Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 5, Mei 2022
BENTUK-BENTUK PELANGGARAN PRINSIP KERJASAMA PADA
PERCAKAPAN DALAM STRIP KOMIK BABY BLUES
Sri
Ani Puji Setiawati
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini menggambarkan analisis bentuk-bentuk pelanggaran atas prinsip kerjasama
pada percakapan dalam strip
komik Baby Blues. Dalam
analisis data penelitian, peneliti menggunakan teori prinsip kerja
sama dari Grice. Metode observasi digunakan untuk menyimak penggunaan bahasa dalam observasi
data strip komik Baby Blues. Teknik dasar yang digunakan selanjutnya adalah teknik simak pada setiap percakapan untuk mengetahui jenis dan bentuk pelanggaran prinsip kerja sama oleh Grice. Dari penelitian dapat disimpukan bahwa terdapat pelanggaran-pelanggaran prinsip kerjasama pada dasarnya untuk memunculkan kelucuan yang merupakan ciri identic dari sebuah komik.
Adapun pelanggaran prinsip kerjasama yang ditemukan meliputi pelanggaran maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan/cara.
Kata Kunci: pelanggaran
prinsip kerjasama; komik strip; baby blues; grice;
maksim kuantitas; maksim kualitas; maksim relevansi; maksim pelaksanaan/cara
Abstract
This study aims to analyze the violations of the cooperative principle in
conversation in the Baby Blues comic strip. In analyzing the research data, the
researcher used Grice's cooperative principle theory.
The observation method was used to observe the use of language in the Baby
Blues comic strip. The basic technique used next is the listening technique in
each conversation to find out the types and forms of violations of the
cooperative principle by Grice. It can be concluded that there are violations
of the cooperative principle in the comic strip, and it basically aims to bring
humor, which is a characteristic of a comic. The violations of the cooperative
principle found were violations of the maxim
of quantity, maxim of quality, maxim of relevance, and maxim
of manner.
Keywords: �violation
of cooperative principle; comic strip; baby blues; grice;
maxim of quantity; maxim of quality; maxim of relevance; maxim of manner
Pendahuluan
Manusia sebagai makhluk
sosial akan berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Salah satu
caranya adalah dengan berkomunikasi dengan orang lain melalui tuturan ataupun
percakapan. Akan tetapi tidak jarang pula manusia berinteraksi melalui humor.
Salah satu bentuk humor yang dapat dinikmati oleh masyarakat adalah strip
komik, yaitu gambar atau deretan gambar yang bercerita. Strip komik ini
biasanya diterbitkan setiap hari di surat kabar atau internet. Terdapat
karakter atau tokoh utama yang menjadi main
actors dalam strip komik. Adapun tokoh tambahan, itu hanya terjadi sesekali
saja dikarenakan strip komik biasanya berlatar belakang kehidupan sehari-hari.
Ada banyak jenis strip komik yang ada di
Indonesia, sebagian besar diantaranya adalah yang muncul di surat kabar yang
terbit tiap hari, misalnya Peanuts
yang terdapat di The Jakarta Post, Mice Cartoon, Panji Koming, Gardfield, The Born Loser
dan lain-lain. Tetapi di era yang serba digital ini, strip komik pun dapat
dinikmati dengan mengakses melalui internet atau di halaman media sosial.
Dalam artikel
ini, penulis akan menggunakan sebuah strip komik berjudul Baby Blues sebagai data
penelitian. Dalam strip komik ini, terdapat sebuah keluarga sebagai karakter
utamanya, yaitu keluarga MacPherson. Strip komik ini berlatar belakang
kehidupan sehari-hari Darryl dan Wanda dengan ketiga anaknya. Kelucuan-kelucuan
sering terjadi dalam cerita strip komik Baby
Blues. Hal tersebut terjadi sebagai reaksi atas dialog atau percakapan yang
dilakukan oleh para karakternya.
Ketika mengkaji
percakapan yang mengandung unsur humor di dalamnya, perlu adanya rambu-rambu
yang harus dipatuhi agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Akan tetapi,
dalam strip komik sering ditemukan fenomena berbahasa yang dilakukan oleh
penutur maupun mitra tutur yaitu fenomena pelanggaran atas Prinsip Kerja Sama.
Akibat dari pelanggaran tersebut tidak jarang akan menimbulkan kelucuan pada
percakapan dalam strip komik. Padahal dalam Prinsip Kerja Sama yang disampikan
oleh Grice, prinsip ini mengharapakan kontribusi para penutur sesuai dengan
yang diharapkan. Grice menyampaikan bahwa terdapat empat maksim dalam prinsip
ini, yaitu maksim kuantitas (maxim of
quantity), maksim kualitas (maxim of
quality), maksim relevansi (maxim of
relevance), dan maksim pelaksanaan (maxim
of manner). Ketika pelanggaran maksim-maksim tersebut terjadi, maka di
situlah punch line (letak kelucuan) dalam percakapan terjadi.
Sebelum pembahasan
tentang pelanggaran maksim-maksim tersebut di atas dibahas secara mendetail
satu per satu, penulis akan menambahkan teori yang tidak bisa ditinggalkan
ketika membahas tentang pelanggaran atas Prinsip Kerja Sama yaitu konteks.
Teori tentang konteks yang sering dipergunakan adalah teori yang disampaikan
oleh (Hymes, 2013).
Hymes menyebutkan bahwa konteks dalam sebuah konsep tutur terdiri daari delapan
komponen, yaitu setting atau scene
(tempat dan waktu), participants
(peserta tindak tutur), ends (tujuan
yang hendak dicapai oleh peserta tutur), act
of sequences (bentuk dan isi sesuatu yang dibicarakan , kata-kata yang
diucapkan dan bagaimana hubungannya dengan topik yang dibicarakan), key (nada suara, keadaan emosinal
pembicra), instrumentalities
(mediayang digunakan), norms (norma
kebahasaan yang dianut oleh masyarakat bahasa) dan genres (tipe wacana). Komponen tersebut sering disingkat menjadi Speaking.
Selanjutnya, (Cutting, 2008) sependapat dengan Hymes,
meskipun dengan penyampaian yang sedikit berbeda. Cutting menyatakan bahwa
konteks memiliki tiga jenis, yaitu konteks situasional (situational context),
konteks pengetahuan latar belakang (background
knowledge context), dan konteks Ko-tekstual (co-textual context).
1. Konteks
Situasional
Konteks
situasional adalah konteks yang hadir secara fisik, yaitu di dalam situasi di
mana interkasi berlangsung. Dalam konteks ini para penutur hanya membicarakan
mengenai sesuatu yang dapat mereka lihat atau mengerti ketika percakapan
dilaksanakan. Penutur juga dapat menunjukkan sesuatu yang dapat dilihat oleh
lawan tutur pada saat pembicaraan terjadi. Misalnya, ketika X berkata �Ini lho
batu akik yang kemarin saya beli dengan harga lima juta.� Saat berkata
demikian, X menunjukkan batu akik tersebut kepada Y, lawan bicaranya.
2. Konteks
Pengetahuan Latar Belakang
Konteks ini dapat
berupa konteks kultural (pengetahuan umum yang diketahu oleh semua anggota
percakapan) maupun interpersonal (spesifik dan mungkin pengetahuan pribadi
tentang sejarah penutur itu sendiri)� . Dalam konteks kultural,
penutur dan lawan tutur menetapkan bahwa mereka adalah bagian dari kelompok
yang sama sehingga merekaberanggapan bahwa hal yang mereka maksud sudah diketahui
oleh anggota kelompok. Misalnya, Wanda dan Darryl dalam strip komik Baby Blues adalah sepasang suami istri
yang tinggal dalam satu rumah. Ketika mereka terlibat sebuah percakapan, sudah
pasti satu sama lain sudah saling memahami.
Sementara itu, di
dalam konteks interpersonal, pengetahuan interpersonalnya diperoleh melalui
interaksi verbal atau kegiatan bersama, dan pengalaman yang sebelumnya terjadi,
termasuk pengetahuan pribadi mengenai lawan tutur. Itulah sebabnya mengapa
referensi dalam konteks interpersonal bisa begitu jelas, implisit dan minim.
3. Konteks
Ko-tekstual
Konteks ini
merupakan konteks dari teks (wacana) itu sendiri. Para penutur beranggapan
bahwa setiap orang dalam suatu percakapan telah memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai apa yang mereka bicarakan. Dalam konteks ini, penutur akan
mempergunakan kata ganti dan sudah dimengerti oleh lawan tuturnya. Jadi, ketika
membicarakan sebuah hal, penutur hanya menyebutkan sekali saja, dan untuk
selanjutnya hanya diganti dengan kata ganti.
Singkat kata,
konteks adalah situasi atau latar belakang dari suatu komunikasi. Konteks dapat
dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu pembicaraan atau dialog.
Setelah pemahaman
teori tentang konteks beserta beberapa contohnya yang dirasa sangat penting untuk
membahas poin selanjutnya, yaitu pelanggaran Prinsip Kerja Sama. Maka
selanjutnya berikut ini penulis sajikan pembahasan tentang pelanggaran atas
maksim-maksim Prinsip Kerja Sama yang terdapat dalam strip komik Baby Blues.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kualitatif. Hal ini disebabkan karena data pada
penelitian ini berupa teks tulis yaitu wacana percakapan verbal tulis dalam
strip komik Baby Blues. Data yang
diperoleh kemudian dianalisis jenis-jenis wacana dialog serta wacana percakapan
apa saja yang terdapat dalam data, selanjutnya data akan dianalisis untuk
mencari pelanggaran prinsip kerja sama.
Data
utama yang didapatkan dan dipergunakan untuk penelitian ini adalah strip komik online berjudul Baby Blues yang terbit setiap hari pada rentang waktu 1 Januari
2013 sampai dengan 30 September 2014. Data diperoleh dengan mengunduh dari
situs resminya di www.babyblues.com/archieve/index/php?formname=getstrip&GoToDy.
Hasil analisis data akan
disajikan secara deskriptif, yaitu merumuskan dan mengungkapkan hasil dengan
menggunakan kata-kata atau kalimat. Penyajian hasil analisis data dilakukan
dengan metode penyajian informal dan
formal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa, sedangkan metode
penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang (Sudaryanto,
1993: 145).
Hasil dan Pembahasan
1) Pelanggaran Maksim Kuantitas
(Maxim of Quantity)
(Wijana, 1995) menyebutkan bahwa di
dalam berkomunikasi lazimnya untuk memenuhi tuntutan prinsip kerja sama penutur
memberikan informasi sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya. Artinya
kontribusi dari masing-masing partisipan dalam percakapan seharusnya tidak
berlebihan dan juga tidak terlalu singkat, sehingga percakapan dapat berjalan
dengan lancar. Berikut adalah contoh percakapan dalam strip komik Baby Blues
yang mematuhi maksim kuantitas (maxim
of quantity):
(34)� (Baby
Blues, 13 Mei 2014)
(1)
Wanda������������ :
You know you can always come to me with any problems, �������������� ��������������right,
Hammie?
����������������������� �� �Kamu tahu kamu
dapat selalu datang padaku dengan ����� ����������������������� ����masalah apapun, ya
kan, Hammie?�
(2)
Hammie��������� :
That might not work too well.
����������������������� �Itu mungkin dapat
berjalan tidak terlalu bagus.�
(3)
Wanda������������ :
What do you mean?
����������������������� �Apa maksudmu?�
(4)
Hammie��������� :
My biggest problem is keeping you from finding stuff out.
����������������������� �Masalah terbesarku
adalah mencegah ibu dari menemukan ����������������������� barang
sesuatu.�
Konteks:
Wanda dan Hammie
membicarakan tentang berbagi cerita saat ada masalah. Dari
contoh� di atas, dapat terlihat dengan
jelas bahwa percakapan di atas telah mematuhi prinsip kerja sama, terutama
maksim kuantitas. Percakapan berjalan dengan lancar karena penutur dan lawan
tutur memberikan informasi yang secukupnya saja. Bukan informasi yang
dilebih-lebihkan.
Berlawanan dengan
contoh percakapan di atas, di dalam strip komik, pelanggaran atas maksim
sengaja dibuat atau dimunculkan oleh si pencipta komik agar tercipta kelucuan.
Beberapa contoh pelanggaran maksim kuantitas yang ditemukan dalam strip komik Baby Blues
adalah sebagai berikut:
(35)� (Baby
Blues, 18 Juni 2013)
1.
Zoe����������������� :
Mom, will you take us to the park?
����������������������� �Bu, maukah ibu mengajak
kami ke taman?�
2.
Wanda������������ :
It�s too late, Zoe.
����������������������� �Sudah terlambat, Zoe.�
3.
Zoe����������������� :
It�s only one o�clock!
����������������������� �Ini baru jam satu!.�
4.
Wanda������������ :
But we�d have to put on sunblock ...
����������������������� �Tapi kita harus memakai
krim tabir surya ...�
5.
����������������������� ��... make snacks, change Wren, pack the diaper
bag, go ����� ����������������������� ��potty, find shoes, change Wren again ...
����������������������� �... membuat makanan
ringan, mengganti Wren, ����������������� ����������������������� memasukkan popok ke
dalam tas, turun naik, mencari �������� ����������������������� sepatu, mengganti Wren
lagi ...�
6.
Zoe����������������� :
I see your point.
����������������������� �Aku tahu maksud ibu.�
7.
Hammie��������� :
Maybe I should pee now.
����������������������� �Mungkin aku harus buang
air kecil sekarang.�
Konteks:
Zoe menanyakan kepada ibunya apakah
mau pergi ke taman atau tidak. Wanda menjawab dengan kalimat yang bertele-tele.
(36)
(Baby Blues, 6 Juli 2014)
1.
Hammie��������� :
Good evening, ladies and gentlemen, and welcome to my ����������������������� ��interview with Zoe MacPherson!
����������������������� �Selamat malam, Ibu-ibu
dan Bapak-bapak, dan selamat ���� ����������������������� �datang di wawancara saya dengan Zoe
MacPherson!�
2.
����������������������� ��Today we�re going to ask what it�s like to
have such a ����� ����������������������� ��terrific brother.
����������������������� �Hari ini kita akan
bertanya bagaimana rasanya memiliki ��� ����������������������� �seorang saudara yang hebat�
3.
����������������������� ��It�s amazing, right, Zoe? You must feel very
lucky.
����������������������� �Mengagumkan, kan, Zoe?
Kamu pasti merasa sangat �������� ����������������������� �beruntung.�
4.
����������������������� ��He�s brilliant, athletic, good-looking...The
list goes on.
����������������������� �Dia brilian, atletis,
ganteng...Dan masih banyak lagi yang � ����������������������� ��lain.�
5.
����������������������� ��But tell us, what�s your favorite thing about
having ���������� ����������������������� ��Hammie MacPherson as a brother?
����������������������� �Tapi coba beritahu
kami, apakah hal favoritmu memiliki �� ����������������������� �Hammie MacPherson sebagai saudaramu?�
6.
Zoe����������������� :
His perfectly pot-shaped head.
����������������������� �Kepala berbentuk potnya
yang sempurna.�
7.
Hammie��������� :
Right, well, back to you in the studio.
����������������������� �Baiklah, kembali
kepadamu yang di studio.�
Konteks:
Hammie berpura-pura menjadi pembawa
acara berita televisi. Dia memakai sebuah pisang sebagai alat untuk mewawancari
kakaknya, Zoe Dia bertanya tentang pendapat Zoe memiliki adik seperti dirinya.
Namun jawabannya tidak seperti yang diharapkan.
Dalam percakapan
(35) dan (36), terdapat partisipannya yang melanggar salah satu prinsip kerja
sama, yaitu maksim kuantitas. Pada percakapan (35), terdapat partisipan yang
memberikan informasi yang berlebihan, dan tidak sesuai dengan yang diharapkan
oleh partisipan pendengar (lawan tuturnya). Hal ini terlihat dalam percakapan
(35) baris ke-4 dan ke-5, Wanda dengan jelas melanggar maksim kuantitas.
Pertanyaan Zoe tentang apakah akan ke taman atau tidak, dijawab oleh Wanda
secara berputar-putar. Padahal seharusnya, Wanda hanya cukup menjawab iya atau
tidak saja kepada Zoe. Tapi dia malah menjawab panjang lebar, yaitu But we�d have to put on sunblock ... make
snacks, change Wren, pack the diaper bag, go potty, find shoes, change Wren
again .... Partisipan pendengar (lawan tutur), yaitu Zoe, sudah memahami
dengan pasti apa maksud jawaban dari ibunya tersebut tanpa menanyakan apakah
jawaban ibunya iya atau tidak. Bahkan Zoe menegaskan dengan kalimatnya, I see your point.
Sementara itu,
dalam percakapan (36), terlihat jelas juga bahwa pada baris ke-6, Zoe telah
melanggar maksim kuantitas. Dia hanya menjawab sekali terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Hammie. Padahal dalam sebuah
percakapan yang ideal, ketika ada pertanyaan harusnya dijawab. Mungkin salah
satu sebab Zoe hanya menjawab pertanyaan terakhir dari Hammie adalah
ketidaknyamanan dengan topik pembicaraan, sehingga dia mengakhiri percakapan.
Menurut maksim
kuantitas, disebutkan bahwa partisipan dalam sebuah percakapan seharusnya
memberikan informasi yang seperlunya, yaitu tidak kurang atau tidak lebih demi
tujuannya dalam berkomunikasi. Sementara itu, Finnegan (1992: 311)
menyebutkan bahwa seorang partisipan haruslah informatif. Jadi, dari
contoh-contoh percakapan di atas jelas terlihat sekali bahwa di dalamnya
terjadi pelanggaran maksim kuantitas dikarenakan terdapat partisipan yang
terlalu lebih dan terlalu singkat dalam memberikan informasi.
2) Pelanggaran Maksim
Kualitas (Maxim of Quality)
Di dalam maksim
kualitas, partisipan diharuskan untuk mengatakan hal yang sebenarnya, dengan
kata lain partisipan tidak memberikan informasi yang keliru atau tidak sesuai. (Wijana, 1995),
menyatakan bahwa kontribusi partisipan dalam maksim ini juga hendaknya
didasarkan pada bukti-bukti yang memadai. Sementara �(Geoffrey, 1993) dalam (Farahsani, 2013) menyatakan bahwa
sebenarnya maksim kuantitas dan maksim kualitas dapat dibahas bersama-sama
karena maksim-maksim tersebut sering bersaing, yaitu jumlah informasi yang
diberikan oleh penutur dibatasi oleh keinginan penutur sendiri untuk
menghindari mengatakan sesuatu yang tidak benar. Untuk lebih jelasnya,
berikut adalah contoh percakapan dalam Baby
Blues yang mematuhi maksim kualitas (maxim of quality):
(37)� (Baby
Blues, 9 Mei 2014
(1)
Wanda� :
Look what I found at the bottom of Hammie�s backpack.
����������� �Lihat apa yang aku temukan di dasar
tas pungggung Hammie.�
(2)
Darryl�� :
�Dear Mrs. Kemp, Hammie is a genius, he does not need any ������ � ��������������homework.�
����������� �Yang Terhormat, Bu Kemp. Hammie
adalah anak jenius, dia tidak ����������� perlu
pekerjaan rumah (PR) apapun.
(3)
�����������His forgery needs work.
����������� �Pemalsuannya perlu usaha.�
(4) Wanda� : And I don�t spell �genius� with a �J�.
����������� �Dan
aku tidak mengeja �genius� dengan
sebuah �J��
��� Konteks:
��� Wanda dan Darryl
membicarakan surat palsu yang dibuat Hammie untuk gurunya.
Contoh percakapan
di atas menunjukkan sebuah percakapan yang mematuhi maksim kualitas (maxim of quality), penutur,
yaitu Wanda, pada baris ke-1 membuka pembicaraan dengan menyampaikan surat
palsu yang dia temukan di dalam tas Hammie. Selanjutnya lawan tutur, Darryl,
merespon tuturan Wanda tersebut pada baris ke-2 dan ke-3. Darryl menyampaikan
informasi sebenarnya, bukan rekaan semata. Dan Wanda pada baris ke-4 menimpali
tuturan Darryl dengan fakta atau jawaban yang benar juga, yaitu tentang cara
dia menuliskan� kata �genius�.������
Maksim-maksim
dalam prinsip kerja sama yang saling berhubungan erat adalah maksim kualitas
dan maksim kuantitas. Karena hal itulah, seringkali pelanggaran maksim yang
terjadi pada sebuah percakapan dapat meliputi kedua maksim tersebut. Berikut
adalah contoh pelanggaran maksim kualitas yang ditemukan dalam strip komik Baby Blues:
(38)� (Baby
Blues, 4 Mei 2013)
1.
Zoe�������� :
Mom, I need help.
����������� �Bu, aku butuh bantuan.�
2.
Wanda��� :
Not now. I�m doing yoga.
����������� �Jangan sekarang. Aku sedang
melakukan yoga.�
3.
Zoe�������� :
(melihat ibunya)
4.
Wanda��� :
(tidur)
5.
Zoe�������� :
You�re really not.
����������� �Ibu tidak melakukannya.�
6.
Wanda��� :
I call this pose the comatose cobra.
����������� �Aku menyebut posisi ini kobra
pingsan.�
Konteks:
Zoe sedang memerlukan bantuan Wanda,
ibunya. Tetapi Wanda tidak mu membantu dengan alasan sedang melakukan yoga.
Padahal Zoe melihat dengan kesal bahwa sebenarnya Wanda tidak sedang melakukan
yoga, tapi dia tidur di lantai karena terlalu lelah. Wanda menyangkalnya dengan
mengatakan abahwa dia sedang melakukan posisi yoga yang bernama kobra pingsan.
(39)� (Baby
Blues, 17 Juni 2013)
1.
Wanita�������������� :
Our Brie is already speaking in complete sentences!
����������������������� �Brie kami sudah bisa
berbicara dengan kalimat lengkap!�
2.
Brie������������������� :
Me want ball.
����������������������� �Aku mau bola.�
3.
Wanita�������������� :
Does your baby say anything?
����������������������� �Apakah bayimu sudah
bisa berbicara?�
4.
Wanda��������������� :
Not yet.
����������������������� �Belum.�
5.
����������������������� ��She�s too busy texting us.
����������������������� �Dia terlalu sibuk
mengirimi kami pesan (SMS).�
Konteks:
Wanda sedang mengasuh Warren bersama
seorang wanita dengan anaknya juga. Wanita tersebut bercerita kalau anaknya
sudah dapat berbicara dengan kalimat lengkap. Kemudian dia menanyakan kepada
Wanda, apakah Warren sudah bisa mengucapakan sesuatu. Wanda menjawab bahwa
bayinya belum bisa berbicara. Tapi kemudian dia menambahai jawabannnya dengan
bilang bahwa Warren terlalu sibuk mengirimi kami pesan (SMS), sambil pergi meninggalkan wanita tadi.
(40)� (Baby Blues, 4 Oktober 2013)
1.
Darryl��������������� :
Hammie, tie your shoelace.
��������������������� �Hammie,
talikan tali sepatumu.�
2.
Hammie ���������� : Why?
��������������������� �Kenapa?�
3.
Darryl��������������� :
So rabid hyenas won�t be tempted to chase it and chew ���� �������������� �������������your les off.
��������������������� �Agar
hyena fanatik tidak akan tergoda
untuk mengejar dan ��������������������� mengunyahnya.�
4.
Hammie ��������� : Oh,
Okay.
��������������������� �Oh,
baiklah.�
5.
Wanda��� ��������� : �Rabid
hyenas�?
��������������������� �Hyena fanatik?�
6.
Darryl��������������� :
It�s Hammie you only get his attentation with worst-case � �������������� �����������scenarios.
��������������������� �Kamu
bisa mendapatkan perhatian Hammie dengan ���������� ��������������������� skenario kasus terburuk.�
Konteks:
Darryl menyuruh Hammie untuk mengikat tali
sepatunya, tapi Hammie tidak melakukannya malaha bertanya kenapa dia harus
mengikat tali sepatunya. Darryl menjawab jika tidak diikat, maka akan ada hyena fanatik yang kan mengejar dan
mengunyah tali sepatunya. Lalu Hammie mengiyakan perintah ayahnyatersebut.
Wanda yang juga ada di tempat yang sama bertanya Darryl apakah sebenarnya hyena fanatik itu. Darryl menjawab bahwa
itu adalah skenario kasus terburuk agar Hammie mau memperhatikannya.
(41) (Baby Blues,
25 April 2014)
1) Hammie ��������� : Hey Dad, what
does �market price� mean?
��������������������� �Hei,
Yah. Apakah arti �harga pasar�?
2) Darryl��������������� : It means we wandered into the
wrong restaurant.
��������������������� �Ini
artinya kita masuk di restoran yang salah.�
Konteks:
Keluarga MacPherson sedang makan di
sebuah restoran. Hammie bertanya kepada ayahnya, Darryl, tentang arti �market price�.
Konsep
paling mendasar dalam maksim kualitas adalah bahwa partisipan dalam percakapan
harus berbicara hal yang sebenarnya, bukan hal yang keliru atau tidak sesuai.
Salah satu bentuk ketidaksesuaian ataupun ketidakbenaran yang dilakukan oleh
partisipan adalah dengan berbohong. Jadi ketika kebohongan terjadi dalam sebuah
percakapan, sudah pasti terdapat sebuah pelanggaran maksim kualitas di
dalamnya. Hal ini dapat terlihat pada contoh percakapan (38) dan (40). Dalam percakapan (38), Wanda berbohong kepada
Zoe bahwa dirinya sedang melakukan posisi yoga bernama kobra pingsan. Padahal
jelas sekali bahwa dia sedang tidur di lantai. Dalam contoh ini, kebohongan
yang dilakukan Wanda jelas merupakan pelanggaran maksim kualitas. Karena apa
yang dia ucapkan tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya dia kerjakan.
Pada
contoh percakapan (40) Darryl berbohong kepada Hammie tentang tali sepatunya
yang akan dikejar dan dikunyah oleh hyena.
Hal itu juga jelas melanggar maksim kualitas, karena salah satu partisipan
memberikan informasi yang tidak sebenarnya.
Akibat
dari kebohongan yang dilakukan oleh partisipan dalam sebuah percakapan, selain
jelas merupakan pelanggaran terhadap maksim kualitas, juga akan berdampak pada
kelancaran percakapan itu sendiri. Artinya, jika kebohongan terjadi akan
memungkinkan bagi partisipan yang tidak berbohong untuk terus bertanya tentang
kebenaran dari pembicaraan yang sedang berlangsung. Akan tetapi, dalam sebuah
strip komik, kebohongan dalam percakapan akan memunculkan kelucuan yang menjadi
ciri khas dari sebuah komik, yaitu humoris.
Sementara
itu, pada percakapan (39) terjadi juga pelanggaran maksim kualitas, dimana
partisipan yaitu Wanda tidak memberikan informasi yang sebenarnya. Seharusnya
ketika ditanya oleh si Wanita apakah Wren sudah bisa berbicara atau belum,
Wanda hanya perlu menjawab sampai Not
yet atau belum. Tapi dia menambahi
jawabannya dengan kalimat yang informasinya tidak sebenarnya, yaitu pada baris
ke-5, �Dia terlalu sibuk mengirimi kami pesan (SMS).� Dalam kalimat tersebut sangat jelas terjadi pelanggaran
maksim kualitas, melihat konteksnya bahwa yang mengirim pesan seorang bayi. Dan
menurut penulis, kalimat Wanda tersebut di atas memiliki makna untuk mengejek
lawan bicaranya, si wanita yang terkesan memamerkan kemampuan bicara bayinya.
Selanjutnya
pada contoh percakapan (41), pelanggaran maksim kualitas kembali terjadi saat
Darryl memberikan informasi yang tidak seharusnya terhadap pertanyaan yang
diberikan oleh Hammie. Pada baris ke-1, Hammie menanyakan apa arti dari �harga
pasar� kepada ayahnya, Darryl. Akan tetapi Darryl malah menjawab dengan kalimat
bahwa sepertinya mereke (keluarga MacPherson) masuk di restoran yang salah.
Dari
beberapa contoh percakapan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
pelanggaran maksim kualitas bisa dilakukan oleh partisipan dalam bentuk
pemberian informasi yang tidak sebenarnya atau tidak sesuai dengan konteks
pembicaraan, tetapi juga bisa dilakukan dengan berbohong kepada lawan
bicaranya. Kebohongan yang terjadi dalam konteks strip komik, akan memunculkan
kelucuan yang memang diharapkan oleh si pencipta komik karena pada dasarnya
sifat komik adalah humoris.
3) Pelanggaran Maksim
Relevansi (Maxim of Relevance)
(Wijana, 1995) dalam (Farahsani, 2013) menyatakan bahwa maksim
relevansi mengharuskan setiap partisipan dalam percakapan memberikan kontribusi
yang relevan dengan masalah pembicaraan. Contoh percakapan yang menerapkan
maksim relevansi (maxim of relevance)
adalah sebagai berikut:
(42)�� (Baby
Blues, 27 Juni 2014
(1)
Wanda� :
Aren�t you glad you have a brother and a sister, Zoe?
����������� �Apakah kamu bahagia memiliki
saudara laki-laki dan ����������� perempuan?�
(2)
�Zoe����� : Yeah, I guess so.
����������� �Ya, aku kira begitu.�
(3)
Wanda :
You don�t sound sure about that.
����������� �Kamu terdengar tidak yakin dengan
itu.�
(4)
Zoe����� :
Well. They�re fun and everything ...�
����������� �Baiklah. Mereka menyenangkan dan
segalanya ..�
(5)
����������� ��... but I also liked it when I was single.
����������� � ... tapi aku juga suka saat dulu
aku masih tunggal.�
(6)
Wanda :
Only child.
����������� �Anak tunggal.�
(7)
Zoe����� :
Whatever.
����������� �Apa saja lah.�
Konteks:
Wanda berbicara
dengan Zoe tentang memiliki adik dan bukan anak tunggal.
Sebuah percakapan
yang baik dan berjalan dengan lancar adalah ketika tuturan yang disampaikan tidak keluar
dari konteks pembicaraan. Dalam contoh percakapan di atas, pembicaraan yang dilakukan
oleh penutur dan lawan tuturnya berjalan dengan dengan lancar dan mematuhi
maksim relevansi. Artinya mereka berbicara dalam kontek atau topik yang sama
dari awal pembicaraan sampai akhir, yaitu tentang Zoe yang memiliki adik
laki-laki dan perempuan.
Meskipun banyak
percakapan yang sudah relevan atau sesuai dengan konteks isi pembicaraan, akan
tetapi masih dapat ditemui juga tuturan yang melanggar maksim relevansi,
misalnya;
�� A: Kemarin saya bertemu teman lama.
B: Apakah saya boleh meminjam mobilmu?
Contoh dialog
tersebut merupakan percakapan yang melanggar maksim relevansi. Berikut akan
disampaikan contoh bentuk pelanggaran maksim relevansi dalam strip komik Baby Blues:
(43)� (Baby
Blues, 30 November 2013)
1.
Zoe�������� :
Dad, I can�t sleep.
��������� �Yah,
Aku tidak bisa tidur.�
2.
Darryl��� :
Did you try counting sheep?
��������� �Apakah
kamu sudah mencoba menghitung domba?�
3.
�� ������������Well, try that.
��������� �Cobalah.�
4.
Zoe�������� :
Okay.
��������� �Baiklah.�
5.
�� ����������So who�s driving me to this sheep
farm?
��������� �Jadi
siapa yang akan mengantarku ke peternakan domba?�
Konteks:
Zoe tidak bisa tidur, kemudian dia
menyusul ke kamar tidur ayahnya. Darryl, ayahnya, menyarankan Zoe untuk
menghitung domba dan Zoe mengiyakannya sambil meninggalkan kamar Darryl.
Beberapa saat kemudian, Zoe kembali dan menanyakan siapa yang akan mengantar
dirinya ke peternakan domba.
(44)� (Baby
Blues, 4 Desember 2013)
1.
Wanda��� ����������� : How was your first day of
accelerated class, Zoe?
��������������������� �Bagaimana
hari pertama di kelas akselerasi, Zoe?�
2.
Zoe�������������������� :
Fine.
��������������������� �Baik.�
3.
�������������� ����������� Here�s
a letter that outlines the program.
��������������������� �Ini
surat tentang gambaran programnya.�
4.
Wanda��� ����������� : This letter is in French.
��������������������� �Surat
ini dalam bahasa Perancis.�
5.
Zoe�������������������� :
We all need to raise our games, mom.
��������������������� �Kita
semua perlu menaikkan permainan kita, Bu.�
Konteks:
Saat Zoe pulang dari sekolahnya,
Wanda bertanya tentang hari pertamanya di kelas akselerasi. Dan Zoe hanya
memberikan surat dari sekolahnya kepada ibunya, tapi Wanda bingung karena surat
yang dia terima berbahasa Perancis.
(45)� (Baby
Blues, 17 April 2014)
1.
Hammie ��������� : Mom, can
we get a real baby chick for Easter?
��������������������� �Bu,
apakah kita boleh memiliki anak ayam untuk Paskah?�
2.
Mom����������������� :
Sure, I love chicken poop.
��������������������� �Tentu
saja, aku suka kotoran ayam�
3.
Hammie ���������� : She said
�yes�.
��������������������� �Ibu
bilang �iya��
4.
Zoe�������������������� :
Hammie, she was being sarcastic.
��������������������� �Hammie,
Ibu itu menyindirmu�
5.
Hammie ��������� : I knew
that!
��������������������� �Now,
what should I name my chick?
��������������������� �Aku
tahu itu! Sekarang, aku harus menamai anak ayamku ��������������������� �apa?�
6.
Zoe�������������������� :
How about �clueless�?
��������������������� �Bagaimana
kalau �tidak paham� (clueless)�
Konteks:
Hammie bertanya kepada ibunya apakah
boleh memelihara anak ayam pada hari Paskah. Tapi ternyata Wanda tidak
memberikan izin akan tetapi tidak memberitahukannya dengan tegas.
Contoh-contoh
percakapan di atas (43) , (44) dan (45) adalah contoh percakapan yang terdapat
pelanggaran maksim relevansi. Pada percakapan (43), pada baris ke-2 dan baris
ke-3, Darryl menyuruh Zoe untuk menghitung domba agar bisa tertidur. Akan
tetapi, respon yang diberikan oleh Zoe ternyata tidak sesuai dengan kalimat
Darryl yang sebeblumnya menyuruh dia hanya untuk menghitung, tapi pada baris
ke-5, Zoe merespon dengan menjawab siapa yang akan mengantarnya ke peternakan
domba. Dari respon Zoe di baris ke-5 tersebut itulah terlihat pelanggaran
maksim relevansi.
Kemudian pada
contoh percakapan (44), pelanggaran maksim relevansi terjadi pada baris ke-5
saat Zoe mengucapakan bahwadiadan ibunya perlu menaikkan permainan. Padahal
pada baris sebelumnya, Wanda, ibunya menyampaikan tentang surat yang berbahasa
Perancis. Menurut penulis, jelas sekali pelanggaran mksim relevansi terjadi di
sini karena tidak ada hubungannya anatara surat berbahasa Perancis dengan
menaikkan permainan.
Pada percakapan
(45), saat Hammie meminta izin untuk�
memelihara anak ayam pada baris ke-1, Wanda meresponnya dengan hal yang
tidak sesuai pada baris ke-2. Wanda menjawab bahwa dia suka dengan kotoran
ayam. Menurut penulis, respon Wanda tersebut tidak sesuai dengan kalimat
partisipan sebelumnya, yaitu saat Hammie meminta izin memelihara anak ayam.
Jadi, pada baris ke-2 ituah, terjadi pelanggaran maksim relevansi.
4) Pelanggaran Maksim
Pelaksanaan/Cara (Maxim of Manner)
Dalam maksim cara,
para partisipan dalam sebuah percakapan diharuskan untuk menghindari ambiguitas
dan keganjilan, serta berbicara secara runtut atau dengan urutan yang benar.
Singkatnya, maksim ini mengharuskan seseorang untuk berbicara secara berurutan
dan jelas. Contohnya adalah sebagai berikut ini:
(46)�� (Baby
Blues, 14 Juli 2014
(1)
Darryl������������ :
Is something on your mind, Hammie?
����������������������� �Apakah kamu sedang
memikirkan sesuatu, Hammie?�
(2)
Hammie��������� :
I think I�m too old to kiss you and mom, but I�m afraid to tell ����������������������� mom.
����������������������� �Aku pikir aku terlalu
tua untuk mencium Ayah dan Ibu, tapi aku ����������������������� takut
untuk memberi tahu Ibu.�
(3)
Darryl������������ :
Your mom is an adult. If that�s how you feel. I�m sure she�ll ����������������������� understand.
����������������������� �Ibumu sudah dewasa.
Jika itu yang kamu rasakan. Aku yakin ����������������������� dia
akan memahamimu.�
(4)
Hammie��������� :
Great! Thanks, Dad.
����������������������� �Hebat! Makasih, Yah.�
Konteks:
Hammie bercerita kepada ayahnya jika
dia merasa sudah cukup umur untuk tidak mencium Ayah dan Ibunya.
Percakapan yang
terjadi pada contoh diatas mematuhi maksim pelaksanaan/cara (maxim of manner), artinya kedua
partisipan berbicara sesuai giliran berbicaranya dan tuturan yang disampaikan
pun isinya sudah sangat
jelas, artinya tidak mengandung informasi yang ambigu.
Pelanggaran maksim
pelaksanaan/cara biasanya dilakukan oleh partisipan ketika dia ingin
mengungkapkan maksudnya secara tidak langsung dengan alasan tertentu. Selain
itu, pelanggaran maksim ini juga berdampak pada dilanggarnya maksim kualitas
atau kuantitas, sehingga maksud sebenarnya tidak tersampaikan dengan baik.
Berikut adalah contoh-contoh pelanggaran maksim cara dalam strip komik Baby Blues:
���������������������������������������������� �����������������������������������������������������(47)� (Baby
Blues, 31 Juli 2013)
1.
Wanda��� ����������� : Zoe! You�re soaked!
��������������������� �Zoe!
Kamu basah kuyup!�
2.
Zoe�������������������� :
Yeah. Hammie hit me with a water balloon.
��������������������� Ya.
Hammie melemparku dengan balon air.�
3.
Wanda��� ����������� : Why did he do that?
��������������������� �Kenapa
dia melakukannya?�
4.
Zoe�������������������� :
Why?
��������������������� �Kenapa?�
5.
�������������� ����������� Why
do birds fly? Why is the sky blue? Why is water �������� �������������� �����������wet?
��������������������� �Kenapa
burung terbang? Kenapa langit biru? Kenapa air �� ��������������������� basah?�
6.
Wanda��� ����������� : Right ... nature.
��������������������� �Benar
...� sifat bawaan.�
Konteks:
Zoe masuk ke rumah dalam keadaan
basah kuyup. Ibunya penasaran dan bertanya kepadanya apa yang terjadi.
Pada percakapan (47) di
atas, pelanggaran maksim cara terdapat pada baris ke-5, saat Zoe menjawab
pertanyaan ibunya kenapa hammie melempar dirinya dengan balon air. Pelanggaran
ini terjadi karena Zoe memberikan respon pertanyaan Wanda secara ambigu,
artinya Wanda memerlukan beberapa saat untuk memikirkan apa maksud dari
pembicaraan Zoe tersebut. Jadi, ketiga hal sederhana akan tetapi disampaikan
dengan cara yang ambigu dan bertele-tele atau berlebih-lebihan akan menimbulkan
pelanggaran maksim pelaksanaan/cara.
Kesimpulan
Pada
bagian sebelumnya telah dibahas tentang
pelanggaran prinsip kerja sama yang terdapat pada percakapan dalam strip komik Baby Blues. Pelanggaran-pelanggaran yang
terdapat di sini akan memunculkan kelucuan sehingga membuat pembaca atau pun
penikmat strip komik tertawa. Karena pada dasarnya sifat dari komik secara umum
adalah humoris dan jenaka. Pelanggaran prinsip kerja sama yang dibahas meliputi
pelanggaran maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim
pelaksanaan/cara. Ketika pelanggaran pada sebuah maksim terjadi, biasanya akan
mengakibatkan pelanggaran maksim yang lain. Misalnya, ketika pembicaraan dalam
percakapan tersebut ambigu, hal tersebut melanggar maksim cara. Pelanggaran
tersebut melebar menjadi pelanggaran maksim kualitas atau maksim kuantitas.
Namun pelanggaran-pelanggaran tersebut sengaja diciptakan oleh si pembuat komik
dengan harapan para pembaca komik mendapatkan efek lucu yang merupakan ciri
identik dari sebuah komik. Pelanggaran-pelanggaran maksim itulah yang membuat
sebuah strip komik menjadi sangat menarik untuk diteliti.
Cutting, Joan. (2008). Pragmatics and
Discourse. Oxon: Routledge. Google Scholar
Farahsani, Yashinta. (2013). Analisis
Wacana Percakapan Dalam Komedi Situasi The It Crowd Seri 1. Universitas
Gadjah Mada. Google Scholar
Geoffrey, Leech. (1993). Prinsip-Prinsip
Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia. Google Scholar
Grice, Herbert P. (1975). Logic and
conversation. In Speech acts (pp. 41�58). Brill. Google Scholar
Hymes, Dell. (2013). Foundations in
sociolinguistics: An ethnographic approach. Routledge. Google Scholar
Wijana, I. (1995). Wacana kartun dalam
bahasa Indonesia. Universitas Gadjah Mada. Google Scholar
��������������
Copyright holder: Sri Ani Puji Setiawati (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |