Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 4, April 2022
EXPRESSIVE WRITING THERAPY PADA
SISWA BROKEN HOME
Bimbingan dan Konseling, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Penelitian
bertujuan untuk memperoleh hasil Expressive Writing Therapy. Jenis
metode penelitian� adalah metode
penelitian kualitatif Studi kasus. Studi kasus meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, peneliti adalah sebagai instrumen kunci untuk memperoleh
data mengenai expressive
writing therapy yang diperoleh dari subjek tunggal.
Guru bimbingan dan konseling,
kaka tiri, ibu kandung dan sumber lain yang diperlukan sebagai instrument pendukung dan untuk melakukan triangulasi data serta klarifikasi sehingga data yang diperoleh
valid. Data diperoleh melalui
praktik therapy,
pengamatan atau observasi, observasi dalam bentuk partisipan
maupun nonpartisipan, dan wawancara mendalam serta dokumentasi. Teknik analisis data
dilakukan dengan menuangkan hasil wawancara dan observasi ke dalam catatan
lapangan (field
notes).
Data yang diperoleh selama penelitian, subjek secara mental dan psikologis belum mampu menerima keadaan kedua orang tua bercerai. Hasil expressive writing therapy yang dituliskan subjek cenderung berisi mengenai penguatan terhadap kondisi broken home, dampak
dari perceraian menyebabkan subjek melakukan kenakalan
remaja seperti merokok, pulang larut malam dan meminum alkohol. karena kurang pengawasan orang tua, kurang bimbingan agama, kurang pengetahuan mengenai tugas perkembangan remaja dan kurang pengetahuan orang tua terhadap cara
pola asuh anak, sehingga anak salah bergaul. Kesimpulan subjek peneliti mengalami perubahan dan subjek menerima keadaan orang tau bercerai.
Kata Kunci: expressive writing therapy, perceraian, orang tua
Abstract
This study aims to obtain the
results of Expressive Writing Therapy. This type of research method is a case study
qualitative research method. The case study examines the natural condition of
the object, the researcher is the key instrument to obtain data on expressive
writing therapy obtained from a single subject. Guidance and counseling
teachers, step-siblings, biological mothers and other sources are needed as
supporting instruments and to triangulate data and clarify so that the data
obtained are valid. Data were obtained through practical therapy, observation
or observation, observation in the form of participant and non-participant, and
in-depth interviews and documentation. The data analysis technique was carried
out by pouring the results of interviews and observations into field notes. The
data obtained during the study, the subject mentally and psychologically have
not been able to accept the circumstances of both parents divorced. The results
of expressive writing therapy written by the subject contain matters relating
to the condition of a broken home, the impact of divorce which causes the
subject to commit juvenile delinquency such as smoking, coming home late at night,
and drinking alcohol. due to lack of parental supervision, lack of religious
guidance, lack of knowledge about adolescent developmental tasks and lack of
parental knowledge of parenting, so that children get along wrongly. The
conclusion of the researcher is the subject of change and the subject accepts
the condition of people who experience divorce.
Keywords: expressive writing therapy, divorce, parents
Pendahuluan
Broken home adalah situasi
dan kondisi keluarga yang tidak terdapat keharmonisan seperti yang diharapkan kebanyakan orang. Rumah tangga yang damai, rukun dan sejahtera tidak bisa didapatkan lagi karena adanya
keributan karena persoalan yang gagal dicarikan titik temu antara suami/istri. Broken home
dapat terlihat dari aspek struktur
kelengkapan unsur keluarga. Terkadang struktur keluarga tidak lengkap karena
faktor meninggal, terkadang karena ada gangguan pada struktur keluarga. Kasus perceraian dalam rumah tangga
juga biasa dikenal dengan sebutan �Broken home�.
Menurut data yang dihimpun dari (Marison, 2020) pada tanggal Kamis (3/9/2020) Pengadilan
Agama Jakarta Timur mencatat ada
900 laporan perceraian yang
masuk selama pandemi Covid-19. Angka kasus tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan wilayah Jakarta lain. Data diperkuat
dari hasil Rekap BPS (Badan Pusat Statistik)
Prov. DKI Jakarta pada tahun 2020 diperoleh
hasil 1558 kasus perceraian.
Akibat dari perceraian atau broken home sangat berpengaruh
kepada hubungan antara orang tua dan anak baik dari
segi komunikasi, mental, psikologis dan pendidikan sang anak.� Anak-anak yang dimaksud disini mulai dari
kecil, remaja hingga dewasa. Hubungan antara orang tua dan anak baik-baik
saja maka kebahagiaan yang sepenuhnya akan di dapatkan oleh anak.
Kebahagiaan harapan bagi setiap orang termasuk remaja atau seorang anak.
Perceraian antara kedua orang tua juga dapat berdampak pada kebahagiaan seorang remaja. Remaja mengalami perubahan emosi mulai dari
emosi positif seperti rasa senang, suka, cinta dan bahagia adalah potensi positif yang dapat membawa remaja
pada perilaku positif pula
dan emosi negative seperti marah, kecewa, takut, cemas, benci
merupakan emosi yang harus dapat dikendalikan
oleh remaja (Azmi, 2015, p. 36). Remaja awal sulit untuk
mengendalikan emosi karena dipengaruhi oleh perubahan hormone
dan perubahan psikologis.
Menurut Freud dalam (Qonitatin, Widyawati, &
Asih, 2011) berfikir bahwa trauma yang dialami oleh manusia dapat dilepaskan
agar dapat menimbulkan efek terapeutik atau pemberian penanganan yang menguntungkan
proses katarsis. Melalui katarsis emosi siswa dapat digali
lebih jauh permasalahan apa yang dialami sehingga siswa dapat menceritakan
permasalahan kepada guru bimbingan dan konseling, yang memberikan gambaran kepada siswa yang mengalami sulit mengekpresikan emosi akan masalah yang dihadapi dan melakukan penyampaian katarsis emosi melalui kegiatan
yang positif seperti mengekspresikan diri melalui kegiatan karoke, treveling atau liburan,
tidur, melakukan kegiatan agama, ataupun menulis buku harian
atau diary,
sehingga meminimalisir siswa mencurahkan permasalahannya pada platform
media sosial.
Reaksi emosi yang ditimbulkan
siswa biasanya diekpresikan melalui perilaku non verbal dan ekpresi wajah sesuai dengan
situasi, perasaan dan lingkungan sekitarnya. Senada dengan pendapat
Santrock, dalam (Sarwono, 2010) siswa yang mengekpresikan permasalah berada pada fase remaja dimana pada fase ini memiliki
mood yang berganti-ganti mempunyai
emosional yang masih labil sehingga kurang bisa tampil
tenang ketika menghadapi suatu persoalan. Ketidak mampuan dalam menghadapi
persoalan tersebut pada akhirnya dapat menyebabkan remaja tertekan dengan keadaan.
Wawancara dengan salah satu guru Bimbingan Konseling SMPN 103 Jakarta, didapatkan
hasil bahwa terdapat siswa yang mengalami orang tua broken home, permasalahan
yang dialami siswa adalah kesulitan dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ), banyak tugas yang terlambat untuk dikumpukan sehingga nilai yang diperoleh oleh siswa jadi menurun.
Fenomena yang terjadi banyak remaja yang mengekspresikan permasalahan melalui media sosial dalam bentuk bentuk
posting yang dibuat,
dari hasil posting tersebut
menimbulkan masalah baru yang justru akan memperkeruh suasana (Sagiyanto & Ardiyanti,
2018). Siswa yang mengekpresikan emosi melalui media sosial dan banyak diantara siswa yang mengalami kesulitan mengeluarkan emosi hal ini
terbukti dari angket sosiometri yang dibagikan kelas VIII-1 di SMPN
103 Jakarta, terdapat beberapa
siswa yang mengekpresikan emosi melalui alasan
memilih teman yang tidak disukai, terdapat siswa yang menceritakan mengenai pengalaman bullying
pada saat proses pembelajaran
berlangsung dan terdapat siswa yang mengalami diskriminasi dilingkungan belajar mengajar.�
Permasalahan yang timbul seharusnya dapat diekspresikan dengan menggunakan ekspressive writing
therapy yaitu merupakan
salah satu intervensi berbentuk psikoterapi kognitif yang dapat mengatasi masalah depresi, cemas, dan stres, karena terapi
ini merupakan terapi perefleksian pikiran dan perasaan terdalam terhadap peristiwa yang tidak menyenangkan melalui tulisan atau buku harian
atau diary (Sugiarto & Sunarko, 2018).
Menurut Bolton 2005 dalam (Purnamarini, Setiawan, &
Hidayat, 2016)
menyatakan bahwa expressive writing
therapy membantu remaja
untuk memahami diri dengan lebih
baik, dan menghadapi depresi, distress, kecemasan, adiksi, ketakutan terhadap penyakit, kehilangan dan perubahan dalam kehidupannya. Agar memudahkan pelaksanaan proses expressive writing therapy membagi 11 praktik terapi agar siswa mudah mengeluarkan atau mengekpresikan emosi (Pranoto, 2015). Jadi expressive writing therapy terapi yang digunakan untuk menggeluarkan permasalahan yang dialami remaja baik yang sedang mengalami kecemasan, stress dan depresi, adiksi dan permasalahan lainnya yang diekspresikan melalui tulisan atau buku harian atau
diary dan dipermudah dengan
membagi 11 praktik terapi pada pelaksanaan expressive
writing therapy.
Pengunaan diary dalam mengungkapkan gejolak emosi baik rasa sedih, kesal, kecewa,
bahagia, gejolak perasaan cinta dapat diekspresikan melalui buku harian
atau diary terutama kepada siswa yang sulit untuk mengekspresikan emosi sehingga dibutuhkan media katarsis yaitu buku diary, oleh karena itu
penggunaan buku Diary dapat disebut sebagai media katarsis emosi lebih rinci dibahas
oleh (Greenberg, Wortman, & Stone, 1996)
yang memberikan pandangan alternatif pada proses-proses yang dapat
memberikan keuntungan pada kesehatan melalui penyingkapan emosional. Menurut Scheff, penyingkapan secara verbal tidak terlalu penting
dan tidak cukup untuk terapi, sedangkan
pelepasan emosional melalui buku harian
merupakan hal yang penting dan mencukupi dalam terapi. Scheff
mengusulkan bahwa penyembuhan dengan pelepasan emosi atau katarsis emosi
yang kemudian diekspresikan
melalui tulisan dapat meringankan permasalahan yang sedang dihadapi oleh siswa atau melalui
expressive writing therapy (Qonitatin et al., 2011).
Proses pelaksanaan expressive
writing therapy pada kondisi siswa yang mengalami situasi orang tua bercerai sangat bermanfaat sebagai prantara penyampaian permasalahan yang terpedam, karena siswa yang mengalami peristiwa tersebut secara psikologis dan mental belum mampu menghadapi kondisi perceraian dan siswa kurang pengawasan,
bimbingan agama yang menyebabkan
kurangnya konsep diri dan pemahaman terhadap diri pribadi
yang menimbulkan kenakalan-kenakalan
remaja.
Dampak Expressive
writing terdapat tujuan
menurut Pennebaker dan Chung (2007)
yaitu: Membantu menyalurkan ide, perasaan dan harapan subjek ke dalam suatu
media yang bertahan lama dan membuat
nya merasa aman pada siswa, Membantu subjek memberikan respon yang sesuai dengan stimulus nya sehingga subjek
tidak membuang waktu dan energi untuk menekan perasaannya,
Membantu subjek mengurangi tekanan yang dirasakan sehingga membantunya mereduksi stress. Hal
ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh (Qonitatin et al., 2011) yang berjudul pengaruh katarsis dalam menulis ekspresif
sebagai intervensi depresi ringan pada mahasiswa Berdasarkan hasil analisis data tersebut menunjukkan hipotesis penelitian diterima, berarti katarsis dalam menulis ekspresif memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap depresi ringan pada mahasiswa. Peneliti ingin menindak lanjuti hasil penelitian
tersebut sehingga Expressive writing
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan oleh peneliti di SMP N 103
Jakarta. karena saat ini kondisi sekolah daring oleh karena itu peneliti
memanfaatkan tempat diluar lingkungan sekolah di J.Co Cijantung dan rumah Guru
Bimbingan dan Konseling dan memanfaatkan aplikasi WhatsApp untuk mempermudah
proses penelitian.
Jenis metode penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif dan jenis penelitian yang digunakan adalah Studi kasus.
Penelitian kualitatif yaitu merupakan suatu metode yang digunakan untuk
meneliti mengenai konsep, karakteristik, permasalahan dan tentang fokus
fenomena yang bersifat alamiah, mengutamakan kualitas, menggunakan beberapa
cara serta disajikan secara narratif (Yusuf, 2014).
Penelitian ini
menggunakan natural setting atau disebut
metode naturalistik, sebagai objek data penelitian tanpa ada unsur manipuasi
atau nyata sehingga� peneliti sebagai
instrument kunci dalam penelitian, peneliti secara langsung pergi ke tempat
penelitian yang dituju untuk melakukan pengumpulan data mencakup transaksi wawancara,
observasi dan dokumen pribadi seperti memo, diary atau buku harian yang
mempresentasikan keadaan atau tindakan dari subjek Fraenkel, Wallen & Hyun, dalam (Penyusun, 2019).
Pengumpulan data menggunakan
Triangulasi data menggunakan observasi, wawancara secara mendalam
untuk mendapatkan data yang sama secara kredibel/valid dituangkan ke
dalam catatan lapangan (field notes), dokumentasi dan interpretasi hasil expressive
writing therapy.
Proses analisis data dalam penelitian ini bersumber
dari hasil observasi, wawancara dan dokumen terutama menggunakan buku catatan
harian atau diary yang kemudian dideskripsikan, interpretasikan dalam
catatan lapangan. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum
memasuki lapangan, selama dilapangan dan setelah dilapangan hal ini sesuai dengan
fossey, 2002 dalam (Yusuf, 2014).
Hasil Dan Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu (23 April sampai 28 Mei 2021) dengan 6 sesi, masing-masing sesi terdapat 2 kali Praktik expressive
writing therapy selama 5 minggu
dan 1 kali 1 praktik expressive writing therapy, Selain pelaksanaan
praktik expressive writing therapy peneliti mengumpulkan data dengan memanfaatkan triangulasi data wawancara, observasi dan dokumen sebagai bahan pendukung
penelitian dituangkan dalam field note.
Sesi 1: Subjek menuliskan mengenai tentang diri pribadi mulai
dari segi positf, negative, segi negative
yang perlu dirubah & motivasi untuk diri pribadi. Subjek
menuliskan secara mendalam mengenai diri pribadi dan subjek mengetahui segi negative apa yang pelu subjek rubah
selain itu subjek menuliskan pengalaman diri pribadi mengenai sikap lingkungannya yang mengganggap subjek non muslim karena muka subjek yang berbeda dengan orang Indonesia
pada umumnya.
Sesi 2: Subjek
menuliskan bagian tubuh yang terasa sakit saat proses rilekasasi dan
mensugestikan bagian tubuh tersebut agar tidak terasa sakit lagi dan subjek menuliskan
rasa kecewa karena perceraian yang dialami oleh orang tua subjek.
Sesi 3: Subjek
menceritakan kondisi pertama terpuruk saat kelas 3 SD dimana ibu subjek becerai
dengan ayah sambung, karena subjek lebih dekat dengan ayah sambung dibandingkan
ayah kandung yang berada di German dan selanjutnya ibu subjek memutuskan untuk
menikah kembali dan menurut subjek ibu subjek dan ayah pasangan yang cocok dan
selain itu subjek menceritakan perasaan yang dialami waktu ibu subjek bercerai
dimana subjek mengalami rasa kecewa, menangis, kesal dan marah dan pada
akhirnya subjek menerima keadaan tersebut.
Sesi 4: Subjek menuliskan kalimat
yang membangkitkan dari keterpurukan, subjek bercerita bahwa hidup harus tetap
berjalan dan melupakan masalah dengan cara yang positif & bijak dalam
menyelesaikan permasalahan selain itu subjek memberikan pesan terhadap ibu
subjek untuk memperhatikan adik yang masih kecil dan untuk pulang lebih awal
agar adik lebih diperhatikan oleh ibu subjek.
Sesi 5: Subjek
mengekpresikan perasaan kepada Sarah untuk tetap tinggal di Indonesia karena
sarah ingin melanjutkan sekolah di amerika dan subjek menceritakan pengalaman
lomba sepeda, subjek kalah dan tidak mendapatkan juara 1 saat kompetisi sepeda
berlangsung dan subjek memotivasi diri agar bisa lebih baik dan mendapatkan
posisi juara 1 pada lomba minggu selanjutnya.
Sesi 6: Subjek
mengekpresikan perasaan ketakutan akan kehilangan orang yang dicintai, subjek
menceritakan kesedihan apabila orang tua subjek belum bisa melihat subjek
sukses.
Selanjutnya disajikan data triangulasi data,
yang dilakukan dalam bentuk wawancara kepada subjek dan konfirmasi kepada ibu subjek dan didapatkan hasil:
Triagulasi data: RR adalah anak yang berwajah tampan, blasteran atau
muka bule, ekpresif atau aktif, mudah berkomunikasi dan open minded atau
pemikiran terbuka. Kepribadian yang ditapilkan menunjukkan sosok seseorang yang
mudah bergaul dan berpakaian kekinian namun RR banyak mengalami permasalahan
yang tidak mudah diselesaikan untuk anak seusianya. RR sudah mengalami kejadian
mulai dari peceraian, konflik dengan diri pribadi atau penentuan jati diri
hingga cidera akibat latihan bersepeda. subjek secara mental dan psikologis belum mampu menerima
keadaan kedua orang tuanya bercerai, walaupun subjek bukan merupakan anak kandung dari
papah sambung, tetapi subjek menggangap
bahwa papah sambung merupakan ayah kandung, hal ini
didukung oleh diary
yang dituliskan subjek cenderung berisi mengenai penguatan terhadap kondisi perceraian, permasalahan yang masih banyak terpendam
dan subjek tidak lepas dari kenakalan remaja seperti merokok dan meminum alkohol. Selanjutnya disajikan data field note atau catatan lapangan:
Observasi 1: Pada hari Jum�at
tanggal 23 April 2021 pukul
12.46 WIB. Peneliti menghubungi
subjek melalui pesan Whatsapp, untuk meminta izin
dan kesedian untuk menjadi subjek dalam penelitian yang akan peneliti lakukan.
Pada saat itu subjek menanyakan terkait keikutsertaan selain subjek dan saya menjelaskan mengenai prosuder dan maksud tujuan peneliti
setelah dijelaskan subjek menyetujui sebagai subjek peneliti. Subjek meminta kepada saya untuk tidak
menyebarkan segala informasi yang diberikan kepada pihak sekolah
SMPN 103 Jakarta dan tidak menyebarkan
infromasi pada pihak lain
dan memberikan syarat agar identitas nama dan keluarga untuk tidak dipublikasikan atau ditulis didalam
laporan penelitian. Setelah itu peneliti
melakukan praktik peneliti sesi 1 yang memberikan subjek diary yang perlu ditulis yang membahas mengenai, mengenal mengenai diri pribadi mulai
dari segi positif, negative, segi negative
yang perlu dirubah & motivasi untuk diri sendiri dan RR mengeekspresikan emosi. Subjek Mampu mendeskprikan sesuai dengan arahan
peneliti. Subjek menuliskan mengenai tentang diri pribadi
mulai dari segi positf, negative, segi negative yang perlu dirubah & motivasi untuk diri pribadi.
Subjek menuliskan secara mendalam mengenai diri pribadi
dan subjek mengetahui segi negative apa yang pelu subjek rubah
selain itu subjek menuliskan pengalaman diri pribadi mengenai sikap lingkungannya yang mengganggap subjek non muslim karena muka subjek yang berbeda dengan orang Indonesia
pada umumnya
Observasi 2: Pada hari selasa, tanggal
27 April 2021, pukul 18.30 WIB. Peneliti
meminta subjek untuk melakukan tahapan pada sesi 2 praktik ke 3 menggunakan
Vidio Call whatsapp,
subjek diminta untuk melakukan teknik relaksasi yang bertujuan untuk Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung, tekanan darah tinggi, frekuensi
jantung, dan laju metabolic
serta Meningkatkan gelombang alfa otak lalu subjek diminta
menuliskan bagian
tubuh yang sakit maksimal 8 bagian tubuh. Lalu setelah selesai tutup dengan
kalimat: SEMBUH! AKU HARUS SEMBUH! Tulis dibagian kolom. Lalu subjek menuliskan bagian tubuh yang terasa sakit yaitu (bahu, leher dan dahi). Setelah itu subjek
diwawancarai apa yang dirasakan seteah proses relaksasi berulang kali, subjek merasa bahwa
beberapa bagian tubuhnya sudah merasa tidak sakit.�
Observasi 3: Praktik peneliti dengan subjek pada tanggal 29 April
2021, pukul 20.50 WIB. Peneliti
bertemu dengan subjek di J.co Mall Cijantung, untuk melaksanakan tahapan pada sesi 2 praktik ke 4 dan wawancara. Pada saat praktik subjek diminta menuliskan mengekpresikan kekecewaan yang pernah subjek alami.
Subjek menuliskan rasa kecewa karena perceraian
yang dialami oleh orang tua
subjek, selanjutnya pada sesi wawancara subjek berlangsung hampir kurang lebih
3 jam. Pada wawancara ini membahas mengenai identitas subjek, latar belakang keluarga, komunikasi dengan keluarga, hubungan sosial subjek, prestasi subjek, kendala selama pembelajaran jarak jauh, kenakalan
remaja yang dilakukan oleh subjek, kejadian buruk yang pernah dialami, cita-cita, rencana setelah selesai SMP dan hubungan pacaran subjek. Segala informasi yang diberika oleh subjek sangat mendukung peneliti untuk memperoleh data secara akurat untuk
mengkonfirmasi dengan guru bimbingan dan konseling dan orang
terdekat subjek yaitu kaka tiri subjek.
Observasi 4: Praktik peneliti dengan subjek pada tanggal 7 Mei 2021, pukul 22.54 WIB. Untuk melaksanakan tahapan pada sesi 3 praktik ke 5 dan 6. Menggunakan aplikasi whatsapp, subjek diminta untuk menuliskan Free writing,
subjek menuliskan cerita tentang kondisi yang terpuruk dan kalimat yang membangkitkan dari keterpurukan yang dialami. Pada prakitik ke 5 Subjek menceritakan
kondisi pertama terpuruk saat kelas
3 SD dimana ibu subjek becerai dengan ayah asuh, karena subjek lebih
dekat dengan ayah asuh dibandingkan ayah kandung yang berada di German dan
setelah bercerai dengan ayah asuh ibu subjek memutuskan
untuk menikah kembali dengan ayah sambung, menurut subjek ibu subjek
dan ayah sambung adalah pasangan yang cocok dan pada sesi 6 subjek menuliskan
perasaan yang dialami waktu ibu subjek
bercerai dimana subjek mengalami rasa kecewa, menangis, kesal dan marah dan pada akhirnya subjek menerima keadaan tersebut. Setelah proses praktik selesai peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui perasaan yang dirasakan oleh subjek dan didapatkan informasi Subjek menerima keadaan dimana ibu subjek harus
bercerai dengan papah sambung. Ibu subjek memutuskan untuk menikah kembali
untuk ke 3 kalinya setelah itu ibu subjek,
ayah sambung dan subjek mengintrospeksi diri dari kesalahan yang pernah dibuat sehingga
memutuskan untuk bercerai dan subjek dapat mengekpresikan rasa kecewa, menangis, kesal dan marah pada tulisan yang
dibuat oleh subjek.
Observasi 5: Praktik peneliti dengan subjek pada tanggal 14 Mei 2021, pukul 19.47 WIB. Untuk melaksanakan tahapan pada sesi 4 praktik ke 7 dan 8. Menggunakan aplikasi whatsapp, subjek diminta untuk menuliskan membahas mengenai, kalimat dari ayah subjek untuk bangkit
dari keterpurukan dan pesan untuk ibu
subjek. Pada praktik ke 7 Subjek menuliskan
kalimat yang membangkitkan dari keterpurukan, subjek bercerita bahwa hidup harus
tetap berjalan dan melupakan masalah dengan cara yang positif & bijak dalam menyelesaikan permasalahan dan pada praktik ke 8 subjek memberikan
pesan terhadap ibu subjek untuk
memperhatikan adik yang masih kecil dan untuk pulang lebih
awal agar adik lebih diperhatikan oleh ibu subjek. Setelah
proses praktik selesai peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui perasaan yang dirasakan oleh subjek dan didapatkan informasi Subjek dapat membangkitkan
perasaan dari keterpurukan yang pernah subjek alami melalui
tulisan dan subjek dapat menyampaikan pesan terhadap ibu subjek
yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya melalui tulisan yang subjek tulis.
Observasi 6: Praktik peneliti dengan subjek pada tanggal 24 Mei 2021, pukul 20.08 WIB. Untuk melaksanakan tahapan pada sesi 5 praktik ke 9 dan 10. Menggunakan aplikasi whatsapp, subjek diminta untuk menuliskan mengekpresikan perasaan melalui tulisan yang ingin disampaikan kepada orang terdekat dan subjek memotivasi diri pribadi agar dapat menjuarai kompetisi sepeda. Pada praktik ke 9 Subjek mengekpresikan
perasaan kepada Sarah untuk tetap tinggal
di Indonesia karena sarah ingin melanjutkan sekolah di Amerika dan pada praktik
ke 10 subjek menceritakan pengalaman lomba sepeda, subjek
kalah dan tidak mendapatkan juara 1 saat kompetisi sepeda berlangsung dan subjek memotivasi diri agar bisa lebih baik dan mendapatkan posisi juara 1 pada lomba minggu selanjutnya. Setelah proses praktik selesai peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui perasaan yang dirasakan oleh subjek dan didapatkan informasi Subjek mengekpresikan perasaan melalui tulisan yang ingin disampaikan kepada sarah dan subjek memotivasi diri pribadi agar dapat menjuarai kompetisi sepeda diminggu selanjutnya.
Observasi 7: Pada hari kamis,
tanggal 27 mei 2021, pukul 11.00. Peneliti melakukan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling untuk mendapatkan informasi mengenai subjek peneliti, untuk mengkonfirmasi mengenai latar belakang keluarga dan informasi pendukung mengenai infromasi selama pembelajaran jarak jauh dan di dapatkan informasi bahwa subjek mengalami kendala selama pembelajaran jarak jauh, subjek sering
mengumpulkan tugas telat, subjek jarak
absen dibeberapa pelajaran dan perilaku tersebut berdampak pada hasil belajar subjek,
subjek mengalami nilai yang kurang sehingga walikelas mengkomunikasikan permasalahan tersebut kepada guru bimbingan dan konseling untuk menindaklanjuti permasalahan tersebut, selain hasil wawancara
tesebut peneliti menggalih informasi mengenai permasalahan yang dialami subjek selama disekolah SMPN 103
Jakarta, menanyakan perihal
latar belakang keluarga, aktifitas subjek selama di sekolah seperti kegiatan ekstrakulikuler dan hubungan sosial subjek. Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek dapat
mampu bersosialisasi dengan baik, tidak
mempunyai permasalahan sampai masuk ruangan
BK dan mengalami permasalahan
selama pembelajaran jarak jauh yang menyebabkan nilai subjek turun. Sesi
wawancara berakhir pukul 11.40 WIB.
Observasi 8: Praktik peneliti
dengan subjek pada tanggal 27 Mei 2021, pukul 23.11
WIB. Untuk melaksanakan tahapan pada sesi 6 praktik 11. Menggunakan aplikasi whatsapp, subjek diminta untuk menuliskan mengekpresikan perasaan melalui tulisan yang berisi mengenai rasa sedih apabila orang tua subjek meninggal. Pada praktik ke 11 Subjek
mengekpresikan perasaan ketakutan akan kehilangan orang yang dicintai, subjek menceritakan kesedihan apabila orang tua subjek belum
bisa melihat subjek sukses Setelah
proses praktik selesai peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui perasaan yang dirasakan oleh subjek dan didapatkan informasi Subjek menuliskan rasa sedih apabila orang tua subjek meninggal
dan subjek menceritakan jangan larut dalam
kesedihan apabila subjek kehilangan orang yang subjek sayang
Observasi 9: Pada hari Jum�at,
tanggal 06 Agustus 2021, pukul 16.00. Peneliti melakukan wawancara dengan kaka tiri untuk mendapatkan informasi mengenai subjek peneliti, untuk mengkonfirmasi mengenai latar belakang keluarga dan informasi pendukung mengenai informasi aktivitas dirumah dan didapatkan informasi bahwa ibu kandung
subjek pulang larut malam, subjek
pernah ketahuan mabuk oleh ibu kandung, subjek merokok ketahuan oleh papah sambung dan ayah sambung, subjek mengalami permasalahan dalam pembelajaran jarak jauh, subjek
merasa malas mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh
guru mata pelajaran, subjek sering begadang
dan tidur hingga larut malam, kegiatan
yang dilakukan subjek saat begadang yaitu
menunggu ibu kandung pulang, makan mie, buka
tiktok dan kegiatan tidak produktif lain, subjek aktif
dalam kegiatan ekstrakulikuler dan hubungan sosial subjek baik
dan terkadang subjek pulang hingga larut
malam saat beraktivitas diluar, selain itu subjek
sangat disiplin saat berlatih sepeda hal ini dibuktikan
dari prestasi nasional dan internasional yang diraih subjek. Sesi wawancara berakhir pukul 17.30 WIB
Observasi 10: Pada hari Minggu,
tanggal 06 Agustus 2021, pukul 10.00. Peneliti melakukan wawancara dengan kibu kandung
untuk mendapatkan informasi mengenai subjek peneliti, untuk mengkonfirmasi mengenai latar belakang keluarga dan informasi pendukung mengenai informasi aktivitas dirumah dan didapatkan informasi bahwa ibu kandung
subjek pulang larut malam, ibu
subjek mengetahui bahwa subjek merokok
dan sering menasihati subjek untuk berhenti
merokok, subjek mengalami permasalahan dalam pembelajaran jarak jauh, subjek
merasa malas mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh
guru mata pelajaran matematika, subjek sering begadang dan tidur hingga larut
malam, kegiatan yang dilakukan subjek saat begadang yaitu
menunggu ibu kandung pulang, makan mie, main PS dan kegiatan yang tidak produktif lain, subjek aktif dalam
kegiatan ekstrakulikuler
dan hubungan sosial subjek baik dan terkadang subjek pulang hingga larut
malam saat beraktivitas diluar, selain itu subjek
sangat disiplin saat berlatih sepeda hal ini dibuktikan
dari prestasi nasional dan internasional yang diraih subjek. Sesi wawancara berakhir pukul 11.30 WIB
Kesimpulan
Pola asuh orang tua sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku subjek, subjek diasuh dengan pola asuh permisif ditandai� dengan� cara� pola� asuh� orang� tua pada subjek dalam rangka membentuk kepribadian� subjek� dengan� cara �memberikan pengawasan yang sangat longgar dan memberikan kesempatan pada subjek untuk melakukan� sesuatu tanpa pengawasan� yang cukup dari orang tua, dari pola asuh yang salah menyebabkan subjek mempunyai sifat keras kepala terutama pada lingkungan keluarga, hal ini terjadi karena ibu subjek cenderung melakukan pembiaran terhadap subjek� dengan� alasan� sibuk� bekerja,� sehingga ibu subjek lupa untuk membuat aturan bagi� subjek� dirumah. oleh sebab itu dibutuhkan expressive writing therapy membantu subjek untuk memahami dirinya dengan lebih baik, dan menghadapi depresi, distress, kecemasan, adiksi, ketakutan terhadap penyakit, kehilangan dan perubahan dalam kehidupannya menggunakan buku diary atau buku harian.
BIBLIOGRAFI
Greenberg, Melanie A., Wortman, Camille B., & Stone,
Arthur A. (1996). Emotional Expression And Physical Health: Revising Traumatic
Memories Or Fostering Self-Regulation? Journal Of Personality And Social
Psychology, 71(3), 588. Google Scholar
Marison, W. (2020). Selama Pandemi Covid-19, Kasus Perceraian
Di Jakarta Timur Mencapai 900. Kompas Retrieved. From
Https://Megapolitan.Kompas.Com/Read/2020/09/03/15361611/Selama-Pandemi-Covid-19-Kasus-Perceraian-Di-Jakarta-Timur-Mencapai-900.
Penyusun, Tim. (2019). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah:
Skripsi. Tesis, Dan Disertasi. Bandung: Uin Sunan Gunung Djati Bandung. Google Scholar
Pranoto, Naning. (2015). Writing For Therapy. Yayasan
Pustaka Obor Indonesia. Google Scholar
Purnamarini, Diah Putri Ayu, Setiawan, Theodorus I., &
Hidayat, Dede Rahmat. (2016). Pengaruh Terapi Expressive Writing Terhadap
Penurunan Kecemasan Saat Ujian Sekolah (Studi Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa
Kelas Xi Di Sma Negeri 59 Jakarta). Insight: Jurnal Bimbingan Konseling,
5(1), 36�42. Google Scholar
Qonitatin, Novi, Widyawati, Sri, & Asih, Gusti Yuli.
(2011). Pengaruh Katarsis Dalam Menulis Ekspresif Sebagai Intervensi Depresi
Ringan Pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi, 9(1). Google Scholar
Sagiyanto, Asriyani, & Ardiyanti, Nina. (2018). Self
Disclosure Melalui Media Sosial Instagram (Studi Kasus Pada Anggota Galeri
Quote). Nyimak: Journal Of Communication, 2(1), 81�94. Google Scholar
Sarwono, Sarlito W. (2010). Psikologi Remaja (Revisi). Jakarta:
Rajawali. Google Scholar
Sugiarto, Angga, & Sunarko, Sunarko. (2018). Pengaruh Expressive
Writing Therapy Terhadap Penurunan Depresi, Cemas, Dan Stres Pada Remaja Di
Panti Rehabilitasi Sosial Psmp Antasena Magelang. Jurnal Ilmu Keperawatan
Jiwa, 1(1), 48�61. Google Scholar
Yusuf, A. Muri. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif Dan Penelitian Gabungan (Jakarta: Prenadamedia Grup). Sinjai. Google Scholar
Copyright
holder: Nurmawati, Habibi Ahmad Agdah (2022) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is
licensed under: |