pp. 93�116).
Trade Analysis and Development Agency. https://doi.org/ 10.30908/ bilp.v8i1.89.
Google Scholar
Strategy, I. R.
(N.D.). In His New Book, Remix Strategy: The Three Laws Of
Business Combinations, Brandeis University. Alliancestrategy.Com.
Https://Alliancestrategy.Com/Wp-Content/Uploads/Remix-Strategy-press-release-July-2015.pdf.
Google Scholar
Wang, L., Liu,
J., Yuan, R., Wu, J., Zhang, D., Zhang, Y., & Li, M. (2020). Adaptive
bidding strategy for real-time energy management in multi-energy market
enhanced by blockchain. Applied Energy.
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0306261920313398. Google Scholar
Wilke &
Ritter, 2006 . Collaborative Research Design. Google Scholar
Zhong, W., Chen,
C., Wu, X., & Jiang, S. (2021). {REMIX}: Efficient Range Query for
{LSM-trees}. 19th USENIX Conference on File and
�. https://www.usenix.org/conference/fast21/presentation/zhong. Google Scholar
Zamoum & Gorpe, 2018. Crisis management: A historical and conceptual approach for a better understanding of today's crises. In Crisis Management strategy& Practice. Edited by Kattarina Holla, Michal Titko and Jozef Ristvej. London: IntechOpen Limited, pp 203-217. ISBN 978-1-78923-234-9. Google Scholar
Copyright holder: Irwan Suarly, John Tampil Purba, Rudy Pramono, Gracia S. Ugut (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |