Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, No. 4, April 2022
ANALISIS DUKUNGAN SOSIAL, EFIKASI DIRI DAN STIGMA TERHADAP KEPATUHAN
SANTRIWATI DALAM PENGGUNAAN PROTOKOL KESEHATAN DI MASA PANDEMI COVID 19 DI
PONDOK PESANTREN MATHLABUL ULUM SUMENEP
Sonia Yasmin, Katmini
Institut Ilmu Kesehatan Strada,
Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Mengantisipasi
peningkatan penyebaran dan jumlah infeksi, masyarakat dihimbau untuk melakukan pola hidup sehat
baru sesuai� protokol� kesehatan semasa pandemi� Corona virus.�
Salah satu bentuk protokol tersebut adalah menjaga kebersihan dan tidak melakukan kontak langsung dengan pasien positif Corona virus. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis
pengaruh dukungan sosial, efikasi diri dan stigma terhadap kepatuhan santriwati dalam penggunaan protokol kesehatan di masa pandemi Covid 19 di Pondok Pesantren Mathlabul ulum Sumenep. Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif observasional dengan pendekatan cross sectional
dengan fokus penelitiannya diarahkan untuk akan menganalisis
pengaruh dukungan sosial, efikasi diri dan stigma terhadap kepatuhan santriwati dalam penggunaan protokol kesehatan di masa pandemi Covid 19 di Pondok Pesantren Mathlabul ulum Sumenep. Jumlah
populasi sejumlah 164 responden dan sampel sebanyak 116 responden yang diambil dengan teknik Simple Random Sampling. Hasil temuan
didapatkan bahwa hampir hampir separuh
responden memiliki dukungan sosial kategori cukup sebanyak 47 responden (40,5%). Hampir separuh responden memiliki efikasi diri kategori
sedang sebanyak 47 responden (40,5%). Hampir separuh responden memiliki stigma kategori sedang sebanyak 48 responden (41,4%). Sebagian besar
responden tidak patuh melakukan protokol kesehatan sebanyak 85 responden (73,3%). Berdasarkan hasil analisis Regresi Linear Berganda menunjukkan bahwa dengan nilai
p-value 0,000 < 0,05 maka H1 diterima
jadi disimpulkan bahwa secara simultan
ada pengaruh dukungan sosial, efikasi diri dan stigma terhadap kepatuhan santriwati dalam penggunaan protokol kesehatan di masa pandemi Covid
19 di Pondok Pesantren Mathlabul ulum Sumenep dengan besaran pengaruh 83,1%. Diharapkan santriwati bisa mematuhi protokol
kesehatan sebagaimana mestinya dimana harus menggunakan masker standart, jaga jarak dan rajin cuci tangan
dengan sabun. Dengan begitu dapat
mengurangi risiko penyebaran virus Covid-19.
Kata Kunci: dukungan sosial, efikasi diri, kepatuhan, stigma
Abstract
Anticipating the increase in the spread and number of
infections, the public is encouraged to carry out a new healthy lifestyle
according to health protocols during the Corona virus pandemic.� One form of the protocol is to maintain
cleanliness and not make direct contact with corona virus positive patients.
The purpose of this study is to analyze the influence of social support,
self-efficacy and stigma on santriwati compliance in
the use of health protocols during the Covid 19 pandemic at Pondok
Pesantren Mathlabul ulum Sumenep. The design of this
study is an observational quantitative research with a
cross sectional approach with the focus of research directed to analyze the
influence of social support, self-efficacy and stigma on santriwati
compliance in the use of health protocols during the Covid 19 pandemic at Pondok Pesantren Mathlabul ulum Sumenep. The population number of 164 respondents and a
sample of 116 respondents taken with simple random sampling techniques. The
findings found that almost half of the respondents had enough category social
support as many as 47 respondents (40.5%). Almost half of the respondents had a
medium category self-efficacy of 47 respondents (40.5%). Almost half of
respondents had a medium category stigma of 48 respondents (41.4%). Most of the
respondents did not comply with health protocols as many as 85 respondents
(73.3%). Based on the results of the Analysis of Multiple Linear Regression
shows that with a p-value of 0.000 < 0.05, H1 is accepted so it is concluded
that simultaneously there is an influence of social support, self-efficacy and
stigma to santriwati compliance in the use of health
protocols during the Covid 19 pandemic at Pondok Pesantren Mathlabul ulum Sumenep with an influence of
83.1%. It is hoped that santriwati can comply with
health protocols as they should where they must use standard masks, keep their
distance and diligently wash their hands with soap. That way it can reduce the
risk of spreading the Covid-19 virus.
Keywords: social support,
self-efficacy, obedience, stigma
Pendahuluan
Coronavirus 2019 atau
COVID-19 merupakan pandemi
yang telah mengakibatkan tingginya angka mortalitas di berbagai belahan dunia. Pengetahuan mengenai pandemi COVID-19 yang baik dan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai upaya
mencegah penularan COVID-19
penting untuk diterapkan. Pandemi COVID-19
(Coronavirus Disease2019) yang disebabkan oleh virus
SARSCoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2) menjadi
peristiwa yang mengancam kesehatan masyarakat secara umum dan telah menarik perhatian
dunia. Pada tanggal 30 Januari
2020, WHO (World Health Organization) telah menetapkan pandemi COVID-19 sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian dunia internasional (G�NER, Hasanoğlu, & Aktaş,
2020).
Virus ini dapat ditularkan dari manusia ke
manusia.� Pada
12 maret� 2020 WHO mengumumkan
COVID-19� sebagai
pandemi hingga tanggal 7 agustus 2020 terdapat kasus 18.902.735 dan
709.511 jumlah kematian diseluruh dunia. Sementara jumlah kasus positif
di ASIA sebesar 2.428.584 kasus
dengan angka kematian sebesar 50.571 (World Health Organization, 2020).
Indonesia merupakan
negara peringkat kedua dengan kasus COVID-19 tertinggi di ASIA Tenggara sebesar
(World Health Organization, 2020).
Covid-19 pertama kali dilaporkan
di Indonesia pada tanggal 2 maret
2020 sejumlah dua kasus. Data tanggal� 7 agustus 2020 menunjukkan kasus yang terkonfirmasi positif sejumlah 121.226 dengan 5.593 kasus kematian (Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, 2020). Jawa timur menempati peringkat pertama nasional dengan jumlah kasus terbanyak
Covid-19. Pada tanggal 7 agustus
2020 sebanyak 24.493 kasus positif dan angka kematian mencapai 1.834 kasus. (Jatim Tanggap
Covid-19, 2020).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan
yang dilakukan peneliti
pada tanggal 28 November 2021 kepada
10 responden di Pondok Pesantren Mathlabul ulum Sumenep didapatkan
bahwa sejumlah 7 responden santriwati tidak patuh melakukan
protokol kesehatan sebagaimana tertuang dalam peraturan pemerintah yakni harus menggunakan masker, sering cuci tangan
dan jaga jarak. Santriwati merasa kurang perduli
dengan anjuran tersebut karena merasa ketika sedang
berada di dalam lingkungan pondok akan merasa aman
akan adanya wabah dari luar
pondok. Ketidakpatuhan tersebut disebabkan karena sebagian besar santriwati di lungkungan pondok tersebut jarang menggunakan masker dan jarang melakukan jaga jarak sekaligus pengetahuan santriwati akan bahaya covid 19 masih rendah sehingga kurang begitu peduli
dengan protokol kesehatan.
Mengantisipasi peningkatan penyebaran dan jumlah infeksi, masyarakat dihimbau untuk melakukan pola hidup sehat� baru sesuai� protokol� kesehatan semasa pandemi� Corona
virus.� Salah satu
bentuk protokol tersebut adalah menjaga kebersihan dan tidak melakukan kontak langsung dengan pasien positif
Corona virus (Izzaty, 2020).
Kemudian, menggunakan
masker pelindung wajah saat bepergian atau diluar rumah
(Howard, 2020)
Selanjutnya, menjaga kebersihan dengan mencuci tangan atau menggunakan handsanitizer (Sherman A. Lee & Crunk, 2020). Terakhir adalah penerapan social distancing dengan
menjaga jarak sejauh 1 meter dan menutup mulut saat batuk
atau bersin menggunakan lengan (Hafeez, Ahmad, Siddqui, Ahmad, & Mishra, 2020).
Masker pelindung
wajah merupakan salah satu bentuk self
protection selama masa pandemi
Corona virus. Pernyataan tersebut
juga telah diperkuat oleh
World Health Organization (WHO) melalui panduan sementara yang diumumkan pada tanggal 06 April
2020 mengenai anjuran mengenaikan masker (World Health Organization, 2020). Masker pelindung wajah sangat penting digunakan karena tidak hanya
berfungsi sebagai pelindung, tapi juga sebagai pencegah penyebaran infeksi Corona virus (Shen et al., 2020).
Melalui penggunaan masker pelindung wajah, proses penyebaran Corona virus juga dapat
dikendalikan (Cheng et al., 2020).
Menjaga kebersihan diri selama masa pandemi Corona virus seperti mencuci tangan merupkan salah satu langkah yang perlu dilakukan masyarakat. World Health Organization (WHO) juga telah menjelaskan bahwa menjaga kebersihan
tangan telah mampu menyelamatkan nyawa manusia dari
infeksi Corona virus (World Health Organization, 2020).
Meski demikian, mencuci tangan tidak bisa dilakukan
dengan sembarangan oleh masyarakat. Mencuci tangan dengan benar
dalam waktu 20 detik atau lebih
menggunakan air mengalir
dan sabun cair merupakan cara efektif yang dianjurkan dan
sangat perlu masyarakat terapkan (Khedmat, Izadi, Mofid, & Mojtahedi, 2020). Melalui tindakan mencuci tangan siklus transmisi dan resiko penyebaran Corona virus antara 6% dan 44% dapat dikurangi (Chen et al., 2020).
Social distancing merupakan
salah satu kebijakan yang kini diterapkan masyarakat dunia selama masa pandemi Corona virus. Selama menjalankan kebijakan Social
distancing pemerintah Indonesia telah
menerapkan beberapa kegiatan seperti: a) Belajar dan bekerja dari rumah; b) Tinggal di rumah; c) Melarang kegiatan dikermaian dan; d) Membatasi jam operasional di tempat umum (Yanti, Nugraha, Wisnawa, Agustina, & Diantari, 2020)
Kepatuhan masyarakat akan protokol kesehatan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, beberapa faktor yang menjadi pokok permasalahanya
yakni stigma dari lingkungan mnasyarakat, lalu juga karena dukungan sosial yang kurang dimana masyarakat
disekitar jarang menggunakan masker, cuci tangan bahkan sangat sering berkumpul melakukan acara bersama seperti pengajian, hajatan sampai acara perta. Hal tersebut juga disebabkan karena efikasi diri pada masyarakat yang masih rendah, masyarakat menganggap berita apapun yang keluar di media televisi ataupun media sosial merupakan kabar yang dilebih lebihkan, mereka menganggap hal tersebut hanya untuk menguntungkan beberapa pihak saja (Tarwadi et al., 2020).
Berdasarkan kondisi di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang analisis dukungan sosial, efikasi diri dan stigma terhadap kepatuhan santriwati dalam penggunaan protokol kesehatan di masa pandemi Covid
19 di Pondok Pesantren Mathlabul ulum Sumenep.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain kuantitatif observasional dengan pendekatan cross sectional� yaitu� suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan
cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach),
artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek
pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti
bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2012).
Penelitian ini akan menganalisis pengaruh dukungan sosial, efikasi diri dan stigma terhadap kepatuhan santriwati dalam penggunaan protokol kesehatan di masa pandemi Covid 19 di Pondok Pesantren Mathlabul ulum Sumenep. Jumlah
populasi sejumlah 164 responden dan sampel sebanyak 116 responden yang diambil dengan teknik Simple Random Sampling. Analisa data menggunakan uji Regresi Linear.
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1 Hasil uji statistik regresi
linear analisis dukungan sosial, efikasi diri dan stigma terhadap kepatuhan santriwati dalam penggunaan protokol kesehatan di masa pandemi Covid 19 di Pondok Pesantren Mathlabul ulum Sumenep
yang dilaksanakan pada tanggal
15 Januari 2022 -15 Februari
2022 dengan jumlah responden sebanyak 116 responden
No |
Variabel |
Sig |
B |
|
Sig |
1 |
(Constant) |
0,002 |
2,637 |
0.831 |
0.000 |
2 |
Dukungan
Sosial |
0,000 |
0,891 |
||
3 |
Efikasi
Diri |
0,000 |
0,796 |
||
4 |
Stigma |
0,002 |
1,136 |
1.
Parsial
a.
Pengaruh Dukungan
Keluarga Terhadap Kepatuhan
Berdasarkan hasil analisis Regresi Linear menunjukkan bahwa nilai p-value 0,000 < 0,05 maka H1 diterima
jadi disimpulkan bahwa secara parsial ada pengaruh
dukungan sosial terhadap kepatuhan santriwati dalam penggunaan protokol kesehatan di masa pandemi Covid
19 di Pondok Pesantren Mathlabul ulum Sumenep.
b. Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Kepatuhan
Berdasarkan hasil analisis Regresi Linear menunjukkan bahwa nilai p-value 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak
dan H1 diterima jadi disimpulkan bahwa secara parsial ada pengaruh efikasi diri terhadap kepatuhan santriwati dalam penggunaan protokol kesehatan di masa pandemi Covid
19 di Pondok Pesantren Mathlabul ulum Sumenep.
c. Pengaruh Stigma Terhadap Kepatuhan
Berdasarkan hasil analisis Regresi Linear menunjukkan bahwa nilai p-value 0,002 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
jadi disimpulkan bahwa secara parsial ada pengaruh
stigma sosial terhadap kepatuhan santriwati dalam penggunaan protokol kesehatan di masa pandemi Covid 19 di Pondok Pesantren Mathlabul ulum Sumenep.
2.
Simultan
Berdasarkan hasil analisis Regresi Linear Berganda menunjukkan bahwa dengan nilai p-value 0,000 < 0,05 maka H1 diterima
jadi disimpulkan bahwa secara simultan ada pengaruh
dukungan sosial, efikasi diri dan stigma terhadap kepatuhan santriwati dalam penggunaan protokol kesehatan di masa pandemi Covid
19 di Pondok Pesantren Mathlabul ulum Sumenep dengan besaran pengaruh 83,1%.
Pembahasan
A.
Dukungan Sosial Santriwati Dalam Penggunaan Protokol Kesehatan Di Masa Pandemi
Covid 19 Di Pondok Pesantren
Mathlabul ulum Sumenep
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hampir
separuh responden memiliki dukungan sosial
kategori cukup sebanyak 47 responden (40,5%). Selain itu sejumlah 42
responden (36,2%) memiliki dukungan sosial
kategori kurang. Sedangkan sejumlah 27 responden (23,3%)
memiliki dukungan
sosial kategori baik.
Dukungan
Sosial adalah informasi atau umpan balik
dari orang lain yang menunjukkan
bahwa seseorang dicintai dan diperhatikan, dihargai, dan dihormati, dan dilibatkan dalam jaringan komunikasi dan kewajiban yang timbal balik (King, 2012). Sedangkan menurut (Cahyadi, 2012)
dukungan sosial adalah tersedianya� hubungan yang bersifat menolong dan mempunyai nilai khusus bagi individu
yang menerimanya.
Selanjutnya,
dukungan sosial menurut Cohen & Syme (dalam
Apollo & Cahyadi, 2012) adalah sumber-sumber yang disediakan orang lain terhadap individu yang dapat mempengaruhi kesejahteraan individu bersangkutan. Lebih lanjut dukungan
sosial menurut House
& Khan (dalam Apollo & Cahyadi,
2012) adalah tindakan
yang bersifat� membantu
yang melibatkan emosi, pemberian informasi, bantuan istrumen, dan penilaian positif pada individu dalam menghadapi permasalahannya. Menurut Cohen & Hoberman (dalam
Isnawati & Suhariadi,
2013) dukungan sosial
mengacu pada berbagai sumber daya yang disediakan oleh hubungan antar pribadi seseorang.
Beberapa bentuk dukungan sosial menurut Cohen &
Hoberman (Isnawati & Suhariadi, 2013)
adanya bentuan yang berupa nasehat yang berkaitan dengan pemecahan suatu masalah untuk membantu
mengurangi stressor Bantuan
yang nyata yang berupa tindakan atau bantuan
fisik dalam menyelesaikan tgas. Dukungan yang diberikan oleh
orang lain terhadap perasaan
kompeten atau harga diri individu
atau perasaan seseorang sebagai bagian dari sebuah
kelompok diamana para anggotanya memiliki dukungan yang berkaitan dengan self-esteem seseorang. Menunjukkan perasaan diterima menjadi bagian dari suatu kelompok
dan rasa kebersamaan.
Sumber-sumber dukungan sosial menurut Goldberger & Breznitz (dalam Apollo & Cahyadi, 2012)
adalah orang tua, saudara kandung, anak-anak, kerabat, pesangan hidup, sahabat rekan sekerja,
dan juga tetangga. Hal yang sama
juga diungkapkan oleh Wentzel dalam
(Apollo
& Cahyadi, 2012) bahwa
sumber-sumber dukungan sosial adalah oarang-
orang yang memiliki hubungan
yang berarti bagi individu, seperti keluarga, teman dekat, pasangan hidup, rekan sekerja,
saudara, dan tetangga, teman- teman dan guru disekolah.
B.
Efikasi Diri Santriwati Dalam Penggunaan Protokol Kesehatan Di
Masa Pandemi Covid 19 Di Pondok
Pesantren Mathlabul ulum Sumenep
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hampir separuh responden memiliki efikasi
diri
kategori sedang
sebanyak 47 responden (40,5%). Selain itu sejumlah 41
responden (35,3%) memiliki efikasi diri kategori
rendah. Sedangkan
sejumlah 28 responden
(24,1%) memiliki efikasi diri kategori
tinggi.
(Bandura, 2011)
mengemukakan bahwa efikasi diri mengacu
pada keyakinan sejauhmana individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau melakukan
suatu tugas yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu (Mawanti, 2011). Keyakinan akan seluruh kemampuan ini meliputi kepercayaan
diri, kemampuan menyesuaikan diri, kapasitas kognitif, kecerdasan dan kapasitas bertindak pada situasi yang penuh tekanan.
Efikasi diri memiliki keefektifan
yaitu individu mampu menilai dirinya
memiliki kekuatan untuk menghasilkan sesuatu yang diinginkan. Tingginya efikasi diri yang dipersepsikan akan memotivasi individu secara kognitif untuk bertindak secara tepat dan terarah, terutama apabila tujuan yang hendak dicapai merupakan tujuan yang jelas. Efikasi diri selalu
berhubungan dan berdampak
pada pemilihan perilaku, motivasi dan keteguhan individu dalam menghadapi setiap persoalan. Efikasi diri akan berkembang
berangsur-angsur secara terus menerus sering
meningkatkan kemampuan dan bertambahnya pengalaman-pengalaman
yang berkaitan (Bandura, 2011).
Maka dapat disimpulkan bahwa efikasi diri adalah
keyakinan dan kemantapan individu, memperkirakan kemampuan yang ada yang menghasilkan perilaku yang diusahakan sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.
Menurut (Bandura, 2011)
efikasi diri menghasilkan perbedaan dalam cara berpikir,
merasakan dan bertindak. Keyakinan efikasi diri berpengaruh terhadap pilihan yang dibuat dan tindakan yang dicapai oleh individu.Keyakinan
pada efikasi diri turut menentukan seberapa besar usaha yang dilakukan individu, serta berapa lama kemampuan untuk bertahan dalam menghadapi situasi yang kurang menguntungkan.Selain hal itu menurut Bandura dalam
Wening (2013) menyatakan
bahwa efikasi diri akan meningkatkan
kekebalan terhadap cemas, stres dan depresi serta mengaktifkan
perubahan-perubahan biokemis
yang dapat mempengaruhi berbagai ancaman aspek dari fungsi
kekebalan. Penelitian oleh Bandura
dalam Wening (2013)
menunjukkan bahwa efikasi diri memiliki
peran dalam hubungannnya dengan cemas dan stres yang melibatkan immunosuppression dan perubahan
fisiologis seperti tekanan darah, detak jantung, dan hormon stres.Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan
faktor-faktor efikasidiridalam
penelitian ini, adalah mengacu pada teori Bandura dan pendapat Atkinson
dalam Mawanti (2011)
yaitumastery experience (pengalaman
keberhasilan), vicarious experience atau modelling (meniru), social
persuasion, physiologicaldan emotional state, dan tingkat pendidikan.
Hal
ini berbeda dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh (Byung Hyun Lee et al., 2015)
dalam Pematasari, Lukman, & Supriadi (2014) berpendapat
bahwa memberikan informasi mengenai perawatan diri 41 hipertensi berhubungan dengan self efficacy dalam mengontrol hipertensi dan merupakan faktor yang berpengaruh secara signifikan dalam perilaku perawatan hipertensi. Lansia yang memiliki self efficacy tinggi akan mencapai suatu
tujuan yang lebih baik karena lansia
memiliki motivasi yang kuat, tujuan yang jelas, emosi yang stabil dan kemampuannya untuk memberikan hasil yang baik atas aktivitas atau perilaku dengan
sukses.
Keyakinan
yang dimiliki individu merupakan hal yang mempengaruhi individu dalam melakukan perawatan diri. Keyakinan tersebut dinamakan self efficacy (Oktarianti et al., 2017). Menurut
Pakseresht, et al. (2010) dalam
Okatiranti et al., (2017), menyatakan
bahwa self efficacy adalah keyakinan dalam diri dan kemampuan diri dalam melakukan sesuatu perilaku dengan berhasil. Seseorang yang mempunyai self efficacy tinggi akan lebih cenderung
mempunyai keyakinan dan kemampuan dalam mencapai keinginan sesuai dengan tujuannya.
Tingginya sefficacy dalam diri individu
tidak lepas dari 42 faktor faktor yang mempengaruhinya (Passer,
2009 dalam Okatiranti et
al., 2017).
C.
Stigma
Sosial Santriwati Dalam Penggunaan Protokol Kesehatan Di Masa Pandemi Covid 19 Di Pondok Pesantren Mathlabul ulum Sumenep
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hampir
separuh responden memiliki stigma dalam kategori sedang
sebanyak 48 responden (41,4%). Selain itu sejumlah 40 responden (34,5%)
memiliki stigma dalam kategori rendah. Sedangkan sejumlah 28 responden
(24,1%) memiliki stigma dalam kategori tinggi.
Menurut (Evans-Lacko, Gronholm, Hankir, Pingani, & Corrigan, 2016)
stigma berhubungan dengan kehidupan sosial yang biasanya ditujukan kepada orang-orang yang dipandang
berbeda, diantaranya seperti menjadi korban kejahatan, kemiskinan, serta orang yang berpenyakitan
salah satunya orang dengan
covid. Orang yang mendapat stigma dilabelkan
atau ditandai sebagai orang yang bersalah.
Dampak berbahaya dari stigma dapat menimbulkan perasaan dan emosi negatif seperti malu, putus asa,
dan terisolasi. Tidak mau mencari pertolongan
atau pengobatan karena kurang pengertian
dari keluarga, teman atau orang lain. Dampak stigma dapat merusak kohesi sosial dan mendorong terjadinya kemungkinan isolasi sosial terhadap kelompok, yang dapat berkontribusi pada situasi yang justru lebih memungkinkan, bukan mencegah, penyebaran penyakit. Hal ini dapat mengakibatkan
masalah kesehatan yang lebih parah dan kesulitan mengendalikan wabah penyakit.
Stigma
dapat Mendorong orang untuk menyembunyikan penyakit untuk menghindari diskriminasi, Mencegah orang mencari perawatan kesehatan segera, dan Mencegah mereka untuk mengadopsi
perilaku sehat. Stigma dari beberapa penyakit
dan kelainan merupakan isu sentral dalam
kesehatan masyarakat (Septiawan, Mulyani, & Susanti, 2018).
Para
penderita dari beberapa penyakit tertentu sering mendapatkan stigma yang memberikan
rasa rendah diri. Penderita kusta, TBC, diabetes,
covid19 dan lain-lain dianggap memiliki
stigma negatif di
masyarakat. Sehingga
orang-orang di sekitarnya cenderung
menjauh dan tidak mau terlibat kontak
dengan mereka walaupun mereka sudah dinyatakan sembuh sekalipun (Setiawati, Sariti, & Livana, 2020).
D.
Kepatuhan Santriwati
Dalam Penggunaan Protokol Kesehatan Di Masa Pandemi Covid 19 Di Pondok Pesantren Mathlabul ulum Sumenep
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak patuh melakukan protokol kesehatan sebanyak 85 responden (73,3%). Sedangkan sejumlah 31
responden (36,7%) patuh melakukan protokol kesehatan
Kepatuhan atau ketaatan
(compliance/adherence) merupakan tingkat
seseorang melaksanakan kegiatan dan perilaku yang sudah disarankan atau ditetapkan (Konis, 2013)
Kepatuhan adalah suatu istilah untuk
menjelaskan ketaatan atau pasrah terhadap
tujuan yang telah ditentukan.
Wesker
(2014) berpendapat bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat kepatuhan adalah segala sesuatu
yang dapat berpengaruh positif sehingga penderita tidak mampu lagi mempertahankan
kepatuhanya, sampai menjadi kurang patuh dan tidak patuh.
Tidak seorang pun mematuhi instruksi jika dirinya salah paham tentang instruksi yang diberikan padanya. Kadang kadang hal
ini disebabkan oleh kegagalan profesional kesalahan dalam memberikan informasi lengkap dan memberikan banyak instruksi yang harus diingat oleh seseorang. Tingkat pendidikan dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif yang diperoleh secara mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu. (Suparyanto, 2010)
mengemukakan bahwa semakin tua umur
seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur � umur tertentu,
bertambahnya proses perkembangan
mental ini tidak secepat ketika berusia belasan tahun, dengan demikian
dapat disimpulkan faktor umur akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang yang akan mengalami puncaknya pada umur � umur tertentu dan akan menurun kemampuan
penerimaan atau mengingat sesuatu seiring dengan usia semakin lanjut.
Hal ini menunjang dengan adanya tingkat
pendidikan yang rendah.
Kepribadian antara orang yang patuh dengan orang yang gagal berbeda. Orang yang tidak patuh adalah orang yang mengalami depresi, ansietas, sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan memiliki kehidupan sosial yang lebih, memusatkan perhatian kepada dirinya sendiri. Kekuatan ego yang lebih ditandai dengan kurangnya penguasaan terhadap lingkunganya. Variabel-variabel demografis juga
digunakan untuk meramalkan ketidak patuhan (Wilujeng, 2015).
Menurut peneliti kepatuhan merupakan tingkat seseorang melaksanakan kegiatan dan perilaku yang sudah disarankan atau ditetapkan. Kepatuhan merupakan suatu istilah untuk
menjelaskan ketaatan atau pasrah terhadap
tujuan yang telah ditentukan. Kebanyakan orang tidak patuh keika diberikan
instruksi oleh pemerintah maupun instansi terkait dikarenakan seseorang mudah menerima segala informasi yang negative dari pada
informasi yang positif, sehingga berita-berita tidak benar mudah
sekali menyebar di masyarakat dan lebih mempercayai hal tersebut. Sehingga akibat dari banyaknya
informasi hoax menyebabkan santriwati cenderung mengabaikan dan tidak mematuhi instruksi protokol kesehatan dari pemerintah.
E. Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kepatuhan Santriwati Dalam Penggunaan Protokol Kesehatan Di Masa Pandemi Covid 19 Di Pondok Pesantren Mathlabul ulum Sumenep
Berdasarkan hasil analisis Regresi Linear menunjukkan bahwa nilai p-value 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak
dan H1 diterima jadi disimpulkan bahwa secara parsial ada pengaruh dukungan sosial terhadap kepatuhan santriwati dalam penggunaan protokol kesehatan di masa pandemi Covid
19 di Pondok Pesantren Mathlabul ulum Sumenep.
Dukungan sosial dapat berasal
dari pasangan atau patner, anggota
keluarga, kawan, kontak sosial dan masyarakat, teman sekelompk, jamaah gereja atau masjid, dan teman kerja atau
atasan anda di tempat kerja. (Taylor,
dkk., 2009). Sedangkan
menurut Tarmidi & Kambe
(2010) dukungan sosial
dapat diaplikasikan ke dalam lingkungan
keluarga, yaitu orang tua. Jadi dukungan sosial orang tua adalah dukungan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya baik secara emosional,
penghargaan, informasi atau pun kelompok. Dukungan orang tua berhubungan dengan kesuksesan akademis remaja, gambaran diri yang positif, harga diri, percaya
diri, motivasi dan kesehatan mental. Dukungan sosial orang tua dapat dibagi menjadi
dua hal, yaitu dukungan yang bersifat positif dan dukungan yang bersifat negatif. Dukungan positif adalah perilaku positif yang ditunjukkan oleh orang tua, dukungan yang bersifat negatif adalah perilaku yang dinilai negatif yang dapat mengarahkan pada perilaku negatif anak.
Dukungan sosial bisa efektif
dalam mengatasi tekanan psikologis pada masa sulit dan menekan. Misalnya, dukungan sosial membantu mahasiswa mengatasi stresor dalam kehidupan
kampus. Dukungan sosial juga membantu memperkuat fungsi kekebalan tubuh, mengurangi respons fisiologis terhadap stres, dan memperkuat fungsi untuk merespons
penyakit kronis. (Taylor,
dkk., 2009).
Hubungan sosial dapat membantu
hubungan psikologis, memperkuat praktik hidup sehat, dan membantu pemulihan dari sakit hanya
ketika hubungan itu bersifat sportif. Dukungan sosial mungkin paling efektif apabila ia �tidak
terlihat�. Ketika kita mengetahui bahwa ada orang lain yang akan membantu kita, kita merasa ada
beban emosional, yang mengurangi efektivitas dukungan sosial yang kita trima. Tetapi
ketika dukungan sosial itu diberikan
secara diam-diam, secara otomatis, berkat hubungan baiik kita, maka
ia dapat mereduksi stres dan meningkatkan kesehatan. (Taylor,
dkk., 2009).
Segi-segi fungsional juga digaris bawahi dalam menjelaskan
konsep dukungan sosial. Misalnya, Rook (dalam Smet 2014) menganggap
dukungan sosial sebagai salah satu di antara fungsi pertalian
(atau ikatan) sosial. Segi-segi fungsional mencakup: dukungan emosional, mendorong adanya ungkapan perasaan, pemberian nasehat atau informasi, pemberian bantuan material. Ikatan-ikatan sosial menggambarkan tingkat dan kualitas umum dari
hubungan interpersonal. Selain
itu, dukungan sosial harus dianggap
sebagai konsep yang berbeda, dukungan sosial hanya menunjuk
pada hubungan interpersonal yang melindungi
orang-orang terhadap konsekuensi
negatif dari stres
F. Pengaruh Efikasi Diri Terhadap
Kepatuhan Santriwati Dalam Penggunaan Protokol Kesehatan Di Masa Pandemi Covid 19 Di Pondok Pesantren Mathlabul ulum Sumenep
Berdasarkan hasil analisis Regresi Linear menunjukkan bahwa nilai p-value 0,000 < 0,05 maka H1 diterima
jadi disimpulkan bahwa secara parsial ada pengaruh efikasi diri terhadap kepatuhan santriwati dalam penggunaan protokol kesehatan di masa pandemi Covid
19 di Pondok Pesantren Mathlabul ulum Sumenep.
Menjaga kebersihan diri selama masa pandemi Corona virus seperti mencuci tangan merupkan salah satu langkah yang perlu dilakukan masyarakat. World
Health Organization (WHO) juga telah menjelaskan bahwa menjaga kebersihan tangan telah mampu
menyelamatkan nyawa manusia dari infeksi
Corona virus (World Health Organization, 2020d). Meski demikian, mencuci tangan tidak bisa dilakukan
dengan sembarangan oleh masyarakat. Mencuci tangan dengan benar
dalam waktu 20 detik atau lebih
menggunakan air mengalir
dan sabun cair merupakan cara efektif yang dianjurkan dan
sangat perlu masyarakat terapkan (Khedmat, 2020). Melalui tindakan mencuci tangan siklus transmisi dan resiko penyebaran Corona virus antara 6% dan 44% dapat dikurangi (Chen et al., 2020).
Social distancing merupakan
salah satu kebijakan yang kini diterapkan masyarakat dunia selama masa pandemi Corona virus. Selama menjalankan kebijakan Social distancing pemerintah
Indonesia telah menerapkan beberapa kegiatan seperti: a) Belajar dan bekerja dari rumah;
b) Tinggal di rumah; c) Melarang kegiatan dikermaian dan; d) Membatasi jam operasional di tempat umum (Setianti, Subekti, Permana, & Budiana, 2020).
Kepatuhan masyarakat akan protokol kesehatan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, beberapa faktor yang menjadi pokok permasalahanya
yakni stigma dari lingkungan mnasyarakat, lalu juga karena dukungan sosial yang kurang dimana masyarakat
disekitar jarang menggunakan masker, cuci tangan bahkan sangat sering berkumpul melakukan acara bersama seperti pengajian, hajatan sampai acara perta. Hal tersebut juga disebabkan karena efikasi diri pada masyarakat yang masih rendah, masyarakat menganggap berita apapun yang keluar di media televisi ataupun media sosial merupakan kabar yang dilebih lebihkan, mereka menganggap hal tersebut hanya untuk menguntungkan beberapa pihak saja (Tarwadi, 2020).
Hasil
tersebut sama dengan perenilitian dari Zulkosky (2014) bahwa efikasi diri
mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasa, memotivasi diri sendiri dan bertindak. Efikasi diri berfokus pada persepsi atau keyakinan
akan kemampuan untuk bertindak sesuai tujuan tertentu
sehingga dapat melakukan perawatan diri secara maksimal
dengan hasil yang lebih baik.
G. Pengaruh Stigma Sosial Terhadap Kepatuhan Santriwati Dalam Penggunaan Protokol Kesehatan Di Masa Pandemi Covid 19 Di Pondok Pesantren Mathlabul ulum Sumenep
Berdasarkan hasil analisis Regresi Linear menunjukkan bahwa nilai p-value 0,002 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
jadi disimpulkan bahwa secara parsial ada pengaruh stigma sosial terhadap kepatuhan santriwati dalam penggunaan protokol kesehatan di masa pandemi Covid
19 di Pondok Pesantren Mathlabul ulum Sumenep.
Dampak sosial dari stigma masyarakat yaitu mendorong orang untuk menyembunyikan penyakit yang diderita untuk menghindari diskriminasi, mencegah orang mencari perawatan kesehatan segera ketika mengalami
gejala, mencegah mereka untuk mengembangkan
perilaku sehat dan berkontribusi pada masalah kesehatan yang lebih berat (Setiawati et al., 2020).
Bukti
menunjukkan bahwa stigma
dan ketakutan seputar penyakit menular menghambat respons, sedangkan tindakan yang membantu adalah membangun kepercayaan pada layanan dan saran kesehatan yang terpercaya, menunjukkan empati kepada mereka
yang terkena dampak, memahami penyakit itu sendiri, dan mengambil langkah-langkah praktis dan efektif sehingga orang dapat membantu menjaga diri mereka dan orang yang mereka cintai agar tetap aman (WHO et al., 2020).
Menurut (Fiorillo, Volpe, & Bhugra, 2016)
bahwa ada 3 strategi yang dapat dilakukan untuk menghentikan stigma di masyarakat, yaitu protes, pendidikan, dan kontak. Protes untuk menghilangkan penyataan negatif masyarakat, media, dan iklan.
Pendidikan dapat memberikan
informasi yang lengkap dan jelas mengenai penyakit sehingga orang yang berpengetahuan lebih bisa bijak dalam
berhubungan dengan orang
yang memiliki penyakit dan tidak akan mendiskriminasinya.
Kontak, maksudnya adalah orang yang memiliki penyakit dapat berkumpul dengan orang yang memiliki penyakit yang sama sehingga dapat
meningkatkan harga dirinya dan semakin percaya diri. Adanya
perkumpulan khusus juga dapat mengurangi kecemasan seseorang dan bisa saling mengungkapkan
perasaannya selama didiagnosa penyakit.
Kesimpulan
Hampir separuh responden memiliki dukungan sosial kategori cukup sebanyak 47 responden (40,5%).
Hampir separuh responden memiliki efikasi diri kategori sedang
sebanyak 47 responden
(40,5%).
Hampir separuh responden memiliki stigma kategori sedang sebanyak 48 responden (41,4%).
Sebagian besar responden tidak patuh melakukan protokol kesehatan sebanyak 85 responden (73,3%).
Ada pengaruh dukungan sosial terhadap kepatuhan santriwati dalam penggunaan protokol kesehatan di masa pandemi Covid
19 di Pondok Pesantren Mathlabul ulum Sumenep
Ada pengaruh efikasi diri terhadap
kepatuhan santriwati dalam penggunaan protokol kesehatan di masa pandemi Covid 19 di Pondok Pesantren Mathlabul ulum Sumenep
Ada pengaruh
stigma sosial terhadap kepatuhan santriwati dalam penggunaan protokol kesehatan di masa pandemi Covid 19 di Pondok Pesantren Mathlabul ulum Sumenep
.
BIBLIOGRAFI
Bandura, Albert. (2011). A Social Cognitive
Perspective On Positive Psychology. Revista De Psicolog�a Social, 26(1),
7�20.
Cahyadi,
Andi. (2012). Konflik Peran Ganda Perempuan Menikah Yang Bekerja Ditinjau Dari
Dukungan Sosial Keluarga Dan Penyesuaian Diri. Widya Warta: Jurnal Ilmiah
Universitas Katolik Widya Mandala Madiun, 36(02), 254�271.
Chen,
Chen, Gao, Guiju, Xu, Yanli, Pu, Lin, Wang, Qi, Wang, Liming, Wang, Wenling,
Song, Yangzi, Chen, Meiling, & Wang, Linghang. (2020). Sars-Cov-2�Positive
Sputum And Feces After Conversion Of Pharyngeal Samples In Patients With
Covid-19. Annals Of Internal Medicine, 172(12), 832�834.
Cheng,
Cheng, Zong, Shichao, Shi, Jinwen, Xue, Fei, Zhang, Yazhou, Guan, Xiangjiu,
Zheng, Botong, Deng, Junkai, & Guo, Liejin. (2020). Facile Preparation Of
Nanosized Mop As Cocatalyst Coupled With G-C3n4 By Surface Bonding State For
Enhanced Photocatalytic Hydrogen Production. Applied Catalysis B:
Environmental, 265, 118620.
Evans-Lacko,
Sara, Gronholm, Petra C., Hankir, Ahmed, Pingani, Luca, & Corrigan,
Patrick. (2016). Practical Strategies To Fight Stigma In Mental Health.
Fiorillo,
Andrea, Volpe, Umberto, & Bhugra, Dinesh. (2016). Psychiatry In
Practice: Education, Experience, And Expertise. Oxford University Press.
G�ner,
Hatice Rahmet, Hasanoğlu, İmran, & Aktaş, Firdevs. (2020).
Covid-19: Prevention And Control Measures In Community. Turkish Journal Of
Medical Sciences, 50(Si-1), 571�577.
Hafeez,
Abdul, Ahmad, Shmmon, Siddqui, Sameera Ali, Ahmad, Mumtaz, & Mishra,
Shruti. (2020). A Review Of Covid-19 (Coronavirus Disease-2019) Diagnosis,
Treatments And Prevention. Ejmo, 4(2), 116�125.
Howard,
Leon. (2020). Herman Melville. In Herman Melville. University Of
California Press.
Isnawati,
D., & Suhariadi, D. H. (2013). Hubungan Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian
Diri Masa Persiapan Pensiun Pada Karyawan Pt. Pupuk Kaltim. Surabaya: Jurnal
Psikologi Industri Dan Organisasi, 2.
Izzaty,
Risdiana. (2020). Urgensi Ketentuan Carry-Over Dalam Pembentukan Undang-Undang
Di Indonesia. Jurnal Ham, 11(1), 85�98.
Khedmat,
Leila, Izadi, Anahita, Mofid, Vahid, & Mojtahedi, Sayed Yousef. (2020).
Recent Advances In Extracting Pectin By Single And Combined Ultrasound
Techniques: A Review Of Techno-Functional And Bioactive Health-Promoting
Aspects. Carbohydrate Polymers, 229, 115474.
King,
Laura Ann. (2012). Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiasif.
Konis,
Kyle Stas. (2013). Leveraging Ubiquitous Computing As A Platform For Collecting
Real-Time Occupant Feedback In Buildings. Intelligent Buildings
International, 5(3), 150�161.
Lee,
Byung Hyun, Bae, Hagyoul, Seong, Hyejeong, Lee, Dong Il, Park, Hongkeun, Choi,
Young Joo, Im, Sung Gap, Kim, Sang Ouk, & Choi, Yang Kyu. (2015). Direct
Observation Of A Carbon Filament In Water-Resistant Organic Memory. Acs Nano,
9(7), 7306�7313.
Lee,
Sherman A., & Crunk, Elizabeth A. (2020). Fear And Psychopathology During
The Covid-19 Crisis: Neuroticism, Hypochondriasis, Reassurance-Seeking, And
Coronaphobia As Fear Factors. Omega-Journal Of Death And Dying,
0030222820949350.
Mawanti,
Yuyun. (2011). Dampak Pengumuman Bond Rating Terhadap Return Saham
Perusahaan Di Bei (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bei).
Upn" Veteran" Yogyakarta.
Notoatmodjo,
Soekidjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan.
Setianti,
Yanti, Subekti, Priyo, Permana, Rangga Saptya Mohamad, & Budiana, Heru
Ryanto. (2020). Komunikasi Pendidikan Melalui Pelatihan Kewirausahaan Di Wilayah
Tinggal Mahasiswa Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmu Komunikasi Acta
Diurna, 16(2).
Shen,
Chenguang, Wang, Zhaoqin, Zhao, Fang, Yang, Yang, Li, Jinxiu, Yuan, Jing, Wang,
Fuxiang, Li, Delin, Yang, Minghui, & Xing, Li. (2020). Treatment Of 5 Critically
Ill Patients With Covid-19 With Convalescent Plasma. Jama, 323(16),
1582�1589.
Suparyanto,
Mateus Koko. (2010). Kompetisi Merek Kopi Bubuk Instan (3in1 Original)
Melalui Perceptual Mapping Berdasarkan Analisis Multidimention Scaling
(Mds)(Survey Pada Tiga Top Brand Kopi Bubuk Instan Coffeemix, Nescafe, Dan Good
Day Di Kalangan Mahasiswa Fisip Universitas Atma Jaya Yogyakarta Angkatan
2006-2008). Uajy.
Tarwadi,
Tarwadi, Jazayeri, Jalal A., Pambudi, Sabar, Arbianto, Alfan D., Rachmawati,
Heni, Kartasasmita, Rahmana E., & Asyarie, Sukmadjaja. (2020). In-Silico
Molecular Interaction Of Short Synthetic Lipopeptide/Importin-Alpha And
In-Vitro Evaluation Of Transgene Expression Mediated By Liposome-Based Gene
Carrier. Current Gene Therapy, 20(5), 383�394.
World
Health Organization. (2020). Situation Report-62 Who Risk Assessment Global
Level Very High.
Yanti,
Nped, Nugraha, Imadp, Wisnawa, Gege Adi, Agustina, N. P. Dian, & Diantari,
N. P. Arsita. (2020). Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang Covid-19 Dan
Perilaku Masyarakat Di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Keperawatan Jiwa, 8(3),
485�490.
Copyright
holder: Sonia Yasmin, Katmini (2022) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is
licensed under: |