Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 4, April 2022

 

PENGARUH INDEKS NIKKEI 225, INFLASI, KURS USD/IDR DAN BI RATE TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN PADA BURSA EFEK INDONESIA PERIODE JULI 2016 � JUNI 2021

 

Fenny Ambarwati, Rusdi Hidayat Nugroho

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Administrasi Bisnis Universitas Veteran Jawa Timur, Indonesia

�Email: [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Perkembangan teknologi dan informasi mengharuskan individu ataupun perusahaan bisa menjalankan pengelolaan dana secara tepat baik melalui investasi. Investasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti indeks dan faktor makro ekonomi. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh Indeks Nikkei 225, Inflasi, Kurs USD/IDR, B.I Rate terhadap harga Saham Gabungan di BEI secara simultan ataupun parsial. Penelitian menggunakan data sekunder meliputi rangkuman informasi seperti laporan bulanan yang diperoleh untuk membantu proses penelitian. Obyek penelitian yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Populasi dalam penelitian berjumlah 60 data. Teknik analisis yang digunakan yaitu Teknik analisis linier berganda dan uji hipotesis menggunakan Uji t dan uji F. Hasil yang diperoleh yaitu Indeks Nikkei 225 (X1), Inflasi (X2), Kurs USD/IDR (X3) dan BI Rate (X4) berpengruh signifikan terhadap IHSG yang terdaftar di BEI Periode Juli 2016 � Juni 2021. Secara Parsial Indeks Nikkei 225 (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG, Inflasi (X2) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap IHSG, Kurs USD/IDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG dan BI Rate (X4) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Juli 2016 � Juni 2021.

 

Kata kunci: Indeks Nikkei 225; Inflasi, Kurs USD/IDR; BI Rate; Indeks Harga Saham Gabungan

 

Abstract

The development of technology and information requires individuals or companies to be able to carry out proper fund management either through investment. Investment is influenced by several factors such as index and macroeconomic factors. The purpose of the study was to determine the effect of the Nikkei 225 Index, Inflation, USD/IDR Exchange Rate, B.I Rate on Indonesia Composite Index on the IDX simultaneously or partially. Research using secondary data includes summary information such as monthly reports obtained to assist the research process. The object of research is the Indonesia Composite Index. The population in the study amounted to 60 data. The analysis technique used is multiple linear analysis technique and hypothesis testing using t test and F test. The results obtained are the Nikkei 225 Index (X1), Inflation (X2), USD/IDR Exchange Rate (X3) and BI Rate (X4) have a significant effect on the Indonesia Composite Index listed on the IDX for the period June 2016 � July 2021. Partially, the Nikkei 225 Index (X1) has a positive and significant effect on the Indonesia Composite Index, Inflation (X2) has a positive and insignificant effect on the Indonesia Composite Index, the USD/IDR exchange rate has a negative and significant effect on the Indonesia Composite Index and the BI Rate (X4) has a positive and significant effect on the Indonesia Composite Index listed on the Indonesia Stock Exchange for the period July 2016 � June 2021.

 

Keywords: Indeks Nikkei 225, Inflation, USD/IDR Exchange Rate, BI Rate and
������������ ������Indonesia Stock Exchange.

 

Pendahuluan

Perkembangan yang terjadi pada teknologi dan informasi terjadi dengan sangat cepat dan pesat. Perkembangan teknologi dan informasi juga mempengaruhi sejumlah sector baik sosial, politik, ekonomi, budaya serta Pendidikan. Dalam dunia bisnis juga mengalami peningkatan. Perkembangan teknologi dan informasi mengharuskan individu ataupun perusahaan bisa menjalankan pengelolaan dana secara tepat. Pengelolaan dana secara cepar yakni disa dijalankan melalui investasi.

Kegiatan ekonomi sekarang tidak sekedar menjual � membeli barang ataupun jasa, akan tetapi sejumlah surat berharga yang dimiliki oleh suatu perusahaan dimana sudah Go Public yang disebut dengan pasar modal. Pasar modal bisa dibentuk ke dalam suatu artian sebagai pasar atau sarana atau tempat untuk melangsungkan transaksi sekuritas dimana biasanya mempunyai waktu jangka panjang misalnya saham, obligasi dan reksa dana. Di Indonesia ada bursa efek yang biasanya disebut dengan Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia menjual sejumlah instrument yakni diantaranya ialah saham. Harga saham yang ditawarkan sangatlah flukuatif yang mendapatkan imbas pengaruh dari sejumlah faktor. Naik dan turunnya harga saham tersebut membuat investor untuk terus melihat dan memantau kondisi di pasar modal. Indeks Harga Saham Gabungan seringkali dipergunakan oleh investor sebagai petokan atau acuan Ketika bertransaksi di pasar modal.

Indeks Harga Saham Gabungan memperlihatkan pergabungan harga saham emiten dimana berada pada Bursa Efek Indonesia dan dijadikan sebagai indicator pasar modal di Indonesia didalam sebuah Indeks (Nundini & Lastanti, 2014; Setiawan & Mulyani, 2020). Diketahui apabila IHSG menunjukkan peningkatan, maka ekonomi Indonesia sedang mengalami peningkatan, begitu juga apabila IHSG tengah menurun maka ekonomi Indonesia tengah mengalami masa sulit. IHSG juga mendapatkan imbas pengaruh dari sejumlah faktor yakni faktor nasional (Makroekonomi) serta faktor global. Salah satu contoh faktor global yakni indeks harga saham luar negeri atau bursa efek luar negeri. Terdapat beberapa contoh bursa efek luar negi yaitu bursa efek Jepang, bursa Amerika, Bursa China, Bursa Inggris dan sebagainya.

Indeks luar negeri yang menjadi patokan adalan Indeks Nikkei 225 yang berasar dari bursa efek Tokyo (Tokyo Srock Exchange-TSE). Dikutip dari laman www.cnbcindonesia.com saat ini Indeks Nikkei 225 terdaftar pada 5 Bursa saham dengan kapitalisasi paling besar di dunia. Indeks Nikkei 225 menempati urutan ke � 3 dengan total kapitalisasi sebesar US$ 6,5 Trilliun. Hal tersebut menandakan bahwa Bursa Efek Indonesia juga dapat maju dan berkembang. Tercatatpada kuartal III Perekonomian jepang mengalami peningkatan sebesar 22,9% daripada kuartal II yakni sebesar 7,8%.

Beberapa Indeks merupakan sejumlah faktor global yang bisa memberikan suatu pengaruh terhadap pergerakan IHSG. Inflasi merupakan salah satu faktor makro ekonomi di mana bisa mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Inflasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan dari peningkatan sejumlah harga yang terjadi secara kontinu dimana peningkatan harga tersebut berdampak pada penurunan harga barang yang lain. Menurut (Sudirman, 2015) penurunan dimana timbul dalam indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dikarenakan oleh menurunnya permintaan pada setiap jenis saham yang ada.

Tingkat inflasi yang terjadi pada setiap tahunnya juga berdampak pada kurs yang terjadi pada suatu negara yang selalu berubah � ubah. Kurs atau nilai tukar mata uang menjadi sebuah persoalan penting bagi perekonomian negara, nilai tukar yang semakin baik menandakan mata uang memiliki nilai tukar yang tinggi. Macam � macam system penetapan nilai tukar antara lain sistem nilai tukar tetap/stabil (Fixed exchange rate system), sistem nilai tukar mengambang (Floating exchange rate system), sistem nilai tukar terkait (pegged exchange rate system).

Kurs atau nilai mata uang ialah penilaiaan yang menunjukkan harga mata uang sebuah negara jika dilakukan penukaran kepada mata uang negara lainnya. Meningkatnnya biaya impor bahan baku dan perlatan mengakibatkan terjadinya penurunan terhadap nilai tukar rupiah kepada mata uang asing dimana menyebabkan timbulnya peningkatan biaya produksi yang dibutuhkan.

Selain Inflasi dan nilai rukar rupiah dimana bisa mengakibatkan timbulnya suatu imbas pengaruh kepada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang termasuk ke dalam variabel makro ekonomi yaitu suku bunga bank di Indonesia. Suku Bunga Bank di Indonesia atau disebut sebagai B.I Rate ialah suatu kebijakan Bank Indonesia untuk membentuk suatu ketentuan terhadap nilai besaran suku bunga dimana akan dijadikan sebagai acuan dalam menetapkan bunga di bank Indonesia. Menurut (Adanti, 2017) apabila nilai suku bunga mengalami peningkatan, maka investor akan melakukan penarikan terhadap saham yang dimilikinya dan melakukan pemindahan terhadap dananya ke tabungan, bertolak belakang dengan hal tersebut jika terjadi penurunan dalam hal suku bunga turun tentnya investor akan melakukan penyimpanan terhadap dana yang dimilikinya di instrument pasar modal atau saham.

Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui pengaruh Indeks Nikkei 225, Inflasi, Kurs USD/IDR, B.I Rate terhadap harga Saham Gabungan di Bursa Efek Gabungan Periode Juli 2016 � Juni 2021.

 

 

 

Metode Penelitian

Pada riset ini, variabel dikelompokkan menjadi 2 (dua) yakni Variabel dependen dan Independen. Variabel dependen atau yang disebut dengan variabel terikat (Y) dapat didefinisikan sebagai variabel yang dapat di pengaruhi oleh variabel lain (Variabel Bebas X). dalam penelitian ini Variabel dependen (Y) yang digunakan yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), akan tetapi variabel independent (X) pada riset ini tersusun dari Indeks Nikkei 225, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan suku bunga (B.I Rate).

Populasi yang dipergunakan pada riset ini yakni seluruh aktivitas pergerakan Indeks Nikkei 225, Inflasi, Kurs, B.I Rate dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Periode Juli 2016 � Juni 2021. Penentuan terhadap sampel pada riset ini yaitu dengan mempergunakan sampel jenuh yakni teknik dalam menentukan sampel yang mana seluruh anggota pada suatu populasi dipergunakan sebagai sampel. Peneliti memilih untk mengambil data secara bulanan diawali dari Juli 2016 sampai dengan Juni 2021 yang mana jumlah sampel (n) yang diperoleh dalam periode penelitian yaitu sejumlah 60 sampel.

Jenis data yang digunakan yaitu data kuantitatif. Data kuantitatif mempunyai karakteristik yang bisa dilagnsungkan penganalisisan melalui upaya ataupun Teknik statistik. Sumber data pada penggunaannya data sekunder. Data sekunder merupakan data yang yang tidak diberikan langsung kepada penghimpun data. Data sekunder dapat diberikan lewat individu lain (perantara) atau dapat lewat dokumen. Data sekunder dapat berwujud bikti, catatan atau laporan historis dimana sudah dilakukan penyusunannya ke dalam arsip dimana telah di publikasi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dihimpun menggunakan website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id, Indeks Nikkei 225 dikumpulkan melalui website resmi yaitu www.investing.com, Inflasi dan B.I Rate dikumpulkan melaui website resmi yakni www.bi.go.id. Kurs dikumpulkan dengan website resmi yakni www.kemendag.go.id

Teknik untuk menghimpun data yang digunakan yakni melalui penghimpunan data online melalui jurnal � jurnal serta website yang dapat dipertanggungjawabkan. Data yang dikumpulkan yaitu data pencapaian penutupan indeks Nikkei 225, Inflasi, Kurs, B.I Rate dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan periode Juli 2016 � Juni 2021.

Asumsi klasik yakni sebagai pengukur tingkat nilai variabel guna menginterpretasikan analisis regresi linier berganda dan dengan melakukan pendeteksian terdapat ataupun tidak uji multikolinieritas, heterokedastisitas, autokorelasi dan normalitas pada hasil perkiraan. Hal ini dikarenakan jika dijumpainya penyimpangan kepada asumsi klasik tersebut, Uji F dan Uji T yang dijalankan menjadi tidak Valid. Tujuan utama dalam penerapan uji asumsi klasik yaitu guna memperoleh koefisien regresi yang paling baik linier dan tidak bisa.

 

 

 

Hasil dan Pembahasan

Hasil Penelitian

1.     Uji asumsi klasik

Uji multikolinieritas


Dalam pengujian ini identitas secara ststistik ataupun tidak gejala multikolonieritas bisa dijalankan dengan melakukan perhitungan terhadap vanriance inflation factor (vif). Yang mana dipaparkan pada tabel berikut :

Tabel 1 Hasil Uji Multikolinieritas

Sumber : data olahan peneliti, 2022, spss 25

Data diatas memperlihatkan bahwa hasil yang didapatkan melalui uji multikolinieritas dengan VIF didapatkan hasil nilai VIF bagi variabel Indeks Nikkei 225 (X1), Inflasi (X2), Kurs USD/IDR (X3) dan BI Rate (X4) tidak ada yang lebih besar dari 10, yang mana bisa dibentuk ke dalam suatu simpulan bahwa model regresi ini tidak dijumpainya atau timbul gejala multikolinraritas.

 

Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas memiliki tujuan ketika menjalankan pengujian apakah model regresi terjadi kesenjangan variance dari residual satu observasi menuju observasi lainnya. Pada regeresi linier nilai residual tidak diperkenankan memiliki keterkaitan terhadap variabel bebas (independent). Untuk dapat mengetahui terdapatnya heterokedastisitas dijalankan melalui peninjauan terhadap grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat terhadap residual yang terdapat di dalamnya.

 

 

Gambar 1

Hasil Uji Heterokedastisitas

Sumber : data olahan peneliti, 2022, spss 25

Berdasarkan gambar diatas tampak penyebaran sejumlah titik terjadi secara acak dan juga penyebarannya berada baik di atas maupun di bawah angka 0 sumbu Y. persoalan itu bisa diartikan bahwasannya tidak timbul heterokedastisitas dalam model regresi dimana hendak dipergunakan pada pengujian hipotesis.

Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi hendak mewujudkan tujuan yakni mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier dijumpainya korelasi antara kekeliruan pada periode t kepada kekeliruan pada periode t-1 (sebelumnya). Guna mengetahui terdapat atau tidak autokorelasi pada riset ini diterapkan uji Durbin-Watson (DW Test). Pengujian autokorelasi tampak pada angka Durbin-Watson dalam tabel 4.7 di bawah :

 

Tabel 2

Hasil Uji Autokorelasi

Sumber : Data Olahan Peneliti, 2022, Spss 25

Berdasarkan kepada Tabel 4.7 tersebut menampilkan bahwa angka Durbin-Watson ialah 1.127. berpedoman kepada teori yang dipaparkan oleh Santoso (2018 : 55) dalam menentukan Durbin Watson diperoleh hasil -2 < 1.127 < 2, tentunya bisa dibentuk ke dalam suatu simpulan bahwa tidak timbul autokorelasi dalam data yang terdapat pada riset ini.

 

 

Uji Normalitas

Dalam uji normalitas hendak mewujudkan tujuan yakni dapat mengetahui apakah model regresi variabel dependen dan variabel independent kedua variabel tersebut memiliki distribusi normal ataupun hampir normal. Uji normalitas tampak dengan grafik normal P-P Plot, yang mana jika penyebaran dari sejumlah titik terjadi disekitar garis diagonal, tentunya data tersebut bisa dinilai normal. Grafik normal P-P plot normalitas data tampak berikut :

Gambar 2

Hasil Uji Normalitas

Sumber : Data Olahan Peneliti, 2022, Spss 25

Berdasarkan kepada Gambar diatas tampak penyebaran dari sejumlah titik terjadi di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal. Hal tersebut bisa dibentuk ke dalam suatu kesimpulan bahwa data yang didapatkan dalam riset ini mempunyai nilai distribusi yang normal.

2.     Analisis Linier Berganda

Analisis linier berganda memperoleh informasi terakit pengaruh variabel independent kepada variabel dependen dapat diterapkan analisis regresi linier berganda yang tampak dalam tabel dibawah ini :

Tabel 3

Analisis Linier Berganda

Sumber : Data Olahan Peneliti, 2022, SPSS 25

 

berdasarkan kepada tabel diatas, maka diperoleh persamaan regresi linier berganda di bawah :

Y ���������� =� b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

IHSG����� = 12.417 + 0.777 X1 + 0.029 X2 + �-1.258 X3 + 0.087 X4 + e

Berdasarkan kepada hasil yang diperoleh pada analisis regresi didapati nilai R Square = 0.787 dimana mengartikan bahwa sejumlah 78.7% IHSG dapat dipengaruhi oleh variabel Indeks Nikkei 225, Inflasi, Kurs USD/IDR, dan BI Rate. Akan tetapi sisa yang sejumlah 21.3% mendapatkan imbas pengaruh dari variabel lainnya dimana tidak menjadi bagian dalam model dimana dipergunakan dalam riset ini.

4.     Uji Hipotesis

Uji F (Simultan)

Uji f dipergunakan guna dapat memperoleh informasi terkait pengaruh dari seluruh variabel bebas kepada variabel bergantung secara bersama-sama. Di bawah ini ialah hasil dari pengajuan hipotesis secara bersama-sama dari sejumlah variabel indeks nikkei 225 (x1), inflasi (x2), kurs usd/idr (x3), dan bi rate (x4) kepada ihsg (y) dengan menggunakan uji f.

Tabel 4

�Hasil Uji F

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber : Data Olahan Peneliti, 2022, SPSS 25

 

Hasil analisa menunjukkan bahwa fhitung ftabel yakni 50.756 ≥ 2.56 tentunya menolak ho dan menerima h1. Dalam signifikasi 5% (0.05), yang mana bisa dibentuk simpulan bahwa variabel bebas indeks nikkei 225 (x1), inflasi (x2), kurs usd/idr (x3), dan bi rate (x4) secara bersama-sama dijumpainya pengaruh yang signifikan kepada variabel terikat ihsg di bursa efek indonesia periode juli 2016 � juni 2021.

 

 

 

 

 

 

 

Hasil Uji t (Parsial)

Tabel 6

Hasil Uji t


�Sumber : Data Olahan Peneliti, 2022, SPSS 25

 

a.      Uji Parsial Pengaruh Variabel Indeks Nikkei 225 Terhadap IHSG

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 3

Kurva Hasil Uji t Indeks Nikkei 225 Terhadap IHSG

Sumber : Data olahan peneliti, 2022

Berdasarkan kepada kurva distribusi uji t diatas memperlihatkan bahwa nilai thitung� > ttabel (12.689 > 2.004) tentunya menolak H0 dan menerima H1, yang mana bisa dibentuk ke dalam suatu simpulan bahwa secara parsial Indeks Nikkei 225 (X1) mengakibatkan timbulnya suatu imbas pengaruh yang positif signifikan kepada IHSG pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Juli 2016 � Juni 2021.

 

 

 

 

b.     Uji Parsial Pengaruh Variabel Inflasi Terhadap IHSG

Gambar 4

Hasil Uji t Inflasi Terhadap IHSG

Sumber : Data olahan peneliti, 2022

 

Bersandar kepada kurva distribusi uji t diatas memperlihatkan bahwa nilai thitung > ttabel (2.698 > 2.004) tentunya menolak H0 dan menerima H1 , yang mana bisa disimpulkan bahwa secara parsial Inflasi (X2) memberikan suatu imbas pengaruh yang positif tidak signifikan kepada IHSG pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Juli 2016 � Juni 2021 (X2) memberikan suatu imbas pengaruh yang positif tidak signifikan kepada IHSG pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Juli 2016 � Juni 2021.

 

c.      Uji Parsial Pengaruh Variabel Kurs USD/IDR Terhadap IHSG


Gambar 5

Kurva 10 Hasil Uji T Kurs Usd/Idr Terhadap IHSG

Sumber : Data olahan peneliti, 2022

Berdasarkan kepada kurva distribusi uji t diatas memperlihatkan bahwa nilai thitung ≤ -ttabel (-7.538 ≤ -2.004) tentunya menolak H0 dan menerima H1, artinya kurs USD/IDR (X3) secara parsial mengakibatkan timbulnya suatu imbas pengaruh yang negatif signifikan kepada IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode juli 2016 � juni 2021.

 

 

 

 

 

 

 

d.     Uji Parsial Pengaruh Bi Rate Terhadap IHSG


Gambar 6

Kurva 11 Hasil Uji T BI RATE Terhadap IHSG

Sumber : Data olahan peneliti, 2022

Berdasarkan kepada kurfa distribusi uji t diatas memperlihatkan bahwa nilai thitung > ttabel (8.862 > 2.004) tentunya menolak H0 dan menerima H1 , yang mana bisa disimpulkan bahwa secara parsial BI Rate (X4) memberikan suatu imbas pengaruh yang positif signifikan kepada IHSG pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Juli 2016 � Juni 2021.

Pembahasan

1.     Pembahasan secara simultan : setalah uji yang dilakukan secara bersama � sana dan menghasilkan pengaruh yang signifikan. Namun, jika dilakukan uji secara mandiri akan terlihat variabel bebas manakah yang pengaruhnya signifikan dan tidak signifikan meskipun terdapat nilai positif ataupun negatif. Riset ini sejalan terhadap riset yang dijalankan oleh heny ratnaningtyas (2020), keken dkk (2020), novanty dkk (2021), mochammad yuzzriel (2021) dan adi noor dkk (2018) dimana menguraikan bahwa secara bersama-sama sejumlah variabel yang terdapat pada riset itu memberikan suatu imbas pengaruh yang signifikan kepada indeks harga saham gabungan (ihsg).

2.     Pengaruh indeks nikkei 225 terhadap IHSG : hasil yang diperoleh melalui analisis regresi linier berganda memaparkan bahwa nilai koefisiensi variabel indeks nikkei 225 sejumlah 0.777 dimana mengartikan bahwa� indeks nikkei 225 mempunyai pengaruh positif kepada IHSG. Mengartikan bahwa saat Indeks Nikkei 225 meningkat tentunya berkemungkinan besar IHSG dapat meningkat juga. Bertolak belakang dengan hal tersebut, dengan menurunnya Indeks Nikkei 225 relatif dapat mengakibatkan IHSG turut menurun. Pengaruh positif Indeks Nikkei 225 kepada IHSG mengindikasikan bahwa Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan Bursa Efek Tokyo semakin terintegrasi.

3.     Pengaruh Inflasi Terhadap IHSG : Hasil dari analisis regresi linier berganda menguraikan bahwa nilai koefisien regresi variabel tingkat inflasi sejumlah 0.029 dimana mengartikan Inflasi mempunyai pengaruh positif kepada IHSG. Mengartikan bahwa saat inflasi meningkat tentunya IHSG dapat meningkat juga. Berlaku pula sebaliknya, apabila terjadinya penurunan dalam hal Inflasi tentunya IHSG turut dapat terjadi hal yang sama. Hasil yang diperoleh pada riset ini bertolak belakang terhadap riset yang dijalankan oleh Novantu dan Renea (2021) dimana menunjukkan bahwa Inflasi memberikan suatu imbas pengaruh yang negatif kepada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

4.     Pengaruh Kurs USD/IDR Terhadap IHSG : Hasil yang diperoleh melalui analisis regresi linier berganda menguraikan bahwa nilai koefisiensi regresi variabel Kurs USD/IDR sejumlah -1.258 dimana mengartikan bahwa Kurs USD/IDR mempunyai pengaruh negatif kepada IHSG. Mengartikan saat nilai Kurs USD/IDR terjadi penurunan tentunya IHSG dapat terjadi kenaikan.

5.     Pengaruh BI Rate Terhadap IHSG : Hasil yang diperoleh melalui analisis regresi linier berganda menguraikan bahwa nilai koefisien regresi variabel BI Rate sejumlah 0.087 dimana mengartikan bahwa BI Rate mempunyai pengaruh positif kepada IHSG. Pada definisi saat BI Rate meningkat tentunya IHSG turut dapat meningkat juga. Begitupun sebaliknya, jika BI Rate menurun tentunya IHSG juga sama. Peningkatan suku bunga bank atau BI Rate pada Bank Indonesia dibarengi dengan kebijakan Bungan di sejumlah bank yang ada di Indonesia. Yang mana mengakibatkan kencerungan investor untuk menginvestasikan modalnya kepada sektor perbankan pada wujud tabungan atau deposito.

Kesimpulan

Berdasarkan kepada hasil uji anaIisis simultan dan parsial, tentunya bisa ditarik kesimpulan yakni : Pengujian secara bersama-sama (Uji F) didapati informasi bahwa Indeks Nikkei 225 (X1), Inflasi (X2), Kurs USD/RP (X3), dan BI Rate (X4) memiliki pengaruh yang signifikan kepada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Y). Sedangkan Pengujian hipotesis secara parsial (Uji t) bisa didapatkan simpulan di bawah : Indeks Nikkei 225 (X1) menimbulkan suatu pengaruh positif dan signifikan kepada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Y). �Inflasi (X2) menimbulkan suatu pengaruh positif dan tidak signifikan kepada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Y). Kurs USD/IDR (X3) menimbulkan suatu pengaruh negatif dan signifikan kepada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Y). BI Rate (X4) menimbulkan suatu pengaruh positif dan signifikan kepada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Y).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

Adanti, Dar�o. (2017). Disparen Al Humorista: Un Ensayo Gr�fico Sobre Los L�mites Del Humor. Astiberri. Google Scholar

 

Nundini, Audita Ananda, & Lastanti, Hexana Sri. (2014). Pengaruh Konvergensi Ifrs Dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Earning Management Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Trisakti, 1(2), 19�32. Google Scholar

 

Setiawan, Keken, & Mulyani, Erly. (2020). Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Rupiah, Tingkat Inflasi, Dan Indeks Bursa Internasional Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) Di Bursa Efek Indonesia (Bei). Jurnal Ecogen, 3(1), 7�18. Google Scholar

��������������

Copyright holder:

Fenny Ambarwati, Rusdi Hidayat Nugroho (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: