Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN:
2548-1398
Vol. 7, No. 4, April 2022
PERANAN ALAT NAVIGASI DI KAPAL PESIAR UNTUK
MENINGKATKAN KESELAMATAN PELAYARAN DI ATAS KAPAL WILAYAH JAWA TIMUR
Upik Widyaningsih
Politeknik Pelayaran Surabaya, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Jawa timur adalah wilayah yang padat dan telah berkembang pesat, tidak terkecuali dengan wilayah lautnya.
Pelabuhan-pelabuhan besar
yang dimiliki wilayah jawa timur membuat banyakya
kapal pesiar yang bersandar dipelabuhan, sehingga mendorong pemerintah jawa timur untuk memberikan
perhatian lebih kepada aspek transportasi
laut sehingga dapat menciptakan transportasi laut yang efisien dan mengutamakan tingkat keselamatan yang tinggi. Kapal pesiar
yang melakukan pelayaran harus dilengkapi dengan alat navigasi
yang berperan penting disektor pelayaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif yang mendeskripsikan
melalui kata-kata dan bahasa
dalam menjelaskan masalah atau fenomena
yang diteliti. Untuk menjabarkan masalah digunakan jenis penelitian deskriptif yaitu dengan mendeskripsikan
suatu gejala, peristiwa dan kejadian yang terjadi. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, dan observasi dalam melakukan penelitian, studi pustaka dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peranan alat
navigasi di kapal pesiar sangat diperlukan untuk meningkatkan keselamatan pelayaran di atas kapal wilayah jawa timur. Tujuan
penelitian ini adalah mendeskripsikan peranan alat navigasi
dalam meningkatkan tingkat keselamatan pelayaran kapal. Dengan hasil penelitian
ini, di mana seorang mualim harus mengoptimalkan
dalam pengoperasian dan perawatan alat navigasi guna untuk
melaksanakan suatu pengamatan yang layak. Penggunaan alat navigasi seperti kompas, radar, Rudder
Angle Indicator (VDR), Automatical Identification System (AIS), Electronic Chart Display Information System (ECDIS,
Ship Whistle atau Suling, Global Positioning System (GPS)� sangat membantu untuk mengoptimalkan pengamatan yang ada. Maka meningkatkan keterampilan dalam berdinas jaga terutama dalam hal melakukan
pengamatan, harus seoptimal mungkin memanfaatkan bantuan alat navigasi. Karena pengamatan sangat penting guna menghindarkan dari bahaya tubrukan
dan mencapai suatu keselamatan dalam pelayaran. Berdasarkan pemaparan peneliti dengan adanya kecanggihan
teknologi berupa alat navigasi dan pemnfaatan secara optimal maka tingkat keselamatan
pelayaran di atas kapal wilayah jawa timur akan akan
meningkat. Alat navigasi menjadi faktor utama dalam penentuan
keselamatan pelayaran.
Kata Kunci: alat navigasi, keselamatan pelayaran, keselamatan kapal
Abstract
East
Java is a densely populated region and has grown rapidly, not least with its
sea area. The large ports owned by the east Java region make many cruise ships
that lean on the port, thus encouraging the east Java government to pay more
attention to aspects of sea transportation so as to create efficient sea
transportation and prioritize a high level of safety. Cruise ships that make
voyages must be equipped with navigation tools that play an important role in
the shipping sector. The method used in this study is a qualitative method that
describes through words and language in explaining the problem or phenomenon
under study. To describe the problem used descriptive type of research is by
describing a symptom, events and events that occur. Data collection is carried
out through interviews, and observations in conducting research, literature
studies and documentation studies. The results of this study show that the role
of navigation tools on cruise ships is needed to improve the safety of shipping
on ships in east Java. The purpose of this study is to describe the role of
navigational tools in improving the level of ship shipping safety. With the
results of this study, where a student must optimize in the operation and
maintenance of navigation tools in order to carry out a worthy observation. Use
of navigation tools such as compass, radar, Rudder
Angle Indicator (VDR), Automatical Identification
System (AIS), Electronic Chart
Display Information System (ECDIS, Ship
Whistle or Distillery, Global
Positioning System (GPS) is very helpful to optimize existing observations.
So improving skills in guard service, especially in
terms of making observations, must be as optimal as possible utilizing the help
of navigation tools. Because observation is very important to avoid the danger
of collision and achieve a safety in the voyage. Based on the presentation of
researchers with the sophistication of technology in the form of navigation
tools and optimal utilization, the level of shipping safety on ships in east
Java will increase. Navigation tools become a major factor in the determination
of shipping safety
Keywords: navigation equipment, shipping safety, ship safety
Pendahuluan
�Alat Navigasi kapal merupakan suatu yang sangat penting dalam menentukan arah kapal, pada zaman dahulu kala, untuk menentukan arah kapal berlayar tidak jauh dari benua atau daratan. Alat komunikasi kapal digunakan untuk berhubungan antara awak kapal yang berada pada satu kapal atau dapat di gunakan untuk komunikasi dengan kapal lain dan atau berkomunikasi dengan darat. Sebelum kompas ditemukan, navigasi dilakukan dengan melihat posisi benda-benda langit seperti matahari dan bintang-bintang dilangit, yang tentunya bermasalah kalau langit sedang mendung. Kapal-kapal sekarang sudah canggih baik dari system elektronik yang terus bermunculan sehingga memudahkan kita dalam menentukan posisi kapal. Banyak buku-buku yang terbit yang mengajarkan kita cara melayari kapal dengan baik. Salah satunya adalah perangkat navigasi, semua pelaut harus mengenal dan dapat menggunakannya semaksimal mungkin agar tercapai keselamatan dalam rute pelayarannya. Alat navigasi merupakan suatu teknik untuk menentukan kedudukan dan arah lintasan secara tepat dengan menggunakan alat navigasi. Sistem navigasi di laut pada dasarnya merupakan suatu perpaduan yang harmonis antara teknologi dan seni sehingga dapat mencakup beberapa kegiatan pokok, antara lain: 1. Menentukan tempat kedudukan (posisi), dimana kapal berada di permukaan bumi. 2. Mempelajari serta menentukan rute/jalan yang harus ditempuh agar kapal dengan aman, cepat, selamat, dan efisien sampai ke tujuan. 3. Menentukan haluan antara tempat tiba/tujuan sehingga jauhnya/jaraknya dapat ditentukan. 4. Menentukan tempat tiba bilamana titik tolak haluan dan jauh/jarak diketahui (Lailatul, 2019).
kapal pesiar, merupakan kapal yang digunakan khusus melayani turis melakukan pesiar. kapal pesiar yang melintasi dan kerap bersandar di wilayah jawa timur, Kapal pesiar
seperti Genting Dream, Viking Orion, Aida Vita, Maasdam, Seabourn Encore, Azamara Quest. Setiap kapal yang berlayar harus berada dalam
kondisi laik laut sehingga menjamin
keselamatan dan keamanan selama kapal berlayar.
Kapal yang laik laut adalah keadaan
kapal yang memenuhi persyaratan keamanan dan keselamatan kapal, pencegahan pencemaran lingkungan perairan dari kapal, pengawakan,
peralatan navigasi dan peralatan keselamatan, garis muat, pemuatan, kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang, status hukum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran perairan dari kapal, serta
manajemen keamanan kapal untuk berlayar
di perairan tertentu
(Budiman, M. Syarif dkk,
2016).
Keselamatan merupakan
instrument yang memproteksi pekerja,
perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya
akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib di penuhi oleh perusahaan. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari risiko kecelakaan
dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan tenaga kerja dapat melakukan
pekerjaan dengan aman dan nyaman serta mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi (Redjeki, 2016).
Tanggung jawab Indonesia sebagai negara pantai Selat Malaka telah
dibuktikan melalui beberapa upaya yang sudah dilakukan oleh Indonesia bersama dengan negara pantai Selat Malaka
untuk mempromosikan keselamatan bernavigasi dan perlindungan lingkungan maritime.
(Monica Sintia, 2019).
Hasil penelitian ini menjelaskan bagaimana upaya indonesia dalam menjaga keselamatan
bernavigasi dan perlindungan
lingkungan maritime dengan berbagai upaya peraturan salah satunya dengan alat navigasi
sebagai upaya peningkatan keselamatan pelayaran. Dalam keselamatan maritim, terbagi menjadi tiga kategori diantaranya
keselamatan navigasi, tanggap darurat, dan navigasi presisi yang akan diintegrasikan dengan ENCs-ECDIS. Untuk manajemen perlindungan lingkungan maritim dikategorikan dalam pemantauan lingkungan, perlindungan dan manajemen tanggap darurat,
Indonesia merupakan
negara kepulauan dengan 2/3
wilayahnya merupakan
wilayah laut/perairan, sehingga transportasi laut memegang peranan
penting dan posisi strategis dalam memobilisasi manusia dan barang maupun jasa
ke seluruh pelosok tanah air dengan tetap mempertimbangkan
tingkat keselamatan dan keamanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Peran strategis sistem transportasi laut jika diselenggarakan
dengan efektif dan efisien, maka pulau-pulau
yang membentang bagaikan zamrud di khatulistiwa akan saling terhubungkan,
pergerakan barang akan lancar, dan pertukaran hasil produksi antar pulau berdasarkan keunggulan komparatif setiap daerah akan
meningkatkan kemakmuran seluruh rakyat, serta dapat mengatasi
keterisolasian karena letak geografisnya. Kawasan pesisir dan laut Jawa Timur secara umum dapat dikelompokkan
menjadi kawasan pesisir utara, pesisir timur dan pesisir selatan. Kawasan pesisir utara dan timur umumnya dimanfaatkan
untuk transportasi laut, pelestarian alam, budidaya laut, pariwisata dan pemukiman nelayan. Sedangkan kawasan pesisir selatan, umumnya merupakan pantai terjal dan berhadapan langsung dengan Samudera Hindia yang kondisi gelombang dan ombaknya besar, sehingga hanya bagian tertentu
saja yang dapat dikembangkan sebagai pemukiman nelayan dan areal pariwisata.
Kawasan laut
dan pesisir Jawa Timur mempunyai luas hampir dua kali luas daratannya (+ 47220 km persegi) atau mencapai
+ 75700 km persegi apabila dihitung dengan 12 mil batas wilayah propinsi, sedang garis pantai Propinsi Jawa Timur memiliki garis pantai sepanjang + 2128 km yang aktif
dan potensial. Transportasi
laut atau pelayaran adalah merupakan media interaksi antar Negara yang berperan sebagai jembatan penghubung yang efektif dan efisien. Kemudian terdapat kurangnya perhatian terhadap keselamatan pelayaran, dapat menghambat penyediaan transportasi di seluruh wilayah maritim. Dan untuk kelancaran pelayaran tersebut baru bisa dicapai
apabila persyaratan keselamatan berlayar dan pengetahuan crew kapal khususnya perwira terhadap International Regulation for Preventing CollisionAt Sea 1972 yang mempengaruhi
keselamatan pelayaran dapat dipenuhi.
Ilmu pengetahuan
saat ini mengalami perkembangan yang pesat, perkembangan tersebut mulai dari perkembangan pola pikir manusia
hingga manusia mampu menciptakan suatu alat yang dapat digunakan untuk memudahkan kerja manusia. Hasil dari pemikiran manusia ini memungkinkan
manusia untuk menemukan terobosan baru dalam bidang
ilmu pengetahuan salah satu ilmu pengetahuan
yang diciptakan dari hasil pemikiran manusia adalah penemuan mengenai alat navigasi. Perkembangan lingkungan strategis nasional dan internasional menuntut penyelenggaraan pelayaran yang sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, peran serta swasta dan persaingan usaha, otonomi daerah, dan akuntabilitas penyelenggaraan
Negara, dengan tetap mengutamakan keselamatan dan keamanan pelayaran demi kepentingan nasioanal. Navigasi atau pandu
arah adalah penentuan kedudukan (position)
dan arah perjalanan baik di medan sebenarnya
atau di peta, dan oleh sebab itulah pengetahuan
tentang pedoman arah (compass) dan peta serta teknik penggunaannya
haruslah dimiliki dan dipahami (Rachmi, Ariska, & Husain, 2020).
Jenis-jenis navigasi
kapal jumlahnya cukup banyak. Masing-masing jenis navigasi tersebut tentunya memiliki fungsi masing-masing yang
berguna untuk membantu perjalanan kapal ketika berlayar.
Diantara jenis alat navigasi tersebut
yaitu sebagai berikut:
1. Peta dalam
hal pelayaran, peta ternyata menjadi
alat navigasi kapal utama yang tidak boleh dilupakan.
Peta merupakan gambaran permukaan bumi yang berbentuk dua dimensi
dengan proyeksi skala tertentu. Ketika berlayar, kapal memerlukan peta untuk menentukan tujuan pelayaran yang hendak ditempuh.
2. Radar adalah
Sebuah kapal dilengkapi dengan radar sebagai salah satu navigasi di dalamnya yang berfungsi untuk memberikan informasi terkait jarak kapal
dengan daratan, kapal lain, serta
kemungkinan rintangan yang akan dihadapi agar terhindar dari tabrakan. Radar kapal laut juga berperan sebagai pendeteksi target.� Target yang dideteksi
juga dapat dilihat melalui jarak jauh.
Untuk cara kerja radar tersebut yaitu dengan mengirimkan
gelombang radio. Nantinya, gelombang tersebut dapat memantulkan gema dengan ukuran
kekuatan yang sesuai dengan keperluan dalam pelayaran. Satelit Radio Detection and Ranging atau
Radar merupakan salah satu peralatan navigasi elektronik terpenting. Radar telah menjadi instrumen
penting sejak masa perang Dunia II. Pada zaman sekarang,
radar berperan penting dalam navigasi dan piranti keselamatan pada alat transportasi baik darat, laut,
maupun udara (Alam, Kurniawan, & Yuwono,
2013, hal. 1).
Tabel 1
Radar Beacon dan Radar Surveylance
Radar
beacon |
Radar
surveylance |
pesawat yang mampu mendeteksi jarak antar kapal dengan
suatu objek di luar kapal. Radar (RAnge Detection and Radio) bekerja
dengan mengirimkan getaran-getaran gelombang radio
berkecepatan tinggi terhadap target. Objek target
di luar kapal memantulkan Kembali ke pesawat pengirim. Waktu respons (response time) antara pengiriman dan pantulan kembali dikonversi ke skala jarak
dalam satuan meter atau kaki (feet) yang tampak
dan terbaca di monitor |
pesawat radar yang tidak hanya mengukur jarak kapal terhadap
suatu target atau objek, tetapi mampu mengirimkan gambar ke monitor dan dapat di display. Radar jenis ini dilengkapi sensor sebagai komponen yang berfungsi untuk: � Mengawasi lalu lintas kapal
yang berlayar di perairan
yang terjangkau radius radar; � Memantau kapal-kapal yang telah berlabuh di area labuh jangkar dan di tambatan; � Menginspeksi keadaan bui dan instalasi alat bantu navigasi; � Mengidentifikasi
kapal-kapal yang datang
dan pergi; � Menganalisis risiko kejadian tubrukan ataupun kapal kandas; � Memberikan bantuan kenavigasian |
3. Satelit
Jenis navigasi
berikutnya yang terdapat
pada kapal adalah satelit. Sebuah alat yang memanfaatkan sinyal radio tersebut berperan untuk menentukan titik suatu kapal di lautan atau di permukaan bumi. GPS milik Amerika Serikat menjadi salah satu satelit yang cukup populer.� Gyro
compass menjadi salah satu alat navigasi pada kapal yang berfungsi untuk menemukan arah yang tepat. Dalam penggunaannya, gyro compass
tidak akan terhalang oleh medan magnet luar. Pada sistem repeater yang digunakan untuk kemudi darurat juga harus memiliki platform kemudi.
4. Automatic Identification
System Untuk
Navigasi pada kapal
yang selanjutnya adalah
Automatic Identification System atau yang sering disebut dengan AIS. Peranan AIS dalam pelayaran kapal adalah untuk
menentukan statistik navigasi serta posisi dari kapal
lainnya. Automatic Tracking Aid sebagai
salah satu jenis navigasi kapal yang dapat memberikan informasi terkait target yang akan dilacak. Data yang ditampilkan biasanya berupa grafik serta
numerik yang memberikan perencanaan terhadap arah atau haluan
yang tepat agar dapat menghindari tabrakan. Navigational
Lights adalah Alat navigasi
kapal berikutnya yang perlu Anda ketahui adalah navigational lights. Saat ini, setiap kapal
yang berlayar mulai dari ukuran kecil
hingga besar harus dilengkapi dengan lampu navigasi
untuk membantu pelayaran, khususnya pada malam hari. �Lampu navigasi pada kapal memiliki peran yang cukup penting untuk
mengurangi terjadinya kecelakaan laut. Konferensi Maritim Internasional
yang dilaksanakan pada tahun
1889 oleh Amerika Serikat telah
meresmikan lampu navigasi sebagai salah satu instrumen yang harus dilengkapi ketika berlayar. �Pencahayaan pada kapal memang harus
terang dan jelas agar kapal lain dapat melihatnya dengan benar, sehingga kemungkinan tabrakan antar kapal dapat
dihindari.
5. Electronic Chart Display and
Information System (ECDIS)
Alat navigasi
berupa peta elektronik sesuai persyaratan peta terbaru konvensi SOLAS 1974 V/20
yang dapat diintegrasikan dengan ala-alat navigasi lainnya sehingga diperoleh posisi dan informasi navigasi lain untuk para mualim melakukan perencanaan pelayaran serta monitoring rute pelayaran (Hermawan, Anwar, & Junius, 2020).
Sound Reception System adalah Sebuah
kapal dengan anjungan tertutup harus dilengkapi dengan jenis navigasi
Sound Reception System. Sistem tersebut
dibuat dengan tujuan untuk membantu
petugas navigasi yang ada di kabin untuk
mendengarkan sinyal suara berupa suling kapal. Tidak hanya
itu, Sound Reception System juga bermanfaat
untuk membantu petugas navigasi dalam melakukan pengawasan yang sesuai dengan standar yang berlaku. Jenis navigasi tersebut biasanya dipasang pada bagian anjungan kapal.
6. Ship Whistle atau yang lebih dikenal dengan peluit maupun klakson
kapal itu ada dua jenis.
Ada ship whistle yang dioperasikan secara alami dengan
memanfaatkan angin, dan
yang lainnya dapat digunakan secara elektrik. Jenis navigasi tersebut dapat Anda gunakan untuk membuat kapal-kapal
terdekat bersiaga. Ship
whistle akan sangat berguna,
khususnya dalam keadaan darurat untuk memberi peringatan
maupun menginformasikannya
pada awak kapal serta kapal lain yang ada di sekitarnya.
7. Ship Flags adalah Bendera kapal menjadi jenis
navigasi yang cukup sering dijumpai. Warna bendera dan rambu yang digunakan dapat membantu dalam menunjukkan posisi kapal. Perlu
diketahui bahwa sebenarnya ship flags telah digunakan sejak zaman dahulu oleh kapal-kapal tradisional maupun kapal besar.
8. Echo Sounder adalah Jenis navigasi
kapal Echo sounder juga termasuk
dalam salah satu instrumen modern yang sudah digunakan sejak zaman dahulu. Fungsi Echo Sounder adalah untuk membantu
dalam mengukur kedalaman air laut, dan biasanya terletak di bagian bawah kapal.
Cara kerja Echo Sounder yaitu
dengan memanfaatkan gelombang suara yang didasarkan pada prinsip transmisi gelombang tersebut. Nantinya, gelombang suara tersebut akan kembali
ke sumbernya sebagai gema melalui
lapisan pemantul.�
9. Rate of Turn Indicator adalah Kecepatan kapal berputar dengan tingkatan yang stabil dapat diketahui
melalui sistem navigasi Rate of Turn Indicator. Alat tersebut
sangat membantu perwira kapal agar dapat mengemudikannya dengan aman. Biasanya, putaran pada kapal diukur secara per menit dalam bentuk
derajat.
10. Inertial Reference System atau IRS berperan sebagai suatu sistem
yang akan membantu dalam mengetahui letak koordinat kapal melalui efek
inertial. Peralatan navigasi
kapal tersebut dapat digunakan di ruang angkasa dan di bumi karena tidak
membutuhkan stasiun untuk dapat dioperasikan.
�
11. Rudder Angle Indicator Kapal laut biasanya
juga dilengkapi dengan jenis navigasi Rudder Angle
Indicator. Instrumen tersebut
berperan cukup penting karena dapat merekam data pelayaran sebuah kapal. Data yang dihasilkan oleh instrumen tersebut tentunya cukup lengkap, selama 12 jam pengoperasian kapal. �Rudder Angle Indicator akan
sangat membantu dalam memberikan informasi pelayaran apabila terjadi sebuah kecelakaan pada kapal. Ini fungsinya sama
seperti kotak hitam yang terdapat pada pesawat terbang.
Berbagai jenis
alat navigasi yang disebutkan di atas, maka peneiti akan
membahas tentang peranan alat-alat navigasi yang ada di kapal pesiar dalam
meningkatkan keselamatan di
atas kapal wilayah jawa timur.
Metode Penelitian
Penulis dalam
penelitian ini menggunakan jenis pendekatan kualitatif dengan penyampaian secara deskriptif. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif. Penelitian deskriptif yaitu jenis penelitian
yang menggambarkan kondisi sebenarnya berdasarkan data yang ada di lapangan. Sementara itu menurut
Moleong bahwa penelitian kualitatif berakar pada latar belakang alamiah sebagai ketuhanan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian,
memanfaatkan metode kualitatif analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitian pada usaha menemukan teori lebih mementingkan proses dari pada hasil. Memilih seperangkat kriteria untuk menulis keabsahan data, rancangan penelitian bersifat sementara, hasil penelitian disepakati oleh subyek penelitian (Moleong, 2007).
Peneliti diharapkan
dapat memperoleh gambaran dan pemahaman melalui eksplorasi penggunaan dan peranan alat navigasi di kapal pesiar untuk
meningkatkan keselamatan pelayaran di atas kapal wilayah jawa timur. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu triangulasi sumber data melalui 1) Wawancara. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka dimana peneliti secara langsung bertanya kepada informan terpilih yang dianggap kompeten dalam memberikan informasi untuk menjawab pertanyaan permasalahan penelitian observasi (Sugiyono, 2017).
Pengumpulan data ini dilakukan melalui pengamatan di lokasi penelitian tentangperanan alat navigasi d kapal pesiar untuk
meningkatkan keselamatan. Untuk menjabarkan masalah digunakan jenis penelitian deskriptif yaitu dengan mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa
dan kejadian yang terjadi. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, dan observasi dalam melakukan penelitian, studi pustaka dan studi dokumentasi.
Hasil dan Pembahasan
Penulis mendapat
tambahan pengetahuan terutama dalam hal peranan alat
navigasi untuk keselamatan di kapal pesiar, penulis akan menekankan hasil penelitian berfokus pada alat navigasi yang digunakan di kapal pesiar wilayah jawa timur. Pemerintah
telah mengatur keselamatan dan keamanan sedemikian rupa dari segi kelayakan
kapal namun pemerintah jugak mengtur pelayran dari segi navigasi
dimana untuk menunjang keselatan dan kemanan pelayaran pemerintah telah membangung sarana-sarana navigasi (Hamdi, 2016).
Agar pelayaran dapat berjalan dengan baik dan aman. Selaian itu untuk
menjamin keselamatan dan keamanan dalam pelayaran pemerintah melakukan perencanaan, pengadaan, pengoperasian, pemeliharaan, dan pengawasan sarana bantu navigasi-pelayaran
dan telekomunikasi-pelayaran sesuai
dengan ketentuan internasional, serta menetapkan alur pelayaran dan perairan pandu serta menetapkan
zona keamanan dan keselamatan.
Dalam penelitian
(Rachmi et al., 2020)
di makassar, Keselamatan operasi kapal di lingkungan teritorial pelabuhan ditentukan dua faktor utama,
yakni (a) kondisi internal kapal di antaranya mesin, baling-baling, kemudi, jangkar, dan manoeuverability kapal; dan (b) kondisi eksternal kapal berupa lingkungan kenavigasian yang antara lain terdiri dari bentuk
dan kedalaman alur, dan ketersediaan sarana bantu navigasi pelayaran (SBNP). Pemanduan lalu lintas kapal
di alur pelayaran atau di wilayah perairan wajib pandu sesungguhnya
dapat juga berlangsung dengan tuntunan SBNP, karena SBNP adalah rambu atau marka
jalan bagi kapal yang melintasi alur setempat. faktor internal kapal yang terdiri dari kondisi
nautis teknis kapal dan keahlian (expertise) awak kapal menjalankan
kapalnya, dan posisi SBNP,
accessibility alur, kondisi
geografis serta cuaca, sebagai bagian tak terpisahkan
dari lingkungan eksternal kapal sekaligus menjadi faktor penentu dari keselamatan pelayaran. Dengan demikian, dapat disintesiskan bahwa perambuan atau SBNP berfungsi memberikan petunjuk bagi kapal
yang dipimpin oleh nakhoda
dan/atau pandu yang memberikan asistensi untuk menuju arah
yang aman dan menghindari perairan tidak aman.
Dalam penelitian
(Riva�atul Adaniah Wahab, 2014)
Sistem navigasi dan komunikasi aktivitas perikanan Pelabuhan Perikanan Bitung dimanfaatkan antaralain untuk pemantauan wilayah pesisir, pengawasan keamanan kapal, pengawasan aktivitas atau kegiatan kapal (posisi, pergerakan, kecepatan), pengawasan keselamatan awak kapal, pemantauan cuaca dan kondisi laut, pengawasan hasil tangkapan ikan (jenis ikan, lokasi bongkar muat, jumlah
ikan yang ditangkap), pengawasan
illegal trading, pengawasan illegal fishing, dan sebagainya. Operasionalisasi sistem navigasi dan komunikasi ini seharusnya melibatkan berbagai pihak; pelaku langsung aktivitas perikanan (nahkoda kapal, anak buah kapal,
nelayan), instansi pemerintah (PPS, PPSDKP, Pos Pelayanan
Terpadu Kapal Perikanan, dan Syahbandar PPS dari Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Distrik Navigasi Kelas I Kementerian Perhubungan melalui Stasiun Vessel Traffic
Service (VTS) atau stasiun Pelayanan Lalu Lintas Kapal dan Stasiun Radio Pantai), serta
stakeholder (perseorangan/pengusaha
pemilik kapal, pengusaha perikanan, dan Kelompok Masyarakat Pengawas/Pokmaswas). Hasil penelitian menunjukkan bahwa operasionalisasi sistem navigasi dan komunikasi aktivitas perikanan di Pelabuhan Perikanan Bitung masih kurang optimal dimana sistem berjalan
secara parsial. Alat atau perangkat yang dimiliki juga tidak memadai sehingga mengakibatkan terjadinya keterbatasan dan perolehan informasi yang saling tumpang tindih. Kondisi ini juga berdampak kurang efisien dan optimalnya penggalian pemanfaatan sumber daya perikanan
di lautan Indonesia. Karenanya
perlu pengintegrasian sistem navigasi dan komunikasi serta penambahan alat dan perangkat telekomunikasi di
Pelabuhan Perikanan Bitung.
Pengadaan bantuan alat telekomunikasi seperti HF Tranceiver/HF HT juga perlu dilakukan.
Hasil penelitian
Riva�atul Adaniah Wahab menemukan bahwa operasionalisasi sistem navigasi dan komunikasi aktivitas perikanan di Pelabuhan Perikanan Bitung masih kurang optimal. Sistem berjalan secara parsial atau tidak terintegrasi
dan tidak memadainya alat atau perangkat
yang dimiliki di masing-masing pihak
mengakibatkan terjadinya keterbatasan masing-masing pihak
yang terlibat memiliki sistem navigasi dan komunikasi yang umumnya dibangun secara parsial atau tidak
terintegrasi menjadi satu kesatuan sistem
yang memadai. Output sistem
dalam bentuk informasi hanya bersumber dari alat atau perangkat
telekomunikasi internal masing-masing pihak. Kondisi ini menyebabkan terjadinya keterbatasan dan tumpang tindihnya informasi yang diperoleh sebagai akibat tidak memadainya alat atau perangkat
telekomunikasi yang dimiliki.
Kondisi tersebut juga berdampak pada kekurangefisienan
dan kekurangoptimalan aktivitas
perikanan dalam penggalian pemanfaatan sumber daya perikanan
di lautan Indonesia.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor alam, tekniks,
dan human faktor sangat berpengaruh
terhadap keselamatan kapal penangkap ikan. Kebijakan nasional belum seluruhnya selaras/sesuai memuat ketentuanketentuan kebijakan internasional yang diperlukan dalam meningkatkan sistem keselamatan pelayaran (YUSUF, n.d.).
Salah satu faktor penting dalam mewujudkan keselamatan serta kelestarian lingkungan laut adalah keterampilan
dan keahlian dari manusia yang terkait dengan pengoperasian dari alat transportasi
(kapal) di laut, karena bagaimanapun kokohnya konstruksi suatu kapal dan betapa pun canggihnya teknologi baik sarana bantu maupun
peralatan yang ditempatkan
di atas kapal tersebut kalau dioperasikan manusia yang tidak mempunyai keterampilan atau keahlian sesuai dengan tugas dan fungsinya maka semua akan sia-sia
(Santoso, Kusuma, & Utomo, 2017).
Sistem keselamatan
dan keamanan pelayaran menjadi faktor penting yang harus diperhatikan dan sebagai dasar serta tolok
ukur bagi pengambilan keputusan dalam menentukan kelayakan pelayaran baik dilihat dari
sisi sarana berupa kapal mau
pun prasarana seperti sistem navigasi, dan sumber daya manusia
yang terlibat di dalamnya (Kadarisman, Muh, 2017). Seorang mualim harus mengoptimalkan dalam pengoperasian dan perawatan alat navigasi guna untuk
melaksanakan suatu pengamatan yang layak. Penggunaan alat navigasi seperti binoculars, radar,
Automatical Identification System (AIS) dan
Electronic Chart Display Information System (ECDIS) sangat membantu
untuk mengoptimalkan pengamatan yang ada. Penggunaan bagian-bagian radar
juga sangat berperan dalam pengoperasian radar terhadap pengamatan seperti: parallel
index, Electronic Bearing Line (EBL), Variable Range Marker (VRM). Menggunakan seoptimal mungkin kinerja bagian-bagian radar tersebut. Kemudian cara mendapatkan
suatu indentitas suatu kapal yaitu
menggunakan Automatic Identification System (AIS).
Alat tersebut membantu untuk mendapatkan informasi suatu kapal apabila kapal
tersebut membahayakan pelayaran tetapi alat ini hanya
bisa mendeteksi suatu informasi apabila kapal target mempunyai AIS. Selain dari peranan ECDIS terhadap pengamatan untuk lebih memudahkan
mengamati keadaan laut yang akan dilayari sehingga kapal bisa lebih
mudah bergerak apabila ada bahaya
navigasi. Maka dari itu untuk
meningkatkan keterampilan dalam berdinas jaga terutama dalam hal melakukan pengamatan,
harus seoptimal mungkin memanfaatkan bantu alat navigasi.
Karena pengamatan sangat penting
guna menghindarkan dari bahaya tubrukan
dan mencapai suatu keselamatan dalam pelayaran (Syibli & Nuryaman, 2021).
Kompetensi SDM bidang
keselamatan kapal, komitmen perusahaaan, peralatan navigasi pelayaran, kompetensi awak kapal, komitmen
perusahaan, peralatan navigasi pelayaran, kompetensi awak kapal, system perawatan kapal dan pemuatan, serta rekrutmen dan diklat. Pengupayaan penerapan standar teknis keselamatan kapal mencakup strategi peningkatan keselamatan, mencakup pengintensifan program diklat keterampilan dan perawatan kapal, peningkatan standar mutu pembuatan kapal, dan kinerja sarana navigasi kapal. Sarana navigasi kapal menjadi factor terpenting dalam keselamatan berlayar (Malisan, 2013).
Penelitian yang dilakukan,
(VINDYO, 2019)
ditemukan adanya masalah-masalah dalam pengoptimalan radar. Prosedure pengoperasian radar kurang maksimal karena intruction manual book yang kurang
lengkap, kurangnya perawatan alat navigasi radar, pengaruh lingkungan sekitar dapat mengakibatkan penurunan kinerja radar, kurangnya pengetahuan crew terhadap alat navigasi
radar. Adapun saran penulis adalah
Mualim III sebagai perwira yang bertanggung jawab terhadap alat navigasi harus
mengerti cara mengoperasikan radar dengan baik dan benar pada saat melewati ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia). Sehingga penggunaan alat navigasi radarsecara
optimal juga menjadi pennjang
utama keselamtan pelayaran.
Penelitian Cristopher Pelaksanaan praktek berlayar Dalam melaksanakan praktek berlayar, Kurangnya pengamatan kru kapal menggunakan alat navigasi RADAR dikarenakan RADAR pada kapal tempat taruna praktek
tidak dilengkapi oleh ARPA,
AIS, dan memliki tampilan
echo yang kurang maksimal sehingga kru kapal
lebih memilih untuk mengamati objek dalam berlayar
di alur pelayaran sempit menggunakan ECDIS maupun alat navigiasi
lainnya yang lebih baik dan modern. Namun ketika malam hari
ataupun jarak tampak terbatas alat navigasi RADAR sangat berperan penting dalam mengenali objek disekitar kapal. Setelah dianalisis, Penggunaan alat navigasi RADAR yang belum optimal dikarenakan kurangnya perawatan sebelum pemakaian dan pengoperasian yang kurang maksimal. Oleh karena pengamatan RADAR di Alur pelayaran
sempit sangatlah berpengaruh maka sebelum alat navigasi
tersebut digunakan, prosedur pengoperasian yang baik dan benar haruslah diperhatikan oleh kru kapal. Sehingga
pengamatan pada RADAR di Alur pelayaran
sempit, berguna untuk mecegah resiko
tubrukan.
Berdasarkan pengamatan
peneliti bahwa penggunakan alat-alat navigasi pada kapal pesiar sudah mendekati
maksimal dengan ditunjang SDM yang memiliki sertifikat-sertifikat keterampilan.
Berkat adanya kemajuan teknologi, seorang perwira kapal memiliki segudang peralatan navigasi laut yang membuat hidupnya jauh lebih sederhana.
Terlebih lagi, pelaut masa kini dilatih untuk mengetahui
fungsi dan pengoperasian semua peralatan navigasi modern yang menjadikan berlayar lebih lancar dan aman. Tingginya kesadaran mengenai pentingnya alat�alat keselamatan
bekerja dan berlayar sehingga alat-alat keselamatan yang dignakan dalam kapal pesiar
sudah sesuai dengan peraturan Nasional yang mengacu pada peraturan Internasional SOLAS (Safety Of
Life At Sea), adapun pemanfaatan
Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
(SBNP) visual maupun elektrik
sudah sesuai dengan SOP yang berlaku.
Dalam penelitian
ini peneliti memfokuskan pada peranan alat navigasi di kapal pesiar. Pengamatan
yang dilakukan peneliti
pada kapal pesiar di
wilayah jawa timur dilengkapi kompas digunakan sebagai petunjuk arah mata
angin dan sebagai panduan dalam mengarahkan
haluan kapal. Automatic
radar plotting aids (ARPA) alat navigasi
dengan berbasis komputer, dengan teknologi ini tracking, kecepatan,
dan titik terdekat sebuah objek dapat
dihitung secraa cepat sehingga sangat bermanfaat untuk menghindari tabrakan. Radar ARPA memberikan informasi lengkap dibandingkan dengan radar konvensional.
Peggunaan alat
navigasi elektronik radar
di atas kapal dalam hasil penelitian
peneliti sangat penting, pengamatan yang dihasilkan radar berfungsi untuk menghindari tubrukan antar kapal dan mendukung kapal terutama di dalam perairan sempit. Serta radar merupakan suatau alat yang sangat potensial untuk menentukan posisi kapal dari
waktu ke waktu. Kemudian pada layar Cathoda Ray Tube (CRT) adanya pantulan atau echo dari awan yang tebal membantu memperkirakan hujan melewati lintasan kapal. Dengan melihat pada layar radar (Cathoda Ray Tube) adanya pantulan atau echo dari awan yang tebal. Radar akan sangat berguna pada saat cuaca buruk,
keadaan berkabut, dan berlayar di malam hari terutama apabila
petunjuk pelayaran seperti lampu suar,
pelampung, bukit atau bangunan visual tidak dapat diamati.
Radar merupakan
salah satu peralatan navigasi elektronik, radar singkatan dari �Radio Detection
and Ranging� adalah peralatan
navigasi elektronik terpenting dalam pelayaran. Pada dasarnya radar berfungsi untuk mendeteksi dan mengukur jarak suatu obyek
di sekeliling kapal. Disamping dapat memberikan petunjuk adanya kapal, pelampung,
kedudukan pantai dan obyek lain disekeliling kapal, alat ini
juga dapat memberikan baringan dan jarak antara kapal dan objek-objek tersebut. Radar
sangat bermanfaat untuk mengetahui kedudukan kapal lain sehingga dapat membantu menghindari / mencegah terjadinya tabrakan dilaut. Radar akan sangat berguna pada saat cuaca buruk, keadaan
berkabut dan berlayar dimalam hari terutama
apabila petunjuk pelayaran seperti lampu suar, buoy, bukit atau bangunan
secara visual tidak dapat diamati. Kelebihan utama dari pada radar dibanding dengan peralatan navigasi yang lain, dalam pengoperasiannya radar tidak memerlukan stasion-stasion pemancar.
AIS (Automatic Identification System)
atau Sistem pelacakan kapal jarak pendek, digunakan
pada kapal dan stasiun pantai untuk mengidentifikasi
dan melacak kapal dengan menggunakan pengiriman data elektronik pada kapal lainnya dan stasiun pantai terdekat. Informasi seperti identifikasi posisi, tujuan, dan kecepatan dapat ditampilkan pada layar komputer atau ECDIS (Electronic
Charts Display and Indentification System). AIS yang digunakan pada peralatan navigasi yang penting untuk menghindari dari kecelakaan akibat tubrukan. Sistem ini berarti
yang diutamakan untuk digunakan sebagai alat peninjau dan untuk menghindarkan resiko dari tabrakan
dari pada sebagai sistem pencegah tubrukan secara otomatis, sesuai dengan COLREGS (International Regulations for Preventing
Collisions at Sea). Peranan AIS terhadap
pengamatan di alur pelayaran sempit saat perairan dan pelabuhan ramai, VTS (Vessel
Traffic Service) boleh ada dalam mengatur lalu lintas kapal.
Sekarang AIS menyediakan kesadaran akan lalu lintas tambahan
dan menyediakan pelayanan dengan informasi tentang keberadaan kapal lain dan alur lintasannya. AIS (Automatic Identification System) suatu alat untuk
mengetahui identitas kapal AIS juga berhubungan dengan Ecdis, Radar dan Arpa kapal yang menggunakan AIS akan terdeteksi di AIS. Menghadapi situasi berhadapan, maka peranan AIS diperlukan untuk mengetahui keadaan kapal lain. Perwira
jaga harus mengamati pergerakan kapal tersebut, dan sesuai aturan P2TL apabila keadaan saling berhadapan masing� masing kapal harus mengubah haluannya ke kanan
atau ketemu di lambung kiri. Akan tetapi apabila kapal dari salah satu yang akan berhadapan dalam keadaan olah geraknya
terbatas, maka aturan itu bisa
dilanggar. Kemudian AIS
juga berfungsi sebagai pemberitahu identitas kapal kita ke
kapal yang lain
Kapal pesiar
juga dilengkapi dengan Rudder Angle Indicator VDR atau perekam data pelayaran adalah instrumen penting di antara daftar
peralatan navigasi kapal yang dipasang pada kapal untuk terus merekam informasi
penting yang terkait dengan pengoperasian kapal. Ini berisi sistem rekaman
suara untuk jangka waktu setidaknya 12 jam terakhir. Rekaman
ini didengarkan dan digunakan untuk penyelidikan jika terjadi
kecelakaan. Pentingnya VDR mirip dengan �kotak hitam� yang dipasang di
pesawat.
Kapal pesiar
ditunjang dengan auto pilot,
melihat tata letak anjungn kapal dipenuhi
dengan peralatan dan alat yang digunakan untuk navigasi. Autopilot dianggap sebagai salah satu peralatan navigasi dianjungan paling efektif karena membantu perwira deck dalam mengendalikan kapal dengan menjaga
kemudi tetap dalam autopilot, yang memungkinkan
mereka berkonsentrasi pada aspek operasi yang luas. Pengaplikasiannya pada kapal
autopilot, sensor ini digunakan
untuk jarak antara kapal dengan
objek didepan yang kemudian memberikan informasi kepada sistem kontrol untuk dapat melakukan
manuver sehingga dapat menghindari tabrakan tersebut.
Electronic Chart Display Information System (ECDIS) adalah
pengembangan dalam sistem peta navigasi yang digunakan di kapal angkatan laut
dan kapal niaga. Dengan menggunakan peralatan navigasi elektronik, menjadi
lebih mudah bagi perwira kapal untuk menentukan lokasi, dan mendapatkan
petunjuk arah lebih mudah dari sebelumnya. Penemuan
Electronic Chart Display and Information System (ECDIS) dianggap
mampu membantu meningkatkan keselamatan dalam bernavigasi. Sehingga ECDIS memungkinkan bagi para navigator melakukan pengawasan navigasi yang lebih efektif, tepat dan cermat. Adapaun kelebihan peta electrik adalah
menampilkan posisi dari awal pelayaran
hingga sampai tujuan, terhubung dengan jaringan internet (GPS)
dan gyrocompass, menampilkan posisi
terbaru tanpa harus memasukkan data awal. Kekurangan dari peta elektrik
adalah apabila tidak ada sinyal
GPS tidak dapat menampilkan posisi terbaru, apabila tidak ada sinyal
GPS maka tidak dapat melaporkan posisi pada menara mencusuar terdekat dan pusat, dan apabila tidak ada tegangan
listrik tidak dapat difungsikan.
Ship Whistle atau Suling kapal
dikenal sebagai peluit/klakson dan umumnya disediakan dalam dua jenis.
Satu dioperasikan dengan menggunkan angin dan yang lainnya dioperasikan
secara elektrik. Suling harus beroperasi secara manual dan elektrik dari
anjungan. Di antara berbagai instrumen yang digunakan dalam navigasi yang sulit
seperti cuaca buruk, kabut, jarak pandang yang buruk, lalu lintas tinggi dll.,
Suling kapal membantu dalam menyiagakan kapal-kapal terdekat. Selama keadaan
darurat, suling digunakan untuk memberi tahu dan mengingatkan awak kapal dan
kapal lain di sekitarnya. Suling kapal/suling
kabut / ship whistle/fog horn digunakan
untuk isyarat bunyi pada saat kabut. Betapa pentingnya
penggunaan alat-alat navigasi pada kapal pesiar.
Kapal pesiar
dilengkapi dengan Global
Positioning System (GPS) Alat navigasi ini termasuk dalam
alat utama dikarenakan fungsi dari GPS ialah menunjukkan posisi dari titik awal
perjalanan hingga ke tujuan. GPS dimaknai dalam navigasi sebagai sistem radio navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit. Adapun kelebihan dari GPS ketika dilapangan adalah: Terhubung dengan akses internet aktif, Sinyal GPS yang tetap terbaca meskipun
berada di wilayah laut lepas, Dapat mendeteksi
adanya kota atau pulau terdekat
dengan cara menunjukkan dimonitor computer, Memperbarui posisi terkini secara otomatis. Adapun kekurangan dari GPS adalah apabila tidak ada
sinyal satelit maka tidak berfungsi
dan membutuhkan tegangan listrik dalam penggunaan.
Aturan yang ditetapkan
oleh Collision Regulation 1972, STCW 1978 as amended in 2010 Regulation II/1, maka semua kapal
wajib melaksanakan tugas jaga tersebut tanpa terkecuali. Adapun dalam pelaksanaannya perwira jaga harus yakin bahwa 1) Semua peringatan dini secara visual yang berlangsung pada situasi yang ada, termasuk kehadiran
kapal-kapal dan tanda-tanda
dari daratan. 2) Pengamatan yang terus menerus dan baringan dari kapal-kapal yang mendekati. 3) Mengidentifikasi kapal-kapal dan lampu-lampu darat. 4) Mengecek haluan yang dikemudikan dan
aba-aba kemudi yang diperintahkan.
5) Pengamatan radar dan echo sounder. 6) Pengamatan perubahan cuaca terutama visibility dengan
adanya aturan ini maka sebagaimana
tujuan dari peningkatan keselamatan diperlukan kelengkapan alat navigasi dan fungsi yang optimal dalam kapal pesiar. Peningkatan
keterampilan dalam berdinas jaga terutama dalam hal melakukan
pengamatan, harus seoptimal mungkin memanfaatkan bantuan alat navigasi. Karena pengamatan sangat penting guna menghindarkan dari bahaya tubrukan
dan mencapai suatu keselamatan dalam pelayaran. Bahwa kecelakaan di atas kapal tidak dapat
diprediksi dan dapat terjadi di mana saja dan penyebab terjadinya kecelakaan di atas kapal antara lain karena (1) kesalahan manusia (human eror), (2) kerusakan permesinan kapal, (3) Faktor eksternal dan internal. Gabungan dari seluruh penyebab
tersebut pada umumnya terjadi di atas kapal yang mengakibatkan: (1) bertubrukan (collision) dengan kapal lain, (2) kandas (grounding), (3) tenggelam
akibat cuaca buruk (bad weather), (4) terbakar
(fire), (5) kerusakan mesin
(black out/breakdown), dan (6) kapal bersenggolan dengan kapal lain. Alat navigasi yang dimanfaatkan secara baik dan difungsikan secara maksimal akan meningkatkan
tingkat keselamatan pelayaran. Pada dasarnya sistem alat navigasi
pada kapal sama, fungsi dari alat
avigasi adalah meingkatkan keselamatan kapal pesiar apabila
dalam kondisi untuk menghindari bahaya (tabrakan / kandas / pada daerah terlarang).
Kesimpulan
Penggunaan alat
navigasi seperti kompas, radar, Rudder Angle Indicator (VDR), Automatical Identification System (AIS), Electronic Chart Display Information System (ECDIS, Ship
Whistle atau Suling, Global Positioning System (GPS) sangat membantu
untuk mengoptimalkan pengamatan yang ada. Maka meningkatkan keterampilan dalam berdinas jaga terutama dalam hal melakukan
pengamatan, harus seoptimal mungkin memanfaatkan bantuan alat navigasi. Karena pengamatan sangat penting guna menghindarkan dari bahaya tubrukan
dan mencapai suatu keselamatan dalam pelayaran. Berdasarkan pemaparan peneliti dengan adanya kecanggihan
teknologi berupa alat navigasi dan pemnfaatan secara optimal maka tingkat keselamatan
pelayaran di atas kapal wilayah jawa timur akan akan
meningkat. Alat navigasi menjadi faktor utama dalam penentuan
keselamatan pelayaran.
Dalam rangka
mewujudkan Keselamatan dan Keamanan Pelayaran serta meminimalisir kecelekaan di laut maka diharapkan penggunaan alat navigasi secara optimal, Sehingga kedepan aspek keselamatan pelayaran akan menjadi perhatian utama baik sebelum
mapun selama pelayaran.
Hamdi, Mirja Fauzul. (2016).
Kewenangan Pemerintah Terhadap Keselamatan Dan Keamanan Perairan Indonesia. Jurnal
Hukum Samudra Keadilan, 11(1), 31�43. Google Scholar
Hermawan, Capt Mochamad, Anwar, Mohammad
Shohibul, & Junius, Erwin. (2020). Peningkatan Pemahaman Para Mualim
Terhadap Penggunaan Ecdis Guna Menunjang Keselamatan Pelayaran. Jurnal Sains
Teknologi Transportasi Maritim, 2(1), 36�42. Google Scholar
Lailatul, Maskhurriyah. (2019). Penentuan
Arah Kiblat Di Atas Kapal Menggunakan Alat Navigasi: Studi Akurasi Dengan
Software Stellarium Mobile Versi 2014. Uin Sunan Ampel Surabaya. Google Scholar
Malisan, Johny. (2013). Keselamatan
Transportasi Laut Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Armada Phinisi. Universitas
Hasanuddin. Google Scholar
Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi
Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 103.
Google Scholar
Monica Sintia. (2019). Upaya Indonesia
Dalam Menjaga Keselamatan Bernavigasi Dan Perlindungan Lingkungan Maritim Tahun
2014-2018. Thesis, 6(1).
Rachmi, Nur, Ariska, Ariska, & Husain,
Firman. (2020). Analisis Pengaruh Penggunaan Alat Navigasi Yang Ada Di Makassar
Bagi Alur Pelayarannya. Sensistek: Riset Sains Dan Teknologi Kelautan,
120�125. Google Scholar
Redjeki, Sri. (2016). Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Pusdik
Sdm Kesehatan, Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan. Google Scholar
Riva�atul Adaniah Wahab. (2014). Penggunaan
Alat Dan Perangkat Telekomunikasi Dalam Sistem Navigasi Dan Komunikasi
Aktivitas Perikanan Di Pelabuhan Perikanan Bitung The Use Of Telecommunication
Devices And Set Of Equipments In Navigation And Communication System Of Fishery
Activities In . 12.
Santoso, Wiji, Kusuma, Aji Ratna, &
Utomo, Heryono Susilo. (2017). Evaluasi Program Revitalisasi Sarana Bantu
Navigasi Pelayaran Dan Prasarana Keselamatan Pelayaran Pada Distrik Navigasi
Tarakan-Kalimantan Timur. Jurnal Administrative Reform, 1(3),
557�568. Google Scholar
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Google Scholar
Syibli, Yasin Muhammad, & Nuryaman,
Dedi. (2021). Peranan Alat Navigasi Di Kapal Untuk Meningkatkan Keselamatan
Pelayaran Di Atas Kapal. Dinamika Bahari, 2(1), 39�48. Google Scholar
Vindyo, Luffratama. (2019). Optimalisasi
Alat Navigasi Radar Saat Melewati Alki Di Kapal Mt. Galunggung. Politeknik
Ilmu Pelayaran Semarang. Google Scholar
Yusuf, Amir. (N.D.). Indeks Kelaiklautan
Kapal Perikanan Pada Kapal Purse Seine, Payang Dan Gillnet. Google Scholar
Copyright holder: Upik widyaningsih
(2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |