Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, No. 5, Mei 2022
USULAN PERBAIKAN KUALITAS
PRODUK MINUMAN CHINGKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY EVALUATION FRAMEWORK
DI PT. SEI
Zannuardhi Ramadhani, Laela
Chairani
Universitas Pancasila, Indonesia
Email: z[email protected], [email protected]
Abstrak
Setiap perusahaan bersaing satu sama lain untuk memenangkan persaingan pangsa pasar, salah satunya dalam meningkatkan
kualitas produknya. Kualitas merupakan salah satu kriteria yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih suatu produk.
PT. SEI merupakan perusahaan
yang bergerak di bidang minuman kemasan, yang memproduksi minuman kemasan chingku yang dikemas dalam kemasan
kaleng. Menurut data di
PT.SEI pada bulan Januari
2021 � Juni 2021 Jumlah cacat produk chingku
mencapai 4,5 % dari produk yang diproduksi sehingga melebihi ambang batas yang ditetapkan perusahaan. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
analisis untuk mengidentifikasi proses bisnis
yang terjadi di PT.SEI menggunakan
Analisis Value Shop , mengevaluasi
kualitas produk dengan Quality Evaluation Framework (QEF) dan mengusulkan perbaikan kualitas serta tindakan pencegahan pada proses produksi produk Chingku menggunakan analisis 5W1H. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan untuk cacat produk yang terjadi pada produk chingku terdapat empat faktor yang dapat menyebabkan cacat pada produk yaitu faktor Reliableness,
Time to Failure, Time to recover, dan Time to access yang dari
masing masing faktor tersebut memiliki permasalahannya masing masing dimana faktor Reliableness
memiliki dua permasalahan yaitu kemampuan mesin yang terkadanag downtime dan kecepatan
proses pengemasaan yang lambat,
lalu untuk faktor Time to failure memiliki dua permasalahan yaitu kerusakan pada mesin dan kegagalan aktivitas yang terjadi saat proses berjalan, selanjutnya untuk faktor Time to recover memiliki satu permasalahan yaitu keterlambatan pada saat perbaikan mesin dan untuk faktor Time to Access memiliki satu permasalahan yaitu ketepatan waktu untuk melakukan
setting pada mesin. Usulan perbaikan yang dapat diberikan untuk akar penyebab permasalahan
adalah menganalisis Sparepart yang digunakan, memberikan form pergantian Sparepart kepada tim Maintenance lalu meng evaluasi sistim kerja yang sudah dibuat, dan memberikan pelatihan terhadap operator lalu memberikan pengarahan mengenai proses produksi serta melakukan, Training, membuat SOP sebagai acuan bekerja
operator.
Kata Kunci: pengendalian kualitas; analisis value shop; qef; 5w1h
Abstract
Each company competed with others to win market share competition, one of
wich was to improve the quality of the products.
Quality is one of the criteria that the consumer considers in the selection of
a product. PT. SEI is a company engaged in the field of bottled beverages, which
produces chingku packaged beverages packaged in
canned packaging. According to data from PT. SEI in January 2021 � June 2021.
The number of chingku product defects reached 4.5% of
the products produced thus exceeding the company's set threshold. In this
study, researchers conducted an analysis to identify business processesthat occurred at PT. SEI uses Value Shop Analysis,
evaluates product quality with the Quality Evaluation Framework (QEF) and
proposes quality improvements and precautions on the Chingku
product production process using 5W1H analysis. Based on the results of the
analysis conducted for product defects that occur in chingku
products there are four factors that can cause defects in the product, namely reliableness, time to failure, time to recover, and time to
access factors, which from each of these factors have their own problems where reliableness factors have two problems, namely the ability of the engine that has downtime and slow
speed of the process of delay, Then for the Time to failure factor has two
problems, namely damage to the engine and activity failure that occurs during
the process of running, then for the Time to recover factor has one problem,
namely delays in engine repair and for time to access factor has one problem,
namely timeliness to set the machine. Proposed improvements that can be given
to the root cause of the problem are analyzing the
spare parts used, providing spare parts replacement forms to the maintenance
team and evaluating the work system that has been made, and providing training
to operators and then providing guidance on the production process and
conducting, training, making SOPs as a reference for the operator's work.
Keywords: quality control; value
shop analysis; qef; 5w1h
Pendahuluan
Kualitas pada kemasan
produk merupakan salah satu faktor penting
yang mempengaruhi perkembangan
serta kemajuan dari suatu perusahaan.
Perusahaan yang beroperasi tanpa
memperhatikan kualitas kemasan produk, sama saja dengan
menghilangkan harapan dan
masa depan perusahaan tersebut. Produk yang dihasilkan harus selalu diperiksa agar sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan, sehingga kerusakan yang mungkin terjadi pada produk tersebut dapat dikurangi dan dihilangkan. Oleh karena itu setiap perusahaan
harus menerapkan sistem pengendalian kualitas yang baik dan tepat terhadap setiap produk yang dihasilkan.
Permasalahan terkait
kualitas kerap kali terjadi pada PT. SEI yang merupakan
perusahaan bidang manufaktur minuman dalam kemasan kaleng.
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan, diketahui persentase cacat produk yang dihasilkan PT. SEI selama bulan Januari hingga
bulan Juni tahun 2021 seperti pada grafik di bawah ini:
Persentse cacat
produk cingku pada bulan tersebut memiliki nilai diatas target perusahaan yaitu 1%. Pada bulan Januari dan Februari 2021 jumlah cacat�� mencapai 4,5 % dari produk yang diproduksi sehingga nilai ini melebihi
ambang batas target cacat yang telah ditetapkan perusahaan. Oleh karena itu penelitian
ini dilakukan menggunakan metode quality
evaluation framework (QEF) yang merupakan kerangka kerja yang digunakan untuk mengukur kualitas dari sebuah proses bisnis dengan metode
QEF dapat diketahui analisis terkait proses bisnis yang sedang berjalan dalam suatu kegiatan bisnis hasil dari
perhitungan Quality factor yang sudah ditetapkan, sehingga dengan demikian kelemahan yang ada dalam suatu
proses bisnis yang berjalan
dalam suatu aktivitas bisnis dapat teridentifikasi. Metode QEF ini digunakan untuk mencari quality factor dari
proses bisnis yang kemudian
akan dimodelkan dan dipetakan kedalam aktivitas yang sesuai agar dapat memenuhi target dari perusahaan (Rahmani, 2019). Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan
usulan atau solusi untuk memperbaiki
kualitas produk yang dihasilkan PT. SEI sehingga
target perusahaan dapat tercapai dengan baik.
1) Kualitas
Kualitas merupakan istilah yang sangat bergantung kepada situasi, karena itu kualitas memiliki
banyak standar dan sangat bergantung kepada situasi. Banyak pakar di bidang kualitas mencoba mendefinisikan kualitas berdasarkan pendapat mereka masing masing. Setiap perusahaan harus menyadari kebutuhan pelanggan agar dapat meningkatkan kualitas, melakukan perubahan dan dapat mengembangkan dengan menggunakan manajemen kualitas sebagai pendukung (Riadi & Haryadi, 2019).
2) Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas yakni suatu teknik yang dilakukan sejak sebelum proses produksi hingga saat proses produksi berakhir menghasilkan barang jadi dengan harapan
produk yang dihasilkan mencapai spesifikasi yang direncanakan dan mempertahankan kualiatas yang sudah tercapai tersebut.
Pengendalian kualitas sangat berhubungan
dengan pengendalian produksi dan tidak dapat dipisahkan dikarenakan kualitas merupakan bagian dari pengendalian produksi. Pengendalian produksi baik secara
kualitas ataupun secara kuantitas merupakan kegiatan yang sangat penting bagi perusahaan.
Hal ini dikarenakan kegiatan produksi yang dilaksanakan akan dikendalikan, agar barang atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan rencana yang sudah dibuat, dimana
penyimpangan penyimpangan
yang terjadi diusahakan seminimal mungkin (Gasperz, 2005).
3) Quality Evaluation Framework (QEF)
(QEF) merupakan kumpulan
aktivitas yang mendeskripsikan
beberapa bagian dari dunia fisik dan social disekitar untuk memperoleh pemahaman terkait dengan proses yang sedang berjalan saat ini. Tujuan
dari pendekatan QEF adalah pendekatan yang sistematis sehingga dapat digunakan secara berulang dan konsisten oleh pemodel (Rahmani, 2019).
Metode QEF
memiliki beberapa tahapan yakni:
1. Identifikasi konsep proses bisnis.
2. Penentuan quality
factor.
3. Pengukuran hasil kalkulasi dari quality factor yang sudah
ditetapkan.
4. Melakukan analisis pada temuan dari hasil perhitungan
quality factor.
Di dalam QEF terdapat
enam dimensi beserta faktor yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
melakukan evaluasi proses bisnis sebagai berikut.
1) Performance
Performance dapat diartikan
sebagai kinerja dari suatu proses bisnis yang meliputi aktivitas di dalamnya.
Performance memiliki empat faktor sebagai berikut:
a. �Throughput
Faktor ini berkaitan dengan
suatu jumlah pekerjaan, orang maupun produk yang dihasilkan dalam suatu aktivitas
dalam periode waktu tertentu.
b. Cycle time
Waktu siklus adalah waktu yang diperlukan suatu proses bisnis dari input hingga output.
c. �Timeliness
Pemanfaatan informasi dalam suatu pengembalian keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitas atas kemampuanya untuk mengambil keputusan dalam suatu proses bisnis.
d. Cost
Biaya
yang digunakan untuk menjalankan serangkaian aktivitas dalam suatu proses bisnis.
2) Efficiency
Efficiency merupakan
suatu ukuran tingkat penggunaan sumber daya dalam
suatu proses bisnis yang ditandai dengan semakin sedikitnya penggunaan sumber daya semakin efisien
proses yang dilakukan. Dalam
efisiensi terdapat tiga faktor sebagai
berikut:
a. �Resource
b. Time
c. �Cost
3) Reliability
Reliability merupakan kesesuaian sesuatu dengan keadaan yang sebenarnya dan terbebas dari kesalahan atau bias. Dalam dimensi reliability terdapat dua faktor yang meliputi sebagai berikut:
a. �Reliableness
Reliableness merupakan kesesuaian
sesuatu yang ada dalam proses bisnis dengan fakta atau
bebas dari kesalahan.
b. Failure frequence
Failure frequence merupakan tingkat ketidaksesuaian sesuatu yang ada dalam proses bisnis dalam suatu
periode waktu.
4) Recoverability
Recoverability merupakan kegiatan dalam usaha untuk melakukan
sesuatu perbaikan yang ada dalam suatu
proses bisnis. Terdapat tiga faktor yang meliputi dimensi ini sebagai berikut:
a) Time to failure
Time to failure yakni
kemungkinan waktu terjadi kesalahan dalam suatu rangkaian
aktivitas dalam proses bisnis.
b) Time to recover
Time to recover merupakan
waktu perbaikan kesalahan yang terjadi di dalam suatu proses bisnis.
c) Maturity
Maturity didefinisikan sebagai
tahap pematangan dalam proses perbaikan dari suatu masalah
dalam proses bisnis.
5) Permissability
Permissability merupakan dimensi yang berkaitan
dengan kewenangan pihak yang terlibat dalam suatu proses bisnis. Dalam dimensi
ini terdapat faktor Authority yaitu wewenang yang dimiliki pihak-pihak yang berada dalam aktivitas pada suatu proses bisnis.
6) Availability
Availability adalah dimensi ketersediaan
sumber daya yang berkaitan dengan suatu proses bisnis. Terdapat tiga faktor
yang meliputi dimensi ini sebagai berikut:
a. �Time to
shortage
Time to shortage merupakan waktu untuk pemulihan kekurangan suatu sumber daya
dalam keperluan berjalanya suatu proses bisnis.
b. Time to access
Time to access yakni ketersediaan waktu dalam pengaksesan suatu informasi ataupun sumber daya yang ada dalam
suatu proses bisnis.
c. �Availableness
Availableness merupakan ketersediaan sumber daya yang berkaitan dengan proses bisnis.
4) Analisis Value Shop
Analisis Value shop merupakan bentuk pengembangan dari analisis rantai
nilai (value chain analysis) yang pertama
kali diusulkan oleh Michael porter pada tahun 1985. Analisis value shop digunakan untuk mendeskripsikan cara melihat bisnis sebagai rantai aktifitas yang menciptakan nilai dengan mengerahkan
sumber daya untuk menciptakan solusi terhadap permasalahan pelanggan, atau peluang pasar (Mayadewi, 2011).
Di dalam value shop terdapat
aktivitas utama (primary
activities) dan aktivitas pendukung
(secondary activities) yang dapat digambarkan
sebagai berikut:
5) Brain Storming
Metode Brain
Stroming atau curahan pendapat merupakan teknik yang dikembangkan oleh Osborn. Osborn mengemukakan
bahwa kelompok dapat menggandakan hasil kreatifnya dengan Brain stromming. Brain Stromming bekerja dengan cara fokus
pada masalah, lalu selanjutnya dengan bebas bermunculan sebanyak mungkin solusi dan mengembangkanya sejauh mungkin (Lusiani, L.P., Putra, DB.S., &
Manuaba, 2016).
Brain stromming adalah
teknik yang digunakan dalam diskusi kelompok
untuk menghasilkan gagasan, pikiran atau ide yang baru, dan berani dengan harapan
bahwa gagasan atau ide tersebut dapat menghasilkan gagasan yang kreatif guna untuk mencari
solusi masalah dengan tepat.
6) Perawatan Mesin
Pemeliharaan (Maintenance) adalah suatu
kegiatan untuk menjamin bahwa aset fisik dapat
secara kontiniu memenuhi fungsi yang diharapkan. Maintenance hanya
dapat memberikan kemampuan bawaan dari setiap komponen
yang dirawatnya, bukan untuk meningkatkan kemampuanya. Perawatan memiliki fungsi antara lain untuk memonitor dan memelihara fasilitas pabrik, peralatan, dan fasilitas kerja dengan merancang,
mengatur, menangani dan memeriksa pekerjaan untuk menjamin fungsi dari unit selama waktu operasi
dan meminimalisir selang waktu berhenti (Downtime)
yang diakibatkan oleh adanya
kerusakan maupun perbaikan (Corder, 1992).
Overal Equipment Effectiveness (OEE) adalah total pengukuran terhadap performance yang berhubungan
dengan Availability dari
proses produktivitas dan kualitas.
OEE memiliki fungsi sebagai alat ukur
performa dari suatu sistem Maintenance, dengan menggunakan metode ini maka
dapat diketahui ketersediaan mesin/peralatan, efisiensi produksi, dan kualitas Output mesin/ peralatan (S, 1998).
OEE = Availability x Performance x Quality
7) Kinerja Karyawan
Penilaian kinerja atau Performance
appraisal adalah proses dengan
mana kinerja individual diukur
dan dievaluasi. Penilaian kinerja menjawab, seberapa baik pekerja
berkinerja selama periode waktu tertentu.
Penilaian kinerja adalah suatu metode formal untuk mengukur seberapa baik pekerja
individual melakukan pekerjaan
dalam hubungan dengan tujuan yang diberikan. Maksud utama penilaian kinerja adalah mengkomunikasikan tujuan
personal, memotivasi kinerja
baik, memberi umpan balik konstruktif,
dan menetapkan tahapan untuk rencana pengembangan
efektif (Wibowo, 2016).
8) Why Why Analisys
Why why analisys atau bisa disebut five why analisys merupakan salah satu alat bantu untuk mencari akar
permasalahan dan alat untuk menyelesaikan permasalahan. Metode ini memiliki tujuan
untuk mengidentifikasi permasalahan atau kejanggalan dalam suatu proses yang berlangsung. Why
why analisys bisa dikombinasikan dengan diagram fishbone dengan memakai teknik pertanyaan Why yang dilakukan berulang ulang kali hingga menemukan akar permasalahanya dan mencari solusi untuk memperbaikinya (Shiftindonesia, 2012).
9) 5W+1H
Metode
5W1H adalah sebuah metode analisa yang digunakan guna mengurangi tiap akar penyebab permasalahan
yang terjadi (Wibowo, 2016). What atau apa
tujuan utama peningkatan kualitas, Why atau mengapa diperlukan rencana tindakan, Where atau dimana rencana
tersebut akan dilaksanakan, Who atau siapa yang akan membuat rencana kegiatan, When atau kapan tindakan tersebut harus dilakukan, How atau bagaimana merencanakan tindakan tersebut.
Tabel 1
Metode 5W1H
Jenis |
Pertanyaan |
Deskripsi |
Tindakan |
Target Utama |
What (Apa) |
Apa
tujuan utama perbaikan atau peningkatan kualitas? |
Menetapkan
tujuan berdasarkan kebutuhan konsumen |
Alasan |
Why (Mengapa) |
Mengapa
rencana perbaikan itu dibutuhkan? |
|
Tempat |
Where (Dimana) |
Dimana
rencana perbaikan akan dilaksanakan? |
Merubah
rangkaian atau menggabungkan kegiatan yang dapat dilaksanakan bersama |
Waktu |
When (Kapan) |
Kapan rencana
perbaikan akan dilaksanakan? |
|
Orang |
Who (Siapa) |
Siapa yang akan berpartisipasi dalam kegiatan rencana perbaikan? |
Merubah rangkaian atau
menggabungkan kegiatan yang dapat dilakukan bersama |
Metode |
How (Bagaimana) |
Bagaimana
cara melaksanakan kegiatan rencana perbaikan? |
Menyederhanakan
kegiatan rencana perbaikan yang ada |
Metode Penelitian
Pengolahan data dilakukan
menggunakan metode Quality
Evaluation Framework (QEF) yang berfungsi untuk mengidentifikasi proses bisnis, menentukan quality
factor, dan mengevaluasi quality factor
pada proses produksi minuman
chingku. Metode lainnya adalah why why analisys dan 5W1H yang berfungsi untuk mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi dan untuk menyusun usulan perbaikan terkait masalah kualitas produksi PT. SEI.
Pada penelitian ini,
data yang digunakan adalah
data sekunder berupa data jumlah produksi, jenis cacat produk,
data ketersediaan, performa
dan kualitas hasil produksi mesin, dan data kinerja karyawan.
Hasil dan Pembahasan
1.
Jenis Cacat Dominan
Terjadinya jenis Cacat atau cacat produk
dominan dapat diidentifikasi menggunakan Pareto
diagram didapat dari data
yang dikumpulkan. Data produk
pada bulan Januari-Juli
2021 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2
Data
Cacat Produk
No |
Jenis Cacat (Produk) |
Jumlah (PCS) |
% |
%Kumulatif |
1 |
Seaming
Abnormal |
36566 |
52.83 % |
52.83% |
2 |
Kaleng Rusak |
27333 |
43.44 % |
93.32% |
3 |
Ring
Tab Tidak Ada |
5310 |
3.73 % |
100% |
Total |
69209 |
100 |
|
Berdasarkan diagram pareto di atas, terlihat
bahwa jenis cacat produk terbesar
atau yang sangat dominan untuk produk chingku
adalah cacat produk Seaming
abnormal dengan presentasi
terbesar sebesar 52,83 %.
2.
Identifikasi Proses Bisnis dengan Value Shop
Definisi fungsi bisnis yang digunakan untuk mencari penyebab cacat produk Seaming abnormal produk chingku di PT.SEI yang dituangkan dalam bentuk Valueshop dapat dituliskan sebagai berikut.
1) Problem finding and acquistion
2) Problem Solving
3) Choice
Untuk melakukan proses perbaikan mesin operator produksi dapat melakukan perbaikan kepada mesin yang digunakan, apabila masalah pada mesin terlalu kompleks
dan operator produksi tidak
menyaggupi untuk melakukan perbaikan maka operator produksi dapat meminta tim
teknisi untuk memperbaiki mesin tersebut, dan apabila tim teknisi internal tidak bisa memperbaiki
mesin tersebut maka pihak perusahaan
akan menghubungi teknisi eksternal untuk melakukan perbaikan mesin nya.
4) Execution
Mencari sumber masalah pada mesin yang digunakan yang menyebabkan cacat produk Seaming abnormal, Jika mesin
dapat diperbaiki tanpa adanya pergantian
sparepart atau komponen mesin cukup dilakukan perbaikan saja, jika tidak dapat
diperbaiki dapat mengganti sparepart atau komponen yang rusak.
5) Control/Evaluation
Setelah dilakukan perbaikan pada mesin akan dilakukan
pengamatan pada proses pengemasan
apakah Seaming yang dihasilkan
sudah normal atau tidak. Jika sudah normal produksi dapat dilanjutkan kembali.
3.
Evaluasi Proses Bisnis
1. Quality Factor
Quality factor didapatkan
berdasarkan hasil observasi di lapangan secara langsung maupun hasil tanya
jawab langsung kepada pihak-pihak yang terlibat dalam proses produksi. Berikut quality
factor yang teridentifikasi.
Tabel 3
Quality Factors
Kode |
Quality
Factors |
Q1 |
Kemampuan
mesin yang terkadang downtime membuat produk menumpuk (Reliableness) |
Q2 |
Proses
pengemasan lebih lambat dibandingkan output yang dihasilkan oleh mesin filling (Reliableness) |
Kode |
Quality Factors |
Q3 |
Kerusakan
pada mesin (Time to Failure) |
Q4 |
Kegagalan
aktivitas yang terjadi saat proses berjalan (Time to Failure) |
Q5 |
Keterlambatan
dalam perbaikan mesin (Time to Recover) |
Q6 |
Ketepatan
waktu untuk melakukan setting pada mesin (Time to Access) |
2. Perhitungan OEE
Perhitungan OEE digunakan dalam penelitian ini untuk dapat mengetahui
nilai dari Q1 dan Q2 yang berhubungan dengan keefektivitasan mesin yang digunakan dalam proses produksi chingku.
Tabel 4
Perhitungan OEE
Bulan |
Avail |
Perform |
Qty |
OEE |
Juni |
78.38 % |
96.31% |
99.99% |
75.41% |
Juli |
67.21 % |
98.18 % |
99.99 % |
65.92% |
Agustus |
67.95 % |
98.11% |
99.98 % |
66.54 % |
September |
60.10% |
92.63% |
99.98% |
55.71% |
Oktober |
64.55% |
94.88% |
99.97% |
61.98% |
November |
75.40% |
96.97% |
99.98% |
72.99% |
Rata rata |
68.93 % |
96.18% |
99.98 % |
66.42% |
Berdasarkan perhitungan OEE di atas,
diketahui bahwa rata-rata nilai OEE pada bulan juni hingga november
sebesar 66.42% masih belum mencapai standar OEE yang ditetapkan PT.
SEI yakni sebesar 85%.
3. Perhitungan Downtime Mesin Seaming
Perhitungan Downtime mesin seaming digunakan
untuk mengetahui nilai waktu antar
kerusakan mesin yang berubungan dengan Q2, Q3 dan Q4.
a) Kerusakan minor
Tabel 5
Waktu
Antar Kerusakan Minor
No |
Jenis Kerusakan |
Waktu antar kerusakan |
|
1 |
Seamer
can block |
164
Menit |
|
2 |
Seamer
can block |
190
Menit |
|
3 |
Conveyor
outlet seamer |
198
Menit |
|
4 |
Seamer
can block |
412
Menit |
|
5 |
Conveyor
Outlet seamer |
437
Menit |
|
6 |
Seamer
can block |
103
Menit |
|
7 |
Seamer
can block |
125
Menit |
|
8 |
Seamer
can block |
60
Menit |
|
9 |
Seamer
can block |
531
Menit |
|
10 |
Setting
parameter seamer |
504
Menit |
|
11 |
Setting
parameter seamer |
369
Menit |
|
12 |
Seamer
can block |
358
Menit |
|
13 |
Seamer
can block |
199
Menit |
|
14 |
Seamer
Produk stratch |
336
Menit |
|
15 |
Setting
parameter seamer |
381
Menit |
|
16 |
Seamer
produk stratch |
2756
Menit |
|
17 |
Seamer
can block |
276
Menit |
|
18 |
Seamer
can block |
206
Menit |
|
19 |
Seamer
can block |
333
Menit |
|
20 |
Seamer
can block |
267
Menit |
|
21 |
Seamer
can block |
419
Menit |
|
22 |
Seamer
can block |
343
Menit |
|
23 |
Seamer
can block |
376
Menit |
|
24 |
Seamer
can block |
156
Menit |
|
25 |
Seamer
can block |
172
Menit |
|
26 |
Seamer
can block |
31
Menit |
|
27 |
Seamer
can block |
361
Menit |
|
28 |
Seamer
Can block |
374
Menit |
|
29 |
Seamer
Can block |
420
Menit |
|
30 |
Seamer
Can block |
380
Menit |
|
31 |
Seamer
Can block |
220
Menit |
|
32 |
Seamer
Can block |
170
Menit |
|
33 |
Setting
parameter seamer |
237
Menit |
|
34 |
Seamer
Can block |
242
Menit |
|
35 |
Seamer
Can block |
297
Menit |
|
36 |
Conveyor
outlet seamer |
224
Menit |
|
37 |
Conveyor
outlet seamer |
332
Menit |
|
38 |
Seamer
Can block |
295
Menit |
|
39 |
Seamer
Can block |
123
Menit |
|
40 |
Seamer
Can block |
339
Menit |
|
41 |
Seamer
Can block |
198 Menit |
|
42 |
Seamer
Can block |
482
Menit |
|
43 |
Setting
parameter seamer |
402
Menit |
|
44 |
Seamer
Can block |
365
Menit |
|
45 |
Setting
parameter seamer |
241
Menit |
|
46 |
Conveyor
outlet seamer |
417
Menit |
|
47 |
Seamer
Can block |
182
Menit |
|
48 |
Seamer
Can block |
361
Menit |
|
49 |
Seamer
Can block |
192
Menit |
|
50 |
Seamer
Can block |
190
Menit |
|
51 |
Seamer
Can block |
230
Menit |
|
52 |
Seamer
Can block |
288
Menit |
|
53 |
Seamer
Can block |
1759
Menit |
|
54 |
Seamer
Can block |
281
Menit |
|
55 |
Setting parameter seamer |
300 Menit |
|
56 |
Seamer Can block |
1103 Menit |
|
57 |
Seamer Can block |
357 Menit |
|
58 |
Conveyor outlet seamer |
223 Menit |
|
59 |
Setting Parameter Seamer |
439 Menit |
|
60 |
Seamer Can block |
350 Menit |
|
61 |
Seamer Can block |
198 Menit |
|
62 |
Seamer Can block |
222 Menit |
|
63 |
Seamer Can block |
188 Menit |
|
64 |
Seamer Can block |
280 Menit |
|
65 |
Seamer Can block |
287 Menit |
|
66 |
Conveyor outlet seamer |
332 Menit |
|
67 |
Setting Parameter Seamer |
418 Menit |
|
Tabel 6
MTTF
Kerusakan Minor
Distribution |
Mean |
Error |
Lower |
Upper |
Weibull |
336.026 |
32.5464 |
307.485 |
457.712 |
Lognormal |
347.580 |
26.6433 |
299.033 |
403.927 |
Exponential |
360.408 |
41.3416 |
287.842 |
451.267 |
Normal |
360.408 |
41.8699 |
278.344 |
442.471 |
Hasil pengujian distribusi
interval kerusakan mesin
Seaming dengan Table of MTTF yang sesuai
dengan pola distribusi mesin yaitu pola distribusi
Lognormal dengan nilai MTTF
sebesar 347,580 Menit atau 5,739 jam. Hal ini menunjukan bahwa nilai MTTF untuk mesin seaming jenis kerusakan minor tidak sesuai dengan standar
perusahaan yaitu sebesar 8 Jam.
b) Kerusakan major
Tabel 7
Waktu
Antar Kerusakan Major
No |
Jenis Kerusakan |
Waktu antar kerusakan |
1 |
Seamer Cleaning Seamer |
321 Menit |
2 |
Seamer Cleaning Seamer |
5320 Menit |
3 |
Seamer Lubicant
jammed |
293 Menit |
4 |
Seamer Cleaning Seamer |
363 Menit |
5 |
Seamer Cleaning Seamer |
840 Menit |
6 |
Seamer Cleaning Seamer |
123 Menit |
7 |
Seamer Cleaning Seamer |
116 Menit |
8 |
Seamer Cleaning Seamer |
3590 Menit |
9 |
Seamer Cleaning Seamer |
133 Menit |
10 |
Seamer Cleaning Seamer |
712 Menit |
11 |
Seamer Cleaning Seamer |
784 Menit |
12 |
Seamer Can Block |
254 Menit |
13 |
Seamer Cleaning Seamer |
313 Menit |
14 |
Seamer Cleaning Seamer |
1578 Menit |
15 |
Seamer Cleaning Seamer |
3496 Menit |
16 |
Seamer Cleaning Seamer |
1831 Menit |
17 |
Seamer Cleaning Seamer |
1499 Menit |
18 |
Seamer Cleaning Seamer |
328 Menit |
19 |
Seamer Cleaning Seamer |
1003 Menit |
20 |
Seamer Cleaning Seamer |
441 Menit |
21 |
Seamer Cleaning Seamer |
1076 Menit |
22 |
Seamer Cleaning Seamer |
1672 Menit |
23 |
Seamer Cleaning Seamer |
2294 Menit |
24 |
Seamer Cleaning Seamer |
1737 Menit |
25 |
Seamer Cleaning Seamer |
375 Menit |
26 |
Seamer Cleaning Seamer |
156 Menit |
27 |
Seamer Cleaning Seamer |
178 Menit |
28 |
Seamer Cleaning Seamer |
1582 Menit |
29 |
Seamer Cleaning Seamer |
286 Menit |
30 |
Seamer Setting sensor lid |
1985 Menit |
Tabel 8
MTTF Kerusakan Major
Distribution |
Mean |
Error |
Lower |
Upper |
Weibull |
1155.93 |
211.300 |
807.859 |
1653.97 |
Lognormal |
1209.02 |
301.110 |
742.063 |
1969.83 |
Exponential |
1155.97 |
211.050 |
808.235 |
1653.30 |
Normal |
1155.97 |
221.192 |
722.438 |
1589.50 |
Hasil pengujian distribusi
interval kerusakan mesin
Seaming dengan Table of MTTF yang sesuai
dengan pola distribusi mesin yaitu pola distribusi
Lognormal dengan nilai MTTF
sebesar 1209 Menit atau 20.15 jam. Hal ini menunjukan bahwa nilai MTTF untuk mesin seaming jenis kerusakan major tidak sesuai dengan standar
perusahaan yaitu sebesar 48 jam.
4. Perhitungan Kinerja Karyawan
Perhitungan Kinerja Karyawan digunakan
dalam penelitian ini untuk dapat
mengetahui nilai dari Q6 yang berhubungan dengan kinerja karyawan operator mesin Seaming dalam proses produksi minuman kemasan chingku.
Tabel 9
Kinerja
Karyawan
Bulan |
Operator |
Penilaian |
Kategori |
Skala Nilai |
1 |
Mesin
Seaming |
2.764 |
Kinerja
dibawah Standar |
C |
2 |
Mesin
Seaming |
2.714 |
Kinerja
dibawah Standar |
C |
3 |
Mesin
Seaming |
2.781 |
Kinerja
dibawah Standar |
C |
4 |
Mesin
Seaming |
2.433 |
Kinerja
Rendah |
D |
5 |
Mesin
Seaming |
2.633 |
Kinerja
dibawah Standar |
C |
6 |
Mesin
Seaming |
2.603 |
Kinerja
dibawah Standar |
C |
Berdasarkan tabel
di atas didapat rata-rata penilaian karyawan selama periode Juni hingga November 2021 sebesar 2.654 nilai ini belum sesuai
dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu sebesar 2.800.
5. Hasil Perhitungan Quality Factor
Tabel 10
Hasil
perhitungan Quality Factor
Kode Quality
Factor |
Target Perusahaan |
Kondisi nyata |
Q1 |
85 % |
66,42 % |
Q2 |
85 % |
66,42 % |
Q3 |
8 Jam |
5,739 Jam |
Kode Quality Factor |
Target
Perusahaan |
Kondisi nyata |
Q 4 |
48 Jam |
20,15 Jam |
Q5 |
8 Menit |
10 Menit |
Q6 |
2800 |
2654 |
Dari hasil perhitungan
menggunakan Quality Evaluation Framework (QEF) peneliti menemukan ketidaksesuaian antara target dan
kenyataan pada Quality Factor Q3, Q4, dan Q6.
6. Why Why Analisys
Pembuatan tabel Why why analysis dimulai dari menentukan
ketidaksesuaian faktor, penyebab ketidaksesuaian dengan cara memberi
pertanyaan beruntun kepada pihak yang bersangkutan, untuk pertanyaan dari setiap ketidaksesuaian faktor dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 11
Why Why Analisys
Why1 |
Why2 |
Why3 |
Why4 |
|
Q1 |
Part mesin rusak |
tidak diganti saat batas Lifetime |
tidak ada yang tahu batas Life time |
tidak
ada pencatatan |
Q2 |
nilai efektifitas mesin filling sangat kecil |
mesin sering
rusak |
Mesin bekerja tanpa henti |
|
Q3 |
kurang perawatan pada mesin |
Tidak melakukan maintenance sesuai jadwal |
sparepart
yang
dibutuhkan tidak ada |
Sparepart yang dibutuhkan masih dalam tahap pengiriman |
Q4 |
terjadi kerusakan pada mesin |
kurang perawatan pada mesin |
jadwal Maintenance
yang sudah dibuat tidak dilakukan |
Sparepart yang dibutuhkan tidak ada |
Q5 |
tidak ada Sparepart
yang dibutuhkan |
Sparepart dalam pengiriman |
Pengiriman terlambat |
Sparepart impor |
Q6 |
operator lalai saat setting mesin |
petunjuk
setting tidak ada |
� |
|
7. 5W1H
Berdasarkan pengolahan data dan analisis
dengan metode QEF dapat dilakukan analisis lanjutan dengan metode 5W1H untuk menganalisis Cacat produk Seaming
abnormal yang terjadi pada proses pembuatan
minuman chingku di PT.SEI. Beikut merupakan analisis dengan menggunakan metode 5W1H untuk mencari detail permasalahan yang terjadi.
Tabel 12
Analisis 5W1H
No |
What |
Why |
Where |
When |
Who |
How |
1 |
Pencatatan pergantian sparepart mesin seaming |
Untuk mengurangi Cacat produk
dari mesin Seaming |
Pada mesin Seaming |
Saat melakukan penggantian Sparepart |
Tim Maintenance |
Membuatkan form penggantian sparepart
kepada tim maintenance |
2 |
Evaluasi Sistem kerja 3 shift dan jam istirahat |
Untuk mengurangi Downtime
yang terjadi saat beroperasi |
Pada PT.SEI |
Tergantung kebijakan perusahaan |
Management |
Menganalisis efektifitas kebijakan istirahat |
3 |
Mencari Sparepart yang
berkualitas |
Agar tidak menimbulkan kerusakan yang sama pada mesin Seaming |
Pada mesin Seaming |
Pada saat proses perbaikan mesin |
Tim Maintenance |
Menganalisis material terlebih dahulu untuk dapat menentukan kualitas
material. |
4 |
Pengiriman Sparepart yang digunakan
untuk mesin Seaming |
Agar proses perbaikan mesin berjalan sesuai dengan jadwal |
Pada mesin Seaming |
Sesegera mungkin |
Manajemen PT.SEI |
Dengan menambah stock sparepart |
5 |
Sparepart yang digunakan untuk mesin Seaming |
Agar proses perbaikan mesin berjalan sesuiai jadwal |
Pada mesin Seaming |
Sesegara mungkin |
Manajemen PT.SEI |
Dengan mencari supplier Sparepart
dari dalam negeri |
6 |
Menempelkan SOP Setting pada mesin Seaming |
Agar setting mesin berjalan sesuai dengan jadwal |
Pada mesin Seaming |
Sesegera mungkin |
Manajemen PT.SEI |
Dengan memberikan pelatihan dan menempelkan SOP setting pada mesin Seaming |
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian
dan pengolahan data yang sudah
dilakukan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1) Hasil identifikasi menggunakan Value Shop
diketahui proses bisnis produksi chingku, Cacat produk diketahui
setelah dilakukan pemerikasaan kualitas pada proses
Hot Filling oleh tim Quality Control.Setelah
diketahui cacat produk tim Quality Control akan melaporkan kepada tim produksi
dan tim produksi akan memeriksa mesin apakah terjadi
kerusakan atau tidak, Jika operator produksi dapat memperbaiki mesin tersebut maka tim produksi
akan melanjutkan kembali proses produksi namun jika tim
produksi tidak dapat mengatasi permasalahan tersebut maka tim produksi
akan memanggil tim Maintenance untuk melakukan proses perbaikan. Dan tim Maintenance akan mencari sumber masalah pada mesin. 2) Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data menggunakan Quality Evaluation Framework (QEF) terdapat empat faktor yang menyebabkan cacat produk jenis
Seaming abnormal yaitu faktor
Reliableness, Time to failure, Time to recover dan
Time to access, dimana faktor
Reliableness memiliki dua permasalahan yaitu kemampuan mesin yang terkadang Downtime membuat produk menumpuk dan� Kecepatan proses pengemasan lebih lambat dari
output yang dihasilkan oleh mesin
Filling, lalu faktor Time
to failure� yang memiliki
dua kesalahan yaitu kerusakan pada mesin dan kegagalan aktivitas yang terjadi saat proses berjalan, faktor Time to recover memiliki satu permasalahan yaitu keterlambatan dalam perbaikan mesin dan untuk faktor Time to access memiliki satu permasalahan yaitu ketepatan waktu dalam melakukan
setting pada mesin. 3) Adapun usulan
perbaikan yang dapat diberikan setelah dilakukan analisis menggunakan analisis 5W1H untuk akar penyebab
permasalahan yang terjadi
pada produk Chingku pada cacat produk Seaming abnormal dengan tindakan perbaikan berupa membuatkan form penggantian Sparepart kepada tim maintenance, lalu mengevaluasi sistim kerja yang sudah dibuat, menganalisis Sparepart yang digunakan agar dapat menentukan kualitas material, menambah stock
sparepart, mencari supplier
yang dapat memenuhi pemesanan Sparepart tepat waktu dan memberikan pelatihan kepada operator� merekrut operator baru dan memberikan pengarahan mengenai proses produksi serta melakukan training, membuat SOP sebagai acuan bekerja operator.
Corder, Antony. (1992). Teknik Manajemen
Pemeliharaan. Jakarta: Erlangga.
Gasperz, Vincent. (2005). Total Quality
Manajemen. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Lusiani, L.P., Putra, DB.S., & Manuaba,
IB. .. (2016). Penerapan Problem Based Learning dengan Brainstromming untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. E-Journal Universitas Pendidikan
Ganesha.
Mayadewi, P. (2011). Analisis Valueshop
Sebagai Permodelan Bisnis Dalam Perencanaan Arsitektur Enterpise (EAP).
Prociding Konfersi Nasional ICT - M Politeknik Telkom (KNIP).
Rahmani, Rusjda Widya. (2019). Evaluasi
Proses Bisnis Pada PT Merdeka Grafika Indonesia Menggunakan Failure Mode And
Effect Analysis Dan Quality Evaluation framework. Universitas Brawijaya.
Riadi, Slamet, & Haryadi, Haryadi.
(2019). Pengendalian Jumlah Cacat Produk Pada Proses Cutting Dengan Metode
Quality Control Circle (Qcc) Pada Pt. Toyota Boshoku Indonesia (Tbina). Journal
Industrial Manufacturing, 4(1), 27�36.
S, Nakajima. (1998). Introsuction to
Total Productive Maintenance (TPM), Cambridge: Productivity Press Inc.
Shiftindonesia. (2012). Why-why-analysis
menemukan akar dari suatu masalah. Retrieved from Shiftindonesia website:
http://shiftindonesia.com/why-why-analysis-solusi-cerdas-menemukan-akar-dari-suatu-masalah/
Wibowo. (2016). Manajemen Kinerja. PT.
Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Copyright holder: Zannuardhi Ramadhani, Laela Chairani (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |