�Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 4, April 2022
PENGARUH FAKTOR TECHNOPRENEURSHIP TERHADAP KUALITAS
PRODUK HASIL PRAKTIK MAHASISWA TATA BUSANA
Alicia
Christy Zvereva Gadi
Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Technopreneursip memiliki
peran penting terhadap kualitas sebuah produk baik
barang maupun jasa, dimana terdapat
proses pembentukan dan kolaborasi
antara bidang usaha dan penerapan teknologi sebagai instrumen pendukung dan sebagai dasar dari
usaha itu sendiri, baik dalam
proses, sistem, maupun produk yang dihasilkan. �Dengan menerapkan kemampuan techopreneurship secara maksimal, seseorang dapat berkontribusi meningkatkan taraf hidup masyarakat serta membangun perekonomian kreatif sekaligus teknologi Indonesia dengan menghasilkan lapangan pekerjaan mandiri. Kemampuan technopreneursip seharusnya
sudah ditanamkan pada Pendidikan
vokasi di Indonesia, guna meningkatkan daya saing SDM suatu bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk
mengungkapkan kondisi technopreneurship mahasiswa
prodi Tata Busana, dan mengetahui pengaruh faktor-faktor technopreneurship
terhadap kualitas produk pada mata kuliah Ornamen Fesyen mahasiswa prodi Tata Busana. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan deskriptif. Populasi penelitian adalah mahasiswa prodi Sarjana Terapan Tata Busana FT UNY angkatan 2019 dan
2020. Sampel diambil secara proportional sampling sebanyak
68 mahasiswa. Analisis data
menggunakan regresi linier sederhana dan ganda. Adapun hasil penelitian menunjukkan kondisi technopreneurship mahasiswa
untuk variabel kreativitas dalam kategori sangat tinggi sebesar 67,83%, variabel inovasi dalam kategori
sangat tinggi sebesar
55,94%, dan variabel kemampuan
manajerial dalam kategori sangat tinggi sebesar 74,83%, dan kualitas produk dalam kategori
tinggi sebesar 50,70%. Selain itu juga terdapat pengaruh yang positif dan signifikan faktor kreativitas, inovasi, dan kemampuan manajerial terhadap kualitas produk hasil praktik mahasiswa
Tata Busana dibuktikan dengan sig < 0,05.
Kata Kunci: technopreneurship; kreativitas; inovasi; kemampuan manajerial
Abstract
Technopreneurs have an important role in product quality, where there is
a process and collaboration between business fields and the application of technology
as a supporting instrument and as the basis for the business itself, both the
system, the product produced. By applying techopreneurship
abilities to the fullest, one can improve people's living standards and build
the Indonesian economy as well as technology by generating independent jobs.
The ability of technopreneurs should have been instilled in vocational
education in Indonesia, in order to increase the competitiveness of a nation's
human resources. This study aims to reveal the condition of technopreneurship
of students of the Fashion Design study program, and to determine the influence
of technopreneurship factors on product quality in
the Fashion Ornament course of the students of the Fashion Design study
program. The method used is a survey method with a descriptive approach. The
study population was students of the Applied Undergraduate Fashion Design Study
Program, FT UNY class of 2019 and 2020. The sample was taken proportionally by
sampling as many as 84 students. Data analysis used simple and multiple linear
regression. The results showed that the condition of student technopreneurship for the creativity variable in the very
high category was 67.83%, the innovation variable in the very high category was
55.94%, and the managerial ability variable in the very high category was
74.83%, and product quality in the very high category. high category by 50.70%.
In addition, there is also a positive and significant influence of creativity,
innovation, and managerial abilities on the quality of the product of the
Fashion Design student practice as evidenced by sig < 0.05.
Keywords: technopreneurship; creativity; innovation; managerial ability
Pendahuluan
Peranan generasi muda sebagai
�gudangnya� kreativitas
sangat penting untuk perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia saat ini. Generasi muda
merupakan bagian dari sumber daya
manusia produktif yang dengan ide-ide keratifnya dapat menciptakan sebuah usaha (wirausaha) yang juga membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran. Semakin banyak anak muda yang berkecimpung di dunia wirausaha,
semakin banyak
pula produktifitas yang dihasilkan sehingga berdampak pula pada meningkatnya
perkembangan ekonomi
nasional. Saat ini, pendidikan pada tingkat perguruan tinggi diharapkan mampu meluluskan generasi muda yang dapat membuka lapangan
pekerjaan sendiri dibandingkan dengan mencari pekerjaan pada perusahaan sesuai bidangnya.
Perguruan tinggi
sebagai salah satu jenjang pendidikan berkewajiban mencetak generasi yang memiliki kemandirian yang tinggi, terlebih kemandirian secara ekonomi. Pendidikan tinggi tidak hanya
berfungsi sebagai sarana penyampai teori saja namun
juga praktek dan keterampilan
(Nirbita,
2020). Salah satu upaya dalam
dunia Pendidikan vokasi dalam
mewujudkan hal ini adalah dengan
menerapkan nilai-nilai kewirausahaan pada setiap mata kuliah praktek,
sehingga hasil (output) yang didapatkan
berupa produk yang bernilai jual tinggi,
dan dapat mudah diterima di masyarakat terlebih dengan menggunakan teknologi sebagai sarana untuk berwirausaha. Hal inilah yang memicu pentingnya technopreneur
dalam dunia pendidikan tinggi.
Technopreneurship merupakan kolaborasi antara teknologi dengan jiwa usaha mandiri
dengan semangat membangun usaha sehingga menghasilkan lapangan pekerjaan dan membangun perekonomian sekaligus teknologi Indonesia (Sakti
& Prasetyo, 2018). Technopreneur salah
satu bagian dari perkembangan berwirausaha (entrepreneur)
memberikan gambaran berwirausaha dengan menggunakan inovasi basis technologi. Konsep technopreneur didasarkan
pada basis tekhnologi yang dijadikan
sebagai alat berwirausaha, misalnya munculnya bisnis aplikasi online, bisnis security system,
dsb (Marti�ah,
2017). Selain
itu, pendapat lainnya menyebutkan technopreneurship merupakan proses
dalam sebuah organisasi/kelompok yang mengutamakan inovasi dan secara terus menerus
menemukan problem utama organisasi, memecahkan permasalahannya, serta mengimplementasikan cara-cara pemecahan masalah dalam rangka meningkatakan
daya saing di pasar global (Okorie,
Kwa, Olusunle, Akinyanmi, & Momoh, 2014). Dari beberapa pandangan-pandangan
diatas maka pada intinya technopreneurship akan menggabungkan antara teknologi dan konsep kewirausahaan. Penekanan hasil technopreneurship terletak pada
proses komersialisasi produk-produk
teknologi yang kurang berharga menjadi berbagai produk yang bernilai tinggi sehingga menarik minat konsumen untuk membeli atau
memilikinya (Mopangga, 2015).
Seorang technopreneur dapat mengangkat
perekonomian dengan cara memperkenalkan produk-produk baru dan jasa melalui organisasi
dan pengolahan sumber daya atau bahan
baku. �Entrepreneur as the person who
destroys the exiting economic order by introducing new products and services,
by creating new forms of organization, or by exploiting new materials�, Schumpeter
(Sartono,
Sutrismi, & Wahyuandari, 2014).�� Technopreneur yang baik akan melihat peluang sebuah usaha untuk perbaikan
hidup, dan adanya tantangan-tantangan global, maka seseorang kemudian melakukan usaha-usaha kreatif
dan menciptakan produk yang
inovatif dengan jalan mengembangkan ide dan mengelola sumber daya secara maksimal,
dimulai dari sebuah organisasi
baru dengan tujuan untuk menciptakan
kesejahteraan bagi individu, menambah nilai bagi masyarakat,
dan pertumbuhan ekonomi
negara. Sama seperti pendapat
yang dikemukakan oleh Hisrich
(Tran & Von Korflesch, 2016), �An entrepreneur is characterized as someone
who demonstrates initiative and creative thinking, is able to organize social
and economic mechanisms to turn resources and situations to practical account,
and accepts risk and failure�. Artinya seorang technopreneur harus
berinisiatif melakukan usaha dan berfikir kreatif, dan mencoba mengelola sumber daya, berani mengambil
risiko untuk menemukan peluang dan perbaikan hidupnya. Technopreneurship yang berhasil akan cermat melihat
sebuah peluang dan kesempatan yang ada disekitarnya. Penggunaan teknologi sebagai basis dalam berwirausaha adalah merupakan aplikasi langsung dari ilmu
pengetahuan yang dimiliki seseorang sesuai bidang keahliannya, serta pemanfaatan alat-alat modern yang mendukung dalam proses sebuah usaha yang akan dilakukan. Sehingga tujuan dari technopreneurship seseorang dapat berhasil secara maksimal. Kemampuan technopreneurship mahasiswa di tingkat perguruan tinggi yaitu menghasilkan produk berbasis teknologi serta memiliki produktifitas, kreatifitas,
inovatif, dan berkualitas tinggi sehingga dapat bersaing secara global. Untuk itu, disetiap proses
penciptakan produk yang berkualitas tinggi, seseorang harus memiliki faktor keberhasilan seorang technopreneur untuk
menumbuhkan semangat berwirausaha dengan pemanfaatan teknologi. Kemampuan seorang technopreneur berkaitan
dengan perilaku manusia seperti kreativitas, inovasi, dan kemampuan manajerial yang baik (Erlina
Rufaidah & Kodri, 2020)
Seorang ahli pendidikan (Piirto, 2011) mengemukakan pendapatnya tentang� kreativitas sebagai bentuk pemikiran seseorang. �The concept of two sides of
the brain, the right side for creativity and the leftside
for plodding intellect, is part of overly simplistic contemporary understandingof creativity. (Indeed, we need the whole
brain for creative production�. Pola berfikir dengan
kreatif adalah bagian dari konsep dua bagian
otak manusia, yaitu sisi kiri
dan kanan. Sisi kanan kreativitas dan sisi kiri untuk intelegensi.
Orang yang pandai memiliki kemampuan untuk belajar dan berpikir, sedangkan orang yang kreatif akan melakukan sesuatu yang belum dilakukannya sebelumnya. Ini merupakan perbedaan
kreativitas dengan intelejensi. Namun demikina, kedua jenis kemampuan pandai dan kreatif harus saling mendukung
dan dikembangkan. Kemampuan
berpikir kreatif erat kaitannya dengan proses berpikir secara keratif menemukan ide-ide baru berkaitan dengan proses mencipta. Mencipta artinya meletakkan elemen-elemen secara bersama-sama untuk membentuk suatu keseluruhan yang berkaitan dan fungsional atau mengatur kembali elemen-elemen ke dalam suatu struktur
atau pola-pola baru (Nurhayati & Rahardi, 2021). Dalam proses pembuatan produk kreatif, Guilford (Alma & Buhari, 2010) mengemukakan beberapa elemen dari keempat dimensi yang menjadi sifat dari
proses maupun produk kreatif, yaitu dimensi proses: kelancaran berfikir (fluency of thinking), keluwesan (flexibility), elaborasi (elaboration), imajinatif (imagination), dan keingintahuan (Curiosity), dimensi produk: 4) originalitas (original) dan kompleksitas (complexity).
Selain kreatifitas
berfikir, inovasi juga bagian dari kreativitas
yang diterjemahkan menjadi sesuatu yang dapat diimplementasikan dan memberi nilai tambah atas
sumber daya yang dimiliki. Dari sudut pandang technopreneurship, seorang inovator akan mempunyai
naluri untuk mencari kreasi-kreari baru. Seorang pakar
Theodore (Alma & Buhari, 2010) mengungkapkan �Creativity
is thinking new things, and innovation is doing new things�. Artinya inovasi merupakan implementasi daya piker kreatif menjadi sebuah karya yang baru. inovasi lebih
banyak melibatkan kerja fisik dari
pada pemikiran. Pada penciptaan
sebuah produk baru, inovasi berkaitan erat dengan peluncuran produk. Salah satu bentuk dari inovasi
produk adalah adanya produk baru.
Produk baru meliputi produk orisinil, produk yang disempurnakan, produk yang dimodifikasi dan merek baru yang dikembangkan melalui usaha riset
dan pengembangan (Pattipeilohy, 2018). Inovasi merupakan syarat dalam kemampuan technopreneurship seseorang
menciptakan sebuah produk baru berbasis teknologi. Menurut Kotler
& Amstrong (Vitantri, 2020), inovasi menjadi salah satu
faktor penting dalam menghadapi persaingan pasar dan pengelolaan yang
berkelanjutan. Pengaruh inovasi dalam kompetensi
technopreneurship terhadap kualitas produk didasarkan pada: 1) dimensi
gaya dan desain produk: (a) keunggulan relatif, (b) kompatibilitas, 2) dimensi
varian produk: (a) differensiasi produk dan (b) kerumitan, dan 3) dimensi
fungsi produk: (a) kemampuan diujicobakan, dan (b) kemampuan untuk diamati.
Proses
technopreneurship dalam
penciptaan produk yang berkualitas tidak terlepas dari kemampuan
manajerial yang baik. Manajemen merupakan sebuah proses yang terdiri atas tindakan yang dimulai dari perencanaan,
perorganisasian, pergerakan/tindakan, serta pengendalian yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai sasaran yang telah ditentukan. Berdasarkan beberapa pendapat pakar manajemen, maka dirumuskan empat aspek saat mendefinisikan istilah manajemen, yaitu: (1) kinerja ekonomi (sangat efisisen dalam biaya operasional), (2) mengarahkan
orang (membuat orang mau bekerja) (3) pengambilan keputusan (mengambil dan menerapkan keputusan pada
berbagai aspek) , dan (4) fungsi (berbagai fungsi seperti perencanaan/planning, pengorganisasian/organising, penempatan staf/staffing, pengarahan/directing, dan pengendalian/controlling yang harus dilakukan oleh seorang manajer (Cipta P., 2021). Untuk mencapai efisiensi serta efektivitas dalam manajemen, maka segala tindakan dan kegiatan baru sebaiknya
dilaksanakan dengan pertimbangan dan perhitungan yang
rasional. Untuk itu diperlukan langkah-langkah kegiatan dengan perumusannya secara jelas dan tegas, agar tujuan program yang dimaksudkan dapat berjalan dengan sebaik mungkin. Berdasarkan pemahaman, maka pengaruh kemampuan manajerial dalam kompetensi technopreneurship
terhadap kualitas produk didasarkan pada: (1) dimensi perencanaan (planning
skills), (2) dimensi kemampuan mengorganisasikan (organizing
skills), (3) dimensi kemampuan memimpin (leading skills, dan (4) dimensi kemampuan mengontrol (controlling
skills).
Sebuah produk yang dihasilkan harus memiliki nilai jual dan dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan. Kotler
& Keller (Murty & Khasanah, 2015)mengklasifikasikan produk menurut ke dalam
tiga kelompok, yaitu barang dan jasa. Klasifikasi jenis barang terbagi
menjadi dua, yaitu barang-barang yang tidak tahan lama (nondurable goods) dan barang-barang yang tahan lama (durable goods). Dimensi
kualitas produk
technopreneurship (Murty
& Khasanah, 2015) terdiri dari: (1) dimensi kualitas barang: (a) kinerja (performance), (b) ciri-ciri
keistimewaan tambahan (feature), (c) keandalan
(reliability), (d) kesesuaian dengan spesifikasi (conformance
to specifications), (e) daya tahan
(durability), dan (f) estetika, (2) dimensi kualitas produksi: (a) manajemen produksi.
Berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan dengan mahasiswa Prodi Tata Busana Yogyakarta, ditemukan bahwa pelaksanaan mata kuliah praktik
ada yang sudah menerapkan konsep technopreneurship
dalam proses pembelajarannya.
Salah satunya pada mata kuliah Ornamen Fesyen. Meskipun demikian, hasil produk yang diharapkan masih ada yang kurang maksimal, karena beberapa mahasiswa kurang maksimal dalam menerapkan konsep technopreneurship.
�Hasil produk praktik tentunya harus memiliki kualitas yang baik dan layak jual, sehingga
menjadi salah satu indikator tercapai atau tidaknya tujuan
instruksional yang direncanakan.
dengan menerapkan konsep technopreneurship pada setiap mata kuliah praktik,
deiharapkan terdapat pengaruh yang positif terhadap produk hasil praktik mahasiswa
Tata Busana. �
Metode Penelitian
Jenis penelitian
ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan survey. Tempat penelitian dilakukan di Prodi Tata Busana, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta, pada semester
genap. Penentuan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada tabel Isaac
dan Michael, dengan mengambil
tingkat kesalahan α sebesar 5%, yaitu sebanyak 68 mahasiswa. Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa
Tata Busana angkatan 2019
dan 2020, yang nantinya akan
diambil data untuk mengetahui kreativitas, inovasi, dan kemampuan manajerial terhadap kualitas produk hasil praktik mata
kuliah Ornamen Fesyen. �
Pengumpulan data menggunakan
lembar observasi berupa kuesioner. Instrumen sebelum digunakan telah diuji validasi dan reliabilitas terlebih dahulu. Alternatif jawaban yang tersedia pada lembar kuesioner menggunakan skala Likert. Data pada penelitian
ini dianalisis menggunakan teknik regresi sederhana dan ganda. Variabel terikat (Y) pada penelitian
ini adalah kualitas produk hasil praktik mata
kuliah Ornamen Fesyen dan yang menjadi variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah kreativitas
(X1), inovasi (X2), dan kemampuan manajerial (X3).
Adapun model pengaruh antar
variabel ditunjukkan dalam gambar paradigma
variabel penelitian sebagai berikut:
X1-Y
X1 X1,2,3-Y X2 X3 Y X2-Y X3-Y
Gambar 1. Paradigma
Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Deskripsi Data
Kreativitas
Data pada variabel kreativitas mahasiswa dalam konsep technopreneurship penelitian ini diperoleh melalui
angket yang bersifat tertutup dengan jumlah butir soal
sebanyak 16 butir pertanyaan. Berdasarkan data yang
diperoleh dari responden pada penelitian ini, skor terendah
adalah 36 dan skor tertinggi adalah 59. Dengan menggunakan program bantu
SPSS v.16 diperoleh mean sebesar
49,40; median sebesar 49,00; modus sebesar 49,00; dan standar deviasi sebesar 4,10; dengan jumlah skor
total sebesar 14.131.�
Untuk mengetahui gambaran variabel kreativitas, terlebih dahulu menghitung harga Mean ideal (Mi) dan Standar
Deviasi ideal (SDi). Hasil
data yang diperoleh pada variabel
kreativitas diukur dengan menggunakan 16 butir pertanyaan dengan skala 1 sampai dengan 4. Kecenderungan variabel kreativitas mahasiswa yang didasarkan atas skor ideal dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 1
Distibusi Frekuensi Kategori Kreativitas
No |
Skor |
Frek. |
Persent. (%) |
Kategori |
1 |
≥
48 |
46 |
67,83 |
Sangat Tinggi |
2 |
40 � 47 |
20 |
30,77 |
|
3 |
32 � 39 |
2 |
1,40 |
|
4 |
< 32 |
0 |
0 |
Inovasi
Data pada variabel inovasi mahasiswa dalam konsep technopreneurship penelitian ini diperoleh melalui angket yang bersifat tertutup dengan jumlah butir soal
sebanyak 13 butir pertanyaan. Berdasarkan data yang
diperoleh dari responden pada penelitian ini, skor terendah
adalah 31 dan skor tertinggi adalah 48. Dengan menggunakan program bantu
SPSS v.16 diperoleh mean sebesar
40,01; median sebesar 40,00; modus sebesar 41,00; dan standar deviasi sebesar 3,11; dengan jumlah skor
total sebesar 11.445. Kecenderungan
variabel inovasi mahasiswa yang didasarkan atas skor ideal dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 2
Distibusi Frekuensi Kategori Inovasi
No |
Skor |
Frek. |
Persent. (%) |
Kategori |
1 |
≥
40 |
38 |
55,94 |
Sangat Tinggi |
2 |
33 � 39 |
29 |
43,36 |
|
3 |
26 � 32 |
1 |
0,70 |
|
4 |
< 26 |
0 |
0 |
Kemampuan Manajerial
Data pada variabel kemampuan manajerial mahasiswa dalam konsep technopreneurship penelitian ini diperoleh melalui
angket yang bersifat tertutup dengan jumlah butir soal
sebanyak 14 butir pertanyaan. Berdasarkan data yang
diperoleh dari responden pada penelitian ini, skor terendah
adalah 37 dan skor tertinggi adalah 52 Dengan menggunakan program bantu
SPSS v.16 diperoleh mean sebesar
43,77; median sebesar 44,00; modus sebesar 42,00; dan standar deviasi sebesar 3,21; dengan jumlah skor
total sebesar 12.519. Kecenderungan
variabel kemampuan manajerial mahasiswa yang didasarkan atas skor ideal dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 3
Distibusi Frekuensi Kategori Kemampuan Manajerial
No |
Skor |
Frek. |
Persent. (%) |
Kategori |
1 |
≥ 42 |
52 |
76,22 |
Sangat Tinggi |
2 |
35 � 41 |
68 |
23,78 |
|
3 |
28 � 34 |
0 |
0 |
|
4 |
< 26 |
0 |
0 |
Kualitas Produk
Data pada variabel kualitas produk mahasiswa dalam konsep technopreneurship penelitian ini diperoleh melalui
angket yang bersifat tertutup dengan jumlah butir soal
sebanyak 13 butir pertanyaan. Berdasarkan data yang
diperoleh dari responden pada penelitian ini, skor terendah
adalah 30 dan skor tertinggi adalah 47. Dengan menggunakan program bantu
SPSS v.16 diperoleh mean sebesar
39,48; median sebesar 40,00; modus sebesar 40,00; dan standar deviasi sebesar 3,12; dengan jumlah skor
total sebesar 11.292. Kecenderungan
variabel kualitas produk mahasiswa yang didasarkan atas skor ideal dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 5
Distibusi Frekuensi Kategori Kualitas Produk
No |
Skor |
Frek
|
Persent
(%) |
Kategori |
1 |
≥ 40 |
34 |
50,70 |
Sangat Tinggi |
2 |
33 � 39 |
32 |
47,55 |
|
3 |
26 � 32 |
2 |
1,75 |
|
4 |
< 26 |
0 |
0 |
Hasil Uji
Hipotesis
Berdasarkan hasil uji hipotesis
dengan analisis regresi linier sederhana, variabel
kreativitas memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kualitas
produk hasil praktik mahasiswa Tata Busana. Hal
dibuktikan dari hasil signifikansi antara kreativitas terhadap kualitas produk. Besarnya perhitungan signifikansi menunjukkan bahwa
koefesien korelasi Rx1-y sebesar 0,168; R2 x1-y sebesar
0,028, thitung
sebesar 2,867� dan nilai signifikansi < probabilitas
(0,004 < 0,05). Harga thitung kemudian dikonsultasikan dengan t tabel
pada taraf signifikansi 5% dengan N=68 sebesar 0,113. Jadi t hitung
lebih besar dari t tabel (thitung 2,867
> t tabel 1,968). Model persamaan regresi yang terbentuk adalah Y
= 33,166 + 0,128X1. Dari hasil perhitungan,
koefisien variabel kreativitas terhadap kualitas produk hasil praktik mahasiswa
sebesar 2,8% dan sisanya sebesar 97,2% berhubungan dengan variabel lain.
Tabel 6
Ringkasan
Hasil Uji Hipotesis Pengaruh Faktor Kreativitas dalam konsep Technopreneurship
Terhadap Kualitas Produk Hasil Praktik Mahasiswa Tata Busana
Jumlah Sampel |
Rx1-y |
R2x1-y |
t hitung |
Sig |
Koef. Variabel |
Konst. |
Keputusan |
68 |
0,168 |
0,028 |
2,867 |
0,004 |
0,128 |
33,166 |
Ho ditolak, Ha diterima |
Variabel inovasi memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap kualitas produk hasil praktik mahasiswa
Tata Busana. Hal tersebut dapat dilihat dari
hasil signifikansi antara inovasi terhadap kualitas produk. Besarnya perhitungan signifikansi menunjukkan bahwa koefesien korelasi Rx2-y sebesar 0,157; R2 x2-y sebesar
0,025, thitung
sebesar 2,672 dan nilai
signifikansi < probabilitas
(0,008 < 0,05). Harga t hitung kemudian dikonsultasikan dengan t tabel pada taraf signifikansi 5% dengan N=68 sebesar 1,968. Jadi t hitung
lebih besar dari t tabel (t hitung 2,672 > t tabel
1,968). Model persamaan regresi
yang terbentuk adalah Y = 33,196
+ 0,157X2. Dari hasil perhitungan,
koefisien variabel inovasi terhadap kualitas produk mahasiswa sebesar
2,5% dan sisanya sebesar 97,5% berhubungan dengan
variabel lain.
Tabel 7
Ringkasan
Hasil Uji Hipotesis Pengaruh Faktor Inovasi
dalam konsep Technopreneurship
Terhadap Kualitas Produk Hasil Praktik Mahasiswa Tata Busana
Jumlah Sampel |
Rx2-y |
R2x2-y |
t hitung |
Sig |
Koef. Variabel |
Konst. |
Keputusan |
68 |
0,157 |
0,025 |
2,672 |
0,008 |
0,157 |
33,196 |
Ho ditolak, Ha diterima |
Variabel kemampuan
manajerial memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kualitas produk hasil praktik mahasiswa
Tata Busana. Hal tersebut dapat dilihat dari
hasil signifikansi antara kemampuan manajerial terhadap kualitas produk mahasiswa. Besarnya perhitungan signifikansi menunjukkan bahwa koefesien korelasi Rx4-y sebesar 0,154; R2 x4-y sebesar
0,024, thitung sebesar 2,624 dan nilai signifikansi < probabilitas (0,009 < 0,05). Harga thitung
kemudian dikonsultasikan dengan ttabel pada taraf signifikansi 5% dengan N=68 sebesar 1,968. Jadi thitung lebih besar
dari ttabel (thitung 2,624 > ttabel
1,968). Model persamaan regresi
yang terbentuk adalah Y = 32,918
+ 0,150X4. Dari hasil perhitungan, koefisien variabel inovasi terhadap kualitas produk siswa
sebesar 2,4% dan sisanya sebesar 97,6% berhubungan dengan variabel lain.
Tabel 8
Ringkasan
Hasil Uji Hipotesis Pengaruh Faktor Kemampuan Manajerial
dalam konsep Technopreneurship
Terhadap Kualitas Produk Hasil Praktik
Mahasiswa Tata
Busana
Jumlah Sampel |
Rx4-y |
R2x4-y |
t hitung |
Sig |
Koef. Variabel |
Konst. |
Keputusan |
68 |
0,154 |
0,024 |
2,624 |
0,009 |
0,150 |
32,918 |
Ho ditolak, Ha diterima |
Untuk variabel
kreativitas, inovasi, dan kemampuan manajerial secara bersama-sama memiliki pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap kualitas produk hasil praktik mahasiswa
Tata Busana. Hal tersebut dapat dilihat dari
hasil signifikansi antara variabel kreativitas, inovasi, dan kemampuan manajerial terhadap kualitas produk hasil praktik
mahasiswa. Dari hasil analisis korelasi diperoleh besaran R(x1x2,x3,x4)-y = 0,244; R2(x1,x2,x3,x4)-y
= 0,060; Fhitung �sebesar 4,453 dengan besaran nilai Ftabel
= 3,027 (Fhitung > Ftabel);
dan nilai signifikansi < probabilitas (0,002 < 0,05). Model persamaan
regresi yang terbentuk adalah Y = 24,241 + 0,097 X1 + 0,125X2 +
0,005X3 + 0,116X4. Dari hasil
perhitungan, koefisien determinasi variabel kreativitas, inovasi, dan kemampuan manajerial terhadap kualitas produk hasil praktik mahasiswa sebesar 6% dan sisanya
sebesar 94% dipengaruhi oleh variabel lain.
Kesimpulan
Berdasarkan� hasil analisis dan pembahasan yang telah
dikemukakan maka
dapat memberikan gambaran kondisi penerapan konsep technopreneurship mahasiswa Tata Busana, yaitu variabel kreativitas berada
dalam kategori sangat tinggi (67,83%), variabel inovasi berada dalam kategori sangat
tinggi (55,94%), variabel kemampuan manajerial berada dalam kategori sangat
tinggi (76,22%), dan variabel kualitas produk berada dalam kategori tinggi (50,70%). Selanjutnya penelitian
ini menjawab hipotesis penelitian yaitu terdapat pengaruh yang positif dan signifikan faktor kreativitas, inovasi, dan kemampuan manajerial terhadap kualitas produk hasil praktik
mahasiswa Tata Busana dibuktikan
dengan sig < 0,05.
BIBLIOGRAFI
Alma, Buchari, & Buhari, Dr.
(2010). Kewirausahaan (edisi revisi). Bandung: CV Alfabeta. Google scholar
Cipta P., dkk. (2021). Dasar Ilmu
Manajemen. Media sains indonesia. Google scholar
Erlina Rufaidah, E. R., & Kodri, Kodri.
(2020). Strategi Inovasi dan Kreativitas Berwirausaha di Era Revolusi 4.0
(Kajian Empiris dan Kajian Literatur). ALFABETA, cv. Google scholar
Marti�ah, Siti. (2017). Kewirausahaan berbasis
teknologi (technopreneurship) dalam perspektif ilmu pendidikan. Jurnal
Ilmiah Edutic: Pendidikan Dan Informatika, 3(2), 75�82. Google scholar
Mopangga, Herwin. (2015). Studi Kasus
Pengembangan Wirausaha Berbasis Teknologi (Technopreneurship) di Provinsi
Gorontalo. Trikonomika, 14(1), 13�24. Google scholar
Murty, Dea, & Khasanah, Imroatul.
(2015). Analisis Pengaruh Harga, Kualitas Produk dan Citra Merek terhadap
Keputusan Pembelian Air Minum dalam Kemasan Merek Pelangi Kemasan 600ml di Semarang.
Diponegoro Journal of Management, 409�419. Google scholar
Nirbita, Betanika Nila. (2020). Pentingnya
Technopreneurship Dalam Dunia Pendidikan Tinggi. JURNAL PROSPEK, 1(1).
Google scholar
Nurhayati, Novi, & Rahardi, Rustanto.
(2021). Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa dalam Mengembangkan Media
Pembelajaran Matematika Saat Pandemi Covid-19. JPMI (Jurnal Pembelajaran
Matematika Inovatif), 4(2), 331�342. Google scholar
Okorie, N. N., Kwa, D. Y., Olusunle, S. O.
O., Akinyanmi, A. O., & Momoh, I. M. (2014). Technopreneurship: An urgent
need in the material world for sustainability in Nigeria. European
Scientific Journal, 10(30). Google scholar
Pattipeilohy, Victor Ringhard. (2018).
Inovasi produk dan keunggulan bersaing: Pengaruhnya terhadap Kinerja Pemasaran
(Studi pada usaha nasi Kuning di Kelurahan batu Meja Kota Ambon). Jurnal
Maneksi, 7(1), 66�73. Google scholar
Piirto, Jane. (2011). Creativity for 21st
century skills. In Creativity for 21st Century Skills (pp. 1�12). Springer.
Google scholar
Sakti, Arif Barata, & Prasetyo, Andjar.
(2018). Potensi peningkatan produktivitas kewirausahaan berbasis model
penguatan teknopreuner pada hasil inovasi di Kota Magelang. Jurnal REP
(Riset Ekonomi Pembangunan), 3(1), 60�73. Google scholar
Sartono, Sawal, Sutrismi, Sri, &
Wahyuandari, Weni. (2014). Analisis Pertumbuhan Kewirausahaan Dan Efektifitas
Kelembagaan di Kabupaten Tulungagung. Jurnal BONOROWO, 2(1), 93�101.
Google scholar
Tran, Anh T. P., & Von Korflesch,
Harald. (2016). A conceptual model of social entrepreneurial intention based on
the social cognitive career theory. Asia Pacific Journal of Innovation and
Entrepreneurship. Google scholar
Vitantri, Febria Rida. (2020). The effect
of Innovation Products, Lifestyle and Brand Image on Purchase Decision of
Datsun Type Cars. JOBS (Jurnal Of Business Studies), 6(2), 135�146.
Google scholar
��
Copyright holder: Alicia Christy Zvereva Gadi (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed
under: |