Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849

e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 5, Mei 2022

 

KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU ABAD KE-21: SEBUAH TINJAUAN PERAN GURU PADA GENERASI Z

 

Ishmahani Sobarningsih, Tatang Muhtar

Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru, Indonesia

Email[email protected], [email protected]

 

Abstrak

Seiring perkembangan zaman, pendidikan dan cara berpikir manusiapun terus berubah dan berkembang dengan dinamis. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui pentingnya pedagogi guru� abad 21 bagi pembelajaran Generasi Z. Adanya gap dalam proses belajar di kelas karena guru dan siswa berbeda masa belajar sehingga perlunya mengetahui kompetensi pedagogik guru abad 21 dan karakteristik manusia generasi Z. Metode kajian ini menggunakan sistematik literature review. Sebanyak 20 artikel ilmiah yang dipublikasikan diberbagai jurnal nasional dan internasional dan dianalisis sesuai dengan tema kajian pedagogik. Permasalahan yang terjadi saat ini pada umumnya adalah adanya kesenjangan dalam penyampaian materi ajar di dalam kelas karena kurangnya pemahaman guru dalam mengenal karakteristik siswa. Siswa saat ini termasuk� generasi Z yang mana berbeda generasi dengan gurunya sehingga guru perlu mengupgrade ilmu pedagogiknya agar menjadi sebuah kompetensi yang diharapkan di kelas. Hasil kajian ini diharapkan para guru dapat mengembangkan kompetensi pedagogiknya agar pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan baik dan menyenangkan.

 

Kata Kunci: kompetensi pedagogik; guru abad 21; generasi z

 

Abstract

Along with the times, education and human thinking continue to change and develop dynamically. The purpose of this essay is to determine the value of instructors' pedagogic ability in teaching Generation Z in the twenty-first century. There is a gap in the learning process in the classroom because teachers and students have different periods of study, so it is necessary to know the pedagogic competence of teachers in the 21st century and the human characteristics of Generation Z. This study method uses systematic literature review. A total of 20 scientific articles were published in various national and international journals and analyzed according to the theme of pedagogic studies. The problem that occurs today in general is that there is a gap in the delivery of teaching materials in the classroom due to the teacher's lack of understanding in recognizing the characteristics of students. Current students belong to Generation Z, which is a different generation from the teacher, so teachers need to upgrade their pedagogical knowledge so that it becomes an expected competency in the classroom. The results of this study are expected that teachers can develop their pedagogical competencies so that classroom learning can run well and fun.

 

Keywords: pedagogic competence; 21st century teacher; generation z

 

Pendahuluan

Guru memiliki peran penting dalam mencapai keberhasilan akademik. Tanpa partisipasi aktifnya, proses pendidikan tidak memiliki esensi dan substansi. Secanggih apapun kurikulum, visi, misi, dan manajemen, selama guru pasif dan stagnan, kualitas pendidikan tidak akan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan kata lain, guru memiliki posisi strategis dalam proses pelaksanaan pendidikan. Dalam dinamika kehidupan budaya yang kian berkembang, guru harus dapat beradaptasi dengan tuntutan kehidupan yang semakin maju dan kompetitif, dengan memiliki semangat untuk meningkatkan kualitas diri, kompetensi mumpuni, kebijaksanaan, dan kreativitas untuk menciptakan berbagai inovasi berkelanjutan secara konsisten. Oleh sebab itu, guru harus memiliki kompetensi pedagogik sebagai modal dan bekal dalam menjalankan peran dan fungsinya untuk dapat membangun kualitas pembelajaran yang berorientasi dalam melahirkan generasi unggul masa depan.

Peran guru dalam dunia pendidikan sangatlah penting, khususnya untuk mempersiapkan generasi emas Indonesia menjadi kreatif, inovatif, tangguh dan cerdas. Dalam mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan guru dengan kualifikasi profesional yang tinggi agar dapat melahirkan generasi Indonesia yang memiliki critical thinking skills, creative thinking skills & critical thinking skills (Loka, Cerdas, & Sastra, 2007); (Hendriyani, Rohayati, Ernalis, & Herlambang, 2019); (Irianto, Yunansah, Mulyati, Herlambang, & Setiawan, 2020); Herlambang, et al, 2020). Oleh sebab itu guru harus memiliki beberapa kemampuan, diantaranya ialah future skills, clear thinking and writing & communication skills (Somantri, 2021).

Di tingkat dasar, guru memainkan peran yang lebih aktif sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Dalam implementasinya, guru harus mampu menerapkan model dan pendekatan yang digunakan dengan memperhitungkan berdasarkan tujuan pembelajaran yang diharapkan (Aisyah, 2019). Guru abad ke-21 bukan guru yang hanya mampu menerapkan metode pembelajaran menarik dan dapat menggunakan teknologi. Melainkan lebih penting ia memiliki keterampilan dalam membangun harmonisasi pembelajaran yang mengintegrasikan antara kualitas pembelajaran, teknologi, dan konten material. Hal ini penting dipahami sejalan dengan perkembangan karakteristik generasi, khususnya generasi Z yang merupakan generasi yang hidup dalam derasnya arus teknologi. Artinya, bahwa generasi Z adalah generasi yang hidup ditengah kemajuan dan perkembangan Internet dan situs web. Oleh sebab itu, generasi Z juga dikenal sebagai pula sebagai i-Generation atau Generasi Internet (Fitriyani, 2018).

Seiring berkembangnya zaman, kompetensi pedagogik penting sekali dimiliki guru agar orientasi pembelajaran sejalan dengan tuntutan zaman. Artinya guru memiliki peran dalam membangun desain pembelajaran yang dapat memfasilitasi berbagai aspek perkembangan potensi dan kompetensi siswa, khususnya siswa generasi Z. Berdasarkan hal tersebut, kompetensi pedagogik menjadi sebuah hal yang bersifat krusial dan memiliki urgensi tinggi untuk dikaji dalam permasalahan ini.

1)  Kompetensi Pedagogik

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong seorang pendidik untuk melakukan tugasnya secara kompeten. Dan profesionalisme sejati membutuhkan kemampuan dan kepercayaan diri seseorang agar� dianggap layak untuk menjalankan tugasnya. Guru� profesional harus memiliki empat kompetensi, pertama kemampuan pedagogik, kedua kemampuan sosial, ketiga kapasitas kepribadian, dan keempat kapasitas profesional.

Konsep manusia sebagai entitas sosial dan sebagai masyarakat memperjelas bahwa lingkungan sosial menempati tempat yang sangat penting dalam upaya pendidikan. Dalam masyarakat tentunya terjadi interaksi antara individu dan kelompok. Penulis menemukan bahwa di sini interaksi sosial diposisikan sebagai kontinum dari proses pendidikan. Kenapa begitu? (Dianita & Abdussalam, 2020) dalam buku hariannya mengatakan bahwa masyarakat adalah arena berlangsungnya proses pendidikan, artinya masyarakat merupakan faktor utama yang �akan mempengaruhi pendidikan. Hal ini juga diperkuat oleh pandangan Abdusslam (2019) bahwa masyarakat adalah wilayah kehidupan manusia yang mengandung gagasan-gagasan yang sangat berpengaruh tentang budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai suatu sistem yang hidup, masyarakat tidak tetap atau tetap, tetapi cenderung berkembang secara dinamis dalam kaitannya dengan perubahan-perubahan yang sering kita sebut sebagai perubahan sosial atau social change. Masyarakat juga bisa menjadi cara masyarakat mendidik mereka menjadi pribadi yang toleran. Sebab dalam masyarakat tentunya terdapat banyak sekali keragaman� baik karakter maupun agama, di dalam maupun di luar suatu kelompok masyarakat (Dianita & Abdussalam, 2020).

Ki Hajar Dewantara berpendapat, "pedagogi", yaitu Momong, Among dan Ngemong,� berarti� pendidikan� adalah memelihara. Pendidikan adalah mendidik anak dalam dunia nilai. Praktik pendidikan pandangan ini berkaitan dengan ketertiban, tetapi pelaksanaannya didasarkan pada upaya penyadaran, bukan pada �hukuman� yang memaksa. Pendidik cenderung melihat masalah pendidikan hanya sebagai masalah teknis di dalam kelas (Rahman, 2018).

Dari sudut pandang Islam, Pedagogi kritis telah diintis oleh Nabi Muhammad, yang dianggap sebagai pendiri pedagogi kritik modern, jauh sebelum kehadiran Ivan Illich dan Poule Freire. "Didiklah anakmu, karena ia akan hidup di zaman yang berbeda dengan yang bukan milikmu," dikuti dari Hadits Nabi. Dalam hadits lain, Nabi Muhammad SAW bersabda, �Beri tahu orang-orang dalam semangat mereka, 'Kamulah yang paling mengetahui� urusan duniawimu.'

Refleksi Ivan Illich tentang pendidikan dipandang sebagai sumber pedagogi kritis, yaitu bahwa pendidikan adalah hak semua manusia, bahwa setiap orang harus memiliki kesempatan dan akses yang sama terhadap pendidikan; Pendidikan harus terjangkau bagi semua orang; dan Poule Freire. Ibnu Sina meyakini bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan bakat dan potensi peserta didik, bahkan Ibnu Sina mengklasifikasikan pendidikan sesuai dengan usia peserta didik.

Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh kapasitas dan keterampilan guru dalam mengelola proses pembelajaran dengan melanjutkan keterampilan pedagogis yang optimal. Keterampilan pedagogis sangat penting untuk dikembangkan karena mereka berkaitan dengan kemampuan untuk mengelola proses pembelajaran guru ketika pembelajaran yang berhasil dipengaruhi oleh manajemen pembelajaran guru. Keterampilan pedagogis merupakan kemampuan dalam melakukan berbagai tindakan sebagai berikut:

a)  Kemampuan untuk mengidentifikasi karakteristik belajar siswa,

b)  memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam siswa aktif,

c)  manajemen kelas dengan karakteristik yang berbeda,

d)  Mengelola Karakter Deviasi Belajar,

e)  Manajemen potensial dan kerentanan, dan

f)   melakukan tindakan humaniora.

Keterampilan Pendidikan mewakili kemampuan dan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran dan pengoperasian optimasi potensi siswa melalui upaya untuk memandu dan membuat siswa ya latihan belajar (Susanto, 2021).

Keterampilan pedagogis dapat dikembangkan dengan rencana pengembangan pedagogis praktis dengan membentuk, termasuk (1) karakteristik dan pengembangan siswa potensial, (2) prinsip-prinsip pembelajaran teori dan belajar (3) kurikulum (5) hasil pembelajaran (6) Komunikasi yang Efektif (7) Desain Pembelajaran Pedagogis (8) Gunakan hasil penilaian pembelajaran (9) Penggunaan TIK dalam pembelajaran (10) Mencerminkan pembelajaran dan pelacakan melalui� Kelas Pencarian Kelas (Saputra, Mardiana, & Teguh, 2019).

2)  Guru Abad 21

Abad ke-21 ditandai dengan perkembangan informasi digital. Komunitas terhubung secara massal satu sama lain. Itulah yang banyak orang katakan tentang Revolusi Industri, khususnya industri informasi. Era digital telah mewarnai kehidupan masyarakat di abad ke-21. Guru sangat penting dalam melaksanakan reformasi pendidikan, dan beberapa peneliti menunjukkan bahwa guru membutuhkan dukungan untuk melakukan tugas ini (Haug & Mork, 2021). Guru profesional abad ke-21 harus mempersiapkan kebutuhan siswa masa depan mereka. Hasil penelitian tentang kebijakan dan kepemimpinan guru di era globalisasi menunjukkan bahwa guru perlu beradaptasi agar tidak kewalahan, selain� menguasai teknologi dalam pendidikan.

Guru abad ke-21 harus menguasai berbagai pengetahuan (akademik, pedagogik, sosial dan budaya), mampu berpikir kritis, peka terhadap setiap perubahan, dan mampu memecahkan masalah mata pelajaran. Guru tidak bisa pergi ke sekolah hanya untuk mengajar. Kemampuan mengelola kelas sudah tidak cukup lagi. Guru diharapkan menjadi pemimpin dan agen perubahan, mampu mempersiapkan siswa menghadapi tantangan global di luar sekolah (Darmadi, 2018).

Siswa perlu melihat bahwa guru adalah orang yang nyata, yang memiliki banyak pengalaman positif dan negatif, yang tidak selalu memiliki jawaban yang benar, yang belajar secara permanen, yang berkolaborasi dengan siswa atau rekan kerja (Voinea & Pălăşan, 2014).

Pembelajaran di abad ke-21 harus mampu mempersiapkan generasi Indonesia menghadapi kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat. Pembelajaran di abad ke-21 pada dasarnya berbicara tentang perkembangan masyarakat dari waktu ke waktu. Sebagaimana kita ketahui bersama, masyarakat telah berubah dari masyarakat primitif menjadi masyarakat agraris, kemudian masyarakat industri, dan kini berkembang menjadi masyarakat informasi. Tanda masyarakat informasi adalah perkembangan digitalisasi. Sejak tahun 1960 hingga saat ini, penggunaan komputer, Internet, dan telepon seluler telah berkembang pesat. Bisnis telah berpindah dari masyarakat offline ke masyarakat online. Menurut catatan, pengguna internet di Indonesia pada tahun 2015 meningkat dari 88,1 juta orang� menjadi 132,5 juta orang. Karena pesatnya perkembangan digitalisasi� di masyarakat, suka atau tidak suka, pembelajaran di sekolah-sekolah di Indonesia harus mengikuti perkembangan tersebut. 21st Century Skills berfokus pada� keterampilan yang telah mengalami perubahan atau keterampilan baru.

Contoh yang menonjol untuk pemeriksaan ulang ini menyangkut tugas-tugas yang dilakukan oleh manusia, dibandingkan dengan yang dilakukan oleh mesin. Pembagian tugas antara manusia dan mesin ini terus-menerus bergeser karena teknologi informasi dan komunikasi terus memperluas kemampuan mesin untuk melakukan tugas-tugas yang sebelumnya harus dilakukan oleh manusia (Lavi, Tal, & Dori, 2021). Mengenali keterampilan abad ke-21 saja tidak cukup; pertanyaan sebenarnya adalah bagaimana mengajarkan keterampilan ini dan mempraktikkannya dan mendukung kompetensi tindakan siswa (Valtonen et al., 2021). Oleh karena itu kita perlu mengetahui karakteristik dari generasi Z.

3)  Generasi Z

Sebagian besar sekolah saat ini dipenuhi oleh orang-orang dari berbagai generasi, baik itu guru dari kategori generasi baby Boomer dan Gen X, dan siswa dari Generasi Y, Gen Z dan generasi Aplha. Itulah sebabnya guru saat ini dituntut untuk selalu berubah dan belajar (Sumardianta, 2018).

Generasi Z adalah generasi teknologi. Anak-anak mulai membiasakan diri dengan Internet dan situs web berdasarkan usia sejak usia dini. Generasi Z dikenalkan dengan dunia media sosial sejak usia dini. Generasi Z adalah orang-orang yang lahir ketika teknologi menguasai dunia. Oleh karena itu, generasi ini dikenal sebagai Generasi Sunyi, Generasi Sunyi, dan Generasi Internet. Generasi Z, juga dikenal sebagai iGeneration atau Generasi Internet (Fitriyani, 2018).

Anggota Generasi Z (Gen Z), yang lahir antara tahun 1995 dan 2015, pertama kali memasuki pendidikan tinggi pada tahun 2013 (DiMattio & Hudacek, 2020). Ponsel adalah salah satu perangkat digital yang paling disukai di sebagian besar kehidupan kita sehari-hari pada khususnya. Penggunaan ponsel dengan inovasi teknis telah menjadi lebih umum untuk kelompok yang disebut sebagai generasi Z. Menciptakan lingkungan sosial yang baru dan berbeda dengan berbagi kehidupan pribadi di situs-situs sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram dll telah mencapai tingkat yang lebih dekat dengan kehidupan sosial mereka daripada kehidupan nyata. Diyakini bahwa penggunaan ponsel pintar terutama pada generasi ini telah menjadi kecanduan dan dianggap bahwa situasi ini sangat berpengaruh pada kehidupan sosial dan psikologi mereka (�zkan & Solmaz, 2015).

Dalam satu hari Generasi Z menghabiskan waktunya sekitar 9 jam sehari untuk menggunakan smartphone mereka dan membuat mereka sangat tergantung pada teknologiseluler. Meskipun demikian Generasi Z ternyata kurang mampu untuk menganalisisvaliditas informasi yang ia peroleh ataupun memanfaatkan informasi yang diperoleh secarakritis. Rentang perhatian mereka sangat singkat sekitar 8 detik.

Karena Gen Z dicirikan oleh kegemaran mereka menggunakan perangkat mereka, metode pembelajaran mulai dikembangkan untuk memenuhi preferensi mereka. Saat ini sudah banyak metode pembelajaran yang� menggunakan teknologi yang biasa dikenal dengan e-learning, blended learning atau e-learning. Namun demikian, bukan berarti� pembelajaran tatap muka tidak lagi digunakan untuk pembelajaran pada Generasi Z. Pembelajaran tatap muka masih banyak digunakan terutama di Indonesia (Hastini, Fahmi, & Lukito, 2020).

Diketahui bahwa Generasi Z yang lahir setelah tahun 2000 memiliki karakter dan pola pikir yang berbeda dari generasi sebelumnya. Generasi Z yang akan berpartisipasi atau berpartisipasi dalam angkatan kerja sesaat sebelumnya, harapannya berbeda dengan karyawan lainnya. Meningkatkan fleksibilitas tempat kerja lebih seperti keseimbangan kehidupan kerja dan pekerjaan berorientasi karir lebih cepat (�zkan & Solmaz, 2015). Jika dikaitkan dengan siswa dalam pembelajaran di dalam kelas, siswa generasi Z memiliki keterampilan yang perlu dimiliki siswa abad ke-21 yakni kreatif, berpikir kritis, pandai berkomunikasi, dan berkolabrasi yang mana jika diterapkan dengan tepat akan mendapatkan kehidupan dan karir yang baik.

 

Metode Penelitian

Kajian ini mengungkapkan pentingnya kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran pada generasi Z dengan metode sistematik literature review. Sebanyak 20 artikel ilmiah yang dipublikasikan diberbagai jurnal nasional dan internasional dan dianalisis sesuai dengan tema mata kuliah kajian pedagogik.

Desain penelitian ini adalah deskriptif dimana peneliti� secara sistematis dan akurat mengamati masalah pada fakta dan subjek. Fokus pada masalah saat ini dan data yang diperoleh terstruktur dan dijelaskan secara analitis.

 

Hasil dan Pembahasan

Berbagai kajian terkait dengan pentingnya kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran pada generasi Z telah dianalisis dan menghasilkan beberapa rincian, diantaranya;

 

Tabel 1

No

Artikel

Aspek

Rincian

1

(Dianita & Abdussalam, 2020)

Pedagogik spritual

Kehadiran pedagogi menjadi panduan bagi orang untuk� memaksimalkan potensinya untuk kemanusiaan optimal ke tujuan pendidikan.

2

(Rahman, 2018)

Urgensi Pedagogik

Pengertian pedagogi adalah agar anak nantinya dapat memahami dan menghayati dan nantinya dapat hidup untuk dirinya sendiri, hidup bermakna dan juga memuliakan hidup.

3

(Susanto, 2021)

Kompetensi Pedagogik

Perlunya pengembangan dan pelatihan dalam mengoptimalkan keterampilan mengajar untuk mengembangkan� pendidikan yang berkualitas di Indonesia.

4

(Saputra et al., 2019)

Pengembangan Kompetensi Pedagogik

Pengembangan Topik Modul Kompetensi Pedagogik Mahasiswa PGSD.

5

Fauzi dan Suryadi (2020)

Design Research pengembangan Kompetensi Pedagogik

Mampu membuat rencana pembelajaran efektif yang sesuai dengan kebutuhan siswa, dan yang dibutuhkan adalah sebuah inovasi untuk mendesain pembelajaran.

6

Wahyuni dan Berliani (2018)

Pelaksanaan Kompetensi Pedagogik

Untuk kompetensi pedagogik guru, guru harus mampu merencanakan,� melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa.

7

Rifma (2013)

Problematika Kompetensi Pedagogik

Masalah kapasitas pedagogik guru dalam membuat rencana pembelajaran adalah masih banyak guru yang belum membuat rencana pengajaran.

8

Supriyono (2017)

Pengaruh Kompetensi Pedagogik terhadap Motivasi Kerja Guru

Dianalisis pengaruh kompetensi pedagogik dan motivasi kerja terhadap kinerja guru secara parsial dan simultan menghasilkan bahwa semakin tinggi kompetensi pedagogik, dan motivasi kerja, maka kinerja guru juga tinggi dalam mencapai tujuan pendidikan.

9

Yufita, Sihotang, dan Tambunan (2021)

Peningkatan Kompetensi Pedagogik melalui Pelatihan Teknologi Informasi Komunikasi

Pelatihan TI dapat meningkatkan kapasitas pedagogis guru dalam mengajar dengan� perangkat TI.

10

Faridah, Djatmika, dan Utaya (2020)

Kompetensi Pedagogik dalam pengelolaan pembelajaran

Kompetensi pedagogik guru dalam pengelolaan pembelajaran dan kompetensi profesional guru dalam meningkatkan mutu pendidikan yaitu dengan menyusun perencanaan dan strategi pembelajaran.

11

Surahmi, Fitriani, Pradita, Ummah, dan Aeni (2022)

Kompetensi pedagogik pada kurikulum 2013

Sebagian besar guru memiliki kompetensi pedagogik dalam mengelola pembelajaran terpadu, para guru memahami karakteristik peserta didik, menyelenggarakan pembalajaran bermakana, menyalurkan potensi peserta didik dan selalu berkomunikasi dengan peserta didik.

12

Situmorang, Hutapea, dan Zai (2018)

Kompetensi Pedagogik terhadap Minat Belajar

Guru PAK mengajar siswanya dengan mengembangkan keterampilan mengajar di setiap sekolah dasar agar siswa� semakin tertarik untuk belajar.

13

Ummami, Jamaludin, dan Andriana (2021)

Implementasi kompetensi pedagogik dalam kepercayaan diri

Dari penguatan karakter percaya diri siswa tersebut diharapkan siswa menjadi aktif, mandiri dan bertanggung jawab.

14

Niswati dan Sayekti (2020)

Analisis kompetensi pedagogik calon guru sekolah dasar

Aspek kompetensi pedagogik meliputi penguasaan karakteristik� sosial dan emosional siswa, penguasaan teori dan prinsip belajar belajar, penggunaan TIK, pengembangan potensi siswa, praktik melakukan penilaian dan proses serta hasil belajar, menggunakan penilaian dan hasil penilaian, serta melakukan refleksi kinerja.

15

Jonrivisman, Ahmad, dan Farida (2020)

Supervisi teknik workshop untuk meningkatkan

Kompetensi pedagogik

Supervisi teknik workshop dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk melaksanakan supervisi terhadap guru yang sebagian besar memiliki masalah yang sama.

16

Astutik, Roesminingsih, dan Sumbawati (2021)

Kepemimpinan Partisipatif, Budaya Sekolah serta Pengaruhnya terhadap Kompetensi Pedagogik

Kepemimpinan partisipatif, dan budaya sekolah sama-sama mempengaruhi kompetensi pedagogik

17

Renal, Sentryo, dan Hamid (2020)

Kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja pedagogik guru

Kepemimpinan kepala sekolah belum dapat sepenuhnya mempengaruhi, menggerakkan, mengembangkan dan memberdayakan guru untuk dapat meningkatkan motivasi kerja dan kinerja tersebut.

18

Kinanti dan Ramadhan (2021)

Profil Kompetensi Pedagogik Guru Sekolah Dasar

Kemampuan kompetensi pedagogik ada indikator memahami peserta didik secara mendalam, merancang pembelajaran termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran, mengembangkan kompetensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensinya, secara keseluruhan kompetensi pedagogik di se kecamatan Ukui adalah (82%) dengan kategori sangat kuat.

19

(Somantri, 2021)

Abad 21 pentingnya kompetensi pedagogik guru

Pada abad 21, banyak tantangan yang harus dihadapi oleh guru. Maka untuk menghadapi abad 21 ini, guru diwajibkan untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi pedagogik.

20

Rissanen, Kuusisto, Tuominen, Kirri (2018)

a growth mindset pedagogy

Harapan, siswa akan belajar ketekunan dan akan menjadi pekerja keras dan belajar untuk berkolaborasi. Banyak hal yang terlibat di dalamnya; Kita harus menghormati orang lain dan menghargai diri sendiri juga. ini adalah dasar-dasarnya.

Kompetensi pedagogik guru akan terus berkembang dari masa ke masa mengikuti perkembangan anak sehingga guru perlu menyesuaikan diri dan mengikuti alur kehidupan anak. Adanya gap pada kehidupan tersebut membuat guru perlu mengikuti kajian keilmuan tentang pendidikan anak agar dapat membimbingg anak sesuai dengan kebutuhannya saat itu dan masa depannya. Harapannya, jika guru memahami kompetensi pedagogik ini maka Indonesia dapat mencapai tujuan pendidikannya. Dengan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dapat mematangkan kompetensi pedagogik yang dimiliki guru. Sebuah istililah guru abad 21 disematkan pada guru saat ini yang dituntut akan penyesuaiannya dalam mendidik. Guru tidak bisa secara mandiri dalam mengembangkan kompetensi pedagogik. Perlu adanya kolaborasi dengan anak agar mengetahui yang dibutuhkannya.

Berbagai kajian pedagogik dibahas dalam banyak artikel nasional maupun internasional. Pedagogik perlu dimiliki dan di-upgrade oleh guru agar menjadi sebuah kompetensi yang optimal diterapkan di dalam kelas. Peng-upgrade-an kompetensi ini diperlukan guna tercapainya target pembelajaran di kelas. Karena Siswa dan guru terlahir dalam situasi belajar yang berbeda, salah satu upaya yang diperlukan guru dalam pencapaian target pembelajaran di kelas adalah dengan mengenal karakteristik siswanya. Guru rata-rata berada pada generasi X dan Y, dan siswa berada pada generasi Z. Di dalam kelas perlu adanya kolabarasi antargenerasi. Kolaborasi dapat berjalan dengan baik dengan adanya pemahaman guru tentang kompetensi pedagogik.

Pemahaman pedagogis bertujuan agar siswa nantinya dapat memahami dan menghayati dan nantinya mampu menghidupi dirinya sendiri,� hidup bermakna dan mampu berpartisipasi dalam kemuliaan hidup. Abad ke-21 saat ini adalah abad milik generasi Z yang mana segala sesuatu dilakukan dengan cepat. Seperti mereka dapat menggunakan teknologi dengan cepat, mengambil keputusan dengan cepat, memesan apapun dengan cepat dll. Pada abad ini juga manusia dituntut untuk dapat menggunakan fasilitas teknologi yang mana dapat memudahkan penyelesaian pekerjaan. Guru perlu meningkatkan kemampuannya tidak dalam penggunaan teknologi saja, tapi dalam kompetensi pedagogik agar dapat memaksimalkan potensi kemanusiaannya dengan optimal hingga tercapailah tujuan-tujuan pendidikan.

 

Kesimpulan

Kompetensi pedagogik dapat dikembangkan dengan pola pengembangan pedagogik praktis dengan membentuk topik-topik, diantaranya (a) Karakteristik dan Pengembangan Potensi Peserta Didik, (b) Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran yang Mendidik (c) Pengembangan Kurikulum (d) Metodologi Pembelajaran (e) Penilaian Proses dan Hasil Belajar (f) Komunikasi Efektif (g) Perancangan Pembelajaran yang Mendidik (h) Pemanfaatan Hasil Penilaian Pembelajaran (i) Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran (j) Refleksi Pembelajaran dan Tindak lanjutnya melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Guru abad ke-21 harus menguasai banyak pengetahuan (akademik, pedagogik, sosial dan budaya), mampu berpikir kritis, tanggap terhadap setiap perubahan, dan mampu menyelesaikan masalah.

Gen Z adalah generasi teknologi. Anak-anak mulai membiasakan diri dengan internet dan website sesuai usianya sejak dini. Generasi Z� dikenalkan dengan dunia media sosial sejak usia dini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Aisyah. (2019). Jurnal basicedu. Jurnal Basicedu, 3(2), 524�532. Google Scholar

 

Dianita, Gita, & Abdussalam, Aam. (2020). Spiritual Pedagogic Foundation: Analysis of Western and Islamic Sociological Theory. Jurnal Kajian Peradaban Islam, 3(2), 33�39. Google Scholar

 

DiMattio, Mary Jane K., & Hudacek, Sharon S. (2020). Educating generation Z: Psychosocial dimensions of the clinical learning environment that predict student satisfaction. Nurse Education in Practice49, 102901. https://doi.org/10.1016/j.nepr.2020.102901. Google Scholar

 

Fitriyani, Pipit. (2018). Pendidikan Karakter Bagi Generasi Z. Knappptma, 7(Maret), 307�314. Google Scholar

 

Hastini, Lasti Yossi, Fahmi, Rahmi, & Lukito, Hendra. (2020). Apakah Pembelajaran Menggunakan Teknologi dapat Meningkatkan Literasi Manusia pada Generasi Z di Indonesia? Jurnal Manajemen Informatika (JAMIKA), 10(1), 12�28. https://doi.org/10.34010/jamika.v10i1.2678. Google Scholar

 

Haug, Berit S., & Mork, Sonja M. (2021). Taking 21st century skills from vision to classroom: What teachers highlight as supportive professional development in the light of new demands from educational reforms. Teaching and Teacher Education, 100, 103286. Google Scholar

 

Hendriyani, Ani, Rohayati, Etty, Ernalis, Ernalis, & Herlambang, Yusuf Tri. (2019). Critical Multiliteration Model Based on Project Based Learning Approach in Developing Basic School of Metacognition Thinking Skills. International Journal of Science and Applied Science: Conference Series, 3(1), 1�7. Google Scholar

 

Herlambang, Yusuf Tri, Abidin, Yunus, Hernawan, Asep Herry, & Setiawan, Dadan. (2020). The impact of science learning multiliteration model based on futuristic pedagogic approach to metacognition ability of basic school students. International Conference on Elementary Education, 2(1), 1620�1627. Google Scholar

 

Irianto, Dede Margo, Yunansah, Hana, Mulyati, Tita, Herlambang, Yusuf Tri, & Setiawan, Dadan. (2020). Multiliteracy: Alternative Learning Models to Improve Ecological Literacy of Primary School Students. PalArch�s Journal of Archaeology of Egypt/Egyptology, 17(9), 614�632. Google Scholar

 

Lavi, Rea, Tal, Marina, & Dori, Yehudit Judy. (2021). Perceptions of STEM alumni and students on developing 21st century skills through methods of teaching and learning. Studies in Educational Evaluation, 70, 101002. https://doi.org/10.1016/j.stueduc.2021.101002. Google Scholar

 

 

 

Loka, Kearifan Tradisi, Cerdas, D. A. N. Edutaimen, & Sastra, Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa Dalam Menulis. (2007). Model Pedagogik Multiliterasi Dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir Abad Ke-21. Universitas. Google Scholar

 

Nurjanah, Nunuy, Herlambang, Yusuf Tri, Hendrawan, B., & Gandana, Gilar. (2020). Regional Language Education in the Era of the Industrial Revolution Era 4.0: An Idea about Education in the Techno-pedagogy Perspective. Journal of Physics: Conference Series, 1477(4), 42068. IOP Publishing. Google Scholar

 

�zkan, M., & Solmaz, B. (2015). Mobile Addiction of Generation Z and its Effects on TheirSocialLifes. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 205, 92�98. Google Scholar

 

Ozkan, Mustafa, & Solmaz, Betul. (2015). The Changing Face of the Employees � Generation Z and Their Perceptions of Work (A Study Applied to University Students). Procedia Economics and Finance, 26(15), 476�483. https://doi.org/10.1016/s2212-5671(15)00876-x. Google Scholar

 

Rahman, Abdul. (2018). Urgensi Pedagogik dalam Pembelajaran dan Implikasinya dalam Pendidikan. BELAJEA: Jurnal Pendidikan Islam, 3(1), 83. https://doi.org/10.29240/bjpi.v3i1.358. Google Scholar

 

Saputra, Alpin Herman, Mardiana, Ade, & Teguh, Teguh. (2019). Pengembangan Topik Modul Kompetensi Pedagogik Mahasiswa PGSD Universitas Terbuka di Kota Palembang. Dwija Cendekia: Jurnal Riset Pedagogik, 3(2), 113�122. Google Scholar

 

Somantri, Diki. (2021). Abad 21 Pentingnya Kompetensi Pedagogik Guru. 18(02), 188�195. Google Scholar

 

Susanto, Ratnawati. (2021). Pemetaan kompetensi pedagogik dalam keterkaitan dimensi pengetahuan pedagogik dan profil karakteristik awal. JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia), 7(1), 164�171. Google Scholar

 

Valtonen, Teemu, Hoang, Nhi, Sointu, Erkko, N�ykki, Piia, Virtanen, Anne, P�ys�-Tarhonen, Johanna, H�kkinen, P�ivi, J�rvel�, Sanna, M�kitalo, Kati, & Kukkonen, Jari. (2021). How pre-service teachers perceive their 21st-century skills and dispositions: A longitudinal perspective. Computers in Human Behavior, 116(December 2020), 1�9. https://doi.org/10.1016/j.chb.2020.106643. Google Scholar

 

 

 

 

 

 

 

Voinea, Mihaela, & Pălăşan, Toader. (2014). Teachers� Professional Identity in the 21st Century Romania. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 128, 361�365. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.03.172. Google Scholar

 

Copyright holder:

Ishmahani Sobarningsih, Tatang Muhtar (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: