Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 4, April 2022
Slamet Supriyatno,
Apollo Daito
Departemen of
Accounting, Universitas Mercu Buana,
Jakarta, Indonesia
Email: [email protected],
apollo@mercubuana.ac.id
Abstrak
Pendekatan activitybased costing
sebagai metode untuk melaksanakan perhitungan kegiatan mencakup menghasilkan komoditas sesuai pemakaian bahan terjadi akibat kegiatan. Didalam perihal ini, metode
activitybased costing menyajikan
data terkait kegiatan dilaksanakan dalam rangka memproduksi komoditas ataupun pelayanan serta kapabilitas bahan yang dikehendaki guna menjalankan kegiatan itu beserta kos yang diakibatkan oleh kapabilitas bahan. Riset ini bermanfaat untuk menganalisa gambaran bentuk kos serta kegiatan didalam aksi medis operasi besar sectio caesarea di Rumah Sakit Yadika Pondok Bambu Jakarta, berharap bisa menciptakan serangkaian perihal substansial penetapan kos persalinan melalui
operasi cesar bisa berdampak pada penyusunan keputusan ketika penentuan kos, maka pengelola Rumah Sakit Yadika Pondok Bambu Jakarta dapat
menetapkan kos operasi besar sectio
caesarea secara cermat bersumber pada klasifikasi kos sesuai cost driver. Metode riset ini memakai riset kuantitatif yang jenis risetnya yakni riset descriptive exploratory yang berbentuk case study perhitungan dengan metode activity based
costing ditaksir bisa menghitung secara teliti kos-kos yang terjadi dari setiap kegiatan guna menciptakan kesesuaian kos untuk klasifikasi aksi operasi besar sectio caesarea. Temuan riset menginterpretasikan kos ABC lebih cermat berbanding tarif tradisional bila diimplementasikan pada penetapan pungutan kos persalinan melalui operasi cesar pada rumah sakit. Kos ABC berdampak positif pada penghasilan rumah sakit. Berikutnya riset ini menginterpretasikan temuan ada perbedaan signifikan antara kos ABC serta kos tradisional didalam penentuan pungutan kos persalinan sectio
caesarea rumah sakit.
Kata Kunci: biaya tindakan medis; operasi besar sectio
caesarea, pendekatan activitybased costing, rumah sakit yadika.
Abstract
The activitybased costing approach as a method to carry out the calculation of activities includes producing
commodities according to the use of materials occurring due to activities. In
this regard, the activitybased costing method presents data related to activities carried
out in order to produce commodities or services and the desired material
capabilities to carry out the activity along with the costs caused by material
capabilities. This research is useful to analyze the picture of the form of
costs and activities in� the medical action
of major surgery sectio
caesarea at Yadika Pondok Bambu Hospital Jakarta, hoping to create a series of
substantial things about the reduction of the cost of �childbirth through cesarean section can have
an impact on making decisions when determining Cost, then the manager of Yadika Pondok Bambu Hospital
Jakarta can determine �the cost of large operations sectio
caesarea carefully sourced on the classification of
costs according to the cost driver. This research method uses quantitative �research whose type of research is descriptive
exploratory research �which is fo med case
study calculations with the activity based costing method�
is estimated to be able to calculate carefully the costs incurred �from each activity to ��determine the costs that occur from each activity to determine create
cost conformity for the classification of the action of major operations of sectio caesarea. �The
research findings interpret the cost of ABC more carefully than traditional
rates when implemented on the
determination of the levy on the cost of childbirth through cesarean section in hospitals. ���ABC's costs have a positive impact on hospital earnings. Furthermore, this study interpreted the
findings that there was a significant difference between abc
costs and traditional costs in
determining the cost of hospital delivery.
Keywords:��� the cost of medis enforcement; major surgery sectio
caesarea, approach activitybased
costing, hospital yadika.
Pendahuluan
Anggaran sebagai instrumen manajemen berguna untuk merencanakan dan
mengendalikan serta bisa memaksimalkan prestasi organisasi didalam menggapai target
berjangka pendek maupun berjangka panjang (Riantari dan Sari,
2019:548). ��Prosedur pembuatan anggaran mengimplikasikan
jumlah pemangku kepentingan yang cukup besar, dimulai pada pihak manajemen level
keatas maupun level kebawah. Prosedur ini juga berdampak secara langsung pada sikap
manusia, bisa sikap yang bersifat baik ataupun
kurang baik bagi pihak berhubungan
secara langsung didalam pembuatan anggaran. Sikap positif bisa mencakup kenaikan prestasi
manajemen, sebab terdorong dengan anggaran bisa dipakai untuk basis pengukuran
kinerjanya. Sikap kurang baik yang bisa terjadi yakni �hasrat manajemen menciptakan kesenjangan
anggaran ataupun budgetary slack (Bunga dan Maria,
2017).
Setiap perusahaan atau lembaga jasa harus memiliki system budgeting yang baik dan akurat. System budgeting dapat menjadi salah satu alat didalam internal control system. Melalui system budgeting, anggaran disajikan berdasarkan target dan fungsi atas kebutuhan dana, kos dari rancangan yang digagaskan serta aktivitas berhubungan dalam upaya menggapai tujuan itu, serta output yang diperoleh ataupun pelayanan yang diselenggarakan disetiap rancangan (Shan dan Shen, 2010).
Penerapan biaya tarif didalam setiap aktivitas sangat penting didalam sebuah perusahaan atau lembaga dibidang jasa, khususnya dalam hal ini ialah rumah sakit. Kenaikan keinginan didalam cakupan kesehatan ini tentunya membuat rumah sakit bisa memaksimalkan kapabilitas pemakaian sumber daya manusianya sehingga bisa menciptakan kualitas pelayanan dengan baik serta profesional pada masyarakat melalui jasa bantuan kesehatan.
Jasa pelayanan rumah sakit yang dimaksud berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 560 (2003) ialah kompensasi diperoleh melalui pelayanan dari jasa yang telah dilaksanakan pada pasien didalam menyelenggarakan riset,
diagnosis, penyembuhan, diskusi
konsultasi, visite, pelaksanaan medis, serta bantuan
kesehatan lainnya. Sementara,
bagi pelayanan fasilitas yakni kompensasi diperoleh untuk rumah sakit atas penggunaan
prasarana fasilitas serta bahan. Terselenggaranya pemakaian jasa dari pelayanan
yang telah dilaksanakan pada masyarakat, sehingga pengelola rumah sakit butuh
menyelenggarakan penentuan kos tarif diseluruh aktivitas serta kos produk.
Rumah sakit bisa diinterpretasikan sebagai wujud organisasi dibidang jasa untuk
sebagai kedudukan melaksanakan usaha jasa kesehatan. Dalam pengembangan jasa
tersebut, tentunya rumah sakit telah menentukan biaya tarif minimum dan
maksimun dalam setiap pelayanan dari aktivitas ke produk. Penentuan tarif ini
mempengaruhi besar kecilnya anggaran yang dikeluarkan. Untuk itu, rumah sakit
harus bisa merancang dan merencanakan serta mengendalikan anggaran keuangan
seluruh aktivitas dan biaya produk agar sesuai dengan budgeting yang telah ditetapkan.
Rumah sakit selaku wadah publik dihasratkan bisa menciptakan kualitas jasa
kesehatan pada masyarakat. Tetapi disatu sisi rumah sakit swasta selalu terlibat
dipersoalan pendanaan termasuk ketidaktepatan distribusi anggaran. Sementara,
penghasilan serta pemasukan masih kecil serta tidak bisa dipakai secara serentak.
Fenomena saat ini timbul ketika kos jasa kesehatan dari periode keperiode mengalami
kenaikan, khususnya kos jasa dirumah sakit dengan kenaikan harga obat,
reagensia serta bahan habis dipakai, berakibat muncul beraneka persoalan perekonomian
berhubungan dengan kos rumah sakit (Doru, 2018).
Manajemen rumah sakit tentunya membutuhkan perencanaan keuangan yang matang
dan akurat didalam menjalankan operasional industri untuk mencapai rencana
keuntungan atau profit plan yang
ditargetkan. Profit penting didalam
perencanaan, sebab tujuan utama dari sebuah rencana adalah profit yang memuaskan. Profit
planning industri mencakup anggaran operasional secara rinci serta pelaporan
keuangan yang dianggarkan (Carter, et. al., 2010:353). �
Setiap rumah sakit berupaya untuk mengimplementasikan beraneka program secara
tepat serta efektif supaya unggul didalam kompetisi. Munculnya pemicu selektifnya
kompetisi yakni sebab sebagian besar pelanggan memakai rumah sakit yang bermutu
dengan kos jasanya selalu terjangkau. Pelanggan mempunyai hak untuk independen
menentukan serta menetapkan rumah sakit preferensinya tiap pelanggan. Munculnya
kompetisi untuk menciptakan jasa pelayanan berkualitas supaya memperoleh
keyakinan para pelanggan. Rumah sakit wajib memperkuat kualitas melalui membangun
pelayanan prima maka terciptanya pelanggan merasakan kepuasan, khususnya didalam
pemberian pembiayaan jasa kesehatan.
Didalam menciptakan jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit mendapatkan pemasukan
dari penghasilan jasa serta fasilitas yang diciptakan melalui jasa operasi
besar section caesarea. Dimana penghasilan
dari jasa itu diperoleh sesuai kos yang wajib dilunasi oleh pengguna jasa operasi
atau pasien/keluarga pasien. Penentuan tarif operasi besar section caesarea sebagai ketentuan terpenting sebab bisa berdampak kenaikan
laba rumah sakit. Munculnya beraneka jenis fasilitas dijasa operasi besar section caesarea, serta keseluruhan kos overhead cukup tinggi, maka mengklaim kesesuaian
didalam perhitungan kos yang sebenarnya.
Pelaporan Riskesdas periode 2018 menginterpretasikan ibu bersalin difasilitas
kesehatan terjadi kenaikan dimulai 63% (2013) hingga 79% (2018). Aksi persalinan memakai sectio caesaria (SC) memaksimalkan risiko
kos pada ibu yang dibutuhkan untuk dilayani. Peristiwa sectio caesaria (SC) �sebagai
kontributor terbesar pemasukan diperoleh dari BPJS (50% dari pemasukan BPJS),
sementara BPJS sendiri berkontribusi �73%
dari keseluruhan pemasukan RSD Kol. Abundjani Bangko (Tetriadi dan
Nurwahyuni, 2015).
Total ibu persalinan melalui sectio
sesarea berdasarkan WHO periode 2013 sesuai Survei Global Kesehatan didalam
informasi statistik kesehatan dunia, senilai 5-15% per 1.000 kelahiran didunia melalui
nilai peristiwa sectio sesarea tertinggi
terletak diAmerika (36%), area Western Pasifik
(24%) serta area Eropa (23%). Informasi lain berhubungan peristiwa sectio sesarea yang tersusun oleh Peel dan Chamberlain ada 3.509
peristiwa sectio sesarea, diantaranya
sebabnya disproporsi janin panggul senilai 21%, gawat janin 14%, plasenta previa 11%, ada riwayat sectio sesarea sebelumnya 11%, kelainan
posisi janin (keadaan kepala dapat diatas ataupun dibawah), pre-eklamsi serta
hipertensi 7% (Agustin, dkk,
2020:224).
Sectio caesarea
dipandang sebagai usaha melahirkan janin yang telah bisa hidup (bersama
plasenta serta selaput ketuban) secara transabdominal melalui insisi uterus.
Operasi caesar telah menjadi tren, sebagian besar ibu yang memakai caesar, sebab
tidak merasakan nyeri ataupun sakit yang cukup besar sehingga cukup besar yang
menginginkan kedokter untuk Caesar. Sekarang ini juga telah bertumbuh dugaan dimasyarakat
menunjukkan anak yang dilahirkan dengan operasi Caesar menghasilkan kecerdikan
kognitif ataupun intelektual yang besar berbanding anak yang dilahirkan secara
normal sebab tidak muncul kontraksi berbanding melalui metode persalinan
lainnya (Baikole, 2017).
Aksi bedah caesar menginterpretasikan kenaikan tren dari periode keperiode.
Persalinan melalui bedah caesar cenderung meningkat totalnya diberaneka Negara, mencakup diIndonesia, dengan sectio caesarea rate
senilai 6% sesuai WHO (Gibson, 2010). Grace dalam Baikole (2017) mengemukakan
terjadi peningkatan tindakan bedah cesar diIndonesia. Dimana
periode 2000 senilai 47,22%, periode 2002 senilai 47,31%, periode 2004 senilai 53,22%
serta periode 2006 senilai 53,68%. Survei Nasional diperiode 2009, 921.000
persalinan melalui sectio caesarea
dari 4.039.000 persalinan ataupun senilai 22,8% dari total persalinan (Lang, 2011).
Ibu yang telah menjalankan aksi pembedahan sectio sesarea menimbulkan kecemasan (ansietas), kesakitan, serta
rasa nyeri yang beraneka mulai level ringan hingga berat. Terpenuhinya keinginan
pokok manusia di ibu post operasi sectio sesarea tersebut mencakup nyaman
serta aman. Keinginan itu mengakibatkan beban pelayanan rumah sakit baik secara
teknis, fasilitas, maupun biaya. Anggaran operasi sectio sesarea tidak sedikit dan terdapat banyak aktivitas. Untuk
itu, rumah sakit harus bisa menyusun kos operasi sectio sesarea dengan cermat dan akurat agar dapat berjalan sesuai
aktivitas sehingga proses perencanaan lebih presisi dan akurat.
Biaya kesehatan dapat dilihat dari besarnya ketersediaan dana untuk
menyelenggarakan dan/ataupun memakai beraneka usaha kesehatan yang dibutuhkan
oleh individu, keluarga, sekelompok, serta masyarakat. Pendanaan kesehatan yang
kuat, stabil, serta berkelanjutan menghendaki fungsi terpenting untuk melaksanakan
jasa kesehatan didalam upaya menggapai beraneka target terpenting dari perluasan
kesehatan diNegara diantaranya yakni meratanya jasa kesehatan, akses serta jasa
yang bermutu (Setyawan, 2018). �
Program untuk unggul didalam kompetisi yakni melalui penentuan tarif terendah
dari Rumah Sakit lain (pesaing). Didalam penetapan tarif harus efektif serta
melaksanakan efisiensi kos sebab berdampak pada level profitabilitas industri. Perihal
ini bisa dilaksanakan melalui perhitungan secara akurat seluruh kos tetap serta
kos variabel yang telah dipakai. Dengan harga yang akurat mempengaruhi efisiensi
kos, khusus dalam hal ini ialah kos tarif aksi medis operasi besar section caesarea.
Untuk menentukan dan mengendalikan biaya tarif operasi besar section caesarea, pengelola rumah sakit
membutuhkan kesesuaian sistem akuntansi, terutama teknik penilaian penetapan
kos berguna memperoleh data kos secara akurat berhubungan dengan kos aktivitas jasanya.
Sepanjang ini pengelola rumah sakit didalam penentuan kos pokoknya (tarif)
hanya memakai metode kos tradisional (konvensional) yang penetapan kos pokoknya
tidak merefleksikan kegiatan yang khusus sebab tingginya klasifikasi berkarakter
tak langsung serta konsisten. Sebab tingginya pemakaian overhead didalam proporsi tidak sama dengan unit output yang diproduksi, metode
tradisional menimbulkan penilaian kos aktivitas pendukung yang dipakai oleh komoditas
ataupun jasa perorangan jadi tidak relevan. Dengan demikian, rumah sakit butuh teknik
yang tepat didalam penentuan kos tarif supaya relevan berdasarkan kos aktivitas
jasanya.
Usaha yang bisa dilaksanakan didalam mengimbangi dan mengantisipasi persoalan
yang dijelaskan diatas ialah melaksanakan analisa kos melalui pendekatan activity based costing. Pendekatan activity based costing berfokus dikos yang
tercantum dikomoditas sesuai kegiatan untuk merakit, mengalokasikan,
mengirimkan ataupun mendukung komoditas yang berhubungan (Maharani, 2018). Perihal ini dilaksanakan untuk menganalisa keseluruhan
kos dibutuhkan didalam setiap aktivitas tindakan rumah sakit. Analisis
pendekatan activity based costing dilaksanakan
secara rasional tarif jasa rumah sakit bisa dipakai sebagai basis data rumah
sakit didalam penetapan tarif kos aksi.
Pendekatan activity based costing sebagai sebuah cara bisa menciptakan pengalokasian kos overhead lebih relevan. Sesuai pendekatan itu, kos overhead bisa dijalankan diaktivitas berikutnya dialokasikan pada komoditas, sehingga penerapannya dapat menciptakan tiap kos tidak bisa dialokasikan secara serentak dikomoditas, bisa dijalankan terlebih dahulu sesuai pemakaian ataupun kapabilitas pelaksanaan kegiatan (Farihah dan Sari, 2016).
Penerapan pendekatan activity based costing memudahkan perbaikan yang berkesinambungan. Pendekatan activity based costing berupaya mengatasi level akurat pengukuran kos pokok produk dengan menunjukkan banyak dari kos overhead tetap beraneka didalam perbandingan untuk beralih selain didasari volume perakitan. Dengan menganalisa yang bisa menimbulkan kos-kos itu naik ataupun turun, kos ini bisa dijalankan ke tiap komoditas. Korelasi sebab akibat ini membuat pengelola rumah sakit untuk mengatasi kesesuaian perincian kos produk bisa secara signifikan mengatasi penyusunan keputusan (Hansen dan Mowen, 2012). �Dengan interpretasi lain, pendekatan activity based costing ini menolong industri meminimalkan penyimpangan yang diakibatkan oleh metode penetapan kos pokok tradisional, maka pendekatan activity based costing bisa didapat kos komoditas yang lebih relevan.
Bedanya penilaian kos pokok ataupun tarif komoditas antara kos tradisional melalui metode activity based costing yakni keseluruhan cost driver (pendorong kos) yang dipakai. Metode penetapan kos pokok komoditas dengan pendekatan activity based costing memakai cost driver dengan total cukup besar berbanding dengan metode akuntansi kos tradisional yang hanya memakai satu ataupun dua cost driver sesuai unitnya. Pendekatan activity based costing mengasumsikan terjadinya kos akibat adanya aktivitas yang diperoleh komoditas. Sistem activity based costing ini memakai cost driver sesuai aktivitas yang menyebabkan kos serta lebih baik bila ditetapkan pada industri yang mendapatkan variasi komoditas.
Pendekatan konvensional pada rumah sakit kos tak langsung dialokasikan pada setiap unit pelayanan hanya dialokasikan pada satu cost driver yakni total hari rawat inap pasien. Pada pendekatan activity based costing kos tak langsung dialokasikan pada sebagian cost driver yang dikategorikan sebagai pendorong biaya dari aktivitas sehingga pendekatan activity based costing bisa membebankan kos kegiatan ke tiap unit pelayanan secara tepat sesuai pemakaian tiap aktivitas unit pelayanan. Temuan penilaian memakai metode activity based costing ini bisa dipakai rumah sakit untuk mengatasi kekeliruan pada pembebanan kos yang belum tepat dari pengukuran melalui pendekatan sebelumnya, maka dari temuan penilaian ini ditujukan supaya pasien lebih terdorong ada tarif yang lebih bersaing.
Riset tentang pendekatan activity based costing ini telah dilaksanakan oleh beberapa periset. Riset sebelumnya yang dilaksanakan oleh Baikole (2017) tentang analisa kos satuan aksi section caesarea memakai sistem ABC diRSU Dewi Sartika Kendari periode 2017 menginterpretasikan ada beda antara tarif aksi operasi section caesarea yang ditentukan rumah sakit dengan tarif unit cost yang dinilai memakai metode activity based costing. Tarif yang ditetapkan rumah sakit senilai Rp 2.950.000 serta tarif unit cost yang dihitung memakai teknik ABC senilai Rp 1.171.223 maka beda tarif biayanya senilai Rp 1.778.77.
Temuan riset Purwaningsih (2015) pada RSU Muhammadiyah Ponorogo, menginterpretasikan metode kos tradisional berakibat distorsi pada pengalokasian kos overhead pabrik sebab hanya dialokasikan pada satu cost driver. Metode kos tradisional kurang bisa menetapkan penggunaan kos overhead untuk tiap komoditas ataupun pelayanan sebab metode kos ini memakai tarif sesuai penentuan kos serta volume. Keseluruhan distorsi yang timbul di kos tenaga kerja langsung, kos bahan baku, serta kos overhead dari metode kos tradisional dapat diselesaikan melalui metode ABC sebagai metode penilaian kos secara tepat serta mutakhir (Karundeng, 2018). �
Riset yang dilaksanakan oleh periset ini relevan jika melihat riset Baikole (2017) �dan Purwaningsih (2015). Kedua riset tersebut juga memakai activity based costing dalam instrumen penolong rumah sakit didalam menentukan kos tarif operasi besar sectio caesarea (SC). Pada riset Baikole (2017) �dan Purwaningsih (2015), relevan juga dengan periset sebab memakai rumah sakit sebagai objek riset. Didalam temuan risetnya juga ditemukan adanya temuan disparitas antara kos kegiatan operasi sectio caesarea yang ditentukan RS dengan biaya unit cost yang diperhitungkan melalui activity based costing.
Melihat riset Purwaningsih (2015), �fokus riset pada penyimpangan kos tenaga kerja langsung, kos bahan baku, dan kos overhead dari cara kos konvensional bisa diselesaikan melalui activity based costing sebagai cara akurat dan mutakhir menghitung kos tanpa melihat selisih yang terjadi. Namun dalam riset ini, riset tidak hanya sebatas menganalisis tarif operasi besar sectio caesarea berdasarkan activity based costing melainkan menghitung selisih yang terjadi. Temuan menilai melalui activity based costing disini bisa dipergunakan RS mengkoreksi penyimpangan penganggaran dana tarif aktivitas dan produk jasa yang kurang tepat pada biaya operasi besar sectio caesarea (SC) dari perhitungan dengan metode tradisional sebelumnya.
Rumah Sakit
Yadika Pondok Bambu Jakarta
merupakan sebuah RS berlokasi di Jakarta dengan klasifikasi RS Khusus kelas C. Salah satu pendapatan rumah sakit ini ialah
jasa operasi besar sectio caesarea (SC). Pendapatan berjalan
seiring dengan biaya yang wajib dibayarkan pasien. RS Yadika Pondok Bambu
Jakarta merupakan rumah sakit swasta yang banyak menangani pelayanan kesehatan.
Rumah sakit ini memiliki beragam jenis kegiatan dan penggunaan kos sangat tinggi.
Selama ini penggunaan anggaran Rumah Sakit Yadika Pondok Bambu Jakarta tetap mempergunakan
cara penetapan konvensional. Cara ini tak menggambarkan kegiatan terperinci,
mengingat volume pelayanan yang
banyak dan jumlah biaya overhead yang
tinggi. Jadi, cara penetapan kos konvensional ini dapat menciptakan kos yang
tidak tepat.
Berdasarkan studi pendahuluan dengan melaksanakan wawancara kepada salah satu pegawai RS, fasilitas operasi terbanyak dilaksanakan di RS Yadika Pondok Bambu Jakarta yakni fasilitas operasi sectio caesarea. Berdasar pada laporan periode 2016 total operasi sectio caesarea yang dilaksanakan adalah 496 dari 698 atau 71% kegiatan operasi secara menyeluruh yang dilaksanakan untuk pasien. Didalam menetapkan kos penggunaan fasilitas tindakan operasi sectio caesarea, RS tetap mempergunakan sistem survei pasar (sistem akuntansi konvensional). Kos tindakan yang dilaksanakan secara tradisonal, kos overhead tiap produk cuma ditanggung pada satu cost driver. Perihal itu mengakibatkan condong terjadinya penyimpangan penanggungan kos overhead. Kemudian pendekatan activity based costing, kos overhead tiap produk ditanggung banyak cost driver, sehingga pendekatan activity based costing, sudah dapat menyiapkan kos kegiatan aksi yang sesuai berdasar pada konsumsi tiap kegiatan.
Melihat permasalahan tersebut, maka butuh penanganan yang serius dan kompleks terkait perhitungan kos operasi besar sectio caesarea (SC). Periset ingin menganalisis perhitungan kos aksi operasi besar sectio caesarea yang semula menggunakan pendekatan konvensional dengan mempergunakan pendekatan activity based costing di Rumah Sakit Yadika Pondok Bambu Jakarta. Dengan memakai sumber data keuangan (1 tahun) terakhir yakni periode 2020, sudah dapat digunakan dalam perhitungan activity based budgeting. Data anggaran dan realisasi tahun 2020 dipakai sebagai dasar didalam penyusunan anggaran melalui pendekatan activity based costing didalam menetapkan tarif kos operasi besar sectio caesarea (SC) dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti tarif dokter, tarif keperawatan, serta tarif penunjang lainnya mencakup farmasi, laboratorium, serta radiologi sebagai fokus riset.
Riset disini dilakukan berharap dapat memberi sebuah rincian tentang esensi penetapan tarif rawat inap yang berdampak didalam pengambilan kebijakan saat memutuskan tarif, sehingga RS Yadika Pondok Bambu Jakarta dapat menetapkan tarif operasi besar sectio caesarea yang sesuai berdasar dari pembebanan kos sesuai cost driver.
Pendekatan activity based costing diestimasikan bisa menghitung secara teliti kos-kos yang keluar dari tiap kegiatan menciptakan tarif yang sesuai bagi kelompok kegiatan operasi besar sectio caesarea. Esensi pendekatan activity based costing didalam penetapan kos operasi besar sectio caesarea yang tepat, maka periset tertarik ingin mengadakan riset tentang kos aktivitas dari tindakan medis operasi besar sectio caesarea mempergunakan pendekatan activity based costing. Dengan demikian judul periset ambil yakni analisis biaya tindakan medis operasi besar sectio caesarea dengan menggunakan pendekatan activity based costing di Rumah Sakit Yadika Pondok Bambu Jakarta.
Metode Penelitian
Jenis riset yang digunakan pada riset disini adalah kuantitatif berjenis risetnya adalah descriptive exploratory dengan pendekatan case study. Menurut Sulfemi (2019), riset kuantitatif yakni riset dengan mendapatkan data berwujud angka atau data kualitatif yang diangkakan.� Riset descriptive exploratory yakni bertujuan untuk penilaian teliti pada gejala sosial tertentu melalui pengembangan rancangan serta mengumpulkan bukti namun tidak melaksanakan uji hipotesis dengan mempergunakan cara penghimpunan data observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Bandur (2014:41) dalam Santiasih (2019) menjelaskan riset deskriptif memiliki sasaran untuk menyajikan penjelasan atau mendeskripsikan mengenai tema dan responden riset tersebut. Sasaran utama riset deskriptif yakni untuk menyajikan penjelasan demografis mengenai responden dan mengadakan pembahasan hal-hal yang timbul didalam tema riset dimaksud. Riset disini berusaha untuk menggali penjelasan, memberikan gambaran atau mengetahui proses perumusan anggaran sebagai alat merancang dan pengelolaan kos tindakan operasi besar sectio caesar, kapasitas aksi operasi sectio caesar, serta efisiensi dan efektivitas laba dari aksi operasi sectio caesar di rumah sakit Yadika Pondok Bambu.
Untuk meningkatkan laba, direktur atau pimpinan (manajer) rumah sakit mengkonsep serta mengelola manajemen rumah sakit secara baik untuk memaksimalkan laba dan memperkecil beban pengeluarannya dengan cara apapun.� Perihal ini dilaksanakan sebab direktur atau pimpinan (manajer) manajemen (agen) harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya atau mandat yang diberikannya kepada pemegang saham (prinsipal), dalam hal ini yayasan rumah. Tentunya, perihal inilah yang menimbulkan konflik keagenan. Direktur atau pimpinan (manajer) rumah sakit memiliki keharusan mengoptimalkan kemakmuran shareholders dan debtholders, tetapi dilain sisi pimpinan memiliki hajat mengoptimalkan kemakmuran mereka sendiri �(Tanisiwa, 2014). Demi pencapaian laba, pihak manajemen harus melaksanakan upaya pemangkasan biaya atau meminimalisir anggaran secara baik didalam setiap lini divisi. Perihal ini dilaksanakan sebagai bentuk tanggung jawab kepada pemilik saham didalam melaksanakan pengendalian anggaran serta menitiberatkan pada keberadaan sistem pasar serta institusional yang bisa melengkapi kesepakatan untuk mengatasi problematika yang timbul didalam hubungan kontraktual �(Tanisiwa, 2014).
Didalam riset ini, periset mencoba memakai riset kuantitatif dengan jenis riset descriptive exploratory yang berjenis case study atau studi kasus. Riset descriptive exploratory dipakai untuk menginterpretasikan situasi sebuah fenomena serta tidak melaksanakan hipotesis, melainkan cuma menginterpretasikan apa adanya sebuah variabel, gejala, atau situasi.
Rahardjo (2017) menjelaskan studi kasus yakni serangkaian aktivitas ilmiah yang dilaksanakan secara terinci, intensif dan komprehensif mengenai program, kejadian, dan kegiatan perorangan, sekelompok orang, lembaga, ataupun organisasi agar mendapatkan pemahaman mendalam mengenai kejadian tersebut. Peristiwa yang dipilih yang selanjutnya disebut kasus yakni hal yang aktual (real-life events), yang sedang berlangsung, bukan sebuah yang sudah melewati.
Riset studi kasus disini dipakai secara mendetail dan menjelaskan �solusi nyata yang memakai data, merumuskan, mengklasifikasi, serta menafsirkannya �(Arikunto, 2010). �Didalam perihal disini, studi kasus berpusat dengan penghimpunan penjelasan mengenai objek, acara atau kegiatan tertentu, seperti bagian atau divisi tertentu yang dilaksanakan di rumah sakit Yadika Pondok Bambu Jakarta.
Populasi dalam riset ini ialah seluruh tenaga kerja langsung dan dokumen penyusunan anggaran di rumah sakit Yadika Pondok Bambu Jakarta. Sampel didalam riset ini ialah tenaga kerja langsung dan dokumen penyusunan anggaran operasi besar sectio caesar (SC) periode 2020 meliputi dokumen kos aksi operasi besar sectio caesar.
Data yang dipergunakan didalam riset disini ada dua jenis, yakni data primer dan data sekunder. Data primer berupa penjelasan lisan langsung yang didapatkan periset dari sumber aslinya. Penentuan data primer berdasar pada peran subjek riset yang diestimasikan bisa memberi penjelasan yang dibutuhkan periset secara keseluruhan yakni seperti direktur, kepala bagian keuangan, kepala layanan medis, kepala penunjang medis, serta kepala bidang keperawatan rumah sakit Yadika Pondok Bambu.
Pendekatan analisis yang dipergunakan didalam riset disini yakni analisis taksonomi. Analisis taksonomi yakni menjabarkan bidang-bidang yang dipilih menjadi terperinci untuk memahami struktur internalnya, yang dilaksanakan melalui observasi terpusat (Emzir, 2017:165). �
Hasil dan Pembahasan
A.
Deskripsi Objek Riset
Untuk mengetahui jenis kos tarif dan aktivitas, periset mengumpulkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Yadika
Pondok Bambu ini yang meliputi jenis tarif dan aktivitas, data jumlah pasien periode 2020, dan laporan Sectio Caesarea periode 2020. Periset memilih data periode 2020 untuk mempermudah periset untuk menganalisis
tarif yang berlaku dan digunakan dalam laporan tahunan yang telah terjadi.
Berikut rincian jenis kos tarif dan aktivitas aksi operasi besar section
caesarea di Rumah Sakit Yadika Pondok Bambu.
Tabel 1
�Kos Konsultasi Dokter di UGD
KODE |
KETERANGAN |
TARIF |
JD
50% |
RS
50% |
JMK
2,5% |
TOTAL
TARIF Pasien UMUM |
|
JMRJ0005 |
Dokter Umum Gawat Darurat |
92,866 |
46,433 |
46,433 |
2,322 |
95,188 |
Sumber: Buku Tarif Sectio Caesarea RS Yadika Pondok Bambu.
Dari tabel
tersebut diketahui kos tarif konsultasi dokter di UGD untuk pasien umum dalam
memberikan pelayanan operasi besar sectio caesarea senilai
Rp 95.188.
Tabel 2
Kos Pendaftaran
Kegiatan |
Kelas
1 |
Kelas
2 |
Kelas
3 |
|||
Unit
Cost |
Kos |
Unit Cost |
Kos |
Unit
Cost |
Kos |
|
Pendaftaran |
1 |
71,500 |
1 |
71,500 |
1 |
71,500 |
Sumber: Buku Tarif Sectio
Caesarea RS Yadika Pondok Bambu.
Dari tabel
tersebut diketahui kos pendaftaran pelayanan operasi besar sectio caesarea senilai
Rp 71.500. Didalam kos tarif
pendaftaran tersebut, diberlakukan sama bagi seluruh kelas
baik, kelas I, kelas II, maupun kelas III.
Tabel 3
Kos Tarif Aktivitas di Kamar VK/Kebidanan
Kegiatan |
Kelas
1 |
Kelas
2 |
Kelas
3 |
1. Tindakan VK |
|
||
a. C T G |
- |
85,946 |
85,946 |
b. Pasang Chateter |
- |
85,579 |
85,579 |
c. BHP Pasang |
- |
55,825 |
55,825 |
d. Periksa Dalam |
- |
46,940 |
46,940 |
e. Injeksi Suntik |
- |
61,500 |
61,500 |
f. Sarana |
- |
59,963 |
59,963 |
g. Periksa Dalam |
- |
46,940 |
46,940 |
h. BHP ALKES VK |
- |
61,500 |
61,500 |
i.
Waslap |
- |
��� 7,000 |
���� 7,000 |
j. Cover |
- |
��� 7,000 |
���� 7,000 |
2. Obat-obatan
VK |
|
|
|
Obat
VK |
������� 3,706 |
- |
- |
3. Observasi |
� 119,141 |
�119,141 |
� 119,141 |
Sumber: Buku Tarif Sectio Caesarea RS Yadika Pondok Bambu.
Dari tabel
tersebut diketahui kos tarif aktivitas ditetapkan dikamar VK/Kebidanan didalam memberikan pelayanan operasi besar sectio caesarea berbeda-beda baik, kelas
I, kelas II, maupun kelas III berbeda-beda berdasar dari jenis aktivitas dilaksanakan. Dapat dilihat juga kos tarif aktivitas tindakan VK hanya diberlakukan atau dibebankan bagi pasien umum kelas
II dan Kelas III, sedangkan
pasien umum kelas I tidak dikenai
beban. Hanya saja, pasien kelas
I ditambahkan beban obat VK senilai Rp 3.706. Namun, untuk kegiatan observasi semua kelas tetap
dibebankan senilai Rp 119.141.
Tabel 4
Kos Tarif Aktivitas di Kamar Operasi
Kegiatan |
Kelas
1 |
Kelas
2 |
Kelas
3 |
1.
Kamar Operasi |
|||
a.
dr. Operator |
4,652,168 |
3,782,250 |
3,075,000 |
b.
dr. Anastesi |
1,860,867 |
1,512,900 |
1,230,000 |
c.
dr. ANAK |
- |
- |
- |
d.
Asisten |
465,217 |
378,225 |
307,500 |
e.
Instrumen |
465,217 |
378,225 |
307,500 |
2.
Alat Kesehatan Medis (Oksigen) |
166,050 |
166,050 |
166,050 |
3.
Obat-obatan OK/VK |
2,081,996 |
1,095,667 |
1,128,778 |
4.
Sewa Kamar OK |
2,077,200 |
1,787,228 |
1,532,556 |
5.
Titip Darah |
50,000 |
50,000 |
50,000 |
6.
Kurir Darah |
130,000 |
130,000 |
130,000 |
Sumber: Buku Tarif Sectio Caesarea RS Yadika Pondok Bambu
�
Untuk aktivitas
dikamar operasi, kos tarif SDM dikelas I yang diberlakukan lebih tinggi dibandingkan kelas II dan kelas III. Begitu pun dengan obat-obatan dan sewa kamar OK, pasien umum kelas I lebih
tinggi tarif yang dipakainya dibandingkan dengan tarif pasien
umum kelas II dan kelas III. Namun untuk
beberapa aksi masih ada yang disamakan tarifnya seperti, alat kesehatan medis, titip darah, serta
kurir darah.
Tabel 5
Kos Tarif Aktivitas di Kamar Perawatan
Kegiatan |
Kelas
1 |
Kelas
2 |
Kelas
3 |
1. Obat Perawatan |
|||
a.
Obat |
40,152 |
607,310 |
625,323 |
b.
Imunisasi |
61,500 |
- |
- |
c.
BHP ALKES |
10,000 |
- |
- |
2. Laboratorium |
|
|
|
a.
Darah lengkap |
- |
102,666 |
- |
b.
Ibu (masa pendarahan) |
- |
32,490 |
- |
c.
Ibu (masa pembekuan) |
- |
32,490 |
- |
d.
GDS |
- |
845,188 |
795,296 |
3. Tindakan |
|
|
|
a. Tindakan Perawatan
(AFF dan BHP CHATETER, GV, BHP GV, Suntik) |
168,710 |
168,710 |
168,710 |
b. BHP |
- |
66,000 |
- |
4. Kamar Rawat Inap |
567,000 |
1,039,500 |
567,000 |
5. Konsul Dokter Anak (OK) |
461,250 |
- |
- |
6. Konsul Dokter Spesialis Ruangan |
171,115 |
202,226 |
171,115 |
Sumber: Buku Tarif Sectio Caesarea RS Yadika Pondok Bambu.
Dari tabel
tersebut diketahui kos tarif aktivitas yang dilaksanakan di kamar operasi dalam memberikan
pelayanan operasi besar sectio caesarea cukup beragam baik, kelas
I, kelas II, maupun kelas III berdasar dari jenis aktivitas
yang dilakukan. Bagian aktivitas
pemberian obat di kamar perawatan, pasien umum Kelas
II yang cenderung memiliki beban aktivitas dengan kos yang lebih tinggi dibandingkan pasien umum kelas
lainnya. Hanya saja, pasien umum
kelas I diberikan beban tambahan pembiayaan imunisasi senilai Rp 61.500 dan biaya BHP-nya senilai Rp 10.000, sedangkan pasien umum kelas lainnya
tidak diberikan beban. Terbalik dalam laboratorium, pasien umum kelas
I dan kelas III tidak diberikan beban tarif, melainkan pasien umum kelas
II. Hanya dalam aktivitas GDS, pasien umum kelas II dan kelas III yang diberikan tarif sedangkan pasien umum kelas
I tidak diberikan beban tarif.
Tabel 6
Kos Tarif Administrasi
Operasi Besar Sectio Caesarea
Kegiatan |
Kelas
1 |
Kelas
2 |
Kelas
3 |
Administrasi |
6% |
6% |
6% |
Sumber: Buku Tarif Sectio Caesarea RS Yadika Pondok Bambu
Dari tabel
tersebut diketahui kos administrasi dibebankan kepada seluruh pasien umum baik,
kelas I, kelas II, maupun kelas III sebesar 6% dari total keseluruhan beban tarif kos aktivitas operasi besar sectio caesarea.
Tabel 7
Kos Tarif Sectio Caesarea
Kegiatan |
Kelas
1 |
Kelas
2 |
Kelas
3 |
|||
Unit
Cost |
Kos |
Unit
Cost |
Kos |
Unit
Cost |
Kos |
|
Pendaftaran |
��� 71,500 |
���� 71,500 |
���� 71,500 |
���� 71,500 |
���� 71,500 |
71,500 |
|
|
|
|
|
|
|
PRE OPERASI |
||||||
A. UGD |
||||||
1. Konsul |
��� 95,188 |
� ��95,188 |
���� 95,188 |
���� 95,188 |
���� 95,188 |
���� 95,188 |
2. Konsul Rawat Inap |
�� 151,941 |
��
151,941 |
�� 151,941 |
�� 151,941 |
�� 151,941 |
�� 151,941 |
3. Konsul Spesialis |
�� 117,713 |
�� 117,713 |
�� 117,713 |
�� 117,713 |
�� 117,713 |
�� 117,713 |
4. Tindakan (injeksi, pasang
infus, observasi, O2,
CTG) |
�� 354,563 |
�� 354,563 |
� 354,563 |
�� 354,563 |
�� 354,563 |
�� 354,563 |
5. Obat-obatan (Bahan habis
pakai dan obat) |
� 538,648 |
�� 538,648 |
�� 438,675 |
�� 438,675 |
�� 395,500 |
�� 395,500 |
B. POLI KEBIDANAN |
|
|
|
|
|
|
1. Konsul Dr. Obyn |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
2. Laboratorium |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
a. DPL |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
b. BIL.TOT /BILLIRUBIN |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
c. GDS |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
d. HIV |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
e. HBSAG |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
f. USG |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
g. ANTIGEN/ SITUASIONAL |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
h. OBSERVASI |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
C. KAMAR VK / KEBIDANAN |
||||||
1. Tindakan VK |
||||||
�a. C T G |
- |
- |
���� 85,946 |
���� 85,946 |
���� 85,946 |
���� 85,946 |
b. Pasang Chateter |
- |
- |
���� 85,579 |
���� 85,579 |
���� 85,579 |
���� 85,579 |
c. BHP Pasang |
- |
- |
���� 55,825 |
���� 55,825 |
���� 55,825 |
���� 55,825 |
d. Periksa Dalam |
- |
- |
���� 46,940 |
���� 46,940 |
���� 46,940 |
���� 46,940 |
e. Injeksi Suntik |
- |
- |
���� 61,500 |
���� 61,500 |
���� 61,500 |
���� 61,500 |
f. Sarana |
- |
- |
���� 59,963 |
���� 59,963 |
���� 59,963 |
���� 59,963 |
g. Periksa Dalam |
- |
- |
���� 46,940 |
���� 46,940 |
���� 46,940 |
���� 46,940 |
h. BHP ALKES VK |
- |
- |
���� 61,500 |
���� 61,500 |
���� 61,500 |
���� 61,500 |
i.
Waslap |
- |
- |
������ 7,000 |
������ 7,000 |
������ 7,000 |
������ 7,000 |
j. Cover |
- |
- |
������ 7,000 |
������ 7,000 |
������ 7,000 |
������ 7,000 |
2. Obat-obatan
VK |
||||||
Obat
VK |
10,706 |
10,706 |
- |
- |
- |
- |
3. Observasi |
�� 119,141 |
�� 119,141 |
�� 119,141 |
�� 119,141 |
�� 119,141 |
�� 119,141 |
|
||||||
D. KAMAR OPERASI |
||||||
1. Kamar Operasi |
||||||
a. dr. Operator |
4,652,168 |
4,652,168 |
3,782,250 |
3,782,250 |
3,475,000 |
3,475,000 |
b. dr. Anastesi |
1,860,867 |
1,860,867 |
1,512,900 |
1,512,900 |
1,430,000 |
1,430,000 |
c. dr. ANAK |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
d. Asisten |
�� 465,217 |
�� 465,217 |
�� 378,225 |
�� 378,225 |
�� 307,500 |
�� 307,500 |
e. Instrumen |
�� 465,217 |
�� 465,217 |
�� 378,225 |
�� 378,225 |
�� 307,500 |
�� 307,500 |
2. Alat Kesehatan Medis (Oksigen) |
�� 166,050 |
�� 166,050 |
�� 166,050 |
�� 166,050 |
�� 166,050 |
�� 166,050 |
3. Obat-obatan OK/VK |
2,081,996 |
2,081,996 |
1,795,667 |
1,795,667 |
1,655,778 |
1,655,778 |
4. Sewa Kamar OK |
2,077,200 |
2,077,200 |
1,787,228 |
1,787,228 |
1,576,556 |
1,576,556 |
5. Titip Darah |
��� �50,000 |
���� 50,000 |
���� 50,000 |
���� 50,000 |
���� 50,000 |
���� 50,000 |
6. Kurir Darah |
�� 130,000 |
��
130,000 |
�� 130,000 |
�� 130,000 |
�� 130,000 |
�� 130,000 |
E. KAMAR PERAWATAN |
||||||
1. Obat Perawatan |
||||||
a. Obat |
700,152 |
700,152 |
�� 607,310 |
�� 607,310 |
�� 545,323 |
� �545,323 |
b. Imunisasi |
���� 61,500 |
���� 61,500 |
- |
- |
- |
- |
c. BHP ALKES |
���� 10,000 |
���� 10,000 |
- |
- |
- |
- |
2. Laboratorium |
||||||
a. Darah lengkap |
- |
- |
�� 102,666 |
�� 102,666 |
- |
- |
b. Ibu (masa pendarahan) |
- |
- |
���� 32,490 |
���� 32,490 |
- |
- |
c. Ibu (masa pembekuan) |
- |
- |
���� 32,490 |
���� 32,490 |
- |
- |
d. GDS |
- |
- |
�� 845,188 |
�� 845,188 |
�� 775,296 |
�� 775,296 |
3. Tindakan |
||||||
a. Tindakan Perawatan (AFF
dan BHP CHATETER, GV, BHP GV, Suntik) |
�� 168,710 |
�� 168,710 |
�� 168,710 |
�� 168,710 |
�� 168,710 |
�� 168,710 |
b. BHP |
- |
- |
���� 66,000 |
���� 66,000 |
- |
- |
4. Kamar Rawat Inap |
1,567,000 |
1,567,000 |
1,039,500 |
1,039,500 |
�� 967,000 |
�� 967,000 |
5. Konsul Dokter Anak (OK) |
�� 461,250 |
�� 461,250 |
- |
- |
- |
- |
6. Konsul Dokter Spesialis Ruangan |
�� 171,115 |
�� 171,115 |
�� 202,226 |
�� 202,226 |
�� 184,115 |
�� 184,115 |
F. ADMINSISTRASI (6%) |
�� 992,871 |
�� 992,871 |
�� 947,247 |
� 947,247 |
� 856,468 |
�� 856,468 |
|
17,540,713 |
17,540,713 |
16,734,694 |
16,734,694 |
15,130,927 |
15,130,927 |
Sumber: Keuangan RS Yadika Pondok Bambu
Dalam penentuan
kos tarif mengalami perbedaan antara kelas I, II, dan III, hal disini bisa terlihat
dari beberapa kegiatan, seperti pre-operasi, poli kebidanan, kamar VK, kamar operasi, kamar perawatan, serta administrasi. Penentuan kos tarif pre-operasi antara kelas I, II, serta III memiliki perbedaan dalam pemberian obat-obatan di UGD.
Tarif kelas I cenderung lebih mahal dibandingkan kelas II dan III sebab aktivitas obat dan tindakan cenderung lebih banyak dari
kelas lainnya. Begitu pun aktivitas di kamar VK, perbedaan kos obat-obatan VK juga mengalami perbedaan antara kelas I, II, dan III. Hanya saja, pembebanan kos obat-obatan hanya terjadi pada kelas I saja,
kelas lain tidak dibebankan ke pasien.
Perbedaan biaya tarif di
kamar operasi pun berbeda dengan kelas I, II, serta III. Perbedaan tersebut
terjadi pada pembebanan biaya dokter operator, dokter anestesia, asisten dokter, instrumen atau instrumen yang dipakai, obat-obatan, serta sewa kamar OK. Perbedaan kos tarif tersebut lebih mahal dibebankan kepada pasien umum kelas
I, sebab adanya perbedaan pembebanan aktivitas yang lebih banyak dibanding kelas lain. Perbedaan
kos tarif berikutnya terjadi di kamar perawatan dan administrasi. Didalam aktivitas kamar perawatan, perbedaan tarif lebih terjadi pada pemberian imunisasi anak yang memiliki tarif hanya di kelas I saja, kelas
lainnya tidak diberikan aktivitas tersebut. Kemudian disisi
laboratorium, pembiayaan hanya diberlakukan pada kelas II saja, kecuali GDS
diberlakukan di kelas II serta III. Terakhir, didalam sewa kamar perawatan yang
cenderung kelas I lebih mahal dibandingkan kelas II, serta kelas III.
Pembiayaan administrasi 6% dari jumlah kos seluruh aktivitas diberlakukan sama
dari kelas I, II, dan III.
Kesimpulan
Kesimpulan dalam riset ini yakni volume
pelayanan yang banyak dan jumlah kos overhead yang
tinggi, maka sistem penghitungan
kos secara tradisional tak menggambarkan kegiatan yang spesifik mengingat penentuan tarif
konvensional ini menghasilkan tarif yang tidak efektif, pendekatan activity based costing yakni metode
perhitungan kegiatan
menghasilkan produk berdasar dari
konsumsi sumber daya dikarenakan
adanya kegiatan.
Hasil olah data memakai
perhitungan konvensional dengan sistem Activity Based Costing ditemukan� efektivitas
kos melalui perhitungan operasi
besar Section Caesarea pada kelas I, II serta
III. Memakai pendekatan
ABC memberikan hasil yang lebih rendah dari tarif sebelumnya ditetapkan secara tradisional,
yakni
dengan selisih harga Kelas I Rp. 4.326.003 selisih harga dengan tarif kelas II
Rp. 2.756.344, serta
selisih harga dengan tarif kelas III Rp 789.136.
Dampak dari selisih perhitungan kos SC dengan menggunakan sistem Activity Based Costing, sangat signifikan dilihat dari selisih harga tarif operasi besar mengakibatkan tarif lebih kompetitif terhadap pesaing disekitar Rumah Sakit, diharapkan menimbulkan efek meningkatnya jumlah pasien operasi besar Section Caesarea.
Masukan yang bisa dikemukakan didalam
riset
disini yakni hendaknya
pengelola
Rumah Sakit Yadika Pondok Bambu Jakarta melakukan peninjauan
pelaksanaan pendekatan activity based costing dalam penentuan besaran kos operasi besar sectio caesarea karena melalui pendekatan activity based costing tarif lebih rendah untuk menolong
manajemen didalam penentuan kebijakan.
Sebaiknya pengelola RS Yadika Pondok Bambu Jakarta melaksanakan
evaluasi terhadap penentuan kos rumah sakit, mengklasifikasi
data laporan keuangan tiap bagian, melakukan pertimbangan serta mengkalkulasi biaya memakai pendekatan activity based costing disebabkan melalui
sistem ini didapat
informasi kos yang tepat
untuk penghitungannya. Bukan cuma didalam
operasi besar section caesarea, melainkan unit lain di rumah sakit sehingga dapat menggambarkan keadaan
rumah sakit keseluruhan.
Sebaiknya pengelola Rumah Sakit Yadika meningkatkan kualitas pelayanan di semua aktivitas layanan rumah sakit, bertujuan menumbuhkan rasa kepuasaan dan kepercayaan masyarakat terhadap Rumah Sakit Yadika sebagai penyelenggara kesehatan. Dengan keterbatasan periset dalam melaksanakan riset, temuan riset disini bisa menjadi rujukan riset berikutnya.
Adhani, Rosihan. (2016). Mengelola Rumah ����������� Sakit, Banjarmasin: Lambung ����������� Mangkurat University Press. Google Scholar
Arikunto, S. (2010). Metode Penelitian.� Jakarta: Rineka Cipta. Google Scholar
Ayuningtyas, N. (2017).
Penghitungan Unit Cost Pelayanan
Operasi Sectio Caesarea Dengan Metode
Activity Based Costing Di Instalasi
Kamar Operasi RSU X Surabaya. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Media Husada, 6 (2), 277-284. Google Scholar
Baikole, U. S., dan Paridah,
P. (2017). Analisis Biaya Satuan (Unit Cost) Tindakan Sectio Caesarea Dengan Metode Activity
Based Costing (ABC) System di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari Tahun
2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat, 2 (7).
Baldric Siregar, dkk. (2016).
Akuntansi Biaya Edisi Kedua, Jakarta: Salemba Empat.
Blocher, Edward J., David E.
Stout, dan Garry Cokins. (2011). Manajemen Biaya Penekanan Strategis, Buku
Satu, Jakarta: Salemba Empat.
Budiman, Riadi. (2012).
Implementasi Metode Activity Base Costing
System Dalam Menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit. Jurnal
ELKHA, Vol.4, No.2, Universitas Tanjuung Pura. Google Scholar
Carter, W. K. (2010). Cost Accounting Edisi 14. Jakarta:
Salemba Empat.
Carter, Wiliam K dan Milton
F. Usry. (2010). Akuntansi Biaya, Edisi Ketiga Belas. Buku I. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.
Dunia, A.F., dan Abdullah, W.
(2012). Akuntansi Biaya, Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat. Google Scholar
Doru, Ibrahim. (2018).
Analisis Perbandingan Tarif Berdasarkan Biaya Satuan (Unit Cost), Tarif INA-CBG's dan Tarif Rumah Sakit Pada Instalasi Rawat
Inap RSUD Kabupaten Pasangkayu. Tesis. Universitas Salahudin Makassar.
Eka, Y. I. G. (2016).
Pengaruh Asimetri Informasi, Penekanan Anggaran dan Kapasitas Individu Terhadap
Senjangan Anggaran Dengan Locus of
Control Sebagai Variabel Pemoderasi. E-Journal
S1 Universitas Pendidikan Ganesha. Google Scholar
Elfiana, T. L. (2013). Peran
Activity Base Flexible Budgeting Dalam Menunjang Efektivitas Perencanaan dan
Pengendalian Biaya Produksi (Doctoral
Disertation, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya). Google Scholar
Hansen, Don R. Maryanne dan
M. Mowen. (2012). Management Accounting, 7th.
Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Penerbit Salemba Dengan Judul Akuntansi
Manajemen, Edisi 8. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Haqim, R. M. dan Pribadi, F.
(2019). Unit Cost Analysis of Sectio
Caesarean with Activity Based Costing in Yogyakarta Hospital. Jurnal Medicoeticolegal Manajemen Rumah Sakit,
8 (1). Google Scholar
Karundeng, Rebheca Paramitha.
(2018). Analisis Perbandingan Tarif Rawat Inap Berdasarkan Metode Activity Based Costing dan Metode Traditional Costing (Studi Pada Rumah
Sakit XYZ). Universitas Lampung.
Latuconsina, J. U. (2016).
Penerapan Metode Activity-Based Costing
System Dalam Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Pada Rumah Sakit Husada Utama
Surabaya. JEA17: Jurnal Ekonomi
Akuntansi, 1 (01). Google Scholar
Maharani, A. S. M. (2018).
Penerapan Metode Activity Based Costing
Dalam Menentukan Besarnya Tarif Persalinan Normal (Studi Kasus Pada RSKIA PKU
Muhammadiyah Kotagede Yogyakarta) (Doctoral
Dissertation, STIE Widya Wiwaha).
Maulana, M. R., dan Asmeri,
R. (2020). Analisis Pengaruh Penerapan Activity
Based Budgeting Terhadap Anggaran Belanja Dinas Perkebunan Kabupaten Tebo. Pareso Jurnal, 2 (3), pp.111-122. Google Scholar
Mulyadi. (2007).
Activity-Based Costing System, Sistem Informasi Biaya untuk Pemberdayaan
Karyawan, Pengurangan Biaya, dan Penentuan Secara Akurat Kos Produk dan Jasa.
UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Mulyawati, I., Azam, M. dan
Ningrum, D. N. A. (2011). Faktor Tindakan Persalinan Operasi Sectio Caesarea. KEMAS: Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 7 (1), pp.14-21. Google Scholar
Munandar, M. (2007). Budgeting: Perencanaan Pengkoordinasian
dan Pengawasan Kerja. Edisi Kedua. Yogyakarta. Google Scholar
Mursyidi. (2010). Akuntansi
Biaya Conventional Costing, Just in Time,
dan Activity Based Costing. Bandung:
PT. Refika Aditama.
Novelia, S., dan Tiara
Carolin, B. (2020). Publikasi Perpustakaan Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Infeksi Luka Operasi Post
Sectio Caesarea di Poli Kebidanan Rsud Berkah Kabupaten Pandeglang Provinsi
Banten Tahun 2020. Google Scholar
Paridah, Sakka, A., dan
Baikole, U. S. (2017). Analisis Biaya Satuan (Unit Cost) Tindakan Sectio
Caesarea Dengan Metode Activity Based Costing System di Rumah Sakit Umum Dewi
Sartika Kendari Tahun 2017. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 2 (7), 1-10.
Patasik, C. K., Tangka, J.
dan Rottie, J. (2013). Efektivitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dan Guided Imagery Terhadap Penurunan Nyeri
Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesare di Irina D blu RSUP Prof.
Dr. RD Kandou Manado. Jurnal Keperawatan,
1 (1). Google Scholar
Qurrotakyun, N. H., dan
Harahap, R. F. (2021). Implementasi Activity
Based Costing Dalam Menentukan Tarif Jasa Rawat INap RSUI
"Orpeha" Tulungagung. Jurnal
Muara Ilmu Ekonomi dan Bisnis, 5 (1), 36-48. Google Scholar
Riantari, K. A. M. D., dan
Sari, M. M. R. (2019). Pengaruh Penganggaran, Budget Empahasis, Asimetri Informasi Pada Budgetary Slack Dengan Locus
Of Control Sebagai Pemoderasi. E-Jurnal Akuntansi, 29 (2), pp.547-560. Google Scholar
Riwayadi. (2016). Akuntansi
Biaya: Pendekatan Tradisional Dan Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.
Santiasih, Wayan. (2019).
Penerapan Model Activity Based Budgeting
Pada PT. Kalika Karya Utama (Doctoral
Dissertation, Universitas Mercu Buana Jakarta). Google Scholar
Siregar, B., dkk. (2016).
Akuntansi Biaya (Edisi Keempat). Jakarta: Salemba Empat.
Tanisiwa, Clariska Henny;
Dewi Anggun Melaniar dan Daniel Sugama Stephanus. (2014). Teori Keagenan (Agency Theory): Hubungan Informasi
Asimetris Dengan Tindakan Manajemen Laba Sebagai Implikasi dari Hubungan
Keagenan. Skripsi. Fakultas Eknomi dan Bisnis, Universitas Ma Chung, Malang. Google Scholar
Tetriadi, T. T., dan
Nurwahyuni, A. (2020). Analisis Biaya Satuan Pelayanan Sectio Caesaria Dan Upaya Efisiensinya di RSD Kol. Abundjani Bangko.
Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia, 5
(1). Google Scholar
Urfah, H. (2015). Analisis
Penerapan Activity Based Costing Dalam Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap (Studi
Kasus Pada Rumah Sakit Pusri Palembang). Akuntabilitas,
9 (2), 163-194. Google Scholar
Setyawan, F. E. B. (2018).
Sistem Pembiayaan Kesehatan. Jurnal
Pembiayaan Kesehatan, 2 (4), 57-70. Google Scholar
Wanto, Damar (2022) Proposed
Activity Based Budgeting Impelentation for Planing and Controlling Direct
Labour Cost in the Patient Departement (Case study at XYZ Hospital ) Magister
Program In Accounting Faculty of Economic and Bussines, Mercu Buana University,
Jakarta.
Copyright holder: Slamet Supriyatno, Apollo
Daito (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |