Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, No. 5, Mei 2022
EVALUASI PENERAPAN BUILDING INFORMATION MODELING (BIM)
PADA PROYEK GEDUNG WORKSHOP POLITEKNIK PEKERJAAN UMUM
DI SEMARANG
Ary Wibowo, Henny Pratiwi Adi, Hermin Poedjiastoeti
Universitas Islam Sultan Agung, Semarang, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak
Building Information Modeling
(BIM) telah mendapatkan popularitasnya karena kontribusinya dalam menangani masalah dalam aplikasi metode konstruksi konvensional. Seiring dengan perkembangan kebutuhan konstruksi, penerapan BIM perlu terus dievaluasi. Penelitian ini bertujuan tidak hanya untuk mengetahui
kekuatan, kelemahan, serta faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi penerapan BIM pada proyek pembangunan gedung bengkel Politeknik Pekerjaan Umum, tetapi juga untuk mengetahui strategi BIM yang paling optimal untuk proyek tersebut.
Data penelitian dikumpulkan
melalui wawancara dan FGD
(Focus Group Discussion) dengan melibatkan
narasumber dari proyek. Hasil penelitian menunjukkan, dengan fitur Class Detection, BIM mampu mendeteksi kesalahan secara dini dan mampu mencegah kesalahan lebih lanjut yang berpotensi menimbulkan masalah. Namun, penerapan BIM dalam proyek tersebut
dilaporkan membutuhkan investasi yang relatif besar, termasuk lisensi, perangkat keras, dan biaya pelatihan. Secara keseluruhan, penerapan BIM di proyek berjalan dengan baik, meskipun
menemui beberapa kendala seperti kurangnya sinergi antar elemen karena
pemilik proyek belum sepenuhnya memahami BIM. Strategi yang dihasilkan
untuk mengoptimalkan implementasi BIM pada gedung Bengkel Politeknik PU antara lain sosialisasi dan promosi secara intensif manfaat BIM kepada industri, perusahaan, dan profesional, peningkatan pemahaman, pelatihan dan sertifikasi BIM bagi pengguna jasa
dan penyedia jasa secara berkesinambungan. dasar serta mempersiapkan
dan menyelesaikan kurikulum
Politeknik Pekerjaan Umum dengan BIM juga menyediakan fasilitas magang BIM bagi mahasiswa di proyek infrastruktur di lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum.
Kata Kunci: proyek konstruksi;
membangun pemodelan informasi (bim); kerja keras
Abstract
Building Information Modeling (BIM) has been gaining its popularity due
to its contribution in handling issues in the conventional construction method
application. Along with development of construction demand, the application of
BIM needs to be continuously evaluated. This study aimed not only to find out
strengths, weaknesses, and internal and external factors affecting BIM
application in the construction project of Public Work Polytechnique workshop
building, but also to find out the most optimum BIM strategies for the project.
Data of the study were collected through interview and FGD (Focus Group
Discussion) by involving resource persons from the project. Results of the
study showed, with the feature of Class Detection, BIM was capable of detecting
errors in the early stage and capable of preventing further errors potentially
to cause problems. However, the application of BIM in the project was reported
to require relatively big investment, included license, hardware and training
cost. Overall, the application of BIM in the project was running well,
although, it encountered several problems such as lack of synergy among elements
because the project owner was not fully aware of BIM. The resulting strategy to
optimize the implementation of BIM on the Public Works Polytechnic Workshop
building include intensive socialization and promotion of the benefits of BIM
to industry, companies, and professionals, increasing understanding, training
and BIM certification for service users and service providers on an ongoing
basis as well as preparing and completing the Public Work Polytechnique
curriculum with BIM also providing BIM internship facilities for students in
infrastructure projects within the Ministry of Public Works.
Keywords: construction project;
building information modeling (bim); swot
Pendahuluan
Perkembangan konstruksi
di Indonesia saat ini masih terdapat banyak permasalahan yang terjadi pada pelaksanaan konstruksi, antara lain masih sering terjadi
perubahan gambar yang diakibatkan adanya clash
design, dimana hal tersebut mengakibatkan pekerjaan menjadi tidak efisien baik
dari sisi waktu, biaya maupun
sumber daya manusia. Seiring perkembangan dan inovasi teknologi, muncullah Building
Information Modeling (BIM) sebagai suatu alat bantu yang digunakan untuk menangani masalah-masalah tersebut (Ozorhon & Karahan, 2017).
BIM dapat memberikan visualisasi nyata terhadap suatu obyek yang akan dibangun lengkap dengan semua informasi
obyek tersebut sebelum diimplementasikan secara nyata di lapangan sehingga dapat menjadikan proses konstruksi menjadi lebih efektif dan efisien karena segala bahasan terkait proses konstruksi dapat dibahas dan diselesaikan di awal (Franz & Messner, 2019).
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kelebihan dan kekurangan dari Building
Information Modeling (BIM) dibandingkan metode konvensional, mengevaluasi penerapan Building
Information Modeling (BIM) pada proyek Gedung Workshop
Politeknik Pekerjaan Umum Kementerian PUPR di Semarang dan menganalisis
strategi yang paling optimal terkait penerapan Building Information Modeling (BIM) pada proyek Gedung Workshop Politeknik
Pekerjaan Umum Kementerian
PUPR di Semarang.
Metode Penelitian
Jenis penelitian
ini adalah kuantitatif dengan pendekatan deskriptif dengan menggunakan analisis SWOT untuk menganalisis penerapan Building
Information Modeling (BIM) pada proyek gedung Workshop Politeknik Pekerjaan Umum di Semarang. Penelitian ini melibatkan narasumber dari pihak-pihak yang terlibat dalam proyek Gedung Workshop Politeknik PU di Semarang. Tahap pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur
dan pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD).
Data penelitian meliputi
data primer dan data sekunder. Data primer yang diperlukan meliputi data kelebihan dan kekurangan BIM, faktor internal (Strength dan Weakness) dan faktor eksternal (Opportunities
dan Threats) pada Building Information Modeling (BIM). Data sekunder
antara lain gambar for
construction, rencana anggaran
biaya, rencana kerja dan syarat, dokumentasi pekerjaan, laporan perencanaan, BIM model
dan data penunjang lain pada pada
proyek gedung Workshop Politeknik
Pekerjaan Umum di Semarang.
Setelah dilakukan
pengumpulan data primer dan sekunder
sesuai yang dibutuhkan dilanjutkan dengan menganalisa data primer dan data sekunder
tersebut dengan menggunakan analisis SWOT. Metode analisa data yang dilakukan yaitu:
a) Menentukan Internal Factor
Analysis Strategy (IFAS) dan External Factor Analysis Strategy
(EFAS).
b) Menghitung bobot
Internal Factor Analysis Strategy (IFAS) dan External Factor Analysis
Strategy (EFAS).
c) Menentukan kuadran
SWOT dari hasil perhitungan total IFAS dan EFAS.
d) Membuat matrik
SWOT.
e) Mendapatkan strategi yang paling
optimal terkait penerapan Building
Information Modeling (BIM)
pada proyek proyek Gedung Workshop Politeknik
Pekerjaan Umum Kementerian
PUPR di Semarang.
Hasil dan Pembahasan
1.
Implementasi Building Information Modeling (BIM) Pada Proyek
Gedung Workshop Politeknik
Pekerjaan Umum Kementerian
PUPR
a. Nama Pekerjaan
����������� : Gedung Workshop Politeknik Pekerjaan
Umum
b. Pemilik Proyek� ���������
��:
Kementerian PUPR
c. Sumber Anggaran��������� : APBN
d. Tahun Anggaran
���������� : 2019
e. Konsultan Perencana���� : PT. Yodya Karya (Persero)
f. Rencana Mulai
Konstruksi� : 2021
g. Rencana Mulai
Operasi ���� ��: 2023
h. Deskripsi Pekerjaan������ :
Gedung Workshop Politeknik
Kementerian PUPR yang terletak pada lahan Bina Marga di Jalan Soekarno
Hatta, Kelurahan Siwalan, Kecamatan Gayamsari, Semarang
Timur, Jawa Tengah. Gedung Workshop Politeknik Kementerian PUPR akan dibangun menjadi
2 masa bangunan. Bangunan pertama berada di lahan sebelah selatan.
Bangunan ini terdapat beberapa gedung yaitu Gedung A. Workshop Jalan dan Jembatan,
Gedung B. Workshop Mektan dan Bahan, Gedung C. Workshop Mansory
dan Gedung, dan Gedung D. Workshop
Kayu dan Perancah sedangkan
bangunan kedua berada di lahan sebelah utara. Bangunan ini terdapat
beberapa gedung yaitu Gedung E. Workshop
Material dan Peralatan, Gedung F. Workshop Laboratorium,
Gedung G. Workshop Baja dan Plumbing/Utilitas, dan Gedung H. Workshop
Hidraulika dan Bangunan
Air.
Gambar 1
Persepektif Gedung Workshop Politeknik Pekerjaan Umum
(Sumber :
PT. Yodya Karya (Persero),
2020)
Gambar perspektif
Gedung Workshop Politeknik Kementerian PUPR seperti ditunjukkan pada gambar 1 memperlihatkan ada 2 masa bangunan yang berada di lahan sebelah utara dan selatan.
Gambar 2
Pembuatan 3D Gedung Politeknik Pekerjaan Umum
(Sumber :
PT. Yodya Karya (Persero),
2020)
Gambar 3 (tiga) dimensi gedung
Workshop Politeknik
Pekerjaan Umum seperti ditunjukkan pada gambar 2 dibuat dengan menggunakan salah satu software Building Information Modeling
(BIM) yaitu Revit.
Gambar 3
5D BIM Quantity
Take Off Gedung Politeknik Pekerjaan
Umum
(Sumber :
PT. Yodya Karya (Persero),
2020)
Gambar perhitungan
volume pekerjaan gedung
Workshop Politeknik Pekerjaan
Umum seperti ditunjukkan pada gambar 3 dibuat dengan menggunakan
salah satu software Building Information Modeling
(BIM) yaitu Cubicost. File gambar yang sudah dibuat dengan menggunakan
software Revit bisa secara
langsung di import ke
software Cubicost untuk
secara otomatis dilakukan perhitungan volume.
Gambar 4
Clash Report
Gedung Politeknik Pekerjaan
Umum
(Sumber :
PT. Yodya Karya (Persero),
2020)
Gambar hasil
pengecekan clash pada desain
gedung Politeknik Pekerjaan Umum dengan menggunakan fitur Clash Detective pada Building Information
Modeling (BIM) dengan tidak
ditemukannya clash antar
komponen pekerjaan baik pekerjaan struktural, arsitektural maupun mekanikal elektrikal dan plumbing.
Pada
pekerjaan Perencanaan
Gedung Workshop Politeknik Kementerian PUPR sudah digunakan Document
Management dari Autodesk BIM360 yang sudah menggunakan sistem cloud sehingga memudahkan dokumentasi dari awal sampai
dengan akhir pekerjaan dan diharapkan akan lebih memudahkan
komunikasi antar unsur proyek selama
proses pekerjaan.
2.
Narasumber Penelitian
Narasumber pada penelitian
ini adalah tenaga ahli atau
praktisi konstruksi yang memiliki pengalaman menangani pekerjaan konstruksi baik perencanaan konstruksi, manajemen konstruksi maupun pelaksanaan konstruksi dengan menggunakan Building
Information Modeling (BIM). Narasumber memberikan informasi yang penulis butuhkan melalui FGD (Focus
Group Discussion) yang diikuti oleh perwakilan Tim BIM konsultan, Politeknik PU dan ASN Kementerian PUPR.
3.
Kelebihan dan Kekurangan Building Information Modeling (BIM)
a) Kelebihan Building Information Modeling (BIM)
Berdasarkan FGD (Focus Group Discussion) yang telah
dilaksanakan diketahui bahwa Building Information Modeling (BIM) memiliki beberapa kelebihan dibandingkan software
konvensional. Building Information Modeling
(BIM) mampu melakukan deteksi awal terhadap
konflik atau kesalahan dan mampu mencegahnya karena BIM memiliki fitur Clash Detection
yang berfungsi untuk identifikasi, meninjau dan melaporkan adanya gangguan dalam suatu model proyek dalam tahap desain
dan prakonstruksi. Clash Detection pada BIM dipergunakan untuk mengecek pekerjaan yang sedang berlangsung maupun yang sudah selesai dikerjakan. Clash
Detection dapat meminimalisir
resiko terjadinya human
error yang kemungkinan terjadi
dalam tahap konstruksi. Pekerjaan ini perlu dilakukan
melalui proses integrasi berbagai model yang berasal dari multi disiplin ilmu, baik arsitektur,
sipil maupun mekanikal, elektrikal dan
plumbing. Kesalahan yang biasanya
terjadi di lapangan akan langsung terdeteksi
pada tahap pemodelan, bahkan sebelum kegiatan di lapangan dilakukan. Proses ini bahkan bisa melihat
konflik atau bentrok yang terjadi pada obyek, misal batang
besi yang ada dalam dinding beton,
sehingga secara keseluruhan adanya clash
detection akan menurunkan biaya tinggi, meminimalisir
perubahan jadwal pembangunan dan lain sebagainya.
Building
Information Modeling (BIM) merupakan
sebuah sistem, manajemen, metode atau urutan pengerjaan
suatu proyek yang diterapkan berdasarkan informasi terkait dari keseluruhan aspek bagnunan yang dikelola dan kemudian di proyeksikan ke dalam model 3 (tiga) dimensi. Didalam BIM melekat semua informasi
bangunan tersebut yang berfungsi sebagai sarana untuk membuat
perencanaan, perancangan, pelaksanaan konstruksi serta pemeliharaan bangunan tersebut beserta infrastrukturnya bagi semua pihak
yang terkait di dalam proyek seperti konsultan, kontraktor dan pemilik proyek.
b) Kelemahan Building Information Modeling (BIM)
Building
Information Modeling (BIM) memiliki
beberapa kelemahan. Kelemahan yang paling utama adalah nilai investasi
Building Information Modeling (BIM) hingga kini masih relatif
mahal sehingga jenis proyek yang lebih efisien dan efektif untuk memakai BIM adalah proyek Design and Built
yang saat ini banyak dipakai dalam proyek-proyek percepatan nasional. Besarnya nilai investasi Building Information Modeling (BIM) antara lain terdiri dari lisensi per tahun dengan kisaran
harga ratusan juta rupiah tergantung paket pembelian yang dipilih, hardware yang digunakan
relatif memiliki spesifikasi tinggi, training / pelatihan untuk meningkatkan kompetensi personil, dimana pelatihan harus dilakukan secara rutin sampai dengan
personil memiliki kemampuan untuk mengoperasikan Building Information Modeling (BIM). Selain hal tersebut
diatas, adaptasi dari sistem konvensional
ke Building Information Modeling (BIM) juga memerlukan waktu yang relatif lama, tergantung kemampuan masing-masing personil.
4.
Hasil Evaluasi
Penerapan Building
Information Modeling (BIM) Pada Proyek Gedung Workshop Politeknik
Pekerjaan Umum
Berdasarkan penelitian yang dilakukan hasil implementasi Building Information Modeling (BIM) pada
proyek Gedung Workshop Politeknik
Pekerjaan Umum terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan terkait implementasi BIM pada proyek Gedung Workshop Politeknik
Pekerjaan Umum antara lain BIM mempunyai fitur clash detective yang dapat
digunakan untuk mendeteksi konflik / kesalahan desain lebih awal sehingga
dapat meminimalisir rework
dan pada akhirnya dapat memberikan efisiensi terhadap waktu pelaksanaan pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan sampai pada tahap 5D (Quantity
Take Off) dimana hasil perhitungan volume bisa dilakukan secara cepat, akurat dan bisa meminimalisir kesalahan jika dibandingkan dengan perhitungan volume secara manual
dan sudah digunakannya Document
Management dari Autodesk BIM 360 yang sudah menggunakan sistem cloud sehingga memudahkan mencari informasi secara detail dari awal sampai
dengan akhir pekerjaan dan lebih memudahkan komunikasi antar unsur proyek
selama proses pekerjaan serta data pekerjaan tidak mudah rusak
/ hilang. Konsultan Perencana pada proyek ini menyerahkan file BIM model kepada pengguna jasa yang nantinya akan digunakan pada pelaksanaan konstruksi sampai dengan masa pemeliharaan berakhir untuk selanjutnya di serahkan kepada pengguna jasa untuk
keperluan pengeloaan bangunan.
Selain beberapa kelebihan tersebut terdapat beberapa kekurangan terkait implementasi BIM pada proyek Gedung Workshop Politeknik
Pekerjaan Umum antara lain pada kontrak pekerjaan belum dijelaskan pada tahapan dimensi konstruksi Building
Information Modeling (BIM) mana yang harus dilaksanakan oleh penyedia jasa dan belum diatur secara detail output produk Building Information Modeling (BIM) yang diminta oleh pengguna jasa, selain itu
belum terciptanya sinergi antara unsur proyek karena
pengguna jasa belum sepenuhnya memahami BIM.
5.
Analisis SWOT
Analisis SWOT digunakan
untuk menganalisis faktor internal dan faktor eksternal sehingga diketahui apa saja
faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan Building Information Modeling (BIM) serta peluang dan ancaman yang dihadapi dalam rangka meningkatkan
daya saing Building Information Modeling (BIM). Dengan mengenali kekuatan dan kelemahan yang ada serta pemahaman
akan ancaman dan peluang merupakan hal yang sangat penting dilakukan dalam menjabarkan strategi untuk dapat menentukan langkah-langkah strategis yang akan diambil. Dalam
mengenali karakteristik lingkungan usaha diharapkan mampu memanfaatkan setiap peluang yang timbul dan dapat mengantisipasi setiap kemungkinan buruk yang akan dihadapi oleh Building
Information Modeling (BIM). Setelah diuraikan mengenai kondisi lingkungan industri konstruksi, maka dapat disimpulkan
hal-hal apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi Building
Information Modeling (BIM) saat ini.
6.
Kekuatan (Strengths)
Kekuatan adalah
keadaan positif di dalam internal Building
Information Modeling (BIM) yang dapat membantu meningkatkan daya saing terhadap
kompetitor. Beberapa kekuatan yang dimiliki oleh Building Information Modeling (BIM) yang
dapat diidentifikasi di antaranya :
a) Kemampuan mendeteksi
konflik / kesalahan lebih awal sehingga
dapat meminimalisir rework.
b) Kemampuan memberikan
informasi secara lengkap dan cepat.
c) Kemudahan pengambilan
keputusan baik saat proses perencanaan dan desain.
d) Kemudahan sinergi
antara pemangku kepentingan (pengguna jasa dan penyedia jasa)
e) Efisiensi terhadap
waktu pengerjaan proyek
f) Kualitas tinggi
dan akurasi dokumentasi dari proses konstruksi
g) Kemampuan untuk
dapat digunakan pada siklus hidup seluruh
operasi dan pemeliharaan
7.
Kelemahan (Weakness)
Kelemahan adalah
kekurangan atau hal-hal yang negatif yang terdapat di dalam Building Information Modeling (BIM) yang
dapat mengancam menurunnya daya saing Building
Information Modeling (BIM). Kelemahan yang dimiliki oleh Building
Information Modeling (BIM) di antaranya adalah :
a) Biaya investasi
besar.
b) Dibutuhkan spesifikasi
hardware yang tinggi.
c) Kompetensi SDM yang lemah dalam pengoperasian
BIM.
d) Transisi budaya
kerja dari konvensional ke BIM butuh waktu yang lama.
e) Kurangnya peraturan/standar prosedur operasional BIM yang ditetapkan perusahaan/instansi.
f) Rencana mutu
yang belum jelas sehingga sulit untuk diaplikasikan dalam proyek.
g) Kurangnya partisipasi
manajemen dalam memberikan motivasi, pelatihan, dan pengawasan.
8.
Peluang (Opportunities)
Peluang adalah
kondisi-kondisi eksternal
yang dapat membantu Building Information Modeling (BIM) mencapai daya saing
strateginya. Peluang-peluang
yang dapat diperoleh
Building Information Modeling (BIM) di antaranya adalah :
a) Stakeholder konstruksi mengadopsi BIM.
b) Penyusunan standar
BIM Nasional (SNI).
c) Dimulainya pasar digital untuk sektor konstruksi.
d) Implementasi Virtual Design dan Lean
Construction.
e) Implementasi BIM (3D s/d 7D).
f) Implementasi Cloud Construction Management.
g) Integrasi sistem proses konstruksi (perizinan, claim,
commissioning, handover, dan lain-lain).
9.
Ancaman (Threats)
Ancaman adalah
suatu kondisi eksternal Building
Information Modeling (BIM) yang dapat mengganggu Building
Information Modeling (BIM) dalam meningkatkan daya saing. Ancaman yang dihadapi oleh Building
Information Modeling (BIM) di antaranya adalah :
a) Kurangnya permintaan
BIM dan penolakan untuk berubah disebabkan kurangnya pengetahuan tentang potensi dan manfaat penggunaan BIM.
b) Penerapan BIM di Indonesia tertinggal jauh dari negara lain seperti
Singapura, USA.
c) Belum jelasnya
roadmap BIM di Indonesia.
d) Belum detailnya
peraturan /standar BIM di
Indonesia.
e) Terbiasa dengan
penyusunan gambar 2D dan sulit merubah alur
kerja pengguna.
f) Sulitnya menemukan
tenaga ahli BIM dan membangun keahlian BIM bagi personil.
g) Tidak ada
sinergi BIM pada proyek karena konsultan dan kontaktor tidak menggunakan BIM.
10.
Kuadran SWOT
Setelah mendapatkan
hasil perhitungan IFAS dan
EFAS, langkah selanjutnya adalah membuat Kuadran SWOT. Koordinat Kuadran SWOT di dapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 1
Nilai IFAS dan EFAS
IFAS |
EFAS |
||
Kategori |
Total Skor |
Kategori |
Total Skor |
Kekuatan (S) |
2.060 |
Peluang (O) |
1.980 |
Kelemahan (W) |
1.430 |
Ancaman (T) |
1.540 |
Total (S-W) |
0.630 |
Total (O-T) |
0.440 |
Gambar 5
Kuadran SWOT
Berdasarkan hasil
ploting koordinat X (IFAS)
dan Y (EFAS) berada pada posisi
Kuadran 1 dimana hal ini menunjukkan
situasi yang sangat menguntungkan
karena Building
Information Modeling (BIM) memiliki peluang dan kekuatan, sehingga pada posisi ini harus dapat
memanfaatkan kekuatan yang dimiliki oleh Building
Information Modeling (BIM) untuk menangkap peluang yang ada.
11.
Strategi Yang Dihasilkan
Berdasarkan hasil
ploting koordinat X (IFAS)
dan Y (EFAS) berada pada posisi
Kuadran 1 (Strengths
� Opportunities). Adapun hasil dari strategi (Strengths
� Opportunities) yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
1) Intensif dalam
melakukan sosialisasi dan promosi tentang manfaat BIM kepada industri, perusahaan dan
professional serta memberikan
bimbingan profesional pada
para pengguna BIM dalam implementasi proyek pertama.
2) Peningkatan pemahaman,
pelatihan dan sertifikasi
BIM bagi pengguna jasa dan penyedia jasa baik di pusat
maupun di daerah disertai penyusunan Standar dan Protokol BIM yang memuat standar informasi yang diinginkan dalam sebuah BIM model. Dokumen ini juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan dokumen KAK.
3) Mempercepat proses edukasi dan peningkatan kompetensi BIM, salah satu nya adalah dengan
menyiapkan dan melengkapi kurikulum Politeknik PUPR dengan BIM dan diikuti oleh perguruan tinggi lainnya dan memberikan fasilitas magang BIM untuk mahasiswa di proyek infrastruktur di lingkungan Kementerian PUPR sehingga
tujuan Politeknik Pekerjaan Umum untuk memenuhi kebutuhan dunia industri terhadap tenaga konstruksi terampil dalam menghadapi tantangan global dan tantangan nasional pembangunan infrastruktur ke PU-an dapat tercapai.
4) Menetapkan SOP dan Workflow implementasi BIM dalam berbagai fase proyek.
5) Pemerintah melalui
Kementerian PUPR mulai membuat
database proyek mana saja
yang sudah melaksanakan BIM
dan memilih proyek mana saja yang layak untuk dijadikan best practice implementasi
BIM pada pelaksanaan konstruksi
di Indonesia kedepan.
6) Menentukan Key Performance Indicators (KPI) penerapan
BIM pada proyek konstruksi
di Indonesia untuk stakeholder industri konstruksi
di Indonesia.
12.
Implementasi dan Pemetaan Peran
Implementasi dan pemetaan
peran disusun untuk mengetahui apa saja saran strategi terkait penerapan Building Information Modeling (BIM) dan kepada siapa saran strategi tersebut ditujukan. Berikut uraian implementasi dan pemetaan peran terkait penerapan
Building Information Modeling (BIM)
pada proyek konstruksi di
Indonesia disajikan pada tabel
2.
Tabel 2
Implementasi dan Pemetaan Peran
No |
Uraian |
Sasaran (PIC) |
1. |
Intensif dalam melakukan sosialisasi dan promosi tentang manfaat BIM kepada industri, perusahaan dan profesional serta memberikan bimbingan profesional pada para pengguna
BIM dalam implementasi proyek pertama termasuk kepada Politeknik Pekerjaan Umum yang merupakan penyelenggara pendidikan vokasi di bidang pekerjaan umum yang berada di bawah tanggungjawab Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Kementerian PUPR. |
Pemerintah cq. Kementerian PUPR,
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi,
Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi. |
2. |
Peningkatan pemahaman, pelatihan dan sertifikasi BIM
yang berkesinambungan disertai
dengan penyusunan Standar dan Protokol BIM bagi pengguna jasa dan penyedia jasa di pusat maupun di daerah sebagai upaya tindaklanjut yang komprehensif terkait implementasi BIM pada industri konstruksi di
Indonesia agar masyarakat konstruksi
pada umumnya memiliki pemahaman yang sama terkait implementasi BIM di beberapa fase konstruksi. Standar dan Protokol harus memuat standar informasi yang diinginkan dalam sebuah BIM model dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan dokumen KAK serta mensyaratkan agar konsultan perencana menyerahkan file BIM model kepada
pemilik proyek. |
Pemerintah cq. Kementerian PUPR,
Institute BIM Indonesia, Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi, Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi. |
3. |
Mempercepat proses edukasi dan peningkatan kompetensi BIM,
salah satu nya adalah dengan menyiapkan dan melengkapi kurikulum Politeknik PUPR dengan BIM dan diikuti oleh perguruan tinggi lainnya dan memberikan fasilitas magang BIM untuk mahasiswa di proyek infrastruktur di lingkungan Kementerian PUPR sehingga
tujuan Politeknik Pekerjaan Umum untuk memenuhi kebutuhan dunia industri terhadap tenaga konstruksi terampil dalam menghadapi tantangan global dan tantangan nasional pembangunan infrastruktur ke PU-an dapat tercapai. |
Pemerintah cq. Kementerian PUPR, Ristekdikti, Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi, BUMN Karya. |
4. |
Menetapkan SOP (Standard Operating Procedure) dan Workflow
implementasi BIM dalam berbagai fase proyek. |
Pemerintah cq. Kementerian PUPR,
Institute BIM Indonesia, Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi. |
5. |
Pemerintah melalui Kementerian
PUPR mulai membuat
database proyek mana saja
yang sudah melaksanakan
BIM dan memilih proyek
mana saja yang layak dijadikan best practice untuk
implementasi BIM pada pelaksanaan
konstruksi di Indonesia kedepan. |
Pemerintah cq. Kementerian PUPR,
Institute BIM Indonesia, Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi, BUMN Karya. |
6. |
Menentukan Key Performance Indicators (KPI) penerapan BIM pada proyek konstruksi di Indonesia. KPI dapat
digunakan untuk memonitor secara regular sehingga dapat mengarahkan program agar sesuai
dengan rencana dan tujuan semula yaitu percepatan implementasi BIM pada industri konstruksi di Indonesia. Daftar jenis
Key Performance Indicators (KPI) yang digunakan
meliputi tingkat proyek, seperti� prosentase
proyek yang dilaksanakan menggunakan BIM, tahapan proyek yang menggunakan BIM (konsep, skematik, DED,
As-Built, dan seterusnya), tingkat
akurasi dari delivery
BIM (tingkat error). Tingkat Organisasi, seperti kepemimpinan, perencanaan dan hasil, proses dan informasi,
SDM dan kapabilitas, metode
baru dalam pelaksanaan. Tingkat Kapabiltas
Karyawan, seperti prosentase karyawan yang sudah di training BIM, prosentase
karyawan yang bersertifikat
BIM, tingkat ketrampilan
BIM dan jenis ketrampilan
BIM yang diaplikasikan dalam
proyek. |
Pemerintah cq. Kementerian PUPR,
Institute BIM Indonesia, Asosiasi Jasa Konstruksi, BOD (Board
of Directors) Perusahaan Jasa Konstruksi. |
Kesimpulan
Building
Information Modeling (BIM) dapat diterapkan pada seluruh bidang pekerjaan konstruksi. BIM secara umum memiliki
beberapa kelebihan utama dibandingkan dengan metode konvensional
yaitu mampu mendeteksi konflik / kesalahan lebih awal dan mampu mencegahnya karena pada BIM terdapat fitur Clash Detection (deteksi bentrok) yang
berfungsi untuk mengidentifikasi, meninjau, dan melaporkan adanya gangguan dalam suatu model proyek, dalam tahap desain
dan prakonstruksi sehingga dapat meminimalisir rework yang akhirnya dapat
memberikan efisiensi terhadap waktu pelaksanaan proyek. Kelemahan Building
Information Modeling (BIM) yang
paling utama adalah nilai investasi yang
relatif mahal yang antara
lain terdiri dari beberapa hal seperti
lisensi,
hardware dan biaya
pelatihan BIM. Hasil evaluasi
penerapan
Building Information Modeling (BIM)
pada proyek gedung Workshop Politeknik
Pekerjaan Umum di Semarang secara umum telah berjalan
dengan baik namun masih terdapat
beberapa permasalahan. Permasalahan utama yang terjadi adalah belum terjadinya sinergi antar unsur
proyek karena pemilik proyek sebagian besar belum memahami tentang Building Information Modeling (BIM).
Strategi yang dihasilkan untuk
mengoptimalkan penerapan Building
Information Modeling (BIM) pada proyek gedung Workshop Politeknik
Pekerjaan Umum antara lain intensif melakukan sosialisasi dan promosi tentang manfaat BIM kepada para industri, perusahaan, dan
professional baik di pusat maupun di daerah, meningkatkan pemahaman, pelatihan dan sertifikasi BIM bagi pengguna jasa
dan penyedia jasa secara berkesinambungan serta menyiapkan dan melengkapi kurikulum Politeknik PUPR dengan BIM serta memberikan fasilitas magang BIM untuk mahasiswa di proyek infrastruktur di lingkungan Kementerian PUPR.
Adhi, Randy Putranto, Hidayat, Arif, & Nugroho,
Hari. (2016). Perbandingan efisiensi waktu, biaya, dan sumber daya manusia
antara metode Building Information Modelling (BIM) dan konvensional (studi
kasus: perencanaan gedung 20 lantai). Jurnal Karya Teknik Sipil, 5(2),
220�229. Google Scholar
Azhar, Salman. (2011). Building information
modeling (BIM): Trends, benefits, risks, and challenges for the AEC industry. Leadership
and Management in Engineering, 11(3), 241�252. Google Scholar
Eadie, Robert, Browne, Mike, Odeyinka,
Henry, McKeown, Clare, & McNiff, Sean. (2013). BIM implementation
throughout the UK construction project lifecycle: An analysis. Automation in
Construction, 36, 145�151. Google Scholar
Eastman, Charles M., Eastman, Chuck,
Teicholz, Paul, Sacks, Rafael, & Liston, Kathleen. (2011). BIM handbook:
A guide to building information modeling for owners, managers, designers,
engineers and contractors. John Wiley & Sons. Google Scholar
Franz, Bryan, & Messner, John. (2019).
Evaluating the impact of building information modeling on project performance. Journal
of Computing in Civil Engineering, 33(3), 4019015. Google Scholar
Hergunsel, Mehmet Fuat. (2011). Benefits
of building information modeling for construction managers and BIM based
scheduling. Google Scholar
Hutama, Handika Rizky, & Sekarsari,
Jane. (2018). Analisa faktor penghambat penerapan building Information modeling
dalam proyek konstruksi. Jurnal Infrastruktur, 4(1), 25�31. Google Scholar
Nelson, Nelson, & Tamtana, Jane
Sekarsari. (2019). Faktor Yang Memengaruhi Penerapan Building Information
Modeling (Bim) Dalam Tahapan Pra Konstruksi Gedung Bertingkat. Jmts: Jurnal
Mitra Teknik Sipil, 2(4), 241�248. Google Scholar
Ozorhon, Beliz, & Karahan, Ugur.
(2017). Critical success factors of building information modeling
implementation. Journal of Management in Engineering, 33(3),
4016054. Google Scholar
Rangkuti, Freddy. (2014). Analisis SWOT:
teknik membedah kasus bisnis cara perhitungan bobot rating dan OCAI. Google Scholar
Rani, Hafindar A. (2016). Manajemen
Proyek Kontruksi. Yogyakarta: Deepublish. Google Scholar
Succar, Bilal. (2013). Building Information
Modelling: conceptual constructs and performance improvement tools. School
of Architecture and Built Environment Faculty of Engineering and Built
Environment University of Newcastle. Google Scholar
Copyright holder: Ary Wibowo,
Henny Pratiwi Adi, Hermin
Poedjiastoeti (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |