Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 4, April 2022
ANALISIS
PROBABILITAS PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI ANTARA STATION WAGON DAN BUS DI KOTA
TERNATE
Mohammad Ridwan Fadly, Sabaruddin, Abdul Gaus
Fakultas Teknik, Universitas Khairun, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Sarana Transportasi
dari Pelabuhan Semut �
Bandara Sultan Babullah Kota Ternate saat ini didominasi
oleh angkutan mobil Station
Wagon. Tidak tersedianya angkutan umum jenis
bus membuat pemudik harus menggunakan moda station wagon. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi wisatawan
dalam memilih moda transportasi. Penelitian ini menggunakan metode state
preference dan model pemilihan mode yang digunakan adalah Model Logit
binomial. Berdasarkan uji statistik
menunjukkan bahwa keempat variabel yang digunakan yaitu biaya perjalanan waktu tunda waktu
tempuh dan frekuensi keberangkatan merupakan faktor yang mempengaruhi responden dalam memilih moda. Atribut
yang paling berpengaruh pada model berdasarkan analisis elastisitas adalah atribut biaya perjalanan.
Kata Kunci: bis-bis; mode masuk; mode pemilihan; station wagon
Abstract
Means of Transportation
from Semut Harbor � Sultan Babullah
Airport, Ternate City is currently dominated by Station Wagon car
transportation. The unavailability of bus type public transportation makes
travelers have to use the station wagon mode. The purpose of this study was to
determine the factors that influence travelers in choosing the mode of
transportation. This study uses a stated preference method and the mode
selection model used is the binomial Logit Model. Based on statistical tests,
it shows that the four variables used such as travel costs travel time delay time
and departure frequency are factors that influence respondents in choosing
modes. The most influential attribute on the model based on elasticity analysis
is the travel cost attribute.
Keywords: buses; logit mode;
selection mode; station wagons
Pendahuluan
Kota Ternate yang terletak
di provinsi Maluku Utara merupakan
salah satu kota wisata yang terkenal oleh bangsa eropa dari
abad ke-15 sebagai �Kota Rempah� yang sampai saat ini masih
sibuk membangun, berbenahserta meningkatkan sarana infrastruktur baik dalam kelautan,
perikanan maupun bidang pariwisata. Bandar udara Sultan Babullah merupakan bandara domestik kelas II terletak di Desa Tafure, sebelah utara Pulau Ternate. Transportasi di Kota Ternate untuk
mengakses hubungan dengan kota - kota
penting di belahan timur maupun barat Indonesia, adalah melalui laut dan udara, karena secara fisik
Kota Ternate yang berbentuk pulau
mengharuskan untuk mengembangkan transportasi laut dan udara (Saleh,
2021).
Bandara Sultan Babullah
masih menjadi sentral prasarana transportasi udara di Provinsi Maluku Utara sehingga masyarakat dari semua kabupaten kota di Provinsi Maluku Utara memiliki kecenderungan untuk menggunakan fasilitas Bandar Udara Sultan Babullah
Ternate (Badan Pusat Statistik Ternate, 2022).
Sarana transportasi
dari pelabuhan semut menuju Bandar Udara Sultan Babullah di Kota Ternate saat ini sangat terbatas. Didominasi oleh angkutan mobil penumpang informal yang biasa dikenal oleh masyarakat sebagai taxi pangkalan atau taxi gelap dan angkutan umum berbasis aplikasi
daring. Angkutan mobil penumpang informal yang dimaksud adalah moda transportasi
yang secara fisik tampak seperti mobil pribadi namun
difungsikan sebagai angkutan umum.
Diperlukannya moda
transportasi umum yang bisa digunakan oleh masyarakat kapan saja dengan kualitas
dan kapasitas yang cukup
dan ketepatan waktu yang baik menjadi tuntutan
untuk kondisi saat ini.
Jenis moda
mobil bus tentu menjadi pilihan yang cukup favorit sebagai
sarana angkutan perkotaan di berbagai wilayah di seluruh dunia termasuk Indonesia saat ini. Mobil bus yang memiliki kapasitas angkut lebih dari
8 orang sangat efektif bila
digunakan untuk membawa penumpang banyak dalam perjalanan
yang memiliki jarak pendek. Bila dibandingkan
dengan trem atau kereta bus beroperasi dengan kapasitas lebih rendah. Namun untuk
kondisi Kota Ternate yang berada
di kaki gunung gamalama
yang memiliki topografi berbukit dan lahan yang sempit untuk daerah
milik jalan mobil bus menjadi salah satu alterntif moda angkutan umum
yang efektif (Quarles, 2020).
Belum tersedianya
sarana angkutan umum jenis mobil
bus membuat pelaku perjalanan tidak diberikan banyak pilihan untuk menempuh
rute Pelabuhan Semut-Bandara
Sultan Babullah.
Dengan tersedianya
angkutan umum, secara tidak langsung
pemerintah dan masyarakat mendukung program mewujudkan lingkungan bersih dan sehat karena akan
mengurangi potensi peningkatan polusi udara. Selain itu,
berkurangnya tingkat kemacetan juga menjadi keuntungan dari menggunakan angkutan umum.
Perlunya dilakukan
penelitian terhadap pengaruh angkutan umum jenis mobil
bus bila digunakan sebagai salah satu sarana angkutan umum dengan rute
pelabuhan semut menuju Bandar Udara Sultan Babullah
di Kota Ternate.
Metode Penelitian
1.
Metode Pengambilan Data
Kerangka operasional
dalam penelitian ini meliputi antara
lain adalah pengambilan
data dilapangan sampai dengan pengolahan data. Adapun
data-data yang didapatkan berupa:
a) Data primer meliputi kegiatan survey kuisioner dan survey interview yang dilakukan
terhadap pengguna untuk masing-masing moda berdasarkan kebutuhan data yang diperlukan untuk dianalisa.
b) Data sekunder
meliputi data-data penunjang
yang diperlukan dalam studi ini, yang didapatkan dari berbagai instansi yang terkait, antara lain ke Kantor Badan Pusat Statistik
(BPS) Kota Ternate, Kantor Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Ternate, dan instansi
lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
2.
Penentuan Jumlah Data Sampel
Dalam kegiatan
survey yang menggunakan teknik
stated preference tidak ada
suatu teori khusus untuk menentukan
besarnya jumlah sampel yang dibutuhkan untuk suatu penelitian.
Hingga penelitian
terakhir pun yang menggunakan
teknik stated prefence mengindentifikasikan penggunaan sampel yang dibutuhkan dalam jumlah yang besar, dan menyarankan dalam suatu studi
penelitian transportasi jumlah sampelnya adalah 300 sampai dengan 400 sampel agar supaya dapat memberikan
hasil yang lebih baik. Steer Davies Gleave mengungkapkan bahwa untuk mendapatkan hasil yang baik sekalipun bisa jumlah sampelnya antara 75 sampai dengan 100 sampel.
Dari data yang didapatkan jumlah penumpang speadboat rata-rata tiap hari yaitu
sebesar 1286 orang. Karena tidak
tersedia cukup data dari penumpang station wagon maka penentuan penumpang harian rata-rata dilakukan dengan menggunakan pendekatan yaitu jumlah mobil
yang diberangkatkan tiap hari dikalikan kapasitas mobil dan tingkat okupansi dengan cara diatas
didapatkan jumlah penumpang harian rata-rata
station wagon adalah 225orang.
(Sumber: Slovin
dalam Rohpandi, 2020:59-60)
3.
Tahapan � Tahapan Penelitian
Tahapan-tahapan kegiatan
penelitian yang akan dilalui dalam studi
ini sebagai berikut:
a) Langkah pertama adalah dimulai dengan identifikasi kondisi moda yang akan diteliti.
b) Studi literatur,
dimaksudkan untuk mencari dan mengumpulkan bahan-bahan berupa landasan teori, metode perhitungan yang akan digunakan untuk pengolahan data atau dalam melakukan
analisa dari kegiatan survey yang dilakukan.
Hal ini perlu disesuaikan dengan pilot survey dalam membuat desain
eksprimen yang akan dipergunakan sebagai standar untuk pengambilan
data dari cara sampling yaitu dengan cara
menyebar kuisioner dan surveywawancara langsung pada pengguna.
c) Adapun bentuk
pertanyaan formulir survey
yang akan disebarkan dibagi menjadi 2 versi yaitu: Karakteristik
umum pengguna jasa dan karakteristik pemilihan moda yang apat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, karakteristik
umum pengguna jasa yang berisikan pertanyaan yang akan difokuskan untuk mengetahui kondisi eksisting dari pengguna saat ini,
dalam hal ini kondisi sosio-ekonomi
dari pengguna dan informasi tentang perjalanan yang dilakukan dengan menggunakan bus dan
station wagon.
Kedua, karakteristik
pemilihan moda yang berisikan pertanyaan yang diarahkan untuk mengetahui preferensi responden seandainya beberapa hipotesis terjadi perubahan yaitu pada biaya perjalanan, waktu tempuh, waktu tunggu
dan tingkat pelayanan didalam kendaraan ataupun tidak terjadi
perubahan pada setiap atribut (Gaus,
2010).
Berikut kondisi
yang ada saat ini dari masing-masing moda yang ditinjau baik bus maupun station wagon dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1
Atribut perjalanan
dan Pelayanan masing � masing secara
aktual
Atribut Perjalanan |
Mobil Station Wagon |
Mobil Bus (Asumsi) |
1. Headway |
5 Menit |
10� Menit |
2.Frekwensi |
Per 5 Menit |
Per 10 Menit |
Hasil dan Pembahasan
1.
Pengujian Variabel Secara
Univariabel
Dalam uji secara
individu ini, dilakukan pengujian terhadap i secara individual. Hasil dari pengujian ini akan
menunjukkan apakah variabel-variabel layak masuk dalam model atau tidak. Hipotesisnya
adalah sebagai berikut:
Ho:
H1:
I = 1,2,3���.
K
a = 5%
Dimana variabel:
X1 =
Waktu Keterlambatan
X2
= Frekuensi (banyaknya perjalanan)
Tabel 2
Uji
variabel secara univariabel
Variabel |
Standar Error |
P value |
X1 |
0.0072430 |
0.000 |
X2 |
0.008657 |
0.000 |
Sehingga dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa ada 2 (dua) variabel yang signifikan, yaitu variabel waktu keterlambatan (X1) dan frekuensi perjalanan (X2), hal ini diketahui dari nilai P<a = 5% sehingga keempat variabel masuk dalam model logit multivariable.
Selanjutnya dilakukan pengujian multivariabel. Pengujian variabel secara multivariabel dimaksudkan untuk menguji semua variabel prediktor yang memenuhi syarat uji univariabel pada moda station wagon dan bus dimasukkan secara keseluruhan.
Hipotesis:
Ho: b₁ = b₂����.= bk = 0 artinya apabila nilai dari b₁ = b₂����.= bk = 0 atau kurang dari 0,05 maka tolak Ho, (artinya signifikan)
H1: paling sedikit ada satu� bk� 0,�
k = 1,2.............5 artinya nilai bk tidak semua sama
dengan 0 atau lebih dari 0,05 maka terima HI, (artinya tidak signitifkan)
Dengan nilai
a = 5%
2.
Pengujian Variabel Secara
Multivariabel
Pengujian variabel secara multivariabel dimaksudkan untuk menguji semua variabel prediktor yang memenuhi syarat uji univariabel pada moda station wagon dan bus dimasukkan secara keseluruhan.
Tabel 3
Pengujian Signitifkan
Multivariabel
Variabel |
Koefisien |
Standar
Error |
P
value |
Konstanta
(Intercept) |
-0.999 |
0.04247 |
0.000 |
X1 |
-0.235 |
0.006401 |
0.000 |
X2 |
-0.204141 |
0.007097 |
0.000 |
Dari Tabel 3 tampak bahwa nilai p-value = 0.000, pada pengujian dengan menggunakan tingkat signifikan a = 5% sehingga Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan terdapat satu atau lebih variabel berpengaruh secara signifikan terhadap variabel respon.
3.
Uji Korelasi
Uji korelasi digunakan untuk mengukur ketepatan garis regresi dalam menjelaskan nilai variabel tidak bebas. Pengujian hubungan korelasi (derajat hubungan/keeratan hubungan) dalam proses analisa regresi merupakan hal terpenting harus dilakukan terutama untuk mengatasi masalah multikolinieralitas antar variabel bebas.
Adapun hasil uji korelasi terhadap persamaan linier fungsi selisih utilitas pada Tabel 4.
Tabel 4
Matriks Korelasi
Antar Variabel Bebas
|
X1 |
X2 |
X1 |
1 |
|
X2 |
-0.219 |
1 |
Dari hasil analisa statistik dapat diketahui bahwa model logit terbaik adalah
Jika selisih waktu keterlambatan naik 1 satuan maka orang yang memilih akan turun
sebesar 0,235 dan jika selisih frekuensi naik 1 satuan maka orang yang memilih akan turun
sebesar 0,204
4.
Pengujian Pengaruh Atribut
Secara Bersamaan (F-Test)
Pengujian hipotesis
terhadap koefisien secara parsial (t-test) dilakukan untuk memastikan pengaruh masing-masing
atribut dalam persamaan selisih utilitas secara individu. Uji t merupakan uji hipotesis yang menguji signifikan konstanta dan variabel dependen.
Tabel 5
Uji
T Antara Moda Station Wagon Dan Bus
Model |
F - Stat |
T � Stat |
P - Value |
Keputusan |
Headway |
900.93 |
-36.75 |
0.000 |
H0 Ditolak |
Frekwensi |
-28.77 |
0.000 |
H0 Ditolak |
5.
Pengujian Pengaruh Atribut
Secara Bersamaan (F-Test)
Untuk memastikan
pengaruh ke -dua atribut yang terdapat dalam persamaan selisih utilitas secara bersama-sama. Maka dilakukan pengujian hipotesis terhadap variasi nilai utilitas
(F-test). Dari Uji Anova atau
F-test dengan memasukkan kedua atribut antara
station wagon dan bus, didapat F hitung
sebesar 900.93 dengan tingkat signifikan 0,000.
Karena probabilitas
(0,000) lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai
untuk menerangkan selisih kedua moda.
Atau dapat dinyatakan bahwa waktu ketelambatan dan frekuensi secara bersama-sama berpengaruh terhadap selisih utilitas kedua moda antara moda
station wagon dan mobil bus.
6.
Pengukuran Persentase Pengaruh
Semua Atribut (R�)
Pengukuran besarnya
koefisien determinasi (R�) dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh seluruh atribut terhadap tingkat determinasi model. Nilai koefisien
determinasi untuk persamaan model yang terbaik diharapkan mendekati 1. Untuk pemilihan alternatif model yang terbaik dipilih yang memiliki nilai koefisien determinasi yang terbesar dari beberapa alternatif
yang ada.
Persentase pengaruh
semua atribut terhadap utilitas pemilihan moda ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2), dengan nilai R� persamaan regresi = 0,491. Artinya pengaruh semua atribut terhadap
perubahan utilitas pada
model ini adalah sebesar 49,1 % dan sisanya 50.9% dipengaruhi oleh atribut lainnya yang tidak dipertimbangkan dalam model ini.
7.
Elastisitas Model
Elastisitas model dilakukan
untuk mengevaluasi sensitivitas respons yaitu mengukur persentase perubahan probabilitas pemilihan moda sebagai akibat
berubahnya persentase pada suatu atribut tertentu
di dalam fungsi utilitas pada masing-masing model.
Untuk menentukan
elastisitas sangat tergantung
pada titik mana yang ditinjau
(point elasticity) sebab setiap
titik pada grafik fungsi probabilitas memiliki elastisitas yang berbeda, artinya nilai elastisitas sangat ditentukan oleh nilai atribut yang dipilih.
Dengan menggunakan
nilai rata-rata tersebut, maka berdasarkan formulasi model yang ada nilai utilitas dan probabilitas pemilihan moda station wagon untuk
masing-masing model dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6
Nilai
Selisih Utilitas Dan Probabilitas (Perbandingan Antara
Station Wagon-Bus)
Nilai rata-rata selisih atribut |
(Usw-Ubus)
|
Psw |
|
∆ waktu keterlambatan |
∆ Frekwensi |
||
-4.06 |
-4.00 |
0.771100 |
68% |
Dari tabel
6 diketahui bahwa probabilitas yang memilih station
wagon sebesar 69%, sedang probabilitas yang memilih mobil bus sebesar 31%. Dengan diperolehnya nilai probabilitas moda station wagon elastisitas terhadap berbagai atribut, baik elastisitas
silang maupun elastisitas langsung pada nilai rata-rata atribut dapat diperoleh seperti ditunjukan pada tabel 7 dan Tabel 8.
Tabel 7
Nilai
Elastisitas Langsung
Elastisitas langsung
terhadap atribut |
|
∆ waktu keterlambatan |
∆ Frekwensi |
0.3017257 |
0.2580528 |
Tabel 8
Nilai
Elastisitas Silang
Elastisitas silang
terhadap atribut |
|
∆ waktu keterlambatan |
∆ Frekwensi |
0.65237 |
0.55795 |
Berdasarkan hasil
perhitungan elastisitas diatas maka dapat
diterjemahkan sebagai berikut:
a. Atribut waktu
keterlambatan merupakan
yang paling sensitif mempengaruhi
pemilihan moda. Hal ini terlihat dari
nilai elastisitasnya yang
paling besar dari nilai elastisitas atribut frekuensi.
b. Secara umum
ke-dua atribut yang dipertimbangkan dalam model lebih mempengaruhi pemilihan bus dibandingkan dengan station wagon. Ini ditunjukkan dari nilai elastisitas silang pada ke-dua atribut lebih besar
daripada nilai elastisitas langsungnya.
8.
Sensitivitas Model Terhadap Atribut
Cost
Dengan menggunakan
persamaan model pemilihan moda antara moda
mobilstation wagon dan moda
mobil bus:
Dimana:
Jadi probabilitas responden memilih mobil station wagon adalah sebesar 68%. Dan probabilitas memilih bus adalah : P_bus=1-P_sw, Sedang probabilitas memilih Bus adalah sebesar 32% = 0,32.
9.
Sensitivitas Model Terhadap Atribut
Waktu Keterlambatan
Dari hasil
analisis perhitungan sensitivitas atribut waktu keterlambatan didapatkan gambar 1:
Gambar 1
Grafik Sensitivitas
Model Terhadap Perubahan Atribut Waktu Keterlambatan
Berdasarkan analisis
sensisitivitas terhadap perubahan waktu keterlambatan sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 1, maka
dapat dijelaskan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Menunjukkan arah
kemiringan garis yang negarif,
dapat diartikan bahwa semakin besar
selisih perbedaan waktu keterlambatan akan semakin memperkecil
probabilitas memilih
station wagon.
2. Dengan hanya
memperhatikan perubahan selisih waktu keterlambatan
moda (time), dapat dijelaskan bahwa pada kondisi selisih waktu keterlambatan 20 menit probabilitas peluang memilih station wagon lebih kecil daripada
probabilitas peluang memilih bus sebesar 1%. Pada kondisi dengan selisih 0 (pada saat waktu keterlambatan sama) maka responden
yang memilih bus bertambah besar menjadi 53%. Hal ini mengungkapkan bahwa moda mobil
bus lebih diminati dibanding dengan moda station wagon jika waktu keterlambatan sama.
10. Sensitivitas Model Terhadap Atribut
Frekuensi
Dari hasil
analisis perhitungan sensitivitas atribut waktu keterlambatan didapatkan gambar 2:
Gambar 2
Grafik Sensitivitas Model Terhadap Perubahan Atribut Frekuensi
Berdasarkan analisis
sensitivitas terhadap perubahan frekuensi keberangkatan sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 2 diatas,
maka dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut:
1. Memperlihatkan arah
kemiringan garis yang menunjukkan
arah kemiringan negatif, yaitu menyatakan bahwa semakin besar selisih
perbedaan waktu perjalananan akan semakin kecil probabilitas
memilih station wagon.
2. Dengan hanya
memperhatikan perubahan selisih frekuensi, dapat dijelaskan bahwa pada kondisi selisih frekuensi perjalanan 2 menit alias peluang memilih station wagon lebih kecil dari
pada probabilitas peluang memilih moda bus sebesar 41%. Sedangkan pada kondisi dengan selisih 0 (atau pada saat frekuensi perjalananan sama) maka responden yang tetap memilih station wagon akan naik sebesar 51%. Hal ini mengungkapkan bahwa moda mobil
station wagon lebih diminati
dibanding dengan moda bus jika frekuensi
perjalananan sama.
Kesimpulan
Berdasarkan analisa
uji statistik bahwa faktor waktu katerlambatan
dan frekuensi, merupakan faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan mempengaruhi pemilihan moda antara station wagon dan bus.
Hasil analisis elastisitas
model terhadap masing-masing atribut
disimpulkan bahwa probabilitas pemilihan moda bus lebih sensitive terhadap pengaruh perubahan atribut dibandingkan moda station wagon.
Hal ini ditunjukkan dari nilai elastisitas
silang yang lebih besar daripada nilai elastisitas langsung yaitu sebagai berikut: nilai elastistas langsung untuk atribut� keterlambtan
dan frekuensi adalah
0.2864343, dan 0.242066 sedangkan nilai
elastisitas silang untuk atribut, waktu keterlambatan dan frekuensi adalah 0.62707,
0.52993. Dari hasil sensitivitas
dapat diketahui bahwa variabel atribut waktu keterlambatan
yang paling sensitive terhadap probabilitas
pemilihan moda angkutan umum. Dimana perubahan waktu keterlambatan mengakibatkan perubahan probabilitas pemilihan moda yang relatif besar jika
dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada variabel atribut lainnya akan
Gaus, Abdul. 2010. Kompetisi
Pemilihan Moda Angkutan Umum Penumpang
Antara Moda Bus Dan Station Wagon (Rute Makassar � Majene). Thesis. Insititut Teknologi Sepuluh Nopember.
Ramdani, Muhammad. 2022. Analisis
Pemilihan Moda Transportasi Untuk Perjalanan Kerja (Studi Kasus : Hanura). Jurnal
Ilmu Teknik. Vol. 2. No 2
Rohpandi, Dani., Sugiharto,
Asep., Erwandi, Deny., Indrapraja, Ananda Rizki Andrian. 2020. Peningkatan Contrast Citra Bawah Air Laut Menggunakan Metode Clahe (Contrast
Limited Adaptive Histogram Equalization) Jurnal VOI
(Voice Of Informatics). Vol 9 Nomor
2. Hal 57-66
Saleh, Hasrul. 2021. Analisis
Sistem Pelayanan Dibandara Sultan Babullah Ternate
Dengan Pendekatan QFD. Tesis. Universitas Islam Indonesia
Sentanu, W. Y., Purba,
A., & Sulistyorini, R. (2021). Analisis Pemilihan Moda Transportasi Penumpang Antara Kereta Api dan Bus Rute Bandar
Lampung�Palembang dengan Metode
Discrete Choice Model. Jurnal Rekayasa
Sipil dan Desain, 9(1), 119-130.
Septianto, Adika.,
Suyono, Rudi. S., Sulandari,
Eti. 2018. Studi Angkutan Pemukiman Di Kota
Pontianak (Studi Kasus: Kelurahan Tanjung Hulu Kecamatan Pontianak Timur). JeLAST:Jurnal PWK, Laut, Sipil, Tambang. Vol. 5 No. 63 Hal. 1-10
Siagian, Natal Pangondian
dan Rumayar, Audie. (2016) Analisis
Kebutuhan Angkutan Umum Penumpang Kota Manado. Jurnal Sipil Statik
Vol.4.
Sitinjak, Laskar
Laurensius., Sitindaon,
Charles. 2019. Pemilihan Moda
Transportasi Pematang Siantar Menuju Bandara Silangit Dengan Metode Stated Preference. Jurnal
Rekayasa Konstruksi Mekanika Sipil. Vol 2 No 2 Hal
43-57 ISSN: 2614-5707
Ternate. Badan Pusat Statistik, (2022)
Wanuhsurya, Ridho. 2021. Penetapan
Penggunaan Transportasi UmumBus Paradep Dan Taksi Online Dengan Metode AnalyticHierarchy
Process Rute Kualanamu-Binjai.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Teknik [JIMT]. Vol 1 No 3 Hal 1-14 ISSN:
2808-7720
Copyright holder: Mohammad Ridwan Fadly, Sabaruddin, Abdul Gaus (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |