Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 5, Mei 2022
PERBEDAAN KENAIKAN SKOR BISHOP ANTARA NEUTROFIL SWAB
VAGINA ≤ 5 DAN > 5 PADA KEHAMILAN ≥ 41 MINGGU YANG DIINDUKSI
DENGAN MISOPROSTOL
Boby Hartanto1, Joserizal Serudji2,
Defrin2
1 Residen Obstetri dan ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas, Andalas/RSUP dr. M. Djamil Padang, Indonesia
2 Bagian Obstetri
dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas/RSUP
dr. M. Djamil Padang, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak
Kejadian induksi persalinan
dengan berbagai indikasi terus meningkat. Kunci keberhasilan induksi persalinan adalah serviks yang matang. Penelitian menunjukkan derajat kematangan serviks yang dinilai dengan skor Bishop dipengaruhi oleh kadar neutrofil yang terkandung di dalam stroma serviks yang dapat dideteksi melalui pemeriuksaan swab vagina.
Neutrofil akan menghasilkan kolagenase berupa matriks metalloproteinase
- 8 (MMPs � 8) yang akan mendegradasi
serat kolagen serviks, sehingga serviks menjadi lunak dan matang. Misoprostol adalah obat yang paling banyak dewasa ini
digunakan dalam induksi persalinan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan kenaikan skor Bishop antara neutrofil swab vagina
≤ 5 dan > 5 pada kehamilan 41 minggu yang diinduksi dengan misoprostol. Penelitian ini yaitu penelitian
analitik yang menjelaskan adanya hubungan antara variabel melalui pengujian hipotesa dengan desain penelitian Cross
Sectional. Penelitian dan pengumpulan
data pada penelitian ini dimulai bulan september
2020 sampai dengan Maret 2021 di RSUD Padang panjang
dengan metode consecutive
sampling pada 52 sampel dengan
Variabel dependen Kenaikan skor Bishop dan Variabel independen Kadar neutrofil swab vagina. Secara statistik terdapat perbedaan kenaikan skor Bishop antara neutrofil swab vagina ≤ 5 dan > 5 pada kehamilan 41 minggu yang diinduksi dengan misoprostol (p 5
lebih tinggi yaitu 6 � 1,21 sedangkan pada neutrofil negatif 1,50 � 0,92.
Kesimpulan: Terdapat perbedaan
kenaikan skor Bishop antara neutrofil swab vagina
≤ 5 dan > 5 pada kehamilan 41 minggu yang diinduksi dengan misoprostol.
Kata kunci: skor
bishop, neutofil swab vagina
Abstract
Keywords: skor bishop, neutofil swab
vagina
Pendahuluan
Persalinan atau labor adalah suatu proses pengeluaran fetus dan plasenta dari uterus, ditandai dengan peningkatan aktifitas miometrium yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks serta keluarnya lendir dan darah ( show ) dari vagina. Lebih dari 80% proses persalinan berjalan normal, 15 - 20% dapat terjadi komplikasi persalinan yang memerlukan intervensi (Safdar AH, Kia HD, 2013).
Induksi persalinan merupakan salah satu prosedur yang dilakukan untuk mengatasi beberapa komplikasi persalinan. Induksi persalinan adalah stimulasi buatan yang dilakukan untuk merangsang kontraksi uterus baik secara farmakologi maupun mekanik sebelum onset persalinan normal. Secara farmakologi induksi dapat dilakukan dengan pemberian oksitosin dan prostaglandin, sedangkan mekanik diantaranya adalah pemasangan balon kateter intra serviks, stripping membran dan amniotomy (Organization, 2018).
World Health organization (WHO) mencatat, prevalensi induksi persalinan semakin meningkat yakni 20 - 25% dari seluruh persalinan di dunia dengan berbagai indikasi, baik ibu, janin, ataupun kombinasi dari keduanya. Diperkirakan satu dari empat kelahiran bayi diintervensi dengan induksi persalinan. Di negara - negara maju seperti Amerika Serikat angka induksi mencapai 22,5%, sedangkan di negara Eropa seperti United Kingdom, sekitar 23% dari seluruh persalinan dibantu dengan induksi, sedangkan di negara Amerika Latin induksi persalinan mencapai 11,4 %. Negara benua Afrika seperti Nigeria angka induksi persalinan berada pada angka yang rendah yakni hanya 3%.
Di Indonesia,WHO menemukan dari 500.000 ibu bersalin dengan risiko, 200.000 diantaranya dilakukan induksi persalinan dan angka ini cenderung meningkat. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009 menyebutkan bahwa terdapat ibu bersalin yang dilakukan induksi sebanyak 285 kasus dari 1046 persalinan yang didapat dari hasil penelitian di beberapa rumah sakit di Indonesia (Reni & Sunarsih, 2018). Penelitian Salmarini di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Murjani tahun 2016 juga menunjukkan bahwa tindakan induksi persalinan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yakni sebanyak 86 kasus (4,43%)� pada tahun 2013, sebanyak 154 kasus (7,12%) pada tahun 2014, dan pada tahun 2015 sebanyak 181 kasus (9,15%) (Salmarini, Lathifah, & Puruhita, 2016). Data dari laporan bulanan beberapa Rumah Sakit Daerah di Sumatera barat yang bekerjasama denga RSUP M jamil, RSUD Padang Panjang merupakan salah satu rumah sakit dengan angka induksi persalinan terbanyak yakni mencapai 30 - 35% dari seluruh persalinan.
Salah satu indikasi induksi persalinan yang paling sering adalah kehamilan postterm atau kehamilan lewat waktu dimana umur kehamilan mencapai setidaknya 41 minggu. WHO merekomendasikan untuk melakukan induksi persalinan bila usia kehamilan dapat dikenali dengan seksama pada usia 40 6/7 minggu (Organization, 2018). Galal� et al dalam penelitiannya menyebutkan bahwa induksi persalinan pada usia aterm antara kehamilan 40 sampai 42 minggu dapat mengurangi komplikasi perinatal tanpa peningkatan angka seksio sesarea. Oleh karena itu, tampaknya kebijakan induksi persalinan pada usia 41 minggu kehamilan dapat bermanfaat pada luaran perinatal dan pengurangan komplikasi pada ibu. Indikasi lainnya meliputi ketuban pecah dini, kondisi medis ibu yang dapat membahayakan kehamilan, korioamnionitis, solusio plasenta dan Intra Uterine fetal death (IUFD) (Galal M, Symond I, Murray I, Petraglia F, 2012).
Metode farmakologi induksi persalinan yang saat ini memperoleh perhatian lebih adalah misoprostol. Misoprostol adalah prostaglandin E1 sintetis, yang mempunyai banyak kelebihan dibanding prostaglandin lain yakni harga murah, stabil pada suhu ruangan, penyimpanan dan cara pemakaian yang mudah untuk proses pematangan serviks dan induksi persalinan. Terutama pada kasus dimana serviks belum matang, penggunaan misoprostol dapat memberikan beberapa keuntungan sehingga dapat menurunkan insiden seksio sesaria (Pevzner, Rayburn, Rumney, & Wing, 2009). Selanjutnya penelitian lain melaporkan misoprostol intravaginal memberikan hasil yang lebih efektif. Misoprostol bekerja dengan cara meningkatkan permeabilitas vaskuler dan merangsang influx neutrofil kedalam stroma serviks (Aquino & Cecatti, 2003).
Keberhasilan induksi persalinan tergantung dari keadaan serviks sebelum induksi. Keadaan serviks digolongkan menjadi dua yakni matang (ripe) dan belum matang ( unripe ) yang didapat dari pemeriksaan dalam. Sekitar setengah dari seluruh wanita yang menjalani induksi persalinan didapati serviks yang belum matang sehingga diperlukan tindakan pematangan serviks (Dania, Wahyono, & Retnowati, 2014). Derajat kematangan serviks dapat dinilai dengan beberapa metode. Metode yang paling sering digunakan adalah skor Bishop, karena simpel dan memiliki nilai prediktif yang paling baik. Sistem skor ini menilai dilatasi serviks, penipisan, konsistensi, posisi dan penurunan kepala janin. Skor Bishop yang tinggi yakni ≥ 6 sebanding dengan serviks yang matang (Ekele et al., 2007).
Pematangan serviks adalah proses inflamasi. Secara fisiologis, serviks menghasilkan sitokin inflamasi khususnya IL-8 (Tenore, 2003). Aktivasi kaskade interleukin� dinduksi oleh functional progesterone withdrawal pada persalinan aterm dan ascendent infection pada persalinan preterm. Aktivasi kaskade ini akan merangsang IL-8 untuk menarik neutrofil menuju serviks. Neutrofil menghasilkan matriks metaloprotease (MMPs) atau kolagenase yang akan melisis serat kolagen serviks (von Vietinghoff & Ley, 2008; Winkler et al., 1999).
Proses inflamasi di serviks dibuktikan dengan ditemukannya neutrofil pada mukus serviks. Penelitian yang dilakukan oleh Hitti pada tahun 2001 bahwa kadar neutrofil swab vagina lebih dari 5 perlapangan pandang besar sangat sensitif untuk menunjukkan ada proses inflamasi. Proses inflamasi menginduksi proses degradari serat kolagen serviks (Hitti et al., 2001). Viscendo pada tahun 2007 menyebutkan bahwa jumlah neutrofil vagina > 5 per lapang pandang pada wanita dalam persalinan secara bermakna lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok control (Parry & Strauss, 1998). Di Indonesia, Penelitian yang dilakukan oleh Yudha tahun 2008, mendapatkan neutrofil swab vagina > 5 ditemukan pada wanita dalam keadaan inpartu. Hal ini membuktikan bahwa jumlah neutrofil berbanding lurus dengan kematangan serviks (RK, 2008). Simhan et al (2013) membuktikan bahwa proses inflamasi dapat dibuktikan dengan terdapatnya neutrofil pada mukus serviks dan vagina dimana hasil titik penentu neutrofil adalah 5 neutrofil perlapangan pandang besar (Simhan, Caritis, Krohn, & Hillier, 2003).
Choi� et al pada tahun 2018 meneliti hubungan panjang serviks dengan kadar IL-8 dan neutrofil elastase. Penelitian ini menyimpulkan IL-8 menginduksi neutrofil memecah kolagen serviks sehingga memudahkan serviks untuk menipis dan memendek (Gomez-Lopez, StLouis, Lehr, Sanchez-Rodriguez, & Arenas-Hernandez, 2014). Teixeira (2012) meneliti tentang skor Bishop sebagai prediktor keberhasilan induksi persalinan. Hasil yang didapat menunjukkan skor Bishop sangat berpengaruh terhadap keberhasilan induksi persalinan. Namun yang menjadi perhatian adalah skor bishop yang sama pada saat sebelum induksi memberikan skor bishop yang berbeda setelah pemberian agen pematangan serviks atau induksi dengan dosis dan perlakuan yang sama. Dapat disimpulkan adanya faktor lain yang dapat mempengaruhi kecepatan kematangan serviks dan dalam hal ini adalah neutrophil (Choi, Hong, Kim, & Lee, 2018).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merasa perlu melakukan penelitian untuk melihat perbedaan kenaikan skor Bishop antara neutrofil swab vagina ≤ 5 dan > 5 pada kehamilan ≥ 41 minggu yang diinduksi dengan misoprostol.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, dimana obyek penelitian hanya diobservasi sekali dan pengukuran dilakukan terhadap status atau variabel obyek pada saat pemeriksaan dengan cara pendekatan dan pengumpulan data sekaligus pada satu saat. Penelitian ini dilakukan selama bulan September 2020 � Maret 2021 yang dilaksanakan di RSUD Padang Panjang. Populasi penelitian adalah semua pasien dengan usia kehamilan ≥ 41 minggu yang bersalin dengan induksi misoprostol di kamar bersalin RSUD kota padang Panjang. Sampel penelitian adalah populasi penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak terdapat kriteria eksklusi
Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian
Telah dilakukan
penelitian terhadap 52 pasien dengan usia
kehamilan ≥ 41 minggu
yang bersalin dengan induksi misoprostol di kamar bersalin RSUD Kota Padang Panjang. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kenaikan skor bishop antara neutrofil swab vagina negatif dengan positif pada kehamilan ≥ 41 minggu yang diinduksi misoprostol.
a. Karakteristik Responden
Penelitian
Dari hasil penelitian diketahui bahwa rerata usia
responden pada kedua kelompok relatif sama yang mana pada neutrofil positif rerata umur 23,08 � 2,30 tahun sedangkan pada neutrofil negatif 23,65 � 1,88 tahun.
b. Kenaikan Skor Bishop dengan Neutrofil Swab Vagina Negatif pada Kehamilan ≥ 41
Minggu yang di Induksi dengan Misoprostol
Dari hasil penelitian diketahui bahwa kenaikan skor bishop pada kelompok dengan neutrofil negatif yaitu 1,27 � 0,92.
c. Kenaikan Skor Bishop dengan Neutrofil Swab Vagina Positif pada Kehamilan ≥ 41
Minggu yang diinduksi dengan misoprostol
Dari hasil penelitian diketahui bahwa kenaikan skor bishop pada kelompok dengan neutrofil positif yaitu 5,77 � 1,21. Setelah dilakukan analisis data didapatkan bahwa kenaikan skor bishop neutrofil negatif tidak terdistribusi
normal, sehingga perlu dilakukan transformasi data. Setelah dilakukan tranformasi data, distribusi data
tetap tidak normal, sehingga digunakan uji statistik non parametrik.
Setelah dilakukan
uji statistik maka didapatkan hasil bahwa median kenaikan skor bishop pada neutrofil positif lebih tinggi
yaitu 6 � 1,21 sedangkan
pada neutrofil negatif 1,50
� 0,92. Hasil uji statistik menunjukkan
terdapat perbedaan rerata kenaikan skor bishop antara neutrofil swab vagina negatif dan
positif (p<0,05).
d. Hubungan Neutrofil Swab Vagina� dengan Keberhasilan Partus��
1) Pervaginam
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 26 (100%) responden dengan neutrofil positif mengalami partus pervaginam dan sebanyak 22
(84,6%) responden dengan neutrofil negatif dengan misoprostol tambahan.
Hasil uji statistik menunjukkan
terdapat hubungan neutrofil swab vagina dengan keberhasilan partus pervaginam (p<0,05) dan pasien
dengan neutrofil positif berisiko 6,5 kali
(2,64-16,01) untuk mengalami
partus pervaginam.
2.
Pembahasan
a. Karakteristik Responden
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rerata usia
responden pada kelompok� neutrofil
negatif dan positif adalah hampir sama.
Neutrofil tidak dipengaruhi oleh usia pasien. Kehadiran neutrophil adalah sebagai tanda adanya proses inflamasi pada pematangan serviks. Neutrophil akan ditarik ketempat inflamasi oleh sitokin IL-8 melalui ikatan selektin dengan dua jenis reseptor
yakni� IL- 8 tipe A
dan tipe B dimana reseptor yang paling dominan adalah tipe A. Kedua reseptor ini diekspresikan oleh neutrofil. Jumlah reseptor ini yang berpengaruh terhadap jumlah neutrophil yang dapat bermigrasi ke tempat
inflamasi. Reseptor ini yang dapat berbeda - beda jumlahnya pada setiap individu.
Kenaikan
Skor Bishop dengan Neutrofil
Negatif pada Kehamilan
≥ 41 minggu yang di Induksi
dengan Misoprostol
Hasil
penelitian menunjukkan rerata kenaikan skor Bishop pada pasien dengan neutrophil negatif,
neutrophil swab vagina ≤ 5, yang diinduksi dengan misoprostol adalah 1,27 �
0,92.
Skor
Bishop adalah parameter yang digunakan
untuk menilai kematangan serviks. Skor ini menilai lima parameter yaitu pembukaan, penipisan, konsistensi, posisi, dan station. Skor Bishop berkisar
0 - 13. Serviks dikatakan belum matang bila
skor < 6 dan matang bila skor ≥ 6.
Pematangan serviks merupakan
proses inflamasi dimana
proses ini dimediasi oleh kehadiran neutrophil di dalam serviks. Neutrofil menghasilkan matriks
metalloproteinase - 8 (MMPs) yang akan mendegradasi serat kolagen serviks. Jumlah neutrofil yang rendah mengakibatkan MMPs yang dihasilkan menjadi lebih sedikit sehingga
hanya sebagian kecil serat kolagen
yang terdispersi.
Sejauh ini belum ada
penelitian yang meneliti khususnya tentang hubungan kenaikkan skor bishop dengan kadar neutrofil swab vagina.
Hasil pada penelitian ini menyimpulkan rendahnya angka kenaikkan skor Bishop pada kelompok sampel neutrofil negatif. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya MMPs
yang dihasilkan oleh neutrofil
sehingga hanya sebahagian kecil serat kolagen yang terdispersi. Literatur lain mengatakan skor bishop berbanding lurus dengan kadar swab vagina. Semakin rendah skor bishop maka senakin rendah jumlah neutofil yang terkandung pada stroma serviks.
Penelitian yang dilakukan oleh (Winkler et al., 1999),
meneliti kadar IL-8 dan
neutrophil pada setiap pembukaan
serviks. Hasil yang didapatkan
membuktikan jumlah IL - 8
dan neutrophil berbanding lurus
dengan pembukaan dan perlunakan serviks. Kadar
neutrophil yang rendah akan
memberikan skor Bishop yang
rendah pula.
(Choi et al., 2018)
menyebutkan bahwa meneliti hubungan panjang serviks dengan kadar IL-8 yang terkandung pada serviks. Penelitian ini menunjukkan bahwa panjang serviks berhubungan terbalik dengan kadar IL - 8. Semakin tinggi kadar IL- 8 maka semakin pendek serviks. Kadar IL -� 8 berbanding
lurus dengan kadar neutrofil. Maka dapat disimpulkan
semakin pendek serviks, maka akan
didapatkan jumlah neutrofil yang banyak.
Selanjutnya dihubungkan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Mitra, 2015),� menyebutkan serviks dengan panjang < 2 cm mempunyai angka keberhasilan induksi persalinan yang tinggi dan angka cesarean section
yang rendah. Maitra menyebutkan
panjang serviks merupakan pemeriksaan yang dapat dipercaya sebagai prediktor keberhasilan induksi persalinan. Keberhasilan induksi ditandai dengan kenaikkan skor Bishop. Sehingga disimpulkan bahwa jumlah neutrophil mempengaruhi perubahan skor Bishop.
Dari
26 sampel dengan neutrofil swab vagina ≤ 5, dimana
semua sampel mempunyai skor bishop awal yang relatif sama, terdapat 4 sampel yang menunjukkan kenaikkan skor bishop yang signifikan sehingga serviks menjadi matang. Hal ini dapat disebabkan oleh keberadaan faktor lain yang mempengaruhi kematangan serviks yang tidak diukur pada penelitian ini yakni kadar
estrogen di dalam sirkulasi
darah ibu dan kadar nitrit oksida
yang terkandung pada serviks.
Hal ini sesuai dengan penelitian (Oppegaard, Skrede, Mylvaganam, & Kittang, 2020)
yang mengatakan neutrofil serviks mempunyai reseptor estradiol dan estradiol tersebut
berperan langsung mempengaruhi fungsi neutrofil dalam proses pematanagn serviks.�
Kenaikan
Skor Bishop dengan Neutrofil
Positif pada Kehamilan
≥ 41 minggu yang di Induksi
dengan Misoprostol
Hasil
penelitian menunjukkan rerata kenaikan skor Bishop pada pasien dengan neutrophil positif,
neutrophil swab vagina > 5, yang diinduksi dengan misoprostol adalah 5,77 �
1,21.
Hasil
pada penelitian ini menunjukkan serviks yang awalnya berada pada skor bishop yang belum matang memberikan percepatan kenaikkan skor yang tinggi setelah diberikan misoprostol
25�gr pervaginam sehingga menghasilkan serviks dengan skor Bishop matang. Misoprostol akan menarik jumlah neutrofil sebanyak - banyaknya dan bersinergi dengan IL - 8 untuk mengaktifkan neutofil tersebut. Neutrofil yang aktif akan menghasilkan
MMPs yang akan mndegradasi serat kolagen serviks.
Semakin banyak jumlah neutrofil, maka semakin banyak
kadar MMPs yang dihasilkan sehingga serviks menjadi sangat lunak dan matang.
Penelitian yang dilakukan oleh (RK, 2008)
menyebutkan bahwa neutrofil swab vagina > 5 lebih
banyak ditemukan pada wanita dalam keadaan
inpartu. Hal ini membuktikan bahwa kerja neutrofil sangat berpengaruh dengan tingkat kematangan serviks. Neutrofil menyebabkan matriks kolagen serviks menjadi berkurang dan ruang antar serat
menjadi lebar dan tidak beraturan.
Penelitian yang dilakukan oleh (Simhan et al., 2003)
untuk melihat kenaikkan pH vagina dan dan
neutrophil pada persalinan spontan.
Penelitian ini mendapatkan pasien yang telah jatuh� dalam
proses persalinan memiliki� jumlah neutrofil yang lebih banyak dengan cut of point 5.
Metaanalisis yang dilakukan oleh (Teixeira, Carra�a, Markland, Silva, & Ryan, 2012)
tentang skor Bishop sebagai prediktor keberhasilan induksi persalinan. Hasil yang didapat menunjukkan skor Bishop sangat berpengaruh terhadap keberhasilan induksi persalinan. Namun yang menjadi perhatian adalah skor bishop yang sama pada saat sebelum induksi memberikan skor bishop yang berbeda setelah pemberian agen pematangan serviks atau induksi dengan
dosis dan perlakuan yang sama. Dapat disimpulkan
adanya faktor lain yang dapat mempengaruhi kecepatan kematangan serviks dan dalam hal ini adalah
neutrofil. Neutrofil menjadi indikator yang sangat berpengaruh terhadap pematangan serviks. Hal ini mendukung hasil
penelitian yang saya lakukan, neutrofil yang lebih banyak memberikan
perubahan skor bishop yang lebih tinggi.
Perbedaan
Kenaikan Skor Bishop antara
neutrofil Negatif dan Positif pada Kehamilan ≥ 41
Minggu yang diinduksi dengan Misoprostol
Hasil
analisis menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna pada kenaikkan skor bishop antara neutrophil negatif dan positif pada kehamilan ≥ 41 minggu yang diinduksi dengan misoprostol dengan nilai P < 0,05.
Hasil
pada penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah neutrofil swab vagina
sangat berpengaruh terhadap
perubahan skor Bishop. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan
oleh (Gomez-Lopez et al., 2014). Dalam penelitiannya menyebutkan sel imun tubuh, salah satunya adalah neutrofil, memediasi proses persalinan dengan cara mengeluarkan zat inflamasi berupa
sitokin, kemokin dan matriks metaloprotease (MMPs). Neutrofil sebagai kunci pada proses degradasi serviks oleh enzim MMPs yang menjadikan serviks lebih lunak dan mudah untuk menipis
serta membuka.
Pada
penelitian ini digunakan obat misoprostol.
Misoprostol adalah prostaglandin sintetis
analog yang dapat memicu pematangan serviks. Prostaglandin
akan memediasi migrasi neutrofil dan makrofag ke dalam
stroma serviks. Prostaglandin juga akan mengakibatkan permeabilitas kapiler meningkat. Sehingga memudahkan neutrofil untuk berinfiltrasi masuk kedalam stroma serviks.
Misoprostol
bersinergis dengan IL � 8 dalam memicu aktivasi
dan degranulasi neutrofil untuk menghasilkan matriks metalloproteinase (MMPs � 8). MMPs akan mendegradasi serat kolagen serviks.
Pada penelitian ini, kelompok sampel dengan neutrofil swab vagina positif, neutrofil swab vagina
> 5 akan menghasilkan
MMPs yang lebih banyak yang
akan lebih memudahkan serviks untuk berdilatasi dan menipis sehingga skor Bishop yang dihasilkan lebih tinggi dibanding
dengan kelompok sampel neutrofil swab vagina negatif.
Hasil
penelitian ini juga� didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Baker, Gupta, Raskar, & Naik, 2017),
Baker et al meneliti tentang
peranan misoprostol pada pematangan
serviks dan induksi persalinan. Penelitiannya menyebutkan misoprostol mempunyai
peranan penting dalam proses pematangan serviks dengan meningkatkan mediator inflamasi
pada serviks sekaligus meinduksi migrasi neutrofil sehingga menghasilkan remodeling serviks
yang lebih cepat.
Hubungan
Neutrofil Swab Vagina dengan
Keberhasilan Partus Pervaginam
Luaran kehamilan yang diharapkan dari proses induksi persalinan adalah partus pervaginam. Luaran kehamilanada penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yakni
partus pervaginam dan
misoprostol tambahan. Penelitian
ini memberikan hasil yang berbeda pada kedua kelompok terhadap partus pervaginam. Angka partus pervaginam pada kelompok dengan neutrofil positif, netrofil swab vagina
> 5 setelah 2 kali pemberian
misoprostol 25 �gr pervaginam dengan
interval 6 jam adalah 100%. Pada kelompok
neutrofil negatif, neutrofil swab vagina ≤ 5, angka
partus pervaginam setelah 2 kali pemberian
misoprostol 25 �gr pervaginam dengan
interval 6 jam adalah 15,4% sedangkan
sisanya membutuhkan
misoprostol tambahan untuk dapat sampai ke
partus pervaginam.
Faktor -
faktor lain yang dapat menghambat partus pervaginam pada penelitian ini telah disingkirkan
pada kriteria eksklusi.
Pada penelitian ini semua sampel memiliki
ukuran panggul luas dan berat bayi yang dilahirkan < 4000 gram dengan presentasi kepala. Analisis data untuk menilai hubungan neutrofil swab vagina dengan keberhasilan partus pervaginam mendapatkan nilai p<0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara neutrofil swab vagina dengan keberhasilan partus pervaginam. Nilai odd
ratio yang didapat pada penelitian
ini adalah 6,5. Dengan demikian dapat disimpulkan, jumlah neutrofil swab vagina >
5 memiliki peluang 6,5 kali
lebih besar untuk keberhasilan partus pervaginam dibandingkan dengan neutrofil swab vagina ≤ 5.
Serviks
yang matang adalah kunci keberhasilan partus pervaginam. Tingkat kematangan serviks dinilai dengan skor Bishop. Dari hasil penelitian diatas, neutrofil akan menaikkan skor Bishop lebih cepat melalui
induksi misoprostol. Jumlah
neutrofil yang banyak akan memudahkan serviks untuk membuka
dan menipis hingga pembukaan lengkap. Terdapat hubungan yang positif yakni semakin
besar jumlah neutrofil maka semakin besar kemungkinan
keberhasilan partus pervaginam
Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa terdapat kenaikan skor Bishop dengan neutrofil swab vagina ≤ 5 pada kehamilan
≥ 41 minggu yang diinduksi
dengan misoprostol. Terdapat
kenaikkan skor Bishop dengan neutrofil swab vagina >
5 pada kehamilan ≥ 41 minggu
yang diinduksi dengan
misoprostol. Terdapat perbedaan
kenaikkan skor Bishop antara neutrofil swab vagina
≤ 5 dan > 5 pada kehamilan ≥ 41 minggu yang diinduksi dengan misoprostol (p<0,05). Terdapat
hubungan neutrofil swab
vagina dengan keberhasilan partus pervaginam. (p<0,05)Copy dan paste-kan simpulan pada kolom ini. Jenis dan ukuran huruf akan
otomatis menyesuaikan.
Bagian simpulan berisi temuan penelitian yang merupakan jawaban atas pertanyaan penelitian atau berupa intisari pembahasan hasil penelitian. Simpulan disajikan dalam bentuk paragraf, tidak dalam bentuk
poin-poin.
Aquino, M�rcia Maria Auxiliadora De, & Cecatti, Jos�
Guilherme. (2003). Misoprostol Versus Oxytocin For Labor Induction In Term And
Post-Term Pregnancy: Randomized Controlled Trial. Sao Paulo Medical Journal,
121, 102�106. Google Scholar
Baker, Bowen, Gupta, Otkrist, Raskar, Ramesh,
& Naik, Nikhil. (2017). Accelerating Neural Architecture Search Using
Performance Prediction. Arxiv Preprint Arxiv:1705.10823. Google Scholar
Choi, Soo Ran, Hong, Soon Sun, Kim, Juyoung,
& Lee, Keun Young. (2018). Neutrophil Elastase In Cervical Fluid In Women
With Short Cervical Length. Taiwanese Journal Of Obstetrics And Gynecology,
57(3), 407�410. Google Scholar
Dania, Haafizah, Wahyono, Djoko, & Retnowati,
Sulistiari. (2014). Perbandingan Efektivitas Misoprostol Dosis 50 �g Dan 100 �g
Terhadap Keberhasilan Kelahiran Induksi Di Rsu Pku Muhammadiyah Yogyakarta. Pharmaciana,
4(1). Google Scholar
Ekele, B. A., Nnadi, D. C., Gana, M. A., Shehu,
C. E., Ahmed, Y., & Nwobodo, E. I. (2007). Misoprostol Use For Cervical
Ripening And Induction Of Labour In A Nigerian Teaching Hospital. Nigerian
Journal Of Clinical Practice, 10(3), 234�237. Google Scholar
Galal M, Symond I, Murray I, Petraglia F, Smith
R. (2012). Postterm Pregnancy. 4(3), 175�187. Google Scholar
Gomez-Lopez, Nardhy, Stlouis, Derek, Lehr, Marcus
A., Sanchez-Rodriguez, Elly N., & Arenas-Hernandez, Marcia. (2014). Immune
Cells In Term And Preterm Labor. Cellular & Molecular Immunology, 11(6),
571�581. Google Scholar
Hitti, Jane, Hillier, Sharon L., Agnew, Kathy
J., Krohn, Marijane A., Reisner, Dale P., & Eschenbach, David A. (2001). Vaginal
Indicators Of Amniotic Fluid Infection In Preterm Labor. Obstetrics & Gynecology,
97(2), 211�219. Google Scholar
Mitra, Mitra. (2015). Permasalahan Anak
Pendek (Stunting) Dan Intervensi Untuk Mencegah Terjadinya Stunting (Suatu
Kajian Kepustakaan). Jurnal Kesehatan Komunitas, 2(6), 254�261. Google Scholar
Oppegaard, Oddvar, Skrede, Steinar, Mylvaganam,
Haima, & Kittang, B�rd Reiakvam. (2020). Emerging Threat Of Antimicrobial Resistance
In Β-Hemolytic Streptococci. Frontiers In Microbiology, 11,
797. Google Scholar
Organization, World Health. (2018). Who
Expert Consultation On Rabies: Third Report (Vol. 1012). World Health
Organization. Google Scholar
Parry, Samuel, & Strauss, Jerome F.
(1998). Premature Rupture Of The Fetal Membranes. New England Journal Of Medicine,
338(10), 663�670. Google Scholar
Pevzner, Leo, Rayburn, William F., Rumney, Pamela,
& Wing, Deborah A. (2009). Factors Predicting Successful Labor Induction With
Dinoprostone And Misoprostol Vaginal Inserts. Obstetrics & Gynecology,
114(2 Part 1), 261�267. Google Scholar
Reni, Reni, & Sunarsih, Sunarsih.
(2018). Efektifitas Pemberian Misoprostol Pervaginam Dengan Oksitosin Intravena
Terhadap Kemajuan Persalinan Pada Ibu Bersalin Indikasi Kpd Di Rs Islam Asy-Syifaa
Bandar Jaya Tahun 2016. Jkm (Jurnal Kebidanan Malahayati), 3(3). Google Scholar
Rk, Yudha. (2008). Uji Diagnostik Antara
Pemeriksaan Epitel Dan Neutrofil Vagina Dibandingkan Dengan Pemeriksaan Ph Dan
Neutrofil Vagina Pada Persalinan Kurang Bulan. Mkb. (Pp. 168�175). Pp.
168�175.
Safdar Ah, Kia Hd, Farhadi R. (2013). Physiology
Of Parturition. International Journal Of Advanced Biological And Biomedical
Research., 44(3), 214�221.
Salmarini, Desilestia Dwi, Lathifah, Nur,
& Puruhita, Ayu. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kegagalan Induksi
Persalinan Di Rsud Dr. Murjani Sampit. Dinamika Kesehatan: Jurnal Kebidanan
Dan Keperawatan, 7(2), 147�156. Google Scholar
Simhan, Hyagriv N., Caritis, Steve N., Krohn,
Marijane A., & Hillier, Sharon L. (2003). Elevated Vaginal Ph And
Neutrophils Are Associated Strongly With Early Spontaneous Preterm Birth. American
Journal Of Obstetrics And Gynecology, 189(4), 1150�1154. Google Scholar
Teixeira, Pedro J., Carra�a, Eliana V, Markland,
David, Silva, Marlene N., & Ryan, Richard M. (2012). Exercise, Physical
Activity, And Self-Determination Theory: A Systematic Review. International
Journal Of Behavioral Nutrition And Physical Activity, 9(1), 1�30. Google Scholar
Tenore, Josie L. (2003). Methods For
Cervical Ripening And Induction Of Labor. American Family Physician, 67(10),
2123�2128. Google Scholar
Von Vietinghoff, Sibylle, & Ley, Klaus.
(2008). Homeostatic Regulation Of Blood Neutrophil Counts. The Journal Of
Immunology, 181(8), 5183�5188. Google Scholar
Winkler, M., Fischer, D. C., Ruck, P., Marx,
T., Kaiserling, E., Oberpichler, A., Tschesche, Harald, & Rath, W. (1999). Parturition
At Term: Parallel Increases In Interleukin-8 And Proteinase Concentrations And
Neutrophil Count In The Lower Uterine Segment. Human Reproduction, 14(4),
1096�1100. Google Scholar
Copyright holder: Boby Hartanto, Joserizal Serudji, Defrin (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |