Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 5, Mei 2022
DISTORSI MAKNA PADA MITOS
KEAMPUHAN SUSU PERTUMBUHAN ANAK USIA 1 TAHUN
Agus Salim
Universitas Nasional,
Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Iklan memiliki tujuan agar barang atau jasa yang diiklankan diminati oleh masyarakat, membangun awareness agar iklan tersimpan dibenak masyarakat. Iklan susu formula seperti SGM Eksplor yang menjadi susu yang paling banyak diminati masyarakat berupaya membuat mitos agar susu SGM Eksplor dapat tertanam di benak masyarakat dengan cara membuat pesan iklan yang menarik. Sayangnya pesan yang disampaikan menciptakan ambiguitas, sehingga membuat pesan dalam iklan tersebut menjadi distorsi atau khalayak dapat berbeda memaknai pesan iklan dalam tayangan iklan SGM Eksplor. Penulis berupaya mengungkap distorsi makna dalam pesan iklan tersebut dengan menggunakan teori semiotika Rolland Barthes untuk mengungkap mitos dalam pesan serta di perkuat dengan kajian pustaka dalam mencari makna sebenarnya dalam pesan iklan SGM Eksplor tersebut. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa pesan dalam iklan yang menggambarkan seorang anak yang supel, berfikir kreatif serta percaya diri seolah semua kategori tersebut dapat dicapai dengan memgkonsumsi susu SGM Eksplor tersebut, penulis berusaha memaparkan dari hasil beberapa literature untuk menjabarkan kemampuan-kemampuan yang tergambar dalam pesan iklan susu SGM Eksplor.
Kata kunci: Susu Formula, Iklan, Distorsi makna
Abstract
Advertising serves a role in ensuring
that the advertised goods or services are of interest to the general public, as
well as raising awareness and ensuring that the advertisement is remembered.
Advertisements for formula milk, such as SGM Eksplor, the most popular milk
among the general population, attempt to establish a myth in order to cement
SGM Eksplor milk in people's minds by developing appealing advertising
messages. Unfortunately, the message given in the SGM Eksplor advertisement
generates ambiguity, causing the message in the advertisement to be twisted or
the audience to interpret the advertising message differently. The author uses
Rolland Barthes' semiotic theory to disclose the myths in the advertising
message, which is bolstered by a literature research to find the genuine
meaning in the SGM Eksplor advertising message. The findings of this study show
that the advertisement's message describes an outgoing child who thinks
creatively and is confident, as if all of these qualities can be achieved by
drinking SGM Eksplor milk. The author tries to explain the abilities depicted
in the message using the results of some literature. Advertisement for SGM
Eksplor milk.
Keywords: Formula Milk, Advertising, Meaning Distortion
Pendahuluan
Anak merupakan generasi penerus bangsa, tumbuh kembang anak
menjadi perhatian khusus orangtua dalam memberi asupan makanan dan minuman yang
bergizi. Susu merupakan asupan pendamping untuk menunjang pertumbuhan anak.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Portal Statistik menurut riset kesehatan dasar kementerian
kesehatan 2018 terdapat 17,7 % balita dibawah 5 tahun masih mengalami masalah
gizi. Angka tersebut terdiri atas balita yang mengalami gizi buruk sebesar 3,9
% dan gizi kurang sebesar 13,8 %.
Sehingga untuk mengurangi permasalahan gizi peran susu bagi
pertumbuhan sangat penting untuk menunjang perolehan gizi terhadap balita,
karena banyak para ibu yang sulit memberikan ASI untuk anaknya. Bahkan
berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2020, jumlah bayi berusia 0 � 6 bulan di Indonesia
yang mendapatkan ASI Eksklusif hanya mencapai 68,93 % pada bayi laki-laki dan
70,35 persen saja pada bayi perempuan. Padahal dalam (Fikawati & Syafiq, 2010) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui surat
keputusan No. 450/MENKES/SK/VI/2004 menyatakan bahwa Air Susu Ibu (ASI)
merupakan asupan terbaik bagi bayi sejak lahir hingga berusia 2 tahun,
kandungan asi menyesuaikan dengan kebutuhan bayi sehingga tidak ada makanan
atau minuman yang lebih baik daripada asi.
Namun karena beberapa faktor dapat menyebabkan wanita yang
melahirkan tidak dapat memberikan asi kepada bayinya seperti faktor kesehatan
yang menjadikan wanita sulit mengeluarkan asi bahkan faktor pekerjaan yang
menuntut wanita tidak boleh menyusui sehingga digantikan dengan susu formula
yang diberikan sejak bayi berusia 0 � 6 bulan dan dilanjutkan dengan susu
pertumbuhan. Terdapat berbagai macam susu formula dan susu pertembuhan dengan
berbagai brand yang ditawarkan melalui media televisi maupun media online. Susu
dengan berbagai macam kelebihan dan manfaat untuk anak, sehingga berbagai macam
brand susu saling berlomba-lomba dalam mempromosikan produknya agar diminati
masyarakat.
Berbagai macam strategi promosi pun digunakan oleh para
produsen, salah satu susu pertumbuhan yang gencar mempromosikan produknya ialah
susu SGM Eksplor. Mulai di media televisi bahkan di media online iklan susu SGM
eksplor silih berganti tampil menjadi selingan di setiap acara televisi. Selain
itu susu SMG memiliki harga yang cukup bersaing dibandingkan susu pertumbuhan
sejenisnya, sehingga susu SGM lebih diminati oleh kalangan masyarakat yang
ingin anaknya dapat memperoleh nutrisi yang cukup. Berdasarkan perolehan data
dari (Top Brand Award, n.d.)
Susu SGM memperoleh 38,89 % sebagai brand susu yang cukup diminati lalu diikuti
oleh brand Dancow Batita yang memperoleh 14,87 % kemudian Bebelac 14,58 % lalu
Lactogen sebesar 12,56 % diikuti oleh brand Susu Bendera 123 sebesar 7,24 %
lalu brand Morinaga 2,87 % dan terakhir brand S-26 sebesar 1,92 % sebagai susu
balita yang cukup diminati.
Untuk menarik minat konsumen dan bermaksud ingin brandnya
tersimpan di benak masyarakat maka terkadang iklan yang ditampilkan dapat
meciptakan kebingunggan di masyarakat. Salah satu iklan yang menimbulkan
distorsi makna yakni iklan susu SGM Eksplor dengan tema #PrestasiGenerasiMaju
si Kecil, dikarenakan dalam iklan tersebut ditampilkan teks yang diberi tanda
centang seolah mengkonsumsi susu SGM Eksplor dapat membuat anak berfikir
kreatif, mandiri bahkan supel. Berdasarkan Etika Pariwara dijelaskan bahwa
Iklan tidak diperkenankan mengesankan bahwa manfaat dari suatu produk dapat
memengaruhi perubahan status, popularitas, kepandaian, keberhasilan dalam
kegiatan olahraga, perubahan fisik, dan hal-hal lain sejenisnya. Etika Pariwara (Amandemen 2020:14) sendiri iklan merupakan suatu bentuk komunikasi tentang produk dan/atau
merek kepada khalayak sasarannya, agar mereka memberikan tanggapan yang sesuai
dengan tujuan pengiklan. (Pah, 2018) memaparkan bahwa target utama iklan adalah untuk
mempersuasi konsumen agar dengan senang hati mau menggunakan sebuah produk atau
jasa, maka penggunaan cara baik strategi maupun bentuk iklan yang disampaikan
menjadi sangat bervariatif. Setiap produk berlomba-lomba agar tidak tersaingi
produk lainnya. Sebagaimana yang dilakukan oleh produk SGM Eksplor yang membuat
seolah produknya memiliki manfaat pada perkembangan psikologis anak.
Pentingnya meneliti pengaruh iklan mengenai susu formula
terhadap perkembangan balita dapat dilihat dari beberapa penelitian berikut
yang berjudul Persepsi dan Sikap Ibu Terhadap Klaim Gizi dalam Iklan Susu
Formula Lanjutan Anak Usia Prasekolah dan Hubungannya Dengan Keputusan
Pembelian. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa manfaat gizi yang
diklaim dalam iklan tidak memiliki hubungan nyata dengan tingkat pendidikan
anak, bahkan klaim gizi memiliki hubungan nyata dengan lama penggunaan
terjhadapat produk (Hidayat et al., 2009). Lalu penelitian lain yang berjudul Konstruksi Realitas
Kecerdasan Anak: Analisis Semiotik Barthes Iklan Susu Formula Anak Di Televisi.
Hasil dari peneiltian tersebut memaparkan bahwa Iklan pada susu formula di
televisi dengan mengangkat profesi yang diidamkan oleh para orangtua seperti
pilot, dokter atau sarjana bertujuan untuk mempengaruhi minat beli masyarakat
terhadap produk susu formula tersebut (Asri, 2018).
Terkadang pesan dalam iklan begitu berlebihan, termasuk
iklan pada susu formula yang mencoba menggambarkan manfaat susu terhadap perkembangan
anak. Beranjak dari distorsi makna inilah penulis akan melakukan penelitian
terhadap iklan susu SGM Eksplor dan akan mengupas iklan tersebut, dan
menyandingkan mitos terhadap makna iklan susu SGM Eksplor yang memiliki makna
ambigu. Meskipun teks dalam iklan SGM Eksplor tersebut dimaksudkan agar
tercipta mitos di tengah masyarakat terkait manfaat dari susu SGM Eksplor.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang peneliti gunakan untuk mengurai permasalahan adalah dengan menggunakan metode semiotik sebagai pisau analisis dengan melihat denotasi, konotasi serta mitos dan juga dipaparkan dengan menggunakan kajian Kepustakaan dalam tayangan iklan SGM Eksplor yang memiliki distorsi makna dalam tayangan
� Cenarik. Namun
pesan yang dimaksudkan agar menarik dan membekas terkadang memiliki pesan yang
menyesatkan jika tidak dicermati atau dipahami dengan baik. Berikut table
analisis yang peniliti lakukan dengan menggunakan teori semiotika Rolland
Barthes.
Sumber� : https://www.youtube.com/watch?v=dhAowhnwJ7s
Gambar 1
Scene Iklan SGM Eksplor
pada durasi 00:04 detik
Denotasi pada scene tersebut Visual 3 anak mengangkat satu
jari sambil berlari dan tersenyum dengan pesan bertuliskan Bantu Tumbuh
Kembang. Konotasi pada scene tersebut Visual menggambarkan kegembiraan 3 anak
yang berlari dengan pesan Bantu tumbuh kembang. Mitos Pesan dalam visual yaitu
Bantu Tumbuh Kembang membuat mitos bahwa susu SGM dapat membantu tumbuh kembang
anak. Distorsi Makna Pesan Bantu tumbuh kembang yang melekat dalam visual iklan
SGM dapat disalahartikan bahwa hanya susu saja yang dapat membantu tumbuh
kembang.
Sumber� : https://www.youtube.com/watch?v=dhAowhnwJ7s
Gambar 2
Scene Iklan SGM Eksplor
pada durasi 00:11 detik
Denotasi visual anak sedang duduk tersenyum dan mengangkat
tangan sambal menunjuk, dengan pesan Berpikir Kreatif. Konotasi Seorang anak
yang cerdas dan mengangkat tangan menunjukkan kemampuannya untuk menjawab
dengan pesan Berpikir Kreatif. Mitos Pesan dalam visual yaitu Berpikir Kreatif
membuat mitos bahwa susu SGM dapat membantu anak berpikir kreatif. Distorsi
Makna Pesan Berpikir Kreatif yang melekat dalam visual tersebut dapat
disalahartikan bahwa hanya dengan susu SGM Eksplor dapat membuat anak berpikir
kreatif.
Sumber� : https://www.youtube.com/watch?v=dhAowhnwJ7s
Gambar 3
�Scene Iklan SGM Eksplor pada durasi 00:17 detik
Denotasi Visual anak-anak sedang menari yang didampingi
oleh 2 orang dewasa berdiri dibelakang para anak yang menari dengan pesan
�Supel�. Konotasi Visual anak-anak yang sedang gembira dengan menari ditemani
dua orang dewasa dengan pesan Supel. Mitos Pesan dalam visual yaitu Supel
membuat mitos bahwa susu SGM dapat membantu anak menjadi anak yang supel atau
mudah bergaul. Distorsi Makna Pesan Supel atau mudah bergaul yang melekat dalam
visual tersebut dapat disalahartikan bahwa hanya dengan susu SGM Eksplor dapat
membentuk seorang anak yang supel.
Sumber� : https://www.youtube.com/watch?v=dhAowhnwJ7s
Gambar 4
Scene Iklan SGM Eksplor pada durasi 00:20
detik
Denotasi Visual anak perempuan sedang tersenyum dan
mengakat tangan dan dibelakang tampak seorang ibu mendampingi dengan pesan
Percaya Diri. Konotasi Visual seorang perempuan mengakat tangan dengan
menunjukkan sesuatu dengan rasa gembira dengan pesan pada visual Percaya Diri.
Mitos Pesan dalam visual yaitu Percaya Diri membuat mitos bahwa susu SGM dapat
membuat anak Percaya Diri. Distorsi Makna Pesan Percaya Diri atau yang melekat
dalam visual tersebut dapat disalahartikan bahwa hanya dengan susu SGM Eksplor
dapat membentuk seorang anak yang Percaya Diri.
Distorsi Makna
Komunikasi terjadi karena adanya penyampaian pesan, pesan
yang disampaikan biasanya sangat jelas bisa diterima komunikan agar terjadi
umpan balik sehingga kegiatan komunikasi berjalan dengan baik, adanya gangguan
dapat membuat komunikasi menjadi terganggu dan terjadi kesalahan dalam persepsi
pesan yang diterima. Gangguan atau distorsi dalam komunikasi menyebabkan
perbedaan penerimaan makna yang diterima antara komunikator ke komunikan atau
sebaliknya komunikan merespon tidak sesuai dengan pesan yang disampaikan oleh
komunikan.
(Nurmiarani:2020) mengemukakan bahwa distorsi
terjadi karena berbagai hal salah satunya berasal dari cara seseorang dalam
memproses pesan yang diterima atau pesan yang disampaikan, lebih jelasnya
Nurmiarani menggambarkan dengan ilustrasi berikut :
Gambar 5
Jalur Komunikasi
Gambar diatas memaparkan bahwa komunikator dalam
menyampaikan pesan ke komunikan dapat terjadi dua kemungkinan yakni jika pesan
yang diterima sama maka terjadi ketepatan komunikasi, sebaliknya jika pesan
yang disampaikan dan komunikan memberikan timbal balik pesan tersebut berbeda
maka terjadi distorsi atau gangguan pada penerimaan pesan. Selanjutnya
Nurmiarani memaparkan terkait faktor yang menimbulkan distorsi pesan yaitu
faktor internal dan eksternal. Faktor internal yakni mengenai persepsi yang
salah dari penerima pesan terhadap informasi yang disampaikan. Lewis dalam (Nurmiarani:2020)
menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses pengamatan, pemilihan,
pengorganisasian stimulus yang sedang diamati dan membuat interpretasi mengenai
pengamatan tersebut. Terkait pemaknaan Azwar (2017)
mengungkapkan bahwa Proses memaknai atau memberi interpretasi pada sebuah
keadaan berhubungan dengan kontekstualisasi makna. Logika interpretifis atau
memaknai suatu objek secara mendalam menolak kebenaran secara ilmiah, baik
dalam format tradisional maupun kontemporer dan teori kebenaran.
Sehingga dari pemaparan diatas jika dikaitkan dengan
masalah penelitian maka distorsi pesan terjadi karena salah dalam pemaknaan
pesan yang disampaikan, hal ini karena setiap individu memiliki persepsi masing-masing
dalam menerima pesan. Seperti pesan yang terdapat dalam iklan Susu pertumbuhan
SGM Eksplor, dimana dalam tayangan tersebut terdapat teks yang mengisyaratkan
manfaat dari susu tersebut sehingga memiliki kecenderungan terjadi distorsi
dalam pemaknaan pesan yang terdapat dalam iklan susu SGM Eksplor.
Pembahasan Distorsi Makna dalam pesan Iklan SGM Eksplor� #PrestasiGenerasiMaju si Kecil�����
Iklan merupakan salah satu strategi yang digunakan untuk
membujuk atau mempengaruhi khalayak agar tergerak membeli produk yang
diiklankan, sehingga iklan dirancang dan dikemas secara menarik. Begitupun
dengan pesan yang terdapat dalam sebuah iklan, untuk menarik konsumen pesan
bahkan dibuat dengan kalimat hiperbola atau terlalu membesar-besarkan. Walau
penggunaan kalimat atau kata hiperbola diperbolehkan namun terkadang bisa
menyesatkan, walau tujuannya membangun mitos pada produk agar selalu diingat
dan masuk kebenak khalayak.
Beberapa pesan yang muncul dalam iklan SGM Eksplor
#PrestasiGenerasiMaju si Kecil akan terlihat dalam tayangan pesan-pesan yang
mengindikasikan dari manfaat produk, pesan-pesan yang hadir berdapak pada pesan
yang tidak sesuai dan berdapat menjadi pesan yang mengalami distorsi atau
gagguan dalam penerimaan pesan. Iklan sebagai komunikator menyampaikan pesan ke
khalayak yang diposisikan sebagai komunikan memungkinkan dapat menyalahi arti
dari pesan yang disampaikan dalam pesan iklan SGM Eksplor terhadap manfaat
produk, dalam Etika Pariwara (Indonesia, 2020) poin 1.27 terkait manfaat produk dijelaskan bahwa �Manfaat
produk harus disampaikan dengan jujur, benar dan bertanggung jawab, serta tidak
menambahkan manfaat lain yang berada di luar kemampuan produk tersebut.
Beberapa pesan yang muncul dalam Iklan SGM Eksplor yang
memungkinkan dapat terjadi distorsi pesan yaitu 1) Bantu Tumbuh Kembang Pesan
dalam iklan SGM Eksplor pada durasi 00:04 detik muncul pesan dengan kalimat
�bantu tumbuh kembang� yang mengindikasikan bahwa susu SGM Eksplor dapat
bermanfaat untuk tumbuh kembang anak. Menurut (Soetjiningsih, 2018) menjelaskan bahwa pertumbuhan berkaitan dengan tumbuhnya
tubuh secara fisik yang semakin besar sedangkan perkembangan berkaitan dengan
bertambahnya kemampuan atau skill emosi, intelektual anak.
Tumbuh kembang berkaitan dengan meningkatnya dimensi
tingkat sel-sel tubuh serta organ. Tumbuh kembang lebih dipengaruhi oleh
lingkungan luar sosialnya berupa permainan serta latihan fisik dan kemampuan.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tumbuh kembang
anak tidak melalui susu seperti di iklan SGM Eksplor, namun lebih pada factor
eksternal seperti latihan fisik dan bermain. 2. Berfikir Kreatif menjadi pesan
yang menjual dalam iklan SGM Eksplor, diharapkan target konsumen akan tertarik
membeli susu SGM Eksplor agar anak dapat berfikr kreatif, pesan tersebut juga
dapat membuat distorsi pesan yang disampaikan, karena tidak ada keterkaitan
anatar meminum susu SGM Eksplor dengan menunjang anak menjadi berfikir kreatif.
Menurut Suryadi dan Herman dalam (Putra et al., 2016) memaparkan bahwa berfikir kreatif merupakan suatu proses
berpikir untuk mengungkapkan hubungan-hubungan baru, melihat sesuatu dari sudut
pandang baru, dan membentuk kombinasi baru dari dua konsep atau lebih yang
sudah dikuasai sebelumnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif lebih
menekankan pada kemampuan berpikir seseorang dengan cara yang baru dan tidak
ada kaitannya dengan apa yang dikonsumsi seseorang. 3) Supel Selain berfikir
kraetif dan tumbuh kembang, pesan �Supel� juga dijadikan sebagai pesan menjual
dalam memperoleh perhatian calon konsumen, diharapkan konsumen tertarik dan
membeli produk susu SGM Eksplor, sehingga pesan tersebut dapat menjadi distorsi
pesan, karena masyarakat akan memahami kalimat tersebut sesuai dengan pesan
yang ditampilkan.
Supel jika diartikan dari kamus besar Bahasa Indonesia
adalah pandai menyesuaikan diri. Kemampuan beradapatasi atau menyesuaikan diri
pada anak tidak dapat dilakukan hanya dengan meminum susu saja, sesuai dengan
pendapat dari halaman (Intan Aprilia, 2019) memaparkan mengenai cara agar anak menjadi Supel dan
Humoris, dalam halaman tersebut menjelaskan bahwa selain dari makanan untuk
menumbuhkan anak yang cerdas diperlukan berbagai cara, selain itu anak juga
harus tumbuh sebagai anak yang supel dan humoris sehingga mudah bergaul serta
menyenangkan bagi lingkungannya, agar anak supel caranya adalah: Menatap mata
anak saat berbicara, bebaskan anak bermain sesuai dengan keinginannya, sering
ajak anak berbicara, menonton film yang disukai. Dari paparan tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa supel dibentuk bukan dari makanan saja namun juga
kemampuan anak dalam berinteraksi dilingkungan sosialnya. Terakhir pesan 4)
Percaya Diri pesan di iklan mengenai pecaya diri yang merupakan salah satu hal
terpenting dalam tumbuh kembang anak dan tidak luput digunakan sebagai pesan
menjual dalam iklan susu SGM Eksplor, yang mengisyaratkan bahwa susu SGM
Eksplor dapat membuat anak percaya diri.
Percaya diri yang berkaitan pada kemampuan anak dalam
beradaptasi dilingkungan baru atau dapat menyesuaikan diri dalam hal-hal baru
karena adanya kepercayaan diri pada seorang anak. Menurut Depdiknas dalam (Kintani et al., 2013) Percaya diri adalah sikap yang menunjukkan memahami
kemampuan diri dan nilai harga diri. Menurut Isna Nurla dalam (Kintani et al., 2013) menambahkan bahwa percaya diri merupakan sebuah kekuatan
yang luar biasa. Percaya diri laksana reaktor yang membangkitkan segala energi
yang ada pada diri seseorang untuk mencapai sukses. Bermain sangat penting bagi
anak-anak, melalui bermain anak dapat mengembangkan sikap percaya diri.
Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa bermain pada anak-anak merupakan cara
yang efektif untuk membangkitkan rasa percaya diri karena dengan bermain anak
berbaur di lingkungan sosialnya dan dapat dengan leluasa memainkan peranannya.
Empat pesan yang terkandung dalam iklan SGM Eksplor
mengindikasikan bahwa pesan tersebut hanya upaya produk untuk membranding susu
SGM dengan banyak manfaat. Pesan-pesan yang tampil memang bertujuan hanya untuk
menciptakan mitos di tengah masyarakat mengenai produk susu SGM Eksplor, karena
pada kenyataannya kemampuan anak-anak yang di sampaikan dalam pesan iklan susu
SGM Eksplor dapat dicapai tidak hanya dengan susu tetapi lebih pada kemampuan
anak dalam bersosialisasi terhadap lingkungannya dan didukung peran orangtua
dalam mendidik dan melatih anak agar tumbuh dengan baik.
Kesimpulan
Iklan merupakan sarana yang digunakan oleh para produsen
untuk mengenalkan atau memberikan informasi akan sebuah produknya, bahkan iklan
dapat menjadi strategi para produsen untuk menempatkan brand produknya tertanam
di benak khalayak. Iklan juga menjadi bukti eksistensi suatu produk, untuk itu
setiap produsen selalu berusaha memperbaruhi iklan-iklan produknya baik di
televisi, radio, media cetak maupun media luar ruang yang gunanya agar khalayak
mengetahui akan eksistensi produk tersebut. Banyaknya merek susu yang
diperuntukan bagi balita dengan penyajian segala manfaat bagi tumbuh kembang
anak, demi menarik perhatian calon konsumen maka iklan dibuat dengan kreatif
beserta pesan menarik. Pesan yang terdapat pada anak kadang disalah artikan
oleh khalayak, sehingga dari kesalahan pemahaman tersebut terciptalah distorsi
pesan yang disampaikan, khalayak sebagai komunikan salah dalam menerjemahkan
isi pesan.
Misi dari iklan memang sebagai cara untuk memunculkan
awereness� di benak calon konsumennya,
keberhasilan iklan yaitu jika calon konsumen berubah menjadi konsumen. Upaya
dalam menanamkan brand di benak khalayak merupakan tantangan tersendiri bagi
para penggiat iklan, sehingga menggunakan pesan yang terkadang dapat
menimbulkan kesalahpahaman khalayak kerap terjadi dalam mengartikan pesan yang
ada dalam sebuah iklan.
Pesan dalam iklan susu SGM Eksplor yang menempatkan
pesan-pesan tumbuh kembang anak hingga kepercayaan diri anak, seolah menjadi
manfaat yang terkandung dalam produk yang diiklankan. Pesan tersebut menjadi
distorsi karena pesan-pesan yang melekat dala iklan susu SGM Eksplor tersebut.
Kesalahpahaman akan mengartikan pesan dapat menimbulkan efek ketidakpercayaan
konsumen yang telah mengkosumsi susu SGM Eksplor, karena orangtua yang telah
memberikan anaknya susu SGM Eksplor tidak terjadi dampak apapun sesuai dengan
pesan dalam iklan setelah mengkonsumsi susu SGM Eksplor.
Lebih mengkhawatirkan lagi, peran orangtua yang seharusnya
membantu anak untuk bersosialisasi agar tumbuh kembang anak menjadi maksimal
tidak dilakukan karena pesan dalam susu SGM Eksplor tersebut. Orangtua merasa
bahwa tumbuh kembang anak, supel, berfikir kreatif dan percaya diri bisa
dilakukan hanya dengan mengkonsumsi susu SGM Eksplor.
BIBLIOGRAFI
Asri, R. (2018). Konstruksi
Realitas Kecerdasan Anak: Analisis Semiotik Barthes Iklan Susu Formula Anak Di
Televisi. Jurnal Komunikasi Dan Kajian Media, 2(1), 43�65. Google Scholar�
Fikawati, S., &
Syafiq, A. (2010). Kajian Implementasi Dan Kebijakan Air Susu Ibu Eksklusif Dan
Inisiasi Menyusu Dini Di Indonesia. Makara Kesehatan, 14(1), 17�24. Google Scholar
Hidayat, I. K.,
Sumarwan, U., & Yuliati, L. N. (2009). Persepsi Dan Sikap Ibu Terhadap
Klaim Gizi Dalam Iklan Susu Formula Lanjutan Anak Usia Prasekolah Dan
Hubungannya Dengan Keputusan Pembelian. Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen,
2(1), 77�85.Google Scholar
Indonesia, D. P.
(2020). Etika Pariwara Indonesia. Cetakan Ke, 3. Google Scholar
Intan Aprilia.
(2019). Cara Mendidik Anak Agar Supel Dan Humoris. Orami.Co.Id.
Iswidayanti, S.
(2007). Fungsi Mitos Dalam Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Pendukungnya (The
Function Of Myth In Social Cultural Life Of Its Supporting Community).
Harmonia: Journal Of Arts Research And Education, 8(2).Google Scholar
Kintani, Y., Ali, M.,
& Endang, B. (2013). Sikap Percaya Diri Dalam Proses Pembelajaran Pada Anak
Usia 5-6 Tahun Segedong. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa,
2(10).Google Scholar
Nisa, K. (2018).
Jumlah Balita Kurang Gizi Di Jakarta. Portal Statistik Sektoral Provinsi Dki
Jakarta.Google Scholar
Pah, J. J. (2018).
Mitos Seksualitas Dalam Iklan. Nyimak: Journal Of Communication, 2(1), 1�16.Google Scholar
Putra, R. D.,
Rinanto, Y., Dwiastuti, S., & Irfa�i, I. (2016). Peningkatan Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Siswa Kelas Xi
Mia 1 Sma Negeri Colomadu Karanganyar Tahun Pelajaran 2015/2016. Proceeding
Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental, And Learning,
13(1), 330�334.Google Scholar
Soetjiningsih, C. H.
(2018). Seri Psikologi Perkembangan: Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai
Dengan Kanak-Kanak Akhir. Kencana.Google Scholar
Statistik, B. P.
(2020). Persentase Bayi Usia Kurang Dari 6 Bulan Yang Mendapatkan Asi Eksklusif
Menurut Jenis Kelamin (Persen).Google Scholar
Top Brand Award.
(N.D.). Susu Formula Kids Terbaik 2018.Google Scholar
Wibowo, I. S. W.
(2013). Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian Dan Skripsi
Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.Google Scholar
Copyright holder: Agus Salim (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |