Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, No. 3, Maret 2022
PENGARUH
ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN DAN ORIENTASI
PASAR SEBAGAI STRATEGI MENCIPTAKAN KEUNGGULAN BERSAING
UNTUK MENINGKATKAN KINERJA USAHA
Rita Madiastuty
Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Pertumbuhan ekonomi berkelanjutan memiliki
daya saing tinggi dapat diwujudkan dan dipelopori oleh kewirausahaan. Kedekatan
dengan pasar dan pemenuhan kebutuhan dengan pelanggan akan memberikan nilai
tambah. Sejak beroperasinya jalan tol Semarang Batang berdampak pada penurunan
jumlah pelanggan restoran dan rumah makan yang melewati jalur pantura di
Kabupaten Kendal. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh orientasi
kewirausahaan dan orientasi pasar dari pelaku usaha terhadap keunggulan
bersaing untuk tetap bertahan dimasa sekarang. Pada penelitian ini jumlah populasi untuk rumah makan dan restoran yang
tergabung dalam PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) di Kabupaten
Kendal adalah sebanyak 73 unit usaha, survey dilakukan terhadap Supervisor,
Manager restoran atau pemilik usaha pada bulan November � Desember 2020. Data
yang diperoleh diolah menggunakan SEM dengan aplikasi PLS.3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variable orientasi kewirausahaan dan
orientasi pasar berpengaruh terhadap keunggulan bersaing. Keunggulan bersaing
memilik pengaruh terhadap kinerja bisnis. Akan tetapi orientasi kewirausahaan
dan orientasi pasar tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja bisnis.
Kata Kunci: orientasi kewirausahaan; orientasi pasar; meningkatkan kinerja
usaha
Abstract
The
sustainability of economic growth has a high compatibility that can be realized
and spearheaded by entrepreneurship. Proximity with the market and requirement
needs by the customers, will add more value. Since the operation, Semarang-Batang
Highway, had some impact on the degradation in restaurant customers and
eateries that get through the Pantura Track in Kendal District. This research
in order of purpose, has the ability to know the influence of entrepreneurship
orientation and market orientation to sustainable advantage and business
performance� towards excellences for the
exact purpose of surviving in the present. In regards
to this research, the aggregate of population for eatery an restaurant that
incorporated in PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) in Kendal
District has a total of 72 business unit, survey that held to the Supervisor,
Restaurant Manager, or Business Owner in November and December 2020. The
obtained data processed through SEM by PLS 3 application. The result of this research shows that
variable entrepreneurship orientation and market orientation show impact on
competitive advantage. The competitive advantage has some impact on business
performance. The particular reason for circumstances related to entrepreneurship
orientation and market orientation didn�t impact and influence that
significantly on business performance.
Keywords:entrepreneurial orientation; market orientation; improve business
performance
Pendahuluan
Seiring dengan pesatnya arus globalisasi
yang membuat rivalitas bisnis tidak dapat
dihindari maka hal tersebut menyebabkan perusahaan-perusahaan dihadapkan pada berbagai kesempatan dan
ancaman. Kesempatan dan ancaman tersebut berasal dari wilayah domestik (dalam negeri) maupun dari mancanegara
(luar negeri). Persaingan usaha yang semakin ketat mengharuskan perusahaan memahami berbagai cara untuk
mengelola resource
atau sumber daya yang telah dimiliki oleh perusahaan tersebut. Kemampuan perusahaan untuk menciptakan keunggulan bersaing di era sekarang merupakan salah satu hal penting dalam
memenangkan persaingan. Keunggulan bersaing menurut (Narver & Slater, 1990)
dapat tercapai saat perusahaan mampu memberi pelanggan
pengalaman lebih (value) daripada
yang diberikan oleh pesaing
(competitor).
Selain itu, keunggulan bersaing penting
bagi perusahaan untuk meningkatkan persaingan global. Untuk mengatasi
persaingan tersebut perusahaan harus dekat dengan pasarnya agar terciptanya
produk-produk baru yang lebih menarik. Hal tersebut dapat tercapai apabila
adanya komitmen untuk selalu berkarya dalam menciptakan produk bermutu yang memiliki nilai
unggul bagi pelanggan
(Frishammar & �ke H�rte, 2007).
Kinerja tinggi
yang dimiliki perusahaan dalam menciptakan nilai unggul bagi pelanggan diperlukan adanya kapabilitas. Kapabilitas bertujuan
untuk mensejajarkan
perusahaan dalam menciptakan nilai unggul bagi pelanggan dan
klien yang menggunakan produk perusahaan tersebut maupun produk substitusi serta produk pesaing.
Kapabilitas tersebut antara lain mencangkup orientasi pasar dan orientasi kewirausahaan. Kebutuhan pelanggan dapat terwujud melalui penilaian kebutuhan yang dianalisis
melalui orientasi pasar. Orientasi kewirausahaan menurut (Frishammar & �ke H�rte, 2007),
menggambarkan sejauhmana perusahaan berinovasi atau pembaruan, mengambil risiko dan lebih aktif.
Orientasi pasar dan orientasi
kewirausahaan yang telah dipraktikan suatu Perusahaan dalam pengembangan bisnisnya guna mencapai keunggulan bersaing agar produk yang dihasilkan sesuai yang diharapkan perusahaan tersebut. Kewirausahaan diketahui menjadi suatu cara baru
dalam pembaharuan kinerja (job
performance) perusahaan yang perlu
ditanggapi secara konklusif oleh perusahaan yang mengalami krisis berkepanjangan namun mulai bangkit kembali.
Pertumbuhan ekonomi perusahaan berkelanjutan
dan memiliki daya saing tinggi dapat
diwujudkan dengan dipelopori oleh kewirausahaan.
Dalam era persaingan
yang tidak mengenal batas maka keunggulan
bersaing merupakan hal yang mutlak harus dilakukan oleh perusahaan. Dengan produk baru yang lebih menarik merupakan
jalan bagi perusahaan untuk mendekatkan diri kepada pasar. Kedekatan dengan pasar dan terciptanya produk baru menuntut
prasyarat yang harus dipenuhi perusahaan. Prasyarat tersebut adalah komitmen untuk secara berkelanjutan
menciptakan kreasi. Adapun tujuan kreasi tersebut
adalah menciptakan nilai tambah kepada
pelanggan.
UMKM (usaha mikro, kecil
dan menengah yang merupakan
perusahaan berskala kecil adalah satu
diantara banyak usaha yang dikembangkan di
Indonesia. Meskipun dalam skala pembangunan ekonomi nasional Indonesia, UMKM memiliki ukuran kecil namun merupakan
sektor yang berperan penting. Hal itu disebabkan mayoritas penduduk Indonesia yang bekerja didalam UMKM memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Hidup para pekerja tersebut bergantung pada kegiatan UMKM baik disektor konvensional
maupun modern.
UMKM memilki peranan penting dalam menunjang perekonomian suatu negara sehingga dalam perkembangannya membutuhkan perhatian bersama khususnya pemerintah dalam meningkatkan peranan UMKM agar mampu meningkatkan usaha produksi serta meningkatkan perekonomian negara
yang akan berdampak pula terhadap kesejahteraan masyarakat. Dapat diketahui bahwa UMKM mampu bertahan dari dampak krisis
ekonomi lebih lama, karena memiliki karakteristik yang dapat menyesuaikan dengan keadaan atau lebih
fleksibel. UMKM lebih memanfaatkan sumber daya lokal di daerah
tersebut sehingga bisa diandalkan untuk mendukung ketahanan ekonomi suatu negara.
�Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2008 tentang UMKM, tentang entitas tingkatan jenis usaha skala mikro,
kecil, menengah, dimana dalam perkembangannya
sangat bermanfaat bagi pelaku usaha dan masyarakat sekitar serta perkembangan ekonomi suatu negara.�
Tabel 1
Usaha Mikro Kecil dan Menengah Binaan Provinsi Jawa Tengah
Deskripsi |
Satuan |
Tahun |
Perkembangan 2015-2018 |
||||
2015 |
2016 |
2017 |
2018 |
Jumlah |
% |
||
Jumlah UMKM |
Unit |
105.568 |
112.550 |
133.679 |
143.738 |
10.059 |
7.52 |
Penyerapan
tenaga kerja |
Orang |
635.375 |
772.115 |
918.455 |
1.043.320 |
124.865 |
13.59 |
Aset |
Rp. Miyar |
17.881 |
22.386 |
26.249 |
29.824 |
3.575 |
13.61 |
Omzet |
Rp. Milyar |
17.002 |
42.575 |
49.247 |
55.691 |
6.444 |
13.08 |
Sumber: Dinas Koperasi
dan UMKM Provinsi Jawa
Tengah, 2015 � 2018
Tabel 1 memaparkan perkembangan UMKM dari tahun 2015 hingga 2018 di Jawa Tengah. Hal tersebut dilihat dari jumlah
unit UMKM penyerapan tenaga
kerja, aset serta omset UMKM yang ada. Data Dinas Koperasi dan UMKM
Provisi Jawa Tengah menunjukkan bahwa UMKM di Provinsi Jawa Tengah berkontribusi terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan secara bertahap menambah pendapatan masyarakat, sehingga terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah. Jumlah UMKM mengalami perkembangan cukup signifikan dengan adanya pertumbuhan
7.52% selama tahun
2015-2018. Penyerapan tenaga
kerja pada UMKM juga mengalami
peningkatan sebesar 13.59% terjadi pula pertumbuhan aset 13.61% dan omset sebesar 13.08% dari UMKM.
UMKM memiliki peran penting bagi perekonomian
Indonesia. Hal yang dapat dilakukan
untuk ikut andil dalam perekonomian
Indonesia yang adalah
mendorong UMKM agar semakin
berkembang. UMKM yang semakin
berkembang berarti dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja atau mengurangi
penggangguran, meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, menambah nilai ekspor, daerah, dan mengurangi tingkat kemiskinan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada subkategori Lapangan Usaha Penyediaan Makan Minum serta
Akomodasi di Provinsi Jawa Tengah turut berperan dalam perhitungan jenis Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Sub kategori Penyediaan Makan dan Minum dimana kegiatan-kegiatan yang dimaksud mencakup pelayanan makanan atau minuman untuk dikonsumsi dengan segera, baik restoran tradisional, restoran ambil sendiri (self service) atau restoran hanya
untuk dibungkus (take away), yang memiliki
tempat sementara dengan atau tanpa
tempat duduk (bongkar
pasang) seperti Pedagang
Kaki Lima (PKL) maupun tempat
tetap. Penyediaan minuman dan makanan yang dimaksud adalah penyediaan minuman dan makanan untuk dikonsumsi
segera berdasarkan pemesan.�
Tabel 2
Jumlah Restoran dan Rumah Makan di Jawa Tengah
TAHUN |
RESTORAN |
PRESENTASE (%) |
RUMAH MAKAN |
PRESENTASE (%) |
2014 |
268 |
112.70 |
2.429 |
-13.16 |
2015 |
274 |
2.24 |
2.478 |
2.02 |
2016 |
280 |
2.19 |
2.567 |
3.59 |
2017 |
499 |
78.21 |
3.861 |
50.41 |
2018 |
294 |
-41.1 |
1.588 |
-58.8 |
Sumber: Disporapar,
Data Survey diolah, 2018
Dari Tabel 2 diatas diperoleh data tentang pertumbuhan restoran dan rumah makan yang mengalami penurunan sebesar 58.8% dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2018.� Ditengah kerasnya persaingan usaha maka pelaku UKM dituntut untuk memiliki kinerja yang lebih tinggi sebagai
suatu keunggulan bersaing. Melalui skema keunggulan bersaing yaitu dengan biaya
rendah dibandingkan pesaing dan adanya differensiasi produk (Porter, 1985)
menuntut perlunya suatu strategi baik dari sumber daya
yang ada serta analisa pasar dalam lingkungan sejenis.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil
variabel kunci yaitu keunggulan bersaing dimana peneliti ingin mengambil seberapa besar nilai-nilai keunggulan bersaing dalam perusahaan dalam meningkatkan nilai kinerja perusahaannya
dan kinerja bisnisnya. Untuk variabel dasar yang peneliti ingin ambil adalah
mengenai Orientasi Kewirausahan dan Orientasi Pasar dari para pelaku bisnis yang mempengaruhi atau tidak mempengaruhi
keunggulan bersaing dari perusahaan tersebut.
Penelitian yang telah ada sebelumnya mengenai orientasi kewirausahaan
dan orientasi pasar terhadap kinerja perusahaan melalui variabel inti keunggulan bersaing dalam segmentasi berbeda. Adanya pengaruh yang berbeda antar variabel
tersebut menunjukkan pembuktian kebenaran adanya hubungan atau pengaruh korelasi
satu dengan lainnya. Berikut disampaikan penelitian terdahulu, dengan nama peneliti
dan temuan penelitian yang disusun menjadi tabel dalam research gap:
Tabel 3
Research Gap
No |
Issue |
Penelitian |
Temuan |
Gap |
1 |
Pengaruh Orientasi Kewirausahaan terhadap Keunggulan Bersaing |
Kibeshi Kiyabo and Nsobili
Isaga (2020) |
Signifikan positif |
Terdapat inkonsistensi hasil antara pengaruh orientasi
kewirausahaan terhadap keunggulan bersaing |
Signifikan negatif |
||||
2 |
Pengaruh Orientasi
Pasar terhadap Keunggulan
Bersaing |
Vikash Naidoo, dkk. (2010) |
Signifikan positif |
Terdapat perbedaan hasil antara pengaruh orientasi pasar terhadap keunggulan bersaing |
Aprizal (2016) |
Positif tidak signifikan |
|||
3 |
Pengaruh Orientasi Kewirausahaan terhadap Kinerja Bisnis |
Signifikan positif |
Terdapat perbedaan pendapat tentang kinerja bisnis yang
dipengaruhi oleh orientasi kewirausahaan |
|
Tidak ditemukan |
||||
4 |
Pengaruh Orientasi
Pasar terhadap Kinerja Bisnis |
Muzaffar Asad, dkk. (2016) |
Signifikan positif |
Terdapat inkonsistensi hasil antara kinerja bisnis yang
dipengaruhi oleh orientasi pasar� |
Alexandra Solano Acosta, dkk. (2018) |
Tidak ditemukan |
|||
5 |
Pengaruh Keunggulan Bersaing terhadap Kinerja Bisnis |
Ismail, dkk., (2010) |
Signifikan positif |
Terdapat perbedaan hasil antara keunggulan bersaing terhadap
kinerja bisnis |
Positif tidak signifikan |
Sumber: Data penelitian yang
diolah, 2018.
Terdapat
perbedaan hasil penelitian sebelumnya pada Tabel 3 dan ada permasalahan di perusahaan, menjadi alasan peneliti
untuk meneliti pengaruh orientasi pasar dan orientasi
kewirausahaan terhadap kinerja bisnis. �
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan data
primer dengan metode penelitian korelasi dan pendekatan kuantitatif. Metode
korelasi adalah suatu penelitian yang
memiliki tujuan untuk mengetahui arah hubungan antar variabel (positif/negatif)
dan seberapa jauh hubungan yang dimiliki antar dua atau lebih variabel
tersebut. Sumber data yang dipakai merupakan data
primer dan
data sekunder yang diperoleh langsung dari sumber tanpa adanya perantara. Peneliti
menggunakan data primer untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang
dimiliki oleh peneliti. Pengisian kuesioner oleh para pemilik dan manager dari
restaurant dan rumah makan
yang tergabung dalam PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restauran
Indonesia) di Kabupaten Kendal.
Data sekunder yaitu data yang didapat melalui perantara
atau data yang dicatat oleh orang lain yang didapatkan secara tidak langsung oleh peneliti. Data sekunder dikumpulkan
oleh lembaga yang bertugas untuk mengumpulkan data lalu kemudian akan dipublikasikan kepada masyarakat yang akan
menggunakan data tersebut. Data sekunder yang
dipergunakan diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dispora) Jawa Tengah.
Hasil Dan Pembahasan
A. Hasil
1.
Gambaran Umum Objek
Penelitian
Dari 72
kuesioner yang disebarkan kepada 72
responden penanggung jawab
unit usahanya, maka diperoleh data gambaran karakteristik responden yang meliputi data
responden berdasarkan: jenis kelamin, usia, pendidikan dan yang dijabarkan
sebagai berikut:
Data responden berdasarkan jenis kelamin, pada
penelitian ini digunakan untuk melihat penanggung jawab
unit usaha berdasarkan jenis kelamin yang menjadi sampel penelitian, adapun
penjelasan dari indentifikasi dapat dijelaskan di gambar berikut:
Tabel 4
Jenis Kelamin
Responden
Jenis Kelamin |
Frekuensi (f) |
Presentase (%) |
Laki �Laki Perempuan |
27 45 |
38 62 |
Total |
72 |
100 |
Sumber: Data Diolah, 2020
Berdasarkan hasil identifikasi gambar 4 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penanggung jawab unit usaha yang
menjadi sampel adalah perempuan dengan presentase sebanyak 62% sebanyak 45 responden.
Data responden berdasarkan usia digunakan untuk
melihat penanggung jawab
unit usaha
berdasarkan usia yang menjadi sampel dari penelitian, adapun penjelasan dari
identifikasi dapat dijelaskan di gambar berikut:
Tabel 5
Usia
Responden
Usia Responden |
Frekuensi (f) |
Presentase (%) |
24-30 31-38 39-46 47-55 |
6 27 37 2 |
8 39 51 2 |
Total |
72 |
100 |
Sumber: Data Diolah, 2020
Dari hasil identifikasi tabel 5 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar usia penanggung jawab unit usaha yang
mnejadi sampel adalah berusia 39
� 46 tahun dengan presentase sebanyak 51% sebanyak 37 responden.
Data responden berdasarkan pendidikan, digunakan
untuk melihat penanggung jawab
unit usaha yang menjadi sampel penelitian, adapun penjelasan dari identifikasi dapat
dijelaskan di gambar berikut:
Tabel 6
Pendidikan
Responden
Pendidikan |
Frekuensi (f) |
Persentase (%) |
SLTP SLTA Diploma S1 S2 |
3 31 9 28 1 |
4 43 12 39 2 |
Total |
72 |
100 |
Sumber: Data Diolah, 2020
Dari hasil identifikasi tabel 6 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pendidikan penanggung jawab unit usaha yang
menjadi sampel adalah SLTA / SMA Sederajat dengan presentase 43% sebanyak 31 responden.
Dalam penelitian ini, pengaruh variabel orientasi kewirausahaan, orientasi pasar
terhadap keunggulan bersaing dan keunggulan bisnis pada penanggung jawab
unit usaha
akan dianalisis menggunakan analisis PLS (Partial
Least Square).
Tahap-tahap dalam analisis PLS meliputi tahap
pengujian model pengukuran (outer model)
dan tahap pengujian model struktural (inner
model). Pada tahap pengujian outer
model, seluruh indikator pada masing-masing variabel akan diuji validitas
dan reliabilitasnya dalam mengukur variabelnya, selanjutnya pada pengujian inner model, dilakukan pengujian
hipoetsis berdasarkan hasil uji t dan juga akan dihitung besar pengaruh seluruh
variabel eksogen terhadap variabel endogen dengan melihat nilai adjusted R
square variabel endogen.
Tahap pengujian outer model terdiri dari
beberapa pengujian, di antaranya adalah pengujian Convergent Validity, Discriminant Validity dan Composite Reliability.
Hasil analisis PLS dapat digunakan untuk menguji hipotesis penelitian jika
seluruh indikator dalam model PLS telah memenuhi syarat validitas konvergen,
validitas deskriminan, dan reliabilitas komposit.
2. Validitas Konvergen (Convergent Validity)
Convergent Validity berhubungan degan prinsip bahwa pengukur-pengukur (manifest variable) dari suatu konstruk
seharusnya berkorelasi tinggi, uji Convergent
Validity dapat dilihat dari nilai loading
faktor untuk setiap indikator konstruk (Ghozali & Latan, 2015).
Gambar 1
Hasil Estimasi
Model PLS (Algorithm)
Sumber: Data Diolah, 2020
Berdasarkan hasil estimasi model pada gambar 1 didapatkan hasil sebagai berikut:
a. Bahwa semua indikator orientasi kewirausahaan memiliki nilai loading
factor diatas 0,70.
b. Bahwa semua indikator orientasi pasar memiliki loading
factor diatas 0,70.
c. Bahwa tiga indikator keunggulan bersaing memiliki
loading factor diatas 0,70, sedangkan
indikator kedua memiliki
nilai loading factor yaitu 0,685 dan nilai ini
masih dalam batas 0,50 - 0,60.
d. Bahwa semua indikator keunggulan bersaing memiliki loading
factor diatas 0,70.
Selain dengan melihat nilai loading factor masing-masing indikator, validitas konvergen juga
harus dinilai dari nilai AVE masing-masing konstruk, seluruh konstruk dalam
model PLS dinyatakan telah memenuhi validitas konvergen jika nilai AVE masing-masing
konstruk > 0,7 dan diantara 0,5 � 0,6.
Tabel 6
Nilai Average Variance Extracted (AVE)
Variabel |
Average Variance
Extracted (AVE) |
Keunggulan
Bersaing |
0.646 |
Kinerja
Bisnis |
0.632 |
Orientasi Kewirausahaan |
0.790 |
Orientasi
Pasar |
0.832 |
Sumber: Data Diolah, 2020
Hasil analisis pada tabel 6, menunjukan bahwa konstruk orientasi
kewirausahaan
memiliki nilai AVE sebesar 0,790, konstruk orientasi
pasar memiliki
nilai AVE sebesar 0.832, konstruk keunggulan bersaing memiliki nilai AVE 0,646, dan konstruk kinerja
bisnis memiliki
nilai AVE 0,632
yang berarti masing-masing konstruk telah memenuhi convergent validity yang baik.
3. Validitas Diskriminan (Discriminant Validity)
Discriminant validity dilakukan untuk memastikan bahwa setiap konsep dari
masing variabel laten berbeda dengan variabel lainnya. Model mempunyai discriminant validity yang baik jika
nilai kuadrat AVE masing-masing konstruk eksogen (nilai pada diagonal) melebihi
korelasi antara konstruk tersebut dengan konstruk lainnya (nilai di bawah
diagonal). Hasil pengujian discriminant validity diperoleh sebagai
berikut:
Tabel 7
Discriminant Validity
|
Keunggulan Bersaing |
Kinerja Bisnis |
Orientasi Kewirausahaan |
Orientasi Pasar |
Keunggulan
Bersaing |
0.804 |
|
|
|
Kinerja Bisnis |
0.803 |
0.795 |
|
|
Orientasi
Kewirausahaan |
0.598 |
0.548 |
0.889 |
|
Orientasi
Pasar |
0.670 |
0.642 |
0.603 |
0.912 |
Sumber: Data Diolah, 2020
Hasil uji discriminant
validity pada tabel 7,
menunjukkan bahwa konstruk orientasi kewirausahaan telah memiliki nilai akar kuadrat AVE sebesar 0,889, konstruk orientasi pasar
telah memiliki nilai akar
kuadrat AVE sebesar 0,912, konstruk keunggulan
bersaing telah
memiliki nilai akar kuadrat AVE sebesar 0,804, dan konstruk kinerja
bisnis telah
memiliki nilai akar kuadrat AVE sebesar 0,795. Seluruh konstruk telah memiliki nilai akar kuadrat
AVE di atas nilai korelasi dengan konstruk laten lainnya sehingga dapat
disimpulkan bahwa model telah memenuhi discriminant
validity yang baik.
4. Composite
Reliability dan Cronbach�s Alpha
Reliabilitas konstruk dapat dinilai dari nilai crombach�s alpha dan nilai Composite Reliability dari masing-masing
konstruk. Konstruk dikatakan memiliki reliaabilitas yang tinggi jika nilai crombach�s alpha melebihi 0,7 dan nilai composite reliability melebihi 0,7.
Nilai crombach�s alpha dan nilai composite reliability dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 8
Reliabilitas
Konstruk
Cronbach's Alpha |
Composite Reliability |
|
Keunggulan
Bersaing |
0.814 |
0.879 |
Kinerja
Bisnis |
0.805 |
0.873 |
Orientasi
Kewirausahaan |
0.866 |
0.918 |
Orientasi
Pasar |
0.900 |
0.937 |
Sumber: Data Diolah, 2020
Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada tabel 8. nilai cronbach�s
alpha konstruk orientasi kewirausahaan 0,866 > 0,7, nilai composite
reliability konstruk orientasi kewirausahaan 0,918 > 0,7.
Hal ini menunjukkan bahwa konstruk orientasi kewirausahaan telah memenuhi reliabilitas konstruk yang baik.
Nilai cronbach�s alpha konstruk orientasi
pasar 0,900 > 0,7, nilai composite
reliability konstruk orientasi pasar
0,937 > 0,7. Hal ini menunjukkan bahwa konstruk orientasi
pasar telah
memenuhi reliabilitas konstruk yang baik. Nilai cronbach�s alpha konstruk keunggulan bersaing 0,814 > 0,7, nilai composite
reliability konstruk keunggulan bersaing 0,879 > 0,7. Hal ini menunjukkan bahwa konstruk keunggulan
bersaing telah
memenuhi reliabilitas konstruk yang baik. Nilai cronbach�s alpha konstruk keunggulan bisnis 0,805 > 0,7, nilai composite
reliability konstruk kinerja bisnis 0,873 > 0,7. Hal ini menunjukkan bahwa konstruk kinerja
bisnis telah
memenuhi reliabilitas konstruk yang baik.
5.
Pengujian Model
Struktural (Inner Model)
a) Uji Goodness
Of Fit Model
Uji Goodness
Of Fit Model model PLS (Partial Least
Square) dapat dilihat dari nilai SMRM model. Model PLS dinyatakan telah
memenuhi kriteria goodness of fit model
jika nilai [�p;;SRMR < 0,10 dan model dinyatakan perfect fit jika nilai SRMR < 0,08.
Nilai SMRM dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9
Hasil Uji Goodness Of Fit Model
Saturated Model |
Estimated Model |
|
SRMR |
0,071 |
0,071 |
Sumber: Data Diolah, 2020
Hasil uji goodness
of fit model PLS (Partial Least
Square) pada tabel 4.4.
menunjukkan bahwa nilai SRMR model PLS (Partial
Least Square) adalah sebesar 0,071.
Oleh karena nilai SRMR model di bawah 0,10 maka model PLS (Partial Least Square) ini dinyatakan perfect fit, sehingga
layak digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.
b) Effect
Size (f2)
Dalam analisis PLS (Partial Least Square), nilai f2 menunjukkan
besar pengaruh parsial masing-masing variabel prediktor terhadap variabel
endogen. Nilai f2 yang diperoleh selanjutnya dapat dikategorikan
dalam kategori berpengaruh kecil (f2 = 0,02), menengah (f2
= 0,15) dan besar (f2 = 0,35). Berikut ini adalah nilai f2
masing-masing variabel eksogen terhadap variabel endogen:
Tabel 10
Nilai F Square
|
Keunggulan Bersaing |
Kinerja Bisnis |
Keunggulan Bersaing |
0.914 |
|
Orientasi
Kewirausahaan |
0.289 |
0.013 |
Orientasi
Pasar |
0.063 |
0.007 |
Sumber: Data Diolah, 2020
Berdasarkan tabel 4.10. diperoleh beberapa hasil
bahwa keunggulan bersaing sebesar 0,914 merupakan
variabel yang paling berpengaruh terhadap kinerja bisnis. Hasil orientasi kewirausahaan dengan
sebesar 0,013
dan orientasi pasar dengan
hasil sebesar 0,007 yang berarti
masing-masing variabel berpengaruh kecil terhadap kinerja bisnis.
c) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) dalam analisis
PLS (Partial Least Square)� menunjukkan besar pengaruh seluruh variabel
eksogen terhadap endogen. Nilai koefisien determinasi pada model dengan 1
variabel eksogen dilihat dari nilai R2 sedangkan untuk model dengan
lebih dari 1 variabel eksogen, koefisien determinasi dilihat dari nilai adjusted
RSquare.
Tabel 11
Hasil
Koefisien Determinasi
R Square |
Adjusted R Square |
|
Keunggulan Bersaing |
0.396 |
0.378 |
Kinerja Bisnis |
0.654 |
0.638 |
Sumber: Data Diolah, 2020
Berdasarkan hasil adjusted RSquare
pada tabel 4.6, menunjukkan bahwa
nilai adjusted RSquare dari variable keunggulan bisnis sebesar 0,638. Bahwa
perubahan variabel keunggulan bisnis dapat dijelaskan oleh orientasi kewirausahaan, orientasi pasar, dan keunggulan bersaing
sebesar 64%, sedangkan
sisanya sebanyak 36% dijelaskan
oleh variabel selain orientasi kewirausahaan, orientasi pasar, dan keunggulan bersaing. Selanjutnya menunjukkan bahwa perubahan variabel keunggulan bersaing dapat dijelaskan oleh orientasi kewirausahaan
dan orientasi pasar sebesar 38%,
sedangkan sisanya sebanyak 62%
dijelaskan oleh variabel selain orientasi kewirausahaan
dan orientasi pasar.
Hasil estimasi model sebagai acuan untuk menguji
hipotesis dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2
Hasil Estimasi Model PLS (Bootstrapping)
Sumber: Data Diolah, 2020
Sementara itu untuk hasil perhitungannya dapat
dilihat berdasarkan pengaruh langsung.
Tabel 12
Pengaruh
Langsung
|
Koefisien |
T |
P |
Keunggulan
Bersaing -> Kinerja Bisnis |
0.723 |
7.582 |
0.000 |
Orientasi
Kewirausahaan -> Keunggulan Bersaing |
0.484 |
4.833 |
0.000 |
Orientasi
Kewirausahaan -> Kinerja Bisnis |
0.087 |
0.867 |
0.387 |
Orientasi
Pasar -> Keunggulan Bersaing |
0.227 |
2.046 |
0.041 |
Orientasi
Pasar -> Kinerja Bisnis |
0.058 |
0.593 |
0.553 |
Sumber: Data Diolah, 2020
Berdasarkan pada tabel 12 dapat dilihat pengaruh dan signifikansi masing-masing variabel orientasi kewirausahaan, orientasi pasar, dan keunggulan bersaing dengan
melihat nilai koefisien parameter:
1.
Besarnya
koefisien parameter untuk variabel orientasi kewirausahaan sebesar 0,484 dan
nilai p values 0,000 terhadap keunggulan bersaing.
Sehingga dapat diketahui bahwa variabel orientasi kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keunggulan bersaing
pada
restoran dan rumah makan di Kabupaten Kendal. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin baik nilai � nilai
orientasi kewirausahaan maka semakin tinggi
keunggulan bersaing perusahaan. Hal ini mendukung hipotesis 1 dalam penelitian ini sehingga hipotesis
1 diterima.
2.
Besarnya
koefisien parameter untuk variabel orientasi pasar sebesar
0,227 dan
nilai p values 0,041 terhadap keunggulan bersaing.
Sehingga dapat diketahui bahwa variabel orientasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap keunggulan bersaing
pada restoran
dan rumah makan di Kabupaten Kendal.
Hal ini menunjukkan bahwa suatu perusahaan dengan meningkatkan orientasi pasar maka akan semakin tinggi
keunggulan bersaing. Hal ini mendukung hipotesa
2 dalam penelitian ini sehingga hipotesa
2 diterima.
3.
Besarnya
koefisien parameter untuk variabel orientasi kewirausahaan sebesar 0,087 dan
nilai p values 0, 387 terhadap kinerja bisnis.
Sehingga dapat diketahui bahwa variabel orientasi kewirausahaan
tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja bisnis
pada restoran
dan rumah makan di Kabupaten Kendal.
Hal ini menunjukkan bahwa orientasi kewirausahaan tidak memiliki dampak yang menimbulkan perubahan terhadap kinerja bisnis sehingga hipotesa 3 ditolak.
4.
Besarnya
koefisien parameter untuk variabel orientasi pasar sebesar
0,058 dan
nilai p values 0,553
terhadap keunggulan bisnis.
Sehingga dapat diketahui bahwa variabel orientasi pasar tidak berpengaruh
signifikan terhadap keunggulan bisnis pada restoran dan rumah makan di Kabupaten Kendal. Hal ini
menunjukkan orientasi pasar
tidak memiliki dampak yang menimbulkan perubahan terhadap kinerja bisnis sehingga hipotesa 4 ditolak.
5.
Besarnya
koefisien parameter untuk variabel keunggulan bersaing
sebesar 0,723 dan nilai p
values 0,000 terhadap kinerja bisnis.
Sehingga dapat diketahui bahwa variabel keunggulan bersaing
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis pada restoran dan rumah makan di Kabupaten Kendal. Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesa 5 diterima.
B.
Pembahasan
Kewirausahaan ini biasanya dilakukan oleh seseorang ataupun suatu kelompok
yang terorganisir. Kewirausahaan
biasanya dianggap sebagai pandangan dalam menciptakan pembaruan pada kinerja perusahaan. Orientasi kewirausahaan yang tinggi berfungsi untuk mengukur risiko secara optimal. Orientasi kewirausahaan yang dilakukan oleh restoran dan rumah makan mampu menciptakan inovasi sehingga dapat membuat produk/
barang/ jasa yang menarik/ unik dibanding
dengan pesaing perusahaan tersebut. Sifat proaktif untuk mencari pasar berguna untuk mendapatkan pasar yang lebih luas ditengah
persaingan yang semakin kompetitif. Hal tersebut didukung dengan penelitian Yulianto dan Kusumadmo
(2012) yang meneliti tentang
pengaruh orientasiͺkewirausahaan, kemampuan belajar, inovasi organisasi, pasar, dan fokus keunggulan bersaing berkelanjutan dimana hasil orientasi
kewirausahaan berpengaruh positif terhadap keunggulan bersaing.
Orientasi Pasar adalah proses
dari terciptanya superior
value (nilai
lebih) yang memberikan
dan menghasilkan informasi
pasar bagi konsumen (Bagas Prakosa, 2005:40). �Hasil
ini sesuai dengan
penelitian dari (Narver &
Slater, 1990), prinsip dasar dari orientasi pasar
adalah bahwa setiap orang di rumah makan dan restoran harus dapat menyumbangkan keterampilan
dan pengetahuan agar tercipta nilai yang lebih baik bagi pelanggan. (Porter,
1985) menyatakan bahwa orientasi pasar
diperlukan untuk menciptakan keunggulan bersaing yang berkelanjutan.
Kaya (2015) menyatakan bahwa perusahaan yang mampu membawa budaya kewirausahaan pada iklim usaha dengan persaingan
yang ketat akan menunjukkan performa yang lebih baik. Tetapi orientasi kewirausahaan harus dapat disesuaikan
dalam kondisi bisnis yang penuh ketidakpastian, karena apabila hal itu
tidak dapat dilakukan maka budaya kewirausahaan tidak memiliki dampak pada perubahan kinerja bisnis pada restoran dan rumah makan, sehingga diperlukan pemahaman pada kondisi persaingan usaha yang semakin kompetitif.
Budaya organisasi yang efektif menciptakan perilaku sebagai nilai unggul bagi
pembeli sehingga dalam bisnis tercipta
kinerja unggul berkelanjutan disebut orientasi pasar (Narver &
Slater, 1990);
(Kaynak, E.
dan Kara, 2004).
Nilai superior bagi pelanggan
akan tercipta oleh perusahaan yang berorientasi
pasar (Reed, Lemak, & Mero, 2000),
selanjutnya mengarah pada kinerja organisasi yang lebih baik. Sehingga
penanggung jawab harus memiliki orientasi pasar dengan memahami persaingan dari pasar yang dituju dengan melakukan segmenting,
targeting dan positioning sehingga berdampak pada keunggulan bisnis. Apabila pihak manajemen tidak mampu melakukannya
maka berdampak pada keunggulan bisnis dari restoran dan rumah makan di Kabupaten Kendal.
Oleh karena itu, mengkombinasikan
dimensi-dimensi pada orientasi
kewirausahaan terhadap
proses pada organisasi dapat
berkontribusi dalam meningkatkan performa bisnis dan menambah keunggulan yang dimiliki perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis (Buli, 2017).
Kesimpulan
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebanyak
lima hipotesis. Kesimpulan dari lima hipotesis tersebut adalah sebagai berikut: 1). Bahwa
orientasi kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keunggulan bersaing
pada
restoran dan rumah makan di Kabupaten Kendal.
Sehingga hipotesis 1 diterima, artinya bahwa orientasi kewirausahaan
yang telah dilakukan oleh restoran dan rumah makan yang mengacu pada aktivitas, proses, dan praktek pembuatan keputusan yang mendorong pendatang baru., sehingga berdampak pada
semakin meningkatnya keunggulan bersaing dari restoran
dan rumah makan di Kabupaten Kendal. 2). Bahwa orientasi pasar
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keunggulan bersaing
pada
restoran dan rumah makan di Kabupaten Kendal.� Sehingga hipotesis 2 diterima,
artinya bahwa proses
dari terciptanya superior
value (nilai
lebih) yang memberikan
dan menghasilkan informasi
pasar bagi konsumen rumah makan dan restoran agar tercipta nilai yang lebih baik bagi pelanggan., sehingga berdampak pada peningkatan keunggulan bersaing. 3). Bahwa
orientasi kewirausahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja bisnis
pada
restoran dan rumah makan di kabupaten Kendal.
Sehingga hipotesis 3 ditolak, artinya bahwa orientasi kewirausahaan yang telah dilakukan oleh
pihak manajemen restoran
dan rumah makan
tidak berdampak pada kinerja bisnis restoran dan rumah makan di Kabupaten Kendal. 4). Bahwa
orientasi pasar
tidak berpengaruh
positif signifikan terhadap kinerja bisnis pada restoran dan rumah makan di Kabupaten Kendal. Sehingga hipotesis 4 ditolak,
artinya bahwa pihak manajemen tidak mampu melakukan
tentang prinsip dari orientasi pasar maka berdampak pada kinerja bisnis dari restoran dan rumah makan di Kabupaten Kendal. 5). Bahwa
keunggulan bersaing
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keunggulan bisnis pada restoran dan rumah makan di Kabupaten Kendal. Sehingga hipotesis 5
diterima, artinya bahwa keunggulan bersaing merupakan inti dari kinerja pemasaran untuk memenangkan persaingan dengan kompetitor yang ada oleh pihak
restoran dan rumah makan maka akan
berdampak pada peningkatan dari kinerja bisnisnya.
Al-Mamary,
Yaser Hasan, Alwaheeb, Mohammed A., Alshammari, Naif Ghazi M., Abdulrab,
Mohammed, Balhareth, Hamad, & Soltane, Hela Ben. (2020). The effect of
entrepreneurial orientation on financial and non-financial performance in Saudi
SMES: a review. Journal of Critical Reviews, 7(14), 270�278. Google Scholar
Buli, Bereket Mamo. (2017). Entrepreneurial orientation, market
orientation and performance of SMEs in the manufacturing industry: Evidence
from Ethiopian enterprises. Management Research Review. Google Scholar
Frishammar, Johan, & �ke H�rte, Sven. (2007). The role of market
orientation and entrepreneurial orientation for new product development
performance in manufacturing firms. Technology Analysis & Strategic
Management, 19(6), 765�788. Google Scholar
Ghozali, Imam, & Latan, Hengky. (2015). Partial Least Squares, konsep,
teknik dan aplikasi menggunakan program Smartpls 3.0 untuk penelitian empiris. Semarang:
Badan Penerbit UNDIP.
Kaynak, E. dan Kara, A. (2004). Market orientation and organizational
performance: A comparison of industrial versus consumer companies in mainland
China using market orientation scale (MARKOR). Industrial Marketing
Management, 33(8), 743�753. Google Scholar
Mahmood, Rosli, & Hanafi, Norshafizah. (2013). Entrepreneurial
orientation and business performance of women-owned small and medium
enterprises in Malaysia: Competitive advantage as a mediator. International
Journal of Business and Social Science (IJBSS), 4(1), 82�90. Google Scholar
Narver, John C., & Slater, Stanley F. (1990). The effect of a market
orientation on business profitability. Journal of Marketing, 54(4),
20�35. Google Scholar
Porter, M. E. (1985). Competitive Advantage: Creating and Sustaining
Superior Performance. New York: The Free Press. 557 p. Google Scholar
Reed, Richard, Lemak, David J., & Mero, Neal P. (2000). Total quality
management and sustainable competitive advantage. Journal of Quality
Management, 5(1), 5�26. Google Scholar
Strandskov, Jesper. (2006). Sources of competitive advantages and business
performance. Journal of Business Economics and Management, 7(3),
119�129. Google Scholar
Urban, Boris, & Mothusiwa, Moshe. (2014). Planning flexibility and
entrepreneurial orientation: a focus on SME performance and the influence of
environmental perceptions. Management Dynamics: Journal of the Southern
African Institute for Management Scientists, 23(1), 58�73. Google Scholar
Copyright
holder: Rita
Madiastuty (2022) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is
licensed under: |