Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 4, April 2022
ADAPTASI BANGUNAN APUNG DI KAMPUNG MELAYU TERHADAP
ANCAMAN BANJIR
Mochammad Suva Nugraha
Institut Teknologi Garut, Jawa Barat, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Banjir melanda
Jakarta setiap tahunnya, beberapa daerah mengalami banjir yang cukup mengkhawatirkan. Kampung Melayu sering terdampak
banjir tahunan Jakarta. Letaknya yang bersandingan dengan Sungai Ciliwung membuat Kampung Melayu terendam ketika Sungai Ciliwung menguap. Padatnya pemukiman dan kurangnya tempat pengungsian yang tidak berbanding lurus dengan jumlah masyarakat
di Kampung Melayu menjadi masalah seperti aktifitas keseharian terganggu dan terjadi kerugian materi bahkan kerugian jiwa. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendapatkan deskripsi tentang adaptasi permukiman di lokasi studi dan deskripsi tipologi bangunan yang adaptif di kawasan studi.Sumber data yang akan digunakan diperoleh melalui data sekunder melalui hasil kompilasi data yan telah dibuat
atau yang telah ada sebelumnya.Penilitian ini menghasilkan sebuah deskripsi tentang adaptasi bangunan yang dapat diterapkan masyarakat yang tinggal di pemukiman Kampung Melayu yaitu bangunan
apung.
Kata kunci: adaptasi, apung, bangunan, banjir, jakarta
Abstract
Floods hit Jakarta every year, some areas experience worrying flooding.
Kampung Melayu is often Jakarta's annual flood. Its
location adjacent to the Ciliwung River makes Kampung
Melayu submerged when the Ciliwung
River evaporates. Density of settlements and the lack of refugee camps that are
not proportional to the number of people in Kampung Melayu
are problems such as disrupted daily life and material losses and even loss of
life. The purpose of this study is to obtain a description of the utilization
at the study site and a description of the typology of buildings that adapt in
the study area. The data source to be used is through secondary data through
the results of data compilations that have been made or that have existed
before. This research produces a description of the adaptation of buildings
that can be applied to people who live in Kampung Melayu
settlements, namely floating buildings.
Keywords: adaptation, buildin, floating, floods, jakarta
Pendahuluan
Kampung Melayu
merupakan salah satu kawasan rawan banjir
di Jakarta Timur. Setiap tahun
kampung ini terendam oleh banjir hingga setinggi
dua meter. Letaknya yang berbatasan langsung dengan Sungai Ciliwung membuat kondisi Kampung Melayu terkesan kumuh pasca banjir.
Sungai Ciliwung merupakan
salah satu sungai terbesar yang bermuara di Jakarta.
Tingginya intensitas curah hujan saat
musim penghujan membuat Sungai Ciliwung setiap tahun meluap.
Berdasarkan data mengenai
bencana alam di Indonesia
pada awal tahun 2021, banjir menduduki peringkat pertama dengan angka 33 (Tiga puluh tiga)
kejadian. Sedangkan menurut data BNPB dan BPBD tanggal
1 Januari 2020, lokasi banjir
terparah di Jakarta ada di daerah Jakarta Selatan, dengan 39
titik banjir dan Jakarta
Timur, dengan 13 titik banjir. Salah satunya Kampung Melayu.
1
Kampung Melayu
Terendam Banjir Selama Dua Hari
Sumber : Google,
2019
Oleh karena
banjir di Jakarta yang tidak
dapat dihindari, penataan kawasan rawan banjir di Kampung Melayu dengan prinsip
bangunan yang perlu diterapkan yakni prnsip bangunan yang tidak melawam banjir
dan mampu hidup berdampingan dengan banjir. Kebutuhan infrastruktur bangunan di wilayah
banjir, membutuhkan suatu inovasi bangunan
yang mampu beradaptasi terhadap banjir. Salah satu solusi untuk
memecahkan masalah ini adalah dengan
penggunaan bangunan apung (floating building) yang mampu
beradaptasi dengan kenaikan air sungai.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan
untuk penataan kawasan rawan banjir
dengan konsep bangunan apung di Kampung Melayu Jakarta berupa pengumpulam data sekunder yaitu data yang diperoleh dari buku, jurnal,
thesis, e-book. Dokumen yang digunakan pada penelitian ini berupa hasil
dokumentasi. Kemudian
data-data yang didapatkan diolah
dan dianalisis dengan metode deskriptif. Hasil analisis akan diinterpretasikan
dan disimpulkan.
Hasil dan Pembahasan
Bangunan apung
merupakan bangunan yang menggunakan struktur apung atau pondasi
apung sebagai tumpuannya untuk dapat mengapung di atas air. Struktur apung merupakan bangunan yang dibangunn diatas permukaan air dengan memanfaatkan platform apung sebagai pengganti
pondasi sehingga mampu menahan bangunan
diatasnya. Jenis pondasi apung dipilih berdasarjan
beberapa hal, diantaranya adalah faktor lingkungan tempat didirikannya suatu bangunan. Bangunan apung (floating
building) merupakan konstruksi
bangunan dimana bangunan tersebut didirikan diatas air dan mengapung, daya apung tersebut didapatkan dengan pemakaian sistem pondasi apung, sehingga system pondasi tersebut mampu menahan konstruksi yang ada di atasnya dan dapat mengalami pergerakan naik turun sesuai ketinggian (level) muka air.
Menurut Cahya,
2017, struktur apung merupakan konsep struktur sebagai pengganti tanah dalam pembangunan suatu bangunan konstruksi, selain menjadi alternatif prearrangement
wilayah disamping reklamasi,
karena strukturnya mampu mengapung diatas air. Hunian apung merupakan penemuan yang unik sehingga manusia dapat hidup di atas platform yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mengapung dan tidak 8 adanya rasa cemas akan tenggelam. Sedangkan menurut Watanabe, 2004,
struktur apung adalah inovasi yang dikembangkan untuk menghadapi persoalan terbatasnya lahan dan banjir. Struktur apung merupakan salah satu jenis konstruksi
yang dirancang dengan sistem terapung sehingga tidak berhubungan langsung dengan dasar perairan
sehingga konstruksi tersebut dapat dikategorikan sebagai konstruksi tahan gempa. Prinsip dasar yang dipakai untuk melakukan analisa terhadap konstruksi apung adalah struktur terapung (floating structure) yaitu
merupakan suatu struktur yang fleksibel dan elastis.
Dalam konsep
struktur terapung ini, secara umum
terdapat perbedaan yang
sangat mendasar dibandingkan
proses pembangunan struktur
bangunan di darat. Struktur bangunan darat, proses pembangunannya sejak tahap awal
hingga akhir dlakukan di tempat yang sama. Sebaliknya, struktur terapung, apapun jenisnya dibangun atau difabrikasi
di tempat yang berbeda dengan di tempat instalasinya (knock-down). Perbedaan
kondisi inilah yang menyebabkan perbedaan proses pembangunan dan teknologi yang diperlukan dalam aplikasinya.
Gambar
2
�Peta Lokasi Tapak Kampung
Melayu
Sumber : Diolah dari Google Earth, 2022
Lokasi tapak
yang berada di Kelurahan
Kampung Melayu, Jatinegara,
Jakarta Timur memiliki luas
lahan 30 hektar.
Strategi desain
Strategi desain
yang mampu beradaptasi dengan banjir salah satunya yakni menggunakan
drum pengapung dan kolom carbon
fibre yang ringan serta tahan terhdap
air yang memungkinkan bangunan
untuk mengapung namun tidak berpindah
ketika banjir. Drum plastik adalah alat apung yang elastis lebih murah
dan lebih mudah dalam pemasangannya, yaitu dengan cara
disambung menggunakan baut ke balok
atau kolom carbon fibre. Semua dru plastic diapit dengan balok agar semua drum plastik Bersatu dan rapat seperti Gambar 3 di bawah ini :
Gambar
3
Struktur Pondasi Bangunan Apung
Sumber : Analisa Penulis, 2022
Struktur bangunan
apung terdiri dari beberapa komponen
bangunan yang disusun menjadi satu kesatuan
struktur yang terdiri dari pondasi (platform), sloof, kolom, dinding
ringbalok, kuda-kuda dan
atap. Pada dasarnya struktur
apung dapat dibagi dalam tiga
jenis struktur pondasi, yaitu struktur pondasi menggunakan material drum plastic, bambu,
Pipa PVC, dan Styrofoam. Dan struktur bangunan apung dikelompokkan menjadi 2 bagian seperti bangunan muka tanah
(landed building), yakni struktur
bawah (platform) dan sloof,
serta struktur atas (Upperstructure) terdiri dari kolom,
balo, dinding, rangka atap.
Struktur sloof
pada bangunan apung berfungsi untuk menyatukan dinding dan kolom dengan pondasi
apung.
Gambar
4
Bangunan Ketika Banjir
Sumber : Analisa Penulis, 2022
Gambar
5
�Bangunan Ketika Kering
Sumber : Analisa Penulis, 2022
Platform
apung sebagai material penggganti struktur pondasi yang digunakan sebagai media untuk menopang bangunan yang mengapung di atas air. Platform
seperti ini untuk mengantisipasi pasang surut air sungai, sehingga posisi bangunan dapat mengikuti elevasi permukaan air. Sistem bangunan apung ini dapat dipalikasikan
untuk fungsi bangunan rumah tinggal, restoran, resort, dan berbagai macam fungsi bangunan lainnya.
Kesimpulan
Masalah banjir
yang terjadi di Jakarta tidak
akan pernah usai, terutama di Kampung Melayu. Oleh sebab itu, bangunan di wilayah yang rawan banjir harus
mampu beradaptasi dengan keadaan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk
berinovasi dengan system atau prinsip bangunan
apung, yang mana bangunan
di kawasan rawan banjir tidak perlu
melawan banjir namun mampu hidup
berdampingan dengan banjir dan dapat berfungsi secara optimal bagi masyarakat.
S. B. Pribadi
(2011) Sistem Konstruksi
Bangunan Sederhana Pada Perbaikan Rumah Warga di Derah
Rob (Studi Kasus: Kelurahan
Kemijen, Semarang Timur), Semarang Timur.
H. Halim (2013), Structure
System of Floating House at Tempe Lake in South Sulawesi, J. Permukim., Sulawesi.
H. P. Adi (2020), Stabilitas Struktur dan
Sistem Sambungan Pada
Platform Rumah Apung dengan
Bahan Expanded Polystyrene / Styrofoam, J. Planol.
S. I. Adi, Henny Pratiwi, Wahyudi (2020), Decision
Support System for Selecting Type of Moveable Dam Gate to Handle Tidal Flood
Issued (A Case Study in The Parid River, Cilacap.
H. P. Wahyudi,
S. L., Adi (2020), Expectation of Floating Building in Java Indonesia, Case
Study in Semarang City, in Paving The Waves, 2nd
World Conference on Floating Solutions 2020.
������������������������������������������������
Copyright holder: Mochammad Suva Nugraha (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |