Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, No. 5, Mei 2022
EFEKTIVITAS DAN KEAMANAN PENGGUNAAN AZTREONAM PADA
PASIEN DENGAN CYSTIC FIBROSIS: SEBUAH KAJIAN SISTEMATIK
Sahrul Riadi, Fauna Herawati
Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Cystic fibrosis (CF) adalah penyakit resesif autosomal yang ditandai dengan sekresi paru yang kental, infeksi saluran napas kronis dan insufisiensi pankreas. Bakteri patogen utama penyebab
CF yaitu Pseudomonas aeruginosa (Pa).
Aztreonam merupakan antibiotik
yang digunakan sebagai terapi pasien CF. Tujuan dari kajian
sistematik ini adalah untuk mengetahui
efektivitas dan keamanan dari aztreonam pada pasien CF dalam perbaikan fungsi paru. Fungsi
paru dinilai dengan mengukur nilai forced expiratory volume in one second (FEV1)
pada pasien setelah diberikan intervensi. Perbaikan fungsi paru juga dapat diukur melalui kuesioner cystic fibrosis-yang direvisi
(CFQ-R)-skala gejala pernapasan (RSS) dan kepadatan
sputum Pa. Proses penelusuran pustaka
melalui PUBMED menggunakan
kata kunci Aztreonam dan Cystic Fibrosis
dengan Boolean operator �AND�. Penelitian
yang terpilih sebanyak enam penelitian dengan kriteria berupa RCT, pasien segala usia, pasien
CF dan membandingkan aztreonam lysin untuk inhalasi (AZLI) dengan plasebo atau aztreonam lysin untuk inhalasi (AZLI) dengan larutan tobramicin nebulizer
(TNS. Dari enam studi yang membandingkan penggunaan
aztreonam pada pasien CF, didapatkan
empat studi (66,7%) yang menunjukkan kenaikan rerata FEV secara signifikan. Studi terkait juga menilai bahwa pemberian aztreonam dapat menurunkan kepadatan sputum terhadap bakteri patogen Pa dan memperbaiki gejala pernapasan jika ditinjau berdasarkan kenaikan pada skoring CFQ-RSS, pemberian aztreonam dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien sehingga dapat dipertimbangkan oleh praktisi untuk dapat digunakan
pada terapi CF.
Kata Kunci: cystic fibrosis; aztreonam; fev
Abstract
Cystic fibrosis (CF) is an autosomal recessive disease characterized by
thick pulmonary secretions, chronic respiratory tract infections and pancreatic
insufficiency. The main pathogenic bacteria causing CF is Pseudomonas
aeruginosa (Pa). Aztreonam is an antibiotic used to treat CF patients. The aim
of this systematic study was to determine the effectiveness and safety of
aztreonam in CF patients in improving lung function. Lung function was assessed
by measuring the value of the forced expiratory volume in one second (FEV1) in
the patient after the intervention was given. Pulmonary function improvement
can also be measured via a revised cystic fibrosis questionnaire (CFQ-R) -
respiratory symptom scale (RSS) and sputum density Pa. The process of searching
the library through PUBMED uses the keywords Aztreonam and Cystic Fibrosis with
the Boolean operator "AND". The study selected six studies with
criteria in the form of RCTs, patients of all ages, CF patients and compared aztreonam
lysine for inhalation (AZLI) with placebo or aztreonam lysine for inhalation
(AZLI) with tobramicin nebulizer solution (TNS). Of
the six studies comparing the use of aztreonam In CF patients, there were four
studies (66.7%) that showed a significant increase in the mean FEV1. Related
studies also assessed that aztreonam can reduce sputum density against
pathogenic bacteria Pa and improve respiratory symptoms when viewed based on an
increase in CFQ-RSS scoring, Aztreonam administration was well tolerated by
patients so that it could be considered by practitioners to be used in CF
therapy.
Keywords: cystic fibrosis;
aztreonam; fev
Pendahuluan
Cystic fibrosis (CF) adalah penyakit resesif autosomal yang ditandai dengan sekresi paru yang kental, infeksi saluran napas kronis dan insufisiensi pancreas (Wainwright et al., 2011),
(Karen S. McCoy et al., 2008),
(Retsch-Bogart et al., 2009).
Infeksi endobronkial kronis merupakan pusat patogenesis penyakit paru pada CF dan Pseudomonas
aeruginosa (Pa) adalah patogen
bakteri utama yang menginfeksi 80% pasien CF pada usia 18 tahun. Infeksi P. aeruginosa dikaitkan dengan percepatan penurunan fungsi paru yang signifikan dan merupakan prediktor kematian yang signifikan pada CF.
Oleh karena itu, pengobatan infeksi P. aeruginosa
yang efektif sangat penting
dalam penatalaksanaan penyakit CF paru (Retsch-Bogart et al., 2009),
(Wainwright et al., 2011).
Selama 15 tahun terakhir, manajemen pasien dengan CF telah meningkat. Namun, pilihan pengobatan antibiotik untuk infeksi saluran
napas Pa kronis tetap terbatas dan terapi tambahan diperlukan untuk meningkatkan hasil klinis (Karen S. McCoy et al., 2008).
Pada pasien
yang menderita CF, antibiotik
dapat diberikan melalui rute sitemik
maupun inhalasi. Keunggulan antibiotik yang diberikan secara inhalasi dalam pengobatan infeksi endobronkial kronis pada pasien CF karena tolerabilitas yang lebih baik, peningkatan konsentrasi antibiotik di saluran napas ke daerah berventilasi paru dibandingkan dengan pemberian sistemik, minimalisasi efek sistemik dan interaksi antar obat (Oermann et al., 2010).
Larutan aztreonam lysin untuk
inhalasi (AZLI) adalah formulasi aerosol dari antibiotik golongan monobaktam yang memiliki aktivitas spektrum luas melawan bakteri
gram negatif aerob, termasuk P. aeruginosa. Pada formulasi
aztreonam intravena (iv) mengandung
arginin, menyebabkan peradangan saluran napas setelah penghirupan berulang pada pasien CF. Oleh karena itu pengembangan
dilakukan dengan lisin sebagai eksipien
(Retsch-Bogart et al., 2009).
Pemberian AZLI dapat memperbaiki gejala pernafasan yang diukur melalui Forced Expiratory Volume in One Second (FEV1),
menunda waktu untuk membutuhkan tambahan antibiotik, mengurangi kepadatan sputum Pa
pada pasien CF dengan infeksi kronis, dan ditoleransi dengan baik pada populasi anak (6-17 tahun) (Tiddens et al., 2015).
Kajian sistematis
mengenai penggunaan terapi aztreonam pada pasien yang
menderita CF diperlukan untuk digunakan sebagai pertimbangan klinisi dalam pemberian
terapi pada pasien CF.
Metode Penelitian
Penelusuran literatur
terpublikasi dilakukan oleh
peneliti menggunakan basis
data online yaitu PUBMED pada tanggal
14 Mei 2021. Penelusuran pustaka
menggunakan kata kunci Aztreonam dan Cystic Fibrosis dengan Boolean operator
�AND�. Penelusuran pustaka dilakukan dengan pembatasan tahun publikasi antara tahun 2000-2021, tidak adanya pembatasan pada artikel sehingga semua artikel pada PUBMED yang terpublikasi sampai 14 Mei 2021 berpotensi dilibatkan dalam kajian sistematis
ini.
1) Kriteria Literatur Terpilih
Tipe Penelitian
� Tipe penelitian
yang terpilih yaitu penelitian RCT.
Tipe Partisipan
� Pasien segala
rentang usia.
� Pasien yang terdiagnosis
fibrosis kistik dan dilakukan
pemeriksaan nilai FEV
Intervensi yang diberikan
� Larutan aztreonam lysin untuk inhalasi (AZLI) vs placebo
� Larutan aztreonam lysin untuk inhalasi (AZLI) vs larutan tobramicin nebulizer
(TNS)
Setting Penelitian
� Inpatient dan outpatient
Outcome yang diamati
Outcome primer
:
� Perbaikan fungsi
paru yang diukur melalui FEV
Outcome sekunder:
� Kuesioner Cystic Fibrosis-yang direvisi (CFQ-R)-Skala Gejala Pernapasan (RSS)
� Kepadatan sputum Pa
Penelitian yang dimasukkan
dalam kajian sistematis ini hanya penelitian yang dipublikasikan dalam bahasa inggris.
2) Ekstraksi dan Manajemen Data
Artikel
yang terpilih kemudian ditelaah oleh penulis sendiri kemudian data yang diekstraksi dari setiap artikel meliputi :
nama peneliti, tahun penelitian, desain penelitian, jumlah sampel, jumlah pasien withdrawal, jenis
intervensi yang diberikan, hasil dari outcome primer
dan sekunder.
3) Risiko Bias
Pustaka Terpilih
Untuk mengetahui
risiko bias dari artikel terpilih maka penulis melakukan
kajian kritis terhadat artikel yang masuk dalam kajian
sistematis ini. Kajian kritis terhadap artikel dilakukan menggunakan Critical
Appraisal Skills Program (CASP). Dalam kajian sistematis ini hasil dari
kajian kritis setiap artikel akan disajikan dalam bentuk tabel.
4) Analisis Data
Analisis data dalam kajian sistematis
ini akan dipaparkan dalam bentuk deskriptif naratif dan juga dalam bentuk tabel.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
1.
Penelusuran dan Seleksi
Literatur
Penelusuran melalui PUBMED didapatkan 17 artikel. Semua kutipan yang didapat diunduh dan disimpan pada aplikasi EndNote. Total 17 artikel
kemudian dilakukan skrining melalui judul dan abstrak artikel yang disesuaikan dengan kriteria inklusi dan ekslusi pada kajian sistematis ini. Sebanyak 11 artikel dikeluarkan karena pada artikel membahas mengenai genus burkholderia spp pada infeksi
cystic fibrosis, analisis ekonomi
terkait pengobatan cystic
fibrosis, hasil penelitian berbeda dengan outcome terpilih, artikel lebih berfokus pada farmakokinetik aztreonam, tidak membahas cyctic-fibrosis namun lebih berfokus
pada penyakit bronchiectasis,
tidak membahas aztreonam
dan melibatkan kombinasi terapi pengobatan dengan agen lainnya sehingga
artikel terpilih untuk dikaji secara
sistematis yaitu berjumlah 6 artikel.
Proses dari penelusuran dan
seleksi literatur, desain, dan artikel terpilih pada kajian sistematis ini dapat dilihat pada gambar 1, tabel 1, dan 2.
2. Ringkasan Data Demografi
dari Literatur Terpilih
Sebanyak enam penelitian membandingkan pemberian larutan aztreonam lysin untuk inhalasi (AZLI) dengan plasebo. Satu penelitian membandingkan larutan aztreonam
lysin untuk inhalasi (AZLI)
dengan larutan tobramicin nebulizer (TNS).
Ukuran sampel yang digunakan pada penelitian bervariasi, sebanyak empat penelitian memiliki besar sampel < 200 partisipan sedangkan sebanyak tiga penelitian
memiliki jumlah sampel > 200.
Distribusi jenis kelamin sebagai
partisipan sangat bervariasi
dalam penelitian tersebut, jumlah partisipan laki-laki dan perempuan dalam jumlah yang tidak jauh berbeda, jenis
kelamin partisipan laki-laki berkisar antara 50-60% sedangkan partisipan perempuan antara 40-50%. Rentang usia pada penelitian bervariasi mulai dari usia partisipan
termuda yaitu usia 3 bulan hingga
usia > 18 tahun, namun pada semua penelitian tidak menjelaskan usia spesifik tersebut.
Semua penelitian dalam jurnal ini menyajikan
luaran primer yaitu perbaikan fungsi paru yang diukur melalui FEV Luaran sekunder yang dapat diamati kuesioner cystic
fibrosis-yang direvisi (CFQ-R)-skala
gejala pernapasan (RSS) dan
kepadatan sputum Pa. Rangkuman
data demografi partisipan dapat dilihat pada tabel 3 di bawah.
Gambar 1
Flow Chart Proses Seleksi
Literatur
Tabel 1
Literatur Terpilih
No |
Penulis |
Tahun |
Nama Jurnal |
Judul |
1 |
Retsch-Bogart� dkk |
2008 |
Pediatr
Pulmonol |
A phase 2 study of aztreonam lysine for inhalation
to treat patients with cystic fibrosis and Pseudomonas aeruginosa infection |
2 |
McCoy dkk |
2008 |
Am J Respir Crit Care Med |
Inhaled aztreonam lysine
for chronic airway Pseudomonas aeruginosa in cystic fibrosis |
3 |
Retsch-Bogart� dkk |
2009 |
Chest |
Efficacy and safety of inhaled aztreonam lysine
for airway pseudomonas in cystic fibrosis |
3 |
Oermann dkk |
2010 |
Pediatr
Pulmonol |
An 18-month study of the
safety and efficacy of repeated courses of inhaled aztreonam lysine in cystic
fibrosis |
5 |
Wainwright dkk |
2011 |
J
Cyst Fibros |
Aztreonam for inhalation solution (AZLI) in
patients with cystic fibrosis, mild lung impairment, and P. aeruginosa |
6 |
Assael dkk |
2013 |
J
Cyst Fibros |
Inhaled aztreonam lysine
vs. inhaled tobramycin in cystic fibrosis: a comparative efficacy trial |
Tabel 2
Desain Penelitian Terpilih
No |
Penulis |
Tahun |
Intervensi |
Periode
Washout |
Durasi Terapi
Aztreonam |
Dosis
(D) Waktu
(W) Pemberian aztreonam |
1 |
Retsch-Bogart�
dkk |
2008 |
AZLI dan plasebo |
Tidak disebutkan |
14 hari |
D
: 75 mg, 225 mg W : 3x sehari |
2 |
McCoy dkk |
2008 |
AZLI dan plasebo |
Tidak disebutkan |
28 hari |
D : 75 mg W : 2x/3x sehari |
3 |
Retsch-Bogart�
dkk |
2009 |
AZLI dan plasebo |
Tidak disebutkan |
28 hari |
D : 75 mg W : 3x sehari |
4 |
Oermann dkk |
2010 |
AZLI dan AZLI |
Tidak disebutkan |
28 hari |
D : 75 mg W : 2x/3x sehari |
5 |
Wainwright
dkk |
2011 |
AZLI dan plasebo |
Tidak disebutkan |
28 hari |
D : 75 mg W : 3x sehari |
6 |
Assael dkk |
2013 |
AZLI dan TNS |
Tidak disebutkan |
28 hari |
D : 75 mg W : 3x sehari |
Tabel 3
Demografi dari Populasi
Penelitian
No |
Penulis |
Tahun |
Intervensi |
No.
Partisipan/No. Partisipan
menyelesaikan studi |
Jenis
Kelamin (L/P) |
Rentang
Usia (Tahun) |
Mean
� standar deviasi atau median umur partisipan (Tahun) |
1 |
Retsch-Bogart�
dkk |
2008 |
AZLI dan plasebo |
105/105 |
L : 54 orang P : 51 orang |
13 tahun - >
18 tahun |
26,0 � 10,2 |
2 |
McCoy dkk |
2008 |
AZLI dan plasebo |
211/90 |
L :�
121 orang P :�
90 orang |
< 18 tahun
dan ≥ 18 tahun |
26,2 |
3 |
Retsch-Bogart�
dkk |
2009 |
AZLI dan plasebo |
164/124 |
L : 93 orang P : 71 orang |
< 18 tahun
dan ≥ 18 tahun |
29,5 |
4 |
Oermann dkk |
2010 |
AZLI dan AZLI |
274/195 |
L : 151 orang P : 124 orang |
8 tahun � 74 tahun |
28,5 � 12,5 |
5 |
Wainwright
dkk |
2011 |
AZLI dan plasebo |
160/157 |
L : 90 orang P : 67 orang |
6 tahun -
≥ 18 tahun |
19,2 � 9,1 |
6 |
Assael dkk |
2013 |
AZLI dan TNS |
268/233 |
L : 134 orang P : 134 orang |
6 tahun -
≥ 18 tahun |
25,5 � 9,0 |
3. Kualitas Metodologi
Literatur Terpilih
Kualitas metodologi dari setiap studi dinilai
menggunakan Critical
Appraisal Skills Program (CASP) (Malara & Syarul, 2020).
Semua studi menjelaskan dengan detail terkait randomisasi, populasi penelitian, intervensi dan pembanding yang diberikan kepada pasien. Semua penelitian
tidak menyebutkan concealed allocation yang digunakan. Sebanyak empat penelitian menggunakan tekhnik double
blinding, dua studi dengan open label (Oermann et al., 2010)
dan (Baroukh M. Assael et al., 2013).
Semua studi memiliki karakteristik dan mendapatkan perlakukan yang sama antara kelompok
intervensi dan kontrol. Tabel penilaian kualitas metodologi dan dari setiap literatur
dapat dilihat pada tabel 4.
4. Hasil Terapi
Aztreonam pada Setiap Literatur
dalam Peningkatan Nilai FEV
Semua studi menilai luaran
FEV setelah mendapatkan terapi aztreonam pada pasien CF. Menurut studi yang dilakukan oleh (Retsch-Bogart et al., 2009),
pemberian AZLI dapat meningkatkan nilai FEV 75 dan 225
mg dibandingkan plasebo
masing-masing adalah 1,99% dan 0,71%, namun tidak signifikan
secara statistik. Akan tetapi untuk subkelompok
pengobatan dengan perkiraan FEV awal < 75%, peningkatan FEV dari hari ke 0 sampai
7 untuk kelompok plasebo, 75 mg AZLI, dan 225 mg AZLI adalah
masing-masing 4,3%, 9,3%, dan 13,3%, pemberian AZLI dengan dosis 225 mg bermakna secara signifikan dengan nilai (p= 0,014).
(Matthew D. McCoy, Hamre III, Klimov, & Jafri, 2021)
mendapatkan hasil bahwa dengan pemberian
aztreonam terjadi peningkatan
pada nilai FEV yang disesuaikan
6,3% pada kelompok AZLI jika
dibandingkan dengan plasebo yang bermakna signifikan (p= 0,001). Peningkatan
secara signifikan (p <
0,001) juga dapat dilihat
pada studi yang dilakukan (Retsch-Bogart et al., 2009),
mean yang disesuaikan FEV meningkat
untuk pasien yang diobati AZLI dan menurun untuk pasien yang diobati dengan plasebo pada pengobatan hari ke 28.
Studi menurut (Oermann et al., 2010),
pada kelompok terapi yang diberikan AZLI 2x sehari (BID)
dan kelompok yang diberikan 3x sehari
(TID) terjadi perubahan
rata-rata nilai FEV berturut-turut
sebesar 4,9
dan 8,0. Hasil studi Wainwright dkk menyatakan
bahwa pemberian AZLI dapat menyebabkan perubahan signifikan (p= 0,021)
pada rata-rata relatif yang disesuaikan
dalam prediksi FEV1% sebesar 0,29. Hal serupa juga ditemukan pada studi Assael dkk, rata-rata perubahan relatif dari FEV1% awal yang diperkirakan pada hari ke-28 terdapat selisih perbedaan (AZLI-TNS) adalah 7,80%
yang menunjukan pemberian
AZLI signifikan secara statistik (p=0,05).
Dari
enam studi yang membandingkan penggunaan
aztreonam pada pasien CF, didapatkan
empat studi (66,7%) yang menunjukkan kenaikan rerata FEV secara signifikan setelah mendapatkan intervensi aztreonam,
namun terdapat satu studi yang menyebutkan terdapat perubahan pada nilai FEV akan tetapi tidak
dilakukan analisis secara statistikal sehingga tidak diketahui pemberian intervensi menunjukan hasil yang signifikan ataupun tidak. Sebanyak satu studi
melaporkan bahwa pemberian aztreonam terjadi perubahan pada nilai FEV jika dibandingkan dengan plasebo dengan analisis statistikal yang tidak bermakna secara signifikan, namun pada penelitian tersebut juga pada outcome
perkiraan FEV awal <
75%, pemberian intervensi bermakna signifikan jika dibandingkan dengan pemberian plasebo. Hasil semua studi terhadap peningkatan nilai FEV1
dan outcome sekunder lainnya
dirangkum dalam tabel 5.
5. Keamanan
Semua studi yang terkait dengan pemberian aztreonam pada pasien CF melaporkan efek samping yang terjadi selama pengobatan diberikan kepada pasien. Efek samping umum
yang dilaporkan pada semua studi yaitu gejala
batuk, batuk produktif, nyeri faringolaringeal, sakit kepala dan hidung tersumbat akibat pemberian aztreonam. Sebanyak
lima studi melaporkan efek samping demam
pada pasien, namun studi oleh Retsch-Bogart dkk dan (Wainwright et al., 2011)
tidak melaporkan kejadian tersebut selama studi dilakukan.
Hemoptosis hanya dilaporkan pada studi McCoy dkk dan (Leon A. Assael, 2011),
sedangkan efek samping mengi terjadi
pada studi McCoy dkk dan
Oermann dkk. Efek samping rhinorrhea dilaporkan
pada studi McCoy dkk dan
Wainwright dkk. Rangkuman keamanan terapi azithromycin pada
setiap studi dapat dilihat dalam
tabel 6.
Tabel 4
Penilaian Metodologi Penelitian
No |
Penulis |
Tahun |
Randomisasi |
Concelaed
Allocation |
Double
blind / single blind / open label |
Persamaan
karakteristik dan perlakuan
grup kontrol dan trial |
1 |
Retsch-Bogart� dkk |
2008 |
Ya |
Tidak |
Double blind |
Ya |
2 |
McCoy dkk |
2008 |
Ya |
Tidak |
Double blind |
Ya |
3 |
Retsch-Bogart� dkk |
2009 |
Ya |
Tidak |
Double blind |
Ya |
4 |
Oermann dkk |
2010 |
Ya |
Tidak |
Open label |
Ya |
5 |
Wainwright dkk |
2011 |
Ya |
Tidak |
Double blind |
Ya |
6 |
Assael dkk |
2013 |
Ya |
Tidak |
Open label |
Ya |
Tabel 5
Hasil Studi
No |
Penulis |
Tahun |
No.
Partisipan/No. Partisipan
menyelesaikan studi |
Hasil
|
Signifikansi (nilai p) |
1 |
Retsch-Bogart� dkk |
2008 |
105/105 |
�
Ada
penurunan yang signifikan secara statistik, dibandingkan dengan plasebo, pada
kepadatan CFU P. aeruginosa di setiap kelompok AZLI pada Hari 7 dan 14 �
Efek
pengobatan FEV1 75 dan 225 mg versus plasebo masing-masing adalah
1,99% (95% CI 3,1%, 7,1%) dan 0,71% (95% CI 5,8%, 4,4%) �
Untuk
subkelompok pengobatan dengan perkiraan FEV1 awal < 75%,
peningkatan FEV1 dari hari ke 0 sampai 7 untuk kelompok plasebo,
75 mg AZLI, dan 225 mg AZLI adalah masing-masing 4,3%, 9,3%, dan 13,3%; hanya
efek pengobatan dari kelompok AZLI 225 mg versus plasebo (9,0% [95% CI1,9%,
16,2%]) yang signifikan secara statistik |
< 0,001 > 0,05 0,014 |
2 |
McCoy dkk |
2008 |
211/90 |
�
Waktu
rata-rata untuk kebutuhan antibiotik antipseudomonal inhalasi atau intravena
tambahan untuk mengobati gejala yang mengindikasikan eksaserbasi paru adalah
21 hari lebih lama untuk kelompok AZLIdibandingkan dengan kelompok plasebo
(92 vs. 71 hari) �
Rata-rata
CFQ-RSS yang disesuaikan meningkat 5,01 poin pada kelompok yang diterapi AZLI
dibandingkan dengan plasebo (Hari 28; 95% confidence interval [CI],
0,81-9,21) �
Peningkatan
pada nilai FEV1 yang disesuaikan 6,3% pada kelompok yang
dikumpulkan AZLI dibandingkan dengan plasebo (Hari 28; 95% CI, 2,5-10,1) �
Densitas
sputum PA rata-rata yang disesuaikan menurun 0,66 log10 PA cfu/g
sputum pada kelompok yang dikumpulkan AZLI dibandingkan dengan kelompok
plasebo (Hari 28: 95% CI. -1,13 hingga -1,19) |
0,007 0,020 0,001 0,006 |
3 |
Retsch-Bogart� dkk |
2009 |
164/124 |
�
Rata-rata
yang disesuaikan untuk CFQ-RSS meningkat untuk pasien yang diobati AZLI dan
menurun untuk pasien yang diobati dengan plasebo (perbedaan pengobatan hari
ke 28, 9,7 poin; 95% [CI], 4,3-15,1) �
Rata-rata
yang disesuaikan FEV meningkat untuk pasien yang diobati AZLI dan menurun
untuk pasien yang diobati dengan plasebo (perbedaan pengobatan hari ke 28, 10.3%; 95%
CI, 6.3-14.3) �
Densitas
PA sputum rata-rata yang disesuaikan menurun untuk pasien yang diobati dengan
AZLI dan tetap mendekati baseline untuk pasien yang diobati dengan plasebo
(perbedaan pengobatan hari ke-28, - 1,453 log cfu/g; 95% CI, - 2,1 hingga -0,8) |
< 0,001 < 0.001 < 0,001 |
4 |
Oermann dkk |
2010 |
274/195 |
�
Pada perubahan rata-rata nilai FEV1, kelompok terapi yang diberikan
AZLI 2x sehari (BID) sebesar 4,9, sedangkan pada kelompok yang diberikan 3x sehari (TID) 8,0 �
Pengukuran
fungsi paru tambahan diperoleh (kapasitas vital paksa [FVC] dan aliran
ekspirasi paksa dari 25% menjadi 75% dari FVC [FEF25-75]). Untuk
FVC, perubahan rata-rata dari baseline berkisar dari 1,40%- 5,39% pada
kelompok yg diterapi 2x sehari (BID) dan dari 0,97%-6,18% pada kelompok 3x
sehari (TID). Untuk FEF25�75, perubahan rata-rata dari baseline
berkisar antara 4,20% hingga 16,05% (BID) dan dari 5,02% hingga 14,14% (TID) �
Pada
akhir tahap 1, kelompok terapi yang diberikan AZLI 2x sehari (BID) dalam
perubahan CFQ-R RSS didapatkan hasil 3.5 sedangkan pada kelompok yang diberikan 3x sehari (TID) 6.8 �
Perubahan Pa log10
CFU dalam dahak kelompok BID menghasilkan pengurangan -0.2 dan pada kelompok
TID -0.8 |
Tidak disebutkan Tidak disebutkan Tidak disebutkan Tidak disebutkan |
5 |
Wainwright dkk |
2011 |
160/157 |
�
Perubahan
baseline kuesioner cystic fibrosis-yang direvisi (CFQ-R)-skala gejala
pernapasan (RSS) pada pasien yang diberikan aztreonam memberikan efek (1.80; 95%
CI: -2,83, 6,44) �
Perubahan
dari baseline pada hari 28 untuk penyesuaian rata-rata log10 PA
CFU dalam sputum (AZLI: -1,4; plasebo: -0,14) �
Perubahan
rata-rata relatif yang disesuaikan dalam prediksi FEV1% (AZLI: 0,29%;
plasebo: -2,5%) |
0,443 0,016 0,021 |
6 |
Assael dkk |
2013 |
268/233 |
�
Rata-rata perubahan relatif dari FEV1% awal yang diperkirakan
pada hari ke-28 adalah 8,35% (AZLI) dan 0,55%. Perbedaan pengobatan
(AZLI-TNS) adalah 7,80% (95% CI = 3,86%, 11,73%). Batas CI yang lebih rendah
menunjukkan AZLI lebih unggul dari TNS �
Perubahan rata-rata dari baseline CFQ-R RSS setelah hari ke-28
secara signifikan dengan rata-rata yang disesuaikan lebih besar untuk pasien
yang diobati dengan AZLI 8.2 (1.7) daripada untuk pasien yang diobati
dengan TNS 2.6 (1.7) �
Penurunan kepadatan sputum PA setelah 28 hari pengobatan adalah
serupa untuk pasien yang diobati dengan AZLI −0.60 (0.23) dan TNS �−0.34 (0.23) |
< 0.001 0.005 0.330 |
Tabel 6
Keamanan Terapi Aztreonam
B.
Pembahasan
Cystic fibrosis (CF) adalah penyakit resesif autosomal yang ditandai dengan insufisiensi pankreas, sekresi paru yang tebal dan kuat, yang sering menyebabkan infeksi saluran napas. Patogen yang
paling umum pada infeksi saluran napas CF adalah Pseudomonas
aeruginosa (Pa) (Karen S. McCoy et al., 2008).
Pilihan pengobatan antibiotik diperlukan untuk mengobati infeksi saluran napas kronis dan dapat meningkatkan kesehatan pasien CF.
Terapi antibiotik
untuk mengobati infeksi P. aeruginosa dapat diberikan melalui rute intravena, oral, dan inhalasi yang bervariasi dalam toksisitas dan efisiensi ke saluran
pernafasan. Pemberian tiga antibiotik
antipseudomonal rute inhalasi
dengan mekanisme kerja berbeda tersedia
untuk mengobati pasien CF yaitu larutan nebulizer tobramycin (TNS), natrium kolistimetat (colistin) dan aztreonam untuk
larutan inhalasi (AZLI) (Baroukh M. Assael et al., 2013).
Penggunaan TNS telah digunakan selama beberapa tahun terakhir dalam pengobatan pasien CF, akan tetapi aktivitas
antimikroba tidak maksimal karena dihambat oleh sputum pasien. Oleh
karena itu konsentrasi obat dalam saluran napas kecil sehingga tidak dapat membunuh
bakteri pathogen (Retsch-Bogart et al., 2009).
Perlu dilakukan pengembatan antibiotik inhalasi dari kelas
yang berbeda untuk memberikan peningkatan pilihan terapeutik dan kemungkinan besar mengurangi risiko resistensi bakteri yang muncul setelah pengobatan.
Aztreonam, golongan monobaktam yang memiliki aktivitas spektrum luas melawan
bakteri gram negatif aerob, termasuk P. aeruginosa, studi in-vitro menggunakan isolat P. aeruginosa dari pasien CF menunjukkan bahwa isolat multiresistant
dan resisten tobramycin rentan
terhadap aztreonam. Berbeda
dengan tobramycin, aktivitas
aztreonam tidak terhambat dengan adanya sputum dari pasien CF (Retsch-Bogart et al., 2009).
Larutan aztreonam lysin untuk
inhalasi (AZLI) adalah formulasi aerosol dari antibiotik golongan monobaktam yang memiliki aktivitas spektrum luas melawan bakteri
gram negatif aerob, termasuk P. aeruginosa. Pada formulasi
aztreonam intravena (iv) mengandung
arginin, menyebabkan peradangan saluran napas setelah penghirupan berulang pada pasien CF. Oleh karena itu pengembangan
dilakukan dengan lisin sebagai eksipien
(Retsch-Bogart et al., 2009).
Pemberian AZLI dapat memperbaiki gejala pernafasan yang diukur melalui Forced Expiratory Volume in One Second
(FEV), menunda waktu untuk membutuhkan tambahan antibiotik, mengurangi kepadatan sputum Pa
pada pasien CF dengan infeksi kronis, dan ditoleransi dengan baik pada populasi anak (6-17 tahun) (Tiddens et al., 2015).
Oleh karena
untuk menilai keefektifitasan dan keamanan
aztreonam, dibuatlah suatu kajian sistematis mengenai penggunaan aztreonam terhadap peningkatan rerata nilai FEV sebagai outcome primer, mengurangi
kepadatan sputum Pa dan kuesioner
cystic fibrosis-yang direvisi (CFQ-R)-skala gejala pernapasan
(RSS) sebagai outcome sekunder.
Sebanyak enam
studi yang membandingkan penggunaan aztreonam pada pasien
CF, didapatkan empat studi (66,7%) yang menunjukkan kenaikan rerata FEV secara signifikan setelah mendapatkan intervensi aztreonam, namun terdapat satu studi
yang menyebutkan terdapat perubahan pada nilai FEV akan tetapi tidak
dilakukan analisis secara statistikal sehingga tidak diketahui pemberian intervensi menunjukan hasil yang signifikan ataupun tidak. Sebanyak satu studi
melaporkan bahwa pemberian aztreonam terjadi perubahan pada nilai FEV jika dibandingkan dengan plasebo dengan analisis statistikal yang tidak bermakna secara signifikan, namun pada penelitian tersebut juga pada outcome
perkiraan FEV awal < 75%,
pemberian intervensi bermakna signifikan jika dibandingkan dengan pemberian plasebo.
Pada hasil
penelitian terkait pengukuran outcome sekunder,
empat studi melaporkan bahwa terjadi penurunan yang signifikan secara statistik kelompok yang diberikan AZLI pada kepadatan CFU
P. aeruginosa, dua studi lainnya tidak menunjukan
hasil yang signifikan. Peningkatan skor pernapasan CFQ-RSS menunjukkan bahwa pasien mengalami
perbaikan gejala pernapasan setelah pengobatan AZLI. Hasil pada empat
studi juga menunjukan terjadi peningkatan skor rata-rata CFQ-RSS yang disesuaikan� pada kelompok
yang diterapi AZLI, sedangkan
dua penelitian tidak menunjukan hasil yang signifikan dan tidak menyebutkan hasil outcome terkait.
Pemberian AZLI dapat
ditoleransi dengan baik dengan profil
efek samping yang masih dapat ditoleransi.
Efek samping umum yang dilaporkan pada semua studi yaitu
gejala batuk, batuk produktif, nyeri faringolaringeal, sakit kepala dan hidung tersumbat akibat pemberian aztreonam. Terdapat efek samping
yang jarang terjadi pada pasien seperti hemoptosis, rhinorrhea dan demam (Sidabutar & Satari, 2016).
Kesimpulan
Pemberian larutan
inhalasi aztreonam (AZLI) pada pasien
CF menunjukan perbaikan kondisi klinis jika ditinjau rerata
FEV secara signifikan yang diperoleh dari empat studi (66,7%). Sebanyak enam studi
yang membandingkan penggunaan
aztreonam pada pasien CF, didapatkan
empat studi (66,7%) yang menunjukkan kenaikan rerata FEV secara signifikan. Studi terkait juga menilai bahwa pemberian aztreonam dapat menurunkan kepadatan sputum terhadap bakteri patogen Pa dan memperbaiki gejala pernapasan jika ditinjau berdasarkan kenaikan pada skoring CFQ-RSS, pemberian aztreonam dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien sehingga dapat dipertimbangkan oleh praktisi untuk dapat digunakan
pada terapi CF.
Assael, Baroukh M., Pressler, Tacjana, Bilton,
Diana, Fayon, Michael, Fischer, Rainald, Chiron, Raphael, Larosa, Mario, Knoop,
Christiane, Mcelvaney, Noel, & Lewis, Sandra A. (2013). Inhaled Aztreonam
Lysine Vs. Inhaled Tobramycin In Cystic Fibrosis: A Comparative Efficacy Trial.
Journal Of Cystic Fibrosis, 12(2), 130�140.
Assael, Leon A. (2011). Bisphosphonates And
Oral Health: Primer And An Update For The Practicing Surgeon. Oral And Maxillofacial
Surgery Clinics, 23(3), 443�453.
Malara, Reginus Tertius, & Syarul, S.
(2020). Effect Of Nurse-Led Educational Interventions On Self-Care Of Adult
Patients With Heart Failure: A Systematic Review. J Keperawatan, 10(2),
192.
Mccoy, Karen S., Quittner, Alexandra L., Oermann,
Christopher M., Gibson, Ronald L., Retsch-Bogart, George Z., & Montgomery, A.
Bruce. (2008). Inhaled Aztreonam Lysine For Chronic Airway Pseudomonas Aeruginosa
In Cystic Fibrosis. American Journal Of Respiratory And Critical Care
Medicine, 178(9), 921�928.
Mccoy, Matthew D., Hamre III, John, Klimov,
Dmitri K., & Jafri, M. Saleet. (2021). Predicting Genetic Variation
Severity Using Machine Learning To Interpret Molecular Simulations. Biophysical
Journal, 120(2), 189�204.
Oermann, Christopher M., Retsch‐Bogart,
George Z., Quittner, Alexandra L., Gibson, Ronald L., Mccoy, Karen S., Montgomery,
A. Bruce, & Cooper, Peter J. (2010). An 18‐Month Study Of The Safety
And Efficacy Of Repeated Courses Of Inhaled Aztreonam Lysine In Cystic
Fibrosis. Pediatric Pulmonology, 45(11), 1121�1134.
Retsch-Bogart, George Z., Quittner, Alexandra
L., Gibson, Ronald L., Oermann, Christopher M., Mccoy, Karen S., Montgomery, A.
Bruce, & Cooper, Peter J. (2009). Efficacy And Safety Of Inhaled Aztreonam
Lysine For Airway Pseudomonas In Cystic Fibrosis. Chest, 135(5),
1223�1232.
Sidabutar, Sondang, & Satari, Hindra
Irawan. (2016). Pilihan Terapi Empiris Demam Tifoid Pada Anak: Kloramfenikol Atau
Seftriakson? Sari Pediatri, 11(6), 434�439.
Tiddens, HAWM, De Boeck, Kris, Clancy, J. P.,
Fayon, M., Arets, H. G. M., Bresnik, M., Derchak, A., Lewis, S. A., Oermann, Christopher
M., & Investigators, ALPINE Study. (2015). Open Label Study Of Inhaled
Aztreonam For Pseudomonas Eradication In Children With Cystic Fibrosis: The ALPINE
Study. Journal Of Cystic Fibrosis, 14(1), 111�119.
Wainwright, C. E., Quittner, A. L., Geller,
D. E., Nakamura, C., Wooldridge, J. L., Gibson, R. L., Lewis, S., & Montgomery,
A. B. (2011). Aztreonam For Inhalation Solution (AZLI) In Patients With Cystic
Fibrosis, Mild Lung Impairment, And P. Aeruginosa. Journal Of Cystic
Fibrosis, 10(4), 234�242.
Copyright holder: Sahrul Riadi, Fauna Herawati (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |