Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 4, April 2022
ANALISIS PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN ULANG KONSUMEN WINGKO BABAD CAP KERETA API SEMARANG
Bryan Jonathan Umarjaya, Marcellia Susan
Program Studi Magister Manajemen, Universitas Katolik Parahyangan, Indonesia
Program Studi Magister Manajemen, Universitas Kristen Maranatha, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Pariwisata merupakan salah satu sektor bisnis
yang ikut terpengaruh oleh kemajuan �����zaman ini. Di Indonesia, jumlah turis terus meningkat
tiap tahunnya. Jumlah turis yang banyak seharusnya menjadi sumber pendapatan bagi toko oleh-oleh, tetapi tidak demikian dengan Wingko Babad
cap Kereta Api yang merupakan toko oleh-oleh di
Semarang. Penelitian ini dilakukan untuk melihat relasi antara strategi pemasaran dan keputusan pembelian ulang konsumen dengan melakukan studi kasus pada perusahaan tersebut. Populasi mencakup seluruh konsumen perusahaan. Sampel diambil sebanyak 100 orang. Pengambilan data dengan kuesioner, pengolahan data dengan analisis regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS 24. Hasilnya menunjukkan bahwa hanya produk
dan promosi yang berpengaruh
terhadap keputusan pembelian ulang konsumen. Aspek yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan keputusan pembelian ulang adalah desain
dan ukuran kemasan untuk alternatif pembelian eceran. Untuk aspek promosi,
frekuensi pemasangan iklan di media online maupun
offline.
Kata kunci: �produk; harga; lokasi; promosi; keputusan pembelian ulang
Abstract
Tourism is one of the business sectors that has been
influenced by today's progress. In Indonesia, the number of tourists is still
on the rise every year. These large number of tourists should be a source of
income for gift shops around the country, but this isn't the case with Wingko Babad cap Kereta Api which is a gift shop
in Semarang. �This study aims to see the correlation
between marketing strategies and consumer's repurchase decision by conducting a
case study on the company. The population include all of the company's
consumers. �A hundred people were taken
as samples. Data retrieval using questionnaire, data processing with multiple
linear regression analysis on SPSS 24 program. The results show that only
product and promotion affected consumer's repurchase decision. �Aspects that need to be improved are the
packaging design and packaging sizes. �For
the promotion aspect, the frequency of advertising in online and offline media.
Keywords: �product; price; place; promotion;
repurchase decision
Pendahuluan
Pariwisata merupakan salah satu sektor bisnis
yang telah berkembang dalam tempo singkat dan berubah secara dinamis.� Tumbuhnya pariwisata di Indonesia
sangatlah besar. Perkembangan pariwisata selalu membutuhkan oleh -oleh. �Pernyataan ini berdasarkan ucapan (Priherdityo, 2016) yang mengatakan bahwa oleh-oleh atau cinderamata bukan sekedar hadiah dan kenang-kenangan dari orang yang baru pulang dari
daerah atau negara. suvenir tersebut bisa dijadikan senjata untuk mempromosikan
hasil produksi lokal. �Barang yang dijadikan oleh-oleh bisa apa saja,
gantungan kunci, magnet kulkas, kartu pos, kaos, ataupun makanan
dan minuman yang memiliki ciri khas dari
negara atau daerah yang dikunjungi. Sehingga dengan tingginya tingkat perkembangan pariwisata, bisa diasumsikan hal tersebut berbanding lurus terhadap berkembangnya bisnis oleh-oleh. �Namun tidak demikian kasusnya dengan Wingko Babad cap Kereta Api. Disaat
sektor pariwisata mengalami peningkatan, perusahaan ini justru menunjukkan penurunan penjualan.
Wingko Babad cap Kereta Api adalah salah satu toko oleh-oleh yang merupakan perusahaan keluarga, berlokasi di kawasan Kota Lama Semarang. Menjual
produk kue basah yang khas daerah, perusahaan ini sudah memulai bisnisnya sejak 1950-an.
Sejak saat itu
perkembangannya baik dan ada kestabilan bisnis hingga 10 tahun terakhir, tetapi dalam lima tahun terakhir ini mulai ada
penurunan omset. Penjualan pada 2015 mengalami penurunan sebanyak 5,28% dari 2014. Lalu 3,04% dari 2015 ke 2016. Penurunan ini mungkin terbilang
kecil, tetapi memiliki potensi yang membahayakan jika tidak disadari dan segera diambil tindakan. Lebih lanjut dari 2016 ke 2017 terdapat penurunan penjualan sebanyak 4,17%, dan diikuti oleh penurunan 1,61% pada 2018, hingga
2019 terdapat penurunan
1,98%. Dalam dua tahun terakhir perusahaan sudah mulai mengantisipasi perkembangan teknologi tetapi masih minim
(sumber: perusahaan).
Tingkat
penjualan yang terus turun ini bisa
jadi disebabkan oleh banyaknya perusahaan pesaing yang bermunculan serta penerapan taktik bauran pemasaran
yang kurang cocok. Dikhawatirkan para konsumen Wingko Babad cap Kereta Api mulai
beralih ke perusahaan pesaing karena banyaknya produk tiruan serupa
yang menawarkan berbagai kelebihan seperti pengiriman antar kota, kemasan yang lebih menarik, atau harga yang lebih murah. Maka
dari itu perkembangan
ini menjadi tantangan baru pada perusahaan
untuk semakin cepat dan efisien dalam pengelolaan pemasaran
mereka. Proses ini tidak bisa
lagi dilakukan secara sederhana saja seperti melalui word of mouth (WOM). Khususnya dalam pemasaran,
hal ini dapat
berdampak pada keberlanjutan
penurunan jumlah konsumen jika perusahaan
terus mengandalkan metode sederhana dalam memasarkan bisnisnya.
Sang pemilik yang kini sudah mencapai
generasi ketiga masih menggunakan cara pemasaran konservatif� dengan tagline, �Klasik
yang asik�. Sampai saat ini strategi yang sudah dilakukan perusahaan sebatas pada penggunaan mesin debit EDC untuk keperluan pembayaran (sumber: pemilik perusahaan). Dari sisi pemasaran tidak terlalu ada
perubahan dari strategi awal perusahaan, yaitu pemanfaatan iklan di buku yearbook sekolah-sekolah, majalah bulanan, dan mengandalkan word
of mouth (WOM). Menurut pemilik, selama ini strategi tersebut dijalankan sesuai kebutuhan tanpa perencanaan yang matang. Cara ini memang terbukti
efektif di masa lalu, tetapi seiring perkembangan jaman tentu perlu dievaluasi
kembali apakah cara tersebut masih
relevan.
Di
bidang pemasaran, perusahaan biasanya mengeluarkan uang untuk melakukan promosi dan iklan yang gencar karena menganggap dengan promosi yang gencar tersebut konsumen akan membeli
produk yang ditawarkan. Padahal promosi seperti itu bisa
jadi justru tidak efektif. Menurut Kotler dan Armstrong (Kotler &
Armstrong, 2014) strategi pemasaran bukan hanya promosi,
melainkan ada tiga aspek lainnya,
yaitu harga, lokasi, dan produk, yang juga perlu mendapat perhatian. Inilah yang disebut dengan istilah bauran pemasaran (4P). Hal ini membuat masing-masing pelaku usaha berlomba membuat diferensiasi produknya agar produknya tampil berbeda. Dalam hal produk
misalnya, desain kemasan memiliki peran penting dalam
mencetak identitas perusahaan, karena kemasan itulah yang pertama kali konsumen lihat, pegang, dan mungkin, dibawa pulang (Bowman, 2019).
Marketing Mix
Marketing mix
atau sering disebut bauran
pemasaran adalah
kumpulan taktik
pemasaran yang digunakan banyak perusahaan untuk menentukan target pasarnya.
Marketing mix berupa variabel-variabel yang ada di dalam organisasi
dan
dapat dikendalikan oleh perusahaan. Variabel-variabel marketing mix dapat
digunakan oleh perusahaan untuk mempengaruhi keputusan konsumen untuk
mengkonsumsi produk yang dihasilkan perusahaan (Kotler &
Armstrong, 2014).
Kombinasi dari variabel bauran pemasaran
yang digunakan oleh masing-masing
perusahaan
akan memiliki perbedaan tergantung pada strategi pemasaran yang
dijalankannya. Selain itu,
variabel marketing mix atau bauran pemasaran yang digunakan perlu
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada agar dapat mencapai tujuan penjualan. Singkatnya,
barang
yang ditawarkan harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen,
harus menjadikan produk bisa didapatkan
bagi konsumen sasarannya dan dipromosikan dengan media promosi yang sesuai. Dari teori diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa bauran pemasaran merupakan kumpulan variabel terkendali yang dipersatukan untuk menghasilkan respon yang diharapkan dari pasar sasaran.
Menurut Tjiptono (Tjiptono &
Pemasaran, 2015),
ada empat elemen penting dalam bauran pemasaran sebuah perusahaan yang bergerak
di bidang produk:
1. Product �(produk)
Produk adalah barang
yang secara langsung memenuhi kebutuhan dan keinginan dasar konsumen.
2.� Price (harga)
Di sini harga
adalah satu-satunya faktor
yang berhubungan dengan omset dan profit, memiliki hubungan secara
langsung dengan permintaan konsumen. Secara umum dapat digunakan sebagai
indikator kualitas oleh konsumen.
3.� Place
(lokasi)
Lokasi membahas bagaimana konsumen mendapatkan
barang
di tempat, waktu, dan jumlah yang
tepat, pada harga
terendah yang dimungkingkan.
4.
Promotion
(promosi)
Promosi yang dimaksud yaitu meliputi koordinasi
semua
kegiatan
promosi demi
menghasilkan kesamaan dalam customer focused message.
Keputusan
Pembelian Ulang
Perilaku konsumen akan
menentukan proses pengambilan keputusan dalam pembelian mereka, proses tersebut
merupakan sebuah pendekatan penyesuaian masalah yang terdiri dari lima tahap
yang dilakukan konsumen, kelima tahap tersebut adalah pengenalan masalah,
pencarian informasi, penilaian alternatif, membuat keputusan, dan perilaku paska pembelian (Kotler & Keller,
2016). �
Sesudah
membeli suatu barang,
konsumen akan merasakan beberapa tingkatan kepuasan atau
ketidakpuasan, ada kemungkinan bahwa pembeli merasa tidak puas
setelah melakukan pembelian karena ternyata tidak sesuai dengan gambaran yang dimiliki
sebelumnya. Ada pula kemungkinan bahwa pembeli memiliki kepuasan yang tinggi hingga pada tahap melakukan pembelian lagi (repurchase decision). Pembelian ulang adalah perilaku konsumen yang timbul sebagai respons terhadap suatu objek atau produk.
Perilaku ini seringkali diasosiasikan dengan loyalitas, tetapi kedua hal
tersebut berbeda. Loyalitas mencerminkan komitmen konsumen secara psikologi terhadap suatu produk atau merek,
sedangkan pembelian ulang terbatas pada perilaku membeli suatu barang yang sama secara berulang-ulang
tanpa melibatkan aspek psikologi (Tjiptono &
Pemasaran, 2015). Hal ini selaras dengan hasil penelitian Bastaman dan Royyansyah (Bastaman &
Royyansyah, 2017) yang menyimpulkan bahwa marketing mix mempengaruhi
keputusan pembelian ulang, baik itu
secara langsung atau pun melalui reputasi perusahaan (secara psikologis).
Terdapat
tiga
indikator keputusan pembelian ulang yang
dilakukan oleh konsumen yaitu menurut Ali (Ali, 2019):
1. Pencarian informasi lebih lanjut,
2. Kemauan untuk memahami
produk,
3. Keinginan untuk membeli
produk serta mengunjungi toko fisik.
Hubungan Antar Konsep
Suatu organisasi akan selalu berusaha melakukan taktik pemasaran yang diharapkan mampu memberikan kepuasan bagi konsumennya
untuk terus melakukan transaksi dengan perusahaan dan bahkan mendapatkan loyalitas mereka. Penelitian ini berfokus pada variabel-variabel bauran pemasaran untuk melihat bagaimana
pengaruhnya terhadap keputusan pembelian ulang. Maka dari
itu hipotesis yang pertama yaitu, H1: produk, harga, lokasi, dan promosi secara Bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian ulang. Kemudian dilakukan juga analisis secara parsial sebagai berikut:
1.
Hubungan produk dengan
keputusan pembelian ulang.
Produk merupakan seperangkat atribut yang meliputi kualitas, variasi, desain, kemasan, dan pelayanan. Penelitian yang dilakukan oleh
Tang, Hsieh, dan Chiu (Tang, Hsieh, &
Chiu, 2017) menyimpulkan bahwa dengan adanya
variasi produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen berdasarkan sifat konsumen sendiri. Sedangkan Wells, Farley,
dan Armstrong (2017) menyatakan bahwa
kemasan produk memiliki pengaruh yang besar terhadap keputusan pembelian konsumen. Melihat hal ini, aspek
produk perlu diperhatikan lebih dalam terkait pengaruhnya
terhadap keputusan pembelian ulang. Berdasarkan pernyataan tersebut maka didapatkan
hipotesis:
H2: � Produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian ulang konsumen Wingko Babad cap Kereta Api.
2.
Hubungan harga dengan
keputusan pembelian ulang���������������������������������������������� Persepsi harga sangat besar pengaruhnya terhadap keputusan pembelian konsumen. Banyak informasi yang bisa didapatkan tentang produk sekaligus memberi makna yang dalam (Kotler & Keller,
2016). Karena itulah harga menjadi faktor
penting dalam hal mempengaruhi keputusan konsumen. Konsumen sangat rasional tentang bagaimana mereka ingin mendapat
keuntungan dari barang yang mereka bayar sendiri� (Abdullah-Al-Mamun
& Robel, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Komaladewi dan Indika (Komaladewi &
Indika, 2017) menunjukkan bahwa mayoritas responden mempertimbangkan harga sebagai salah satu faktor penting
yang mempengaruhi keputusan
pembelian mereka. Melihat hal ini,
aspek harga perlu diperhatikan terkait pengaruhnya terhadap keputusan pembelian ulang. Berdasarkan pernyataan tersebut maka didapatkan
hipotesis:
H3: � Harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian ulang konsumen Wingko Babad cap Kereta Api.
3.� Hubungan lokasi dengan keputusan
pembelian ulang
Lokasi merupakan salah satu faktor penentu
suatu perusahaan karena mempengaruhi biaya usaha (Umble, Haft, &
Umble, 2003). Lokasi bisnis harus dipertimbangkan sebaik mungkin. Jika perusahaan melakukan kesalahan dalam memilih lokasi, maka perusahaan akan menanggung kerugian atau bahkan
gagal mencapai tujuannya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Harahap, Hurriyati, Gaffar, dan Amanah (2017), faktor
lokasi memiliki pengaruh positif terhadap keputusan pembelian dan menyarankan faktor tersebut untuk dipertimbangkan sebagai faktor vital yang secara positif akan mempengaruhi kinerja usaha. Melihat hal ini,
aspek lokasi perlu diperhatikan terkait pengaruhnya terhadap keputusan pembelian ulang. Berdasarkan hal tersebut maka didapatkan
hipotesis:
H4: � Lokasi berpengaruh terhadap keputusan pembelian ulang konsumen Wingko Babad cap Kereta Api.
4.
Hubungan promosi dengan
keptutusan pembelian ulang
Promosi terdiri dari
beragam alat insentif, yang mayoritas berjangka pendek, disusun untuk merangsang
pembelian produk secara cepat dan dalam jumlah yang lebih besar (Kotler & Keller,
2016). Menurut penelitian yang dilakukan Alvarez
dan Casielles (Alvarez &
Casielles, 2005), hasilnya menunjukkan bahwa perlu mempertimbangkan situasi promosi produk pada waktu membeli sebagai elemen penjelas dari proses tersebut.. Maka dapat disimpulkan
bahwa alat-alat promosi terbukti efektif dalam mempengaruhi
keputusan konsumen. Melihat hal ini,
aspek promosi juga perlu diperhatikan terkait pengaruhnya terhadap keputusan pembelian ulang. Berdasarkan hal tersebut maka didapatkan
hipotesis:
H5:�� Promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian ulang konsumen Wingko Babad cap Kereta Api.
Metode Penelitian
a. Populasi Penelitian
Populasi
yaitu
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai sifat-sifat
tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan kemudian diambil
kesimpulannya. Dengan kata lain,
populasi juga mencakup benda-benda alam lainnya, bukan
hanya manusia.
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang
dipelajari, tetapi mencakup seluruh
sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek yang diteliti tersebut (Sugiyono, 2013). Dalam penelitian
ini yang menjadi populasi adalah semua orang yang pernah mengonsumsi produk Wingko Babad cap Kereta Api.
b. Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini atas pertimbangan
bahwa orang yang lupa rasa produk karena sudah
sangat lama sejak terakhir mereka mengonsumsinya, maka yang menjadi sampel adalah orang yang pernah mengonsumsi produk Wingko Babad
cap Kereta Api dalam satu tahun
terakhir.
c. Teknik Penarikan Sampel
Penelitian
ini menggunakan non-probability sampling
yaitu teknik sampling yang
mana anggota populasi tidak memiliki peluang yang diketahui atau ditentukan sebelumnya untuk dipakai sebagai sampel. Penelitian ini
menggunakan convenience sampling, yaitu teknik
sampling yang mengumpulkan informasi
dari anggota populasi yang dapat dengan mudah untuk
menyediakannya. Convenience sampling cenderung sering digunakan dan mungkin merupakan cara terbaik untuk mendapatkan
beragam informasi yang mendasar dengan cepat serta efisien.
(Sekaran
dan
Bougie, 2016). (Sekaran dan Bougie, 2016).
Kriteria
sampel yang dipakai
dalam penelitian ini antara lain:
1.
Konsumen yang pernah mengonsumsi Wingko Babad cap Kereta Api dalam
kurun waktu satu tahun terakhir.
2.
Konsumen yang berusia
minimal 17 tahun, dengan pertimbangan bahwa usia tersebut
adalah tolak ukur kedewasaan di Indonesia.
Menentukan
besarnya sampel minimum yang populasinya tidak diketahui harus menggunakan
rumus unknown population (Aaker, Kumar, &
Day, 2001)
sebagai berikut:
Gambar
1
Unknown
Population Sampling Formula
Sumber: Aaker, Kumar, dan Day (2011)
Keterangan:
n
= Ukuran sampel minimum,
z = Tingkat keyakinan sampel yang dibutuhkan (α=5% atau derajat
keyakinan 95% maka z =
1,96),
e
= Margin of error,
atau tingkat kesalahan yang
ditolerir (0,1).
Sehingga didapatkan n
= 96,04 (dibulatkan menjadi 97 responden) Sampel penelitian minimal yang diperlukan
berjumlah 97 responden, maka digunakan 100 orang konsumen untuk
sampel penelitian.
Definisi Operasional
Pada
penelitian ini variabel yang diidentifikasi adalah sebanyak dua variabel,
dimana peneliti merumuskan operasional masing-masing variabel, dimana
definisi operasional merupakan segala sesuatu yang menjadi objek dalam suatu
penelitian, sebagai berikut:
Tabel 1
�Variabel Bauran Pemasaran
Variabel Bauran Pemasaran |
||
Sub Variabel |
Konsep Variabel |
Indikator |
Produk |
Barang yang memiliki nilai dan digunakan perusahaan untuk tujuan komersial |
1.
Variasi produk |
2.
Kinerja produk |
||
3.
Keandalan produk |
||
4.
Daya tahan
produk |
||
5.
Ketepatan waktu/
kenyamanan |
||
6.
Estetika |
||
7.
Nama merek |
||
8.
Daya tarik
visual kemasan |
||
9.
Daya tarik
praktis kemasan |
||
10.
Ukuran produk |
||
11.
Servis/ layanan |
||
12.
Garansi produk |
||
Harga |
Nilai uang yang ditetapkan
perusahaan terhadap produk yang dijual |
1.
Keterjangkauan harga |
2.
Kesesuaian harga
dengan kualitas produk |
||
3.
Daya saing
harga |
||
4.
Kesesuaian harga
dengan manfaat |
||
Lokasi |
Tempat terjadinya transaksinya bisnis, baik fisik maupun
nonfisik |
1.
Kemudahan akses |
2.
Visibilitas, misalnya
lokasi dapat dilihat jelas |
||
3.
Lalu-lintas |
||
4.
Tempat parkir
luas dan aman |
||
Promosi |
Semua kegiatan perusahaan yang bertujuan memberi informasi produk kepada konsumen dan calon konsumen |
1.
Jangkauan promosi |
2.
Kuantitas penayangan
iklan di media promosi |
||
3.
Kualitas penyampaian
pesan dalam penayangan iklan di media promosi |
||
|
||
Variabel Keputusan Pembelian Ulang |
||
Sub Variabel |
Konsep Variabel |
Indikator |
|
Keinginan untuk menggunakan suatu produk atau jasa
kembali di masa yang akan
datang |
1.
Mencari informasi
lebih lanjut |
2.
Kemauan memahami
produk |
||
3.
Berkeinginan untuk
membeli atau mengunjungi toko/ outlet-nya |
Sumber: Data Diolah (2020)
Pengukuran
Variabel
Pengukuran
variabel dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Menurut Bungin (Bungin, 2013),
skala Likert dipakai dalam penelitian
yang mana responden diminta untuk menyatakan
tingkatan
setuju atau tidak setuju mengenai beberapa pernyataan tentang
perilaku, objek, orang, atau kejadian. Skala pengukuran yang digunakan dalam
kuesioner adalah: 1. Sangat tidak setuju, 2. Tidak setuju, 3. Netral,
4. Setuju, 5. Sangat setuju.
d. Metode Pengumpulan Data
Semua
data yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini dikumpulkan dengan melakukan pembagian
kuesioner kepada 100 orang di Semarang
dan sekitarnya untuk menjawab
sejauh manakah bauran pemasaran berpengaruh terhadap keputusan pembelian Wingko Babad cap Kereta Api.
Analisis Dan Pembahasan
a. Analisis Data Responden
Dari data dalam penelitian ini didapat� informasi mengenai responden penelitian, yaitu konsumen Wingko Babad cap Kereta Api yang berumur 17 tahun ke atas
dan pernah mengonsumsi produk Wingko Babad
cap Kereta Api minimal satu kali dalam satu tahun terakhir.
Dari hasil penelitian diperoleh karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh responden dengan jenis kelamin perempuan
sebesar 65 persen dan sisanya berjenis kelamin laki-laki sebesar 35 persen.� Konsumen Wingko Babad cap Kereta Api adalah
kelompok usia di atas 50 tahun, yaitu sebesar 48 persen. Sementara itu kelompok usia
muda, 17 sampai 25 tahun tergolong sedikit, yaitu 20 persen, yang mengindikasikan produk Wingko Babad
cap Kereta Api masih kurang dikenal
di kalangan pemuda.�
Area domisili responden
dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah, Luar Provinsi Jawa Tengah, dan Luar Pulau Jawa.� Mayoritas responden berdomisili di Pulau Jawa, tetapi
di luar Provinsi Jawa Tengah, sebesar 43 persen. Sementara Kota Semarang
yang merupakan lokasi fisik dimana toko
Wingko Babad cap Kereta Api berada
justru menempati peringkat keempat yang menunjukkan bahwa mayoritas konsumen adalah dari luar
kota.� Mayoritas responden mengetahui tentang Wingko Babad cap Kereta Api dari
keluarga atau teman mereka, sebesar
62 persen. Responden yang mengetahui tentang Wingko Babad cap Kereta Api dari
media online hanya 11 persen,
sedangkan sisanya mendapatkan referensi dari media cetak. �Mayoritas responden mengonsumsi produk Wingko Babad
cap Kereta Api rata-rata satu sampai lima kali dalam setahun terakhir,
dan hampir tidak ada yang mengonsumsi lebih dari lima kali dalam setahun terakhir.
b. Deskriptif Variabel Penelitian
Bagian ini menjelaskan jawaban-jawaban responden tentang variabel penelitian yang meliputi variabel produk, harga, lokasi, promosi, dan keputusan pembelian ulang. Deskripsi jawaban dilakukan dengan cara menghitung
nilai rata-rata jawaban responden terhadap setiap pernyataan dan secara keseluruhan. Selanjutnya, mengategorikan
rata-rata jawaban responden
menggunakan interval kelas
yang didapat melalui rumus sebagai berikut:
Interval Kelas =
Gambar 2
Rumus
Interval Kelas
Sumber: Data Diolah (2021)
Dengan interval 0,8 kemudian disusun kriteria rata-rata jawaban responden yang disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 2
�
Kategori
Rata-rata Jawaban Responden
Interval |
Kategori |
4,20 < a ≤ 5,00 |
Sangat Tinggi |
3,40 < a ≤ 4,20 |
Tinggi |
2,60 < a ≤ 3,40 |
Netral |
1,80 < a ≤ 2,60 |
Rendah |
1,00 < a ≤ 1,80 |
Sangat Rendah |
Sumber: Data Diolah (2021)
c. Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum menyebarkan kuesioner kepada 100 responden, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas
pada kuesioner. Uji ini dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana tingkat ketepatan penggunaan alat ukur. Selain itu juga dapat memberikan peringatan lebih awal dimana ada
kemungkinan penelitian akan gagal, dan memberikan petunjuk di bagian mana dari kuesioner itu yang menjadi penyebabnya. Dalam
penelitian ini pernyataannya dianggap valid jika nilai korelasinya lebih
besar dari nilai pembanding berupa r kritis sebesar 0,361 (dari tabel) dan dianggap reliabel bila nilai
cronbach�s alpha nya
> 0,6. Hasil yang terlampir pada lampiran menunjukkan bahwa hampir semua
pernyataan kuesioner valid,
kecuali untuk aspek produk nomor
satu, sembilan, 10, 15, dan
17 tidak valid karena nilai r hitung lebih kecil dari
nilai r kritis.
Dengan demikian kelima pernyataan tersebut dieliminasi saat pengumpulan kuesioner yang sesungguhnya.
Sedangkan hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa setiap indikator
pernyataan pada kuesioner melebihi nilai cronbach�s alpha 0,6, sehingga
setiap indikator dinyatakan reliabel.
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji ini dimaksudkan
untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari setiap variabel
berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian
ini digunakan uji Kolmogorov-Smirnov,
dimana jika nilai Asymp. Sig. lebih dari atau
sama dengan 0,05 (signifikansi lima persen) maka data berdistribusi normal,
dan berlaku sebaliknya.
Hasil uji normalitas ditunjukkan
dalam tabel berikut ini:
Tabel 3
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test |
||
|
|
|
N |
100 |
|
Normal Parametersa,b |
Mean |
0.0000000 |
Std. Deviation |
1.60613836 |
|
Most Extreme Differences |
Absolute |
0.054 |
Positive |
0.047 |
|
Negative |
-0.054 |
|
Test Statistic |
0.054 |
|
Asymp. Sig. (2-tailed) |
0.200c,d |
Sumber: Data Diolah (2021)
Berdasarkan hasil pengujian
yang ditunjukkan pada tabel
di atas, nilai Asymp. Sig. 0,200 lebih
besar dari 0,05 sehingga data yang diperoleh berdistribusi normal. Oleh karena
itu persyaratan analisis regresi linier berganda terpenuhi.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini dimaksudkan
untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi kesamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Dalam penelitian
ini digunakan uji Park. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel
berikut ini:
Tabel 4
�Uji Heteroskedastisitas
ANOVAa |
||||||
Model |
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
|
1 |
Regression |
5.816 |
4 |
1.454 |
1.616 |
0.177b |
Residual |
85.471 |
95 |
0.900 |
|
|
|
Total |
91.287 |
99 |
|
|
|
Sumber: Data Diolah (2021)
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat
bahwa nilai Sig. F
0,177 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas. Maka dari itu persyaratan
analisis regresi linier berganda terpenuhi.
3. Uji Multikolinieritas
Uji ini dimaksudkan
untuk mengetahui ada atau tidaknya
korelasi yang kuat antar variabel bebas. Caranya dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Apabila kurang dari empat maka
tidak terjadi multikolinieritas, dan berlaku sebaliknya. Hasil uji multikolinieritas
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5
Uji Multikolinieritas
Coefficientsa |
|||
Model |
Collinearity Statistics |
||
Tolerance |
VIF |
||
1 |
Produk |
0.479 |
2.088 |
Harga |
0.516 |
1.937 |
|
Lokasi |
0.351 |
2.849 |
|
Promosi |
0.502 |
1.990 |
Sumber: Data Diolah (2021)
Berdasarkan tabel di atas,semua variabel
bebas memiliki nilai VIF kurang dari empat. Maka
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinieritas antar variabel bebas pada penelitian ini dan memenuhi persyaratan analisis regresi linier berganda.
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis ini digunakan
untuk mengetahui bagaimana pengaruh variebel independen yang lebih dari satu,
secara parsial dan simultan, terhadap variabel terikat.
Tabel 6
Regresi
Linier Berganda
|
||||||
|
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
3.296 |
1.717 |
|
1.920 |
0.058 |
Produk |
0.112 |
0.050 |
0.295 |
2.259 |
0.026 |
|
Harga |
0.008 |
0.110 |
0.009 |
0.071 |
0.943 |
|
Lokasi |
-0.051 |
0.114 |
-0.069 |
-0.450 |
0.654 |
|
promosi |
0.282 |
0.125 |
0.288 |
2.257 |
0.026 |
Sumber: Data Diolah (2021)
Berdasarkan tabel di atas, maka persamaan
regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = α + β1X1
+ β2X2 + β3X3+ β4X4 Y = 3,296 + 0,112 +
0 + 0 + 0,282
Gambar
3
Persamaan Regresi
Sumber: Data Diolah (2021)
Keterangan:
Y:����� Variabel
terikat keputusan pembelian ulang
Α:����� Konstanta
β1:�������� Koefisien regresi dari X1
(produk)
X1:��� Variabel bebas produk
Β2 :������ Koefisien
regresi dari X2
(harga)
X2:��� Variabel bebas harga
Β3:������� Koefisien
regresi dari X3
(lokasi)
X3:��� Variabel bebas lokasi
β4 :������� Koefisien
regresi dari X4
(promosi)
X4:��� Variabel bebas promosi
Persamaan regresi tersebut
menunjukkan bahwa jika variabel produk
(X1) naik sebesar satu satuan, maka variabel
keputusan pembelian ulang juga meningkat sebesar 0,112. Jika variabel harga (X2) naik sebesar satu satuan, maka
variabel keputusan pembelian ulang juga meningkat sebesar 0,008. Jika variabel lokasi (X3) naik sebesar satu satuan,
maka variabel keputusan pembelian ulang menurun sebesar
0,051. Jika variabel promosi
(X4) naik sebesar satu satuan, maka variabel
keputusan pembelian ulang juga naik sebesar 0,282. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel produk, harga, dan promosi mempunyai arah pengaruh yang positif terhadap variabel keputusan pembelian ulang, dengan variabel
promosi (X4) sebagai variabel yang memiliki pengaruh yang paling dominan.
Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan
untuk melihat pengaruh bauran pemasaran, dalam hal ini produk,
harga, lokasi, dan promosi, terhadap keputusan pembelian ulang konsumen Wingko Babad cap Kereta Api. Hasil analisis data memperlihatkan bahwa tiga dari
lima hipotesis dalam penelitian ini terbukti. Dari hasil analisis regresi (tabel 4.10) diketahui bahwa dimensi bauran
pemasaran yang memiliki nilai signifikansi terendah adalah produk dan promosi, artinya keduanya yang memiliki pengaruh paling kuat terhadap keputusan
pembelian ulang konsumen Wingko Babad cap Kereta Api. Sehingga kedua
dimensi bauran pemasaran tersebut yang paling mewakili variabel bauran pemasaran.
Hipotesis pertama yaitu
produk berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian ulang konsumen, dimana dari hasil
uji-t pada tabel 4.11� menunjukkan bahwa nilai signifikansi
untuk dimensi produk lebih kecil
dari 0,05 yang artinya berdampak positif terhadap keputusan pembelian ulang. Hal ini berarti semakin
baik kualitas produk yang diberikan oleh perusahaan maka keputusan pembelian ulang konsumen juga akan semakin meningkat.
Hal ini sejalan dengan Ismajli, Kajtazi, dan Fejza (Ismajli, Kajtazi,
& Fejza, 2013) yang melakukan penelitian terhadap perusahaan air minum dimana penelitian tersebut menyatakan bahwa lebih dari
60 persen responden melakukan pembelian karena kualitas produk, termasuk ukuran dan kemasan, yang ditawarkan. Sementara hanya sebagian kecil responden yang melakukan pembelian karena harga atau
alasan lain.
Hipotesis kedua yaitu
harga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian ulang konsumen, ternyata tidak terbukti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga tidak memiliki
pengaruh terhadap keputusan pembelian ulang. Berdasarkan hasil uji-t pada tabel 4.11 diperoleh nilai signifikansi 0,943 yang lebih besar dari 0,05 yang artinya tidak terdapat
pengaruh. Menurut Suryabrata (Suryabrata, 1983)ada beberapa
informasi yang mendukung hipotesis penelitian tidak berpengaruh, seperti landasan teori, sampel, alat pengumpulan data, desain penelitian, perhitungan, dan variabel-variabel
luaran. Berdasarkan penelitian sebelumnya, teori yang umum digunakan adalah teori Kotler dan Armstrong (dalam
Kowara, 2018) yang menyatakan bahwa terdapat empat indikator dari harga yaitu
keterjangkauan harga, kesesuaian harga dengan
kualitas produk, daya
saing harga, dan kesesuaian
harga dengan manfaat. Berdasarkan sampel, dalam penelitian ini sudah menggunakan
100 sampel. Berdasarkan alat pengambilan data yaitu melalui kuesioner,
dimana pernyataan yang tidak valid ataupun reliabel sudah dieliminasi. Lalu berdasarkan rancangan penelitian, hipotesis yang digunakan sudah sesuai teori-teori
yang dikemukakan para ahli
dan penelitian terdahulu. Berdasarkan perhitungan-perhitungan,
penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda melalui SPSS versi 24, sehingga kecil kemungkinan terjadi kesalahan dalam perhitungan. Maka kemungkinan besar penyebabnya ada pada variabel luaran yang lebih berpengaruh, seperti misalnya variabel intervening atau moderating
antara harga dengan keputusan pembelian ulang. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Bastaman dan Royyansyah (Bastaman &
Royyansyah, 2017) yang menyatakan bahwa harga mempengaruhi
keputusan pembelian ulang secara langsung
dan tidak langsung dan bahkan merupakan elemen yang paling tinggi pengaruhnya dibandingkan elemen lain dalam bauran pemasaran.
Dari hasil
uji-t, diketahui hipotesis ketiga yaitu lokasi
berpengaruh terhadap keputusan pembelian ulang konsumen tidak terbukti. Nilai signifikansi 0,654 lebih besar dari 0,05 yang artinya variabel tersebut tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian ulang. Hasil ini berbeda dengan
penelitian senada yang dilakukan sebelumnya oleh Jaya, Indiani, dan Rusmiati (Indiani, SE,
Rusmiati, & Jaya, 2020) yang menyatakan bahwa lokasi yang strategis memperkuat kemungkinan konsumen untuk mengunjungi kembali hotel di Bali karena keterjangkauan dan aksesibilitas.
Lebih lanjut, diketahui
bahwa promosi terbukti berperan terhadap keputusan pembelian ulang konsumen. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yohanda, Masdupi, dan Engriani (Yohanda, Masdupi,
& Engriani, 2019) yang menyatakan bahwa semakin tinggi
promosi yang diberikan maka semakin tinggi
pula minat beli ulang. Maka dari
itu perusahaan, dalam hal ini
Wingko Babad cap Kereta Api, perlu
mempertahankan dan meningkatkan
promosi dengan tujuan untuk menciptakan
kesadaran dan meyakinkan konsumen dan calon konsumen bahwa produk yang ditawarkan berkualitas. Dalam deskriptif variabel promosi (tabel 4.5) nilai rata-rata terendah ada pada pernyataan, �Sering
Anda menemukan iklan Wingko Babad cap Kereta Api di media.� yang mengindikasikan bahwa perusahaan kurang melakukan aktivitas promosi khususnya dalam media. Hal ini juga bisa diartikan
bahwa kemungkinan perusahaan memiliki kebijakan sendiri terkait aspek mana saja yang boleh atau tidak boleh
dipublikasi.
Kesimpulan
Dari hasil
penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa marketing mix, dalam hal ini produk,
harga, lokasi, dan promosi, secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian ulang konsumen Wingko Babad cap Kereta Api. Namun secara
parsial hanya produk dan promosi saja yang berkontribusi dalam pengaruh tersebut.
Dari
penelitian ini disarankan tampilan kemasan yang dimiliki oleh Wingko Babad cap Kereta Api perlu
diadakan perbaikan. Meskipun kualitas produk sudah baik,
jika kemasannya kurang bisa menarik
perhatian konsumen atau calon konsumen
maka tentunya penjualan tidak bisa maksimal. Namun perubahan tampilan kemasan tetap perlu dipertimbangan
matang-matang, karena Wingko Babad cap Kereta Api ini
sudah berdiri sejak lama, tentu ada aspek nostalgia bagi sebagian konsumen
yang kemungkinan lebih mengagumi bagaimana produk ini tetap
sama seperti yang mereka kenal sejak
dulu.
Lokasi toko
sebaiknya diberi penanda tambahan agar lebih mudah terlihat.
Hal ini dikarenakan berdasarkan deskriptif responden, sebagian besar konsumen Wingko Babad cap kereta Api berasal
dari luar kota sehingga kemungkinan
tidak akrab dengan jalan dan arah di Kota Semarang. Memasang papan nama kecil
di sudut jalan bisa mempermudah konsumen dalam menemukan lokasi toko dan sekaligus sebagai bahan promosi.
Kegiatan promosi untuk
Wingko Babad cap Kereta Api perlu
ditingkatkan lagi, khususnya promosi melalui media online. Hal ini
untuk meningkatkan interaksi dan transaksi dengan kelompok usia muda.
Untuk penelitian selanjutnya, dapat dilanjutkan penelitian dengan menggunakan variabel luaran seperti variabel intervening atau mediating. Misalnya citra merek, kepuasan
konsumen, atau elemen lain yang mungkin berpengaruh terhadap keputusan pembelian ulang.
BIBLIOGRAFI
Aaker, David A., Kumar, V., & Day, George S. (2001). Marketing Research,
7th. John Wiley Operations Research & Sons, New York, 51(4),
509�518. Google Scholar
Abdullah-Al-Mamun, Muhammad Khalilur Rahman, & Robel, S. D.
(2014). A Critical Review Of Consumers� Sensitivity To Price: Managerial And
Theoretical Issues. Journal Of International Business And Economics, 2(2),
1�9. Google Scholar
Ali, Hapzi. (2019). Purchase Decision And Repurchase Models: Product
Quality And Process Analysis (Case Study Of House Ownership Credit Financing In
Permata Sharia Bank Jakarta). Scholars Bulletin. Google Scholar
Alvarez, Begona Alvarez, & Casielles, Rodolfo V�zquez.
(2005). Consumer Evaluations Of Sales Promotion: The Effect On Brand Choice. European
Journal Of Marketing. Google Scholar
Bastaman, Aam, & Royyansyah, Mufti. (2017). The Influence
Of Marketing Mix And Service Quality On Corporate Reputation And Its Impact On Repurchase
Decision. MIX: Jurnal Ilmiah Manajemen, 7(2), 156671. Google Scholar
Bungin, Burhan. (2013). Metodologi Penelitian Sosial &
Ekonomi: Format-Format Kuantitatif Dan Kualitatif Untuk Studi Sosiologi, Kebijakan
Publik, Komunikasi, Manajemen, Dan Pemasaran. Google Scholar
Indiani, Ni Luh Putu, SE, M. M., Rusmiati, Ni Nyoman, & Jaya,
Indra Kusuma. (2020). The The Influence Of Hotel Marketing Mix On
Tourists�revisit Intention Case Study At Kumala Pantai Hotel, Seminyak, Bali. Warmadewa
Management And Business Journal (WMBJ), 2(2), 84�91. Google Scholar
Ismajli, Ali, Kajtazi, Saranda, & Fejza, Ejup. (2013). The
Impact Of Promotional Activities On Purchase Decision Making:" A Case
Study Of Brands Bonita And Rugove-Water Bottled Producers". European
Scientific Journal, 9(31). Google Scholar
Komaladewi, Rita, & Indika, Deru. (2017). A Review Of
Consumer Purchase Decision On Low Cost Green Car In West Java, Indonesia. Review
Of Integrative Business And Economics Research, 6(2), 172. Google Scholar
Kotler, Philip, & Armstrong, Gerry. (2014). Principles
Of Marketing. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Inc. Google Scholar
Kotler, Philip, & Keller, Kevin Lane. (2016). A Framework
For Marketing Management. Pearson Boston, MA. Google Scholar
Priherdityo, E. (2016). �Oleh-Oleh Bisa Jadi Senjata
Promosi Indonesia�.
Sugiyono, Dr. (2013). Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Google Scholar
Suryabrata, Sumadi. (1983). Metodologi Penelitian, Raja
Grafindo. Jakarta. Google Scholar
Tang, Yun Chia, Hsieh, Yi Ching, & Chiu, Hung Chang.
(2017). Purchase Decision: Does Too Much Choice Leave Us Unhappy? European
Journal Of Marketing. Google Scholar
Tjiptono, Fandy, & Pemasaran, Strategi. (2015). Edisi Ke-4,
Yogyakarta: CV. Andi. Google Scholar
Umble, Elisabeth J., Haft, Ronald R., & Umble, M. Michael.
(2003). Enterprise Resource Planning: Implementation Procedures And Critical
Success Factors. European Journal Of Operational Research, 146(2),
241�257. Google Scholar
Yohanda, Aulia Restu, Masdupi, Erni, & Engriani, Yunita.
(2019). The Influence Of Promotion, Perceived Ease Of Use, And Price Toward
Repurchase Intention Transportation Services Go-Jek On Students In Universitas
Negeri Padang. Jurnal Kajian Manajemen Dan Wirausaha, 1(1), 2019. Google Scholar
Copyright
holder: Bryan Jonathan
Umarjaya, Marcellia Susan (2022) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |