Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 4, April 2022
SYSTEMATIC
REVIEW IMPLEMENTASI
PROGRAM TRIPEL ELIMINASI HIV SIFILIS DAN HEPATITIS B DARI IBU KE ANAK DI ASIA
TENGGARA
Ida Royani N, Pujianto
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Program triple eliminasi
penularan infeksi dari ibu ke
anak merupakan suatu bentuk pencegahan
penularan penyakit HIV, Sifilis,
dan Hepatitis B dari ibu ke anak. Pelaksanaan
program tripel eliminasi adalah dengan cara
melaksanakan pemeriksaan HIV, Sifilis,
dan Hepatitis B untuk mengetahui
risiko infeksi HIV, Sifilis,
dan Hepatitis B pada ibu hamil.
Pemeriksaan pada ibu hamil tersebut dilakukan melalui pemeriksaan darah paling sedikit satu kali pada masa kehamilan.
Dalam penelitian ini dilakukan metode
tinjauan literatur yang diperoleh melalui pencarian pencarian Google dan
Web Science (seperti Pubmed, Science Direct, Springer Link
dan Mendey dll) berupa jurnal, artikel ilmiah, laporan kasus, dan ulasan tertentu. Tujuan penelitian ini: Untuk melihat gambaran sebelum dan sesudah pelaksanaan program tripel eliminasi di Asia Tenggara sesuai
dengan ketetapan WHO. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Gambaran cakupan pelaksanaan program tripel eliminasi di Asia Tenggara sudah sesuai dengan ketetapan
WHO yaitu 95%.�
Dimana pelaksanaan program tripel
eliminasi ini terbukti dapat menurunkan kasus
penularan HIV,
Sifilis dan Hepatitis B dari
ibu ke bayi,
dan dapat menurunkan prevalensi penyakit infeksi
HIV, HBV dan Sifilis pada Wanita hamil.
Kata Kunci:
triple elimination; HIV; Syphilis;
Hepatitis B
Abstract
The triple elimination
program for transmission of infection from mother to child is a form of
prevention of transmission of HIV,
Syphilis, and Hepatitis B from mother to child. The implementation of the
triple elimination program is to carry out hiv, syphilis, and hepatitis B
examinations to determine the risk of HIV,
Syphilis, and Hepatitis B infection in pregnant women. Examination of pregnant
women is done through blood tests at least once during pregnancy. In this study
conducted literature review methods obtained through Google search and Web
Science (such as Pubmed,
Science Direct, Springer Link and Mendey
etc.) in the form of journals, scientific articles, case reports, and certain
reviews. The purpose of this study: To see a picture before and after
the implementation of the triple elimination program in Southeast Asia in
accordance with WHO regulations. �The results of this study show that the
coverage of the implementation of the triple elimination program in Southeast
Asia is in accordance with the WHO's provision of 95%.� Where the implementation of this triple
elimination program is proven to reduce cases of
transmission of HIV, Syphilis and
Hepatitis B from mother to baby, and can reduce the prevalence of HIV infection, HBV and
Syphilis in pregnant women.
Keywords: triple
elimination; HIV; Syphilis;
Hepatitis B
Pendahuluan
Pada Ibu hamil ada beberapa penyakit menular yang bisa tertular kepada bayinya dalam masa kehamilan, persalinan dan menyusui seperti: penyakit infeksi (Human Immunodefisiensy Virus) HIV, Sifilis, dan Hepatitis B.� Akibat terinfeksi HIV, Sifilis, dan Hepatitis B pada bayi dapat mengakibatkan kesakitan, kecacatan dan kematian, sehingga berdampak buruk pada kelangsungan dan kualitas hidup anak. Namun demikian, hal ini dapat dicegah dengan melakukan �pemeriksaan sedini mungkin (deteksi dini) pada saat pelayanan antenatal, penanganan dini, dan pemberian imunisasi (Kementrian Kesehatan RI, 2017).
Setiap ibu hamil memiliki risiko untuk menularkan pada bayinya penyakit �HIV, sifilis dan hepatitis B. Sejak ketiga penyakit tersebut menjadi perhatian global, Indonesia mulai menerapkan layanan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak Prevention of Mother to Child Transmission (PMTCT) pada tahun 2007. Pemeriksaan dan pengobatan sifilis untuk ibu hamil dan bayi baru lahir yang terpajan dimasukkan dalam pelayanan PMTCT Prevention Mother to Child Transmission yang terintegrasi dalam pelayanan ibu dan anak pada tahun 2010. Sejak tahun 2016, pemeriksaan dan pengobatan hepatitis B termasuk dalam pelayanan antenatal care (Puspasari, 2019).
Menurut Kumalasari 2013 dalam Dwi 2019, Ibu Hamil dengan HIV (Human Immunodefisiensy Virus), Sifilis dan Hepatitis B adalah penyakit� yang memiliki cara penularan yang sama, yaitu melalui darah atau cairan tubuh lainnya. Prevalensi HIV pada ibu hamil semakin meningkat dan kebanyakan ditemukan pada usia 20-29 tahun. Diperkirakan di Indonesia sebanyak 8.604 bayi dengan HIV lahir setiap tahun. Infeksi HIV, Sifilis, dan Hepatitis B pada anak lebih dari 90% tertular dari ibunya. Prevalensi infeksi HIV, Sifilis dan Hepatitis B pada ibu hamil yaitu 0,3% untuk HIV, 1,7% untuk sifilis �dan 2,5% untuk hepatitis B. Risiko penularan dari ibu ke bayi pada saat kehamilan �untuk HIV adalah 20% - 45%, untuk Sifilis adalah 69 - 80%, dan untuk Hepatitis B adalah lebih dari 90% �(Kementrian Kesehatan RI, 2015).
Pada tahun 2015 di Asia Tenggara jumlah HIV mencapai 5,1 juta jiwa pasien dengan 77.000 wanita hamil hidup dengan HIV dan sebanyak 19.000 kasus dengan infeksi HIV pediatric baru telah ditemukan. Hal itu merupakan jumlah yang bisa disebutkan fantastis dibandingkan dengan daerah lain. Sedangkan untuk kasus sifilis, incidence rate menunjukkan peningkatan sebanyak 0,32% di wilayah Asia Tenggara. Jumlah pasien menunjukkan angka hingga 167.000 kasus sifilis pada ibu hamil. Hal itu berdampak buruk, dan terdapat sebanyak 65.800 kasus yang merugikan dari segi ekonomi juga termasuk kematian janin dini. Kasus Hepatitis B di Asia Tenggara menanggung 15% dari jumlah total pasien hepatitis B diseluruh dunia dengan jumlah 39 juta orang �(WHO. 2015).
Diperkirakan setiap tahun 180.000 bayi di Wilayah Pasifik barat terinfeksi oleh hepatitis B, 13.000 oleh sifilis dan 1400 oleh HIV yang penularan dari ibu ke bayi pada masa kehamilan dan kelahiran. Pencegahan Infeksi ini dapat dilakukan dengan skrining antenatal, pengobatan dan vaksinasi tepat waktu untuk bayi baru lahir. Meskipun tantangan dalam mengendalikan setiap penyakit, prestasi besar telah dibuat. Pelaksanaan program imunisasi nasional telah mengurangi prevalensi hepatitis B lebih dari 8% pada tahun 1990 menjadi 0,93% di antara anak-anak yang lahir pada tahun 2012. Selainitu, skrining dan pengobatan HIV juga membantu menjaga prevalensi infeksi HIV regional pada 0,1%. Sebaliknya, jumlah untuk penyakit sifilis pada ibu masih tinggi di Wilayah Pasifik Barat, dengan perkiraan 45 juta kasus pada tahun 2012. Kerangka Kerja Regional untuk tripel eliminasi penularan HIV, Hepatitis B dan Sifilis dari Ibu ke Anak di Asia dan Pasifik 2018-2030 memberikan pendekatan terkoordinasi untuk mencapai tripel eliminasi �penularan HIV, hepatitis B dan sifilis �dari ibu keanak serta memberikan panduan bagi pengambil keputusan, manajer, dan profesional kesehatan yang bekerja dalam program yang menangani kesehatan ibu, bayi baru lahir dari ibu dengan HIV, sifilis dan hepatitis B (Joseph Woodring, et al, 2017).
Pencegahan penularan dari infeksi ke tiga penyakit ini dapat dilakukan dengan cara mencegah penularan pada usia reproduktif, pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan, skrining ANC (Ante Natal Care), tatalaksana dan pemberian vaksinasi (WHO, 2018). Ibu hamil dan bayi baru lahir merupakan kelompok rawan tertular penyakit IMS. Kegagalan dalam mendiagnosis dan terapi dini IMS pada ibu hamil dapat mengakibatkan morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi baru lahir serta komplikasi (Lingkungan, 2016).
Pada tahun 2014, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan daftar kriteria validasi untuk memfasilitasi upaya penghapusan penularan dari ibu ke anak (EMTCT) HIV dan sifilis, yang diperbarui pada tahun 2017 (Viser et al. 2019). Karangka regional WHO menetapkan visi setiap bayi harus bebas dari HIV, hepatitis B dan sifilis. Tujuan untuk mencapai dan mempertahankan eliminasi penularan dari ibu ke anak (EMTCT) HIV, hepatitis B dan sifilis dan mencapai kesehatan yang lebih baik bagi perempuan, anak-anak dan keluarga mereka melalui pendekatan dan upaya terkoordinasi pada tahun 2030. Sedangkan Target dari kerangka regional WHO� dalam tripel eliminasi yaitu: Cakupan pelayanan antenatal 95% , Skrining HIV, hepatitis B dan sifilis antenatal 95% (Word Health Organization, 2018).
Kementrian Kesehatan pada tahun 2017 merefleksikan kebijakan kriteria WHO yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 52 tahun 2017 tentang pelaksanaan tripel eliminasi penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari Ibu ke anak yang dilaksanakan oleh puskesmas. Peraturan tersebut merupakan suatu kebijakan terkait pelaksanaan eliminasi penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari Ibu ke anak yang berisikan mengenai pedoman dan strategi untuk melaksanakan upaya eliminasi penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari Ibu ke anak. Selain itu sebagai acuan dan pedoman bagi pemerintah dan tenaga kesehatan untuk melaksanakan kebijakan tersebut (Kementrian Kesehatan RI, 2017).
James Anderson (Natalia, Mardiyono, & Said, 2014) Mendefinisikan kebijakan publik �merupakan serangkaian kegiatan yang mempunyai tujuan tertentu yang dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan�. Konsep ini memaparkan apa yang sesungguhnya dikerjakan oleh seorang actor atau sekelompok aktor dalam hal ini pemerintah untuk suatu permasalahan. Implementasi kebijakan mempunyai tahapan yang penting dalam kebijakan. Tahap ini menentukan suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah benar-benar baik di lapangan dan dapat berhasil sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Implementasi juga dapat dikonseptualisasikan sebagai proses kegiatan karena didalamnya terjadi beberapa rangkaian aktivitas yang berkelanjutan (Richard Djiko, et al, 2018).
Program Tripel Eliminasi adalah upaya untuk memutus
rantai penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dari ibu ke anak.
Upaya eliminasi penularan HIV, Sifilis dan
Hepatitis B dilakukan secara
bersama-sama karena infeksi HIV, Sifilis, dan
Hepatitis B memiliki pola penularan yang relatif sama, yaitu ditularkan
melalui hubungan seksual, pertukaran/kontaminasi darah, dan secara vertikal dari ibu ke
anak. Tujuan dilakukannya tripel eliminasi ini juga untuk memastikan bahwa sekalipun ibu terinfeksi HIV, Sifilis, dan/atau Hepatitis B sedapat mungkin tidak menular ke
bayinya. Oleh sebaba itu, dibutuhkan suatu pedoman untuk
mencapai eliminasi penularan HIV, Sifilis, dan
Hepatitis B dari ibu ke anak sebagai
acuan bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah, tenaga kesehatan sesuai kompetensi dan kewenangannya, masyarakat, dan pemangku kepentingan terkait (Permenkes No. 52 tahun 2017).� Menurut PMK No, 52 tahun 2017 tujuan dari Tripel Eliminasi adalah untuk:
1. Memutus penularan
HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dari
ibu ke anak
2. Menurunkan angka
kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat HIV, Sifilis, dan Hepatitis B pada ibu
dan anak
3. Memberikan acuan
bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, tenaga kesehatan, dan pemangku kepentingan lain dalam penyelenggaraan Eliminasi Penularan
Tujuan
penelitian ini yaitu: Tujuan penelitian ini: Untuk melihat gambaran
pelaksanaan sebelum dan sesudah program tripel eliminasi di Asia Tenggara sesuai
dengan ketetapan WHO. Oleh karena
itu diperlukan upaya yang adekuat pada aepek pencegahan, yaitu dengan cara
deteksi dini skrining pada ibu hamil minimal 1x dalam masa kehamilan untuk pemeriksaan HIV, Sifilis dan
Hepatitis B terhadap ibu hamil, Cakupan pelayanan antenatal 95% dan Skrining
HIV, hepatitis B dan sifilis antenatal 95%. �Penelitian ini akan menelaah
literature dari berbagai sumber untuk pencegahan
dan penanganan HIV, Sifilis
dan Hepatitis B dari ibu ke anak (Kementrian Kesehatan RI, 2017).
Metode Penelitian
Penelitian
ini merupakan tinjauan sistematis (Systematic Review). dengan
menggunakan metode PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic
Reviews and Meta-analyses) yang dilakukan secara sistematis dengan mengikuti tahapan atau protokol
penelitian yang benar. Prosedur dari systematic Review ini terdiri dari
beberapa langkah yaitu 1) menyusun Background and Purpose (Latar Belakang dan tujuan), 2) Research
Question, 3) Searching for the
literature 4) Selection Criteria
5) Practical Screen 6) Quality Checklist and Procedures 7) Data Extraction Strategy, 8) Data Synthesis Strategy.
Penelitian
ini dilaksanakan pada Bulan Januari 2022 - April 2022. Pencarian artikel penelitian yang relevan dengan topik penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan kata kunci: Triple elimination, HIV, Syphilis, Hepatitis B yang diperoleh dari Pubmed, Science direct, Springer Link dan Mendeley.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
1. Jumlah dan Sumber
Artikel yang Termasuk Kriteria
Inklusi
Populasi dalam penelitian
adalah semua artikel yang diterbitkan dalam jurnal internasional
yang memiliki topik tentang pelaksanaan tripel eliminasi HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari ibu ke anak.
Sampel dalam penelitian ini adalah artikel yang diterbitkan dalam jurnal internasional dengan topik pelaksanaan
tripel eliminasi HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari ibu ke anak
yang memenuhi kriteria inklusi. Adapun Kriteria inklusi sampel dalam artikel penelitian
ini antara lain sebagai berikut: 1) Artikel penelitian dipublikasikan pada tahun 2019-2021 2) Studi penelitian membahas pelaksanaan tripel eliminasi HIV, Sifilis dan
Hepatitis B dari ibu ke anak 3) Studi
penelitian dilaksanakan di Asia
Tenggara.
Berdasarkan hasil penelusuran
artikel dengan kata kunci di atas terdapat
7 artikel ditemukan pada Pubmed, 8 artikel pada jurnal Science Direct, 11 artikel
pada Springer Link dan 10 artikel pada Mendey. Setelah meninjau abstrak dari 36 artikel yang dipilih, 18 dikeluarkan karena penelitian tidak dilakukan di asia tenggara, 3 dikeluarkan karena terdapat duplikasi, dan 15 artikel dimasukkan untuk langkah selanjutnya
yang merupakan tinjauan fulltext. Pencarian untuk fulltext dari 15 artikel yang dipilih, 12 artikel dikeluarkan karena tidak tidak
membahas ke tiga penyakit (hanya membahas 1 atau 2 penyakit). Sebanyak 3 Artikel yang dipilih dimasukkan untuk dianalisis.
2. Pelaksanaan Tripel Eliminasi di Asia Tenggara
a) Indonesia
Jurnal Gaceta M�dica
Caracas,
Penulis: Dinda Sella Octaviana,
Et al. 2021. Judul: Triple
elimination in pregnant women in Indonesia
Tujuan: Untuk mengidentifikasi
profil Triple Elimination di Puskesmas
Putat Jaya, Dupak, dan Perak
Timur, Surabaya
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif dengan mengamati dan memeriksa data rekam medis 1655 ibu hamil yang berkunjung ke Antenatal Care
Hasil:
�Sampel pada penelitian ini adalah 1.655 Ibu hamil yang melakukan ANC dan di lakukan tripel eliminasi ke 3 puskesmas yaitu: 443 di Puskesmas Putat Jaya, 632 di Puskesmas Dupak dan 580 di Puskesmas Perak
Timur, dari bulan Januari-Desember 2018. Dari capaian
pelaksanaan ANC dan pemeriksaan
tripel eliminasi didapatkan 95% sudah sesuai dengan ketetapan
WHO. Hasil pemeriksaan tripel
eliminasi pada wanita hamil didapatkan prevalensi infeksi HIV 0,5%, infeksi sifilis 0,6%, dan infeksi hepatitis B 7,1%. Pada tahun
2018 dari 1655 ibu hamil yang dilakukan pemeriksaan tripel elimiasi didapatkan hasilnya di ke 3 Puskesmas yaitu yang terinfeksi HIV 3 kasus di Puskesmas Dupak, yang terinfeks sifilis 4 kasus di puskesmas Dupak, dan yang terinfeksi
hepatitis B 41 kasus (4 kasus
di Puskesmas Putatjaya, 13 kasus di Puskesmas Dupak, dan 24 kasus di Puskesmas Perak Timur).
b)
Vietnam
Jurnal Internasional STD & AIDS
Penulis: Van Thi
Thuy Nguyen, Et al. 2021.
Judul: Feasibility benefits and cost effectiveness of adding universal
hepatitis Band syphilis testing to routine antenatal care services in Thai
Nguyen province Vietnam
Tujuan: Untuk menghilangkan
penularan dari ibu ke anak
(MTCT) dari tiga virus diberikan kepada ibu yang terinfeksi dan bayinya.
Metode: Analisis deskriptif.
Hasil:�
Sebanyak 2.935 Ibu hamil
di Vietnam melakukan ANC, dan sebanyak
2.873 (98,0%) Ibu hamil menerima
tes HIV, Hepatitis B dan Sipilis.
�Mayoritas ibu hamil (69,5%) dites selama trimester kedua. Dari hasil tripel eliminasi ditemukan 4 orang wanita hamil didiagnosis dengan Infeksi HIV, dan 1 (0,14%)
orang wanita memiliki koinfeksi HIV dan HBV, 225 (7,8%) orang wanita
hamil terinfeksi Hepatitis
B Virus (HBV) dan 1 (0,03%) orang wanita hamil terinfeksi sifilis. Untuk bayi yang lahir dari Wanita yang terinfeksi HBV 125
(74,2%) orang bayi menerima
vaksin HBV dan HBIG dosis lahir, 30 (14,4%) hanya menerima dosis lahir, 14 (6,7%) hanya menerima HBIG, dan 40 (19,1%) menerima
dosis keduanya. Untuk bayi yang lahir dari wanita
yang terinfeksi HIV 4 bayi menerima therapi sNVP dan AZT. Hasil dari bayi yang menerima vaksinasi HBV dan HBIG pada 125 bayi
didapatkan perlindungan
97,5% dimana 121 orang bayi
mendapat kekebalan atau anti bodi, dan 4 orang terinfeksi Hepatitis B.
c) Kamboja
International
Journal of Epidemiology,�
Penulis: Lei Zhang, Et al, 2019, Judul: Integrated
approach for triple elimination of mother-to-child transmission of HIV,
hepatitis B and syphilis is highly effective and costeffective:
an economic
Tujuan: Untuk menilai dampak populasi dan efektivitas biaya dari pendekatan terpadu tripel eliminasi dalam konteks Kamboja.
Metode: Eksperimen berdasarkan
kerangka kerja Elimination
mother to child transmission (EMTCT) terpadu yang menggabungkan dengan prosedur tripel eliminasi dalam pelaksanaan antenatal care
Hasil:
Cakupan ANC di kamboja tinggi
yaitu 95% dan skrining tripel eliminasi HIV, sifilis dan hepatitis B di pada saat
ANC 87%. �Dengan
melaksanakan integrasi �Tripel Eliminasi ke dalam
kerangka ANC yang ada di Kamboja dapat mengurangi
tingkat penularan HIV, sifilis dan HBV dari ibu ke anak
masing-masing yaitu untuk kasus HIV dari 6,6% menjadi 6,1%, untuk kasus HBV dari 14,1% menjadi 13% sedangkan untuk kasus sifilis
sangat signifikan turunnya mulai dari 9,4% menjadi 4,6%.
Pengobatan antivirus untuk bumil dan
dan memberikan vaksin HBV dan HBIG pada bayi baru lahir dari
wanita yang terpajan HBV memberi
perlindungan 96,5% terhadap penularan HBV dari ibu hamil kepada bayi.
B. Pembahasan
Berdasarkan analisis artikel �didapatkan bahwa di Indonesia, Vietnam dan Kamboja
sudah melaksanakan program tripel eliminasi HIV, Sipilis dan Hepatitis B pada ibu hamil yang sesuai dengan ketetapan WHO yaitu: setiap ibu
hamil wajib melakukan pemeriksaan HIV, Sifilis dan Hepatiti B minimal 1x
pada saat melakukan ANC, Cakupan pelayanan antenatal 95%, untuk Skrining HIV, hepatitis B
dan sifilis antenatal 95%, Tujuan
tripel eliminasi dilakukan untuk memutus mata rantai
penularan HIV, Sifilis dan Hepatiti B dari ibu ke bayinya.
1) Di Indonesia pelaksanaan program tripel
eliminasi indikator keberhasilan untuk cakupannya sudah sesuai dengan
kriteria WHO. Namun sebelum kebijakan tripel eliminasi ini dilaksanakan �di Indonesia, menurut
Octaviana et al, 2021 pemeriksaan
pada ibu hamil untuk skrining HIV, sifilis, dan Hepatitis B dilakukan
secara terpisah (tidak sekaligus ke 3 penyakit di periksakan), dan sebelum pelaksanaan tripe eliminasi untuk kasus �HIV pada wanita hamil 205 orang, 35 orang wanita dengan sifilis dan 1035 orang wanita dengan Hepatitis B. Setelah pelaksanaan kebijakan program tripel eliminasi didapatkan efek yaitu �turunnya kasus ke 3 penyakit
pada ibu hamil di ke 3 puskesmas
Surabaya yaitu menurunnya kasus yang terinfeksi HIV menjadi 3, terinfeksi sifilis 4 kasus, dan terinfeksi hepatitiss B menjadi 41 kasus. Pelaksanaan program tripel eliminasi di Indonesia cakupan skrinig tripel eliminasi sudah sesuai kriteria WHO dan Jumlah kasus ketiga
penyakit tersebut menjadi rendah pada ibu hamil (di bawah
persentase maksimum ibu hamil yang terinfeksi) dengan tidak ada ibu
hamil yang menderita lebih dari satu
penyakit dari tiga penyakit menular.
Di Amerika, menurut penelitian
Kiarie J et al, 2017 menunjukkan
bahwa ketika cakupan tes tripel
eliminasi meningkat, jumlah kasus menurun
drastis karena penerapan pemeriksaan tripel eliminasi dan imunisasi yang terintegrasi dengan baik. Berbeda
dengan Amerika menurut
Miyahara R, negara dengan cakupan
tes tripel eliminasi yang rendah yaitu Afrika, memiliki prevalensi HIV, sifilis, dan
hepatitis B yang tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa cakupan tes berpengaruh
signifikan terhadap jumlah kasus penyakit.
2) Di Vietnam pelaksanaan program tripel eliminasi ini juga sudah sesuai dengan
kriteria/ketetapan WHO. Pelaksanaan
tripel eliminasi di
Indonesia hampir sama dengan di Vietnam. Menurut Nguyen, Et
al. 2021, sebelum pelaksanaan tripel
eliminasi di Vietnam didapatkan
dari data nasional prevalensi HIV di Vietnam rendah
(0,36% di antara orang dewasa
15-49 tahun dan 0,2% pada wanita
hamil), dan pada tahun 2019
hanya 50,2% wanita hamil
yang melakukan tes HIV. Untuk data sifilis prevalensinya rendah (0,03%) pada
wanita hamil, tetapi lebih tinggi
pada wanita pekerja seks (3,8%). Sedangkan prevalensi Hepatitis B virus (HBV) tinggi
pada populasi umum dan wanita hamil (8,2%). Di Vietnam dari ketiga penyakit
hanya tes HIV yang rutin ditawarkan gratis kepada ibu hamil
karena beberapa alasan antara lain asuransi kesehatan tidak mencakup tes skrining; anggaran
negara tidak mencakup tes HBV dan sifilis untuk ibu hamil.
Pada tahun 2012 � 2014 Menurut Nguyen, Et
al. 2021, di Vietnam pelaksanaan program tripel eliminasi berlangsung dan hasil dari pelaksanaan
tripel eliminasi tersebut jumlah
infeksi dari ke 3 penyakit yang dapat dicegah yaitu: Cakupan tes HIV, HBV dan sifilis untuk ibu
hamil adalah 98%. Prevalensi infeksi HIV 0,14%, infeksi virus Hepatitis B 7,8% dan infeksi
sifilis 0,03%. Pada pelaksanaan
program tripel eliminasi ini juga dilakukan pemberian vaksin HBIG dan obat profilaksis HIV dan Sifilis kepada bayi yang baru lahir dari ibu
yang terinfeksi, dan hasilnya
tidak ada bayi yang terinfeksi HIV ataupun Sifilis, sedangkan untuk infeksi HBV didiagnosis pada 27 bayi (13,9%) positif. Diperkirakan 23 infeksi HBV dari ibu ke
bayi dicegah dengan intervensi tripel eliminasi ini.
3) Negara kamboja
pelaksanaan program tripel eliminasi sama seperti di Indonesia dan Vietnam, Sebelum
dilaksanakan program tripel
eliminasi Menurut Lei Zhang et al, 2019,
program pencegahan penularan
HIV, Sifilis dan HBV dilakukan
secara terpisah. Pada Desember 2013 cakupan skrining HIV pada ibu hamil 73,1%. �Pada tahun 2014 cakupan pemeriksaan sifilis pada ibu hamil pada kunjungan ANC pertama adalah 45%, dan 97% ibu hamil positif sifilis
mendapat pengobatan. Untuk layanan skrining
infeksi HIV dan sifilis dilaboratorium, dijalankan secara terpisah. Untuk pencegahan penularan vertikal Hepatitis B
Virus belum menjadi bagian dari program PMTCT Kamboja. Pada tahun 2017 di Kamboja perkiraan prevalensi HIV sebesar 6,6%, prevalensi HBV 14,1% dan prevalensi
Sifilis 9,4%. Pada Tahun
2017 di mulailah pelaksanaan
kebijakan program tripel eliminasi di Kamboja dan efek dari tripel
eliminasi ini yaitu: Pada ibu hamil terjadi
penurunan kasus penularan HIV, Sifilis dan
Hepatitis B dari ibu ke anak yaitu:
�untu kHIV menjadi 6,1% ��untuk HBV �13,0% dan untuk sifilis 4,6%. �Peningkatkan skrining tripel eliminasi 3 penyakit pada ibu hamil �menjadi 87%, yang mana sebelum pelaksanaan tripel eliminasi skrining HIV hanya 73% , Sifilis 45% dan HBV tidak ada yang diskrining. Pelaksanaan pemberian
pengobatan antivirus untuk ibu hamil dan vaksin
HBIG pada bayi baru lahir dapat mengurangi
tingkat penularan HIV, HBV
dan Sifilis menjadi 3,5%, dibandingkan dengan sebelumnya yaitu 5,0%
Di dalam
pelaksanaa program tripel eliminasi ini penanganan
pada bayi yang lahir dari wanita yang terinfeksi HIV, Sifilis dan
Hepatitis B setelah kelahiran
sangat penting dilakukan, untuk mencegah penularan infeksi penyakit HIV, Sifilis dan
Hepatitis B kepada bayi.� Menurut
Kiarie J et al, 2017, Untuk
tindak lanjut yang dilakukan pada bayi yang lahir dari wanita
yang terinfeksi �Sifilis
dengan memberikan pengobatan cepat dengan benzatin IM pada wanita positif awal kehamilan, dan kepada bayi yang baru dilahirkannya, ini akan memberikan
perlindungan kepada bayinya 99,9 %. Menurut PMK No.52
Tahun 2017, bayi dari ibu Sifilis
sebelum pulang dari fasilitas pelayanan kesehatan diterapi Benzatin Peniclin G 50.000IU/kgBB seluruhnya, saat usia 3 bulan dilakukan
titer RPR ibu dan bayinya, ternyata seorang bayi menunjukkn titer 1:512 sedangkan 4 bayi lainnya menunjukkan titer RPR lebih rendah 4 kali lipat dari titer ibunya.
Untuk Tindak lanjut pada bayi yang baru lahir dari wanita
yang terinfeksi HIV yaitu Menurut Kepmenkes RI No.
HK.01.07/MENKES/90/2019 dengan memberikan
Profilaksis menggunakan
zidovudine (AZT) monoterapi selama
6 minggu terbukti sangat efektif untuk mencegah
penularan vertikal HIV pada
bayi yang lahir dari ibu yang mendapat
therapy ARV dan jumlah virus HIV di darahnya tidak terdeteksi. Pediatric AIDS Clinical Trials Group (ACTG) protokol 076 mengatakan pemberian therapy AZT per oral saat
kehamilan dan intravena
(IV) saat persalinan pada
ODHA hamil dan dilanjutkan dengan pemberian AZT per oral
(2mg/kg/kali setiap 6 jam) pada bayi
yang dilahirkannya sampai dengan umur 6 minggu
terbukti dapat menurunkan risiko transmisi vertikal HIV sebesar 67,5%.
Untuk Tindak lanjut pada bayi yang baru lahir dari wanita
yang terinfeksi Hepatitis B dengan
cara memberikan Vaksinasi untuk melawan virus hepatits B merupakan cara pencegahan yang hemat biaya. WHO merekomendasikan pelaksanaan pemberian dosis pertama vaksin
anti-hepatitis B untuk semua
bayi baru lahir dalam waktu
24 jam setelah lahir, selanjutnya harus diikuti dengan pemberian dosis ke 2 dan 3 untuk melengkapi rangkaian imunisasi.
Setelah tiga dosis jadwal vaksinasi,
vaksin akan menginduksi ke tingkat protektif lebih dari 95% dari bayi, anak-anak,
dan dewasa muda, dapat perlindungan dari vaksin tersebut
dan dapat berlangsung lebih dari 20 tahun
atau seumur hidup. (Zanella et al., 2020)
Kesimpulan
Gambaran pelaksanaan
program tripel eliminasi di
Asia Tenggara sudah sesuai dengan ketetapan WHO.� Dimana tujuan pelaksanaan program tripel eliminasi untuk mencapai 0 eliminasi HIV Sifilis dan Hepatitis B tahun
2030. Pelaksanaan tripel eliminasi di asia tenggara ini dapat
menurunkan kasus penularan
HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari
ibu ke anak,
dan prevalensi infeksi HIV, HBV dan Sifilis
di ketiga negara menjadi rendah yaitu: a). Prevalensi di Indonesia untuk HIV
0,5%, Infeksi virus Hepatitis B 7,1% dan infeksi sifilis 0,6%. b). Prevalensi di Vietnam untuk HIV
0,14%, Infeksi virus Hepatitis B 7,8% dan infeksi sifilis 0,03%. c). Prevalensi di Kamboja untuk HIV 6,1%, Infeksi virus
Hepatitis B 13% dan infeksi sifilis
4,6%.
Pada pelaksanaan
program tripel eliminasi ini juga sangat efektif untuk mencegah penularan HIV, Hepatitis B dan Sifilis
dari ibu ke bayinya daripada
program sebelum dilaksanakan
tripel eliminasi. Dalam pelaksanaan program tripel eliminasi sangat diperlukan keterlibatan
multi-stakeholder termasuk individu,
keluarga dan masyarakat semua pemangku kepentingan harus terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan dan evaluasi upaya menuju tripel
eliminasi, khususnya masyarakat yang terkena dampak dan populasi rentan. Untuk meningkatkan
kwalitas mutu pelayanan diperlukan pelatihan yang komprehensif bagi petugas kesehatan,
terutama dokter, bidan dan perawat, dalam semua program terkait tentang bagaimana meningkatkan cakupan dan kualitas perawatan antenatalcare dan tripel eliminasi.
�
Joseph Woodring et al. (2017). Integrating HIV, hepatitis
B and syphilis screening and treatment through the Maternal, Newborn and Child
Health platform to reach global elimination targets Jurnal pengawasan dan
tanggapan Pasifik Barat : WPSAR (2017) ,10.5365/wpsar.2017.8.3.005. Google Scholar
Kementrian Kesehatan RI. (2015). PedomanManajemen Program
Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu keAnak bagi Tenaga Kesehatan.
Jakarta: KementrianKesehatan RI. Google Scholar
Kementrian Kesehatan RI. (2017). Permenkes No. 52
TentangEliminasi Penular an Human Immunodeficiency Virus, Sifilis dan Hepatitis
B dari Ibu ke Anak.
Lingkungan, D. J. P. P. dan P. (2016). Pedoman Nasional
Penanganan Infeksi Menular Seksual, Kesmas: National Public Health Journal.
Puspasari, D. (2019). Triple Elimination of
Mother-to-Child Transmission of HIV, Syphilis, and Hepatitis B in Indonesia
Towards Universal Coverage: Progress and Challenges. Google Scholar
Richard Djiko. Et al. (2018). Implementasi Kebijakan
Jaminan Kesehatan Nasional Di Kabupaten Halmehera Utara. Google Scholar
Word Health Organization. (2018). The Triple Elimination
of Mother-to-Child Transmission of HIV, Hepatitis B and Syphilis in Asia and
the Pacific, 2018�2030.
Zanella, B., Bechini, A., Boccalini, S., Sartor, G.,
Tiscione, E., Bonanni, P., Biondi, I., Chellini, M., Del Riccio, M., Innocenti,
M., Manzi, F., Ninci, A., Paolini, D., Puggelli, F., Barbacci, P., Sala, A.,
Bellini, F., Schiatti, R., Muricci, S., � Santini, M. G. (2020). Hepatitis b
seroprevalence in the pediatric and adolescent population of florence (Italy):
An update 27 years after the implementation of universal vaccination. Vaccines,
8(2), 1�14. https://doi.org/10.3390/vaccines8020156
Copyright
holder: Ida Royani
N, Pujianto (2022) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is
licensed under: |