Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 4, April 2022
Paulus Joseph Mentang, Marianus Muharli Mua
Sekolah
Tinggi Pastoral Don Bosco Tomohon, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan
menganalisis 1) hubungan kompetensi pedagogik dengan kinerja guru di SMP
Yayasan Pendidikan Katolik Manado Sulawesi Utara. 2) Hubungan iklim kerja
dengan kinerja guru pada Yayasan Pendidikan Katolik Yayasan Pendidikan Katolik
Manado Sulawesi Utara dan 3) Hubungan bersama antara kompetensi pedagogik dan
iklim kerja dengan kinerja guru pada Yayasan Pendidikan Katolik Yayasan
Pendidikan Katolik Manado Sulawesi Utara. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode survei dengan menggunakan pendekatan korelasional.
Hasil penelitian menemukan bahwa: 1) Terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara kompetensi pedagogik guru dengan kinerja guru pada Yayasan
Pendidikan Katolik Yayasan Pendidikan Katolik Keuskupan Sulewesi Utara yang
ditunjukkan dengan koefisien regresi sebesar 0,697. 2) Terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara iklim kerja dengan kinerja guru di SMP Yayasan
Pendidikan Keuskupan Katolik Manado yang ditunjukkan dengan koefisien regresi
sebesar 0,762. 3) Terdapat hubungan positif dan signifikan secara bersama-sama
antara kompetensi guru dan iklim kerja dengan kinerja guru di SMP Yayasan
Pendidikan Keuskupan Katolik Manado yang ditunjukkan dengan koefisien regresi
sebesar 0,788.
Kata Kunci: Kompetensi Pedagogik, Iklim Kerja, Kinerja Guru
Abstract
The purpose of this study was to examine and analyze
1) the relationship between pedagogical competence and teacher performance at
the Manado Catholic Education Foundation Middle School in North Sulawesi. 2)
Relationship between work climate and teacher performance at the Catholic
Education Foundation of Manado Catholic Education Foundation in North Sulawesi
and 3) The joint relationship between pedagogic competence and work climate
with teacher performance at the Catholic Education Foundation of Manado
Catholic Education Foundation in North Sulawesi. The method used in this study
is a survey method using a correlational approach. The results of the study
found that: 1) There was a positive and significant relationship between
teacher pedagogic competence and teacher performance at the Catholic Education
Foundation of the Catholic Education Foundation of the North Sulewesi Diocese
as shown by the regression coefficient of 0.697. 2) There is a positive and
significant relationship between work climate and teacher performance at the Manado
Catholic Diocese Education Foundation Middle School, as shown by the regression
coefficient of 0.762. 3) There is a jointly positive and significant
relationship between teacher competence and work climate with teacher
performance at the Manado Catholic Diocese Education Foundation Junior High
School as shown by the regression coefficient of 0.788.
Keywords: Pedagogic Competence, Work Climate, Teacher
Performance
Pendahuluan
Keberhasilan tujuan pendidikan di sekolah tergantung pada bagaimana seorang pengawas/kepala sekolah, guru sebagai pendidik, tenaga kependidikan, tata usaha� memberikan layanan kepada siswa yang nantinya dapat menciptakan sumber daya menusia yang berkualitas, mampu bersaing serta dapat menciptakan lapangan perkerjaan, disamping harus didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai.� Untuk membentuk manusia yang sesuai dengan tujuan pembangunan nasional, yang pada akekatnya meningkatkan kualitas manusia sehingga dapat terwujudnya pembangunan yaitu seluruh masyarakat Indonesia yang cerdas, modern berdasarkan Pancasila.
Guru harus memiliki kualitas yang cukup memadai, karena guru merupakan salah satu komponen mikro sistem pendidikan yang sangat strategis dan banyak mengambil peran dalam proses pendidikan persekolahan (Suyanto & Hisyam, 2000). Keberadaan guru merupakan pelaku utama sebagai fasilitator penyelenggaraan proses� belajar mengajar, oleh karena itu kehadiran dan profesionalisme sangat berpengaruh terhadap terwujudnya program pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru memiliki tugas yang sangat penting sebagai pendidik, sebagai pengajar dan pelatih. Guru sebagai pendidik adalah meneruskan dan mengembangkan nilai�nilai etika, moral dan estetika. Guru sebagai pengajar adalah meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan tehnologi dan guru sebagai pelatih adalah mengembangkan keterampilan�keterampilan pada siswa (Usman, 2002)
Undang�Undang RI Nomor 20 tahun 2003, tentang sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa: Tenaga pendidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembang, pengawas, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian pada masyarakat, terutama bagi pendidikan diperguruan tinggi
Kompetensi pedagogik guru masih sangat rendah ini diakibatkan oleh� faktor internal guru itu sendiri dan ekternal yaitu pengaruhnya lingkungan terhadap pendidikan, faktor tersebut antara lain:
1.
Pengasilan guru/gaji� belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
sehingga mencari tambahan lain diluar jam mengajar.
2.
Rendahnya minat guru untuk mengembangkan
diri, menambah wawasan sebagai upaya meningkatkan� kompetensi pedagogiknya.
3.
Perbandingan guru dan siswa� tidak sesuai (satu kelas jumlah siswa 45
orang) x 6 kelas
4.
Beban mengajar guru dalam satu minggu
sangat besar (24�48 Jam)
5.
Kompetensi pedagogik guru yang belum
terbangun, setiap guru perlu memperlihatkan sikap keprofesionalitasnya sebagai
seorang guru.
6.
Rendahnya minat guru terhadap dunia
tulis- menulis. (Djamal, 2005)
Kualitas pendidikan memiliki ketergantungan terhadap banyaknya faktor misal guru, kurikulum, sarana prasarana, biaya, sistem pengelolaan, iklim kerja dan siswa sendiri sebagai peserta didik. Di antara banyak faktor,� guru dinilai mempunyai peran kunci dalam pencapaian kualitas pendidikan. Ronald Brandt (Supriadi & Nirwanto, 1999).� Mangatakan bahwa: hampir semua usaha reformasi dalam pendidikan, seperti pembaharuan kurikulum dan penerapan metode mengajar baru akhirnya tergantung pada guru. Tanpa mereka menguasai bahan pelajaran dan strategi belajar mengajar, tanpa mereka dapat mendorong siswanya untuk belajar sungguh�sungguh guna mencapai prestasi yang tinggi, maka segala upaya peningkatan mutu pendidikan tidak akan mencapai hasil yang maksimal.
Dari beberapa faktor�faktor tersebut yang paling menarik untuk diteliti adalah kompetensi pedagogik dan iklim kerja guru. Kompetensi pedagogik yang dimaksud adalah untuk menguasai bahan pelajaran. Ada beberapa guru tidak menguasai bahan yang akan diajarkan sehingga peserta didik hanya disuruh CBSH (catat bahan sampai habis) atau mengerjakan tugas�tugas. Kurangnya reperensi/bahan ajar, minimnya kemampuan penguasaan teknologi, sehingga� sebagaian besar guru tidak bisa menggunakan komputer dan internet untuk membuka wawasan sebagai upaya pengembangan ilmu pengetahuan.� Banyak guru mengajar tidak sesuai dengan� bidang keahliannya, banyak guru tidak mempersiapkan bahan apa yang akan diajarkan, karena keterbatasan atau kurangnya penguasaan materi pelajaran sehingga guru bersangukutan hanya bisa marah�marah.� Dengan keadaan yang demikian, maka peserta didik tidak tertarik lagi untuk belajar dengan sungguh-sungguh atau banyak siswa yang malas dan bolos, hampir setiap hari ada kelas kosong tidak belajar karena guru tidak mau ke kelas.
����������� Pasal 8, UUGD 14/2005 yaitu guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.� Pasal 10, ayat 1, UUGD , No. 14 tahun 2005 ada empat kompetensi guru yaitu 1) Pedagogik, 2) Kepribadian, 3) sosial, 4) profesional. Namun dalam penelitian ini kompensasi pedagogik hanya dibatasi pada kemampuan mengelola pembelajaran, karena hanya ingin mengetahui sejauh mana kemampuan seorang guru untuk merencanakan, menyajikan dan mengevaluasi proses kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan.
Iklim kerja yang dimaksud adalah iklim kerja yang menggambarkan suasana dan hubungan kerja antara sesama guru, antara guru dengan kepala sekolah� dan� antara guru dengan tenaga kependidikan lainnya merupakan wujud dari lingkungan kerja yang kondusif.� Suasana seperti ini sangat dibutuhkan guru dalam kegiatan belajar mengajar yang mana pelaksanaan kegiatannya berjalan secara efektif. Iklim kerja dapat dilakukan melalui sikap saling mendukung (supportive), tingkat persahabatan (coleagial), tingkat keintiman (intimate) serta kerja sama (kolaboratif). Dari keempat bagian tersebut berpotensi untuk meningkatkan kinerja guru. Dalam arti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan tujuan pembangunan Nasional.
Kalau dicermati secara saksama guru-guru SMP Yayasan Pendidikan Katolik Keuskupan Manado di Sulawesi Utara cara mengajarnya masih cara-cara konvensional, dalam artian guru-guru hampir sebagian besar belum bisa memanfaat/mengunakan komputer secara optimal, guru-guru hampir semua pasif tidak mau mencari materi pelajaran yang lebih menguntungkan untuk siswa. �Di samping itu ada lagi faktor�faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang sangatlah kompleks. (Sutermeister, 1976) menggambarkan faktor�faktor tersebut di antaranya: latihan dan pengalaman kerja, pendidikan, sikap kepribadian, organisasi, para pemimpin, kondisi sosial, kebutuhan individu, kondisi fisik tempat bekerja, kemampuan, motivasi kerja dan sebagainya. Faktor�faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi kinerja menurut Cahyono (HASSANAH, 2003) antara lain: manusia, modal, metode, faktor produksi, faktor lingkungan organisasi, faktor lingkungan Negara, faktor lingkungan regional dan umpan balik.
�Penelitian ini berlokasi di Sulawesi Utara. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif metode survey. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Variabel independen atau variabel bebas yaitu Kompetensi Pedagogik (X1) dan Iklim Kerja (X2), (2) Variabel dependen atau variabel terikat yaitu Kinerja Guru (Y). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Guru SMP Katolik Yayasan Pendidikan Katolik Keuskupan Manado 430 orang di 32 Sekolah yang tersebar 10 Kabupaten/Kota. Diperoleh jumlah responden dalam penelitian ini adalah 417 orang guru.
Variabel dalam
penelitian ini terdiri dari tiga variable yakni dua variable bebas dan satu
variable terikat. Variable bebas adalah Kompetensi Pedagogik (X1)
dan Iklim Kerja (X2). Sedangkan variable terikat adalah Kinerja Guru
(Y). Hasil perhitungan rata-rata, varians dan standar deviasi ini menggunakan
program computer SPSS 24.
Berdasarkan
pengumpulan data dari variabel kompetensi pedagogik, maka dapat diketahui bahwa
nilai rata-rata Kompetensi Pedagogik adalah 98.3501 dengan sebaran data dari 60
sampai 120 dengan jumlah data 417. Nilai varians variabel kompetensi pedagogik
adalah 95.959 sedangkan standar deviasinya adalah 9.79586. Berdasarkan
pengumpulan data dari variable iklim kerja, maka dapat diketahui bahwa nilai
rata-rata iklim kerja adalah 88.1031 dengan sebaran data dari 60 sampai 112
dengan jumlah data 417. Nilai varians variable iklim kerja adalah 112.646
sedangkan standar deviasinya adalah 10.61346. Berdasarkan pengumpulan data dari
variabel kinerja guru, maka dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kinerja guru
adalah 78.3717 dengan sebaran data dari 58 sampai 107 dengan jumlah data 417.
Nilai varians variable kompetensi pedagogik adalah 68.864 sedangkan standar
deviasinya adalah 8.29843.�
Sebelum melakukan
uji hipotesis, peneliti melakukan beberapa uji untuk sebagai syarat untuk
melakukan hipotesis yaitu uji normalitas, uji linearitas dan uji
multikolinearitas. Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui normal
tidaknya suatu distribusi data. Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui
apakah suatu variable memiliki hubungan yang linear atau tidak secara
signfikan. Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas.
Pengujian normalitas data pada penelitian ini
menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan software SPSS 24.
Dalam penentuan apakah
hasil uji sebuah distribusi data bisa dikatakan normal atau tidak, maka diambil
pedoman statistik yang menjelaskan bahwa:
� Apabila nilai signifikansi
(sig.) atau nilai probabilitas < 0,005, maka distribusinya adalah tidak
normal.
� Apabila nilai signifikansi
(sig.) atau nilai probabilitas > 0,005, maka distribusinya adalah normal
(Santoso, 2009:186).
Dengan menggunakan rumus Kolmogorov Smirnov, maka
signifikansi atau nilai probabilitas dari variable kompetensi pedagogik, iklim
kerja maupun kinerja melebihi nilai 0,05. Dengan demikian ketiga variable ini
dapat dinyatakan bersifat normal.
Hasil uji
normalitas pada variabel kinerja guru nilai K-SZ = 0.040 dengan p = 0,099c.d
(p>0,05), dan uji normalitas pada variabel iklim kerja diperoleh nilai K-SZ
= 0,043 dengan p = 0,062c.d (p>0,05), sedangkan uji normalitas variabel
kompetensi pedagogik diperoleh nilai K-SZ = 0,042 dengan p = 0,072c.d
(p>0,05). Dengan demikian ketiga variable ini dapat dinyatakan bersifat normal.
Setelah uji normalitas, asumsi yang harus dipenuhi teknik
korelasi ialah uji linieritas hubungan. Uji linearitas pada penelitian ini menggunakan
program SPSS 24. Kriteria uji, jika nilai r (probability value/critical
value) lebih kecil atau sama dengan dari tingkat α yang ditentukan
maka H0 ditolak. Sebaliknya jika nilai r (probability
value/critical value) variable system informasi kompensasi lebih kecil dari
pada tingkat α yang ditentukan, maka Ha diterima. Berdasarkan
hasil perhitungan dengan program SPSS di atas Nampak bahwa uji linieritas pada
table di atas menunjukkan korelasi. Hal ini ditunjukkan dengan hasil yang diperoleh
dari nilai FLinier = 17.556 dengan p = 0,000 (p <0,05) untuk Kompetensi
Pedagogik-Kinerja Guru sedangkan Iklim Kerja-Kinerja Guru FLinear = 23.241
dengan p= 0,000 (p <0,05).� Angka
tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan bersifat linier.
Selanjutnya uji linearitas variable bebas
(Kompetensi Pedagogik dan Iklim Kerja) dan variable terikat (Kinerja Guru) dengan menggunakan bantuan software
SPSS. Dari hasil olah data data menunjukkan korelasi antara variable bebas dan terikat dengan hasil yang diperoleh nilai Sig Linearity
= 1.000 (sig > 0,05). Angka tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan bersifat linier.
Kemudiaan dilakukan uji Multikolinieritas yakni uji yang ditujukan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi
yang baik selayaknya tidak terjadi multikolinieritas. Berdasarkan hasil
uji multikolonieritas menunjukan bahwa antar variabel independen (iklim kerja
dan kompetensi pedagogik) tidak terjadi multikolinieritas, karena nilai
tolerance masing-masing variabel independen berada di atas 0,1 dan nilai VIF
masing-masing variabel independen berada di bawah 10.
Korelasi antara Kinerja Guru dan Kompetensi
Pedagogik berkorelasi / ada hubungan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai sig. 0.000
< dari 0,05. Dari hasil olah data ditemukan bahwa bahwa nilai
korelasi untuk Kinerja Guru
dan Kompetensi Pedagogik adalah 0.697. Kompetensi Pedagogik dan Kinerja Guru memiliki
korelasi dengan derajat hubungan, yaitu korelasi kuat dan bentuk hubungan dari kedua
variable ini positif. Dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan
H0 ditolak. Dengan
demikian bahwa terdapat hubungan
antara kompetensi pedagogik dengan kinerja guru SMP Yayasan Pendidikan Katolik
Keuskupan Manado Di Sulawesi Utara.
Dari hasil olah data dapat diketahui bahwa nilai korelasi untuk Kinerja Guru dan Iklim Kerja adalah 0.782. Iklim Kerja dan Kinerja Guru memiliki korelasi dengan derajat hubungan, yaitu korelasi kuat dan bentuk hubungan dari kedua variable ini positif. Dengan
demikian H0 ditolak
dan menerima Ha, jadi
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara iklim kerja dengan kinerja
guru SMP Yayasan
Pendidikan Katolik Keuskupan Manado Di Sulawesi Utara
atau tidak terdapat perbedaan antara yang diduga dalam populasi dengan data
yang terkumpul dari sampel.
Dari hasil olah data menunjukkan bahwa sig. F Change =
0,000. Maka dapat disimpulkan antara variable Iklim Kerja, Kompetensi Pedagogik
secara Bersama-sama berhubungan dengan variabel Kinerja guru. Tingkat keeratan
ketiga variable dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (R), dari table
diatas didapat R = 0.788. Derajat hubungan antara variable kompetensi pedagogik
dan iklim kerja terhadap Kinerja Guru merupakan kategori korelasi Kuat. Maka Ha
diterima dan menolak H0. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
Terdapat hubungan antara kompetensi pedagogik dan iklim kerja secara
bersama� sama dengan kinerja guru SMP Yayasan Pendidikan Katolik Keuskupan Manado Di Sulawesi
Utara. Hal ini dapat pula dilihat pada uji signifikansi nilai koefisien
korelasi ganda dengan melakukan uji F diperoleh Nilai sig.adalah 0.000
yang artinya koefisien korelasi ganda signifikan.
Pembahasan
Penelitian ini
didasarkan pada tiga variabel yakni kompetensi pedagogik (X1), iklim
kerja (X2) dan kinerja guru (Y). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat� hubungan antara kompetensi pedagogik dengan
kinerja guru, iklim kerja dengan kinerja guru serta kompetensi pedagogik dan
iklim kerja dengan kinerja guru. Berikut hubungan antara variable:
A. Hubungan Kompetensi Pedagogik
Guru (X1) dengan Kinerja Guru (Y).
Berdasarkan hasil analisis inferensial dapat disimpulkan bahwa Pengaruh
kompetensi pedagogik guru dengan kinerja guru adalah positif dan signifikan.
Kesimpulan ini mengandung makna bahwa kompetensi pedagogik guru yang sangat
baik/tinggi memiliki arah yang positif dan nyata dalam meningkatkan kinerja
guru-guru� SMP di Yayasan Pendidikan
Katolik Keuskupan Manado. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian (Mariana,
2008) yang menyatakan bahwa ada
pengaruh yang positif antara kompetensi guru terhadap kinerja guru.
Hasil penelitian ini yang menyimpulkan bahwa kompetensi pedagogik guru
yang sangat baik memiliki arah yang positif dan nyata dalam meningkatkan
kinerja guru-guru SMP di Yayasan Pendidikan Katolik Keuskupan Manado didukung
dalam teori yang dikemukan oleh(Kunto,
2010) bahwa kinerja seseorang
ditentukan oleh kemampuan (kompetensi) untuk melaksanakan pekerjaan.
Selanjutnya, penelitian lain yang memperkuat penelitian ini sesuai dengan
pendapat (Wirawan,
2012), yang menyatakan bahwa
kinerja guru mempunyai hubungan kausal dengan kompetensi guru. Kinerja
merupakan fungsi dari kompetensi, sikap, dan tindakan. Pendapat tersebut
menunjukkan bahwa kompetensi guru berpengaruh terhadap kinerja guru. Kinerja
guru merupakan tolok ukur keberhasilan guru di dalam profesinya sebagai guru.
Namun, tingkat kinerja dari masing-masing guru berbeda-beda.
B. Hubungan Iklim Kerja
(X2)� Dengan Kinerja Guru (Y)
Berdasarkan hasil analisis inferensial dapat disimpulkan bahwa hubungan
iklim kerja dengan kinerja guru adalah positif dan signifikan. Kesimpulan ini
mengandung makna bahwa iklim kerja yang sangat baik/tinggi memiliki arah yang
positif dan nyata dalam meningkatkan kinerja guru-guru SMP di Yayasan
Pendidikan Katolik Keuskupan Manado.Hasil penelitian yang menyatakan bahwa
iklim sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru-guru SMP di Yayasan Pendidikan
Katolik Keuskupan Manado sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Fredikus
Djelahu Hasil penelitiannya memperlihatkan iklim sekolah sebagai salah satu
variabel bebas penelitian memiliki hubungan yang positif dengan kinerja guru.
Semakin tinggi iklim sekolah semakin tinggi pula kinerja guru, namun sebaliknya
semakin rendah iklim sekolah mengakibatkan kinerja guru menjadi rendah.
Hasil penelitian yang mendukung penelitian ini juga dilakukan oleh (Kustilah,
2005) dalam penelitiannya yang
berjudul �Kontribusi Kesejahteraan Guru, iklim Kerja, dan Kepemimpinan Kepala
Sekolah terhadap Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta�. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa adanya sumbangan efektif antara kesejahteraan guru, iklim
kerja dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru.
Selanjutnya, Hasil penelitian (Utami,
2017) menemukan bahwa Iklim Kerja
berpengaruh langsung positif terhadap Kinerja Guru. Artinya perbaikan Iklim
Kerja akan mengakibatkan peningkatan Kinerja Guru. Iklim kerja lebih positif
ditandai dengan rendahnya tingkat kelelahan emosional dan depersonalisasi.
Kelelahan emosional adalah kondisi seorang karyawan merasa lelah karena
tuntutan pekerjaan mereka. Depersonalisasi adalah kondisi karyawan merasa jauh
atau dihapus dan diberhentikan dari pekerjaan (Aarons
& Sawitzky, 2006). Dengan demikian maka kinerja dipengaruhi langsung positif
oleh iklim kerja memiliki pijakan teoritik dan empiris yang kuat. Secara
teoritis, hasil penelitian ini didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Cascio
(Sukmadinata,
2006) abilitas dan iklim adalah
sebagai faktor-faktor yang berinteraksi dengan kinerja. Iklim pada dasarnya
dapat bersumber pada diri seseorang atau yang sering dikenal sebagai iklim
internal dan dapat pula bersumber dari luar diri seseorang atau disebut juga
iklim eksternal. Faktor-faktor iklim tersebut dapat berdampak positif atau
dapat pula berdampak negatif bagi seorang guru. Iklim kerja sekolah
menggambarkan tanggung jawab terhadap tugas dan peran masing-masing, dukungan
kerja yang diberikan, dan hubungan antara personil di sekolah. Adapun dengan
adanya iklim sekolah dapat mempengaruhi kinerja guru. Keharmonisan hubungan dan
solidaritas tampak lebih baik apabila di sekolah terdapat dukungan dari kepala
sekolah dan rekan sejawat. Kinerja guru menjadi tinggi dengan adanya
partisipasi guru yang aktif dalam suatu kegiatan kepanitiaan dan pengambilan
keputusan untuk memecahkan masalah-masalah di sekolah. Kesediaan menghadapi
berbagai karakteristik peserta didik serta penggunaan waktu dan tenaga dengan
baik dapat berlangsung selama iklim sekolah mendukung kelancaran pembelajaran.
C. Hubungan Kompetensi Pedagogik
Guru (X1) dan Iklim Kerja (X2) dengan Kinerja Guru (Y)
Dimaknai
bahwa kompetensi guru dan iklim kerja guru memiliki arah yang positif dan nyata
dalam meningkatkan kinerja guru. Melalui penerapan kompetensi guru yang efektif
dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran dan iklim kerja
guru yang kondusif dalam melaksanakan tugas dapat mewujudkan kinerja guru yang
diharapkan. Kesimpulan penelitian ini yang menyatakan bahwa kompetensi guru dan
iklim kerja guru memiliki arah yang positif dan nyata dalam meningkatkan kinerja
guru. Hal ini didukung oleh dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurfai (2013)
yang menyimpulkan bahwa Kualitas guru, iklim kerja dan motivasi yang tinggi
terhadap kinerja guru merupakan faktor-faktor penunjang terciptanya kinerja
guru yang memiliki kompetensi profesional yang tinggi. Oleh karena itu, seorang
guru yang memiliki kualitas dan motivasi serta iklim kerja yang kondusif dan
harmonis yang rendah maka sudah barang tentu guru tersebut akan menampilkan
suatu kinerja yang rendah. Kualitas guru, iklim kerja dan motivasi yang tinggi
terhadap kinerja guru merupakan faktor-faktor penunjang terciptanya kinerja
guru yang memiliki kompetensi profesional yang tinggi. Oleh karena itu, seorang
guru yang memiliki kualitas dan motivasi serta iklim kerja yang kondusif dan
harmonis yang rendah maka sudah barang tentu guru tersebut akan menampilkan
suatu kinerja yang rendah. Kualitas guru sebagai tenaga professional
berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil penilaian, meningkatkan dan
mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi serta berkelanjutan sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Demikian pula dengan
Iklim organisasi sekolah itu tidak muncul dengan sendirinya. Ia perlu
diciptakan dan dibina agar dapat bertahan lama. Untuk menciptakan lingkungan
belajar mengajar yang sehat dan produktif menurut (Pidarta,
1988) haruslah ada kesempatan dan
kemauan para profesional.
Iklim
kerja yang kondusif-akademik baik fisik maupun non fisik merupakan landasan
bagi penyelenggaraan pembelajaran yang efektif dan produktif. Oleh karena itu,
sekolah perlu�� menciptakan iklim yang
kondusif untuk menumbuhkembangkan semangat dan merangsang nafsu belajar peserta
didik. Dengan iklim yang kondusif diharapkan tercipta suasana yang aman, nyaman,
dan tertib, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan
menyenangkan. Seperti halnya iklim fisik, suasana kerja yang tenang dan
menyenangkan juga akan membangkitkan kinerja para tenaga kependidikan. (Mulyasa,
2004). Untuk itu semua pihak
sekolah harus mampu menciptakan hubungan kerja yang harmonis, serta menciptakan
lingkungan sekolah yang aman dan menyenangkan. Sehingga dengan kompetensi guru
yang baik dan ditunjang oleh iklim kerja di sekolah yang kondusif, guru akan
mampu menunjukkan dan meningkatkan kinerjanya secara optimal.
Dari hasil
peneliti ini melalui analisis data dan pengujian hipotesis dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, dari hasil pengujian
hipotesis dan analisis tentang tingkat hubungan antara kompetensi pedagogik
dengan kinerja guru memiliki korelasi yang kuat. Hal ini berarti bahwa hubungan
antara kompetensi pedagogik dengan kinerja guru SMP Yayasan Pendidikan Katolik
Keuskupan Manado di Sulawesi Utara sudah memadai. Jadi hipotesis 1 bahwa kompetensi
pedagogik sudah memadai diterima.
Kedua, dari hasil pengujian
hipotesis dan analisis tentang iklim kerja dengan kinerja guru yang berkembang
di Sekolah Menengah Pertama Yayasan Pendidikan Katolik Keuskupan Manado di
Sulawesi Utara memiliki korelasi yang kuat. Hal ini berarti bahwa para guru
merasakan iklim yang kondusif yang membantu mereka dalam menjalankan tugas dan
tanggungjawab dengan baik. Jadi hipotesis 2 bahwa iklim kerja dengan kinerja
guru memiliki hubungan yang kuat dan dapat diterima.
Ketiga, hasil pengujian hipotesis
dan analisis tentang hubungan antara kompetensi pedagogik dengan iklim kerja
secara bersama-sama dengan kinerja guru memiliki korelasi yang kuat dan memiliki
pengaruh signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi hubungan antara
kompetensi pedagogik dengan iklim kerja guru semakin mendorong peningkatan
kinerja para guru Sekolah Menengah Pertama Yayasan Pendidikan Katolik Keuskupan
Manado di Sulawesi Utara. Jadi hipotesis 3 bahwa terdapat pengaruh signifikan
kompetensi pedagogik dan iklim kerja bersama-sama terhadap kinerja guru
diterima.
Aarons, Gregory A., & Sawitzky,
Angelina C. (2006). Organizational Climate Partially Mediates The Effect Of
Culture On Work Attitudes And Staff Turnover In Mental Health Services. Administration
And Policy In Mental Health And Mental Health Services Research, 33(3),
289�301. Google Scholar
Djamal, Z. (2005). Certification And License Of Professional
Lecturer. Journal Of Education, Bandung. Google Scholar
Hassanah, Izzatun. (2003). Peningkatan Keterampilan
Berbicara Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Tgt (Team Games Tournament)
Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri Gabus 3 Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen
Tahun Ajaran 2009/2010. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Google Scholar
Kunto, Suharsimi Ari. (2010). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Penerbit: Rineka Cipta, Jakarta. Google Scholar
Kustilah, Sri. (2005). Kontribusi Kesejahteraan Guru, Iklim
Kerja, Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Ips Smp Di Kota
Yogyakarta Tesis. Yogyakarta: Uny. Google Scholar
Mariana, Yanti. (2008). Pengaruh Kompetensi Profesional Guru
Terhadap Kinerja Guru Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X Dan Xi Tahun 2007/2008
Smk Negeri 1 Malang. Skripsi Mahasiswa Um. Google Scholar
Mulyasa, Enco. (2004). Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep,
Strategi Dan Implementasi. Google Scholar
Pidarta, Made. (1988). Manajemen Pendidikan. Jakarta, Bina
Aksara. Google Scholar
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2006). Pengendalian Mutu
Pendidikan Sekolah Menengah. Bandung: Refika Aditama. Google Scholar
Supriadi, Bambang, & Nirwanto, Nazief. (1999).
Pengembangan Sistem Pendidikan Luar Sekolah Dalam Bidang Pariwisata (Vocational
Education Development In Tourism). Jurnal Penelitian: Edisi Ilmu-Ilmu Sosial,
11(2). Google Scholar
Sutermeister, Robert A. (1976). People And Productivity. Google Scholar
Suyanto & Hisyam, D. (2000). Pendidikan Di Indonesia
Memasuki Milenium Iii: Refleksi Dan Reformasi. Yogyakarta: Adicita Karya
Nusa. Google Scholar
Usman, Moh Uzer. (2002). Menjadi Guru Profesional. Google Scholar
Utami, Purwani Puji. (2017). Pengaruh Iklim Kerja, Kepuasan
Kerja, Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Guru Sman Se-Kota Bekasi. Visipena,
8(1), 17�32. Google Scholar
Wirawan, Cahya. (2012). Peningkatan Kompetensi Guru Kelas
Dalam Pemanfaatan Media Pembelajaran Melalui Mentoring. Jakarta: Jurnal Ptk
Dikmen. Google Scholar
Copyright holder: Paulus Joseph Mentang, Marianus Muharli Mua (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed under: |