Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 4, April 2022
DAMPAK PENGGUNAAN COPING
STRATEGIES DALAM MENGHADAPI DISTRESS: SCOPING REVIEW
Jose Widyazali
Universitas Tarumanagara, Jakarta Barat, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Pada penelitian ini, scoping review dimaksudkan untuk meninjau komprehensif dari literatur yang diterbitkan dengan cara mengidentifikasi key
variables sebagai prediktor
hubungan antara penggunaan coping strategies dan dampak
atau outcome yang dihasilkan.
Peneliti pada scoping review ini
menemukan bahwa metode penelitian yang terbanyak digunakan adalah metode kuantitatif
melalui kuesioner, dan sedikit yang menggunakan metode kualitatif seperti interview. Reaksi koping bersifat adaptif dan pada awalnya dapat mengurangi kesusahan dan mengkategorikan
strategi ini sebagai sehat atau tidak
sehat, tergantung pada kemungkinan konsekuensi yang merugikan
Kata Kunci: koping, stress, strategi koping
Abstract
In
this study, the scope review was to review a comprehensive review of the
published literature by identifying key variables as predictors of the
relationship between the use of coping strategies and the resulting impacts or
outcomes. Researchers in this scoping review found that the most widely used
research method was the quantitative method through questionnaires, and few
used qualitative methods such as interviews. Coping reactions are adaptive and
may initially reduce and categorize these strategies as healthy or unhealthy,
depending on the possible adverse consequences.
Keywords: Coping, Stress,
Coping Strategis
Pendahuluan
Coping diartikan sebagai model transactional antara
stress dan coping untuk mengelola
tuntutan eksternal dan
internal itu sendiri oleh Folkman,
Lazarus, Gruen, dan DeLongis (1986). Kemudian, tahun 2005, DeLongis dan Holtzman menyampaikan
bahwa coping strategy itu bervariasi di tiap individu dan tergantung situasinya. Sama halnya dengan penemuan oleh Coiro, Bettis, dan Compas (2016),
bahwa situasi dan pengonsepan oleh individu sangat memengaruhi pilihan coping
strategies dan memengaruhi outcome-nya.
Pada penelitian Stallman
(2020), ada 3 kategorisasi
coping yang paling umum, yaitu
problem vs emotion-focused (Folkman & Lazarus, 1980), approach vs
avoidance (Roth & Cohen, 1986), dan cognitive vs behavioural
(Skinner
et al., 2003). Di dalam penelitiannya, Stallman (2020) menuliskan bahwa coping itu sering dipakai
di dalam konteks
"stress" (Lazarus & Folkman, 1984; Zhang, Zhang, Ng, & Lam,
2019). Semua coping strategy dikonsepkan sebagai tindakan untuk mengurangi emosi yang tidak diharapkan dan distress. Dalam Health Theory of Coping oleh Stallman (2020),
coping digambarkan kembali sebagai reaksi kognitif dan perilaku untuk mengurangi emosi yang tidak menyenangkan (misalnya, kesedihan, ketakutan, kemarahan), terlepas dari intensitas emosional. Coping categories yang sehat
(Healthy
Coping Strategies) itu termasuk
self-soothing (menenangkan diri),
relaxing or distracting activities (Distraction mengganti
atensi sejenak ke hal yang lain), social
support, dan professional support. Sedangkan
unhealthy coping categories itu adalah
negative self-talk, harmful activities, social withdrawal, dan suicidality.
Coping strategies digunakan untuk
mengurangi emosi yang tidak diinginkan dan mengurangi distress, dan mungkin saja efektif, setidaknya
dalam jangka pendek. Perilaku yang sehat (tidur, nutrisi,
olahraga) dan healthy coping strategy adalah komponen proksimal (utama, atau yang paling mendekati) dari regulasi emosi.
Perilaku sehat dapat mengurangi reaktivitas emosional.
Menurut Kar
et al. (2020) mengatakan bahwa populasi yang rentan terhadap COVID-19 seperti orang yang kontak langsung dengan penderita COVID-19, lansia, anak-anak, dan tenaga kesehatan akan lebih sulit untuk
melakukan coping.
Sebelumnya, (Rosyanti & Hadi, 2020)
pernah mengulas dalam penelitiannya bahwa problem-focused coping paling umum
untuk pelajar keperawatan (Al-Zayyat & Al-Gamal,
2014a,b,c; Labrague, 2014; Shaban et al., 2012; Sheu et al.,2002).
Sementara itu, menurut Fink
(2016), stress merupakan persepsi dari ancaman
yang dapat menyebabkan berbagai hal seperti
kecemasan, ketidaknyamanan,
tekanan secara emosional, dan kesulitan dalam menyesuaikan keadaan yang dikarenakan tuntutan dari lingkungan
melebihi persepsi seseorang tentang kemampuannya melakukan coping.
Hal ini serupa dengan yang dikatakan Calvo
dan Gutie�rrez-Garc��a (2016) bahwa Stress meningkat ketika tuntutan dari lingkungan yang diterima telah melebihi kapasitas seseorang untuk mengontrolnya, dan ada ancaman kepada well-being jika coping responses tidak memenuhi tuntutan tersebut. Pada penelitiannya Calvo
dan Gutie�rrez-Garc��a (2016) menemukan ada 3 jenis sumber stress yaitu, fisik seperti
kecelakaan, bencana alam, kebisingan, suhu ekstrim, dan keramaian; biologis seperti penyakit, terluka, rasa sakit, dan kelaparan; dan psikologis seperti perceraian, agresi, kehilangan pekerjaan, ujian, kegagalan.
Pada masa COVID-19 ini, ditemukan bahwa pengurangan jam kerja, perubahan status pekerjaan, dan pemutusan pekerjaan dinilai menjadi keadaan yang penuh stress saat ini (Mahawati et al., 2021).
Hal ini secara signifikan menghasilkan tingkat stress yang lebih tinggi pada orang tua yang berasal dari keluarga
dengan keadaan ekonomi rendah daripada orang tua yang berasal dari keluarga
dengan keadaan ekonomi yang lebih tinggi (Lestari, 2016).
Dapat ditarik kesimpulan secara menyeluruh bahwa problem-focused coping lebih
umum untuk dilakukan dan membawa dampak positif yang lebih banyak dibandingkan
emotion-focused coping.
Metode Penelitian
Prosedur Penelitian
15 Bank dengan rata-rata profit paling besar di Indonesia Peneliti pada
scoping review ini menemukan
bahwa metode penelitian yang terbanyak digunakan adalah metode kuantitatif melalui kuesioner, dan sedikit yang menggunakan metode kualitatif seperti interview. Kemudian, pada
umumnya jurnal-jurnal memiliki pilihan yang sama dalam mendefinisikan
coping, seperti dalam
coping, ada beberapa coping
strategies, dan coping strategies itu akan diarahkan kepada stress, sehingga menjadi coping stress, dengan bidang penelitian yang terkait dengan kesehatan mental (Rizkiyah & Apsari, 2019).
Bisa dikatakan bahwa coping ini memang erat
hubungannya dengan stress, dikarenakan alat ukur stress selalu digunakan pada penelitian oleh Wu
et al. (2020), Labrague et al. (2016), dan Coiro dan Bettis (2016).
Hasil dan Pembahasan
Pada penelitian Stephenson (2021), ditemukan
bahwa coping memiliki dampak proactive pada individu, kemudian juga dapat mengeleminasi masalah jika problem-focused coping, reducing psychological
distress pada emotion-focused coping, dan menimbulkan
biaya atau cost. Hasil yang
ditunjukkan dari jurnal-jurnal pada scoping review ini
adalah reducing unpleasant emotions.
Pada penelitian (Tinambunan et al., 2021)
mengatakan bahwa COVID-19 membawa bahaya kesehatan mental yang signifikan.
Ada kekurangan penelitian
yang membahas masalah kesehatan mental selama pandemi COVID-19. Ketika statistik
mortalitas dan morbiditas mencapai puncak baru setiap hari,
keadaan isolasi dan penguncian semakin lama, peluang rekreasi bagi orang-orang berkurang dan krisis keuangan meningkat, masalah kesehatan mental kemungkinan akan tumbuh secara
eksponensial. Ada kebutuhan
untuk memahami perspektif mental COVID-19 dan kemungkinan
langkah-langkah untuk mengatasi pandemi untuk manajemen yang efektif.
Menurut penelitian
(Agung S, 2021)
menyatakan Meskipun beberapa strategi koping lebih konsisten dikaitkan dengan adaptasi yang berhasil daripada yang lain, tidak ada satu strategi koping yang adaptif atau maladaptif secara universal. Faktor kontekstual memainkan peran penting dalam
menentukan strategi koping
yang digunakan dan hasil dari proses koping. Sifat situasi stres, kepribadian individu, dan konteks sosial semuanya dapat mempengaruhi apakah strategi koping tertentu digunakan atau tidak dan efektif atau tidaknya. Coping yang berfokus pada hubungan menggambarkan fungsi koping ketiga dan mencakup upaya untuk mengelola dan memelihara hubungan sosial yang penting selama periode stres (Aris, 2015).
Metode kunci lain untuk menggambarkan strategi koping adalah dalam
hal pendekatan atau penghindaran (Utama, 2019). Dalam kerangka ini, strategi koping dibedakan berdasarkan apakah aktivitas kognitif dan emosional berorientasi pada atau menjauhi ancaman.
Strategi koping, termasuk upaya untuk mengatur
emosi sebagai respons terhadap stres, telah diidentifikasi
sebagai mekanisme kunci yang menghubungkan stres yang dirasakan dan peristiwa kehidupan yang penuh stres dengan
perkembangan masalah kesehatan mental. Koping didefinisikan di sini sebagai upaya sukarela
untuk mengatur respons kognitif, perilaku, emosional, atau fisiologis seseorang terhadap stresor atau terhadap
stresor itu sendiri.
Mekanisme koping merupakan suatu keharusan ketika menghadapi stres dan stresor yang menyertainya. (Burhaein, 2017)
mengklasifikasikan cara mengatasi sebagai berbasis masalah dan berbasis emosi. Beberapa penelitian menyoroti pendekatan pemecahan masalah sebagai perilaku koping yang paling umum pada mahasiswa keperawatan sementara pendekatan penghindaran sebagai perilaku koping yang paling sedikit digunakan pada mahasiswa keperawatan (Resubun, 2021).
Menurut penelitian
(Asih et al., 2018), menyatakan bahwa Teori hasil penelitiannya
ini mengakui bahwa semua reaksi
koping bersifat adaptif dan pada awalnya dapat mengurangi kesusahan dan mengkategorikan
strategi ini sebagai sehat atau tidak
sehat, tergantung pada kemungkinan konsekuensi yang merugikan. Kategori secara konseptual jelas, saling eksklusif,
komprehensif, fungsional homogen, fungsional berbeda, generatif dan fleksibel, mengatasi keterbatasan teori sebelumnya. Teori ini menangkap hierarki
strategi melintasi kontinuitas
internalitas, intensitas,
dan kesulitan. Kategori koping yang sehat adalah aktivitas menenangkan diri, santai atau mengalihkan
perhatian, dukungan sosial, dan dukungan profesional. Kategori tidak sehat adalah
self-talk negatif, aktivitas
berbahaya, penarikan sosial, dan bunuh diri. Semua strategi koping cocok dengan
salah satu kategori ini.
Kategori koping
yang sehat meliputi aktivitas menenangkan diri, santai atau
mengalihkan perhatian, dukungan sosial, dan dukungan profesional. Kategori koping yang tidak sehat adalah
self-talk negatif, aktivitas
berbahaya, penarikan sosial, dan bunuh diri
Gambar
1
Publication
Selection
Kesimpulan
Pada beberapa referensi yang dilakukan coping adalah model
transactional antara stress dan coping untuk mengelola tuntutan eksternal dan internal itu sendiri. Reaksi koping bersifat adaptif dan pada awalnya dapat mengurangi kesusahan dan mengkategorikan strategi
ini sebagai sehat atau tidak
sehat, tergantung pada kemungkinan konsekuensi yang merugikan. Strategi koping, termasuk upaya untuk mengatur emosi sebagai respons
terhadap stres.
BIBLIOGRAFI
Agung S, M. (2021). Dampak
Covid-19 Dan Strategi Koping Penyandang Disabilitas Dalam Menghadapi Pandemi Di
Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto= The Impact Of Covid-19 And Coping
Strategies Of People Living With Disability During The Pandemic In Bangkala
District, Jeneponto Regency. Universitas Hasanuddin. Google Scholar
Aris, Y. (2015). Hubungan Tingkat Stres
Dengan Strategi Koping Pada Mahasiswa Keperawatan Universitas Andalas Padang
Tahun 2015. Skripsi. Google Scholar
Asih, G. Y., Widhiastuti, H., & Dewi,
R. (2018). Stres Kerja. Semarang: Semarang University Press. Google Scholar
Burhaein, E. (2017). Aktivitas Permainan
Tradisional Berbasis Neurosainslearning Sebagai Pendidikan Karakter Bagi Anak
Tunalaras. Jurnal Sportif: Jurnal Penelitian Pembelajaran, 3(1),
55�68. Google Scholar
Lestari, S. (2016). Psikologi Keluarga:
Penanaman Nilai Dan Penanaman Konflik Dalam Keluarga. Prenada Media. Google
Scholar
Mahawati, E., Yuniwati, I., Ferinia, R.,
Rahayu, P. P., Fani, T., Sari, A. P., Setijaningsih, R. A., Fitriyatinur, Q.,
Sesilia, A. P., & Mayasari, I. (2021). Analisis Beban Kerja Dan
Produktivitas Kerja. Yayasan Kita Menulis. Google Scholar
Resubun, C. C. (2021). Skripsi Hubungan
Respon Mahasiswa Terhadap Pembelajaran Blended Learning Di Era Covid 19 Dengan
Tingkat Stres Pada Mahasiswa Keperawatan Semester 4 Stikes Widyagama Husada
Malang Oleh Clara Cassandra Resubun 1709.14201. 548. Google Scholar
Rizkiyah, I., & Apsari, N. C. (2019).
Strategi Coping Perempuan Terhadap Standarisasi Cantik Di Masyarakat. Marwah:
Jurnal Perempuan, Agama Dan Jender, 18(2), 133�152. Google Scholar
Rosyanti, L., & Hadi, I. (2020). Dampak
Psikologis Dalam Memberikan Perawatan Dan Layanan Kesehatan Pasien Covid-19
Pada Tenaga Profesional Kesehatan. Health Information: Jurnal Penelitian,
12(1), 107�130. Google Scholar
Tinambunan, D., Agniaty, N., & Ekayuni,
Y. (2021). Persoalan Perkembangan Dan Kesehatan Mental Anak Usia 6-12 Tahun
Pada Masa Pandemi Covid-19: Analisis Hasil-Hasil Penelitian Lintas Budaya. Unusia
Conference, 1(1), 13�28. Google Scholar
Utama, F. P. (2019). Stress Dan Strategi
Coping Remaja Perempuan: Sebuah Fenomena Psikososial Di Era Milenial. Muwazah:
Jurnal Kajian Gender, 11(2), 181�202. Google Scholar
Copyright holder: Jose Widyazali (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |