Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol. 7,
No. 4, April 2022
PENGARUH INSENTIF TERHADAP
MOTIVASI DAN SEMANGAT KERJA SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA KARYAWAN
Ong Ivan, Alimuddin
Rizal
Universitas Stikubank,
Semarang, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Penelitian ini berfokus
pada pengujian pengaruh insentif terhadap motivasi dan semangat kerja serta dampaknya
untuk kinerja. Objek dalam penelitian
ini adalah CV Bintang Utama
yang memiliki usaha di bidang perbengkelan. Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 102 responden. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan software SPSS. Berdasarkan
uji statistik dengan menggunakan pendekatan regresi linier, kelima hipotesis diterima. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa peningkatan insentif dapat meningkatkan motivasi dan semangat kerja serta memiliki
dampak yang baik terhadap kinerja.
Kata Kunci: insentif; motivasi; semangat kerja; kinerja
Abstract
This study focuses on examining the effect of incentives on motivation
and morale and their impact on performance. The object of this research is CV
Bintang Utama which has a business in the workshop sector. The number of
samples in this study were 102 respondents. Data processing in this study using
SPSS software. Based on statistical tests using a linear regression approach,
the five hypotheses were accepted. Based on the results of the study, it can be
concluded that increasing incentives can increase motivation and morale and
have a good impact on performance.
Keywords: incentives; motivation; work effort; performance
Kemajuan Teknologi berdampak
pada berbagai sektor, termasuk sektor industri otomotif. Kemajuan dan perkembangan industri otomotif mempengaruhi meningkatnya permintaan akan layanan jasa bengkel
(motor maupun mobil). Oleh karena itu semakin
meningkat pula persaingan antar usaha jasa
perbengkelan, bengkel dengan layanan yang baik yang akan mampu bertahan dalam persaingan. Di Semarang saat ini, terdapat
banyak bengkel, beberapa bengkel besar di Semarang seperti Carfix, Astra, dan dealer-dealer mobil
yang menyediakan jasa perbengkelan yang tersebar di seluruh wilayah Semarang. Setiap bengkel berusaha untuk memberikan pelaynan yang terbaik agar dapat membuat pelanggan
puas, oleh karena itu dibutuhkan sumber daya manusia
yang handal. Sumber daya manusia yang handal ini akan
semakin memberikan kontribusinya jika perusahaan selalu berusaha untuk memberikan insentif kepada karyawan yang berprestasi, sebagaimana disampaikan oleh (Libby & Lipe, 1992),
insentif meningkatkan upaya, yang pada nantinya memetakan menjadi peningkatan kinerja.
Untuk itulah manajemen
perusahaan harus mempunyai strategi dalam mewujudkan sumber daya manusia yang yang dapat mewujudkan
tujuan perusahaan. Pemberian insentif adalah satu strategi yang diterapkan perusahaan agar dapat memberikan rangsangan kepada sumber daya manusia
yang ada di dalam perusahaan tersebut agar dapat bekerja optimal dan memberikan potensi yang dimilikinya untuk kemajuan perusahaan melalui peningkatan semangat kerja. Dengan meningkatnya semangat kerja maka produktivitas kerja meningkat pula, yang pada akhirnya tujuan perusahaan dapat tercapai. Seperti yang diungkapkan beberapa ahli seperti (Dessler, 2014) yang menyatakan bahwa insentif finansial diberikan sebagai balasan atas kinerja karyawan
yang tingkat produksinya melebihi target perusahaan.
Untuk mencapai target perusahaan,
karyawan juga perlu merasa termotivasi. Dengan termotivasi untuk bekerja maka
diharapkan kinerjanya pun akan meningkat. Hal ini sejalan dengan
teori harapan yang dikemukakan (Vroom, 1964).
Teori Harapan menyatakan bahwa intensitas kecenderungan untuk melakukan dengan cara tertentu tergantung
pada intensitas harapan bahwa kinerja akan
diikuti dengan hasil yang pasti dan pada daya tarik dari
hasil kepada individu.
Penelitian yang akan penulis
teliti berada di CV Bintang
Utama. CV Bintang Utama merupakan perusahaan
yang bergerak dibidang perbengkelan mobil, body
repair mobil, pengecatan
mobil, variasi mobil, perbaikan mobil, service motor, dan perbaikan
motor dengan nama bengkel Bintang Utama. Untuk mendukung usahanya, CV Bintang
Utama bekerja sama dengan beberapa asuransi seperti ACA, Harta, Adira, Sinarmas,
dan lainnya. Selain itu CV Bintang Utama juga bekerja
sama dengan beberapa rental mobil dan kepolisian agar ketika terdapat kerusakan pada mobil-mobil ataupun adanya kecelakaan akan diarahkan ke bengkel Bintang Utama.
Dengan banyaknya pelanggan
pada bengkel maka dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten agar perbaikan dapat selesai tepat
waktu serta bagus dan rapi, tetapi yang terjadi banyak dari perbaikan
yang tidak selesai tepat pada waktunya. Selain bagian perbaikan,
karyawan bagian piutang pada bengkel Bintang
Utama juga tidak dapat bekerja dengan optimal sehingga mempengaruhi cash
flow Perusahaan, bagian pembelian
sparepart juga tidak selalu memperoleh sparepart yang dibutuhkan dengan cepat sehingga
mempengaruhi ketepatan waktu dalam penyelesaian
pekerjaan, banyaknya karyawan yang datang terlambat juga merupakan suatu permasalahan yang dialami Perusahaan.
Untuk mengatasi hal
tersebut, CV Bintang Utama akan
menggunakan insentif berupa bonus agar karyawan lebih semangat dalam bekerja, insentif berupa bonus akan diberikan dari hasil yang diperoleh Perusahaan di akhir bulan. Dengan adanya
pemberian insentif berupa bonus yang diterapkan oleh
Perusahaan maka diharapkan akan memberi dampak
positif terhadap kinerja karyawan atau dengan kata lain karyawan akan berusaha
untuk bekerja lebih baik. Dengan
demikian diharapkan pemberian insentif berupa bonus dapat meningkatkan kinerja karyawan sehingga dapat mendukung upaya pencapaian tujuan.
Mengingat betapa pentingnya
pemberian insentif dalam upaya pengoptimalan
kinerja karyawan, maka dalam penulisan
tesis ini, penulis mengangkat permasalahan tersebut sebagai topik Pengaruh
Insentif Terhadap Semangat Kerja dan Motivasi Serta Dampaknya Pada
Kinerja Karyawan pada CV. Bintang Utama.
Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kuantitas
dan karakteristik yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu,
sedangkan sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi dan harus bersifat representatif (mewakili), hal tersebut dikemukakan
oleh (Sugiyono, 2008).
Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling. Random sampling adalah
suatu cara pengambilan sampel yang dilakukan secara acak sederhana.
Populasi pada penelitian ini
adalah karyawan pada CV
Bintang Utama yang berjumlah 120 orang, sedangkan dalam menentukan jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus Slovin diperoleh sampel sebesar 92 Orang, tetapi dengan pertimbangan
peneliti sampel diatas 100, maka sampel yang diambil menjadi 102.
Rumus Slovin adalah
sebuah rumus atau formula untuk menghitung jumlah sampel minimal apabila perilaku dari sebuah
populasi tidak diketahui secara pasti. Rumus ini
pertama kali diperkenalkan
oleh Slovin pada tahun
1960. Rumus Slovin sebagai berikut:
n = N / (1 + (N x e�))
n = 120 / (1 + (120 x
0.05�))
n = 120 / (1 + (120 x 0.0025))
n = 120 / (1 + 0.3)
n = 120 / 1.3
n = 92,3076923076
Tabel 1
Definisi Operasional
No |
Variabel |
Definisi Konsep |
Dimensi |
Indikator |
1 |
Insentif |
Menurut (Weihrich, Koontz, & O�Donnel, 1986) insentif adalah sesuatu yang dapat diberikan dalam berbagai bentuk seperti uang, lingkungan kerja yang baik dan partisipasi. |
Uang |
1. Bonus 2. Upah dan Komisi |
Lingkungan kerja |
1. Penerangan 2. Keamanan kerja 3. Hubungan karyawan |
|||
Partisipasi |
1. Usia 2. Pendidikan 3. Lama tinggal |
|||
2 |
Motivasi |
Menurut (McClelland, 2009) motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan usaha untuk mencapai tujuan. |
Need for
achievement (Prestasi kerja) |
1. Menetapkan dan menyelesaikan
target 2. Mengambil resiko 3. Terbuka terhadap umpan balik |
Need for power
(Pengaruh) |
1. Mengendalikan dan mempengaruhi 2. Memenangkan perdebatan 3. Menikmati status dan pengakuan |
|||
Need for
affiliation (Afiliasi) |
1. Bagian kelompok 2. Kerjasama 3. Target realistis |
|||
3 |
Semangat kerja |
Menurut (Maier, 1965) semangat kerja diartikan sebagai suatu iklim atau suasana
kerja yang terdapat di dalam suatu organisasi
yang menunjukan rasa gairah
dalam melaksanakan pekerjaan dan mendorong mereka untuk bekerja secara lebih baik dan lebih produktif. |
Kegairahan / antusiasme |
1. Disiplin kerja 2. Minat kerja karyawan 3. Motivasi dalam bekerja |
Kualitas untuk bertahan |
1. Tingkat kepercayaan karyawan 2. Kondisi kerja 3. Tingkat kenyamanan karyawan |
|||
Kekuatan untuk melawan
frustasi |
1. Kesulitan kerja 2. Tingkat semangat kerja karyawan 3. Beban kerja |
|||
Semangat berkelompok |
1. Hubungan antar karyawan 2. Kerjasama karyawan 3. Partisipasi dalam kelompok. |
|||
4 |
Kinerja |
(G�MEZ-MEJIA & ROBERT, n.d.) berpendapat
kinerja adalah hasil perkalian antara kemampuan (ability)
dengan motivasi (motivation).
Faktor individual berpengaruh
pada kinerja. Beberapa variabel yang juga turut menentukan dalam kinerja yaitu situasi kerja, suasana kerja, atau iklim organisasi
(work situation) yaitu sejauh
mana karyawan menyukai tanggung jawab atas pekerjaannya, seberapa baik hubungan pergaulan dengan atasan dan seberapa banyak kompetensi yang diberikan atas usaha-usaha yang dilakukan dalam pekerjaannya. |
Kualitas pekerjaan |
1. Keakuratan dan kelengkapan
dalam pengerjaan tugas 2. Kualitas penyelesaian tugas 3. Ketepatan waktu dalam
menyelesiakan pekerjaan. |
Kuantitas pekerjaan |
1.
Penyelesaian pekerjaan berdasarkan target. |
|||
Pengetahuan jabatan |
1. Penguasaan bidang tugas melalui ketrampilan dan pengetahuan
yang dimiliki 2. Pengalaman bidang tugas. |
|||
Kerjasama |
1. Menjalin kerjasama yang kompak
dengan pelanggan dan rekan kerja 2. Aktif membantu rekan
kerja. |
|||
Inisiatif |
1.
Aktif memberikan saran perbaikan dan solusi |
|||
Kualitas diri |
1. Memiliki sikap jujur
dalam bekerja 2. Selalu berpenampilan menarik
3. Patuh dan bertanggungjawab |
Sumber: Dielaborasi Dari Berbagai
Studi, 2021
Menurut (Sugiyono, 2008),
Skala Pengukuran adalah merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan
panjang pendeknya interval
yang ada dalam alat ukur, sehingga
alat ukur tersebut bila digunakan
dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.
Skala merupakan suatu instrumen atau mekanisme untuk membedakan individu terkait dengan variabel minat yang kita pelajari. Dalam melakukan analisis statistik, perbedaan jenis data akan sangat berpengaruh terhadap pemilihan model ataupun alat uji statistic yang akan digunakan. (Sekaran, 2006).
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Ordinal dimana biasanya diukur dengan peringkat dalam angka 1-7.
A.
Uji
Validitas
Pengujian validitas diperlukan untuk mengukur keyakinan pada setiap pertanyaan yang terdapat pada kuesioner atau
indikator yang digunakan. Berikut hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner:
Tabel 2
Uji Validitas
Variabel |
KMO |
Kreteria KMO |
Indikator |
Loading Faktor |
Kreteria Loading Faktor |
Keterangan |
Insentif (X1) |
0,778 |
> 0,5 |
X1.1 |
0,704 |
> 0,4 |
Valid |
X1.2 |
0,809 |
> 0,4 |
Valid |
|||
X1.3 |
0,840 |
> 0,4 |
Valid |
|||
X1.4 |
0,695 |
> 0,4 |
Valid |
|||
X1.5 |
0,764 |
> 0,4 |
Valid |
|||
|
|
|
X1.6 |
0,832 |
> 0,4 |
Valid |
|
|
|
X1.7 |
0,738 |
> 0,4 |
Valid |
|
|
|
X1.8 |
0,716 |
> 0,4 |
Valid |
Motivasi (Y1) |
0,843 |
> 0,5 |
Y1.1 |
0,854 |
> 0,4 |
Valid |
Y1.2 |
0,862 |
> 0,4 |
Valid |
|||
Y1.3 |
0,805 |
> 0,4 |
Valid |
|||
Y1.4 |
0,429 |
> 0,4 |
Valid |
|||
|
|
|
Y1.5 |
0,869 |
> 0,4 |
Valid |
|
|
|
Y1.6 |
0,866 |
> 0,4 |
Valid |
|
|
|
Y1.7 |
0,868 |
> 0,4 |
Valid |
|
|
|
Y1.8 |
0,509 |
> 0,4 |
Valid |
|
|
|
Y1.9 |
0,883 |
> 0,4 |
Valid |
Semangat Kerja
(Y2) |
0,773 |
> 0,5 |
Y2.1 |
0,838 |
> 0,4 |
Valid |
Y2.2 |
0,588 |
> 0,4 |
Valid |
|||
Y2.3 |
0,926 |
> 0,4 |
Valid |
|||
Y2.4 |
0,623 |
> 0,4 |
Valid |
|||
Y2.5 |
0,839 |
> 0,4 |
Valid |
|||
Y2.6 |
0,677 |
> 0,4 |
Valid |
|||
Y2.7 |
0,905 |
> 0,4 |
Valid |
|||
Y2.8 |
0,916 |
> 0,4 |
Valid |
|||
Y2.9 |
0,919 |
> 0,4 |
Valid |
|||
Y2.10 |
0,903 |
> 0,4 |
Valid |
|||
Y2.11 |
0,536 |
> 0,4 |
Valid |
|||
|
|
|
Y2.12 |
0,826 |
> 0,4 |
Valid |
Kinerja (Y3) |
0,826 |
> 0,5 |
Y3.1 |
0,774 |
> 0,4 |
Valid |
Y3.2 |
0,881 |
> 0,4 |
Valid |
|||
Y3.3 |
0,486 |
> 0,4 |
Valid |
|||
Y3.4 |
0,804 |
> 0,4 |
Valid |
|||
Y3.5 |
0,893 |
> 0,4 |
Valid |
|||
Y3.6 |
0,520 |
> 0,4 |
Valid |
|||
|
|
|
Y3.7 |
0,881 |
> 0,4 |
Valid |
|
|
|
Y3.8 |
0,912 |
> 0,4 |
Valid |
|
|
|
Y3.9 |
0,894 |
> 0,4 |
Valid |
|
|
|
Y3.10 |
0,882 |
> 0,4 |
Valid |
Y3.11 |
0,569 |
> 0,4 |
Valid |
|||
Y3.12 |
0,902 |
> 0,4 |
Valid |
Sumber: Data primer yang diolah, 2021
Nilai KMO variabel Insentif (X1), Motivasi (Y1), Semangat kerja (Y2), dan Kinerja Karyawan (Y3) lebih besar dari 0,5. Serta semua indikator di setiap
variabel mempunyai nilai loading factor (LF) lebih dari 0,4.
Nilai KMO merupakan nilai untuk kecukupan
sampel jadi variabel Insentif (X1), Motivasi (Y1), Semangat kerja (Y2), dan Kinerja Karyawan (Y3) dengan
nilai lebih
besar dari 0,5 maka dapat disimpulkan keempat variabel memenuhi untuk kecukupan sampelnya. Dan keempat variabel mempunyai nilai loading factor (LF) lebih dari 0,4, yang
berarti dapat disimpulkan semua
indikator valid.
B.
Uji reliabilitas
Uji reliabilitas
digunakan untuk mengukur keandalan jawaban dari suatu pertanyaan
atau dengan kata lain untuk mengetahui derajat stabilitas alat ukur.
No |
Veriabel |
Cronbach Alpha |
>/< |
r
standar |
Keterangan |
1 |
Insentif (X1) |
.783 |
> |
0,70 |
Reliabel |
2 |
Motivasi (Y1) |
.782 |
> |
0,70 |
Reliabel |
3 |
Semangat Kerja (Y2) |
.777 |
> |
0,70 |
Reliabel |
4 |
Kinerja (Y3) |
.776 |
> |
0,70 |
Reliabel |
Sumber: Data primer yang diolah, 2021
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai Cronbach Alpha untuk variabel
Insentif
(X1), Motivasi (Y1), Semangat
Kerja (Y2), dan Kinerja (Y3) semuanya
lebih besar dari 0,70 (r standar) maka dapat disimpulkan
bahwa hasil pengujian kuesioner reliabel.
Pengujian reliabilitas merupakan pengujian untuk mengukur apakah keempat variabel dapat diukur dengan
alat apapun dan dalam situasi dan kondisi apapun. Keempat variabel menunjukan nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,70 sehingga keempat variabel disimpulkan bahwa hasil pengujian
kuesioner reliabel yang berarti keempat variabel akan konsisten
jika diuji dengan alat apapun
dan dalam situasi serta kondisi apapun.
Berikut hasil output regresi
dari persamaan model 1 dan
model 2.
Persamaan |
Uji Model |
Uji t |
Keterangan Hipotesis |
||||
Adjusted R Square |
F Hitung |
Sig |
t |
sig |
|||
Model 1 |
.399 |
67.918 |
.000 |
|
|
|
|
IN � MT |
|
|
|
� .636 |
�� 8.241
|
.000 |
Diterima |
Model 2 |
.455 |
.000 |
|
|
|
|
|
IN � SK |
|
|
|
� .679 |
�� 9.244
|
.000 |
Diterima |
Model 3 |
.799 |
.000 |
|
|
|
|
|
IN � KN |
|
|
|
�� .457 |
���� 7.196
|
.000 |
Diterima |
MT � KN |
|
|
|
�� .375 |
���� 5.604
|
.000 |
Diterima |
SK � KN |
|
|
|
�� .178 |
���� 2.528
|
.013 |
Diterima |
Ket |
IN��� = |
Insentif (X1) |
|||||
|
SK�� = |
Semangat Kerja (Y1) |
|||||
|
MT = |
Motivasi (Y2) |
|||||
|
KN�� = |
Kinerja (Y3) |
Sumber: Data primer
yang diolah, 2020
Hasil uji regresi dapat disusun persamaan
regresi sebagai berikut:
Y1 =0,636 X1
+ e1�� ����������������������������������������������� (Model
1)
Y2 = 0,679 X1
+ e1������������������������������������ ����������� (Model 2)
Y3 = 0,457 X1 + 0,375 Y1 + 0,178 Y2 + e1 ����������� (Model 3)
Hasil pengolahan SPSS menunjukan bahwa:
1.
Model 1
Angka adjusted R square atau adjusted
R2 Model 1 sebesar 0,399. Hal ini berarti bahwa variabel insentif dapat menjelaskan variasi dari variabel
motivasi sebesar 39,9% sedangkan yang 60,1% dijelaskan variabel/faktor lain di luar model yang diteliti.
Dari hasil perhitungan
statistic menunjukan nilai
F hitung sebesar 67.918 dengan signifikansi sebesar 0,000 < 0,5. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel independen yaitu insentif (X) dapat mempengaruhi variabel dependen motivasi (Y1) secara simultan dan signifikan.
2.
Model 2
Angka adjusted R square atau adjusted
R2 Model 2 sebesar 0,455. Hal ini berarti bahwa variabel
insentif dapat
menjelaskan variasi dari variabel semangat kerja sebesar 45,5% sedangkan yang 54,5% dijelaskan variabel/faktor lain di luar model yang diteliti.
Dari hasil perhitungan
statistic menunjukan nilai
F hitung sebesar 85.447 dengan signifikansi sebesar 0,000 < 0,5. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel independen yaitu insentif (X) dapat mempengaruhi variabel dependen semangat kerja (Y2) secara simultan dan signifikan.
3.
Model 3
Angka adjusted R square atau adjusted
R2 Model 3 sebesar 0,799. Hal ini
berarti bahwa variabel insentif, motivasi dan
semangat kerja dapat menjelaskan variasi
dari variabel kinerja sebesar 79,9% sedangkan yang 20,1% dijelaskan
variabel/faktor lain di luar model yang diteliti.
Dari hasil perhitungan
statistic menunjukan nilai
F hitung sebesar 135.059 dengan signifikansi sebesar 0,000 < 0,5. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel independen yaitu insentif (X), motivasi (Y1) dan semangat kerja (Y2) dapat mempengaruhi variabel dependen kinerja (Y3) secara simultan dan signifikan.
Hasil uji
hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Model 1:
Berdasarkan uji signifikansi
(Uji t), diketahui bahwa nilai alfa hitung (sign) sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,5 dengan nilai beta (β1) sebesar
0,636 bertanda positif.
Hasil ini membuktikan bahwa hipotesis satu (H1) ini diterima
atau tidak ditolak, artinya insentif berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi.
2. Model 2:
Berdasarkan
uji signifikansi (Uji t), diketahui
bahwa nilai alfa hitung (sign) sebesar 0,000 lebih kecil dari
0,5 dengan nilai beta (β1) sebesar
0,679 bertanda positif.
Hasil ini membuktikan bahwa hipotesis satu (H2) ini diterima
atau tidak ditolak, artinya insentif berpengaruh positif dan signifikan terhadap semangat kerja.
3. Model 3:
a.
Berdasarkan uji signifikansi (Uji t), diketahui bahwa nilai alfa hitung (sign) sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,5 dengan nilai beta (β1) sebesar 0,457 bertanda positif. Hasil ini membuktikan bahwa hipotesis satu (H3) ini diterima atau
tidak ditolak, artinya insentif berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja.
b.
Berdasarkan uji signifikansi (Uji t), diketahui bahwa nilai alfa hitung (sign) sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,5 dengan nilai beta (β1) sebesar 0,375 bertanda positif. Hasil ini membuktikan bahwa hipotesis satu (H4) ini diterima atau
tidak ditolak, artinya motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja.
c.
Berdasarkan uji signifikansi (Uji t), diketahui bahwa nilai alfa hitung (sign) sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,5 dengan nilai beta (β1) sebesar 0,178 bertanda positif. Hasil ini membuktikan bahwa hipotesis lima (H5) ini diterima atau tidak
ditolak, artinya semangat kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja.
F.
Uji Mediasi
Pengaruh Motivasi dalam memediasi hubungan Insentif terhadap Kinerja
Berikut hasil pengujian motivasi dalam
memediasi
hubungan insentif terhadap kinerja.
Sumber: Data primer yang diolah, 2021
Hasil di atas di dapat Sig = 0.000 <0,05,maka dapat disimpulkan bahwa motivasi memediasi pengaruh insentif terhadap kinerja karyawan. Selanjutnya dengan
menggunakan analisis jalur bisa
dibuat perhitungan sebagai berikut:
a.
Pengaruh
langsung insentif
terhadap kinerja = 0,457.
b.
Pengaruh
insentif
terhadap motivasi =
0,636 dan
pengaruh motivasi
terhadap kinerja = 0,375,
dengan demikian pengaruh tidak langsung insentif
terhadap kinerja melalui motivasi
adalah sebesar 0,636 x 0,375 =
0.238.
Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa pengaruh langsung insentif
terhadap kinerja lebih besar dibanding
pengaruh tidak langsung insentif terhadap kinerja melalui motivasi,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh langsung
lebih baik dikarenakan pengaruh tidak langsung melalui motivasi lebih lemah pengaruhnya
daripada pengaruh langsung.
1. Pengaruh Semangat Kerja dalam memediasi
hubungan Insentif terhadap Kinerja
Berikut hasil pengujian semangat kerja dalam memediasi hubungan insentif terhadap kinerja.
Sumber: Data primer yang diolah, 2021
Hasil di atas di dapat Sig = 0.000 <0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa semangat kerja memediasi insentif terhadap kinerja.
Selanjutnya dengan
menggunakan analisis jalur bisa
dibuat perhitungan sebagai berikut:
a.
Pengaruh
langsung insentif
terhadap kinerja = 0,457.
b.
Pengaruh
insentif
terhadap semangat kerja =
0,679 dan
pengaruh semangat kerja
terhadap kinerja = 0,178,
dengan demikian pengaruh tidak langsung insentif
terhadap kinerja melalui semangat kerja
adalah sebesar 0,679 x 0,178 =
0.120.
Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa pengaruh langsung insentif
terhadap kinerja lebih besar dibanding
pengaruh tidak langsung insentif terhadap kinerja melalui semangat kerja, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh langsung
menjadi lebih baik dikarenakan pengaruh tidak langsung melalui semangat kerja memiliki pengaruh yang lebih lemah daripada
pengaruh langsung.
Dari hasil uji mediasi digambarkan analisis jalur sebagai berikut:
0,457 Kinerja Semangat kerja Motivasi Insentif 0,363 0,375 0,2387 0,679 0,178 0,120
Dari analisis jalur diatas, pengaruh insentif ke kinerja
lebih besar daripada pengaruh insentif melalui motivasi maupun� pengaruh
insentif melalui semangat kerja, dengan demikian maka pengaruh langsung
menjadi lebih baik daripada pengaruh
tidak langsung.
Berdasarkan permasalahan,
pertanyaan penelitian, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang telah
dianalisis sebagaimana dijelaskan diatas, maka disimpulkan bahwa: 1). Dari 5 hipotesis yang diajukan , terbukti
seluruh hipotesis diterima. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa untuk
menciptakan kinerja yang baik perlu dibangun semangat kerja karyawan dan
motivasi yang dilandasi oleh insentif yang baik. 2). Variabel
yang dominan mempengaruhi kinerja adalah insentif dengan nilai β sebesar 0,457. 3). Variabel yang paling dominan dipengaruhi
oleh insentif adalah semangat kerja dengan nilai β sebesar 0,679. 4).
Insentif yang diberikan oleh Perusahaan
belum terlalu memuaskan karyawan, ini terlihat dari
jawaban kuesioner dari karyawan yang rata-rata menjawab netral untuk variabel insentif. 5).
Berdasarkan
nilai Adjusted R Square, model ketiga menjadi model penelitian terbaik yang mampu menjelaskan variabel dependennya.
Dessler, Gary. (2014). Dessler, Gary. 2014. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jilid 1. Pt Indeks: Jakarta Barat. Jakarta Barat: Pt
Indeks.
G�mez-Mejia, Luis R., & Robert, Balkin David B. Y. Candy.
(N.D.). L.(1995) Managing Human Resources. Nueva Jersey: Englewood Cliffs.
Google Scholar
Libby, Robert, & Lipe, Marlys Gascho. (1992). Incentives,
Effort, And The Cognitive Processes Involved In Accounting-Related Judgments. Journal
Of Accounting Research, 30(2), 249�273. Google Scholar
Maier, Norman R. F. (1965). Psychology In Industry. Google Scholar
Mcclelland, David C. (2009). Entrepreneur Behavior And
Characteristics Of Entrepreneurs. The Achieving Society.
Sekaran, Uma. (2006). Research Methods For Business=
Metodologi Penelitian Untuk Bisnis Buku 1. Google Scholar
Sugiyono, Metode. (2008). Penelitian Kuantitatif Kualitatif
Dan R&D. Bandung: Alfabeta. Google Scholar
Vroom, Victor H. (1964). Work And Motivation. New York: John
Willey & Sons. Inc. Vroomwork And Motivation1964, 38. Google Scholar
Weihrich, Heinz, Koontz, Harold, & O�donnel, Cyril.
(1986). Manajemen. Edisi Kedelepan. Jilid. Google Scholar
Copyright
holder: Ong Ivan, Alimuddin Rizal (2022) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This
article is licensed under: |