Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 5, Mei 2022

 

BENTUK-BENTUK PELANGGARAN PRINSIP KERJASAMA PADA PERCAKAPAN DALAM STRIP KOMIK BABY BLUES

 

Sri Ani Puji Setiawati

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia

Email: [email protected]

 

Abstrak

Penelitian ini menggambarkan analisis bentuk-bentuk pelanggaran atas prinsip kerjasama pada percakapan dalam strip komik Baby Blues. Dalam analisis data penelitian, peneliti menggunakan teori prinsip kerja sama dari Grice. Metode observasi digunakan untuk menyimak penggunaan bahasa dalam observasi data strip komik Baby Blues. Teknik dasar yang digunakan selanjutnya adalah teknik simak pada setiap percakapan untuk mengetahui jenis dan bentuk pelanggaran prinsip kerja sama oleh Grice. Dari penelitian dapat disimpukan bahwa terdapat pelanggaran-pelanggaran prinsip kerjasama pada dasarnya untuk memunculkan kelucuan yang merupakan ciri identic dari sebuah komik. Adapun pelanggaran prinsip kerjasama yang ditemukan meliputi pelanggaran maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan/cara.

 

Kata Kuncipelanggaran prinsip kerjasama; komik strip; baby blues; grice; maksim kuantitas; maksim kualitas; maksim relevansi; maksim pelaksanaan/cara

 

Abstract

This study aims to analyze the violations of the cooperative principle in conversation in the Baby Blues comic strip. In analyzing the research data, the researcher used Grice's cooperative principle theory. The observation method was used to observe the use of language in the Baby Blues comic strip. The basic technique used next is the listening technique in each conversation to find out the types and forms of violations of the cooperative principle by Grice. It can be concluded that there are violations of the cooperative principle in the comic strip, and it basically aims to bring humor, which is a characteristic of a comic. The violations of the cooperative principle found were violations of the maxim of quantity, maxim of quality, maxim of relevance, and maxim of manner.

 

Keywords: violation of cooperative principle; comic strip; baby blues; grice; maxim of quantity; maxim of quality; maxim of relevance; maxim of manner

 

Pendahuluan

Manusia sebagai makhluk sosial akan berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Salah satu caranya adalah dengan berkomunikasi dengan orang lain melalui tuturan ataupun percakapan. Akan tetapi tidak jarang pula manusia berinteraksi melalui humor. Salah satu bentuk humor yang dapat dinikmati oleh masyarakat adalah strip komik, yaitu gambar atau deretan gambar yang bercerita. Strip komik ini biasanya diterbitkan setiap hari di surat kabar atau internet. Terdapat karakter atau tokoh utama yang menjadi main actors dalam strip komik. Adapun tokoh tambahan, itu hanya terjadi sesekali saja dikarenakan strip komik biasanya berlatar belakang kehidupan sehari-hari.

Ada banyak jenis strip komik yang ada di Indonesia, sebagian besar diantaranya adalah yang muncul di surat kabar yang terbit tiap hari, misalnya Peanuts yang terdapat di The Jakarta Post, Mice Cartoon, Panji Koming, Gardfield, The Born Loser dan lain-lain. Tetapi di era yang serba digital ini, strip komik pun dapat dinikmati dengan mengakses melalui internet atau di halaman media sosial.

Dalam artikel ini, penulis akan menggunakan sebuah strip komik berjudul Baby Blues sebagai data penelitian. Dalam strip komik ini, terdapat sebuah keluarga sebagai karakter utamanya, yaitu keluarga MacPherson. Strip komik ini berlatar belakang kehidupan sehari-hari Darryl dan Wanda dengan ketiga anaknya. Kelucuan-kelucuan sering terjadi dalam cerita strip komik Baby Blues. Hal tersebut terjadi sebagai reaksi atas dialog atau percakapan yang dilakukan oleh para karakternya.

Ketika mengkaji percakapan yang mengandung unsur humor di dalamnya, perlu adanya rambu-rambu yang harus dipatuhi agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Akan tetapi, dalam strip komik sering ditemukan fenomena berbahasa yang dilakukan oleh penutur maupun mitra tutur yaitu fenomena pelanggaran atas Prinsip Kerja Sama. Akibat dari pelanggaran tersebut tidak jarang akan menimbulkan kelucuan pada percakapan dalam strip komik. Padahal dalam Prinsip Kerja Sama yang disampikan oleh Grice, prinsip ini mengharapakan kontribusi para penutur sesuai dengan yang diharapkan. Grice menyampaikan bahwa terdapat empat maksim dalam prinsip ini, yaitu maksim kuantitas (maxim of quantity), maksim kualitas (maxim of quality), maksim relevansi (maxim of relevance), dan maksim pelaksanaan (maxim of manner). Ketika pelanggaran maksim-maksim tersebut terjadi, maka di situlah punch line (letak kelucuan) dalam percakapan terjadi.

Sebelum pembahasan tentang pelanggaran maksim-maksim tersebut di atas dibahas secara mendetail satu per satu, penulis akan menambahkan teori yang tidak bisa ditinggalkan ketika membahas tentang pelanggaran atas Prinsip Kerja Sama yaitu konteks. Teori tentang konteks yang sering dipergunakan adalah teori yang disampaikan oleh (Hymes, 2013). Hymes menyebutkan bahwa konteks dalam sebuah konsep tutur terdiri daari delapan komponen, yaitu setting atau scene (tempat dan waktu), participants (peserta tindak tutur), ends (tujuan yang hendak dicapai oleh peserta tutur), act of sequences (bentuk dan isi sesuatu yang dibicarakan , kata-kata yang diucapkan dan bagaimana hubungannya dengan topik yang dibicarakan), key (nada suara, keadaan emosinal pembicra), instrumentalities (mediayang digunakan), norms (norma kebahasaan yang dianut oleh masyarakat bahasa) dan genres (tipe wacana). Komponen tersebut sering disingkat menjadi Speaking.

Selanjutnya, (Cutting, 2008) sependapat dengan Hymes, meskipun dengan penyampaian yang sedikit berbeda. Cutting menyatakan bahwa konteks memiliki tiga jenis, yaitu konteks situasional (situational context), konteks pengetahuan latar belakang (background knowledge context), dan konteks Ko-tekstual (co-textual context).

1.   Konteks Situasional

Konteks situasional adalah konteks yang hadir secara fisik, yaitu di dalam situasi di mana interkasi berlangsung. Dalam konteks ini para penutur hanya membicarakan mengenai sesuatu yang dapat mereka lihat atau mengerti ketika percakapan dilaksanakan. Penutur juga dapat menunjukkan sesuatu yang dapat dilihat oleh lawan tutur pada saat pembicaraan terjadi. Misalnya, ketika X berkata �Ini lho batu akik yang kemarin saya beli dengan harga lima juta.� Saat berkata demikian, X menunjukkan batu akik tersebut kepada Y, lawan bicaranya.

2.   Konteks Pengetahuan Latar Belakang

Konteks ini dapat berupa konteks kultural (pengetahuan umum yang diketahu oleh semua anggota percakapan) maupun interpersonal (spesifik dan mungkin pengetahuan pribadi tentang sejarah penutur itu sendiri). Dalam konteks kultural, penutur dan lawan tutur menetapkan bahwa mereka adalah bagian dari kelompok yang sama sehingga merekaberanggapan bahwa hal yang mereka maksud sudah diketahui oleh anggota kelompok. Misalnya, Wanda dan Darryl dalam strip komik Baby Blues adalah sepasang suami istri yang tinggal dalam satu rumah. Ketika mereka terlibat sebuah percakapan, sudah pasti satu sama lain sudah saling memahami.

Sementara itu, di dalam konteks interpersonal, pengetahuan interpersonalnya diperoleh melalui interaksi verbal atau kegiatan bersama, dan pengalaman yang sebelumnya terjadi, termasuk pengetahuan pribadi mengenai lawan tutur. Itulah sebabnya mengapa referensi dalam konteks interpersonal bisa begitu jelas, implisit dan minim.

3.   Konteks Ko-tekstual

Konteks ini merupakan konteks dari teks (wacana) itu sendiri. Para penutur beranggapan bahwa setiap orang dalam suatu percakapan telah memiliki pengetahuan yang cukup mengenai apa yang mereka bicarakan. Dalam konteks ini, penutur akan mempergunakan kata ganti dan sudah dimengerti oleh lawan tuturnya. Jadi, ketika membicarakan sebuah hal, penutur hanya menyebutkan sekali saja, dan untuk selanjutnya hanya diganti dengan kata ganti.

Singkat kata, konteks adalah situasi atau latar belakang dari suatu komunikasi. Konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu pembicaraan atau dialog.

Setelah pemahaman teori tentang konteks beserta beberapa contohnya yang dirasa sangat penting untuk membahas poin selanjutnya, yaitu pelanggaran Prinsip Kerja Sama. Maka selanjutnya berikut ini penulis sajikan pembahasan tentang pelanggaran atas maksim-maksim Prinsip Kerja Sama yang terdapat dalam strip komik Baby Blues.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Hal ini disebabkan karena data pada penelitian ini berupa teks tulis yaitu wacana percakapan verbal tulis dalam strip komik Baby Blues. Data yang diperoleh kemudian dianalisis jenis-jenis wacana dialog serta wacana percakapan apa saja yang terdapat dalam data, selanjutnya data akan dianalisis untuk mencari pelanggaran prinsip kerja sama.

Data utama yang didapatkan dan dipergunakan untuk penelitian ini adalah strip komik online berjudul Baby Blues yang terbit setiap hari pada rentang waktu 1 Januari 2013 sampai dengan 30 September 2014. Data diperoleh dengan mengunduh dari situs resminya di www.babyblues.com/archieve/index/php?formname=getstrip&GoToDy.

Hasil analisis data akan disajikan secara deskriptif, yaitu merumuskan dan mengungkapkan hasil dengan menggunakan kata-kata atau kalimat. Penyajian hasil analisis data dilakukan dengan metode penyajian informal dan formal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa, sedangkan metode penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang (Sudaryanto, 1993: 145).

Hasil dan Pembahasan

1)  Pelanggaran Maksim Kuantitas (Maxim of Quantity)

(Wijana, 1995) menyebutkan bahwa di dalam berkomunikasi lazimnya untuk memenuhi tuntutan prinsip kerja sama penutur memberikan informasi sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya. Artinya kontribusi dari masing-masing partisipan dalam percakapan seharusnya tidak berlebihan dan juga tidak terlalu singkat, sehingga percakapan dapat berjalan dengan lancar. Berikut adalah contoh percakapan dalam strip komik Baby Blues yang mematuhi maksim kuantitas (maxim of quantity):

 

(34)(Baby Blues, 13 Mei 2014)

(1)     Wanda������������ : You know you can always come to me with any problems, �������������� ��������������right, Hammie?

����������������������� �� �Kamu tahu kamu dapat selalu datang padaku dengan ����� ����������������������� ����masalah apapun, ya kan, Hammie?�

(2)     Hammie��������� : That might not work too well.

����������������������� �Itu mungkin dapat berjalan tidak terlalu bagus.�

(3)     Wanda������������ : What do you mean?

����������������������� �Apa maksudmu?�

(4)     Hammie��������� : My biggest problem is keeping you from finding stuff out.

����������������������� �Masalah terbesarku adalah mencegah ibu dari menemukan ����������������������� barang sesuatu.�

 

Konteks:

Wanda dan Hammie membicarakan tentang berbagi cerita saat ada masalah. Dari contohdi atas, dapat terlihat dengan jelas bahwa percakapan di atas telah mematuhi prinsip kerja sama, terutama maksim kuantitas. Percakapan berjalan dengan lancar karena penutur dan lawan tutur memberikan informasi yang secukupnya saja. Bukan informasi yang dilebih-lebihkan.

Berlawanan dengan contoh percakapan di atas, di dalam strip komik, pelanggaran atas maksim sengaja dibuat atau dimunculkan oleh si pencipta komik agar tercipta kelucuan. Beberapa contoh pelanggaran maksim kuantitas yang ditemukan dalam strip komik Baby Blues adalah sebagai berikut:

 

(35)(Baby Blues, 18 Juni 2013)

1.     Zoe����������������� : Mom, will you take us to the park?

����������������������� �Bu, maukah ibu mengajak kami ke taman?�

2.     Wanda������������ : It�s too late, Zoe.

����������������������� �Sudah terlambat, Zoe.�

3.     Zoe����������������� : It�s only one o�clock!

����������������������� �Ini baru jam satu!.�

4.     Wanda������������ : But we�d have to put on sunblock ...

����������������������� �Tapi kita harus memakai krim tabir surya ...�

5.     ����������������������� ��... make snacks, change Wren, pack the diaper bag, go ����� ����������������������� ��potty, find shoes, change Wren again ...

����������������������� �... membuat makanan ringan, mengganti Wren, ����������������� ����������������������� memasukkan popok ke dalam tas, turun naik, mencari �������� ����������������������� sepatu, mengganti Wren lagi ...�

6.     Zoe����������������� : I see your point.

����������������������� �Aku tahu maksud ibu.�

7.     Hammie��������� : Maybe I should pee now.

����������������������� �Mungkin aku harus buang air kecil sekarang.�

 

 

 

Konteks:

Zoe menanyakan kepada ibunya apakah mau pergi ke taman atau tidak. Wanda menjawab dengan kalimat yang bertele-tele.

 

(36) (Baby Blues, 6 Juli 2014)

1.     Hammie��������� : Good evening, ladies and gentlemen, and welcome to my ����������������������� ��interview with Zoe MacPherson!

����������������������� �Selamat malam, Ibu-ibu dan Bapak-bapak, dan selamat ���� ����������������������� datang di wawancara saya dengan Zoe MacPherson!�

2.     ����������������������� ��Today we�re going to ask what it�s like to have such a ����� ����������������������� ��terrific brother.

����������������������� �Hari ini kita akan bertanya bagaimana rasanya memiliki ��� ����������������������� seorang saudara yang hebat�

3.     ����������������������� ��It�s amazing, right, Zoe? You must feel very lucky.

����������������������� �Mengagumkan, kan, Zoe? Kamu pasti merasa sangat �������� ����������������������� beruntung.�

4.     ����������������������� ��He�s brilliant, athletic, good-looking...The list goes on.

����������������������� �Dia brilian, atletis, ganteng...Dan masih banyak lagi yang ����������������������� ��lain.�

5.     ����������������������� ��But tell us, what�s your favorite thing about having ���������� ����������������������� ��Hammie MacPherson as a brother?

����������������������� �Tapi coba beritahu kami, apakah hal favoritmu memiliki �� ����������������������� Hammie MacPherson sebagai saudaramu?�

6.     Zoe����������������� : His perfectly pot-shaped head.

����������������������� �Kepala berbentuk potnya yang sempurna.�

7.     Hammie��������� : Right, well, back to you in the studio.

����������������������� �Baiklah, kembali kepadamu yang di studio.�

 

Konteks:

Hammie berpura-pura menjadi pembawa acara berita televisi. Dia memakai sebuah pisang sebagai alat untuk mewawancari kakaknya, Zoe Dia bertanya tentang pendapat Zoe memiliki adik seperti dirinya. Namun jawabannya tidak seperti yang diharapkan.

Dalam percakapan (35) dan (36), terdapat partisipannya yang melanggar salah satu prinsip kerja sama, yaitu maksim kuantitas. Pada percakapan (35), terdapat partisipan yang memberikan informasi yang berlebihan, dan tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh partisipan pendengar (lawan tuturnya). Hal ini terlihat dalam percakapan (35) baris ke-4 dan ke-5, Wanda dengan jelas melanggar maksim kuantitas. Pertanyaan Zoe tentang apakah akan ke taman atau tidak, dijawab oleh Wanda secara berputar-putar. Padahal seharusnya, Wanda hanya cukup menjawab iya atau tidak saja kepada Zoe. Tapi dia malah menjawab panjang lebar, yaitu But we�d have to put on sunblock ... make snacks, change Wren, pack the diaper bag, go potty, find shoes, change Wren again .... Partisipan pendengar (lawan tutur), yaitu Zoe, sudah memahami dengan pasti apa maksud jawaban dari ibunya tersebut tanpa menanyakan apakah jawaban ibunya iya atau tidak. Bahkan Zoe menegaskan dengan kalimatnya, I see your point.

Sementara itu, dalam percakapan (36), terlihat jelas juga bahwa pada baris ke-6, Zoe telah melanggar maksim kuantitas. Dia hanya menjawab sekali terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Hammie. Padahal dalam sebuah percakapan yang ideal, ketika ada pertanyaan harusnya dijawab. Mungkin salah satu sebab Zoe hanya menjawab pertanyaan terakhir dari Hammie adalah ketidaknyamanan dengan topik pembicaraan, sehingga dia mengakhiri percakapan.

Menurut maksim kuantitas, disebutkan bahwa partisipan dalam sebuah percakapan seharusnya memberikan informasi yang seperlunya, yaitu tidak kurang atau tidak lebih demi tujuannya dalam berkomunikasi. Sementara itu, Finnegan (1992: 311) menyebutkan bahwa seorang partisipan haruslah informatif. Jadi, dari contoh-contoh percakapan di atas jelas terlihat sekali bahwa di dalamnya terjadi pelanggaran maksim kuantitas dikarenakan terdapat partisipan yang terlalu lebih dan terlalu singkat dalam memberikan informasi.

2)  Pelanggaran Maksim Kualitas (Maxim of Quality)

Di dalam maksim kualitas, partisipan diharuskan untuk mengatakan hal yang sebenarnya, dengan kata lain partisipan tidak memberikan informasi yang keliru atau tidak sesuai. (Wijana, 1995), menyatakan bahwa kontribusi partisipan dalam maksim ini juga hendaknya didasarkan pada bukti-bukti yang memadai. Sementara (Geoffrey, 1993) dalam (Farahsani, 2013) menyatakan bahwa sebenarnya maksim kuantitas dan maksim kualitas dapat dibahas bersama-sama karena maksim-maksim tersebut sering bersaing, yaitu jumlah informasi yang diberikan oleh penutur dibatasi oleh keinginan penutur sendiri untuk menghindari mengatakan sesuatu yang tidak benar. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah contoh percakapan dalam Baby Blues yang mematuhi maksim kualitas (maxim of quality):

 

(37)(Baby Blues, 9 Mei 2014

(1)   Wanda: Look what I found at the bottom of Hammie�s backpack.

����������� �Lihat apa yang aku temukan di dasar tas pungggung Hammie.�

(2)   Darryl�� : �Dear Mrs. Kemp, Hammie is a genius, he does not need any ������ �������������homework.�

����������� �Yang Terhormat, Bu Kemp. Hammie adalah anak jenius, dia tidak ����������� perlu pekerjaan rumah (PR) apapun.

(3)   �����������His forgery needs work.

����������� �Pemalsuannya perlu usaha.�

(4)   Wanda: And I don�t spell �genius� with a �J�.

����������� �Dan aku tidak mengeja �genius� dengan sebuah �J��

��� Konteks:

��� Wanda dan Darryl membicarakan surat palsu yang dibuat Hammie untuk gurunya.

Contoh percakapan di atas menunjukkan sebuah percakapan yang mematuhi maksim kualitas (maxim of quality), penutur, yaitu Wanda, pada baris ke-1 membuka pembicaraan dengan menyampaikan surat palsu yang dia temukan di dalam tas Hammie. Selanjutnya lawan tutur, Darryl, merespon tuturan Wanda tersebut pada baris ke-2 dan ke-3. Darryl menyampaikan informasi sebenarnya, bukan rekaan semata. Dan Wanda pada baris ke-4 menimpali tuturan Darryl dengan fakta atau jawaban yang benar juga, yaitu tentang cara dia menuliskankata �genius�.������

Maksim-maksim dalam prinsip kerja sama yang saling berhubungan erat adalah maksim kualitas dan maksim kuantitas. Karena hal itulah, seringkali pelanggaran maksim yang terjadi pada sebuah percakapan dapat meliputi kedua maksim tersebut. Berikut adalah contoh pelanggaran maksim kualitas yang ditemukan dalam strip komik Baby Blues:

 

(38)(Baby Blues, 4 Mei 2013)

1.   Zoe�������� : Mom, I need help.

����������� �Bu, aku butuh bantuan.�

2.   Wanda��� : Not now. I�m doing yoga.

����������� �Jangan sekarang. Aku sedang melakukan yoga.�

3.   Zoe�������� : (melihat ibunya)

4.   Wanda��� : (tidur)

5.   Zoe�������� : You�re really not.

����������� �Ibu tidak melakukannya.�

6.   Wanda��� : I call this pose the comatose cobra.

����������� �Aku menyebut posisi ini kobra pingsan.�

 

 

 

Konteks:

Zoe sedang memerlukan bantuan Wanda, ibunya. Tetapi Wanda tidak mu membantu dengan alasan sedang melakukan yoga. Padahal Zoe melihat dengan kesal bahwa sebenarnya Wanda tidak sedang melakukan yoga, tapi dia tidur di lantai karena terlalu lelah. Wanda menyangkalnya dengan mengatakan abahwa dia sedang melakukan posisi yoga yang bernama kobra pingsan.

 

(39)(Baby Blues, 17 Juni 2013)

1.   Wanita�������������� : Our Brie is already speaking in complete sentences!

����������������������� �Brie kami sudah bisa berbicara dengan kalimat lengkap!�

2.   Brie������������������� : Me want ball.

����������������������� �Aku mau bola.�

3.   Wanita�������������� : Does your baby say anything?

����������������������� �Apakah bayimu sudah bisa berbicara?�

4.   Wanda��������������� : Not yet.

����������������������� �Belum.�

5.        ����������������������� ��She�s too busy texting us.

����������������������� �Dia terlalu sibuk mengirimi kami pesan (SMS).�

 

Konteks:

Wanda sedang mengasuh Warren bersama seorang wanita dengan anaknya juga. Wanita tersebut bercerita kalau anaknya sudah dapat berbicara dengan kalimat lengkap. Kemudian dia menanyakan kepada Wanda, apakah Warren sudah bisa mengucapakan sesuatu. Wanda menjawab bahwa bayinya belum bisa berbicara. Tapi kemudian dia menambahai jawabannnya dengan bilang bahwa Warren terlalu sibuk mengirimi kami pesan (SMS), sambil pergi meninggalkan wanita tadi.

(40)(Baby Blues, 4 Oktober 2013)

 

 

1.   Darryl��������������� : Hammie, tie your shoelace.

��������������������� �Hammie, talikan tali sepatumu.�

2.   Hammie ���������� : Why?

��������������������� �Kenapa?�

3.   Darryl��������������� : So rabid hyenas won�t be tempted to chase it and chew ���� �������������� �������������your les off.

��������������������� �Agar hyena fanatik tidak akan tergoda untuk mengejar dan ��������������������� mengunyahnya.�

4.   Hammie ��������� : Oh, Okay.

��������������������� �Oh, baiklah.�

5.   Wanda��� ��������� : �Rabid hyenas�?

��������������������� Hyena fanatik?�

6.   Darryl��������������� : It�s Hammie you only get his attentation with worst-case �������������� �����������scenarios.

��������������������� �Kamu bisa mendapatkan perhatian Hammie dengan ���������� ��������������������� skenario kasus terburuk.�

 

Konteks:

Darryl menyuruh Hammie untuk mengikat tali sepatunya, tapi Hammie tidak melakukannya malaha bertanya kenapa dia harus mengikat tali sepatunya. Darryl menjawab jika tidak diikat, maka akan ada hyena fanatik yang kan mengejar dan mengunyah tali sepatunya. Lalu Hammie mengiyakan perintah ayahnyatersebut. Wanda yang juga ada di tempat yang sama bertanya Darryl apakah sebenarnya hyena fanatik itu. Darryl menjawab bahwa itu adalah skenario kasus terburuk agar Hammie mau memperhatikannya.

(41) (Baby Blues, 25 April 2014)

1)  Hammie ��������� : Hey Dad, what does �market price� mean?

��������������������� �Hei, Yah. Apakah arti �harga pasar�?

2)  Darryl��������������� : It means we wandered into the wrong restaurant.

��������������������� �Ini artinya kita masuk di restoran yang salah.�

 

Konteks:

Keluarga MacPherson sedang makan di sebuah restoran. Hammie bertanya kepada ayahnya, Darryl, tentang arti �market price�.

 

 

 

Konsep paling mendasar dalam maksim kualitas adalah bahwa partisipan dalam percakapan harus berbicara hal yang sebenarnya, bukan hal yang keliru atau tidak sesuai. Salah satu bentuk ketidaksesuaian ataupun ketidakbenaran yang dilakukan oleh partisipan adalah dengan berbohong. Jadi ketika kebohongan terjadi dalam sebuah percakapan, sudah pasti terdapat sebuah pelanggaran maksim kualitas di dalamnya. Hal ini dapat terlihat pada contoh percakapan (38) dan (40). Dalam percakapan (38), Wanda berbohong kepada Zoe bahwa dirinya sedang melakukan posisi yoga bernama kobra pingsan. Padahal jelas sekali bahwa dia sedang tidur di lantai. Dalam contoh ini, kebohongan yang dilakukan Wanda jelas merupakan pelanggaran maksim kualitas. Karena apa yang dia ucapkan tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya dia kerjakan.

Pada contoh percakapan (40) Darryl berbohong kepada Hammie tentang tali sepatunya yang akan dikejar dan dikunyah oleh hyena. Hal itu juga jelas melanggar maksim kualitas, karena salah satu partisipan memberikan informasi yang tidak sebenarnya.

Akibat dari kebohongan yang dilakukan oleh partisipan dalam sebuah percakapan, selain jelas merupakan pelanggaran terhadap maksim kualitas, juga akan berdampak pada kelancaran percakapan itu sendiri. Artinya, jika kebohongan terjadi akan memungkinkan bagi partisipan yang tidak berbohong untuk terus bertanya tentang kebenaran dari pembicaraan yang sedang berlangsung. Akan tetapi, dalam sebuah strip komik, kebohongan dalam percakapan akan memunculkan kelucuan yang menjadi ciri khas dari sebuah komik, yaitu humoris.

Sementara itu, pada percakapan (39) terjadi juga pelanggaran maksim kualitas, dimana partisipan yaitu Wanda tidak memberikan informasi yang sebenarnya. Seharusnya ketika ditanya oleh si Wanita apakah Wren sudah bisa berbicara atau belum, Wanda hanya perlu menjawab sampai Not yet atau belum. Tapi dia menambahi jawabannya dengan kalimat yang informasinya tidak sebenarnya, yaitu pada baris ke-5, �Dia terlalu sibuk mengirimi kami pesan (SMS).� Dalam kalimat tersebut sangat jelas terjadi pelanggaran maksim kualitas, melihat konteksnya bahwa yang mengirim pesan seorang bayi. Dan menurut penulis, kalimat Wanda tersebut di atas memiliki makna untuk mengejek lawan bicaranya, si wanita yang terkesan memamerkan kemampuan bicara bayinya.

Selanjutnya pada contoh percakapan (41), pelanggaran maksim kualitas kembali terjadi saat Darryl memberikan informasi yang tidak seharusnya terhadap pertanyaan yang diberikan oleh Hammie. Pada baris ke-1, Hammie menanyakan apa arti dari �harga pasar� kepada ayahnya, Darryl. Akan tetapi Darryl malah menjawab dengan kalimat bahwa sepertinya mereke (keluarga MacPherson) masuk di restoran yang salah.

Dari beberapa contoh percakapan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pelanggaran maksim kualitas bisa dilakukan oleh partisipan dalam bentuk pemberian informasi yang tidak sebenarnya atau tidak sesuai dengan konteks pembicaraan, tetapi juga bisa dilakukan dengan berbohong kepada lawan bicaranya. Kebohongan yang terjadi dalam konteks strip komik, akan memunculkan kelucuan yang memang diharapkan oleh si pencipta komik karena pada dasarnya sifat komik adalah humoris.

3)  Pelanggaran Maksim Relevansi (Maxim of Relevance)

(Wijana, 1995) dalam (Farahsani, 2013) menyatakan bahwa maksim relevansi mengharuskan setiap partisipan dalam percakapan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan. Contoh percakapan yang menerapkan maksim relevansi (maxim of relevance) adalah sebagai berikut:

 

(42)�� (Baby Blues, 27 Juni 2014

(1)   Wanda: Aren�t you glad you have a brother and a sister, Zoe?

����������� �Apakah kamu bahagia memiliki saudara laki-laki dan ����������� perempuan?�

(2)   Zoe����� : Yeah, I guess so.

����������� �Ya, aku kira begitu.�

(3)     Wanda : You don�t sound sure about that.

����������� �Kamu terdengar tidak yakin dengan itu.�

(4)     Zoe����� : Well. They�re fun and everything ...�

����������� �Baiklah. Mereka menyenangkan dan segalanya ..�

(5)     ����������� ��... but I also liked it when I was single.

����������� � ... tapi aku juga suka saat dulu aku masih tunggal.�

(6)     Wanda : Only child.

����������� �Anak tunggal.�

(7)     Zoe����� : Whatever.

����������� �Apa saja lah.�

 

Konteks:

Wanda berbicara dengan Zoe tentang memiliki adik dan bukan anak tunggal.

Sebuah percakapan yang baik dan berjalan dengan lancar adalah ketika tuturan yang disampaikan tidak keluar dari konteks pembicaraan. Dalam contoh percakapan di atas, pembicaraan yang dilakukan oleh penutur dan lawan tuturnya berjalan dengan dengan lancar dan mematuhi maksim relevansi. Artinya mereka berbicara dalam kontek atau topik yang sama dari awal pembicaraan sampai akhir, yaitu tentang Zoe yang memiliki adik laki-laki dan perempuan.

Meskipun banyak percakapan yang sudah relevan atau sesuai dengan konteks isi pembicaraan, akan tetapi masih dapat ditemui juga tuturan yang melanggar maksim relevansi, misalnya;

�� A: Kemarin saya bertemu teman lama.

B: Apakah saya boleh meminjam mobilmu?

Contoh dialog tersebut merupakan percakapan yang melanggar maksim relevansi. Berikut akan disampaikan contoh bentuk pelanggaran maksim relevansi dalam strip komik Baby Blues:

 

(43)(Baby Blues, 30 November 2013)

1.   Zoe�������� : Dad, I can�t sleep.

��������� �Yah, Aku tidak bisa tidur.�

2.   Darryl��� : Did you try counting sheep?

��������� �Apakah kamu sudah mencoba menghitung domba?�

3.   �� ������������Well, try that.

��������� �Cobalah.�

4.   Zoe�������� : Okay.

��������� �Baiklah.�

5.   �� ����������So who�s driving me to this sheep farm?

��������� �Jadi siapa yang akan mengantarku ke peternakan domba?�

 

Konteks:

Zoe tidak bisa tidur, kemudian dia menyusul ke kamar tidur ayahnya. Darryl, ayahnya, menyarankan Zoe untuk menghitung domba dan Zoe mengiyakannya sambil meninggalkan kamar Darryl. Beberapa saat kemudian, Zoe kembali dan menanyakan siapa yang akan mengantar dirinya ke peternakan domba.

 

(44)(Baby Blues, 4 Desember 2013)

1.   Wanda��� ����������� : How was your first day of accelerated class, Zoe?

��������������������� �Bagaimana hari pertama di kelas akselerasi, Zoe?�

2.   Zoe�������������������� : Fine.

��������������������� �Baik.�

3.   �������������� ����������� Here�s a letter that outlines the program.

��������������������� �Ini surat tentang gambaran programnya.�

4.   Wanda��� ����������� : This letter is in French.

��������������������� �Surat ini dalam bahasa Perancis.�

5.   Zoe�������������������� : We all need to raise our games, mom.

��������������������� �Kita semua perlu menaikkan permainan kita, Bu.�

 

Konteks:

Saat Zoe pulang dari sekolahnya, Wanda bertanya tentang hari pertamanya di kelas akselerasi. Dan Zoe hanya memberikan surat dari sekolahnya kepada ibunya, tapi Wanda bingung karena surat yang dia terima berbahasa Perancis.

 

(45)(Baby Blues, 17 April 2014)

1.   Hammie ��������� : Mom, can we get a real baby chick for Easter?

��������������������� �Bu, apakah kita boleh memiliki anak ayam untuk Paskah?�

2.   Mom����������������� : Sure, I love chicken poop.

��������������������� �Tentu saja, aku suka kotoran ayam�

3.   Hammie ���������� : She said �yes�.

��������������������� �Ibu bilang �iya��

4.   Zoe�������������������� : Hammie, she was being sarcastic.

��������������������� �Hammie, Ibu itu menyindirmu�

5.   Hammie ��������� : I knew that!

��������������������� �Now, what should I name my chick?

��������������������� �Aku tahu itu! Sekarang, aku harus menamai anak ayamku ��������������������� apa?�

6.   Zoe�������������������� : How about �clueless�?

��������������������� �Bagaimana kalau �tidak paham� (clueless)�

 

Konteks:

Hammie bertanya kepada ibunya apakah boleh memelihara anak ayam pada hari Paskah. Tapi ternyata Wanda tidak memberikan izin akan tetapi tidak memberitahukannya dengan tegas.

 

Contoh-contoh percakapan di atas (43) , (44) dan (45) adalah contoh percakapan yang terdapat pelanggaran maksim relevansi. Pada percakapan (43), pada baris ke-2 dan baris ke-3, Darryl menyuruh Zoe untuk menghitung domba agar bisa tertidur. Akan tetapi, respon yang diberikan oleh Zoe ternyata tidak sesuai dengan kalimat Darryl yang sebeblumnya menyuruh dia hanya untuk menghitung, tapi pada baris ke-5, Zoe merespon dengan menjawab siapa yang akan mengantarnya ke peternakan domba. Dari respon Zoe di baris ke-5 tersebut itulah terlihat pelanggaran maksim relevansi.

Kemudian pada contoh percakapan (44), pelanggaran maksim relevansi terjadi pada baris ke-5 saat Zoe mengucapakan bahwadiadan ibunya perlu menaikkan permainan. Padahal pada baris sebelumnya, Wanda, ibunya menyampaikan tentang surat yang berbahasa Perancis. Menurut penulis, jelas sekali pelanggaran mksim relevansi terjadi di sini karena tidak ada hubungannya anatara surat berbahasa Perancis dengan menaikkan permainan.

Pada percakapan (45), saat Hammie meminta izin untukmemelihara anak ayam pada baris ke-1, Wanda meresponnya dengan hal yang tidak sesuai pada baris ke-2. Wanda menjawab bahwa dia suka dengan kotoran ayam. Menurut penulis, respon Wanda tersebut tidak sesuai dengan kalimat partisipan sebelumnya, yaitu saat Hammie meminta izin memelihara anak ayam. Jadi, pada baris ke-2 ituah, terjadi pelanggaran maksim relevansi.

4)  Pelanggaran Maksim Pelaksanaan/Cara (Maxim of Manner)

Dalam maksim cara, para partisipan dalam sebuah percakapan diharuskan untuk menghindari ambiguitas dan keganjilan, serta berbicara secara runtut atau dengan urutan yang benar. Singkatnya, maksim ini mengharuskan seseorang untuk berbicara secara berurutan dan jelas. Contohnya adalah sebagai berikut ini:

 

(46)�� (Baby Blues, 14 Juli 2014

(1)     Darryl������������ : Is something on your mind, Hammie?

����������������������� �Apakah kamu sedang memikirkan sesuatu, Hammie?�

(2)     Hammie��������� : I think I�m too old to kiss you and mom, but I�m afraid to tell ����������������������� mom.

����������������������� �Aku pikir aku terlalu tua untuk mencium Ayah dan Ibu, tapi aku ����������������������� takut untuk memberi tahu Ibu.�

(3)     Darryl������������ : Your mom is an adult. If that�s how you feel. I�m sure she�ll ����������������������� understand.

����������������������� �Ibumu sudah dewasa. Jika itu yang kamu rasakan. Aku yakin ����������������������� dia akan memahamimu.�

(4)     Hammie��������� : Great! Thanks, Dad.

����������������������� �Hebat! Makasih, Yah.�

 

Konteks:

Hammie bercerita kepada ayahnya jika dia merasa sudah cukup umur untuk tidak mencium Ayah dan Ibunya.

Percakapan yang terjadi pada contoh diatas mematuhi maksim pelaksanaan/cara (maxim of manner), artinya kedua partisipan berbicara sesuai giliran berbicaranya dan tuturan yang disampaikan pun isinya sudah sangat jelas, artinya tidak mengandung informasi yang ambigu.

Pelanggaran maksim pelaksanaan/cara biasanya dilakukan oleh partisipan ketika dia ingin mengungkapkan maksudnya secara tidak langsung dengan alasan tertentu. Selain itu, pelanggaran maksim ini juga berdampak pada dilanggarnya maksim kualitas atau kuantitas, sehingga maksud sebenarnya tidak tersampaikan dengan baik. Berikut adalah contoh-contoh pelanggaran maksim cara dalam strip komik Baby Blues:

���������������������������������������������� �����������������������������������������������������(47)(Baby Blues, 31 Juli 2013)

1.   Wanda��� ����������� : Zoe! You�re soaked!

��������������������� �Zoe! Kamu basah kuyup!�

2.   Zoe�������������������� : Yeah. Hammie hit me with a water balloon.

��������������������� Ya. Hammie melemparku dengan balon air.�

3.   Wanda��� ����������� : Why did he do that?

��������������������� �Kenapa dia melakukannya?�

4.   Zoe�������������������� : Why?

��������������������� �Kenapa?�

5.   �������������� ����������� Why do birds fly? Why is the sky blue? Why is water �������� �������������� ����������wet?

��������������������� �Kenapa burung terbang? Kenapa langit biru? Kenapa air �� ��������������������� basah?�

6.   Wanda��� ����������� : Right ... nature.

��������������������� �Benar ...sifat bawaan.�

 

Konteks:

Zoe masuk ke rumah dalam keadaan basah kuyup. Ibunya penasaran dan bertanya kepadanya apa yang terjadi.

 

 

Pada percakapan (47) di atas, pelanggaran maksim cara terdapat pada baris ke-5, saat Zoe menjawab pertanyaan ibunya kenapa hammie melempar dirinya dengan balon air. Pelanggaran ini terjadi karena Zoe memberikan respon pertanyaan Wanda secara ambigu, artinya Wanda memerlukan beberapa saat untuk memikirkan apa maksud dari pembicaraan Zoe tersebut. Jadi, ketiga hal sederhana akan tetapi disampaikan dengan cara yang ambigu dan bertele-tele atau berlebih-lebihan akan menimbulkan pelanggaran maksim pelaksanaan/cara.

Kesimpulan

Pada bagian sebelumnya telah dibahas tentang pelanggaran prinsip kerja sama yang terdapat pada percakapan dalam strip komik Baby Blues. Pelanggaran-pelanggaran yang terdapat di sini akan memunculkan kelucuan sehingga membuat pembaca atau pun penikmat strip komik tertawa. Karena pada dasarnya sifat dari komik secara umum adalah humoris dan jenaka. Pelanggaran prinsip kerja sama yang dibahas meliputi pelanggaran maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan/cara. Ketika pelanggaran pada sebuah maksim terjadi, biasanya akan mengakibatkan pelanggaran maksim yang lain. Misalnya, ketika pembicaraan dalam percakapan tersebut ambigu, hal tersebut melanggar maksim cara. Pelanggaran tersebut melebar menjadi pelanggaran maksim kualitas atau maksim kuantitas. Namun pelanggaran-pelanggaran tersebut sengaja diciptakan oleh si pembuat komik dengan harapan para pembaca komik mendapatkan efek lucu yang merupakan ciri identik dari sebuah komik. Pelanggaran-pelanggaran maksim itulah yang membuat sebuah strip komik menjadi sangat menarik untuk diteliti.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Cutting, Joan. (2008). Pragmatics and Discourse. Oxon: Routledge. Google Scholar

 

Farahsani, Yashinta. (2013). Analisis Wacana Percakapan Dalam Komedi Situasi The It Crowd Seri 1. Universitas Gadjah Mada. Google Scholar

 

Geoffrey, Leech. (1993). Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia. Google Scholar

 

Grice, Herbert P. (1975). Logic and conversation. In Speech acts (pp. 41�58). Brill. Google Scholar

 

Hymes, Dell. (2013). Foundations in sociolinguistics: An ethnographic approach. Routledge. Google Scholar

 

Wijana, I. (1995). Wacana kartun dalam bahasa Indonesia. Universitas Gadjah Mada. Google Scholar

��������������

Copyright holder:

Sri Ani Puji Setiawati (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: