Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849

e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 5, Mei 2022

 

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK MINUMAN CHINGKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY EVALUATION FRAMEWORK DI PT. SEI

 

Zannuardhi Ramadhani, Laela Chairani

Universitas Pancasila, Indonesia

Email: z[email protected], [email protected]

 

Abstrak

Setiap perusahaan bersaing satu sama lain untuk memenangkan persaingan pangsa pasar, salah satunya dalam meningkatkan kualitas produknya. Kualitas merupakan salah satu kriteria yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih suatu produk. PT. SEI merupakan perusahaan yang bergerak di bidang minuman kemasan, yang memproduksi minuman kemasan chingku yang dikemas dalam kemasan kaleng. Menurut data di PT.SEI pada bulan Januari 2021 � Juni 2021 Jumlah cacat produk chingku mencapai 4,5 % dari produk yang diproduksi sehingga melebihi ambang batas yang ditetapkan perusahaan. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan analisis untuk mengidentifikasi proses bisnis yang terjadi di PT.SEI menggunakan Analisis Value Shop , mengevaluasi kualitas produk dengan Quality Evaluation Framework (QEF) dan mengusulkan perbaikan kualitas serta tindakan pencegahan pada proses produksi produk Chingku menggunakan analisis 5W1H. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan untuk cacat produk yang terjadi pada produk chingku terdapat empat faktor yang dapat menyebabkan cacat pada produk yaitu faktor Reliableness, Time to Failure, Time to recover, dan Time to access yang dari masing masing faktor tersebut memiliki permasalahannya masing masing dimana faktor Reliableness memiliki dua permasalahan yaitu kemampuan mesin yang terkadanag downtime dan kecepatan proses pengemasaan yang lambat, lalu untuk faktor Time to failure memiliki dua permasalahan yaitu kerusakan pada mesin dan kegagalan aktivitas yang terjadi saat proses berjalan, selanjutnya untuk faktor Time to recover memiliki satu permasalahan yaitu keterlambatan pada saat perbaikan mesin dan untuk faktor Time to Access memiliki satu permasalahan yaitu ketepatan waktu untuk melakukan setting pada mesin. Usulan perbaikan yang dapat diberikan untuk akar penyebab permasalahan adalah menganalisis Sparepart yang digunakan, memberikan form pergantian Sparepart kepada tim Maintenance lalu meng evaluasi sistim kerja yang sudah dibuat, dan memberikan pelatihan terhadap operator lalu memberikan pengarahan mengenai proses produksi serta melakukan, Training, membuat SOP sebagai acuan bekerja operator.

 

Kata Kunci: pengendalian kualitas; analisis value shop; qef; 5w1h

 

Abstract

Each company competed with others to win market share competition, one of wich was to improve the quality of the products. Quality is one of the criteria that the consumer considers in the selection of a product. PT. SEI is a company engaged in the field of bottled beverages, which produces chingku packaged beverages packaged in canned packaging. According to data from PT. SEI in January 2021 � June 2021. The number of chingku product defects reached 4.5% of the products produced thus exceeding the company's set threshold. In this study, researchers conducted an analysis to identify business processesthat occurred at PT. SEI uses Value Shop Analysis, evaluates product quality with the Quality Evaluation Framework (QEF) and proposes quality improvements and precautions on the Chingku product production process using 5W1H analysis. Based on the results of the analysis conducted for product defects that occur in chingku products there are four factors that can cause defects in the product, namely reliableness, time to failure, time to recover, and time to access factors, which from each of these factors have their own problems where reliableness factors have two problems, namely the ability of the engine that has downtime and slow speed of the process of delay, Then for the Time to failure factor has two problems, namely damage to the engine and activity failure that occurs during the process of running, then for the Time to recover factor has one problem, namely delays in engine repair and for time to access factor has one problem, namely timeliness to set the machine. Proposed improvements that can be given to the root cause of the problem are analyzing the spare parts used, providing spare parts replacement forms to the maintenance team and evaluating the work system that has been made, and providing training to operators and then providing guidance on the production process and conducting, training, making SOPs as a reference for the operator's work.

 

Keywords: quality control; value shop analysis; qef; 5w1h

 

Pendahuluan

Kualitas pada kemasan produk merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi perkembangan serta kemajuan dari suatu perusahaan. Perusahaan yang beroperasi tanpa memperhatikan kualitas kemasan produk, sama saja dengan menghilangkan harapan dan masa depan perusahaan tersebut. Produk yang dihasilkan harus selalu diperiksa agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, sehingga kerusakan yang mungkin terjadi pada produk tersebut dapat dikurangi dan dihilangkan. Oleh karena itu setiap perusahaan harus menerapkan sistem pengendalian kualitas yang baik dan tepat terhadap setiap produk yang dihasilkan.

Permasalahan terkait kualitas kerap kali terjadi pada PT. SEI yang merupakan perusahaan bidang manufaktur minuman dalam kemasan kaleng. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan, diketahui persentase cacat produk yang dihasilkan PT. SEI selama bulan Januari hingga bulan Juni tahun 2021 seperti pada grafik di bawah ini:

 

Persentse cacat produk cingku pada bulan tersebut memiliki nilai diatas target perusahaan yaitu 1%. Pada bulan Januari dan Februari 2021 jumlah cacat�� mencapai 4,5 % dari produk yang diproduksi sehingga nilai ini melebihi ambang batas target cacat yang telah ditetapkan perusahaan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan menggunakan metode quality evaluation framework (QEF) yang merupakan kerangka kerja yang digunakan untuk mengukur kualitas dari sebuah proses bisnis dengan metode QEF dapat diketahui analisis terkait proses bisnis yang sedang berjalan dalam suatu kegiatan bisnis hasil dari perhitungan Quality factor yang sudah ditetapkan, sehingga dengan demikian kelemahan yang ada dalam suatu proses bisnis yang berjalan dalam suatu aktivitas bisnis dapat teridentifikasi. Metode QEF ini digunakan untuk mencari quality factor dari proses bisnis yang kemudian akan dimodelkan dan dipetakan kedalam aktivitas yang sesuai agar dapat memenuhi target dari perusahaan (Rahmani, 2019). Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan usulan atau solusi untuk memperbaiki kualitas produk yang dihasilkan PT. SEI sehingga target perusahaan dapat tercapai dengan baik.

1)  Kualitas

Kualitas merupakan istilah yang sangat bergantung kepada situasi, karena itu kualitas memiliki banyak standar dan sangat bergantung kepada situasi. Banyak pakar di bidang kualitas mencoba mendefinisikan kualitas berdasarkan pendapat mereka masing masing. Setiap perusahaan harus menyadari kebutuhan pelanggan agar dapat meningkatkan kualitas, melakukan perubahan dan dapat mengembangkan dengan menggunakan manajemen kualitas sebagai pendukung (Riadi & Haryadi, 2019).

2)  Pengendalian Kualitas

Pengendalian kualitas yakni suatu teknik yang dilakukan sejak sebelum proses produksi hingga saat proses produksi berakhir menghasilkan barang jadi dengan harapan produk yang dihasilkan mencapai spesifikasi yang direncanakan dan mempertahankan kualiatas yang sudah tercapai tersebut.

Pengendalian kualitas sangat berhubungan dengan pengendalian produksi dan tidak dapat dipisahkan dikarenakan kualitas merupakan bagian dari pengendalian produksi. Pengendalian produksi baik secara kualitas ataupun secara kuantitas merupakan kegiatan yang sangat penting bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan kegiatan produksi yang dilaksanakan akan dikendalikan, agar barang atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan rencana yang sudah dibuat, dimana penyimpangan penyimpangan yang terjadi diusahakan seminimal mungkin (Gasperz, 2005).

3)  Quality Evaluation Framework (QEF)

(QEF) merupakan kumpulan aktivitas yang mendeskripsikan beberapa bagian dari dunia fisik dan social disekitar untuk memperoleh pemahaman terkait dengan proses yang sedang berjalan saat ini. Tujuan dari pendekatan QEF adalah pendekatan yang sistematis sehingga dapat digunakan secara berulang dan konsisten oleh pemodel (Rahmani, 2019).

Metode QEF memiliki beberapa tahapan yakni:

1.   Identifikasi konsep proses bisnis.

2.   Penentuan quality factor.

3.   Pengukuran hasil kalkulasi dari quality factor yang sudah ditetapkan.

4.   Melakukan analisis pada temuan dari hasil perhitungan quality factor.

Di dalam QEF terdapat enam dimensi beserta faktor yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan evaluasi proses bisnis sebagai berikut.

1)  Performance

Performance dapat diartikan sebagai kinerja dari suatu proses bisnis yang meliputi aktivitas di dalamnya. Performance memiliki empat faktor sebagai berikut:

a. Throughput

Faktor ini berkaitan dengan suatu jumlah pekerjaan, orang maupun produk yang dihasilkan dalam suatu aktivitas dalam periode waktu tertentu.

b.   Cycle time

Waktu siklus adalah waktu yang diperlukan suatu proses bisnis dari input hingga output.

c. Timeliness

Pemanfaatan informasi dalam suatu pengembalian keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitas atas kemampuanya untuk mengambil keputusan dalam suatu proses bisnis.

d.   Cost

Biaya yang digunakan untuk menjalankan serangkaian aktivitas dalam suatu proses bisnis.

2)  Efficiency

Efficiency merupakan suatu ukuran tingkat penggunaan sumber daya dalam suatu proses bisnis yang ditandai dengan semakin sedikitnya penggunaan sumber daya semakin efisien proses yang dilakukan. Dalam efisiensi terdapat tiga faktor sebagai berikut:

a. Resource

b.   Time

c. Cost

3)  Reliability

Reliability merupakan kesesuaian sesuatu dengan keadaan yang sebenarnya dan terbebas dari kesalahan atau bias. Dalam dimensi reliability terdapat dua faktor yang meliputi sebagai berikut:

a. Reliableness

Reliableness merupakan kesesuaian sesuatu yang ada dalam proses bisnis dengan fakta atau bebas dari kesalahan.

b.   Failure frequence

Failure frequence merupakan tingkat ketidaksesuaian sesuatu yang ada dalam proses bisnis dalam suatu periode waktu.

4)  Recoverability

Recoverability merupakan kegiatan dalam usaha untuk melakukan sesuatu perbaikan yang ada dalam suatu proses bisnis. Terdapat tiga faktor yang meliputi dimensi ini sebagai berikut:

a)   Time to failure

Time to failure yakni kemungkinan waktu terjadi kesalahan dalam suatu rangkaian aktivitas dalam proses bisnis.

b)  Time to recover

Time to recover merupakan waktu perbaikan kesalahan yang terjadi di dalam suatu proses bisnis.

c)   Maturity

Maturity didefinisikan sebagai tahap pematangan dalam proses perbaikan dari suatu masalah dalam proses bisnis.

5)  Permissability

Permissability merupakan dimensi yang berkaitan dengan kewenangan pihak yang terlibat dalam suatu proses bisnis. Dalam dimensi ini terdapat faktor Authority yaitu wewenang yang dimiliki pihak-pihak yang berada dalam aktivitas pada suatu proses bisnis.

6)  Availability

Availability adalah dimensi ketersediaan sumber daya yang berkaitan dengan suatu proses bisnis. Terdapat tiga faktor yang meliputi dimensi ini sebagai berikut:

a. Time to shortage

Time to shortage merupakan waktu untuk pemulihan kekurangan suatu sumber daya dalam keperluan berjalanya suatu proses bisnis.

b.   Time to access

Time to access yakni ketersediaan waktu dalam pengaksesan suatu informasi ataupun sumber daya yang ada dalam suatu proses bisnis.

c. Availableness

Availableness merupakan ketersediaan sumber daya yang berkaitan dengan proses bisnis.

 

4)  Analisis Value Shop

Analisis Value shop merupakan bentuk pengembangan dari analisis rantai nilai (value chain analysis) yang pertama kali diusulkan oleh Michael porter pada tahun 1985. Analisis value shop digunakan untuk mendeskripsikan cara melihat bisnis sebagai rantai aktifitas yang menciptakan nilai dengan mengerahkan sumber daya untuk menciptakan solusi terhadap permasalahan pelanggan, atau peluang pasar (Mayadewi, 2011).

Di dalam value shop terdapat aktivitas utama (primary activities) dan aktivitas pendukung (secondary activities) yang dapat digambarkan sebagai berikut:

 

 

5)  Brain Storming

Metode Brain Stroming atau curahan pendapat merupakan teknik yang dikembangkan oleh Osborn. Osborn mengemukakan bahwa kelompok dapat menggandakan hasil kreatifnya dengan Brain stromming. Brain Stromming bekerja dengan cara fokus pada masalah, lalu selanjutnya dengan bebas bermunculan sebanyak mungkin solusi dan mengembangkanya sejauh mungkin (Lusiani, L.P., Putra, DB.S., & Manuaba, 2016).

Brain stromming adalah teknik yang digunakan dalam diskusi kelompok untuk menghasilkan gagasan, pikiran atau ide yang baru, dan berani dengan harapan bahwa gagasan atau ide tersebut dapat menghasilkan gagasan yang kreatif guna untuk mencari solusi masalah dengan tepat.

6)  Perawatan Mesin

Pemeliharaan (Maintenance) adalah suatu kegiatan untuk menjamin bahwa aset fisik dapat secara kontiniu memenuhi fungsi yang diharapkan. Maintenance hanya dapat memberikan kemampuan bawaan dari setiap komponen yang dirawatnya, bukan untuk meningkatkan kemampuanya. Perawatan memiliki fungsi antara lain untuk memonitor dan memelihara fasilitas pabrik, peralatan, dan fasilitas kerja dengan merancang, mengatur, menangani dan memeriksa pekerjaan untuk menjamin fungsi dari unit selama waktu operasi dan meminimalisir selang waktu berhenti (Downtime) yang diakibatkan oleh adanya kerusakan maupun perbaikan (Corder, 1992).

Overal Equipment Effectiveness (OEE) adalah total pengukuran terhadap performance yang berhubungan dengan Availability dari proses produktivitas dan kualitas. OEE memiliki fungsi sebagai alat ukur performa dari suatu sistem Maintenance, dengan menggunakan metode ini maka dapat diketahui ketersediaan mesin/peralatan, efisiensi produksi, dan kualitas Output mesin/ peralatan (S, 1998).

OEE = Availability x Performance x Quality

7)  Kinerja Karyawan

Penilaian kinerja atau Performance appraisal adalah proses dengan mana kinerja individual diukur dan dievaluasi. Penilaian kinerja menjawab, seberapa baik pekerja berkinerja selama periode waktu tertentu.

Penilaian kinerja adalah suatu metode formal untuk mengukur seberapa baik pekerja individual melakukan pekerjaan dalam hubungan dengan tujuan yang diberikan. Maksud utama penilaian kinerja adalah mengkomunikasikan tujuan personal, memotivasi kinerja baik, memberi umpan balik konstruktif, dan menetapkan tahapan untuk rencana pengembangan efektif (Wibowo, 2016).

8)  Why Why Analisys

Why why analisys atau bisa disebut five why analisys merupakan salah satu alat bantu untuk mencari akar permasalahan dan alat untuk menyelesaikan permasalahan. Metode ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi permasalahan atau kejanggalan dalam suatu proses yang berlangsung. Why why analisys bisa dikombinasikan dengan diagram fishbone dengan memakai teknik pertanyaan Why yang dilakukan berulang ulang kali hingga menemukan akar permasalahanya dan mencari solusi untuk memperbaikinya (Shiftindonesia, 2012).

9)  5W+1H

Metode 5W1H adalah sebuah metode analisa yang digunakan guna mengurangi tiap akar penyebab permasalahan yang terjadi (Wibowo, 2016). What atau apa tujuan utama peningkatan kualitas, Why atau mengapa diperlukan rencana tindakan, Where atau dimana rencana tersebut akan dilaksanakan, Who atau siapa yang akan membuat rencana kegiatan, When atau kapan tindakan tersebut harus dilakukan, How atau bagaimana merencanakan tindakan tersebut.

 

Tabel 1

Metode 5W1H

Jenis

Pertanyaan

Deskripsi

Tindakan

Target Utama

What

(Apa)

Apa tujuan utama perbaikan atau peningkatan kualitas?

Menetapkan tujuan berdasarkan kebutuhan konsumen

Alasan

Why (Mengapa)

Mengapa rencana perbaikan itu dibutuhkan?

Tempat

Where (Dimana)

Dimana rencana perbaikan akan dilaksanakan?

Merubah rangkaian atau menggabungkan kegiatan yang dapat dilaksanakan bersama

Waktu

When (Kapan)

Kapan rencana perbaikan akan dilaksanakan?

Orang

Who

(Siapa)

Siapa yang akan berpartisipasi dalam kegiatan rencana perbaikan?

Merubah rangkaian atau menggabungkan kegiatan yang dapat dilakukan bersama

Metode

How (Bagaimana)

Bagaimana cara melaksanakan kegiatan rencana perbaikan?

Menyederhanakan kegiatan rencana perbaikan yang ada

 

Metode Penelitian

Pengolahan data dilakukan menggunakan metode Quality Evaluation Framework (QEF) yang berfungsi untuk mengidentifikasi proses bisnis, menentukan quality factor, dan mengevaluasi quality factor pada proses produksi minuman chingku. Metode lainnya adalah why why analisys dan 5W1H yang berfungsi untuk mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi dan untuk menyusun usulan perbaikan terkait masalah kualitas produksi PT. SEI.

Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder berupa data jumlah produksi, jenis cacat produk, data ketersediaan, performa dan kualitas hasil produksi mesin, dan data kinerja karyawan.

 

Hasil dan Pembahasan

1.   Jenis Cacat Dominan

Terjadinya jenis Cacat atau cacat produk dominan dapat diidentifikasi menggunakan Pareto diagram didapat dari data yang dikumpulkan. Data produk pada bulan Januari-Juli 2021 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

 

Tabel 2

Data Cacat Produk

No

Jenis Cacat (Produk)

Jumlah (PCS)

%

%Kumulatif

1

Seaming Abnormal

36566

52.83 %

52.83%

2

Kaleng Rusak

27333

43.44 %

93.32%

3

Ring Tab Tidak Ada

5310

3.73 %

100%

Total

69209

100

 

 

 

Berdasarkan diagram pareto di atas, terlihat bahwa jenis cacat produk terbesar atau yang sangat dominan untuk produk chingku adalah cacat produk Seaming abnormal dengan presentasi terbesar sebesar 52,83 %.

2.   Identifikasi Proses Bisnis dengan Value Shop

Definisi fungsi bisnis yang digunakan untuk mencari penyebab cacat produk Seaming abnormal produk chingku di PT.SEI yang dituangkan dalam bentuk Valueshop dapat dituliskan sebagai berikut.

1)  Problem finding and acquistion

 

 

 

2)  Problem Solving

 

3)  Choice

Untuk melakukan proses perbaikan mesin operator produksi dapat melakukan perbaikan kepada mesin yang digunakan, apabila masalah pada mesin terlalu kompleks dan operator produksi tidak menyaggupi untuk melakukan perbaikan maka operator produksi dapat meminta tim teknisi untuk memperbaiki mesin tersebut, dan apabila tim teknisi internal tidak bisa memperbaiki mesin tersebut maka pihak perusahaan akan menghubungi teknisi eksternal untuk melakukan perbaikan mesin nya.

4)  Execution

Mencari sumber masalah pada mesin yang digunakan yang menyebabkan cacat produk Seaming abnormal, Jika mesin dapat diperbaiki tanpa adanya pergantian sparepart atau komponen mesin cukup dilakukan perbaikan saja, jika tidak dapat diperbaiki dapat mengganti sparepart atau komponen yang rusak.

5)  Control/Evaluation

Setelah dilakukan perbaikan pada mesin akan dilakukan pengamatan pada proses pengemasan apakah Seaming yang dihasilkan sudah normal atau tidak. Jika sudah normal produksi dapat dilanjutkan kembali.

3.   Evaluasi Proses Bisnis

1.   Quality Factor

Quality factor didapatkan berdasarkan hasil observasi di lapangan secara langsung maupun hasil tanya jawab langsung kepada pihak-pihak yang terlibat dalam proses produksi. Berikut quality factor yang teridentifikasi.

 

Tabel 3

Quality Factors

Kode

Quality Factors

Q1

Kemampuan mesin yang terkadang downtime membuat produk menumpuk

(Reliableness)

Q2

Proses pengemasan lebih lambat dibandingkan output yang dihasilkan oleh mesin filling (Reliableness)

Kode

Quality Factors

Q3

Kerusakan pada mesin

(Time to Failure)

Q4

Kegagalan aktivitas yang terjadi saat proses berjalan

(Time to Failure)

Q5

Keterlambatan dalam perbaikan mesin

(Time to Recover)

Q6

Ketepatan waktu untuk melakukan setting pada mesin

(Time to Access)

 

2.   Perhitungan OEE

Perhitungan OEE digunakan dalam penelitian ini untuk dapat mengetahui nilai dari Q1 dan Q2 yang berhubungan dengan keefektivitasan mesin yang digunakan dalam proses produksi chingku.

 

Tabel 4

Perhitungan OEE

Bulan

Avail

Perform

Qty

OEE

Juni

78.38 %

96.31%

99.99%

75.41%

Juli

67.21 %

98.18 %

99.99 %

65.92%

Agustus

67.95 %

98.11%

99.98 %

66.54 %

September

60.10%

92.63%

99.98%

55.71%

Oktober

64.55%

94.88%

99.97%

61.98%

November

75.40%

96.97%

99.98%

72.99%

Rata rata

68.93 %

96.18%

99.98 %

66.42%

 

Berdasarkan perhitungan OEE di atas, diketahui bahwa rata-rata nilai OEE pada bulan juni hingga november sebesar 66.42% masih belum mencapai standar OEE yang ditetapkan PT. SEI yakni sebesar 85%.

3.   Perhitungan Downtime Mesin Seaming

Perhitungan Downtime mesin seaming digunakan untuk mengetahui nilai waktu antar kerusakan mesin yang berubungan dengan Q2, Q3 dan Q4.

 

 

a)   Kerusakan minor

Tabel 5

Waktu Antar Kerusakan Minor

No

Jenis Kerusakan

Waktu antar kerusakan

1

Seamer can block

164 Menit

2

Seamer can block

190 Menit

3

Conveyor outlet seamer

198 Menit

4

Seamer can block

412 Menit

5

Conveyor Outlet seamer

437 Menit

6

Seamer can block

103 Menit

7

Seamer can block

125 Menit

8

Seamer can block

60 Menit

9

Seamer can block

531 Menit

10

Setting parameter seamer

504 Menit

11

Setting parameter seamer

369 Menit

12

Seamer can block

358 Menit

13

Seamer can block

199 Menit

14

Seamer Produk stratch

336 Menit

15

Setting parameter seamer

381 Menit

16

Seamer produk stratch

2756 Menit

17

Seamer can block

276 Menit

18

Seamer can block

206 Menit

19

Seamer can block

333 Menit

20

Seamer can block

267 Menit

21

Seamer can block

419 Menit

22

Seamer can block

343 Menit

23

Seamer can block

376 Menit

24

Seamer can block

156 Menit

25

Seamer can block

172 Menit

26

Seamer can block

31 Menit

27

Seamer can block

361 Menit

28

Seamer Can block

374 Menit

29

Seamer Can block

420 Menit

30

Seamer Can block

380 Menit

31

Seamer Can block

220 Menit

32

Seamer Can block

170 Menit

33

Setting parameter seamer

237 Menit

34

Seamer Can block

242 Menit

35

Seamer Can block

297 Menit

36

Conveyor outlet seamer

224 Menit

37

Conveyor outlet seamer

332 Menit

38

Seamer Can block

295 Menit

39

Seamer Can block

123 Menit

40

Seamer Can block

339 Menit

41

Seamer Can block

198 Menit

42

Seamer Can block

482 Menit

43

Setting parameter seamer

402 Menit

44

Seamer Can block

365 Menit

45

Setting parameter seamer

241 Menit

46

Conveyor outlet seamer

417 Menit

47

Seamer Can block

182 Menit

48

Seamer Can block

361 Menit

49

Seamer Can block

192 Menit

50

Seamer Can block

190 Menit

51

Seamer Can block

230 Menit

52

Seamer Can block

288 Menit

53

Seamer Can block

1759 Menit

54

Seamer Can block

281 Menit

55

Setting parameter seamer

300 Menit

56

Seamer Can block

1103 Menit

57

Seamer Can block

357 Menit

58

Conveyor outlet seamer

223 Menit

59

Setting Parameter Seamer

439 Menit

60

Seamer Can block

350 Menit

61

Seamer Can block

198 Menit

62

Seamer Can block

222 Menit

63

Seamer Can block

188 Menit

64

Seamer Can block

280 Menit

65

Seamer Can block

287 Menit

66

Conveyor outlet seamer

332 Menit

67

Setting Parameter Seamer

418 Menit

 

Tabel 6

MTTF Kerusakan Minor

Distribution

Mean

Error

Lower

Upper

Weibull

336.026

32.5464

307.485

457.712

Lognormal

347.580

26.6433

299.033

403.927

Exponential

360.408

41.3416

287.842

451.267

Normal

360.408

41.8699

278.344

442.471

 

Hasil pengujian distribusi interval kerusakan mesin Seaming dengan Table of MTTF yang sesuai dengan pola distribusi mesin yaitu pola distribusi Lognormal dengan nilai MTTF sebesar 347,580 Menit atau 5,739 jam. Hal ini menunjukan bahwa nilai MTTF untuk mesin seaming jenis kerusakan minor tidak sesuai dengan standar perusahaan yaitu sebesar 8 Jam.

b)  Kerusakan major

 

Tabel 7

Waktu Antar Kerusakan Major

No

Jenis Kerusakan

Waktu antar kerusakan

1

Seamer Cleaning Seamer

321 Menit

2

Seamer Cleaning Seamer

5320 Menit

3

Seamer Lubicant jammed

293 Menit

4

Seamer Cleaning Seamer

363 Menit

5

Seamer Cleaning Seamer

840 Menit

6

Seamer Cleaning Seamer

123 Menit

7

Seamer Cleaning Seamer

116 Menit

8

Seamer Cleaning Seamer

3590 Menit

9

Seamer Cleaning Seamer

133 Menit

10

Seamer Cleaning Seamer

712 Menit

11

Seamer Cleaning Seamer

784 Menit

12

Seamer Can Block

254 Menit

13

Seamer Cleaning Seamer

313 Menit

14

Seamer Cleaning Seamer

1578 Menit

15

Seamer Cleaning Seamer

3496 Menit

16

Seamer Cleaning Seamer

1831 Menit

17

Seamer Cleaning Seamer

1499 Menit

18

Seamer Cleaning Seamer

328 Menit

19

Seamer Cleaning Seamer

1003 Menit

20

Seamer Cleaning Seamer

441 Menit

21

Seamer Cleaning Seamer

1076 Menit

22

Seamer Cleaning Seamer

1672 Menit

23

Seamer Cleaning Seamer

2294 Menit

24

Seamer Cleaning Seamer

1737 Menit

25

Seamer Cleaning Seamer

375 Menit

26

Seamer Cleaning Seamer

156 Menit

27

Seamer Cleaning Seamer

178 Menit

28

Seamer Cleaning Seamer

1582 Menit

29

Seamer Cleaning Seamer

286 Menit

30

Seamer Setting sensor lid

1985 Menit

 

Tabel 8

MTTF Kerusakan Major

Distribution

Mean

Error

Lower

Upper

Weibull

1155.93

211.300

807.859

1653.97

Lognormal

1209.02

301.110

742.063

1969.83

Exponential

1155.97

211.050

808.235

1653.30

Normal

1155.97

221.192

722.438

1589.50

 

Hasil pengujian distribusi interval kerusakan mesin Seaming dengan Table of MTTF yang sesuai dengan pola distribusi mesin yaitu pola distribusi Lognormal dengan nilai MTTF sebesar 1209 Menit atau 20.15 jam. Hal ini menunjukan bahwa nilai MTTF untuk mesin seaming jenis kerusakan major tidak sesuai dengan standar perusahaan yaitu sebesar 48 jam.

4.   Perhitungan Kinerja Karyawan

Perhitungan Kinerja Karyawan digunakan dalam penelitian ini untuk dapat mengetahui nilai dari Q6 yang berhubungan dengan kinerja karyawan operator mesin Seaming dalam proses produksi minuman kemasan chingku.

 

 

Tabel 9

Kinerja Karyawan

Bulan

Operator

Penilaian

Kategori

Skala Nilai

1

Mesin Seaming

2.764

Kinerja dibawah Standar

C

2

Mesin Seaming

2.714

Kinerja dibawah Standar

C

3

Mesin Seaming

2.781

Kinerja dibawah Standar

C

4

Mesin Seaming

2.433

Kinerja Rendah

D

5

Mesin Seaming

2.633

Kinerja dibawah Standar

C

6

Mesin Seaming

2.603

Kinerja dibawah Standar

C

 

Berdasarkan tabel di atas didapat rata-rata penilaian karyawan selama periode Juni hingga November 2021 sebesar 2.654 nilai ini belum sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu sebesar 2.800.

5.   Hasil Perhitungan Quality Factor

 

Tabel 10

Hasil perhitungan Quality Factor

Kode Quality Factor

Target Perusahaan

Kondisi nyata

Q1

85 %

66,42 %

Q2

85 %

66,42 %

Q3

8 Jam

5,739 Jam

Kode Quality Factor

Target Perusahaan

Kondisi nyata

Q 4

48 Jam

20,15 Jam

Q5

8 Menit

10 Menit

Q6

2800

2654

 

Dari hasil perhitungan menggunakan Quality Evaluation Framework (QEF) peneliti menemukan ketidaksesuaian antara target dan kenyataan pada Quality Factor Q3, Q4, dan Q6.

6.   Why Why Analisys

Pembuatan tabel Why why analysis dimulai dari menentukan ketidaksesuaian faktor, penyebab ketidaksesuaian dengan cara memberi pertanyaan beruntun kepada pihak yang bersangkutan, untuk pertanyaan dari setiap ketidaksesuaian faktor dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

 

Tabel 11

Why Why Analisys

Kode

Why1

Why2

Why3

Why4

Q1

Part mesin rusak

tidak diganti saat batas Lifetime

tidak ada yang tahu batas Life time

tidak ada pencatatan

Q2

nilai efektifitas mesin filling sangat kecil

mesin sering rusak

Mesin bekerja tanpa henti

 

 

Q3

kurang perawatan pada mesin

Tidak melakukan maintenance sesuai jadwal

sparepart yang dibutuhkan tidak ada

Sparepart yang dibutuhkan masih dalam tahap pengiriman

Q4

terjadi kerusakan pada mesin

kurang perawatan pada mesin

jadwal Maintenance yang sudah dibuat tidak dilakukan

Sparepart yang dibutuhkan tidak ada

Q5

tidak ada Sparepart yang dibutuhkan

Sparepart dalam pengiriman

Pengiriman terlambat

Sparepart impor

Q6

operator lalai saat setting mesin

petunjuk setting tidak ada

 

 

7.   5W1H

Berdasarkan pengolahan data dan analisis dengan metode QEF dapat dilakukan analisis lanjutan dengan metode 5W1H untuk menganalisis Cacat produk Seaming abnormal yang terjadi pada proses pembuatan minuman chingku di PT.SEI. Beikut merupakan analisis dengan menggunakan metode 5W1H untuk mencari detail permasalahan yang terjadi.

 

Tabel 12

Analisis 5W1H

No

What

Why

Where

When

Who

How

1

Pencatatan pergantian sparepart mesin seaming

Untuk mengurangi Cacat produk dari mesin Seaming

Pada mesin Seaming

Saat melakukan penggantian Sparepart

Tim Maintenance

Membuatkan form penggantian sparepart kepada tim maintenance

2

Evaluasi Sistem kerja 3 shift dan jam istirahat

Untuk mengurangi Downtime yang terjadi saat beroperasi

Pada PT.SEI

Tergantung kebijakan perusahaan

Management

Menganalisis efektifitas kebijakan istirahat

3

Mencari Sparepart yang berkualitas

Agar tidak menimbulkan

kerusakan yang sama pada mesin Seaming

Pada mesin Seaming

Pada saat proses perbaikan mesin

Tim Maintenance

Menganalisis material terlebih dahulu untuk dapat menentukan kualitas material.

4

Pengiriman Sparepart yang digunakan untuk mesin Seaming

Agar proses perbaikan mesin berjalan sesuai dengan jadwal

 

 

Pada mesin Seaming

Sesegera mungkin

Manajemen PT.SEI

Dengan menambah stock sparepart

5

Sparepart yang digunakan untuk mesin Seaming

Agar proses perbaikan mesin berjalan sesuiai jadwal

Pada mesin Seaming

Sesegara mungkin

Manajemen PT.SEI

Dengan mencari supplier Sparepart dari dalam negeri

6

Menempelkan SOP Setting pada mesin Seaming

Agar setting mesin berjalan sesuai dengan jadwal

Pada mesin Seaming

Sesegera mungkin

Manajemen PT.SEI

Dengan memberikan pelatihan dan menempelkan SOP setting pada mesin Seaming

 

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pengolahan data yang sudah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1) Hasil identifikasi menggunakan Value Shop diketahui proses bisnis produksi chingku, Cacat produk diketahui setelah dilakukan pemerikasaan kualitas pada proses Hot Filling oleh tim Quality Control.Setelah diketahui cacat produk tim Quality Control akan melaporkan kepada tim produksi dan tim produksi akan memeriksa mesin apakah terjadi kerusakan atau tidak, Jika operator produksi dapat memperbaiki mesin tersebut maka tim produksi akan melanjutkan kembali proses produksi namun jika tim produksi tidak dapat mengatasi permasalahan tersebut maka tim produksi akan memanggil tim Maintenance untuk melakukan proses perbaikan. Dan tim Maintenance akan mencari sumber masalah pada mesin. 2) Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data menggunakan Quality Evaluation Framework (QEF) terdapat empat faktor yang menyebabkan cacat produk jenis Seaming abnormal yaitu faktor Reliableness, Time to failure, Time to recover dan Time to access, dimana faktor Reliableness memiliki dua permasalahan yaitu kemampuan mesin yang terkadang Downtime membuat produk menumpuk danKecepatan proses pengemasan lebih lambat dari output yang dihasilkan oleh mesin Filling, lalu faktor Time to failureyang memiliki dua kesalahan yaitu kerusakan pada mesin dan kegagalan aktivitas yang terjadi saat proses berjalan, faktor Time to recover memiliki satu permasalahan yaitu keterlambatan dalam perbaikan mesin dan untuk faktor Time to access memiliki satu permasalahan yaitu ketepatan waktu dalam melakukan setting pada mesin. 3) Adapun usulan perbaikan yang dapat diberikan setelah dilakukan analisis menggunakan analisis 5W1H untuk akar penyebab permasalahan yang terjadi pada produk Chingku pada cacat produk Seaming abnormal dengan tindakan perbaikan berupa membuatkan form penggantian Sparepart kepada tim maintenance, lalu mengevaluasi sistim kerja yang sudah dibuat, menganalisis Sparepart yang digunakan agar dapat menentukan kualitas material, menambah stock sparepart, mencari supplier yang dapat memenuhi pemesanan Sparepart tepat waktu dan memberikan pelatihan kepada operatormerekrut operator baru dan memberikan pengarahan mengenai proses produksi serta melakukan training, membuat SOP sebagai acuan bekerja operator.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Corder, Antony. (1992). Teknik Manajemen Pemeliharaan. Jakarta: Erlangga.

 

Gasperz, Vincent. (2005). Total Quality Manajemen. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

 

Lusiani, L.P., Putra, DB.S., & Manuaba, IB. .. (2016). Penerapan Problem Based Learning dengan Brainstromming untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. E-Journal Universitas Pendidikan Ganesha.

 

Mayadewi, P. (2011). Analisis Valueshop Sebagai Permodelan Bisnis Dalam Perencanaan Arsitektur Enterpise (EAP). Prociding Konfersi Nasional ICT - M Politeknik Telkom (KNIP).

 

Rahmani, Rusjda Widya. (2019). Evaluasi Proses Bisnis Pada PT Merdeka Grafika Indonesia Menggunakan Failure Mode And Effect Analysis Dan Quality Evaluation framework. Universitas Brawijaya.

 

Riadi, Slamet, & Haryadi, Haryadi. (2019). Pengendalian Jumlah Cacat Produk Pada Proses Cutting Dengan Metode Quality Control Circle (Qcc) Pada Pt. Toyota Boshoku Indonesia (Tbina). Journal Industrial Manufacturing, 4(1), 27�36.

 

S, Nakajima. (1998). Introsuction to Total Productive Maintenance (TPM), Cambridge: Productivity Press Inc.

 

Shiftindonesia. (2012). Why-why-analysis menemukan akar dari suatu masalah. Retrieved from Shiftindonesia website: http://shiftindonesia.com/why-why-analysis-solusi-cerdas-menemukan-akar-dari-suatu-masalah/

 

Wibowo. (2016). Manajemen Kinerja. PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.

 

Copyright holder:

Zannuardhi Ramadhani, Laela Chairani (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: