Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 5, Mei 2022

 

KAJIAN SINTAKTIS DAN SEMANTIS APOSISI DALAM BAHASA INDONESIA�

 

Tri Mastoyo Jati Kesuma

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Email: [email protected]

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aposisi dalam bahasa Indonesia. Data yang digunakan dalam deskripsi diambil dari sumber tertulis, yaitu surat kabar dan fiksi. Deskripsi ini dilakukan dengan menggunakan kerangka sintaksis dan semantik. Hasil penelitian ini adalah (a) aposisi dalam bahasa Indonesia berfungsi sebagai atribut dalam frasa atributif endosentris; (b) dapat berkategori kata, frasa, dan klausa; dan (c) menyatakan peran tertentu bagi satuan bahasa yang mendahuluinya. Kehadiran aposisi dalam suatu konstruksi berfungsi sebagai pembatas bagi satuan bahasa yang mendahuluinya.

 

Kata kunci: aposisi; sintaksis, semantik, frasa, atribut

 

Abstract

This study aims to describe apposition in bahasa Indonesia. The data used in the description were taken from written sources, namely newspapers and fiction. This description is done by using syntax and semantics frameworks. The result of this research are (a) the apposition in bahasa Indonesia serves as attribute in endocentric attributive phrase; (b) it can be categorized as word, phrase, and clause; and (c) it plays a role as an explanatory for the language unit preceding it. The apposition presence in a construction serves as boundary for language unit which came before it.

 

Keywords: apposition, syntax, semantics, phrase, attribute

 

Pendahuluan

Keberadaan aposisi dalam suatu konstruksi berfungsi sebagai atribut bagi satuan kebahasaan lain yang men�da�huluinya (lih. (Van Der Meij & KRIDALAKSANA, 2008)Dalam konstruksi, fungsi aposisi adalah memberikan keterangan tambahan tentang identitas orang atau benda yang diacu oleh nomina induk. Contohnya sebagai berikut.

1.   Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Temanggung, Slamet Saryono, mengatakan bahwa pemeriksaan hewan kurban sudah dilakukan tiga bulan sebelum Idul Adha. [Kedaulatan Rakyat, 25 Juli 2018]

Aposisi dalam contoh tersebut adalah Slamet Saryono. Slamet Saryono tersebut bersta�tus sebagai aposisi untuk satuan di depannya, yaitu Kepala Dinas Per�ikanan dan Peter�nakan Kabupaten Temanggung. Fungsi aposisi Slamet Saryono dalam contoh tersebut adalah memperjelas identitas kategori nominal induk. Hubungan kedua satuan ke�ba�hasaan tersebut melahir�kan frasa aposisional, frase endosentrik apositif (jika mengikuti (Ramlan, 1981), frasa dengan aposisi sebagai atribut (jika mengikuti (Verhaar, 1996), frase apositif (jika mengikuti (Kridalaksana, 1985) dan Krida�laksana (1988:97)), atau keterangan aposisi (jika mengikuti (Sugono, 2009):93-95).

Aposisi dalam bahasa Indonesia penting untuk diteliti. Aspek penting untuk diteliti ini tidak terkait dengan sudah ada atau belum adanya penelitian yang mendetail, tetapi terkait dengan hasil penelitian yang sudah ada. Dari pengamatan yang dilakukan, ditemukan empat tulisan yang membicarakan aposisi dalam bahasa Indonesia, yaitu hasil penelitian (Kridalaksana, 1985), hasil penelitian (Kridalaksana, 1988), artikel (Khak, 1993) naskah publikasi (Idayanti, 2012)artikel (Kurniawati, Gunawan, & Indrasari, 2017) Kelima hasil penelitian tersebut tidak membahas aposisi dalam bahasa Indonesia dari segi fungsi, kategori, dan peran sintaksis. Penelitian (Kridalaksana, 1985) dan (Kridalaksana, 1988) bersangkutan dengan pola-pola frasa apositif. Dalam artikel (Khak, 1993) dibahas identitas aposisi yang meli�puti pengertian, ciri, ben�tuk, dan jenis-jenisnya. Naskah (Idayanti, 2012) menying�gung karakteristik dan kemung�kinan perluasan aposisi. Sementara itu, artikel (Ardhian, 2013) membahas fungsi aposisi pada gaya penulisan berita. Meskipun demikian, setidak-tidaknya kelima tulisan tersebut telah memberikan arahan penting untuk kela�yakan penelitian ini.

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini berhubungan dengan fungsi, kategori, dan peran sintaktis aposisi dalam bahasa Indonesia. Permasalahannya adalah bagaimana fungsi sintaktis, kategori, dan peran sintaktis aposisi dalam konstruksi kalimat? Peneliti�an ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Penelitian aposisi berada dalam lingkup sintaksis dan semantik. Untuk itu, penelitian ini menggunakan kerangka sintaksis dan semantik. Dalam penelitian ini, kerangka pikir yang ditawarkan oleh (Acu�a, n.d.) dipertimbangkan untuk diikuti.

(Acu�a, n.d.) menyebutkan bahwa, sebagai salah satu jenis relasi gramatikal (gram�matical relations), aposisi, antara lain, dapat ditelaah dari sisi sintaksis dan semantik. Menu�rut (Acu�a, n.d.) telah sintaksis aposisi meliputi telaah dari segi bentuk sintaktis (syn�tactic form), fungsi sintaktis (syntactic function), struktur yang bersangkutan (lincar structure), dan struktur hierarkis (hierarchical structure). Sementara itu, telaah aposisi dari sisi seman�tik meliputi relasi semantis (semantic relations), kelas-kelas semantis (semantic classes), dan integrasi semantis (semantic integration).

Sebagai penelitian yang berada dalam lingkup sintaksis dan semantik, penelitian ini memanfaatkan tiga tataran analisis sintaksis, yaitu fungsi, kategori, dan peran sintak�tis (Verhaar, 1996) (Verhaar, 1996) Dalam (Kesuma, n.d.) dikemukakan bahwa fungsi boleh dibayangkan sebagai �tempat kosong� yang diisi baik oleh kategori maupun oleh peran; kategori sebagai pengisi formal: menurut bentuk, sedangkan peran sebagai pengisi semantik: menurut makna. Fungsi sintaktis adalah konstituen �formal� yang tidak terikat pada unsur semantis tertentu, tidak terikat juga pada bentuk kategorial tertentu (Verhaar, 1996). Fungsi sintaksis mengacu pada istilah Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Pelengkap (Pl), dan Keterangan (K). Kategori sintaktis adalah apa yang sering disebut �kelas kata�, seperti nomina, verba, adjektiva, adverbia, dan lain sebagainya (Verhaar, 1996) Peran sintaktis adalah pengisi semantis untuk fungsi, seperti pelaku, pende�rita, tempat, dan sebagainya (lih. (Verhaar, 1983):70; 1996:173).

 

Metode Penelitian

Penelitian ini terlaksana melalui empat langkah penelitian. Langkah pertama adalah studi pustaka. Pada langkah pertama ini ditelusuri literatur yang berhubungan dengan aposisi dalam bahasa Indonesia. Hasil langkah pertama ini dimanfaatkan untuk menyusun usulan penelitian.

�� Langkah kedua adalah penjaringan data. Dalam penelitian ini, data dijaring secara acak dari surat kabar Kedaulatan Rakyat dan Kompas. Data dalam penelitian ini juga bersumber dari novel sejarah berjudul Gajahmada karya Langit Kresna Hariadi (2012). Data dijaring dengan cara menyimak teks berita pada kedua sumber data tersebut. Data yang terjaring dicatat dalam kartu data dan kemudian diklasifikasikan berdasarkan lingkup permasalahan yang dibahas.

�� Langkah ketiga adalah tahap analisis data. Analisis data ini menerapkan metode agih beserta tekniknya yang gayut. Metode agih adalah metode analisis data yang alat pengujinya berada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Mastoyo, 2007:73; (Sudaryanto, 2015) Teknik yang diterapkan adalah teknik bagi unsur langsung, teknik lesap, teknik perluas, dan teknik ubah wujud.

�� Langkah keempat adalah tahap penyajian hasil analisis data. Dalam penelitian ini, hasil analisis data disajikan secara informal. Maksudnya, penyajian hasil analisis data dilakukan dengan menggunakan kata-kata biasa walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya (lih. (Sudaryanto, 2015) Dalam penyajian secara informal, rumus(-rumus) atau kaidah(-kaidah) dikemukakan dengan kata-kata biasa, kata-kata yang apa�bila dibaca dengan serta merta dapat langsung dipahami.

�����������������

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa aposisi dalam bahasa Indonesia dapat diteliti dari segi fungsi, kategori, dan peran sintaktis. Berikut ini hasil penelitian beserta pembahasannya dari ketiga sisi tersebut dipaparkan.

a. Fungsi Sintaktis Aposisi

Pada tataran klausa, fungsi sintaktis aposisi mengikuti fungsi sintaktis yang ditempati oleh satuan kebahasaan yang diaposisi. Dinyatakan demikian karena posisi aposisi tidak terpisahkan dari satuan kebahasaan yang diaposisi. (Matthews, 2014) menyebutkan bahwa aposisi� berkaitan dengan relasi sintaktis (syntactic relation) yang unsurnya (element) didekatkan dengan satuan kebahasaan dari jenis yang sama. Dalam urutan sintaktis, aposisi terletak di sebelah kanan atau di belakang satuan kebahasaan yang diaposisi. Perhatikan�lah contoh berikut.

(2) ��� Wirahandaka, seorang pemuda yang menemani kedua orang itu, menyimak pembicaraan yang terjadi dengan penuh perhatian. (Hariadi, 2012:9)

(3)���� Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, menghadapi tekanan internasional setelah keputusannya membubarkan Cambodi National Rescue Party (CNRP), partai oposisi terbesar yang menjadi penantang Partai Rakyat Kamboja (CPP). (Kedaulatan Rakyat, 23 Feruari 2018)

(4) ��� Akuwu Tumapel beristrikan Sang Ardhanareswari yang cantik jelita, Ken Dedes. (Hariadi, 2012:3)

Aposisi pada contoh (2), (3), dan (4) adalah seorang pemuda yang menemani orang itu, partai oposisi terbesar yang menjadi penantang Partai Rakyat Kamboja (CPP), dan Ken Dedes. Ketiga aposisi tersebut merupakan satuan-satuan kebahasaan atau unsur-unsur yang dihubungkan dengan dan tidak terpisahkan dari unsur lingual lain, yaitu Wira�handaka, Cambodi National Rescue Party (CNRP), dan Sang Ardhareswari yang cantik jelita, sehingga kedua jenis satuan kebahasaan tersebut membentuk satu kon�struksi, yaitu konstruksi aposisi.

Pada tataran fungsi sintaktis, konstruksi aposisi tersebut menduduki satu fungsi sintaktis. Demikianlah, konstruksi aposisi Wirahandaka, seorang pemuda yang menemani kedua orang itu dalam contoh (2) menduduki fungsi S; �kon�struksi Cambodi National Rescue Party (CNRP), partai oposisi terbesar yang menjadi penantang Partai Rakyat Kamboja (CPP) mengisi fungsi O; dan konstruksi aposisi Sang Ardhanareswari yang cantik jelita, Ken Dedes mengisi fungsi Pl. Namun, jika diperhatikan dari fungsi terhadap satuan kebahasaan di sebelah kiri yang diaposisi, aposisi berfungsi sebagai atribut. Dalam konstruksi aposisi, aposisi memberikan keterangan tambahan terhadap satuan kebahasaan di sebelah kirinya. Jadi, dalam konstruksi Wirahandaka, seorang pemuda yang menemani kedua orang itu, aposisi seorang pemuda yang menemani kedua orang itu memberikan keterangan tambahan terhadap identitas Wirahandaka. Dalam konstruksi Cambodi National Rescue Party (CNRP), partai oposisi terbesar yang menjadi penantang Partai Rakyat Kamboja (CPP), aposisi partai oposisi terbesar yang menjadi penantang Partai Rakyat Kamboja (CPP) memberikan keterangan tambahan untuk Cambodi National Rescue Party (CNRP). Dalam konstruksi konstruksi aposisi Sang Ardhanareswari yang cantik jelita, Ken Dedes, aposisi Ken Dedes menerangkan konstruksi Sang Ardhanareswari yang cantik jelita.

(Verhaar, 1996)(1996:306) menyatakan bahwa aposisi ada dua jenis, yaitu aposisi pem�buka dan aposisi pembatas. Dalam konstruksi frasa, aposisi pembuka tidak mutlak perlu untuk identifikasi orang atau benda yang diacu oleh nomina (Verhaar, 1996):306). Ciri aposisi pembuka adalah dapat disisipkan yakni atau yaitu. Contohnya sebagai ber�ikut.

(5) ��� Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabu�paten Temanggung, drh. Esti Dwi Utami, mengatakan pemeriksaan untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit seperti cacing, kuku dan mulut. (Kedaulatan Rakyat, 25 Juli 2018)

(6)���� Atas dukungan para pendeta, Brahmana, Buddha, dan Syiwa, Raden Wijaya naik tahta bergelar Jayawardhana. (Hariadi, 2012:4)

Aposisi drh. Esti Dwi Utami serta Brahmana, Buddha, dan Syiwa tersebut merupakan aposisi pembuka karena dapat ditam�bahkan kata yakni atau yaitu.

(5a) � Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabu�paten Temanggung, yakni/yaitu drh. Esti Dwi Utami, mengatakan peme�riksaan untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit seperti cacing, kuku dan mulut.

(6a)�� Atas dukungan para pendeta, yakni/yaitu Brahmana, Buddha, dan Syiwa, Raden Wijaya naik tahta bergelar Jayawardhana. (Hariadi, 2012:4)

Aposisi pembatas mutlak perlu hadir demi identitas satuan kebahasaan yang diaposisi. Contohnya sebagai berikut.

(7)���� Istana Majapahit yang megah, yang dibangun dengan dinding tebal berbatu berawal dari sebuah desa bernama Tarik, berada pada garis lurus ke selatan dari Pelabuhan Sungai juga Benteng Canggu yang terletak di arah selatan pedukuhan Majakerta. (Hariadi, 2012:6)

(8)���� Tuanku Sri Jayanegara adalah raja yang sah, yang pengangkatannya sebagai Pangeran Pati dilakukan sendiri olehTuanku Prabu Rajasa.

Aposisi yang dibangun dengan dinding tebal berbatu berawal dari sebuah desa bernama Tarik dan yang pengangkatannya sebagai Pangeran Pati dilakukan sendiri olehTuanku Prabu Rajasa tersebut merupakan aposisi pembatas. Aposisi tersebut mutlak hadir demi kejelasan identitas satuan kebahasaan yang diaposisi, yaitu istana Majapahit yang megah dan Tuanku Sri Jayanegara adalah raja yang sah. Ciri aposisi pembatas tersebut adalah tidak dapat didahului kata yakni atau yaitu. Jadi, konstruksi Istana Majapahit yang megah, yakni/yaitu yang dibangun dengan dinding tebal berbatu berawal dari sebuah desa bernama Tarik dianggap tidak berterima (lihat (7a)). Demikian pula konstruksi Tuanku Sri Jayanegara adalah raja yang sah, yakni/yaitu yang pengangkatannya sebagai Pangeran Pati dilakukan sendiri olehTuanku Prabu Rajasa dianggap tidak berterima (lihat (8a)).

(7a)�� *Istana Majapahit yang megah, yakni/yaitu yang dibangun dengan dinding tebal berbatu berawal dari sebuah desa bernama Tarik, berada pada garis lurus ke selatan dari Pelabuhan Sungai juga Benteng Canggu yang terletak di arah selatan pedukuhan Majakerta.

(8a)�� *Tuanku Sri Jayanegara adalah raja yang sah, yakni/yaitu yang pengang�katannya sebagai Pangeran Pati dilakukan sendiri olehTuanku Prabu Ra�ja�sa.

Di samping pembedaan aposisi menurut (Verhaar, 1996)dapat dikemukakan pula pandangan aposisi menurut (Sugono, 2009). (Sugono, 2009):93), dengan menggu�nakan istilah keterangan aposisi, mengemukakan bahwa keterangan aposisi tidak sama dengan keterangan tambahan. (Sugono, 2009) menyatakan bahwa (a) keterangan tambahan memberikan penjelasan nomina (S ataupun O), tetapi berbeda dari keterang�an aposisi dan (b) keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan.� (Sugono, 2009):92, 93) menyajikan contoh berikut.

(9)���� Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.

(10)�� Siswanto, mahasiswa semester lima, mendapat beasiswa.

Menurut (Sugono, 2009):92), konstruksi dosen saya, Bu Erwin dalam contoh (9) merupa�kan keterangan aposisi yang mengisi fungsi S. Dalam konstruksi aposisi tersebut, unsur Bu Erwin merupakan keterangan aposisi karena dapat dipertukarkan tempatnya dengan unsur yang diterangkan, yaitu Dosen saya, tanpa ada perubahan informasi pokok (lihat konstruksi (9a)). Sebaliknya, Menurut (Sugono, 2009):93-94), unsur mahasis�wa semester lima merupakan keterangan tambahan karena tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan, yaitu Siswanto. Jika letak susunan konstruksi Siswanto, maha�siswa semester lima dipertukarkan, lahirlah konstruksi yang berubah maknanya (lihat (10a)). (Sugono, 2009):94) menambahkan bahwa kehadiran keterangan tambahan dapat ditiadakan tanpa mengganggu struktur (lihat (10b) dan (10c)).

(9a)�� Bu Erwin, dosen saya, terpilih sebagai dosen teladan.

(10a) Mahasiswa semester lima,� Siswanto, mendapat beasiswa.

(10b) Mahasiswa semester lima mendapat beasiswa.

(10c) Siswanto mendapat beasiswa.

b. Kategori Sintaktis Aposisi

Bila diperhatikan dari sisi bentuk kategori, kategori aposisi dapat berbentuk kata, frasa, atau klausa. Contohnya sebagai berikut.

(11)�� Dukuh Tirto Desa Hargotirto, Surti, mengatakan bahwa jumlah rumah tidak layak huni di wilayahnya mencapai 57 unit rumah [...]. (Kedaulatan Rakyat, 18 Mei 2018)

(12)�� Asuransi BRI Life, salah satu anak perusahaan Bank BRI, terus memberikan apresiasi dan dukungan maksimal atas prestasi atlet olahraga nasional. (Kedaulatan Rakyat, 18 Mei 2018)

(13)�� Tim bedah rumah Kabupaten Kulonprogo, dipimpin Bupati dr. Hasto War�doyo dan Wabub Drs. Sutedjo serta Forum Peduli Kulonprogo (FPKP), melaku�kan bedah rumah di wilayah Kecamatan Kokap belum lama ini. (Kedaulatan Rakyat, 18 Mei 2018)

 

Pada contoh (11) � (13) tersebut tampak bahwa aposisi dapat berbentuk kata, frasa, dan klausa. Surti merupakan aposisi yang berbentuk kata, yaitu nama diri. Salah satu anak perusahaan Bank BRI merupakan aposisi yang berbentuk frasa, yaitu frasa endosentrik atributif bermakna posesif. Sementara itu, dipimpin Bupati dr. Hasto War�doyo dan Wabub Drs. Sutedjo serta Forum Peduli Kulonprogo (FPKP) adalah aposisi yang berupa klausa, yaitu klausa verbal pasif.

�Terkait dengan kategori aposisi, persoalan yang terjadi adalah konstruksi aposisi yang aposisinya berupa frasa seperti contoh (12), pembalikan konstruksi, jika mengikuti (Ramlan, 1981) akan menimbulkan keraguan identitas aposisi karena dapat disisipkan kata yaitu atau yakni (lihat (12a) dan (12b)). Sebaliknya, dalam konstruksi aposisi, letak aposisi yang berupa klausa tidak dapat dipertukarkan karena hasilnya tidak berterima (lihat (13a)).

�(12a)� ?Salah satu anak perusahaan Bank BRI, Asuransi BRI Life, terus mem�berikan apresiasi dan dukungan maksimal atas prestasi atlet olahraga nasional.

(12b) ?Salah satu anak perusahaan Bank BRI, yaitu/yakni Asuransi BRI Life, terus memberikan apresiasi dan dukungan maksimal atas prestasi atlet olah�raga nasional.

(13a) *Dipimpin Bupati dr. Hasto War�doyo dan Wabub Drs. Sutedjo serta Forum Peduli Kulonprogo (FPKP), Tim bedah rumah Kabupaten Kulonprogo, melaku�kan bedah rumah di wilayah Kecamatan Kokap belum lama ini.

Dapat ditambahkan bahwa (Ramlan, 1981)(Kridalaksana, 1985), dan (Kridalaksana, 1988) sepakat un�tuk menyatakan bahwa aposisi mem�bentuk frasa apositif bersama de�ngan satuan keba�hasaan yang diaposisi. Contohnya se�ba�gai berikut.

(14) � Raja Kediri terakhir, Sri Kertajaya, menggunakan lambang Garu�dha�muka sebagaimana Airlangga, leluhurnya. (Hariadi & Nurjanah, 2017)

Dalam contoh (14) tersebut, aposisi Sri Kertajaya membentuk frasa apositif bersama de�ngan satuan kebahasaan yang diaposisi, yaitu raja Kediri terakhir. Dalam frasa apositif tersebut, aposisi sebagai atribut (Verhaar, 1996):306). Menurut (Ramlan, 1981), ciri frasa (endosentrik) apositif adalah unsur-unsurnya tidak dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau dan secara semantik unsur yang satu sama dengan unsur yang lain. Jadi, frasa raja Kediri terakhir, Sri Kertajaya merupakan frasa apositif karena tidak dapat diubah menjadi *raja Kediri terakhir dan Sri Kertajaya atau *raja Kediri terakhir atau Sri Kertajaya.

�Sementara itu, (Kridalaksana, 1985) dan (Kridalaksana, 1988) mengekalkan konstruksi beraposisi menjadi frasa apositif. Dalam bahasa Indonesia, menurut (Kridalaksana, 1985) terdapat lima pola frasa apositif, yaitu (a) frasa nominal aposisif berpola nomina + (frasa) nomina (misalnya: Ita, anak kakak; Kiki, gadis ini), (b) frasa nominal apositif berpola nomina + yang + (frasa) nomina (misalnya: Emil Salim yang menteri; Christine Hakim yang bintang film), (c) frasa nominal apositif berpola nomina + yang bukan + (frasa) nomina (misalnya: Simon yang bukan rasul; Nobon yang bukan pemain bola), (d) frasa verbal apositif berpola verba + ingkar + verba ungkapan perbaikan/pengukuhan (misalnya: Rakyat menangis�bukan menjerit�karena derita yang taktertahankan itu; Para penggarap menolak�katakanlah, membangkang�keputusan wali kota itu), dan (e) frasa adjektival aposisif berpola adjektiva + ingkar + adjektiva ungkapan perbaikan/pengukuhan (misalnya: Lampu di ruangan itu redup�bukan remang-remang; Istrimu sekarang kurus�eh, mungkin lebih baik langsing).

c. Peran Sintaktis Aposisi

Dalam (Acu�a, n.d.) dibahas relasi semantik antarunsur dalam aposisi dan kelas-kelas semantis aposisi. Dikatakan oleh (Acu�a, n.d.) bahwa relasi antarunsur da�lam aposisi dapat referensial dan nonreferensial. Relasi semantis aposisi bersifat re�feren�sial apabila �mengacu pada (sepenggal) realitas yang sama (refer to the same �piece of reality�). Contohnya sebagai berikut.

(15)�� Vice President PT KAI Daerah Operasi III Cirebon, Dwi Erni Ratnawati, mengatakan, wilayah Cirebon-Brebes tidak termasuk daerah rawan banjir. (Kompas, 25 Februari 2018)

(16)�� Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Willem Rampangilei mengatakan, dalam penanggulangan bencana, pemerintah berusaha agar warga di daerah yang dinyatakan rawan bencana dengan potensi sangat tinggi itu direlokasi. (Kompas, 25 Februari 2018)

Dalam contoh (15) dan (16) tersebut, aposisi Dwi Erni Ratnawati dan Willem Rampa�ngilei� mempunyai referen yang sama dengan satuan yang diterangkan, yaitu Vice President PT KAI Daerah Operasi III Cirebon dan Kepala Badan Nasional Penang�gulangan Bencana (BNPB) sehingga kedua satuan atau unsur tersebut sama-sama meng�acu pada realitas yang sama. Oleh karena itu, hubungan antarsunsur dalam konstruksi aposisi tersebut bersifat referensial sehingga kedua unsur dalam konstruksi aposisi tersebut dapat berganti peran. Dengan mengikuti (Sugono, 2009) kedua unsurnya dapat dipertukarkan letaknya.�

(15a) Dwi Erni Ratnawati, Vice President PT KAI Daerah Operasi III Cirebon, mengatakan, wilayah Cirebon-Brebes tidak termasuk daerah rawan banjir.

(16a) Willem Rampangilei, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), mengatakan, dalam penanggulangan bencana, pemerintah ber�usaha agar warga di daerah yang dinyatakan rawan bencana dengan po�tensi sangat tinggi itu direlokasi.

Karena acuan atau referennya sama, salah satu unsur dalam konstruksi aposisi dapat dihilangkan. Hasil penghilangan salah satu unsur itu ternyata tidak mengubah informasi yang terkandung.

(15b) Vice President PT KAI Daerah Operasi III Cirebon mengatakan, wilayah Cirebon-Brebes tidak termasuk daerah rawan banjir.

(15c) Dwi Erni Ratnawati mengatakan, wilayah Cirebon-Brebes tidak termasuk daerah rawan banjir.

(16b) Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB mengatakan, dalam penanggulangan bencana, pemerintah ber�usaha agar warga di daerah yang dinyatakan rawan bencana dengan po�tensi sangat tinggi itu direlokasi.

(16c) Willem Rampangilei mengatakan, dalam penanggulangan bencana, peme�rintah ber�usaha agar warga di daerah yang dinyatakan rawan ben�cana dengan po�tensi sangat tinggi itu direlokasi.

Relasi semantis aposisi dapat bersifat nonreferensial. Sifat ini terjadi apabila relasi antarunsur dalam konstruksi aposisi merupakan relasi sinonim, homonim, dan atribusi. Dalam penelitian aposisi dalam bahasa Indonesia ini, yang ditemukan hanya relasi aposisi yang sinonim. Contohnya sebagai berikut.

(17)�� Suatu perilaku dari para tokoh masyarakat, public figure, dapat menjadi suri teladan dalam antikorupsi. (Kedaulatan Rakyat, 13 Desember 2017)

Unsur-unsur dalam konstruksi aposisi tokoh masyarakat, public figure dalam contoh (17) tersebut sinonim meskipun kesinoniman tersebut terjadi antara kata bahasa Indo�nesia: tokoh masyarakat dan kata bahasa Inggris: public figure.

Aposisi memiliki hubungan semantis atau menyatakan peran semantis tertentu terhadap satuan kebahasaan yang diaposisi. Dari penelitian yang dilakukan, ditemukan lima jenis peran semantis aposisi, yaitu pengidentitasan, penunjukan, penjelasan, per�contohan, dan perincian. Peran pengidentitasan berhubungan dengan peran memberikan identitas kepada satuan kebahasaan lain. Dalam hal ini, peran aposisi sebagai pengiden�titasan adalah peran aposisi sebagai pemberi identitas pada satuan kebahasaan yang diaposisi. Contohnya sebagai berikut.�

(18) � Istri adik saya, Ibu Niken, adalah Kepala Sekolah SMPN 1.

Dalam contoh (18) tersebut, Ibu Niken merupakan aposisi untuk istri adik saya. Dalam konstruksi tersebut, Ibu Niken memberikan identitas pada istri adik saya.�

Aposisi dapat menyatakan peran penunjukan, yaitu peran yang berfungsi menunjuk pada satuan kebahasaan yang diaposisi. Contohnya sebagai berikut.

(19) � Si Betty, kucing pintar itu, tidur lelap di sofa.

(20)�� TMall, platform belanja online milik Alibaba Group itu, telah meluncurkan Indonesia Country Pavillion, pavilion belanja untuk produk Indonesia.

�Satuan kebahasaan kucing pintar itu dan platform belanja online milik Alibaba Group itu dalam contoh (19) dan (20) tersebut merupakan aposisi yang menyatakan peran penunjukan. Aposisi kucing pintar itu menunjuk si Betty, sedangkan platform belanja online milik Alibaba Group itu menunjuk pada Tmall.

Dalam konstruksi apositif, aposisi dapat menyatakan peran penjelas. Artinya, aposisi tersebut bertugas memberikan penjelasan terhadap satuan kebahasaan yang diaposisi. Contohnya sebagai berikut.

(21) � Rakrian Tanca yang diampuni, Rakrian Tanca yang sembilan tahun ter�akhir menekuk wajah amat dalam, kepadanya dipercayakan tugas meng�obati Sang Prabu [...]. (Hariadi, 2012:9)

(22)�� Ki Wongso Banar dan Ki Dipo Rumi, dua orang penduduk biasa yang tinggal di luar dinding Kotapraja Majapahit itu, memiliki wawasan yang jarang dimiliki oleh orang lain. (Hariadi, 2012:8-9)

Dalam konstruksi aposisif Rakrian Tanca yang diampuni, Rakrian Tanca yang sembilan tahun ter�akhir menekuk wajah amat dalam, aposisi Rakrian Tanca yang sembilan tahun ter�akhir menekuk wajah amat dalam berperan sebagai penjelas bagi Rakrian Tanca yang diampuni. Dalam konstruksi, aposisi tersebut berperan sebagai pemberi keterangan tambahan untuk Rakrian Tanca yang diampuni. Keterangan tambahan tersebut dapat diperjelas dengan menyisipkan kata adalah.

(21a) �� Rakrian Tanca yang diampuni adalah Rakrian Tanca yang sembilan tahun ter�akhir menekuk wajah amat dalam, kepadanya dipercayakan tugas meng�obati Sang Prabu [...].

Sementara itu, dalam contoh (22) aposisi dua orang penduduk biasa yang tinggal di luar dinding Kotapraja Majapahit itu juga menyatakan peran penjelas. Hanya saja, peran penjelasnya tidak diperjelas dengan kata adalah, tetapi kata yakni atau yaitu.

(22a) Ki Wongso Banar dan Ki Dipo Rumi, yakni/yaitu dua orang penduduk biasa yang tinggal di luar dinding Kotapraja Majapahit itu, memiliki wawasan yang jarang dimiliki oleh orang lain.

Dalam konstruksi apositif, aposisi dapat menyatakan peran percontohan. Dalam konstruksi ini, aposisi berisi contoh dari satuan kebahasaan yang diaposisi. (Khak, 1993) menyatakan bahwa dalam konstruksi apositif ini aposisi memberi contoh apositif satuan kebahasaan di depannya. Contohnya sebagai berikut.

(23) � Kita belum memiliki keterangan sama sekali. Artinya, kita baru menebak dan meraba-raba seperti keadaan kita dalam pekat dan tebalnya kabut ini. (Hariadi, 2006:29)

(24)�� Dalam berolah raga, kita harus dapat menggerakkan anggota-anggota tubuh kita, seperti leher, tangan, pinggang, dan kaki.

Satuan kebahasaan seperti keadaan kita dalam pekat dan tebalnya kabut ini dan seperti leher, tangan, pinggang, dan kaki dalam contoh (23) dan (24) tersebut merupakan aposisi yang menyatakan peran percontohan. Aposisi pertama merupakan contoh untuk satuan kebahasaan kita baru menebak dan meraba-raba, sedangkan aposisi kedua merupakan contoh untuk satuan kebahasaan anggota-anggota tubuh kita.

Aposisi yang menyatakan peran perincian dapat dilihat dalam contoh (25) ber�ikut.

(25) � Yogyakarta terdiri atas empat kabupaten, yaitu Kabupaten Sleman, Kabu�paten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kabupaten Kulon Progo.

Satuan kebahasaan Kabupaten Sleman, Kabu�paten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kabupaten Kulon Progo merupakan aposisi bagi empat kabupaten. Dalam kon�struksi apositif tersebut, aposisi merupakan rincian dari satuan kebahasaan yang diapo�sisi.

����������� Dapat dikemukakan pula bahwa (Khak, 1993)(Khak, 1993) memasukkan pula peran aposisi sebagai perevisi, atribut, dan ketermasukan. Peran perevisi adalah peran merevisi satuan kebahasaan yang diaposisi. Contohnya sebagai berikut.

(26)�� Dialah satu-satunya orang yang mengunjungi gereja, gereja katolik. (Khak, 1993) Satuan kebahasaan gereja katolik tersebut merupakan aposisi yang berperan sebagai perevisi yang bertujuan membuat rumusan lebih tepat atau perbaikan (Khak, 1993).

�� Aposisi yang berperan sebagai atribut adalah aposisi yang berfungsi sebagai atribut bagi unsur yang diaposisi. Contohnya sebagai berikut.

(27)�� Kelompok Otong dapat jatah perambahan seluas 900 hektare, hampir separuh kawasan hutan Siginjang-ginjang. (Khak, 1993)285)

Satuan kebahasaan hampir separuh kawasan hutan Siginjang-ginjang tersebut merupa�kan aposisi yang menyatakan peran atribut bagi perambahan seluas 900 hektare.

Aposisi yang berperan sebagai ketermasukan adalah aposisi yang merupakan bagian dari unsur yang diaposisi. Contohnya sebagai berikut.

(28)�� Barang-barang berharga, seperti emas dan berlian, lebih baik disimpang di tempat yang aman.

Satuan kebahasaan seperti emas dan berlian dalam contoh (28) tersebut adalah aposisi yang merupakan bagian dari barang-barang berharga.

 

Kesimpulan

Karakteristik aposisi dalam bahasa Indonesia memiliki karakteristik sintaktis dan semantis. Dari sisi sintaktis, aposisi dalam bahasa Indonesia mengisi satu fungsi sintaktis bila hadir dalam kalimat. Demikian pula, kategori sintaktis antarunsur dalam konstruksi aposisi adalah sama, yaitu jika unsur yang diterangkan berkategori nomina, misalnya, aposisinya pun berkategori nomina.

Dari sisi semantik, aposisi dapat bersifat referensial dan nonreferensial dengan unsur yang diaposisi. Aposisi bersifat referensial apabila antara unsur yang diterangkan dan aposisinya mengacu pada acuan atau referen yang sama. Sebaliknya, aposisi bersifat nonreferensial apabila aposisi merupakan sinonim, homonim, atau atribusi dari unsur yang diterangkan atau diaposisi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Acu�a, Juan Carlos. (N.D.). Meyer, Charles F. Apposition In Contemporary English. Cambridge: Cambridge University Press. 1992. Pp. Xiii, 152.Google Scholar

 

Ardhian, Dany Dkk. (2013). (2013). �Aposisi Bahasa Indonesia� Dalam Transling Jour�Nal: Translation And Linguistics, 1(1), 53�64.

 

Hariadi, Adli Ihsan, & Nurjanah, Dade. (2017). Hybrid Attribute And Personality Based Recommender System For Book Recommendation. 2017 International Conference On Data And Software Engineering (Icodse), 1�5. Ieee. Google Scholar

 

Idayanti, Esti Nurul. (2012). Karakteristik Pemakaian Aposisi Dan Perluasan Unsur Dalam Berita Kriminal �Sergap� Di Rcti. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Google Scholar

 

Kesuma, Tri Mastoyo Jati. (N.D.). Verba Transitif Berobjek Dapat Lesap Dalam Bahasa Indonesia. Google Scholar

 

Khak, Muh Abdul. (1993). (1993). . �Aposisi Dalam Bahasa Indonesia� Dalam Penyelidikan Bahasa Dan Perkembangan Wawasannya Jilid 1. Jakarta: Masyarakat Linguistik Indonesia, Hlm. 275-287. Google Scholar

 

Kridalaksana, Harimurti. (1985). Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia: Sintaksis (Vol. 85). Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Google Scholar

 

Kridalaksana, Harimurti. (1988). Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem Dalam Bahasa Indonesia (Vol. 33). Kanisius. Google Scholar

 

Kurniawati, Ardhian, Gunawan, Beni Teguh, & Indrasari, Disty Putri Ratna. (2017). Dampak Upah Minimum Terhadap Kemiskinan Di Indonesia Tahun 2006-2014. Jurnal Riset Ekonomi Dan Manajemen, 17(2), 233�252. Google Scholar

 

Matthews, Peter Hugoe. (2014). The Concise Oxford Dictionary Of Linguistics. Oxford University Press. Google Scholar

 

Ramlan, Muhammad. (1981). Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Up Karyono. Google Scholar

 

Sudaryanto, Sudaryanto. (2015). Metode Dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Appti. Google Scholar

 

Sugono, Dendy. (2009). Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia. Bandung: Mizan. Google Scholar

 

Van Der Meij, Dick, & Kridalaksana, Harimurti. (2008). A New Edition Of Pigeaud�s Javanese-Dutch Dictionary. Jstor. Google Scholar

 

Verhaar, John W. M. (1983). On The Syntax Of Yang In Indonesian. Papers From The Third International Conference On Austronesian Linguistics, Vol. 4: Thematic Variation. Pacific Linguistics. Google Scholar

 

Verhaar, John W. M. (1996). Asas-Asas Linguistik Umum. Google Scholar

������������������������������������������������

Copyright holder:

Tri Mastoyo Jati Kesuma (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: