Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, No. 5, Mei 2022
KOMPETENSI DIGITAL PESERTA PENDIDIKAN JARAK JAUH PADA BALAI DIKLAT
KEGAMAAN MAKASSAR
Muh. Zainal, ST Kasmawati
Balai Diklat Keagamaan Makassar, Indonesia
Dosen Universitas Negeri Makassar, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini
dilaksanakan untuk mengetahui tingkat kompetensi digital peserta pendidikan dan pelatihan jarak jauh Publikasi
Ilmiah bagi Guru yang dilaksanakan oleh balai diklat keagamaan Makassar. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan instrumen self assessment digital
compotence untuk responden sebanyak 40 orang. Data
dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui level kompetensi
digital yang terdiri dari
level pengguna dasar, pengguna independen dan pengguna mahir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa level kompetensi digital peserta PJJ Pubikasi Ilmiah bagi Guru berada pada level menengah (pengguna Independen) yang merupakan level dominan yang dimiliki oleh peserta PJJ. Pengguna independen berarti pengguna telah mampu memproses
informasi digital, informasi
dari hasil browsing, serta mampu membuat,
menyimpan dan mengakses konten digital secara independen tanpa memperoleh bantuan dari orang lain. Hal ini berarti sudah lebih
banyak peserta PJJ mampu menjalankan aplikasi LMS Moodle pada pembelajaran
jarak jauh meskipun tanpa bantuan dari panitia
penyelenggara. Temuan ini menghendaki agar dalam menetapkan peserta pendidikan dan latihan jarak jauh
hendaknya memilih calon peserta dengan
level penggunan independent menggunakan
instrumen self assessment
competence dan disesuakan dengan
kompetensi yang dibutuhkan dalam menjalankan LMS yang digunakan
dalam pembelajaran.
Kata Kunci: literasi digital; self
assessment; pelatihan virtual
Abstract
This research was conducted to determine the level of digital competence
of participants in distance education and training in Scientific Publications
for Teachers carried out by the Makassar religious education and training
center. This research is a qualitative research using
a digital competency self-assessment instrument for 40 respondents. The data
were analyzed using qualitative descriptive analysis to determine the level of
digital competence consisting of basic user level, independent user and
advanced user. The results showed that the digital competency level of the PJJ
Scientific Publication participants for teachers was at the intermediate level
(Independent users) which is the dominant level possessed by the PJJ
participants. Independent user means that the user has been able to process
digital information, information from browsing results, and is able to create,
store and access digital content independently without getting help from
others. This means that more PJJ participants are able to run the LMS Moodle
application in distance learning even without the help of the organizing
committee. This finding requires that in determining participants for distance
education and training, they should choose prospective participants with an
independent level of use using a self-assessment competence instrument and
adjusted to the competencies needed to run the LMS used in learning.
Keywords: digital literacy;
self-assessment; virtual training
Pendahuluan
Penetrasi teknologi informasi dan komunikasi dalam segala bidang kehidupan
manusia telah terjadi dan juga turut didorong oleh wabah Corona
Virus-19 (Covid-19) terutama di Indonesia. Pemberlakuan protokol kesehatan selama pandemi Covid-19 (Yubo, Yoshua, GA, Ratnasariani, & AM, 2021)
juga berdampak pada model pendidikan
dan pembelajaran formal termasuk
pendidikan dan pelatihan di
lembaga pemerintah (Efendi, 2017). Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, mau tidak mau harus
bertransformasi menjadi pembelajaran dari model konvensional menjadi pembelajaran online yang mempersyaratkan
pemanfaatan tools, device dan interface teknologi (Zainal, 2020).
Proses transformasi model pendidikan dan
pembelajaran ini, memiliki tantangan yang luar biasa, mulai
dari ketersediaan akses jaringan internet, kepemilikan device dan perangkat teknologi seperti smartphone dan komputer/laptop, serta perubahan habit dalam penerimaan teknologi oleh para pengguna (Zainal, 2020).
Perilaku seseorang dalam menerima dan mengadopsi sistem informasi (Technologi Acceptance
Model) dan teknologi turut bepengaruh terhadap keberhasilan seseorang mencapai tujuan dalam memanfaatkan teknologi (Chen, Rong, Ma, Qu, & Xiong, 2017).
Kondisi ini merupakan tantangan
yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan seperti perangakat digital pendukung, aspek perubahan prilaku bagi pengguna
internet serta mempersyaratkan
kompetensi yang spesifik untuk mengadopsi pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran (Shahabadi & Uplane, 2014).
Pelaksanaan pendidikan dan latihan pada lembaga Diklat pemerintah perlu beradaptasi pada teknologi informasi agar pelaksanaan pendidikan dan latihan yang dilaksanakan dapat terselenggara dengan baik. Aspek
infrastruktur digital dan program aplikasi
pendukung pada umumny adapat dipenuhi akan tetapi aspek
pemenuhnan kompetensi
digital yang memadai bagi seluruh penyelenggara diklat termasuk widyaiswara, peserta diklat dan panitia diklat kadang kala terlupakan (Zainal, 2020).
Kemampuan dan keterampilan digital yang selanjutnya
disebut sebagai kompetensi digital adalah tingkat kemampuan yang dimiliki seseorang sangat tergantung pada kebiasaan dalam menggunakan perangkat digital sehari-hari (Chen et al., 2017)
yang secara empiris menunjukkan bahwa seseorang memiliki kemampuan lebih dalam bidang teknologi
informasi dan literasi data
sangat dipengaruhi oleh pemanfaatan
teknologi dalam berkolaborasi dan berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari mereka (�ebi & Reisoğlu, 2020). Kompetensi
digital dengan demikian terbangun dari habit seseorang terhadap teknologi informasi dan komunikasi (Zainal, 2020)
yang dapat menumbuhkan kebiasaan dalam berkolaborasi, berinteraksi dan berkomunikasi dengan memanfaatkan perangkat dan data
digital.
Kompetensi digital dalam persfektif ini, sangat universal, dimana seseorang selain memiliki keterampilan dalam penggunaan perangkat digital seperti
smartphone dan personal computer, juga sangat dipengaruhi
oleh habit atau kebiasaan dalam menggunakan interface teknologi dalam bentuk aplikasi untuk melakukan kolaborasi dan komunikasi satu sama lain (Zainal, 2020).
Pemenuhan Kompetensi
digital bagi elemen pendidikan dan latihan yang dilaksanakan oleh lembaga pemerintah sangat penting khususnya dalam membangun kepercayaan dan kemampuan diri dalam penguasaan information
Communication and Technologie (ICT) agar memiliki kemampuan menciptakan kondisi belajar yang kondusif bagi peserta didik
(Mannila, Nord�n, & Pears, 2018).
Pentingnya pemenuhan
keterampilan digital dalam pembelajaran melalui pemanfaatan TIK pada apek penyediaan sarana dan prasarana infrasturktur teknologinya pada umumnya dapat dipenuhi oleh� pengela pendidikan dan latihan, akan tetapi masalah
ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi digital justru tidak terpenuhi
sehingga program integrasi teknologi menjadi proyek mercusuar (Zainal, 2020).
Realitas empiris ini menjadi dasar
utama perlunya melakukan pengukuran terhadap penguasaan kompetensi digital SDM pengelola pendidikan dan latihan agar
proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh pada balai diklat pemerintah memungkinkan untuk dilaksanakan dengan pertimbangan bahwa selama masa pandemi Covid-19, penggunaan aplikasi berbasis sistem IOS dan android selama pelaksanaan pembelajaran jarak jauh mengalami pertumbuhan pesat hingga 33% pada tahun 2020 (Rukmini & Inderawati, 2020).
Dukungan ini memungkinkan pelaksanaa PJJ menggunakan LMS seperti GC,
Moodle dengan dukungan
media sosial lainnya seperti WA, FB, IG dan sebagainya.
Pemanfaatan teknologi informasi dalam pelatihan khususnya orang dewasa sudah banyak dilakukan
seperti pelatihan peningkatan sumber daya manusia organsasi
(Gegenfurtner & Schmidt-Hertha, 2020)
akan tetapi perlu mempertimbangkan bagaimana peserta pelatihan dapat menyesuaikan diri dengan model pelatihan online menggunakan LMS� (Gegenfurtner & Schmidt-Hertha, 2020)
sehingga menjadi penting untuk mengetahui
tingkat kompetensi digital peserta pelatihan untuk dapat sekaligus
mengetahui persepsi mereka terhadap pelaksanaan pelatihan yang menggunakan perangkat digital (Bonnes, Leiser, Schmidt‐Hertha, Rott, & Hochholdinger, 2020).
Proses tersebut membutuhkan
keterampilan SDM dalam menginstall, mengakses, menggunakan atau mengelola sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Keseluruhan faktor tersebut perlu didukung oleh kemampuan digital literasi seperti kemampuan dalam memproses informasi, berkomunikasi, membuat konten digital, menjaga keamanan informasi dan data serta dapat memecahkan masalah terkait penggunaan perangkat dan
interface digital (Law, Woo, & Wong, 2018); (Zainal, 2020).
Penelitian tentang pengukuran kompetensi digital telah banyak dilakukan, akan tetapi pengukuran
kompetensi digital sebagai bagian penting dari pengambilan kebijakan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yang terdiri dari pengukuran
kompetensi digital pelaksana,
peserta dan widyaiswara
yang bertugas dalam sebuah pelatihan belum mempersyaratkan pengukuran kompetensi digital. Hal
ini akan berakibat pada keputusan yang menetapkan pengelola pendidikan dan pelatihan jarak jauh yang memanfaatkan TIK tidak memiliki Kompetensi yang kualified yang akan berakibat pada resiko gagalnya sebuah pendidikan dan pelatihan (Penna & Stara, 2007); (Barik & Karforma, 2012); (Straehler-Pohl & Pais, 2014).
Pengukuran kompetensi digital memang sangat beragam dengan indikator yang beragam pula, akan tetapi pengukuran
kompetensi digital menjadi
sangat penting dan merupakan
tantangan penting agar dapat dijadikan dasar untuk mengambil
keputusan terkait dengan pelaksanaan pembelajaran (He & Zhu, 2017).
Idelanya dalam pembelajaran
jarak jauh yang dilaksanakan oleh lembaga kediklatan, seharusnya telah mempersyaratkan pemenuhan kompetensi digital yang
dimiliki oleh SDM pengelola
pendidikan dan latihan. Panitia, Peserta dam Widyaiswara harus memiliki kemampuan literasi digital yang memadai
agar dapat terbangun interaksi pembelajaran dalam proses pelatihan melalui pemanfaatan perangkat digital, program digital dan mampu
mengatasi masalah yang terjadi dalam pemanfaatan
teknologi digital selama
proses pembelajaran berlangsung (Kaeophanuek, Na-Songkhla, & Nilsook, 2019); (Riel, Christian, & Hinson, 2012).
Pengukuran kompetensi digital dalam penelitian ini menggunakan indikator Self Assessment Digital Compotence
oleh (Law et al., 2018) diukur melalui lima komponen yaitu (1) Memproses informasi terdiri dari menjelajah, mencari, dan memfilter data, informasi, dan konten digital, mengevaluasi data, informasi dan konten digital dan mengelola
data, informasi dan konten
digital, memproses informasi,
(2) Berkomunikasi terdiri dari berinteraksi melalui teknologi digital, berbagi melalui teknologi digital, terlibat dalam pengurusan kewarganegaraan melalui teknologi digital, berkolaborasi melalui teknologi digital, Tiketing online, mengelola identitas digital, berkomunikasi,
(3) Membuat Konten terdiri dari kompetensi
dalan mengembangkan konten digital, mengintegrasikan
dan mengelaborasi ulang konten digital, Hak Cipta dan Lisensi serta pemrograman, (4) Menjaga keamanan terdiri dari kompetensi
dalam melindungi perangkat, melindungi data dan privasi pribadi, melindungi kesehatan dan kesejahteraan, dan melindungi lingkungan, (5) Mampu memecahkan masalah terdiri dari kompetensi dalam memecahkan masalah teknis, mengidentifikasi kebutuhan dan tanggapan teknologi, secara kreatif menggunakan teknologi digital dan
mengidentifikasi kesenjangan
kompetensi digital (Law et al., 2018).
Kelima kompetensi ini harus dimiliki
oleh pengelola PJJ agar dapat
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik.
Secara konseptual penguasaan keterampilan digital selain untuk menyelesaikan masalah dalam berbagai
konteks, juga untuk dapat memperluas pengetahuan dan keterampilan yang
dapat difungsikan dalam memenuhi kebutuhan pribadi, kebutuhan organisasi dan termasuk kebutuhan dalam bekerja (Jimoyiannis & Gravani, 2011).
Akan tetapi dalam kaitannya dengan pengelolaan PJJ, kompetensi
digital SDM pengelola pendidikan
dan latihan jarak jauh memerlukan keterampilan pedagogiek dan andragogiek yang terintegrasi dengan teknologi informasi dan komunikasi sebagai cerminan dari sikap profesionaisme
(Rohs & Bolten, 2017)
Pandangan ini tentu
mempersyaratkan sikap profesionalisme SDM dalam melaksanakan tugas dan tanggugjawabnya perlu diukur dari penguasaan
kompetensi digital yang dimilikinya.
Pengukuran kompetensi digital bagi peserta diklat tidak dapat dipisahkan
dari realitas tentang� kesenjangan
yang luar biasa yang dialami oleh SDM pada lembaga diklat. Akan tetapi dalam konteks penelitian
ini, keberhasilan PJJ di tentukan oleh elemen pendukung diantaranya adalah (1) Kurikulum, (2) SDM (Panitia, WI dan Peserta) dan (3)
Infra dan suprastruktur. Posisi
Kompetensi SDM menjadi prioritas sebgai unsur yang sangat kuat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran jarak jauh yang dilaksanakan secara sicronus dan asincronus memanfaatkan beragam tools, dan
interface yang tersedia, yang membutuhkan
kemampuan dan keterampilan literasi digital (Yamagata-Lynch, 2014).
Pada PJJ terlaksana proses komunikasi,
berbagi data, mengarahkan
proses, menilai dan melaksanakan
pembimbingan dan pembelajaran
dengan memanfaatkan
interface teknologi. Penelitian
ini berfokus pada pengukuran kompetensi digital peserta diklat dalam kerangka pelaksanaan pendidikan dan latihan dengan tetap mempertimbangkan aspek kesenjangan antara peserta dalam pemenuhan kompetensi digital. Desain utama dari penelitian ini adalah menganalisis
tingkat Kompetensi digital� peserta
diklat melalui pengukuran menggunakan intrumen Digilib Europe pada diklat yang dilaksanakan oleh Balai Diklat Keagamaan
Makassar.
Penelitian ini bertujuan untuk
melengkapi kekurangan studi yang ada dengan menitik beratkan pada pengukuran dan analisis kompetensi digital peserta diklat jarak jauh sebagai
dasar pengambilan keputusan penetapan peserta Pendidikan jarak Jauh di BDK Makassar. Sejalan dengan tujuan tersebut,
dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu bagaimana tingkat kompetensi digital peserta PJJ Publikasi Ilmiah bagi Guru pada Balai Diklat Keagamaan Makassar. Hal ini didasarkan pada dugaan bahwa keberhasilan
pelaksanaan E-diklat pada balai diklat keagamaan
Makassar perlu di dukung kesiapan sumber daya manusia khususnya
peserta diklat yang memiliki kompetensi digital yaitu pengetahuan dan keterampilan bidang ICT agar dapat mengoperasikan aplikasi e-diklat berbasis LMS selama pembelajaran berlangsung.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada balai diklat keagamaan
Makassar sebagai salah satu
lembaga pelaksana diklat dilingkungan kementerian Agama Republik
Indonesia. Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengukur tingkat kompetensi digital peserta diklat PJJ Publikasi Ilmiah yagn dilaksanakan oleh BDK
Makassar. Sumber data menggunakan
data primer dan data sekunder yang diperoleh dari 40 responden peserta diklat jarak jauh menggunakan angket dan observasi pada aktivitas pembelajaran pada LMS
Moodle. Kuesioner (angket) menggunakan intrumen Self Assessment Digital Compotence
Digilib Europe yang terdiri
atas 5 komponen dan 21 sub komponen kompetensi digital untuk menetukan level pengguna mahir, independen dan dasar. Teknik
analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif, dimana data
yang diperoleh� melalui
angket dari sejumlah responden dianalisis melalui teknik analisis statistik deskriptif untuk mengkategorikan kemampuan digital peserta diklat PJJ. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar untuk merekomendasikan
pentingnya mengukur tingkat kompetensi digital peserta sebagai persyaratan menjadi peserta diklat PJJ.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Temuan penelitian tentang kompetensi digital peserta pendidikan jarak jauh Publikasi
Ilmiah Bagi Guru diukur melalui lima komponen yaitu (1) memproses informasi, (2) berkomunikasi, (3) membuat konten (4) menjaga keamanan, (5) memecahkan masalah, menggunakan intrumen Self Assessment Digital Compotence Digilib Europe. Hasil isian kuesioner pada penelitian ini digunakan untuk menganalisis dan memetakan tingkat kompetensi digital peserta PJJ yang dikelompokkan menjadi tiga level yaitu level pengguna dasar, pengguna indepenen dan pengguna mahir yang disebarkan pada 40 orang responden Temuan penelitian terkait dengan kompetensi digital peserta dalam memproses
informasi diukur melalui kemampuan peserta melakukan browsing, mencari dan memfilter, mengevaluasi serta mengelola data dan informasi konten digital menunjukkan tingkat kompetensi digital peserta diklat masih lebih dominan
berada pada level pengguna dasar.
Tabel 1
Kompetensi Peserta PJJ Publikasi Ilmiah
Dalam Memproses Informasi Digital
No |
Kompetensi Digital |
f |
����
% |
1 |
Pengguna Tinggi |
9 |
23 |
2 |
Pengguna Independen |
20 |
50 |
3 |
Pengguna Dasar |
11 |
28 |
40 |
100 |
�����������������
Sumber: Temuan Penelitian, 2021
Temuan penelitian
ini menegaskan bahwa pada umumnya peserta diklat memiliki kompetensi digital pada
level pengguna dasar yang berarti bahwa peserta
pada umumnya hanya mampu mencari informasi/browsing, mencari and memfilter data dan informasi dari konten digital. Akan tetapi masih terdapat
peserta yang belum mampu melakukan evaluasi data dan informasi konten digital dan mengelola data
dan informasi konten
digital. Dengan demikian dapat
dirumuskan bahwa kemampuan peserta diklat dalam meproses
informasi berada pada tingkat pengguna dasar karena data menunjukkan persentase peserta pada tingkat pengguna dasar lebih tinggi dari
persentasi tingkat pengguna independen dan tingkat pengguna mahir.
Komponen kedua adalah
komponen kemampuan dalam berkomunikasi yang diketahui dari beberapa elemen seperti kemampuan berinteraksi, berbagi terlibat dalam mengurus kewarganegaraan, berkomuniasi dengan perangkat digital, menerima layanan digital menggunakan fitur canggih untuk
berkolaborasi.
Tabel 2
Kompetensi Peserta PJJ Publikasi Ilmiah
Dalam Berkomunikasi
No |
Kompetensi Digital |
f |
� % |
1 |
Pengguna Tinggi |
15 |
38 |
2 |
Pengguna Independen |
15 |
38 |
3 |
Pengguna Dasar |
10 |
25 |
40 |
100 |
�������������������
Sumber: Temuan Penelitian, 2021
Temuan penelitian
ini menunjukkan bahwa pada umumnya peserta sudah memiliki
kompetensi digital pada tingkat
tinggi dan independen yang berarti peserta telah memiliki kemampuan tinggi dalam membangun komunikasi interaktif, berkolaborasi dan berbagi dengan memanfaatkan teknologi digital dalam layanan publik. Temuan penelitian ini ditunjukkan dari persentase pengguna tinggi dan independen lebih besar dari persentase
pengguna dasar. Meskipun dalam penelitan ini masih
ditemukan pengguna tingkat dasar yaitu
pengguna yang berlum mampu berkolaborasi menggunakan teknologi digital.
Koponen ketiga
adalah kompetensi digital peserta PJJ dalam pembuatan konten digital yang dietahui dari keterampilan
peserta membuat konten digital, mengintegrasikan
dan mengembangkan konten
digital termasuk dalam membuat hak cipta
dan lisensi serta perograman.
Tabel 3
Kompetensi Peserta PJJ Publikasi Ilmiah
Dalam Membuat Konten Digital
No |
Kompetensi Digital |
f |
� % |
1 |
Pengguna Tinggi |
6 |
15 |
2 |
Pengguna Independen |
21 |
53 |
3 |
Pengguna Dasar |
13 |
33 |
40 |
100 |
������������������
Sumber: Temuan Penelitian, 2021
Temuan penelitian
menunjjukkan bahwa kompetensi digital peserta dalam membuat konten
digital masih berada pada
level independen dimana persentase keterampilan pada
level penggunan independen lebih tinggi dari
pengguna level tinggi dan
level dasar. Temuan ini berarti bahwa
peserta pada umumnya telah memiliki kemampuan membuat, mengintegrasikan dan mengembangkan
kembali konten digital hasi browsing, akan tetapi masi memiliki
keterbatasan dalam hal penggunaan hak cipta dan lisensi
serta pemrograman.
Komponen keempat adalah
kompetensi digital peserta diklat dalam hal
menjaga keamanan seperti kemampuan melindungi perangkat, data pribadi, dan menajga kesehatan dan kesejahteraan serta lingkungan selama pemanfaatan teknologi digital.
Tabel 4
Kompetensi Peserta PJJ Publikasi Ilmiah
Dalam Menjaga Keamanan
No |
Kompetensi Digital |
f |
� % |
1 |
Pengguna Tinggi |
8 |
20 |
2 |
Pengguna Independen |
14 |
35 |
3 |
Pengguna Dasar |
18 |
45 |
40 |
100 |
�����������������
Sumber: Temuan Penelitian, 2021
Temuan penelitian
ini menegaskan bahwa pada umumnya peserta memiliki kompetensi digital pada level pengguna
independen yang ditunjukkan
oleh persentasi pengguna independen lebih tinggi dari persentase
pengguna tinggi dan dasar. Hal ini berarti bahwa peserta
telah memiliki kemampuan dalam melindungi perangkat dan melindungi data pribadi, meskipun masih terbatas dalam memperhatikan efek pada kesejahteraan dan lingkungan.
Komponen kompetensi ke lima adalah kompetensi digital dalam memecahkan masalah yang diketahui dari kemampuan peserta PJJ dalam memecahkan masalah teknis, mengidentifikasi kebutuhan dan respon teknologi dan kreatif dalam penggunaaan
teknologi.
Tabel 5
Kompetensi Peserta PJJ Publikasi Ilmiah
Dalam Memecahkan Masalah
No |
Kompetensi Digital |
f |
� % |
1 |
Pengguna Tinggi |
4 |
10 |
2 |
Pengguna Independen |
14 |
35 |
3 |
Pengguna Dasar |
22 |
55 |
40 |
100 |
������������������
Sumber: Temuan Penelitian, 2021
Temua penelitian ini menunjukkan bahwa dalam hal
pemecahan masalah teknis peserta diklat masih berada
pada kategori level pengguna
dasar. Pada umumnya peserta hanya kreatif
dalam memanfaatkan teknologi tetapi belum mampu mengatasi
trouble shooting jika terjadi
masalah baik pada perangkat maupun pada program.
Hal ini ditunjukkan melalaui persentase tertinggi ada pada kategori pengguna dasar sementara pengguna tinggi dan pengguna independen lebih rendah.
B. Pembahasan
Penelitian tetang
kompetensi digital peserta pendidikan jarak jauh pada balai diklat kegamaan makassar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kompetensi digital peserta PJJ pada Pendidikan dan Latihan Publikasi
Ilmiah Bagi Guru Madrasah. Berdasarkan temuan penelitian diketahui bahwa Tingkat kompetensi digital peserta PJJ berada pada level menengah (pengguna Independen) dengan persentase rata-rata kompetensi
digital yang terdir dari meproses informasi, berkomunikasi, membuat konten, menjaga keamana dan memecahkan masalah sebesar 42,2% lebih tinggi dari
persentase peserta yang memiliki kompetensi literasi pada level penggunan mahir dan pengguna dasar. Dari lima komponen pengukuran kompetensi digital hanya kemampuan dalam berkomunikasi yang berada pada level pengguna mahir, sementara kemampuan memproses informasi dan membuat konten digital berada pada level pengguna independen, sementara menjaga keamanan dan memecahkan masalah berada pada level penggunan dasar.
Tabel 6
Kompetensi Peserta PJJ Publikasi Ilmiah Dalam
Memproses Informasi Digital
No |
Kompetensi
Digital |
Mahir
|
Independen |
Dasar |
|||
f |
% |
f |
% |
f |
% |
||
1 |
Memproses Informasi
|
9 |
23 |
20 |
50 |
11 |
28 |
2 |
Berkomunikasi |
15 |
38 |
15 |
38 |
10 |
25 |
3 |
Membuat Konten
|
6 |
15 |
21 |
53 |
13 |
33 |
4 |
Menjaga keamanan |
8 |
20 |
14 |
35 |
18 |
45 |
5 |
Memecahkan Masalah
|
4 |
10 |
14 |
35 |
22 |
55 |
Rata � Rata |
8 |
21,2 |
17 |
42,2 |
15 |
37,2 |
Sumber: Temuan
Penelitian, 2021
Temuan penelitian tersebut menunjukkan bahwa peserta diklat
memiliki tingkat kemahiran dalan membangun komunikasi dan berkolaborasi menggunakan perangkat digital. Kemampuan tersebut terdiri dari kemampuan peserta berinteraksi menggunakan perangkat digital, berbagi data dan infromasi dengan orang lain serta juga terlibat dalam mengurus kewarganegaraan seperti dalam pengurusan
layanan kewarganegaraan
(KTP). Dalam konteks pendidikan dan pelatihan maka peserta diklat
telah memiliki kemampuan dalam membangun kolaborasi melalui aplikasi moodle seperti membuat akun untuk
berinteraksi melalui form atau diskusi melalui
chating yang tersedia pada
LMS. Selain itu peserta juga telah memiliki kemampuan dalam melakukan pendaftaran online, mengikuti seleksi dan mencetak kartu tanda peserta
sebelum mereka mengikuti kegiatan pembelajaran jarak jauh.
Temuan penelitian
ini menunjukkan bahwa keberhasilan peserta mengikuti pjj ditetnukan oleh tingkat kemahiran peserta dalam menggunakan
beragam alat komunikasi seperti email,
chatting, form, instan chatting, blog, webblog dan sosial media untuk membangun komunikasi online dalam pembelajaran (Law et al., 2018). Jika peserta
menguasai hal tersebut maka peserta
dapat menggunakan fasilitas LMS Moodle seperti
group chatting, form diskusi dan email termasuk dalam mengecek jadwal yang menggunakan sistem kalender, pemeriksaan onine spreadsheet dan berbagi tugas dalam bentuk
berbagi file.
Selain itu peserta
juga terbukti mampu menggunakan perangkat digital dan
menggunakan fitur canggih yang tersedia seperti mengikuti teleconfrence dengan zoom dan menggunakan platform digital berbasis
LMS Moodle. Hal ini menjadi
bukti temuan penelitian ini bahwa peserta sudah
memiliki kompetensi digital
dalam berkomunikasi menggunakan perangkat digital. Meskipun diketahui bawah dari temuan ini
sudah terdapat peserta diklat memiliki kemampuan pada tingkat mahir dalam
memproses informasi seperti membuat cadangan file dalam bentuk cloud, RSS file dari web tertentu dan menggunakan browser
yang beragam untuk sekaligus membandingkan hasil browsing pada konten tertentu (Law et al., 2018).
Temuan penelitian
juga menunjukkan bahwa beberapa peserta PPJ memiliki kompetensi digital pada
level pengguna independen yaitu pada komponen memproses informasi digital dan membuat konten digital. Kemampuan memproses informasi digital diperoleh dari kemampuan peserta diklat dalam mencari dan menemukan informasi digital melalui laman web site dengan browsing, melakukan filter
terhadap informasi yang diterima. Pada pelatihan jarak jauh hal
ini dilakukan sebagai bagian dari proses pencarian informasi dan sumber belajar tambahan dengan melakukan browsing pada mesin pencari seperti
Google, Bin dan open browser lainnya seperti mencari informasi dalam bentuk video, gambar atau suara.
Dalam pencarian
atau browsing peserta belum mampu menggunakan
filter pencarian khusus serta belum mampu
membuat dan memposting konten melalui halaman web menggunakan template seperti wordpress dan blogspot. Sementara untuk pembuatan konten juga belum terlalu memahami cara menjaga privasi
dan hak cipta seperti sistem site pada internat melalui jurnal, web page, ebook dan sejenisnya.� Hal ini merupakan bentuk
keterampilan informasi yaitu kemampuan seseorang dalam� mengidentifikasi
dan mengakses sumber informasi, menentukan permintaan pencarian, memilih informasi yang relevan, mengevaluasi, mengubah dan membuat informasi baru (Jimoyiannis & Gravani, 2011).
Temuan ini
tentu menjadi informasi bahwa peserta dengan level independent berarti memiliki kemampuan utnuk menjalankan aplikasi LMS pada BDK
Makassar meskipun tanpa bantuan orang lain seperti dalam mengakses laman LMS, membuat akun, menetapkan password, mengakses bahan ajar bahan tayang dan evlauasi dalam bentuk video, gambar dan slide. Selain itu peserta
juga telah memeiliki kemampuan dalam menyelesaikan tugas LMS dengan mengupload tugas dalam bentuk
file pdf atau tipe file
yang diinginkan oleh pengajar
secara mandiri dengan mepertimbangkan aspek privasi dan hak cipta. Meskipun
memang ditemukana beberapa masih �copy paste� tanpa menggunakan etika cite pada sumber yang dibuat dalam konten
mereka. Meskipun temuan penelitian ini, seluruh peserta
belum memahami sama sekali bahasa
pemrograman sehingga menyulitkan untuk membuat webblog dan situs dengan platform tertentu, akan tetapi kebutuhan
LMS Moodle juga telah menyiapkan
model submitted konten dalam
bentuk beragam file sehingga meskipun tidak memiliki kemampuan bahasa program, peserta dapat mengupload
tugasnya dalam bentuk file.
Temuan penelitian
ini menunjukkan bahwa level pengguna dasar masih lebih
dominan pada aspek menjaga keamana dan memecahkan masalah yang dihadapi pada saat melakukan browsing, penelusuran, pembuatan dan analisis konten digital serta aktivitas lainnya di internet.
Pada umumnya peserta tidak mampu menyelsaikan
masalah misalahnya koneksi terputus, atau troubel shooting alikasi dan sejenisnya. Selain itu peseta juga belum mahir dalam
menjaga privasi, danmembedakan antara konten yang dapat disebar publik dan privasi. Hal ini dilihat dari persentase
peserta yang tidak mampu memecahkan masalah dan menjaga kemanan lebih separuh
dari jumlah keseluruhan peserta diklat.
Pada umumnya peserta PJJ hanya mampu mengambil
langkah dasar dalam melindungi perangkat seperti penggunaan password dengan level menengah menggunakan aplikasi anti virus standar bawaan program yang sudah terinstal. Hal ini merupakan bagian
dari keterampilan operasional yaitu pengetahuan dasar dan keterampilan dalam menggunakan teknologi digital (seperti perangkat komputer, perangkat lunak serba guna,
browser Internet, aplikasi Web, perangkat
pintar dan sebagainya (Jimoyiannis & Gravani, 2011).
Penggunaan password belum menggunakan verifikasi dua langkah sehingga sangat rentan ntuk dicuri,
dan masih banyak mengungkapkan infomasi pribadi secara online pada laman-laman yang tidak memerlukan informasi pribadi. Untuk faktor kesehatan dan lingkungan, kebanyakan masih tidak menggunakan
dan mempertimbangkan aspek kesehatan seperti jarak mata, dengan
layar atau jumlah waktu didepan
perangkat digital. Peserta
juga berada pada kategori penggunan dasar pada kemampuan dalam mengatasi masalah saat menggunakan perangkat atau program. Kebanyakan masih mengandalkan orang lain. Beberapa
kasus ditemuakan peserta belum mampu
membuat email sendiri dengan kombinasi password sendiri, masih belum terbiasa membuat koneksi pada jaringan internet dan membutuhkan
bantuan orang lain. Pada level ini
pesereta haru memiliki kemampuan dan keterampilan strategis yaitu kemampuan dalam menerapkan prosedur penyelesaian masalah, pemikiran kritis dan analisis, strategi perencanaan dan evaluasi, terhadap penggunaan teknologi imformasi dan komunikasi (Jimoyiannis & Gravani, 2011).
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa peserta dengan
kemampuan kompetensi
digital berada pada level penggunan
dasar menyebabkan mereka sebagai peserta masih banyak
membutuhkan bantuan dari panitia atau
dari teman lain agar dapat mengakses LMS Moodle dalam belajar online. Peserta harus dibantu
dan dipastikan apakah mereka telah memiliki
akun email, mengetahui pasword, sudah mendaftar atau registrasi pada LMS Moodle termasuk
mengingatkan tentang jadwal pembelajaran PJJ melalui aplikasi pendukung seperti WAG (Whatssapp Group). Hal ini karen kebanyakan dari mereka masih
tergantung pada orang lain karena
keterbatasa yang dimiliki seperti mengecek hasil pennugasan, batas waktu penugasan,
cara memperoleh bahan ajar dan bahan tayang dan seluruh kebutuhan peserta yang disediakan oleh pengelola secara digital.
Temuan ini memang
telah ditegaskan oleh beberapa peneliti bahwa pemenuhan kompetensi digital sumber daya manusia dalam
organisasi di era digital (Oberl�nder
et al., 2020) sangat dibutuhkan seperti keterampilan dan pengetahuan teknologi digital, penguasai terhadap perangkat multimedia dan kemampuan
dalam berkomunikasi dan berkolaborasi (Esteve-Mon, Llopis, & Adell-Segura, 2020).
Kompetensi tersebut harus dpenuhi agar peserta dapat mengikuti
kegiatan pembelajaran secara baik dan trstruktur sesuai dengan desain pembelajaran
yang telah dirancang oleh Widyaiswara melalui laman LMS.
Temuan penelitian ini merekomendasikan pentingnya menjadikan pengukuran kompetensi digital sebagai salah satu prasyarat sebelum menetapkan peserta diklat PJJ. Hal ini disebabkan karena kompetensi ini sangat berpengaruh pada kemampuan organisasi meningkatkan daya saing termasuk
dalam kemampuan mengadopsi penggunaan teknologi untuk mencapai tujuan organisasi maka diperlukan pengukuran kompetensi digital (Ferrari, Punie, & Redecker, 2012);
Oberl�nder et al., 2020). Sehinga
perlu dirumuskan oleh organisasi, terkait indikator yang diperlukan dengan tingkat kelulusan yang memungkinkan peserta dapat berinteraksi
pada LMS.
Secara spesifik terkait dengan aplikasi LMS yang digunakan pada pembelajaran jarak jauh maka perlu
perumusan indikator kompetensi digital yang didasarkan
pada konsep lengkap dari teori kompetensi
apalagi dalam perkembangannya (Ferrari et al., 2012)
sesuai dengan kebutuhan kopetensi dan keterampilan yang dibutuhkan pada
LMS. Dengan demikian maka indikator kompotensi yang dipersyaratkan diantaranya adalah kemampuan dalam melakukan registrasi dan layanan LMS Moodle, kemampuan membuat akun email sendiri, kemampuan membuat konten dengan mempertimbangkan etika dan privasi, kemampuan menyebarkan informasi yang mempertimbangkan privat atau publik,
kemampuan memperoleh infirmasi dalam beragam bentuk dan tipe file, kemampuan dalam memamfaatkan situs sosial media, kemampuan melakukan trouble shooting pada jaringan,
perangkat dan program dan kemampuan
memperoleh, mengakses dan menyimpan file serta menggunakan fitur feed web selama kegiatan pembelajaran jarak jauh berlangsung.
Pendidikan
dan pelatihan jarak jauh yang dilaksanakan jika peserta memiliki
kompetensi digital paling tidak
pada level independen akan menghasilkan pelatihan yang efisien dan efektif. Pelatihan online dapat terlaksana secara efektif selain dipengaruhi oleh kemampuan dan kompetensi digital peserta (Yeganegi, 2018),
juga dipengaruhi oleh jenis
pelatihan yagn dilaksanakan seperti pelatihan teknis yang membutuhkan kerjasama yang tidak dapat dilatihkan
pada ssat pelatihan tatap muka (Moskaliuk, Bertram, & Cress, 2013).
Temuan penelitian ini menghendaki setiap peserta memiliki kemampuan kopetensi digital pada level penggunan
independen, dimana mereka dapat mengkases,
menggunakan, mengolah dan meperoleh infirmasi secara mandiri tanpa membutuhkan bantuan orang lain. Oleh karena itu intrumen pengukuran
pada pelaksanaan pembelajaran
jarak jauh perlu dirancang secara spesifik sesuai dengan kompetensi
digital yang dibutuhkan dalam
penggunaan LMS seperti keseuruhan indikator pengguna dasar, dan beberapa indikator pengguna level independent dan pengguna
mahir. Domain pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam konteks kompetensi
digital memang sedikit berbeda dari bidang
lainnya, dan tiga ranah ini harus
disesuikan dengan bidang kompetensi digital yang dipersyaratkan (Ferrari et al., 2012).
Kesimpulan
Berdasarkan temuan
penelitian diketahui bahwa tingkat kompetensi
digital peserta PJJ berada
pada level menengah (pengguna
Independen) dengan persentase rata-rata kompetensi
digital yang terdiri dari memproses informasi, berkomunikasi, membuat konten, menjaga keamanan dan memecahkan masalah sebesar 42,2% lebih tinggi dari
persentase peserta yang memiliki kompetensi literasi pada level penggunan mahir dan pengguna dasar. Dari lima komponen pengukuran kompetensi digital hanya kemampuan dalam berkomunikasi yang berada pada level pengguna mahir, sementara kemampuan memproses informasi dan membuat konten digital berada pada level pengguna independen, sementara menjaga keamanan dan memecahkan masalah berada pada level penggunan dasar. Temuan penelitian ini menghendaki bahwa dalam pelaksanaan
Pendidikan dan pelaitihan Jarak Jauh
perlu mempersyaratkan peserta yang dinyatakan lolos dan layak mengikuti PJJ adalah peserta dengan kompetensi digital paa level independen� dengan menggunakan self assesment
competence yang disesuaikan dengan
kebutuhan kompetensi
digital yang dibutuhkan untuk
mengoperasikan Learning Manegement
Sistem yang digunakan dalam pembelajaran.
Barik, Nikhilesh, & Karforma, Sunil.
(2012). Risks and remedies in e-learning system. ArXiv Preprint
ArXiv:1205.2711. Google Scholar
Bonnes, Caroline, Leiser, Carmen, Schmidt‐Hertha,
Bernhard, Rott, Karin Julia, & Hochholdinger, Sabine. (2020). The
relationship between trainers� media‐didactical competence and
media‐didactical self‐efficacy, attitudes and use of digital media
in training. International Journal of Training and Development, 24(1),
74�88. Google Scholar
�ebi, Ay�a, & Reisoğlu,
İlknur. (2020). Digital competence: A study from the perspective of
pre-service teachers in Turkey. Journal of New Approaches in Educational
Research (NAER Journal), 9(2), 294�308. Google Scholar
Chen, Hui, Rong, Wenge, Ma, Xiaoyang, Qu,
Yue, & Xiong, Zhang. (2017). An extended technology acceptance model for
mobile social gaming service popularity analysis. Mobile Information Systems,
2017. Google Scholar
Efendi, Yuli Kartika. (2017). Pelaksanaan
Program Pendidikan Pelatihan Di Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi Dan
Kependudukan Pemerintah Propinsi Jawa Timur. Khazanah Pendidikan, 10(2).
Google Scholar
Esteve-Mon, Francesc, Llopis, M., &
Adell-Segura, Jordi. (2020). Digital competence and computational thinking of
student teachers. International Journal of Emerging Technologies in Learning
(IJET), 15(2), 29�41. Google Scholar
Ferrari, Anusca, Punie, Yves, &
Redecker, Christine. (2012). Understanding digital competence in the 21st
century: An analysis of current frameworks. European Conference on
Technology Enhanced Learning, 79�92. Springer. Google Scholar
Gegenfurtner, Andreas, &
Schmidt-Hertha, Bernhard. (2020). and Paul Lewis. Google Scholar
He, Tao, & Zhu, Chang. (2017). Digital
informal learning among Chinese university students: the effects of digital
competence and personal factors. International Journal of Educational
Technology in Higher Education, 14(1), 1�19. Google Scholar
Jimoyiannis, Athanassios, & Gravani,
Maria. (2011). Exploring adult digital literacy using learners� and educators�
perceptions and experiences: The case of the second chance schools in Greece. Journal
of Educational Technology & Society, 14(1), 217�227. Google Scholar
Kaeophanuek, Siriwatchana, Na-Songkhla,
Jaitip, & Nilsook, Prachyanun. (2019). A learning process model to enhance
digital literacy using critical inquiry through digital storytelling
(CIDST).Kaeophanuek, Siriwatchana, Na-Songkhla, Jaitip, & Nilsook,
Prachyanun. (2019). A learning process model to enhance digital literacy using
crit. International Journal of Emerging Technologies in Learning, 14(3).
Google Scholar
Law, Nancy, Woo, David, & Wong, Gary.
(2018). A global framework of reference on digital literacy skills for
indicator 4.4. 2. UNESCO. Google Scholar
Mannila, Linda, Nord�n, Lars �ke, &
Pears, Arnold. (2018). Digital competence, teacher self-efficacy and training
needs. Proceedings of the 2018 ACM Conference on International Computing
Education Research, 78�85. Google Scholar
Moskaliuk, Johannes, Bertram, Johanna,
& Cress, Ulrike. (2013). Impact of virtual training environments on the
acquisition and transfer of knowledge. Cyberpsychology, Behavior, and Social
Networking, 16(3), 210�214. Google Scholar
Penna, Maria, & Stara, Vera. (2007).
The failure of e-learning: why should we use a learner centred design. Journal
of E-Learning and Knowledge Society, 3(2), 127�135. Google Scholar
Riel, J., Christian, S., & Hinson, B.
(2012). Charting Digital Literacy: A Framework For Informastion Technology And
Digital Skills In The Community College. SSRN Electronic Journal. Google Scholar
Rohs, Matthias, & Bolten, Ricarda.
(2017). Professionalization Of Adult Educators For A Digital World: An European
Perspective. European Journal of Education Studies. Google Scholar
Rukmini, E., & Inderawati, M. M.
(2020). Riset: online learning sebagai masa depan pendidikan tinggi Indonesia
selepas pandemi. Retrieved from The Conversation Website:
Https://Theconversation.
Com/Riset-Online-Learning-Sebagai-Masa-Depan-Pendidikan-Tinggi-Indonesia-Selepas-Pandemi-138214.
Google Scholar
Shahabadi, Mehdi Mehri, & Uplane,
Megha. (2014). Learning styles and academic performance of synchronous
E-learning students. Asian Journal of Research in Social Sciences and
Humanities, 4(5), 148�161. Google Scholar
Straehler-Pohl, Hauke, & Pais,
Alexandre. (2014). Learning to fail and learning from failure�ideology at work
in a mathematics classroom. Pedagogy, Culture & Society, 22(1),
79�96. Google Scholar
Yamagata-Lynch, Lisa C. (2014). Blending
online asynchronous and synchronous learning. International Review of
Research in Open and Distributed Learning, 15(2), 189�212. Google Scholar
Yeganegi, Kamran. (2018). Determination of
the Competencies of Trainers; Case Study of Iran Technical & Vocational
Training Organization (Tvto). Case Study of Iran Technical & Vocational
Training Organization (Tvto)(February 16, 2018). Google Scholar
Yubo, Bouway Dolfinus, Yoshua, Sinaga, GA,
Subratha I. Dewa, Ratnasariani, W., & AM, Aibesa Adventa. (2021). Kepatuhan
Masyarakat terhadap Protokol COVID-19 pada Masa Pemberlakuan New Normal di Kota
Jayapura, Provinsi Papua, Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia,
16(1), 26�33. Google Scholar
Zainal, Muh. (2020). Integrasi Model SAMR
(Subtitution, Augmentation, Modification, and Redefinition) pada Diklat Jarak
Jauh Balai Diklat Keagamaan Makassar. Jurnal Widyaiswara Indonesia, 1(3),
155�163. Google Scholar
Copyright holder: Muh. Zainal, ST Kasmawati (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |