Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, No. 4, April 2022
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN QURMA (QUR�AN MASSIVE) BIDANG TAHFIDZ DENGAN METODE TALAQQI DI MADRASAH DINIYYAH
DARUSSALAM KELURAHAN TOSAREN KOTA KEDIRI
Siti Mahmudah
Universitas Islam Kadiri, Kediri Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini dilator
belakangi oleh banyaknya lembaga-lembaga sekolah atau diniyyah yang mana
program tahfidz dijadikan sebagai program unggulan atau sebagai branding
lembaga tersebut untuk menarik minat siswa untuk masuk pada lembaga tersebut. Dalam hal ini Pemerintah Kota Kediri mengadakan program QURMA (Qur�an Massive) yang mana disetiap
kelurahan diwakili satu lembaga yang menjadi tempat untuk pembelajaran. Qur�an Massive memiliki empat bidang pembelajaran, a. Bidang Tahfidz, b. Bidang Khat, c. Bidang Tilawah, d. Bidang Tarjim. Namun dalam penelitian
ini penulis hanya menfokuskan penelitian di bidang Tahfidz. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat
di ambil rumusan masalah sebagai berikut, bagaimana proses implementasi Qur�an Massive? Efektif kah program tersebut?� Bagaimana solusinya apabila
ada target capain yang belum tercapai. Dalam penelitian
ini menggunakan metode diskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan
data penggunaan metode
interview dan observasi. Sedangkan dalam menganalisis data penulis menggunakan tiga tahapan diantaranya, reduksi data, display data dan penarikan
kesimpulan.�
Hasil penelitian menunjukkan:
Pertama, Secara keseluruhan Proses implementasi Qur�an
Massive di Kota Kediri berjalan dengan
baik. Namun masih belum sempurna,
terlihat dengan adanya beberapa problem-problem
yang di hadapi. Kedua,
Hasil yang telah di capai dari Program Qur�an Massive sudah bagus tetapi belum
merata disetiap lemabaga dikarenakan tidak samanya metode
yang digunakan. Dalam hal ini
penulis memberikan solusi Metode Talaqqi untuk meningkatkan keberhasilan dalam
pembelajaran Qur�an Massive di Madin Darussalam Kelurahan Tosaren Kota Kediri
demi tarcapainya cita-cita Pemerintah Kota Kediri untuk membumikan Al-Qur�an di
Kota Kediri.
Kata Kunci: efektifitas;
pembelajaran; qur�an
massive
Abstract
This research is motivated by the number of school institutions or diniyyah in which the tahfidz
program is used as a superior program or as a branding of the institution to
attract students' interest to enter the institution. In this case, the
Government of the City of Kediri held a QURMA (Massive Qur'an) program in which
each village was represented by an institution that became a place for
learning. Qur'an Massive has four areas of learning, a. Tahfidz
field, b. Khat field, c. Recitation field, d. Tarjim
Field. However, in this study the author only focuses on research in the field
of Tahfidz. Based on the background above, the
formulation of the problem can be taken as follows, how is the process of
implementing the Massive Qur'an? Is the program effective? What is the solution
if there are targets that have not been achieved. This
study uses a qualitative descriptive method with a phenomenological approach.
Meanwhile, the data collection technique used interview, observation and
documentation methods. Meanwhile, in analyzing the data, the author uses three
stages, including data reduction, data display and drawing conclusions. The
results showed: First, the overall process of implementing the Massive Qur'an
in Kediri City went well. However, it is still not perfect, as can be seen from
the problems faced. Second, the results that have been achieved from the
Massive Qur'an Program are good but not evenly distributed in every institution
due to the different methods used. In this case, the author provides a solution
for the Talaqqi Method to increase success in Massive
Qur'an learning in Madin DARUSALAM, Tosaren Village, Kediri City for the sake of achieving the
goals of the Kediri City Government to ground the Al-Qur'an in Kediri City.
Keywords: effectiveness; learning;
massive qur'an
Pendahuluan
Al-Qur'an sebagai
kitab suci yang menjadi pedoman hidup bagi
setiap muslim. Berbeda dengan kitab suci yang lain, maka Al-Qur'an adalah kitab suci yang keaslian dan kemurniannya telah dijamin oleh Allah SWT,
yang tidak akan mengalami perubahan, penambahan maupun pengurangan, tidak ada satu hurufpun
bergeser atau berubah dari tempatnya,
tidak satu huruf atau katapun
yang mungkin dapat disisipkan oleh siapa pun kedalamnya, seperti jaminan Allah SWT yang termaktub dalam Al-Qur�an Surat Al-Hijr
Ayat 9:
اِنَّا
نَحْنُ
نَزَّلْنَا
الذِّكْرَ
وَاِنَّا
لَهٗ
لَحٰفِظُوْنَ
Artinya: Sesungguhnya
Kamilah yang menurunkan Al-Qur�an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya
Sebagaimana masalah
rizqi, kedudukan dan pangkat adalah dari Allah SWT. Demikian juga kemurnian Al-Qur'an adalah telah menjadi Sunnatullah,
bahwa Allah telah memberikan rizqi, pangkat kepada seseorang biasanya melalui manusia, maka demikian juga Allah SWT, memelihara dan menjaga kemurnian Al - Qur'an ini
pun melalui manusia dengan cara memberikan
kemudahan kepada
orang-orang yang dikehendaki untuk
menghafal Al-Qur'an. Sebagaimana
Firman Allah SWT Surat Al Qomar Ayat 17.
وَلَقَدْ
يَسَّرْنَا
الْقُرْاٰنَ
لِلذِّكْرِ
فَهَلْ مِنْ
مُّدَّكِرٍ
Artinya: Dan Sesungguhnya
telah Kami mudahkan
Al-Qur'an untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran.(QS Al-Qomar :
17)
Dan perlu diketahui bahwa orang-orang yang hafal Al-Qur'an pada hakikatnya adalah orang -orang pilihan sebagaimana telah termaktub di hadits Nabi Muhammd SAW.
ِنَّ
لِلَّهِ
أَهْلِينَ
مِنَ
النَّاسِ قَالُوا
: مَنْ هُمْ
يَا رَسُولَ
اللَّهِ؟
قَالَ :
أَهْلُ
الْقُرْآنِ
هُمْ أَهْلُ
اللَّهِ وَخَاصَّتُهُ
Artinya: �Sesungguhnya
Allah memiliki keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya,� Siapakah mereka
ya Rasulullah?� Rasul menjawab,
�Para ahli Al-Qur�an. Merekalah
keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya.� (HR. Ahmad)
Bisa jadi itulah yang melatar belakangi banyaknya orang yang ingin menghafalkan Al-Qur�an.
Dalam dunia proses belajar mengajar (PBM), bisa jadi metode
jauh lebih penting dari materi
yang akan disampaikan. Demikian urgennya metode dalam proses pendidikan dan pengajaran. Sebuah proses belajar mengajar bisa dikatakan
tidak berhasil bila dalam proses tersebut tidak menggunakan metode yang baik dan benar. Karena metode menempati posisi kedua terpenting
setelah tujuan dari sederetan komponen-komponen pembelajaran, yakni: tujuan, metode, materi, media dan evaluasi. Sebuah metode
dikatakan baik dan efektif manakala bisa mengantar kepada tujuan yang dimaksud. Begitupun dalam menghafal Al-Qur�an, metode yang baik akan berpengaruh kuat terhadap proses hifzhul Qur�an, sehingga
sangat menunjang terciptanya
keberhasilan dalam menghafal Al-Qur�an.
Saat ini banyak sekali
program � program untuk pembelajaran Al � Qur�an, diantarannya
Qur�an Massive
yang berada di kota Kediri.
Qur�an Massive merupakan
program Pemerintah Kota Kediri yang bekerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan Diniyyah yang bertujuan membumikan Al-Qur�an atau mencetak generasi-generasi Qur�ani. Untuk mencapai suatu tujuan teresebut diperlukan strategi atau cara yang jitu dan sesuai dengan yang di butuhkan,Sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Demikian pula dengan pelaksanaan menghafal Al-Qur�an, diperlukan strategi atau metode yang memudahkan untuk mencapai hasil
dengan maksimal. Qur�an Massive
memiliki empat bidang pembelajaran, a. Bidang Tahfidz, b. Bidang Khat, c.
Bidang Tilawah, d. Bidang Tarjim. Dalam hal ini penulis mefokuskan pada metode
tahfidz.� Di Madin Darussalam Tosaren
dalam program Qur�an Massive untuk membimbing anak-anak didik
dalam menghafal Al-Qur�an
menggunakan metode talaqqi.
Metode ini
sengaja digunakan dilatar belakangi oleh peserta yang ikut di Qur�an
Massive disyaratkan masih berusia sekolah dasar. Sedangkan di usia tersebut seorang
anak belum bisa mandiri dalam
belajar, artinya masih perlu pendampingan.
Di Madin Darussalam Tosaren
yang mengikuti Program Qur�an Massive tentunya juga masih banyak persoalan-persoalan yang harus diselesaikan, dikarenakan
juga masih program baru.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis menyusun sebuah Jurnal� dengan judul : �Efektifitas Pembelajaran
Qurma (Qur�an Massive) Bidang Tahfidz Dengan Metode Talaqqi� Di Madrasah Diniyyah Kelurahan Tosaren Kota
Kediri�.
Metode Penelitian
Bahan dalam
penelitian ini berupa informasi atau fakta yang diperoleh melalui pengamatan atau penilaian di lapangan yang bisa dianalisis dalam rangka memahami
sebuah fenomena atau untuk mensupport
sebuah teori. Adapun bahan yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang sesuai dengan fokus
penelitian.
Pengambilan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling dan snowball sampling.
Purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, pertimbangan tertentu ini misalnya orang yang paling tahu tentang apa
yang kita harapkan atau mungkin dia
sebagai penguasa sehingga akan memudahkan
peneliti menjelajahi objek/situasi sosial
yang diteliti. Kemudian
snowball sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena
dari jumlah sumber data yang sedikit itu belum mampu
memberikan data yang memuaskan,
maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar,
seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama menjadi besar.
Informan kunci
dalam penelitian ini adalah ustadzah
atau Tutor Qur�an Massive bidang
Tahfidz serta informan lain yang perlu diwawancarai yaitu santri penghafal Al-Qur�an
Program Qu�an Massive bidang
Tahfidz di Madrasah Diniyyah
Darussalan yang beralamatkan
Kelurahan Tosaren Kecamatan Pesantren Kota Kediri Jawa Timur di bawah naungan YPI DARUSSALAM.
Untuk metode,
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yaitu
secara interview dan observasi. Peneliti melakukan observasi terhadap
proses pengajaran, metode
yang digunakan, dan kemampuan pemahaman peserta
didik. Sedangkan observasi
yang disebar digunakan untuk untuk memperoleh data mengenai:
a) Memulai
dan mengakhiri pelajaran tepat waktu
b) Metode talaqqi
diterapkan secara langsung face to face
c) Metode talaqqi
diterapkan oleh seorang guru yang hafal al-Quran
d) Antara
guru dan murid harus terlibat aktif dalam menghafal al-Quran
e) Guru
akan membaca atau menghafal di depan muridnya dalam rangka memberikan hafalan
baru
f) Guru
akan membaca atau menghafal di depan muridnya dalam rangka
memperbaiki kekeliruan ayat-ayat yang dihafal seperti pelafalan huruf-huruf,
makhorijul al-huruf, waqaf, ibtida� dan lain-lain
g) Hafalan
yang masih kurang akan diperbaiki langsung oleh guru.(Qowi, 2017)
h) Ketepatan
bacaan sesuai dengan tajwid
i) Kelancaraan
bacaan. (Rofi,
2019)
j) Membaca
secara tartil
k) Membuat
target hafalan.(Sa�dulloh, 2008)
l) Memahami ayat yang telah dihafal
m) �Setoran hafalan dan muroja�ah.(Massul,
2014)
Data hasil
kuesioner kemudian diolah melalui hasil-hasil dari uji hipotesis.
Analisis ini merupakan
tahapan untuk memberi keputusan apakah ada efektivitas
metode talaqqi ini, dalam meningkatkan
hafalan al-Quran peserta didik Qur�an Massive� di Madin Darussalam
Tosaren Kota Kediri.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Dari
observasi yang kami lakukan, menunjukkan bahwa dari hasil penelitian dengan
jumlah responden 15 peserta didik, tutor atau guru pengajar beserta beberapa
orang yang ahli di bidang tahfidz menunjukkan bahwa metode menghafal Al �Qur�an
yang paling cocok untuk sekalas Madrasah Diniyyah adalah dengan menggunakan metode
talaqqi, akan tetapi metode kurang efektif dikarenakan dalam program Qur�an
Massive ini, waktu yang di berikan dalam proses pengajaran sangat singkat,
yaitu hanya 2 jam pembelajaran yakni 90 menit dalam satu minggu. Hal ini
membuat guru tidak bisa mengajarkan hafalan kepada murid dengan maksimal,
mengingat bahwa metode talaqqi sendiri harus diajarkan secara satu persatu dan
membutuhkan waktu yang lama dan kontinyu agar murid bisa memahami sekaligus
menghafalkan Al � Qur�an dengan baik dan benar.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Qur�an Massive di Madrasah Diniyah
Darussalam Tosaren bidang tahfidz dengan menggunakan metode talaqqi secara umum
sudah efektif akan tetapi untuk mencapai target mencetak tahfidz professional
masih perlu adanya perbaikan-perbaikan.
B. Pembahasan
Qur�an Massive atau yang disingkat QURMA adalah sebuah program yang digagas oleh pemerintah Kota
Kediri yang dikomandani oleh Mas Abu Bakar Abdullah,
SE. sebagai Wali Kota. Yang
mana pada program tersebut ada
empat bidang, diantaranya :
Tahfidz, Khat, Tilawah dan Tarjim. Karena yang punya gagasan
adalah Pemerintah Kota
Kediri maka sebagai pelaksana tetntunya jajaran pemerintahan kelurahan sebagai ujung tombak, dalam
hal ini kelurahan
menyerahkan kepada Kordinator Kelurahan untuk menyediakan Spot atau tempat untuk
pembelajaran Qur�an Massive.
Perlu diketahui
bahwa Qur�an Massive memeliki
46 Spot atau tempat pembelajaran yang mana setiap kelurahan menyediakan satu Spot yang itu bekerjasama dengan salah satu Lembaga pendidikan di kelurahan tersebut, bisa TPQ atau Madrasah Diniyyah. Setiap Spot atau tempat pembelajaran
Qur�an Massive menyediakan empat
bidang pembelajaran, yang
mana setiap satu bidang terdiri maksimal 15 Santri dan satu Tutor sebagai pengajar. Sedangkan kriteria umur yang boleh mengikuti pada program tersebut adalah 6 sampai 13 tahun, karena program ini memang di utamakan usia Sekolah Dasar.
C.
Pengertian
Metode
Metode merupakan
suatu cara yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seorang guru perlu menggunakan metode dalam proses pembelajaran, karena guru tidak dapat mengajar dengan baik apabila
ia tidak menguasai metode pembelajaran secara tepat. Seperti yang diungkapkan oleh Fathurrahman;
Metode secara harfiah berarti cara. Dalam
pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara
atau prosedur yang dipakai untuk mencapai
tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, metode didefinisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada peserta didk untuk tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan.
Jadi metode
pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran guna tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses pembelajaran metode memiliki kedudukan yang penting. Selain untuk membantu guru dalam menyampaikan materi, metode juga merupakan alat untuk membantu siswa agar termotivasi dalam belajar.
D. Pengertian Metode Talaqqi
Metode talaqqi
merupakan cara menghafal Al-Qur�an yang dilakukan
dengan cara mendengarkan bacaan ayat Al-Qur�an yang dibacakan
oleh guru yang hafal Qur�an.
Talaqqi artinya
cara belajar menghafal Al-Qur�an secara langsung kepada seseorang yang ahli dalam membaca Al-Qur�an.
Jadi dalam
proses menghafal dengan metode talaqqi perlu diajarkan oleh guru penghafal Qur�an yang memang sudah hafal Al-Qur�an dan mampu membaca Al-Qur�an sesuai dengan tajwid (aturan dalam membaca
Al-Qur�an). Menurut Sayyid metode
talaqqi merupakan metode menghafal dengan membacakan ayat-ayat yang akan dihafalkan secara berulang-ulang kepada anak. Jadi maksut dari metode tersebut
adalah� belajar secara langsung kepada seseorang yang ahli dalam membaca
Al-Qur�an. Seorang guru membaca
dengan baik dan benar lalu siswa
menirukan bacaan tersebut persis seperti yang dibaca oleh guru atau seorang ustadz.
Metode ini lebih sering dipakai
orang untuk menghafal
Al-Qur�an di tingkat anak-anak,
karena tingkatan anak-anak belum bisa membaca dengan� baik dan benar dengan disertai
ilmu tajwid, maka di perlukan pendampingan seorang guru secara massive.
E. Unsur-Unsur Metode Talaqqi
Adapun unsur-unsur
dalam metode talaqqi sebagai berikut:
a) Metode talaqqi
harus terdiri atas guru yang hafizd Al-Qur�an.
b) Ada murid yang ingin benar-benar serius berniat mengahafal Al-Quran.
c) Antara guru dan murid harus terlibat aktif dalam menghafal
Al-Qur�an.
d) Guru akan membaca atau menghafal di depan muridnya dalam rangka memberikan hafalan baru.
e) Atau guru akan
membaca atau menghafal di depan muridnya dalam rangka memperbaiki kekeliruan ayat-ayat yang dihafal oleh muridnya seperti pelafalan huruf-huruf, makharijul al-huruf, waqaf, ibtida�
dan lain-lain.
f) Jika ada
hafalan murid yang masih kurang maka akan
diperbaiki langsung oleh
guru
F. Ciri-ciri Pembelajaran Metode Talaqqi
Metode talaqqi
juga sering disebut mushafahah, adalah metode pengajaran di mana guru
dan murid berhadap-hadapan secara
langsung, individual, tatap
muka, face to face. Metode talaqqi ini didasari
atas peristiwa yang terjadi ketika Rasulullah SAW atau pun Nabi-nabi yang lainnya menerima ajaran dari Allah SWT.
Merujuk dari
Hasan bin Ahmad bin Hasan Hamam ciri-ciri
metode talaqqi sebagai berikut:
a) Talaqqi adalah
salah satu metode mengajar menghafal Al-Qur�an peninggalan Rasulullah Muhammad SAW yang terus menerus dilakukan
oleh orang-orang setelah Beliau,
para sahabat, tabi�in, hingga para ulama pada zaman sekarang.
Itulah yang kemudian menjadi cetak biru
(blue print) sistem pengajaran
Al-Qur�an di dunia Islam hingga saat
ini.
b) Metode talaqqi
diterapkan oleh seorang
guru yang hafizh Al-Qur�an, telah
mantap agama dan ma�rifat
yang telah dikenal mampu menjaga dirinya.
c) Metode talaqqi
diterapkan secara langsung face to face oleh seorang
guru kepada muridnya dalam sebuah kelas
atau ruang belajar.
d) Metode talaqqi
diterapkan secara langsung face to face murid duduk di hadapan
gurunya untuk memperdengarkan bacaan Al-Quran dengan syarat secara
bertatap muka dengan gurunya tanpa perantaraan apapun, apabila terdapat kesalahan guru akan menegur si
murid di dalam bacaannya serta membetulkan kesalahan tadi secara terus menerus.
e) Metode talaqqi
terbukti paling lengkap dalam mengajarkan menghafal dan membaca Al-Qur'an
yang benar, dan paling mudah
diterima oleh semua kalangan.
f) Metode talaqqi
sering pula disebut musyafahah, yang bermakna dari mulut ke
mulut yakni seorang pelajar belajar Al-Qur'an dengan memperhatikan gerak bibir guru untuk mendapatkan pengucapan makhraj yang benar.
g) Metode talaqqi
di Indonesia dikenal dengan
sebutan sistem talaqqi Al- Qur�an.
h) Dalam belajar
menghafal Al-Qur�an, metode
talaqqi sangat berguna dalam pengajaran ayat-ayat yang belum dihafal dan pengulangan hafalan untuk menguatkan
dan melancarkan hafalan. Apalagi yang diajar masih tingkat anak-anak.
i) Dalam penerapan
metode talaqqi para santri maju satu
persatu untuk menyetor hafalan di hadapan seorang guru.
Dari setiap
ciri-ciri tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa ciri dari metode talaqqi
ini yakni metode yang diterapkan secara langsung face to face oleh
seorang guru kepada muridnya dalam sebuah kelas atau
ruang belajar, dimana seorang murid duduk di hadapan gurunya untuk memperdengarkan bacaan Al-Qur�an dengan syarat secara bertatap
muka tanpa perantaraan apapun.
Inti dari
metode talaqqi yaitu proses menghafal dilakukan secara tatap muka dengan
guru penghafal Qur�an yakni
Ustadz. Di mana anak mendengarkan guru membacakan ayat Al-Qur�an yang akan di hafal secara berulangulang.
Dalam metode ini diperlukan kerjasama yang maksimal antara guru dan murid, karena
proses hafalan dilakukan secara bertatap muka dengan guru penghafal Qur�an. Seperti yang dikemukakan oleh Sa�dullah bahwa talaqqi yaitu
metode menghafal dengan cara menyetorkan
atau memperdengarkan hafalan yang baru dihafal kepada seorang guru atau instruktur (tutor). Dalam metode talaqqi terdapat dua cara
penyampain menghafal
Al-Qur�an yang pertama dilakukan
dengan mendengarkan terlebih dahulu ayat yang akan di hafal secara berulang-ulang.
Kemudian dilanjutkan dengan menyetorkan hafalan yaitu membacakan
surat yang sudah dihafal kepada guru secara individual atau satu persatu.
Dalam metode
talaqqi menghafal ayat Al-Qur�an dilakukan dengan cara mendengarkan
bacaan ayat yang dibacakan oleh guru secara berulang-ulang sampai hafal. Setelah ayat yang dibacakan sudah dapat dihafal
maka murid akan meyetorkan yaitu membacakan hafalan kepada guru secara individu. Seperti yang disampaikan oleh Sa�dullah bahwa metode talaqqi
merupakan cara menghafal Al-Qur�an yang dilakukan
dengan cara menyetorkan atau memperdengarkan hafalan ayat yang baru dihafal kepada guru. Jadi dalam menghafal dengan metode talaqqi
dilakukan dengan dua tahap yaitu
pertama mendengarkan terlebih dahulu bacaan ayat yang akan dihafal secara
berulang-ulang. Kemudian dilanjutkan dengan menyetorkan hasil ayat yang sudah dihafal secara individu kepada guru.
Saat guru membacakan
ayat Al-Qur�an yang dibacakan
secara berulang-ulang murid
akan mengikuti cara guru membaca setiap ayat yang akan dihafal sesuai
dengan makhrajnya. Syarifudin menyampaikan bahwa metode talaqqi
merupakan metode menghafal Al-Qur�an yang dilakukan
mendengarkan ayat yang dibacakan secara berulang-ulang oleh guru. Selain mendengarkan bacaan secara berulang murid juga mengikuti bacaan yang sudah dibacakan secara berulang tersebut baik secara
individu maupun secara bersama-sama.
Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa metode talaqqi
bepusat pada guru, dimana posisi guru sebagai sumber belajar atau pusat informasi
dalam proses pembelajaran. Sehingga guru Qur�an dalam metode talaqqi dituntut untuk dapat membaca Al-Qur�an secara tartil (berdasarkan tajwid yang baik dan benar). Karena itu, metode ini juga diilhami oleh kewajiban membaca Al-Qur�an secara tartil. Metode ini sudah dipakai
pada zaman Rasulullah dan para sahabat. Metode talaqqi yang digunakan Nabi mengajar para sahabat tersebut, dikenal juga dengan metode belajar kuttab.
G.
Tingkat Keefektifan Bidang Tahfidz Dalam Program Qur�an Massive Di Madrasah Diniyyah Tosaren Kota Kediri Dengan Menggunakan Metode Talaqqi
Seperti yang sudah
dibahas di atas, bahwasanya pembelajaran Qur�an
Massive Kota Kediri mempunyai jam belajar
yang sangat terbatas, yakni
90 menit dalam satu minngu. Dari sisi metode sudah
sanagat pas karena metode ini sangat cocok diterapkan pada anak-anak, yang mana seorang anak ketika menghafal
al-Qur�an harus mendapatkan
pendampingan yang serius.
Karena ketika dalam hafalan pertama kali salah dalam melafalkan ayat-ayat al-Qur�an maka akan mempunyai konsekuensi sulit untuk membenahi ketika hafalan tersebut sudah menancap di dalam hatinya.
Ketika kami wawancarai salah satu orang yang ahli di bidang tahfidz al-Qur�an bahwasanya ketika sudah hafal
al-Qur�an hal yang paling penting
dikakukan adalah selalu muroja�ah yakni mengulang-ulang hafalan yang sudah di hafalkan. Seperti kita ketahui bahwasanya
tingkat tanggung jawab anak terhadap
apa yang sudah di hafal tentunya sangat kurang, ya itu
bisa dimaklumi karena seusia Sekolah
Dasar masih asik-asiknya untuk bermain.
Seperti yang kita
tahu, bahwa sanya segala sesuatu
yang berlangsung selama perkembangan anak itu adalah produk
dari interaksi pelibatan faktor hereditas dan faktor lingkungan. Oleh karena itu, bakat dan potensi alami anak
patut diperhitungkan dalam kegiatan dalam usaha perawatan
dan pendidikan, dalam hal ini tentunya
dalam konteks seberapa besar anak tersebut bertanggung
jawab terhadap apa yang sudah dihafalkan yakni al-Qur�an.
Memang, perkembangan
setiap anak pada batas tertentu sangat dipastikan/ dideterminasi oleh bibit dari mana ia tumbuh. Bibit
ini memastikan kemungkinan dan limitasi dari setiap potensi
psiko-fisik anak. Jika fungsi-fungsi psiko-fisik ini mengalami proses pematangan, maka terjadilah proses pemekaran dan pembukaan diri dari "lipatan-lipatan"
pada setiap potensi organisme. Inilah yang disebut sebagai proses perkembangan. Sedang pada proses pematangan
dan pertumbuhan kemudian diikuti dengan usaha belajar.
Namun, ketika
memang bibitnya kurang bagus dapat
dicarikan solusi membuat lingkungan yang bagus, yang mendukung proses pembentukan karakter yang di inginkan. Dalam hal ini tentu
saja dalam hal menhafalkan al-Qur�an dengan maksimal.
Dalam konteks
Qur�an Massive di bidang tahfidz
al-Qur�an yang jam belajarnya sangat terbatas, peran orang tua lah yang sangat dibutuhkan. Dengan cara selalu memberikan
dorongan untuk selalu muroja�ah atau mengulang-ulamg terhadap al-Qur�an yang sudah dihafalkan. Salah satu caranya adalah orang menyimak bacaan al-Qur�an yang sudah dihafalkan setiap selesei Sholat atau minimal setiap pagi dan sore ketika anak belum
mulai aktifitas belajar pelajaran yang lain atau sore hari setelah anak selesei
bermain.
Kesimpulan
Dari penjelasan
diatas, peneliti menyimpulkan bahwa tingkat ke-efektifan bidang tahfidz dalam
program Qur�an massive di Madrasah Diniyyah Tosaren masih kurang, dikarenakan
waktu yang diberikan masih terlalu singkat, mengingat bahwa metode yang pas dan
paling cocok untuk tingkat anak � anak Madin dalam menghafalkan Al � Qur�an
adalah metode talaqqi yang mana membutuhkan waktu yang lama dan terus menerus
dan butuh pendamping seorang guru.
Solusinya peran
serta orang tua untuk selalu mendukung
atau mendampingi anaknya dalam muroja�ah
terhadap al-Qur�an yang sudah
dihafalkannya.
Ahmadi, Iif Khoiru, Amri, Sofan, &
Elisah, Tatik. (2011). Strategi pembelajaran sekolah terpadu. Jakarta:
Prestasi Pustaka. Google Scholar
Al Hafidz, Ahsin W., & Al Hafidz, K. H.
Muntaha. (1994). Bimbingan praktis menghafal Al-Qur�an. Bumi Aksara. Google Scholar
Arief, Armai. (2002). Pengantar ilmu dan
metodologi pendidikan islam. Ciputat Pers. Google Scholar
Bin Hasan Hamam, Hasan bin Ahmad. (2008).
Menghafal al-Qur�an Itu Mudah. Jakarta: At-Tazkia. Google Scholar
Hammam, Hasan bin Ahmad Hasan. (2007).
Perilaku Nabi SAW Terhadap Anak-anak. Bandung: Irsyad Baitus Salam. Google Scholar
Ridwan, Syakir. (2000). Study Al-Qur�an. Jombang:
Unit Tahfid Madrasatul Qur�an. Google Scholar
Rochmah, Elfi Yuliani. (2016).
Mengembangkan karakter tanggung jawab pada pembelajar (Perspektif psikologi
barat dan psikologi Islam). AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan Dan
Keislaman, 3(1), 36�54. Google Scholar
Sadulloh, S. Q. (2008). 9 Cara Praktis
Menghafal Al-Quran. Gema Insani. Google Scholar
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta. Google Scholar
Sulaeman, Dina Y. (2007). Doktor cilik:
hafal dan paham Al-Quran. Pustaka Iman. Google Scholar
Syarifuddin, Ahmad. (2004). Mendidik
anak: membaca, menulis dan mencintai Al-Quran. Gema Insani. Google Scholar
Copyright holder: Siti Mahmudah (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |