Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 5, Mei 2022

 

ANALISIS KOMPARATIF RASIO EFISIENSI PADA BANK DIGITAL DAN BANK KONVENSIONAL

 

D. Dhany Prasetyo, Dewi Shinta

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Indonesia

Email: [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Analisis model bisnis Bank Digital yang berbasis asset operasional yang sangat minimal seperti biaya infrastruktur gedung kantor dan biaya operasional tenaga kerja berdampak pada Rasio Efisiensi yaitu Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan Cost of Income Ratio (CIR), dengan tujuan penelitian untuk mengetahui perbandingan Rasio Efisiensi dengan Bank Konvensional. Secara kelembagaan, bank hanya akan dibedakan menjadi bank umum dan BPR, dan tidak terdapat perizinan tersendiri untuk bank digital, dimana bank digital hanyalah suatu perubahan bisnis model dan cara pelayanan kepada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan studi terhadap Bank Digital sebagai Bank Berbadan Hukum Indonesia (Bank BHI) yang menyediakan dan menjalankan kegiatan usaha terutama melalui saluran elektronik tanpa kantor fisik selain Kantor Pusat (KP) atau menggunakan kantor fisik terbatas. Secara kelembagaan, bank hanya akan dibedakan menjadi bank umum dan BPR, dan tidak terdapat perizinan tersendiri untuk bank digital, dimana bank digital hanyalah suatu perubahan bisnis model dan cara pelayanan kepada masyarakat. Metode yang digunakan pendekatan deskriptif kuantitatif menggunakan APO KM assesment Tools. Hasil analisis data ini kemudian dibandingkan dengan dasar teori yang terkait dengan masalah yang dibahas dan diteliti.

 

Kata Kunci: Bank Digital; Rasio Efisiensi; BOPO

 

Abstract

Analysis of the Digital Bank's business model based on very minimal operational assets such as office building infrastructure costs and labor operational costs have an impact on the Efficiency Ratio, namely Operational Income Operational Costs (BOPO) and Cost of Income Ratio (CIR), with the aim of research to determine the ratio ratio Efficiency with Conventional Banks. Institutionally, banks will only be divided into commercial banks and rural banks, and there is no separate license for digital banks, where digital banks are only a change in business models and ways of serving the public. This study aims to conduct a study on Digital Banks as Indonesian Legal Entity Banks (Bank BHI) which provide and carry out business activities mainly through electronic channels without a physical office other than the Head Office (KP) or using limited physical offices. Institutionally, banks will only be divided into commercial banks and rural banks, and there is no separate license for digital banks, where digital banks are only a change in business models and ways of serving the public. The method used is a quantitative descriptive approach using APO KM assessment tools. The results of this data analysis are then compared with the theoretical basis related to the problems discussed and researched

 

Keywords: Digital Banks; Efficiency Ratio; BOPO

 

Pendahuluan

Bank Digital

Bank digital di Indonesia kini semakin populer di kalangan masyarakat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahkan telah mengeluarkan peraturan tentang bank umum yang didalamnya juga menjelaskan tentang bank digital. Berdasarkan Peraturan OJK nomor 12/POJK.03/2021 disebutkan bahwa bank digital adalah bank berbadan hukum Indonesia (BHI) yang menyediakan dan menjalankan kegiatan usaha terutama lewat saluran elektronik tanpa kantor fisik selain kantor pusat atau menggunakan kantor fisik terbatas. Dalam (Otoritas Jasa Keuangan, 2016), buku panduan OJK berjudul penduan penyelenggara digital branch bank digital yaitu layanan/kegiatan perbankan melalui kantor bank tertentu dengan menggunakan sarana elektronik/digital milik bank dan/atau melalui media digital yang dilakukan secara mandiri oleh nasabah yang memungkinkan calon nasabah dan/atau nasabah bank untuk memperoleh informasi, melakukan komunikasi, registrasi, pembukaan rekening, transaksi perbankan dan penutupan rekening, termasuk memperoleh informasi lain dan transaksi di luar produk perbankan, antara lain nasihat keuangan (financial advisory), investasi, transaksi e-dagang (e-commerce), dan kebutuhan lainnya dari nasabah bank. ��

Dalam prinsipnya bank digital sama e-banking, namun karakteristik bank digital lebih luas dibandingkan e-banking. Karena pada bank digital nasabah dapat mengakses seluruh layanan perbankan melalui kumpulan e-banking di satu tempat (digital branch) atau melalui e-banking pada perangkat milik bank atau nasabah.

Daftar bank digital indonesia Jenius, Bank Jago, Wooke aplikasi yang dikembangkan oleh Bank Bukepin, Blu aplikasi yang dikembangkan oleh PT. Bank Digital BCA, Digibank yang dikembangkan oleh Bank DBS dan TMRW anak usaha milik Bank UOB Indonesia.

Brett King dalam Bank 4.0: Banking everywhere, never at a bank (2019) telah memberikan perkembangan bank sebagai berikut:

1.     Bank 1.0 (1472-1980) bank konvensional lahir pada pada tahun 1472, dimana Bank merupakan tempat layanan simpan pinjam, dengan perjumpaan fisik antara pihak bank dan pelanggan. Komputer mainframe sudah digunakan, namun tidak digunakan secara langsung untuk berhubungan dengan nasabah.

2.     Bank 2.0 (1980-2007) dimulai saat bank memiliki Anjungan Tunai Mandiri (ATM), dimana nasabah mulai dapat melakukan transaksi perbankan tanpa perjumpaan fisik dengan pihak bank, dan era self service banking telah dimulai, dan kemudian, pada tahun 1995 muncul internet komersial.

3.     Bank 3.0 (2007-2017) disebut sebagai generasi internet banking dan mobile banking, yang memberikan nasabah opsi untuk dapat menjalankan kegiatan perbankan dari mana pun. Ini berawal dari munculnya smartphone pada 2007 dan memungkinkan adanya mobile payment.

4.     Bank 4.0 (2017 sampai saat ini) dimana bank mulai meninggalkan konsep �tatap muka�, layanan kantor cabang, dan turunan dari keduanya. Sumber daya teknologi menjadi penopang industri Bank 4.0, antara lain Artificial Intelligence (AI), big data, dan teknologi block chain.

Syarat Minimum Bank Digital POJK Nomor 12/POJK.03/2021 ini juga mengatur bahwa Bank BHI yang beroperasi sebagai Bank Digital harus memenuhi enam persyaratan dan wajib menjaga pemenuhan persyaratan selama beroperasi menjadi bank digital.

1.     Mempunyai model bisnis dengan penggunaan teknologi yang inovatif dan aman dalam melayani kebutuhan nasabah,

2.     Mempunyai kemampuan dalam mengelola model bisnis perbankan digital yang pruden dan berkesinambungan,

3.     Mempunyai manajemen risiko secara memadai,

4.     Memenuhi aspek tata kelola termasuk pemenuhan Direksi yang mempunyai kompetensi di bidang teknologi informasi dan kompetensi lain bagi pihak utama lembaga jasa keuangan,

5.     Menjalankan perlindungan terhadap keamanan data nasabah,

6.     Memberikan upaya yang kontributif terhadap pengembangan ekosistem keuangan digital dan/atau inklusi keuangan

Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA dalam Kontan menyatakan bahwa agar bank bisa bertahan dan beroperasi sebagai bank digital, terdapat lima syarat minimum. Pertama, jumlah nasabah yang besar. Kedua, bekerja sama dengan ekosistem digital yang ada dan mempunyai jaringan merchant yang besar. Ketiga, mengembangkan dan mempunyai produk perbankan yang user friendly. Keempat, sumber daya manusia yang cakap, baik programmer dan data analis, dan mampu menciptakan produk digital yang bersaing, yang tidak hanya dibutuhkan oleh bank digital saja, tetapi juga oleh bank tradisional, fintech domestik maupun fintech asing, dan dibutuhkan modal yang besar, dimana Bank digital seyogyanya menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence) dan machine learning. Jahja menganalisa Bank Digital yang dimiliki oleh bank tradisional mempunyai keuntungan antara lain dengan tidak perlu melakukan investasi call center sendiri, dimana call center membutuhkan suatu investasi yang besar, sedangkan bank digital lainnya menggunakan outsourcing per transaksi, dimana semakin banyak transaksi akan semakin besar biaya yang dikeluarkan. Jahja juga berpendapat bahwa transaksi tunai tidak dapat dihilangkan sama sekali di Indonesia atau sepenuhnya cashless. Bank digital yang dimiliki oleh bank tradisional juga dapat menggunakan jaringan ATM perusahaan induk dengan tanpa biaya (Hutauruk, 2021).

Survei Bank Digital di Indonesia Pricewaterhouse Coopers (PwC) melakukan survei pada tahun 2018 terhadap Bank Digital di Indonesia yang bertujuan untuk:

1.     Memahami keadaaan terkini atas Bank Digital di Indonesia,

2.     Memahami ambisi Bank Digital dan aspirasi dari bank-bank di Indonesia,

3.     Memberikan overview atas resiko dan tantangan yang dihadapi industry terkait talenta digital, kebudayaan dan persaingan dari fintech.

Di sisi lain, untuk menjalankan Bank Digital tidak mudah, dengan adanya beberapa tantangan, diantaranya biaya investasi yang besar terutama untuk teknologi dan tenaga kerja digital yang masih sangat kurang di Indonesia. Juga regulasi bank digital yang sampai saat sekarang masih terus dievaluasi oleh pemerintah, regulasi perlindungan data digital perbankan yang belum mumpuni, dan potensi kejahatan siber di Indonesia yang sangat tinggi. Oleh karena itu, Bank Digital harus sedapat mungkin memanfaatkan potensi yang ada dengan mengantisipasi dan mengatasi berbagai tantangan yang ada. Ini akan menuntut Bank Digital menetapkan langkah strategis dalam pengembangan bisnis, pengelolaan risiko, pengembangan sumber daya manusia dan pengelolaan nasabah. Dari analisa potensi dan tantangan yang ada, tentunya terdapat berbagai pertanyaan dan prediksi mengenai masa depan bank digital di Indonesia dan apakah perubahan menjadi Bank Digital akan memberikan penambahan keuntungan bagi bank atau justru sebaliknya menambah biaya bank yang tentunya akan menurunkan keuntungan bank (Fernando, 2021). Sedangkan;

 

Bank Konvensional

Bank Konvensional adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat. Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of development, agent of service.

Bank Konvensional adalah bank yang melakukan aktivitas perputaran uang sesuai kesepakatan nasional dan internasional, dan berdasarkan hukum formil suatu negara. Bank Konvensional bisa dijelaskan sebagai perantara (financial intermediaries) antara tiga pihak dengan kepentingan masing-masing, yakni Pemegang Saham, Pengelola Bank dan Nasabah.

Prinsip Bank Konvensional yaitu

1.     Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti tabungan atau deposito, maupun produk pinjaman/kredit yang diberikan berdasarkan tingkat tertentu.

2.     Bank menggunakan atau menerapkan berbagai biaya dalam nominal atau persentase tertentu (fee based) untuk jasa-jasa bank lainnya.

Kegiatan Bank Konvensional yaitu

1.     Menerima dana dari masyarakat berupa  tabungan, giro dan deposito

2.     Menyalurkan kembali dana yang diterima dari masyarakat kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman/kredit.

Pandemi Covid-19 telah membuat perubahan perilaku masyarakat jadi serba digital. Hal ini memberikan berkah bagi industri perbankan, lantaran digitalisasi membuat bank lebih efisien.

Rogers menemukan bahwa aturan bisnis telah berubah, dimana pada setiap industri, perkembangan tehnologi digital dan bangkitnya tantangan disruptive telah melakukan transformasi untuk model bisnis dan proses yang ada. Yang membedakan bisnis yang sukses dan bisnis yang gagal dalam dunia digital terdapat pada 5 domain penting untuk keberhasilan transformasi digital untuk setiap industri, yaitu Customers, Competition, Data, Innovation dan Value, dimana teknologi digital telah merubah keseluruhan asumsi dari setiap domain tersebut (Rogers, 2016)

Dari data tersebut bahwa bank digital dan bank konvensional perbedaannya baru bisa dilihat dari wujudnya. Bank konvensional memiliki wujud fisik berupa kantor pusat dan cabang, sementara bank digital dapat beroperasi hanya dengan sebuah kantor pusat saja dan tidak memerlukan keberadaan kantor cabang. Perbedaan lain dari keunggulan yang ditawarkan, seperti biaya administrasi yang lebih rendah, biaya transfer yang lebih murah atau bahkan grati����s, dan suku bunga yang lebih tinggi. Tentunya dengan syarat dan ketentuan berlaku yang dikeluarkan oleh bank terkait.

Penelitian ini akan menekankan pada perbandingan antara bank digital dan konvensional, Sesuai dengan analisis model bisnis Bank Digital yang berbasis asset operasional yang sangat minimal seperti biaya infrastruktur gedung kantor dan biaya operasional tenaga kerja berdampak pada Rasio Efisiensi yaitu Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan Cost of Income Ratio (CIR) tujuan penelitian untuk mengetahui perbandingan rasio efisiensi bank digital dengan Bank Konvensional yang seuai dengan teori yang ada.

 

Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif yaitu Metode deskriptif kuantitatif adalah suatu riset kuantitatif yang bentuk deskripsinya dengan angka atau numerik (statistik). Maksudnya adalah penelitian tersebut berkaitan dengan penjabaran dengan angka-angka statistik. (Sugiyono, 2017) mengatakan bahwa, metode penelitian pada dasarnya merupakan ciri-ciri ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang digunakan dalam pendekatan kuantitatif

 

Hasil dan Pembahasan

Bank Indonesia mencermati peningkatan efisiensi pada operasional perbankan di awal tahun. Lantaran perbankan melakukan penurunan biaya tenaga kerja dan biaya sewa akibat digitalisasi, yang masing-masing turun sebesar 3 bps yoy dan 5 bps yoy hingga Januari 2021.

Hasil analisis data ini kemudian dibandingkan dengan dasar teori yang terkait dengan masalah yang dibahas dan diteliti.

1.     Analisis keuangan bank digital

Bank adalah Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Dalam perbandingan bank digital dan bank konvensional, jika dilihat dari akses bank digital lebih menawarkan kemudahan akses yaitu akses mudah, fleksibilitas, dan biaya administrasi lebih murah.

����������� Gambar 1

Penambahan Nasaah Bank Jago 2021

 

Dalam gambar.1 kita melihat penambahan nasabah Bank Jago yang signifikan dimulai pada bulan Juli yaitu sebanyak 266.000 nasabah, dimana pada bulan juni hanya sebesar 110.000 nasabah. Kemudian pada bulan agustus bertambah enjadi 422.000 nasabah, ditambah bulan Agustus menjadi 580.000 nasabah

Dalam kegiatan bank digital salah satunya bank jago Strategi yang dijalankan oleh Bank Jago ternyata selaras dengan penelitian Rogers (2016). Pada public exposure Bank Jago September 2021, telah disampaikan kenaikan yang signifikan atas jumlah nasabah, yang sebelumnya 110,000 nasabah (Juni 2021) menjadi 580,000 nasabah (Sep 2021), dimana terdapat kenaikan sebesar 470,000 nasabah baru dalam kurun waktu tiga bulan. Kenaikan tersebut setara dengan 156,000 nasabah baru dalam waktu 1 bulan, atau rata � rata penambahan nasabah baru sebanyak 5200 nasabah baru/hari.

 

Gambar 2

Pola kerjasama bank jago

Dari gambar.2 tentang pola hubungan bisnis bank jago ada beberapa macam ada yang spesifikasinya untuk pembiayaan UMKM, ada yang fokusnya terhadap pembiayaan pada ekosistem, ada yang fokus dengan perusahaan skuritas dan pembiayaan pada institusi lending yang lain.

Karena keterbatasan data, kami tidak dapat mengetahui persisnya pertambahan nasabah baru tersebut, yang mana merupakan nasabah baru dari Bank Jago, atau dari masing-masing rekanan Bank Jago. Kenaikan jumlah nasabah baru tersebut tidak terlepas dari adanya kerjasama Bank Jago dengan ekosistem digital yang lain. Partnership yang dilakukan bank Jago dikelompokkan atas kerjasama dengan institusi keuangan, misalnya pembiayaan UKM melalui skema channeling dengan Peer-to-Peer Lending dan pembiayaan UKM melalui skema channeling atau joint financing dengan perusahaan multi finance. Juga Kerjasama dengan value chain, misalnya kerjasama untuk membiayai pemasok dan kerjasama untuk membiayai agen atau merchant. Sampai dengan September 2021, Bank Jago telah memiliki 19 rekanan, diantaranya 3 rekanan ekosistem, yaitu Goto (Digital Lifestyle Services), Amaan (Syariah) dan Bibit (Wealth management), 3 perusahaan sekuritas (Indopremier, Trimegah Securities, Stockbit) dan 13 institusi lending lainnya (Bank Jago, 2021).

 

POLA REKANAN BANK JAGO

PEMBIAYAAN UMKM

CHANELING

Yaitu suatu pola dimana pembiayaan tidak langsung kepada nasabah, tetapi dipercayakan kepada lembaga lain yang sudah bekerjasama dengan bank jago untuk melakukan pembiayaan dengan kepanjangan tangan pembiayaan dari bank jago

VALUE CHAIN

Yaitu suatu pola dimana pembiayaan diberikan kepada suatu perusahaan yang fungsinya adalah sebagai pemasok.

AGENT MERCHANT

Yaitu suatu pola pembiayaan diberiakan kepada agent merchat yang sudah bekerjasama dengan bank jago dan pembiayaanya bisa berupa jasa dan barang yang disediakan oleh merchant.

PEMBIAYAAN REKANAN EKOSITEM

GOTO

Yaitu suatu platfoam digital lifestyle service

AMAAN

Aplikasi yang memberikan akses layanan berbasis digital kepada jutaan perempuan pengusaha mikro untuk membantu mengembangkan diri dan usaha, agar mampu membahagiakan dan menyejahterakan keluarganya.

BIBIT

sebuah layanan manajemen kekayaan dari perusahaan keuangan untuk individu dan keluarga yang menawarkan berbagai jenis layanan

REKANAN PERUSAHAAN SKURITAS

INDOPREMIER

adalah sekuritas swasta terbesar di Indonesia menawarkan investasi di pasar modal dengan melayani klien individu maupun korporasi

TRIMER SKURITAS

Adalah skuritas yang bergerak dalam bidang perantara dan underwriting surat berharga

STOCKBIT

one-stop platform investasi saham. Selain menjadi wadah untuk berdiskusi dan update berita terkini seputar saham, Stockbit juga berfungsi sebagai platform riset dan analisis investasi.

 

INSTITUSI LENDING LAIN

Adalah semua lembaga keuanagan yang tugas utamanya adalah menyalurkan pembiayaan yang sudah bekerja sama dengan BANK JAGO,

 

Inovasi dengan Minimum Value Proposition (MVP) terlihat dengan Life Focus Solution (consumerfocused digital bank) yang diluncurkan pada April 2021, dengan adanya inovasi berkesinambungan, yang terdiri atas tema saat ini (Now), kemudian hari (Tomorrow) dan kebersamaan (Together).

Bank Jago mengklaim sebagai bank yang mengeluarkan alat pertama untuk memberikan partisi pada dana milik nasabah dan memberikan akses yang selektif kepada keluarga dan temannya, kantong pengeluaran, kantong penyimpanan, penguncian kantong, berbagai tingkat akses yang di dalam limit yang ditentukan dan pembagian tagihan. Diikuti dengan series launch, antara lain kartu debit di bulan Mei 2021, Kerjasama Bibit di Juli 2021, seamless integration Bank Jago dengan Gojek registration di akhir Juli 2021 melalui linking Jago Pocket di dalam aplikasi Gojek dan registrasi referral dari aplikasi Gojek. Sampai dengan akhir Sep 2021, aplikasi Bank jago telah di install lebih dari 750,000 dengan rating 4+. Aplikasi tersebut terdiri dari peluncuran dari penyelesaian solusi kehidupan dan nasabah dapat menambah kantong baru. Bank Jago telah mengumumkan future releases antara lain dengan memperbanyak integrasi pembayaran dan pengelolaan keuangan, mendata profil (KYC) nasabah Gopay dan Jago di satu alur yang nyaman (convenience), membayar dari kantong jago di semua merchant melalui GoPay, maupun akses ke fitur Jago lainnya (seperti tabungan, kartu yang terhubung) dan mengelola dana/uang digital di Gopay melalui aplikasi (Bank Jago, 2021) (Kualitas, Produktif, Informasi, Pendapatan, & Bunga, 2021).

[1]

Gambar 3

Pertumbuhan BOP BANK BRI 2020 vs 2021

 

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) pada Februari 2021 sebesar 75,23%. Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto menyatakan posisi itu turun jika dibandingkan posisi BOPO akhir tahun 2020 sebesar 81,22%. �Pada tahun 2021 ini rasio BOPO akan diproyeksikan berada di kisaran 75%. Strategi efisiensi yang dilakukan BRI terkait ini adalah melalui digitalisasi proses bisnis, dengan digitalisasi ini diharapkan proses bisnis akan semakin efisien dan efektif,� ujar Aestika Ia menambahkan, BRI juga melakukan efisiensi pada biaya dana dengan fokus meningkatkan dana murah. Hal itu didukung dengan platform simpanan berbasis digital dan pengembangan micropayment system

Gambar 4

Pertumbuhan transaksi mobile dan nternet Banking BCA

 

Dari gambar.4 pertumbuhan transaksi mobile banking dan internet banking tumbuh dari tahun 2017 dengan catatn transaksi 3.201.000.000 kemudian di tahun 2018 sebanyak 4.196.000.000 transaksi, pada tahun 2019 sebanyak 6.356.000.000 transaksi, kemudian pada tahun 2020 sebanyak 9,585.000.000 transaksi yang menggunakan fasilitas mobile dan internet banking BCA sehingga dapat dikalkulasi pertumbuhan 4 tahun terakhir sebesar 44,1%, angka ini menujukan semakin bagus dan terintegrasi dari segi pelayanan digital banking Bank BCA.

PT Bank Central Asia Tbk mencermati di tengah tantangan yang dinamis saat ini, kontribusi utama BCA adalah memastikan operasional perbankan tetap berjalan optimal. Agar nasabah dapat memenuhi berbagai kebutuhan transaksi perbankan dengan lancar, aman, dan nyamanDirektur Keuangan BCA Vera Eve Lim mengatakan pengelolaan operasional yang efisien dalam situasi ini dilakukan dengan optimalisasi transaksi. Melalui layanan perbankan digital dan transaksi nontunai sebagaimana yang tersedia di mobile banking dan internet banking. �Sebagai informasi, jumlah transaksi melalui mobile dan internet banking terus bertumbuh dengan pesat, yakni sebesar 50,7% yoy. Pada tahun 2020, BCA memproses lebih dari 30 juta transaksi per hari secara rata-rata, atau naik 18,3% dari tahun 2019,�. Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) sebesar 63,45% sepanjang tahun 2020. Adapun BOPO BCA di 2019 tercatat sebesar 59,09%.  

Gambar 5

pertumbuhan BOPO Bank BPD Sumatera Utara

 

Adapun Sekretaris Perusahaan PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (Bank Sumut) Syahdan Ridwan Siregar mengatakan BOPO bank di level 80,22% pada 2020. Nilai itu menurun sebesar 0,16% dari tahun 2019 sebesar 80,38%. �Perseroan berusaha menekan rasio BOPO di antaranya dengan mengoptimalkan dana murah dan efisiensi sektor operasional. Untuk Tahun 2021 BOPO ditargetkan sebesar 80,41%,�.

 

Gambar 6

Pertumbuhan BOPO CIMB NIAGA

 

PT Bank CIMB Niaga Tbk berhasil menekan biaya operasional dalam menjalankan bisnis. Tercermin dari cost of income ratio (CIR) BNGA berada di posisi 48,95%. Presiden Direktur Bank CIMB Niaga Tigor M. Siahaan mengatakan nilai itu membaik dibandingkan 2019 di posisi 49,07%. �Ini menggambarkan berapa besar pengeluaran yang dilakukan untuk mendapatkan pemasukan. Itu untuk menurunkan 1% hingga 2% susah, ini akan kita jaga dibawah 50%, mudah-mudahan tahun ini lebih baik dari 48%,� tambah Tigor. (https://keuangan.kontan.co.id/news/digitalisasi-bakal-membuat-perbankan-semakin-efisien-di-2021).

Gambar 7

Jumlah Volume TransaksiDigital Banking

 

Berdasarkan gambar.7 data non publik yang diperoleh dari Bank Indonesia, digital banking ditunjukkan oleh delivery channel yang dimiliki setiap bank sesuai dengan POJK Nomor 12/POJK.03/2018 yaitu antara lain ATM, CDM, EDC, SMS banking, mobile banking, phone banking, internet banking, dan e-money. Data tersebut berupa jumlah volume transaksi delivery channel

Gambar 8

Perkembangan Channel Digital Banking Di Indonesia

 

Berdasarkan Gambar.8 menunjukkan bahwa volume transaksi terbesar adalah channel ATM dan CDM, lalu diikuti oleh internet banking, mobile banking, dan SMS banking. Selain itu, tabel tersebut menunjukkan bahwa e-money mengalami peningkatan volume transaksi terbesar jika dilihat dari tahun ke tahun.

Gambar 9

Perkembangan Delivery Channel di Indonesia

 

Berdasarkan Gambar 9 menunjukkan bahwa volume transaksi delivery channel mengalami peningkatan setiap tahunnya yang didukung oleh meningkatnya volume transaksi pada setiap channelnya, lalu dari seluruh jumlah volume transaksi tersebut digunakan sebagai data digital banking.

Gambar 10

Perkembangan Digital Banking di Indonesia

 

Gambar 11 menunjukkan peningkatan volume transaksi digital banking terbesar terjadi pada tahun 2014, kemudian tahun selanjutnya meningkat dengan stabil. Peningkatan volume transaksi tersebut, tentu didukung oleh perkembangan teknologi dan informasi yang terjadi di Indonesia.

Gambar 11

Analisis Deskriptif Statistik

 

Berdasarkan gambar.11 tentang analisis dedkriptif statistik hasil statistik deskriptif menunjukkan bahwa ROA atau kemampuan perusahaan dalam mengelola asset bank di Indonesia yang paling baik adalah sebesar 4,56% dan yang terburuk sebesar -5,30% dengan rata rata kinerja 1,4%. Sedangkan ROE atau kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dan ekuitas bank di Indonesia yang paing baik adalah sebesar 25,53% dan yang terburuk sebesar -44,69% dengan rata-rata kinerja7,4%. Selain itu, BOPO atau kemampuan perusahaan dalam meminimalisir biaya dan mengoptimalkan pendapatan bank di Indonesia yang paling baik adalah sebesar 58,20% dan yang terburuksebesar 163,22% dengan rata-rata sebesar 86,77%. Artinya, sesuai dengan standar BOPO yang ditetapkan Bank Indonesia bahwa perbankan di Indonesia mampu menjalankan operasinya dengan efisien yaitu dibawah 90%.

 

Kesimpulan

Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data statistik diatas, digital banking berpengaruh positif terhadap kinerja perbankan yang dihitung menggunakan ROA, ROE, dan BOPO. Artinya semua hipotesis dalam penelitian ini diterima, dan sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa inovasi digital banking memberikan kontribusi untuk mendukung lembaga keuangan perbankan dalam meningkatkan menguntungkan perusahaan, mulai dari keuntungan bersih yang dihasilkan dari penggunaan aktiva, keuntungan bersih yang dihasilkan bagi pemiliknya, dan kinerja yang efisiensi dengan menekan biaya operasional serta meningkatkan pendapatan operasionalnya. Dibeberapa negara maju, digital banking memberikan kontribusi meningkatkan kinerja perbankan, sejalan dengan penelitian ini yang menunjukkan bahwa Indonesia sebagai negara berkembang, inovasi digital banking juga meningkatkan kinerja perbankan di Indonesia.


BIBLIOGRAFI

 

Linggadjaya, R. I. T., Sitio, B., & Situmorang, P. (2022). Digital Transformation Of Pt Bank Jago Tbk From Conventional Bank To Digital Bank. International Journal Of Digital Entrepreneurship And Business (Ideb), 3(1), 9 � 22. Https://Doi.Org/ 10.52238/Ideb.V3i1.76

 

Kualitas, Laporan, Produktif, Aset, Informasi, D. A. N., Pendapatan, A., & Bunga, Beban. (2021). Laporan Keuangan Pt Bank Jago Tbk 30. 2020, 2021.

 

Otoritas Jasa Keuangan. (2016). Panduan Penyelenggaraan Digital Branch. Panduan Penyelenggaraan Digital Branch, P. 15. Google Scholar

 

Sugiyono. (2017). Metodologi Penelitian. 270.

 

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta

"Daftar 6 Bank Digital Di Indonesia Saat Ini" , Https://Katadata.Co.Id/Intan/Finansial/620a7cc77c1ff/Daftar-6-Bank-Digital-Di-Indonesia-Saat-Ini. Google Scholar

 

Digitalisasi Bakal Membuat Perbankan Semakin Efisien Di 2021Https://Keuangan.Kontan.Co.Id/News/Digitalisasi-Bakal-Membuat-Perbankan-Semakin-Efisien-Di-2021

������������������������������������������������

Copyright holder:

D. Dhany Prasetyo, Dewi Shinta (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: