Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7, No. 5, Mei 2022
ANALISIS BEBAN KERJA, BURNOUT SYNDROME DAN KUALITAS KERJA TENAGA FUNGSIONAL PUSKESMAS KEC PULOGADUNG
Mega Arista Sari, Sutanto Priyo Hastono
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Berdasarkan hasil yang didapat dari data PPNI
tahun 2006, ada 50,9% perawat bekerja di empat provinsi di indonesia mengalami
stres, pusing, lelah, tidak bisa beristirahat karena beban kerja yang tinggi
dan memakan waktu, gaji yang tidak cukup tanpa insentif. Penelitian ini
bertujuan untuk membahas mengenai beban kerja, burnout kerja dan kualitas kerja
pada perawat di Puskesmas Kecamatan Pulogadung. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yang terbagi
menjadi data primer dan data sekunder. Sumber data diperoleh melalui teknik
studi pustaka yang mengacu pada sumber daya yang tersedia secara online dan
offline, seperti: jurnal ilmiah, buku, dan berita dari sumber terpercaya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa beban kerja adalah kewajjiban yang harus
dikerjakan individu dalam jangka waktu tertentu. Beban kerja tersebut akan
muncul apabila tugas atau pekerjaan yang diberikan berada di luar batas
kemampuan pekerja untuk dilakukan. Sedangkan burnout adalah kelelahan yang
dialami oleh seorang individu yang disebabkan karena adanya tuntutan-tuntutan
dan tekanan- tekanan yang diterima dalam jangka waktu yang panjang. Beban kerja
dan burnout� mampu memengaruhi kualitas
kerja Perawat. Beban kerja dan burnout kerja yang tinggi ternyata mampu membuat
kualitas kerja karyawan menurun.
Kata kunci: Beban
Kerja, Burnout, Kualitas Kerja
Abstract
Based on the
results obtained from PPNI data in 2006, there were 50.9% nurses working in
four provinces in Indonesia experienced stress, dizziness, tiredness, could not
rest because of the high workload and time consuming, insufficient salary
without incentives. This study aims to discuss the workload, work burnout and
work quality for nurses at the Pulogadung District Health Center. The research
method used in this study is a qualitative descriptive method. The type of data
used in this research is qualitative data, which is divided into primary data
and secondary data. Sources of data obtained through library research
techniques that refer to resources available online and offline, such as:
scientific journals, books, and news from trusted sources. The results of the
study indicate that workload is an obligation that must be carried out by
individuals within a certain period of time. The workload will arise if the
task or work given is beyond the limits of the worker's ability to be carried
out. While burnout is the fatigue experienced by an individual caused by the
demands and pressures received in the long term. Workload and burnout can
affect the quality of work of nurses. The high workload and work burnout were
able to make the quality of work of employees decreased.
Keywords: Workload, Burnout, Quality of Work
Pendahuluan
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
merupakan sebuah institusi pelayanan kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan kesehatan. Puskesmas
memegang peranan penting dalam meningkatnya derajat kesehatan masyarakat (UU RI
No. 44 Tahun 2009). Keterlibatan manusia terhadap tenaga kerja dalam proses
pembangunan semakin meningkat khusunya dalam bidang keperawatan dimana Sumber
daya manusia (SDM) sangat berpengaruh dalam melaksanakan praktik dibidang
keperawatan. Perawat adalah kelompok tenaga kerja kesehatan dimana mempunyai
tuntutan waktu kerja yang tinggi dan perawat juga dituntut untuk selalu bekerja
secara professional guna menghindari kesalahan dalam mengaplikasikan
prosedurnya dimana perawat sangat beresiko mengalami burnout kerja karena beban
kerja yang tinggi.
Menurut Rivai (2016), Beban kerja
ialah tuntutan pekerjaan dilakukan sehari-hari dan dianggap sumber beban. Beban
kerja disini dapat dibedakan pengertiannya menjadi dua, yaitu beban kerja
berlebih dan beban kerja di bawah rata-rata. Beban kerja berlebih dan beban
kerja yang sedikit bisa membuat kejenuhan dalam bekerja (Fahamsyah, 2017).
Beban kerja dibagi lagi ke dalam beban kerja yang berlebih atau terlalu sedikit
�kuantitatif�, yang timbul akibat adanya tugas-tugas terlalu banyak maupun
sedikit yang diberikan kepada seseorang agar diselesaikan dalam waktu yang
sudah ditentukan, dan beban kerja berlebih atau terlalu sedikit �kualitatif�,
ialah seseorang merasa tidak bisa dalam menyelesaikan tugasnya, atau tidak
menggunakan ketrampilan maupun potensi dari tenaga kerja (Fajriani & Septiari, 2015).
Menurut (Aini & Purwaningsih,
2013), unsur yang mempengaruhi beban kerja ialah keadaan klien yang tidak
menentu, jumlah jam kerja yang di butuhkan dalam memberikan pelayanan langsung
kepada klien lebih dari kemampuan perawat, rasa ingin tercapaimya prestasi
kerja, tuntutan kerja yang tinggi dan dokumentasi asuhan keperawatan (Firmansyah, 2021). Dari paparan yang telah
dijelaskan diatas, pengertian beban kerja ialah suatu proses dalam menetapkan jumlah
jam kerja, sumber daya manusia yang bekerja, Alat-alat yang digunakan serta
dibutuhkan dalam suatu pekerjaan harus seimbang dan tercukupi agar tidak
terjadinya beban kerja yang tinggi pada perawat dan kewalahan saat bekerja.
Tingginya beban kerja yang didapat oleh perawat saat bekerja akan menyebabkan
kelelahan secara fisik dan emosional, menurunnya konsentrasi serta kejenuhan
yang dirasakan perawat (Hidayat & Sureskiarti, 2020).
Menurut National Safety Council (NSC)
pada tahun 2004 menjelaskan bahwa kejenuhan kerja (burnout) merupakan akibat
dari stress yang dirasakan atas beban kerja yang umum, gejala khusus pada
kejenuhan kerja ini berupa kebosanan, pesimisme, kurang konsentrasi, kualitas
kerja yang kurang memuaskan, depresi, kepuasan kerja menurun, absen dari
pekerjaan, mengalami sakit atau menderita suatu penyakit (Maharani & Budianto, 2019)). Burnout Syndrome merupakan
kumpulan dari gejala akibat kelelahan, baik secara fisik maupun mental sehingga
dapat menyebabkan kurangnya konsentrasi, berkembangnya konsep diri yang
negatif, serta perilaku kerja yang negative.
Stressor tinggi yang sering dialami
oleh perawat sebagai kondisi dalam upaya penyelamatan pasien, mengerjakan
rutinitas, ruang kerja yang sumpek, jumlah pasien yang banyak, dan harus
bertindak cepat dalam menangani kebutuhan pasien. Perawat tidak mampu
beradaptasi pada situasi dengan tekanan kerja tinggi dan berlangsung terus-
menerus dalam intensitas tinggi, maka inilah yang disebut dengan burnout (Pajow, Kawatu, & Rattu, 2020). Perawat profesional sangat
berisiko mengalami burnout karena terus dituntut untuk memberikan pelayanan
yang paripurna kepada pasien. Fakta menunjukkan bahwa tenaga kesehatan
profesional seperti perawat secaralangsung berinteraksi dengan pasien dalam
jangka waktu yang lama dan terus-menerus dapat menimbulkan terjadinya burnout (Nabawi, 2020).
Menurut (Tawale et al., 2011), pada
penelitiannya di rumah sakit besar Brasil Selatan menunjukan angka prevalensi
perawat mengalami burnout sebanyak 35,7% dari 151 responden(Sari, 2015). Berdasarkan hasil yang
didapat dari data PPNI tahun 2006, ada 50,9% perawat bekerja di empat provinsi
di indonesia mengalami stres, pusing, lelah, tidak bisa beristirahat karena
beban kerja yang tinggi dan memakan waktu, gaji yang tidak cukup tanpa
insentif. Maka dari itu peneliti tertarik untuk menganalisis beban kerja terhadap
burnout pada perawat di Puskesmas Kecamatan Pulogadung (Kurniawidjaja & Ok, 2012). Penelitian ini bertujuan
untuk membahas mengenai beban kerja, burnout kerja dan kualitas kerja pada
perawat di Puskesmas Kecamatan Pulogadung.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif (Yuliani, 2018). Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yang dibagi menjadi dua kategori
yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data diperoleh melalui teknik
penelitian kepustakaan (Library Research), yang mengacu pada sumber yang
tersedia secara online dan offline, seperti: jurnal ilmiah, buku, dan berita
dari sumber terpercaya. Sumber-sumber ini dikumpulkan berdasarkan diskusi dan
tautan dari satu informasi ke informasi lainnya. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan penelitian
kemudian menganalisis data dan menarik kesimpulan (Rijali, 2019).
Hasil dan Pembahasan
1.
Beban Kerja Tenaga
Fungsional Puskesmas Kecamatan Pulogadung
Beban kerja dapat didefinisikan sebagai frekuensi
rata-rata pekerja aktif selama periode waktu tertentu. Menpan berpendapat bahwa
beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit
organisasi atau pemegang jabatan dalam suatu organisasi dalam jangka waktu
tertentu. Definisi lain yang dikemukakan oleh Gopher dan Doncin mendefinisikan
beban kerja sebagai suatu konsep karena keterbatasan mereka dalam menerima dan
memproses informasi. Ketika melakukan tugas yang diberikan kepada individu,
mereka harus melakukan tugas sesuai dengan pedoman atau standar yang ditetapkan
oleh organisasi, tetapi karena kekurangan atau keterbatasan, individu dapat
menghalangi atau menghalangi realisasi produk kerja untuk mencapai tujuan.
standar yang ditentukan. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara tingkat
kompetensi yang diharapkan dengan kompetensi yang dimiliki, yang dapat
menyebabkan kegagalan kinerja.
Sesuai dengan peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) No. No. 12 Tahun 2008, Beban Kerja adalah jumlah pekerjaan yang
harus diselesaikan oleh suatu unit atau jabatan dalam suatu organisasi karena
beban kerja dan norma waktu. Pada saat yang sama, Gibson dan Ivancevics
berpendapat bahwa beban kerja adalah stres, respons yang tidak disesuaikan yang
dipengaruhi oleh proses individu atau perbedaan individu, yaitu hasil dari
tuntutan psikologis yang berlebihan pada setiap faktor eksternal individu
(lingkungan, situasi, peristiwa). atau sikap fisik). terhadap seseorang. Dari
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa inkompetensi dan waktu merupakan
dasar dari beban kerja.
Definisi beban kerja juga dapat dipahami dari dua
perspektif yang berbeda, objektif dan subjektif. Ukuran kepuasan kerja dan
pekerjaan. Secara obyektif, beban kerja adalah total waktu yang digunakan atau
total aktivitas yang dilakukan. Menurut Mudayana, beban kerja dihasilkan oleh
interaksi tuntutan tugas, keterampilan, perilaku dan lingkungan kerja, serta
persepsi pekerja. Beban kerja yang dialami pekerja membutuhkan perhatian lebih
agar stres kerja atau burnout yang berlebihan tidak mempengaruhi kinerja.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa beban
kerja merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang individu dalam
jangka waktu tertentu. Beban kerja terjadi ketika tugas atau pekerjaan yang
diberikan melebihi kapasitas pekerja. Namun, jika pekerja dapat beradaptasi dan
menyelesaikan tugas yang diberikan, itu tidak akan menjadi beban kerja.
Pujiraharjo melihat beban kerja dari dua perspektif yang
berbeda, objektif dan objektif. Artinya, beban kerja subjektif, meliputi beban
kerja fisik, beban kerja mental, dan beban kerja sosial. Yang kedua adalah
beban kerja objektif, yang melibatkan pandangan objektif tentang situasi aktual
di lokasi, termasuk total waktu yang dihabiskan atau jumlah aktivitas yang
dilakukan.
Manuaba menjelaskan bahwa banyaknya pekerjaan yang
terjadi pasti dapat dipengaruhi oleh pemicu, yang dapat dipengaruhi baik oleh
faktor internal maupun eksternal. 4 Faktor yang mempengaruhi kinerja antara
lain:
a)
Faktor eksternal yang
berasal dari luar individu, seperti:
1)
Tugas fisik
seperti sarana dan prasarana kerja, ruang kerja,
2)
Lingkungan, lokasi
kerja, kondisi kerja (environment), sikap kerja dan tugas psikologis, seperti
kesulitan tugas, tanggung jawab tugas dan kompleksitas yang dibebankan kepada
pekerja.
3)
Cara kerja diatur,
seperti struktur tugas, jam kerja, shift, lembur dan istirahat kerja, serta
sistem pengupahan yang berlaku.
4)
Lingkungan kerja,
yaitu lingkungan kerja fisik, lingkungan kimia, lingkungan kerja psikologis dan
fisiologis pekerja.
b) Faktor internal, dari dalam diri individu sebagai
respon terhadap beban kerja eksternal. Faktor intrinsik adalah faktor
fisiologis (jenis kelamin, usia, ukuran tubuh, kesehatan dan status gizi) dan
faktor psikologis (persepsi, motivasi, keyakinan, keinginan dan kepuasan).
Dalam bidang tenaga kesehatan, beban kerja dapat
diartikan sebagai keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
selama perawatan. Seperti namanya, beban kerja perawat hampir sama dengan beban
kerja umum, tetapi lebih menekankan pada siapa beban kerja itu dan di mana itu
terjadi.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan mendefinisikan tenaga kesehatan sebagai individu yang
berkompeten dan berpengetahuan luas, mengabdikan diri di bidang kesehatan dan
dididik melalui bidang kesehatan. Pengetahuan yang diperoleh selama periode
waktu tertentu.
Pekerjaan yang berhubungan langsung dengan sektor
kesehatan rentan terhadap stres kerja, dan beban kerja yang tinggi juga dapat
mempengaruhi kepuasan kerja dan akhirnya kejenuhan. Beban kerja yang berat dan
lingkungan kerja yang membutuhkan keterlibatan emosional, fisik, dan spiritual
membuat petugas kesehatan rentan mengalami burnout.
2.� Burnout Tenaga
Fungsional Puskesmas Kecamatan Pulogadung
Burnout adalah sindrom yang terjadi pada individu dan
ditandai dengan kelelahan fisik dan mental, termasuk pengembangan konsep diri
yang negatif, kurangnya perhatian, dan perilaku kerja yang negatif
(Harnida, 2015). Keadaan ini membuat suasana kerja menjadi dingin,
kurang menyenangkan, kurang komitmen dan dedikasi, serta tidak tercapainya
prestasi kerja dan kinerja yang optimal (Juniarso, 2019). Hal ini menyebabkan jarak antara pekerja dan perasaan
enggan untuk berintegrasi ke dalam lingkungan kerja. Selain itu, burnout juga
dapat dipengaruhi oleh ketidaksesuaian antara usaha dan keuntungan pekerjaan.
Burnout merupakan istilah psikologis yang digunakan untuk
menggambarkan suatu keadaan kelelahan yang dialami oleh pekerja. Istilah
burnout pertama kali diciptakan oleh Beandry pada tahun 1969, tetapi Herbert
Freudenberger-lah yang menemukan dan mengembangkan teori burnout dalam bukunya
tahun 1974 Burnout: The High Cost of High Achievement. Orang yang pernah
mengalami kondisi burnout seperti gedung yang terbakar, bangunan yang awalnya
megah, setelah dibakar, berisik dan hanya tersisa exoskeleton. Seperti halnya
Burnout Syndrome, seseorang mengalami Burnout Syndrome yang terlihat lengkap di
permukaan tetapi sebenarnya kosong dan penuh masalah.
Burnout, Pines dan Aronsol menjelaskan, adalah kelelahan
fisik, emosional, dan mental, serta penurunan aktualisasi diri karena
keterlibatan yang berkepanjangan dalam lingkungan yang menuntut.
Burnout adalah suatu keadaan di mana seorang individu
merasa lelah secara fisik, mental dan emosional untuk waktu yang lama dalam
situasi stres emosional yang tinggi. Efek dari burnout adalah sikap negatif,
perasaan terisolasi, sinisme terhadap lingkungan, penurunan motivasi dalam
bekerja, dan berujung pada kegagalan dan harga diri rendah. Pada saat yang
sama, menurut Izzo, burnout mengakibatkan individu tidak memiliki tujuan dan
tidak mampu memenuhi kebutuhan dan pekerjaannya. Menurut Freudenberg, burnout
adalah kelelahan yang dihasilkan dari bekerja terlalu keras tanpa
mempertimbangkan kebutuhan pribadi.
Sederhananya, burnout adalah kelelahan pribadi karena
tuntutan kronis dan stres. Kelelahan dapat bermanifestasi sebagai kelelahan
fisik, mental, dan emosional individu, yang dapat menyebabkan penurunan kinerja
individu dan hambatan untuk mencapai tujuan atau pencapaian individu.
Leiter dan Maslach mengemukakan satu dimensi job burnout,
dan meyakini bahwa job burnout memiliki tiga dimensi, yaitu:
a. kelelahan
Kelelahan adalah dimensi yang ditandai dengan kelelahan
fisik, mental atau emosional yang kronis. Dimensi ini merupakan kombinasi dari
kelelahan mental, kelelahan mental, dan kelelahan emosional). Ketika seseorang
bekerja dan mengalami burnout atau kelelahan, mereka cenderung bekerja terlalu
keras secara emosional dan fisik.
b. sinis
Ini adalah dimensi yang menunjukkan sikap sinis dan
cenderung menarik diri dari lingkungan kerja. Ketika individu mengalami dimensi
Sinis, mereka cenderung menunjukkan sikap apatis, keengganan untuk terlibat,
dan menjauhkan diri dari lingkungan kerja. Sinisme dapat diartikan sebagai cara
untuk menghindari kekecewaan terhadap pekerjaannya. Perilaku sinis berpotensi
memiliki implikasi serius bagi produktivitas.
c. tidak valid
Dimensi ini ditandai dengan perasaan tidak berdaya dan
rasa terlalu banyak pekerjaan yang dilakukan. Ketika individu berada dalam
dimensi kekosongan, mereka mengalami perasaan tidak mampu. Merasa sangat berat
setelah melakukan semua pekerjaan, merasa pekerjaan terlalu berat, dan rasa
percaya diri akan turun. Hal ini membuat individu tersebut kurang percaya diri
pada kemampuan mereka sendiri dan orang lain akan merasa sulit untuk
mempercayai mereka.
Dimensi yang dijelaskan oleh Leiter dan Maslach
dikembangkan lebih lanjut dalam penelitian ini untuk mengukur burnout.
Burnout dapat terjadi karena job-job mismatch. Ketika ada
perbedaan yang sangat besar dalam diri seseorang, pekerjaannya mempengaruhi
kinerjanya. Leiter dan Maslach menjelaskan beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi episode burnout, termasuk:
a. terlalu banyak bekerja
Individu yang melakukan banyak pekerjaan dalam waktu
singkat dapat menyebabkan kelelahan, dan kelebihan beban kerja itu sendiri
dapat menjadi hasil dari ketidakcocokan pekerja-pekerjaan. Beban kerja yang
berlebihan juga dapat terjadi karena pekerja ditugasi dengan lebih banyak tugas
daripada yang dapat mereka tangani. Hal ini sebenarnya dapat menyebabkan
penurunan kualitas pekerjaan dan kreativitas karyawan, hubungan yang tidak
sehat antar karyawan, dan burnout.
Adanya aturan dalam organisasi terkadang membatasi
inovasi dan kreativitas karyawan, serta kurangnya rasa tanggung jawab terhadap
pekerjaannya, yang disebabkan oleh kontrol atasan yang terlalu ketat. Buat
pilihan dan keputusan, dan gunakan kemampuan Anda untuk berpikir, memecahkan,
dan menyadari.
b. Tunjangan karyawan
Kurangnya penghargaan dalam lingkungan kerja dapat
membuat karyawan merasa bahwa dirinya tidak berharga, dan imbalan yang
diharapkan tidak hanya bonus, materi atau uang, tetapi juga hubungan karyawan
yang baik. individu. Tinjauan kinerja pribadi juga berharga dalam menunjukkan
bahwa seseorang bekerja dengan baik.
c. Keruntuhan komunitas
Orang yang tidak merasa memiliki pekerjaan dan lingkungan
kerjanya kurang tertarik dengan pekerjaannya. Ada baiknya jika seseorang merasa
nyaman dan bahagia dalam bekerja, didukung dengan sikap saling menghormati,
namun terkadang realita lingkungan kerja bisa menjadi bumerang. Seorang rekan
kerja atau karyawan memiliki keretakan dengan bos mereka, tidak memiliki waktu
yang berharga dengan rekan kerja, dan sibuk dengan seri mereka sendiri. Untuk
membangun hubungan karyawan yang baik, diperlukan pertukaran informasi dan
lelucon. Hubungan kerja yang buruk dapat membuat suasana kerja dan lingkungan
kerja menjadi tidak nyaman, frustasi, frustasi, cemas, memuaskan
d. Perlakuan yang adil
Perasaan diperlakukan tidak adil juga menjadi faktor
burnout, dan keadilan dalam hal ini adalah sikap saling menghormati dan
menerima perbedaan. Memiliki sikap saling menghormati menciptakan rasa
keterkaitan dengan lingkungan organisasi. Ketika seorang pekerja merasa bahwa
lingkungan kerja tidak adil, dia menjadi curiga terhadap lingkungan kerja.
Ketidakadilan sering dirasakan selama promosi atau ketika karyawan disalahkan
tetapi tidak melakukan kesalahan.
e. Berurusan dengan nilai-nilai yang bertentangan
Pekerjaan dapat menyebabkan karyawan berperilaku dengan
cara yang tidak sesuai dengan nilai-nilai mereka, seperti memaksa tenaga
penjualan untuk berbohong tentang apa yang mereka tawarkan. Seseorang melakukan
yang terbaik ketika dia melakukan sesuatu dengan nilai dan integritas yang
mapan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya burnout
pribadi, dan Sullivan menjelaskan apa yang menyebabkan burnout: 10 faktor yang
disebutkan Sullivan dalam penelitiannya adalah sebagai berikut:
a) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan atau faktor lingkungan kerja.
Hal ini terkait dengan beban kerja yang
berlebihan, kurangnya dukungan sosial, tingkat partisipasi kerja, konflik sosial dan tingkat
fleksibilitas jam kerja.
b) Faktor pribadi
Faktor pribadi meliputi: a) Faktor demografi seperti
jenis kelamin, usia, suku atau budaya, latar belakang pendidikan dan status
perkawinan. b) Faktor burnout seperti: konsep diri, tipe kepribadian (introvert
atau ekstrovert), motivasi, kebutuhan dan kemampuan mengendalikan diri
(trajectory control).
c) Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya pada burnout berkaitan dengan norma
dan nilai, Kepercayaan pada
masyarakat sekitar dalam kaitannya dengan pelayanan sosial. Ada empat indikator
burnout, antara lain kelelahan fisik (mental exhaustion), kelelahan mental
(mental exhaustion), kelelahan emosional (emotional exhaustion), dan harga diri
rendah (low personal achievement). Mereka berpendapat bahwa kelelahan selama
bertahun-tahun dalam melayani orang lain dalam domain berorientasi layanan
adalah kombinasi dari tiga tren dalam kondisi mental individu. Dalam penelitian
tersebut, mereka menggambarkan tanda atau indikator burnout sebagai berikut:
a) Depersonalisasi
Dimensi ini adalah kecenderungan manusiawi rekan kerja,
sikap sinis tentang kinerja mereka sendiri dan pengembangan karir. Orang yang
mengalami depersonalisasi percaya bahwa semua aktivitas yang mereka lakukan
tidak memiliki nilai atau nilai. Dimensi sikap yang dihasilkan adalah perilaku
dingin, sikap dingin, ketidakpedulian terhadap kepentingan orang lain, dan
sinisme itu sendiri.
b) kelelahan emosional
Kelelahan emosional adalah dimensi keadaan kelelahan yang
bermanifestasi sebagai tuntutan psiko-emosional yang berlebihan yang mengarah
ke perasaan dan energi terdalam individu. Dalam dimensi ini, individu ditandai
dengan hilangnya kepercayaan diri, perasaan, dan fokus, serta hilangnya
antusiasme dan antusiasme. minat. Individu dapat merasa kosong, lelah dan tidak
mampu mengatasi stres kerja.
c) Prestasi pribadi yang menurun (persahabatan pribadi
yang berkurang)
Penurunan prestasi pribadi merupakan atribut kurangnya
aktualisasi diri, penurunan rasa percaya diri, dan rendahnya motivasi pribadi
dalam bekerja. Menurut Lee dan Ashorf, Eldenwin dan Burnoutosky menjelaskan
dalam penelitian Haryanto tahun 1996 bahwa ketika individu mengalami apatis
atau kurangnya perasaan, emosi, minat, dan minat di tempat kerja, individu
cenderung meninggalkan pekerjaan dan mengurangi komitmen atau berhenti. Ini
mungkin juga berdampak pada perubahan ide karir, yang mengarah ke perilaku
pencarian kerja baru.
Hasil ini juga didukung oleh penelitian Jackson et al.,
yang menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat burnout individu yang berdiet,
semakin besar keinginan untuk berganti pekerjaan atau profesi. Dalam studi
lain, Leither dan Maslach menemukan efek lain dari kelelahan. Ke-15 efek yang
diusulkan oleh Leither dan Maslach adalah sebagai berikut:
a) Burnout kehilangan energi
Orang yang mengalami burnout merasa stres, kewalahan, dan
kelelahan. Gejala yang mungkin timbul adalah sulit tidur dan sikap menjauh dari
lingkungan kerja. Ini mempengaruhi kinerja individu, yang pada gilirannya
mempengaruhi produktivitas.
b) kelelahan dan kehilangan semangat
Efek lainnya adalah keinginan untuk bekerja berkurang dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan menjadi tidak menyenangkan.
Minat dalam pekerjaan dan kreativitas pribadi menurun dengan sedikit
keuntungan.
c) kelelahan dan kehilangan kepercayaan diri
Dengan tidak adanya energi dan keterlibatan langsung dalam
pekerjaan. Hentikan pekerja
dari bekerja sekeras mungkin. Semakin lama jam kerja, semakin rendah efisiensi
pribadi dan keraguan tentang kemampuan pribadi.
3. Kualitas Kerja Tenaga Fungsional
Puskesmas Kecamatan Pulogadung
Kualitas kerja adalah penilaian karyawan berdasarkan
standar kerja, ketelitian kerja, kebersihan kerja, dan ketelitian kerja
(Maguni & Maupa, 2018). Hal ini diukur dari persepsi individu terhadap kualitas
yang telah dihasilkan dan kesempurnaan keterampilan dan kemampuan individu
untuk menyelesaikan tugas.
Berdasarkan hasil analisis beban kerja dan kelelahan
kerja dapat mempengaruhi kualitas kerja perawat. Beban kerja yang tinggi dan
kelelahan kerja menurunkan kualitas kerja karyawan (Juliana, Camelia, & Rahmiwati, 2018). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Eka
(2015) yang menunjukkan bahwa beban kerja dan burnout berpengaruh terhadap
kualitas kerja staf fungsional di Puskesmas Kabupaten Pulogadung. Hal ini sama
dengan penelitian Hanna (2015) bahwa beban kerja dan burnout memiliki efek positif
yang saling terkait. Ditekankan oleh Johana et al. (2007) Beban kerja
berpengaruh terhadap burnout karyawan.
Kesimpulan
Singkatnya, strategi internasionalisasi
secara konseptual dan teoritis dapat dibagi menjadi dua jenis: teori internasionalisasi
dan teori selektivitas. Teori internalisasi, akibat berkembangnya
perusahaan-perusahaan besar pada tahun 1970-an, dapat mengancam eksistensi
UMKM. Selanjutnya dalam perkembangannya, teori tersebut berupaya
menginternalisasikan manfaat yang dapat diperoleh dari internasionalisasi,
lokalisasi, dan kepemilikan. Pada saat yang sama, teori eklektik dalam strategi
internasionalisasi lebih menekankan pada sumber daya yang dimiliki UMKM dan
pengetahuan tentang pasar dan jaringan yang dipilih UMKM untuk memasarkan
produknya. Langkah yang dilakukan pemerintah saat ini dengan membuat portal
khusus di INSW sudah tepat, namun jika sosialisasi didukung tidak hanya melalui
portal yang ada, tetapi juga melalui keterlibatan langsung dengan para pelaku
bisnis, termasuk melalui workshop dan interaksi dengan mereka lebih sering.
BIBLIOGRAFI
Fahamsyah, Ermanto. (2017). Mekanisme Hukum Dalam
Pola Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan. Google
Scholar
Fajriani, Arie, & Septiari, Dovi. (2015). Pengaruh
Beban Pekerjaan Terhadap Kinerja Karyawan: Efek Mediasi Burnout. Jurnal
Akuntansi, Ekonomi Dan Manajemen Bisnis, 3(1), 74�79. Google
Scholar
Firmansyah, Firmansyah. (2021). Motivasi Belajar Dan
Respon Siswa Terhadap Online Learning Sebagai Strategi Pembelajaran Di Masa
Pandemi Covid-19. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(2),
589�597. Google
Scholar
Harnida, Hanna. (2015). Hubungan Efikasi Diri Dan
Dukungan Sosial Dengan Burnout Pada Perawat. Persona: Jurnal Psikologi
Indonesia, 4(1). Google
Scholar
Hidayat, Rahmat, & Sureskiarti, Enok. (2020).
Hubungan Beban Kerja Terhadap Kejenuhan (Burnout) Kerja Pada Perawat Di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Inche Abdoel Moeis Samarinda 2019. Borneo
Student Research (Bsr), 1(3), 2168�2173. Google
Scholar
Juliana, Mariani, Camelia, Anita, & Rahmiwati,
Anita. (2018). Analisis Faktor Risiko Kelelahan Kerja Pada Karyawan Bagian
Produksi Pt. Arwana Anugrah Keramik, Tbk. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat,
9(1), 53�63. Google
Scholar
Juniarso, Muhammad Eko. (2019). Burnout Ditinjau
Dari Persepsi Terhadap Kompensasi Pada Karyawan Industri Manufaktur Pt Sankei
Gohsyu Industries Bekasi. Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Google
Scholar
Kurniawidjaja, D. R. Dr L. Meily, & Ok, Sp.
(2012). Teori Dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Universitas Indonesia
Publishing. Google
Scholar
Maguni, Wahyudin, & Maupa, Haris. (2018). Teori
Motivasi, Kinerja Dan Prestasi Kerja Dalam Al-Quran Serta Pleksibilitas
Penerapannya Pada Manajemen Perbankan Islam. Li Falah: Jurnal Studi Ekonomi
Dan Bisnis Islam, 3(1), 100�124. Google
Scholar
Maharani, Rahmi, & Budianto, Apri. (2019).
Pengaruh Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Dan Kinerja Perawat Rawat Inap Dalam.
Journal Of Management Review, 3(2), 327�332. Google
Scholar
Nabawi, Rizal. (2020). Pengaruh Lingkungan Kerja, Kepuasan
Kerja Dan Beban Kerja Terhadap Kinerja Pegawai. Maneggio: Jurnal Ilmiah
Magister Manajemen, 2(2), 170�183. Google
Scholar
Pajow, Christin, Kawatu, Paul A. T., & Rattu, Joy
A. M. (2020). Hubungan Antara Beban Kerja, Masa Kerja Dan Kejenuhan Kerja
Dengan Stres Kerja Pada Tenaga Kerja Area Opening Sheller Pt. Sasa Inti
Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan. Kesmas, 9(7). Google
Scholar
Rijali, Ahmad. (2019). Analisis Data Kualitatif. Alhadharah:
Jurnal Ilmu Dakwah, 17(33), 81�95. Google
Scholar
Sari, Nlpdy. (2015). Hubungan Beban Kerja, Faktor
Demografi, Locus Of Control Dan Harga Diri Terhadap Burnout Syndrome Pada
Perawat Pelaksana Ird Rsup Sanglah. Coping Ners Journal, 3(02). Google
Scholar
Yuliani, Wiwin. (2018). Metode Penelitian Deskriptif
Kualitatif Dalam Perspektif Bimbingan Dan Konseling. Quanta, 2(2),
83�91. Google
Scholar
Copyright
holder: Nama
Author (Tahun Terbit) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |