Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, No. 4, April 2022
KUALITAS VERNIS DARI GETAH DAMAR PADA HUTAN PENDIDIKAN - HONITETU
Lydia
Riekie Parera
Fakultas Pertanian Universitas Pattimura, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Getah damar merupakan
hasil hutan bukan kayu yang dihasilkan dari penyadapan pohon damar (Agathis
sp.). Salah satu pemanfaatan
getah damar yaitu vernis yang merupakan bahan finishing praktis yang dapat langsung diaplikasikan pada permukaan berbagai produk kayu tanpa menggunakan
bahan finishing lain. Keunggulan
lainnya yaitu nilai estetikanya yang mampu menampilkan keindahan tekstur kayu secara alami.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
kualitas vernis hasil pencampuran getah damar dengan thinner super
dan spiritus (perbandingan 1:2) yang dibandingkan dengan spiritus SP-3
clear yang ada di pasaran.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa vernis yang dihasilkan dari campuran getah damar dengan thinner memiliki warna yang lebih baik dibandingkan campuran getah damar dan
spiritus, dimana pencampuran
getah damar dan thinner memiliki
kualitas pewarnaan dan daya kilap yang cukup baik dan hampir sama dengan
jenis vernis yang ada di pasaran.
Kata Kunci: vernis; getah
damar; kualitas; agathis
Abstract
Resin is one of the non-timber forest products produced by tapping the
damar tree (Agathis sp). One of the uses of resin is
the varnish which is a practical finishing material that can be directly
applied to the surface of various wooden products without using other finishing
materials. Another advantage is the aesthetic value that can display the beauty
of wood texture naturally. The purpose of this study was to determine the
quality of the varnish produced by mixing resin with thinner super and spiritus
(ratio 1:2) compared to SP-3 clear spiritus on the market. The results showed
that the varnish produced from a mixture of resin with thinner had better color
than a mixture of resin and spiritus, where the mixture of resin and thinner
had good coloring and gloss quality and was almost the same as other types of
varnish on the market.
Keywords: varnish; resin; quality;
agathis
Pendahuluan
Getah damar/kopal
adalah salah satu hasil hutan bukan
kayu yang telah lama menjadi barang perdagangan baik lokal maupun eksport.
Manfaat utama damar adalah diambil getahnya untuk diolah. Getah keluar
dari kulit atau pohon damar yang dilukai dimana getah yang keluar akan membeku atau
mengeras setelah beberapa hari. Kegunaan kopal adalah sebagai bahan baku cat, korek api, vernis
dan politur. Salah satu pemanfaatannya kopal yaitu vernis, yang merupakan salah satu jenis bahan finishing yang terkenal karena kepraktisannya. Kopal adalah salah satu hasil hutan bukan
kayu yang dihasilkan oleh pohon damar (Agathis
sp.)
yang merupakan
tanaman asli Maluku,
Sulawesi dan Philipina. Namun
kini sudah dibudidayakan di berbagai tempat termasuk di pulau Jawa. Bahan
ini dapat secara langsung dilaburkan pada berbagai produk kayu tanpa
menggunakan bahan finishing
yang lain. Keunggulan lain dari
vernis adalah kualitas estetikanya yang mampu menampilkan keindahan kayu alami. Vernis hadir
dengan berbagai warna namun umumnya
tetap dapat memperlihatkan keindahan serat kayu di bawahnya.
Karena praktis dan hasilnya
menarik, berbagai proses
finishing kayu pun banyak memanfaatkan vernis. Metode finishing dengan vernis banyak diminati
untuk lantai kayu, lis perahu,
kusen pintu, hingga lemari. Di pasaran, berbagai produk vernis telah
banyak beredar dengan beragam variasi. Vernis unggul karena tahan
lama, hingga vernis mampu memberikan hasil akhir yang baik dengan berkualitas
tinggi.
Negeri Honitetu,
di daerah pegunungan Seram
Bagian Barat merupakan salah satu
tempat tumbuh pohon damar lebih khususnya Agathis
alba. Getah damar yang diperoleh
merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat setempat.
Metode Penelitian
Pengambilan getah
damar pada areal Hutan Pendidikan � Honitetu dan penelitian dilanjutkan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura.
Hasil dan Pembahasan
Menurut Riyanto
(1980), potensi kopal : potensi kopal
secara kuantitatif pada dasarnya dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor pokok,
yaitu :
a) Faktor pasif
yang terdiri dari kualitas tempat tumbuh, umur pohon,
kerapatan tegakan, sifat genetik, dan ketinggian tempat tumbuh dari permukaan
laut.
b) Fakfor aktif
yang terdiri dari kuantitas dan kualitas tenaga sadap, perlakuan
kimia, dan perlakuan mekanis seperti penutupan luka dengan plastik.
1.
Kualitas Vernis Yang Digunakan
Vernis yang dihasilkan
dari campuran kopal dan pelarut thinner super
dan spiritus 50 ml, dilaburkan pada kayu cerah, kayu
gelap dan multiplek. Pelaburan dilakukan 3 (tiga) kali agar memperoleh hasil lebih bagus
dengan tujuan untuk menghilangkan garis-garis pengolesan sebelumnya.
Tabel 1
Vernis Yang Dilaburkan Pada Kayu
Dan
Multiplek (3 Kali Pelaburan)
No. |
Kopal� +� Thinner super (ml) |
Kopal� +� Spiritus (ml) |
1 |
14 |
14 |
2 |
20 |
8 |
3 |
14 |
8 |
4 |
11 |
12 |
5 |
18 |
16 |
6 |
16 |
12 |
Pada campuran kopal + thinner super, endapan
yang dihasilkan 45,41 � 57,43 gram
dengan rata-rata 51,58 gram dan vernis
yang dihasilkan 68,70 � 83,92 gram dengan rata-rata 75,58 gram sedangkan
pada campuran kopal +
spiritus, endapan yang dihasilkan
56,41 � 65,97 gram dengan rata-rata 62,67 gram dan vernis yang dihasilkan 62,99 �
74,80 gram dengan rata-rata 67,89 gram.
Tabel 2
Endapan Dan Vernis Yang Didiamkan Selama 24 Jam
No. |
Diameter
(cm) |
Thinner
super |
Spiritus |
||
Endapan (gram) |
Vernis (gram) |
Endapan
(gram) |
Vernis
(gram) |
||
1 |
40 |
46,79 |
77,95 |
56,41 |
74,80 |
2 |
45 |
55,92 |
68,70 |
64,66 |
68,11 |
3 |
50 |
57,43 |
70,53 |
63,94 |
68,45 |
4 |
55 |
53,26 |
74,64 |
62,42 |
69,60 |
5 |
60 |
50,72 |
76,98 |
65,97 |
62,99 |
6 |
65 |
45,41 |
83,92 |
62,64 |
63,42 |
Rata-rata |
51,58 |
74,45 |
62,67 |
67,89 |
Pengujian kualitas
vernis meliputi penetapan warna, daya kilap, kesan
raba dan pelaburan pada kayu.
2.
Perubahan Warna Vernis
Perubahan warna
yang dihasilkan dari campuran kopal dan pelarut thinner dan spiritus berbeda-beda.
Warna yang banyak dihasilkan yaitu oranye muda dan oranye tua. Berdasarkan
penelitian warna vernis yang dihasilkan yaitu kuning oranye
muda, oranye tua dan oranye. Menurut (Sumadiwangsa,
2000), warna
yang mendekati warna vernis pasaran dapat dikategorikan sebagai vernis dengan kualitas warna yang baik.
Tabel 3
Pengujian Warna
No. |
Diameter (cm) |
Thinner super |
Spiritus |
1 |
40 |
1� (kuning) |
2� (oranye muda) |
2 |
45 |
2� (oranye muda) |
1� (kuning) |
3 |
50 |
3� (oranye) |
2� (oranye muda) |
4 |
55 |
4� (oranye tua) |
2� (oranye muda) |
5 |
60 |
4� (oranye tua) |
2� (oranye muda) |
6 |
65 |
2� (oranye muda) |
1� (kuning) |
�� ���������������������Keterangan : 1 = tidak baik ; 2 = cukup baik ; 3 = baik ; 4 = sangat baik
Pada umumnya
vernis di pasaran mempunyai warna seperti warna kayu
yaitu coklat dan oranye tua. Hasil penelitian menunjukkan vernis yang berwarna oranye tua mempunyai
kualitas yang baik dilihat dari warna
yang mendekati warna vernis di pasaran.
3.
Perubahan Warna Setelah
Pelaburan Vernis Pada Kayu Contoh
Perubahan warna
terjadi setelah pelaburan vernis pada kayu cerah, kayu
gelap dan multiplek karena adanya campuran
kopal dan pelarutnya yaitu thinner dan spirtus.
Tabel 4
Pengujian Pelaburan (Warna)
No. |
Diameter (cm) |
Kayu
cerah |
Kayu
gelap |
Multiplek |
|||
Thinner |
Spiritus |
Thinner |
Spiritus |
Thinner |
Spiritus |
||
1 |
40 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
45 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
3 |
50 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
4 |
55 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
5 |
60 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
6 |
65 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
������ Keterangan : 1 =� warna tetap (putih kekuning-kuningan
dan coklat.
������ 2 =� warna berubah (putih kekuning-kuningan muda, putih kekuningan tua,� coklat agak tua,
coklat tua).
Hasil penelitian
menunjukkan adanya perubahan warna kayu (kayu cerah,
kayu gelap dan multiplek) setelah dilabur dengan vernis, meliputi : putih kekuningan
tua, putih kekuningan, coklat agak tua dan coklat
tua. Pada kayu cerah dengan pelarut
thinner, warna menjadi putih kekuningan tua sedangkan dengan
pelarut spiritus berwarna putih kekuningan muda. Pada kayu gelap dengan pelarut
thinner, warna berubah menjadi coklat tua sedangkan dengan
pelarut spiritus, warnanya menjadi coklat muda. Pada multiplek dengan pelarut thinner berubah warna menjadi
coklat tua sedangkan dengan pelarut spiritus berwarna coklat agak tua.
Hal ini menunjukkan bahwa adanya vernis
yang dilaburkan pada kayu contoh, dapat memperindah
permukaan kayu dan melindungi permukaan kayu dari air.
4.
Daya Kilap
Kopal merupakan
resin yang kompleks dan pada proses pembuatan vernis. Kopal yang dilarutkan dalam thinner super mengalami perubahan fisik dari bentuk padatnya
dan menyatu dengan thinner
dan ketika proses pengecatan
dilakukan thinner menguap sedangkan kopal menempel pada kayu dan multiplek. Hal ini yang menyebabkan permukaan kayu dan multiplek mengkilap.
Tabel 5
Pengujian Daya Kilap
Perlakuan |
db |
JK |
KT |
FHit. |
Ftabel |
|
0,05 |
0,01 |
|||||
Kelompok |
2 |
0 |
0 |
0 |
3,44 |
5,72 |
Diameter |
5 |
0 |
0 |
0 |
2,66 |
3,99 |
Pelarut |
1 |
1 |
1 |
����� 2,75* |
4,30 |
7,95 |
Interaksi |
5 |
0 |
0 |
0 |
2,66 |
3,99 |
Galat |
22 |
8 |
�0,363 |
|
||
Total |
35 |
9 |
|
Berdasarkan hasil
penelitian diameter pohon tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap penetapan daya kilap dari
pelaburan vernis. Sebaliknya jenis pelarut memberikan pengaruh yang nyata terhadap penetapan daya kilap dari
pelaburan vernis, sedangkan daya kilap dengan pelarut
thinner super memberikan hasil
yang baik dan pelarut
spiritus memberikan hasil
yang sebaiknya. Secara sederhana komposisi thinner terdiri dari bahan
pelarut, penambah kilap dan bahan penambah volume yang juga dapat berfungsi sebagai penguap agar cat cepat kering. Hal inilah yang menyebabkan campuran kopal dan thinner super menghasilkan
vernis yang baik dengan kualitas daya kilap yang baik juga.
5.
Kesan Raba
Kesan raba
yang berbeda-beda untuk tiap-tiap jenis kayu tergantung pada tekstur kayu, besar
kecilnya air yang dikandung,
dan kadar ekstraktif di dalam kayu. Kesan
raba licin, apabila tekstur kayunya halus dan permukaannya mengandung lilin. Kesan raba
kasar, apabila keadaan tekstur kayunya kasar. Kesan raba dingin
ada pada kayu yang bertekstur halus dan berat jenisnya tinggi, sebaliknya terasa panas jika
teksturnya kasar dan berat jenisnya rendah (Dumanauw,
2001).
Hasil Penelitian
menunjukkan bahwa diameter pohon tidak memberikan
pengaruh terhadap penetapan kesan raba dari pelaburan
vernis pada kayu dan multiplek, sedangkan jenis pelarut, memberikan pengaruh nyata terhadap kesan raba dari
pelaburan vernis pada kayu dan multiplek. Kesan raba yang dihasilkan yaitu : kasar tipis, licin tipis, kasar tebal dan licin tebal.
Tabel 6
Pengujian Kesan Raba
Perlakuan |
db |
JK |
KT |
FHit. |
Ftabel |
||
0.05 |
0.01 |
||||||
Kelompok |
2 |
0.222 |
0.111 |
0.083 |
3.443 |
5.719 |
|
Diameter |
5 |
11.222 |
2.244 |
1.696 |
2.661 |
3.987 |
|
Pelarut |
1 |
2.777 |
2.777 |
2.090 |
4.300 |
7.945 |
|
Interaksi |
5 |
1.888 |
0.377 |
0.285 |
2.661 |
3.987 |
|
Galat |
22 |
29.111 |
1.323 |
|
|
||
Total |
35 |
45.222 |
|
||||
Hal yang sama dijelaskan oleh Suwardi (Sumadiwangsa,
2000) bahwa,
kesan raba yang diperoleh sama dengan hasil penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan,
campuran kopal + thinner
super adalah licin tipis
dan licin tebal sedangkan campuran kopal + spiritus adalah kasar tipis dan kasar tebal. Hal ini menunjukkan bahwa kesan raba dari
campuran kopal + thinner
super, lebih baik dari pada campuran kopal + spiritus.
Kesimpulan
Vernis hasil
penelitian menghasilkan 4 (empat) warna yaitu : kuning,
oranye muda, oranye dan oranye tua. Diameter pohon tidak memberikan pengaruh nyata terhadap daya kilap
dan kesan raba saat pelaburan pada kayu dan multiplek. Sedangkan jenis pelarut memberikan hasil sebaliknya. Vernis yang terbuat dari campuran kopal
+ thinner super mempunyai kualitas
kilap yang baik dan kesan raba licin
tipis sampai licin tebal. Pengujian ini dilakukan berdasarkan
uji visual atau sesuai kasat mata.
Vernis hasil
penelitian dan special politur
vernis (SP-3 clear) mempunyai
warna yang tidak jauh berbeda. Daya
kilap vernis, kesan raba dari
campuran kopal + thinner
super dan special politur vernis
(SP-3 clear) hasilnya sama yaitu juga berkualitas baik, dan memberikan kesan licin tipis dan licin tebal.
Anonim. (1995). Pohon Kehidupan. Badan
Pengelola Gedung Manggala Wanabhakti dan Yayasan Prosea-Bogor.
Departemen Kehutanan (DEPHUT). (2007). Peraturan
Menteri kehutanan No. 35 Tahun 2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu.
Dumanauw, J. F. (2001). Mengenal Kayu,
Pendidikan Industri Kayu Atas Semarang. Yogyakarta: Kanisius.
Foresta, H., & Michon, G. (1995).
Beberapa aspek ekologi dan ekonomi kebun damar di daerah Krui, Lampung Barat. Komunikasi
Pada Seminar Kebun Damar Di Krui, Lampung Sebagai Model Hutan Rakyat Bandar
Lampung, Tanggal, 6.
Hakim, I., & Saiban, A. (1994). Potensi
permasalahan dan prospek pengusaahaan hutan damar, di Krui, Lampung Barat. Jurnal
Penelitian Dan Pengembangan Kehutaanan. IX (2), 45�52.
Haygreen J.G, Bowyer J. .. (2004). Hasil
Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar. Jogjakarta.
Sumadiwangsa, S. (2000). Pemanfaatan resin
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan. Lokakarya Penelitian
Hasil Hutan. Bogor, 7.
Sumarliani, N. dan Hartoyo. (2000). Pembuatan
Vernis Kayu Dari Kopal dan Kopal. Prosiding Lokakarya Penelitian Hasil
Hutan, 7 Desember 2000 di Bogor. Pusat Penelitian Hasil Hutan. Bogor.
Copyright Holder: Lydia Riekie Parera
(2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |