Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, No. 5, Mei 2022
DAMPAK PEMBELAJARAN DARING DALAM AKSIOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
Eni
Latifah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Umat
Islam mempunyai kegigihan dalam mengembangkan pemikiran pendidikan Islam
walaupun kendala-kendala yang dihadapi begitu rumit. Mengingat, Pembelajaran
daring ditengah pandemi Covid-19 yang telah dipilih
sebagai solusi dalam menggantikan pembelajaran konvensional, telah menimbulkan dampak serius bagi para peserta didik di Indonesia.
Sehingga Pendidikan menjadi isu yang penting melihat bahwasanya system dan
tatanan yang sudah mapan sebelumnya harus dirombak sesuai dengan kondisi dan
regulasi saat ini. Yang terjadi kemudian proses pembelajaran
hanya sebatas transfer pengetahuan, Guru dan Murid tidak saling ketemu langsung
sehingga karakter atau nilai pendidikan menjadi terabaikan. Guru bukan sekedar
menumbuhkan pengetahuan saja tapi mampu jadi teladan dalam perilakunya. Yang
dirasakan langsung oleh peserta didik. Dalam aksiologi
Pendidikan Islam, memiliki kekhasan tekanan untuk mentransmisikan nilai dan
moralitas ajaran Islam ke dalam perilaku dan tindakan siswa. Metode
penelitian menggunakan sumber data yang diperoleh dari data-data yang terkait
dengan penelitian ini secara jurnalis ilmiah dengan pendekatan filosofis
aksiologi Pendidikan Islam. Meskipun penelitian ini dengan studi literatur dan
tidak turun ke lapangan dan bertemu dengan responden. Studi ini bersifat
kualitatif dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pembelajaran daring telah mengabaikan aksiologi pendidikan Islam karena tidak
adanya hubungan langsung antara Pendidik dengan Anak didik sehingga tujuan
pendidikan transformatif yang diharapkan
tidak bisa tercapai optimal.
Kata Kunci: pembelajaran daring;
covid 19; aksiologi pendidikan islam
Abstract
Abstract Muslims have persistence in developing Islamic educational
thinking even though the obstacles they face are so complex. Considering that
online learning in the midst of the Covid-19 pandemic, which has been chosen as
a solution to replace conventional learning, has had a serious impact on
students in Indonesia. So that education becomes an important issue seeing that
previously established systems and arrangements must be overhauled in
accordance with current conditions and regulations. What happened then the
learning process was only limited to the transfer of knowledge, teachers and
students did not meet each other directly so that the character or value of education
was neglected. Teachers are not just growing knowledge but able to be an
example in their behavior. What is felt directly by students. In the axiology
of Islamic education, it has a specific pressure to transmit the values and
morality of Islamic teachings into the behavior and actions of students. The
research method uses data sources obtained from data related to this research
by scientific journalism with a philosophical approach to the axiology of
Islamic Education. Although this research is a literature study and does not go
to the field and meet with respondents. This study is qualitative and analyzed
descriptively. The results show that online learning has ignored the axiology
of Islamic education because there is no direct relationship between educators
and students so that the expected transformative education goals cannot be
achieved optimally.
Keywords: axiologi; online
learning; covid 19; islamic education
Pendahuluan
Pemerintah
memberlakukan Pembelajaran online untuk mencegah transmisi Covid 19. Pemerintah
mewajibkan Pembelajaran Daring bagi seluruh aktivitas pembelajaran di Sekolah
dasar dan Univeristas. Namun mengingat apa yang terjadi dalam pembelajaran
daring, hubungan siswa dan pendidik tidak terjadi secara langsung, sehingga
proses pembelajaran hanya mentransfer pengetahuan (Hasanah, 2017)
tanpa melakukan tranformasi Pendidikan (unissula.ac.id, 2020).
Dalam penerapan pola pendidikan jarak jauh (PJJ) dan Belajar dari Rumah (BDR)
yang masih diberlakukan, pola peneladanan dan pembiasaan sebagai inti
pendidikan agama menerapkan skema virtual. Akibatnya, transmisi nilai dasar
pendidikan agama menuju idealitas perilaku dan tindakan lebih banyak berupa
imbauan dan ceramah. sehingga Pendidikan
Islam mengabaikan nilainya.
Dalam
Pendidikan Islam, memiliki kekhasan tekanan untuk mentransmisikan nilai dan
moralitas ajaran Islam ke dalam perilaku dan tindakan siswa. Pendidikan Islam
bukan hanya memiliki beban tanggung jawab untuk menumbuhkan pengetahuan Islam
itu sendiri, namun juga perilaku pada siswa yang didasari ajaran Islam. Kebenaran
pendidikan ditunjukkan pada ouput atau hasil seluruh rangkaian penyelenggaraan
pendidikan menurut objek forma, metode dan sistem yaitu berupa kecerdasan
intelektual, kecerdasan emosionla dan kecerdasan spiritual yang dimiliki
peserta didik. Pendidikan sebagai disiplin ilmu pengetahuan yang bersumber dari
Alqur�an dan hadith, maka pendidikan memiliki nilai-nilai yang diadopsi dari
kedua sumber hukum agama tersebut. Jadi membangun norma moral dan budi pekerti
sebagai aksiologinya nilai pendidikan sangat dibutuhkan dalam pendidikan, baik
itu pendidikan formal ataupun non formal. Berbicara mengenai pendidikan serta
pembelajaran, hakikatnya pendidikan adalah aksiologi. Aksiologi yang
dimaksudkan meliputi nilai yang terkandung di dalamnya yaitu nilai hakikat,
asal dan keabadian.
Aksiologi
filsafat ilmu berhubungan dengan nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang didapatkan atau diperoleh. Nilai yang dimaksudkan dalam
aksiologi merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan dan berkaitan
dengan karakter. Karakter yang dimiliki oleh seseorang memiliki beberapa
komponen yaitu bagaimana sikap yang ditetapkan terhadap Tuhannya, antar sesame,
diri sendiri dan lingkungan sekitar. Aksiologi juga diungkapkan sebagai salah
satu moral pendidikan.
Dalam
e-learning, peserta didik dituntut untuk paham dan cakap dalam menggunakan
tehnologi yang berbasis online. Perangkat teknologi digunakan guna memenuhi
persyaratan pembelajaran berbasis online. Namun pada kenyataaanya baru sekitar
25 persen anak yang dapat mengakses pembelajaran online dengan baik. Tidak
sampai disitu penggunaan media online merupakan suatu hal yang perlu dipelajari
bagi peserta didik, sehingga membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk
memahami bagaimana cara menggunakan media online yang baik (Aulia, 2020).
Sehubungan
dengan pembelajaran berbasis online (Belawati, 2019),
suka atau tidak suka teknologi mengambil peran dalam hal ini. Teknologi menjadi
kunci keberlangsungan dalam pembelajaran daring selama masa pandemi. Awalnya
teknologi dalam penggunaan pembelajaran daring menuai kontroversi karena
dinilai kurang efektif dalam pembelajaran. Bahkan dinyakini bahwa pembelajaran
daring mampu mengikis nilai-nilai karakter siswa. Misalnya, dalam mengerjakan
soal-soal sekolah yang diberikan oleh guru. Pada pembelajaran konvensional Guru
dapat mengawasi siswa dengan maksimal sehingga pengerjaan soal dapat
berlangsung dengan efektif. Sedangkan pada saat pembelajaran Daring Guru
kesulitan dalam mengawasi apakah soal-soal yang diberikan, dikerjakan sendiri
atau tidak? Ataukah mencari jawaban di internet dan kemudian dijawab tinggal copi paste (Sadikin & Hamidah, 2020).
Di waktu
yang sama pembelajaran daring menjadi sebuah alat yang memiliki daya paksa
dalam sistem pembelajaran (Aji, 2020).
Pembelajaran daring telah merubah tradisi dari pembelajaran konvensional (Ibrahim, 2017)
(berpusat kepada guru) ke dalam pembelajaran berbasis online (Mahnun, 2018)
(berpusat pada teknologi) sehingga pembelajaran daring menuntut siswa untuk
mampu beradaptasi. Dan memunculkan masalah baru.
Jadi Pandemic ini memberikan dampak
pada sistem pendidikan yaitu digitalisasi dan transisi menjadi e- learning yang
hasilnya sangat singkat. Meskipun e learning adalah solusi supaya pendidikan
tetap berjalan, bagaimanapun juga siswa mengalami penurunan belajar saat
lockdown dibandingkan ketika tatap muka. Siswa yang berada di rumah merasa
cemas, stress dan hal ini berdampak pada kesulitan siswa dalam berkonsentrasi
saat mengerjakan tugas sekolah. Selain itu, berkurangnya kontak fisik
menyebabkan siswa kekurangn motivasi eksternal serta kemampuan sosio emosional
lainnya. Beberapa orang tua di Cina mengemukakan bahwa pembelajaran tatap muka
lebih baik dalam menciptakan atmosfir belajar dibandingkan e learning. Beberapa
siswa mengatakan bahwa pada awalnya mereka tidak mengalami kesulitan untuk
belajar dari rumah, namun semakin lama mereka merasa semakin sukar karena
membutuhkan kedispilinan yang lebih tinggi. Guru memegang peranan penting dalam membantu siswa untuk beradaptasi, tetapi
siswa juga perlu bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka seperti
manajemen waktu. Kreativitas juga perlu dipertahankan dan diasah oleh siswa
untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan berpikirnya.
Hal
terberat yang dirasakan oleh siswa belajar dari rumah adalah motivasi. Sebagian
besar siswa mengalami penurunan motivasi. Hal ini disebabkan karena siswa sukar
membedakan rumah dengan sekolah, sehingga banyak distraksi saat belajar,
contohnya mengerjakan pekerjaan rumah. Hubungan antar teman di lingkungan
sekolah dapat memotivasi individu untuk bekerja keras dan mempelajari kemampuan
sosial yang tentu saja tidak bisa diperoleh secara online, padahal hasil
penelitian sebelum terjadinya pandemic ini bahwa e learning merupakan saran
belajar yang fleksibel baik dengan adanya pengajar maupun mandiri, e learning
juga memudahkan siswa untuk belajar secara efektif, namun para pendidik tetap
memegang peranan penting dalam pembelajaran termasuk dengan cara e learning.
Problem
yang lainnya yang muncul ketika e-learning adalah ketidak jujuran siswa dan
akademik.� Faktor penyebabnya adalah
kepribadian, kognisi, pengajaran, sistem dan lainnya. Berdasarkan pembahasan
yang diungkapkan mengenai aksiologi yang berhubungan dengan nilai pembelajaran
serta adanya hambatan pembelajaran saat era pandemic, penulis bermaksud untuk
mengetahui apakah dampak pembelajran daring di pandemic memiliki hubungan
aksiologi yang positif atau tidak dalam pendidikan Islam dari beberapa
penlitian yang ada di media massa atau jurnal dll (Gusdernawati et al., 2021).
Model pembelajaran
daring ini diberlakukan dengan transisi waktu yang singkat sehingga memberikan
social shock (Anim, Armanto, & Sari, 2021).
Ketidaksiapan stakeholder sekolah atau madrasah
melaksanakan pembelajaran daring menjadi faktor utama kekacauan ini,
walaupun� sebenarnya Pemerintah
memberikan pilihan solusi dalam
memberikan penilaian terhadap siswa sebagai syarat kelulusan dari lembaga pendidikan� di saat situasi darurat. (Nuryana, 2020)
Penguasaan teknologi yang masih rendah harus
diakui bahwa tidak semua guru melek teknologi terutama guru generasi X (lahir
tahun 1980 ke bawah) yang pada masa mereka penggunaan teknologi belum begitu
masif. Sebenarnya mereka bukan tidak bisa kalau mau belajar, pasti mampu karena
prinsipnya guru adalah manusia pembelajar yang harus siap menghadapi perubahan
zaman sekaligus mengikuti perkembangannya. Demkian yang dialami siswa, tidak semua
memiliki rutinitas akan
teknologi. Metode pembelajaran daring ini, untuk tingkat satuan pendidikan
dasar dan menengah belum begitu masyarakat sehingga diperlukan persiapan yang benar-benar
pada saat itu.
Dalam setiap perubahan peradaban pasti akan membawa akibat positif maupun
negatif, namun semua orang harus bisa mengikuti perubahan tersebut yang
tentunya harus bisa mengikuti perubahan tersebut yang tentunya dibatasi dengan aturan-aturan
yang berlaku di dalam
masyarakat itu sendiri. Manusia merupakan
makhluk sosial yang tidak mungkin bisa hidup sendiri tanpa
keterlibatan dengan manusia lain. Dampak negatifnya dari perubahan peradaban
manusia itu adalah nilai sosial antar sesama manusia menjadi berkurang karena
jarangnya hubungan secara
langsung diantara mereka.� Sifat individualis pasti akan sangat kental di zaman digital seperti
saat ini, rasa empati dan simpati antar sesama manusia akan melemahkan dan
semua hal akan diukur dengan materi. Dari sini, pembelajaran daring untuk pendidikan Islam juga mengalami hal
yang sama, jarang berkomunikasi langsung guru dengan murid menjadikan ruang
pembelajaran daring menjadi ruang individualistis.
Etika dalam
belajar adalah hal penting dalam proses pendidikan yang sedang berlangsung
sekarang ini, pentingnya mengedepankan etika untuk bagaimana seseorang
menentukan sikap yang akan diambil lalu kemudian akan bersikap kepada orang
lain dalam konteks proses pembelajaran. Ketika siswa dibimbing dengan
menggunakan media pembelajaran online siswa harus tetap mengedepankan adab
ketika berinteraksi dengan dosen, guru atau tenaga pendidik lain yang
berprofesi di bidang pendidikan. Kemudian ketika mengerjakan tugas-tugas yang
sudah diberikan oleh tenaga pendidik juga harus memperlihatkan etika yang harus
diterapkan. Hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Nana Nurya Agus
berbicara mengenai dampak pandemic covid sembilan belas terhadap pendidikan (Nuryana, 2020).
Sama-sama berbicara mengenai dampak covib sembilan belas terhadap Pendidikan,
tetapi penulisan saya disini lebih khusus pada pendidikan Islam. Kemudian
penelitian oleh Suci, Larasati tahun duaribu duapuluh satu dampak pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di Masa Pandemic pada peserta didik kelas lima dan enam
SD Negeri Pekurun Udik Kotabumi Lampung Utara (Suci, 2020).
Dalam penelitian ini berbicara mengenai dampak pembelajaran daring lebih khusus
pada kelas lima dan enam SD secara psikologis sementara di penelitian saya juga
berbicara mengenai dampak pembelajaran daring bagi pendidikan agama Islam tapi
lebih ke sekolah dalam perspektif aksiologis pendidikan. Sejauh latar belakang
yang diuraikan diatas, maka bisa diambil sebuah pertanyaan sebagai berikut:
1) Apa
yang dimaksud pembelajaran daring?
2) Apa
yang dimaksud covid Sembilan belas?
3) Apa
dampak pembelajaran daring dalam perspektif aksiologi Pedidikan Islam di
Indonesia?
Metode Penelitian
1. Jenis
Penelitian ini, yaitu penelitian yang mendeskripsikan mengenai materi
penelitian dalam hal ini mengenai dampak pembelajaran daring pada masa pandemi
Covid-19 yang bersifat kualitatif dalam bentuk eksplorasi kepustakaan, yang
didasarkan pada berita online dan literatur di bidang Filsafat dalam hal ini
mengenai aksiologi dan pendidikan Islam serta literatur terkait lainnya yang
menyangkut tentang dampak dari pembelajaran daring di masa Pandemi Covid-19.
2. Penelusuran
referensi dilakukan dengan menelusuri masalah-masalah yang terkait dengan
dampak pembelajaran daring selama masa pandemic, yaitu problem-problem yang
dialami siswa mencakup kendala teknologi, proses pembelajaran serta sistem yang
mendukung pembelajaran.
3. Sasaran
yang dibidik dalam penelitian ini adalah siswa yang aktif atau tidak karena
pembelajaran daring selama pandemic saat itu.
4. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan menelusuri referensi terkait, berupa
referensi digital seperti berita online, e-journal, e-document dan referensi
bersifat digital lainnya yang berhubungan dengan dampak pembelajaran daring
dalam aksiologi pendidikan Islam selama masa pandemi yang terdapat pada situs
online. Data-data yang terkumpul, direduksi dan dikonstruksi menjadi konsep
baru yang utuh dan fress.
5. Analisa
data dilakukan dengan menggunakan analisis isi yang mengedepankan intertekstualitas
dan meaning creativity (Anwar, 2021).
Hasil dan Pembahasan
1.
Aksiologi Pendidikan
Dalam
Filsafat Pendidikan harus mampu memberikan petunjuk kepada Pakar pendidikan,
dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan. Dalam mengkaji peranan
filsafat pendidikan dapat ditinjau dari tiga lapangan yaitu metafisika,
epsitemologi dan aksiologi. Dalam penelitian ini hanya focus pada daampak
pembelajaran daring dalam perspektif aksiologi pendidikan Islam.
Aksiologi
sebagai cabang filsafat yang membahas nilai baik dan nilai buruk, indah dan
tidak indah, erat berkaitan dengan pendidikan. Berdasarkan nilai, pendidikan
dapat menentukan tujuan, motivasi, kurikulum, metode belajar, dan sebagainya.
Pembahasan nilai-nilai pendidikan terletak di dalam rumusan dan uraian tentang
tujuan pendidikan. Di dalam tujuan pendidikan inilah tersimpul semua nilai
pendidikan yang hendak diwujudkan di dalam pribadi peserta didik. Nilai
merupakan fungsi hubungan sosial.
Pada
intinya, aksiologi Pendidikan menyoroti fakta bahwa guru memiliki suatu minat,
tidak hanya pada kuantitas pengetahuan yang diperoleh siswa melainkan juga
dalam kualitas kehidupan yang dimungkinkan karena pengetahuan itu.
a) Etika
dalam hal ini Filsafat Moral yang membahas ukuran baik buruk, indah-tidak
indah, dan benar-salah dapat membantu guru memecahkan banyak dilema yang muncul
di kelas. Etika dapat menyumbangkan kepada guru cara-cara berpikir mengenai
permasalahan-permasalahan yang sulit untuk menentukan arah tindakan yang benar.
Etika juga membantu guru memahami bahwa �pemikiran etis� dan keputusan bukanlah
semata-mata mengikuti aturan-aturan�.
b) Estetika,
estetika berhubungan dengan nilai-nilai yang berkaitan dengan keindahan dan
seni. Melalui peningkatan persepsi-persepsi estetis para siswa dapat menentukan
peningkatan makna dalam semua aspek kehidupan. Estetika juga membantu guru
meningkatkan keefektifannya. Karena guru adalah seorang seniman dan secara
terus-menerus berusaha meningkatkan kualitas kerjanya.
Dalam
etika, peserta didik mengenal norma-norma yang baik seperti adab atau sopan santun
dalam proses belajar. Pembelajaran daring dilakukan demi menjaga satu sama lain
dengan belajar di rumah dan mengurangi mobilitas di luar rumah. Di dalam segi
moral atau nilai yang dimiliki oleh para siswa pada saat belajar secara daring
mengubah cara belajar, cara bersikap dan cara mencari sumber referensi.
Perubahan perilaku tersebut seharusnya di dalam pembelajaran daring juga harus
menggunakan adabnya.
Misalnya
adab dalam belajar daring menurut pendidikan Islam: niat, memilih temen,
menghormati guru dan berdoa sebelum dan sesudah belajar, ketekunan, tawakal
kepada Allah dan focus. Yang bermanfaat dapat memberikan motivasi belajar
kepada siswa karena siswa akan melalui proses belajar mengajar daring dengan
efektif dan efisien, menjaga keharmonisan hubungan sosial, ketika peserta didik
mampu menerapkan etika dalam hal ini, menjaga sopan santun ketika mengikuti
kegiatan belajar mengajar daring, tentu kegiatan tersebut akan lancar dan tepat
karena tidak ada kesenjangan antara peserta didik dan pengajar, juga dengan
peserta didik yang lainnya.
2.
Pembelajaran Daring Dalam Aksiologi
�Learning
done by studying at home suing computers and courses provided on the internet.�
(Dictionary, 2020)
Pembelajaran daring pada dasarnya merupakan pembelajaran yang membutuhkan
koneksi internet dan perangkat teknologi yang mendukung pembelajaran tersebut.
Pembelajaran daring dinilai menjadi solusi dalam pembelajaran di masa pandemi
Covid-19 (Web, 2020).
Keputusan Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk melakukan pembelajaran di
rumah bukan tanpa alasan, hal ini dilakukan untuk memutus mata rantai Covid-19.
Pembelajaran
daring juga telah mengubah tradisi pembelajaran yang bersifat tradisional
menjadi sistem pembelajaran yang efektif dan efisien berbasis online. Sifatnya
yang efektif dan efisien dapat melakukannya sebagai inovasi pembelajaran yang
dapat menyebabkan kreativitas baru dalam pembelajaran di masa pandemi Covid-19.
Namun segalanya hanya akan menjadi sebuah imaginasi semata jika institusi tidak
mampu memenuhi persyaratan yang dapat menunjang pembelajaran tersebut.
Pembelajaran
daring, serta merta menyadarkan akan potensi luar biasa internet yang belum
dimanfaatkan sepenuhnya dalam berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan.
Tanpa batas ruang dan waktu, kegiatan pendidikan dapat dilakukan kapan saja dan
dimana saja. Selain itu, di era pandemi covid, pembelajaran daring adalah
kebutuhan wajib yang harus dipenuhi oleh semua penghuni di Indonesia.
Namun
dibalik setiap sisi positif suatu hal, pastilah tersimpan sisi negatif atau
setidaknya kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi. Meskipun secara formal
pembelajaran daring dilakukan dan siswa harus belajar di dalam rumah yang
terjadi kemudian adalah pendidikan karakter atau nilai menjadi terabaikan.
Sebelumnya yang terjadi adalah pendidikan karakter dilakukan secara langsung
atau tatap muka guru di sekolah.
Dan
kegiatan-kegiatan yang mendukung pendidikan karakter ini, dilakukan langsung
secara intensif dan dapat diukur tingkat keberhasilannya. Karena pendidikan
dilakukan secara daring sehingga yang terjadi proses pendidikan hanya berproses
pada transfer pengetahuan saja, tidak ada yang bisa menjamin siswa mendapatkan
pendidikan karakter dari Guru yang mencerminkan nilai-nilai yang diajarkan di
sekolah.
Contoh
di beberapa sekolah Islam, yang menekankan pendidikan karakter atau nilai luhur
dengan kegiatan peribadatan seperti sholat Sunnah dan Wajib secara berjama�ah,
pengajian Alquran, otomatis tidak bisa melakukan kegiatan tersebut, karena
siswa-siswa harus belajar di rumah. Memang, mungkin saja beberapa sekolah telah
membuat sarana pelaporan kegiatan ibadah siswa di rumah, namun tetap saja
kehadiran guru dan pendidik serta hubungan dengan para siswa secara langsung
diperlukan untuk pelaksanaan pendidikan karakter yang bersumber dari nilai
ajaran Islam.
Teladannya
para pendidik yang dilihat dan dirasakan langsung oleh para siswa adalah modal
dasar nilai pendidikan atau karakter di sekolah. Terlebih pada keadaan saat
ini, dimana banyak orang tua yang teramat sibuk bekerja, khususnya di
waktu-waktu pembelajaran daring dilakukan. Tentunya mereka tak bisa mengawasi
langsung apa yang dilakukan oleh anak-anak mereka.
Banyak
para Pendidik yang berkeluh kesah soal partisipasi siswa ketika pembelajaran
daring berlangsung. Pendidik mendapati kesulitan untuk memastikan apakah
siswanya mengikuti pembelajaran dengan serius. Karena di dalam pembelajaran
daring ada siswa yang sengaja dan sering memasang video yang sudah direkam,
agar seolah-olah mengikuti proses pembelajaran, namun teryata mereka melakukan
hal lain.
Dalam
proses evaluasi pun banyak kesulitan yang dihadapi. Saat tes biasanya guru
melakukan pengawasan langsung, sehingga siswa bisa dididik untuk jujur dalam
mengerjakan soal, sekarang keadaannya yang berubah, tidak ada yang bisa
mengawasi dan memastikan apakah soal-soal yang diberikan, dikerjakan sendiri
atau tidak? Ataukah sembari mencari jawaban dari internet kemudian tinggal�
copypaste� jawaban?
Pembelajaran
daring yang mengabaikan aksiologi pendidikan atau nilai pendidikan sebagai
nilai luhur yang dilakukan secara intensif justru akan membuat mereka menjadi
malas karena dibiasakan dengan kemudahan-kemudahan yang tidak mendidik dan
mendewasakan. Mereka akan kehilangan nilai pendidikan hakiki yang berbudi luhur
itu, sebuah nilai yang digunakan sebagai bekal untuk menjalani kehidupan yang
sebenarnya.
Padahal
nilai ini merupakan tujuan dari pendidikan itu sendiri yaitu dalam pendidikan
berkarakter yaitu menciptakan semua warga sekolah yang mempunyai perilaku atau
sikap disiplin, cerdas, bertanggungjawab, mandiri, jujur, dan mampu menghargai
orang lain, mencintai kebaikan dan taat menjalankan agama yang terwujud dalam
kehidupan sehari-hari. (Ali, 2018)
Nilai pendidikan Islam demikian juga sama dalam nilai yang ada dalam
nilai-nilai pendidikan karakter yang tercermin sebenarnya di jiwa bangsa
Indonesia.
Walaupun
yang dirasakan mereka adalah sangat minim ketrampilan dalam penguasaan
teknologi, hal demikian bisa terjadi karena lantaran program Pemerintah selalu
topdown, bukan memperhatikan kondisi di lapangan. Selain itu, pengadaan produk
Teknologi Informasi Komunikasi bisa menjadi beban apabila Pemerintah tidak
memikirkan pemeliharaan dan perbaikan jika peralatan tersebut mengalami
kesulitan.
Pusat
Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan Kemendikbudristek
pernah membuat survey pada tahun 2018. Hasilnya, dari total guru yang ada di
Indonesia, baru 40 persen yang melek dengan TIK atau Teknologi Informasi dan
Teknologi. Selebihnya masih gagap dengan kemajuan di era digital (Friski Riana, 2021).
bahkan hingga tahun 2021 sebesar 60 Guru masih belum menguasai teknologi
Informasi dan komunikasi. Padahal Kemendikbud menyebut Indonesia sekarang
membutuhkan sumber daya manusia yang unggul (Reporter, 2021).
3.
Pembelajaran daring dalam
Aksiologi pendidikan Islam
Proses
pembelajaran di sekolah merupakan alat kebijakan public terbaik sebagai upaya
peningkatan pengetahuan dan skill (Persell, 1979).
Selain itu banyak sisiwa menganggap bahwa sekolah adalah kegiatan yang sangat
menyenangkan, mereka bisa berinteraksi satu sama lain. Sekolah dapat
meningkatkan ketrampilan social dan kesadaran kelas social siswa. Sekolah
secara keseluruhan adalah media interaksi antar siswa dan guru untuk
meningkatkan kemampuan integensi, skill dan rasa kasih sayang diantara mereka.
Kegiatan sekolah menjadi terhenti karena Covid 19. Khususnya di Indonesia,
banyak bukti ketika sekolah sangat mempengaruhi produktivitas dan pertumbuhan ekonomi
(Baharin, Syah Aji, Yussof, & Mohd Saukani, 2020).
Bangsa
Indonesia tidak lagi menghadapi ancaman kekurangan orang-orang pintar di era
internet seperti sekarang ini. Akses informasi tanpa batas memudahkan setiap
orang untuk belajar apapun. Namun pembelajaran berbeda dengan pendidikan,
apalagi menyangkut tujuan utama pendidikan yaitu pendidikan karakter. Bangsa
ini butuh generasi muda yang berkarakter yang mengedepankan keteladanan para
pengajar, yang harus disaksikan dan ditiru langsung oleh para siswa (Baharin et al., 2020).
Penyebaran Covid dituding menjadi penyebab mengapa diberlakukannya pembelajaran
daring bagi pendidikan Islam. Pendidikan Islam mengatur semua aspek baik dari
individu maupun masyarakat, agar mempraktikkan Islam secara keseluruhan dalam
kehidupan. Kemampuan peserta didik dalam mengakses informasi berkiblat pada
kemampuan peserta didik dalam memahami materi pelajaran. Hal tersebut berhubungan
dengan kemampuan otak manusia (Baharin et al., 2020).
Menurut
Suyadi, pendidikan Islam sulit dalam mengembangkan potensi anak didik,
dikarenakan selama ini pendidikan Islam bekerja secara doktrinasi atau
pengajaran yang bersumber pada ajaran semata, sifatnya hegemonic dan anti
kritik bukan berpikir bebas dengan logika yang dibuktikan dengan pengetahuan
indrawi. Hal ini menyebabkan rendahnya daya pikir peserta didik seperti
kecerdasan dan kreativitas siswa.
Namun
memasuki era industri 4.0 digitalisasi pendidikan mulai memberikan perubahan
termasuk dalam pendidikan Islam. Pendidikan Islam mengarahkan teknologi agar
dapat berjalan seiring nilai-nilai Rabbany, yang dengan kata lain memadukan
antara fikir, dzikir, ilmu dan iman. Pendidikan Islam juga bertugas dalam
mengembangkan manusia yang berkepribadian Islam, menguasai tsaqofah Islam dan
menguasai ilmu kehidupan (sains dan teknologi dan seni) yang memadai, dan
selalu menyelesaikan masalah kehidupan sesuai dengan syariat Islam.
Emha
Ainun Najib, �kesalahan pendidikan saat ini disebabkan karena budaya pendidikan
kita meninggalkan moral dan pengetahuan. Bahwa yang paling prinsip pada manusia
adalah moralnya dan akhlaknya, bukan pandai tidaknya. Di Universitas,
sekolah-sekolah lanjutan pada saat ini tidak peduli dengan semua itu karena
yang dikedepankan adalah soal pandai tidaknya dalam menerapkan pendidikan
dengan ukuran-ukuran logic-positivisme.
Tokoh
Idola masyarakat saat ini juga berpengaruh pada kemajuan perkembangan akhlakul
karimah seseorang. Ketika dia mengidolakan sesuatu maka ia menjadi sesuatu
tersebut, terdapat dalam sebuah hadis Rasulullah SAW yang berbunyi�
�barangsiapa yang menyukai suatu hal maka ia merupakan bagian dari sesuatu itu
maka dalam hal ini haruslah tepat memilih tokoh idola. Misalnya Rasulullah yang
keteladanannya patut diikut oleh semua lapisan masyarakat di Indonesia. Maka
pentingnya aksiologi pendidikan Islam dalam meneladani figure yang patut ditiru
langsung dengan ketemu langsung bukan semata pengetahuan kognitif apalagi tidak
memperhatikan pengetahuan moral.
4.
Covid-19
Coronavirus
disease atau Covid disebut jenis penyakit baru yang belum pernah diidentifikasi.
Virus penyebab Covid ini timbul SarsCoV-2. Virus corona adalah jenis zoonosis
atau ditularkan antara hewan dan manusia. Memburuknya wabah virus Corona
mengharuskan Pemerintah mengambil tindakan untuk menerapkan social distancing,
menggunakan masker dan mencuci tangan dengan sabun untuk menghadapi Pandemic
covid 19.� Menjaga jarak, memakai masker
dan mencuci tangan dengan sabun merupakan beberapa upaya pencegahan dan pengendalian
infeksi virus Corona 19 (Siregar, Gulo, & Sinurat, 2020)
Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada
manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran
pernafasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti MERS dan SARS.
Corona
virus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul
di Wuhan Cina, pada desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Covid -19 disebabkan oleh SARS-COV2 yang
termasuk dalam keluarga besar Coronavirus yang sama dengan penyebab SARS pada
tahun 2003, hanya berbeda jenis virusnya. Gejalanya mirip dengan SARS, namun
angka kemtian SARS (9,6) lebih tinggi dibandingkan Covid 19 (kurang dari 5
persen), walaupun jumlah kasus Covid 19 jauh lebih banyak dibandingkan SARS.
Covid -19 juga memiliki penyebaran yang lebih luas dan cepat ke beberapa Negara
dibandingkan SARS (Kesehatan.go.id, 2022).
Selain
menjaga jarak, mencuci tangan dll, strategi Pemerintah untuk menghapus
penyebaran Covid-19 adalah dengan kebijakan Pembatasan Sosial, Berskala Besar
(PSBB) di beberapa daerah,� diatur
melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 9 tahun 2020 tentang Pedoman
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona
Virus Disease 2019. Sebagai cara untuk mencegah bertambahnya penyebaran
penyakit kedaruratan kesehataan masyarakat yang sedang terjadi antar orang di
suatu wilayah tertentu. PSBB didasarkan pertimbangan epidemiologis, besarnya
ancaman, efektivitas, dukungan sumber daya, teknis operasional, pertimbangan
ekonomi, sosial, budaya dan keamanan. Meski kasus infeksi corona sudah
ditemukan di 34 Propinsi di Indonesia, tidak semua daerah bisa mengajukan
permberlakuan PSBB.
Ada
syarat-syarat tertentu bagi sebuah daerah jika ingin mengimplementaskan
kebijakan PSBB di wilayahnya. Seperti mempersiapkan data pendukung yang
diperlukan misalnya peningkatan kasus berdasarkan waktu dan kurva epidemiologi
Covid-19 di daerah lain yang berpengaruh siginifikan terhdap infeksi di
daerahnya. Dan juga peta penyebaran Covid 19 dan data kejadian transmisi virus
yang bersifat lokal juga hasil penyelidikan epidemiologi yang menyatakan ada
penularan dari generasi kedua dan ketiga dan ketersediaannya di daerah akan
bahan dasar hidup bagi warga, ketersediaannya ruang isolasi, karangtina, tempat
tidur, dan alat kesehatan lainnya seperti masker dan APD, realokasi anggaran.
5.
Teknologi Dalam
Pembelajaran
Kebutuhan
digitalisalisai di sekolah adalah suatu hal tidak bisa dihindari dan menjadi
salah satu cara untuk me-leap frog kualitas pendidikan.
Kesulitan
dalam akses internet
1. Keterbatasan
penguasaan teknologi informasi oleh Guru dan Siswa. Situasi guru di Indonesia
tidak sepenuhnya memahami penggunaan tekonologi, ini bisa dilihat dari
guru-guru yang lahir tahun sebelum 1980an. Keterbatasan teknologi informasi
membatasi mereka dalam media daring. Begitu juga dengan siswa yang kondisinya
hamper sama dengan guru-guru yang dimaksud dengan pemahaman penggunaan
teknologi.
2. Sarana
dan Prasarana yang Kurang Memadai. Perangkat pendukung teknologi jelas mahal.
Banyak daerah di Indonesia, Guru-gurunya masih dalam kondisi ekonomi yang
menghawatirkan. Kesejahteraan guru maupun murid yang membatasi mereka dari
serba terbatas dalam menikmati sarana dan prasarana teknologi informasi yang
sangat diperlukan dengan musibah Covid-19 saat itu.
3. Akses
Internet terbatas. Jaringan internet yang benar-benar masih belum merata di
pelosok negeri. Tidak semua institusi pendidikan baik Sekolah dasar maupun
sekolah menengah dapat menikmati internet. Jika ada pun jaringan internet
kondisinya masih belum mampu mengkover media daring.
4. Kurang
siapnya penyediaan Anggaran Biaya juga sesuatu yang menghambat karena, aspek
kesejahteraan guru dan murid masih jauh dari harapan. Dengan menggunakan kuota
internet untuk memenuhi kebutuhan media online, jelas bahwa mereka tidak
sanggup membelinya. Ketika menteri Pendidikan menawarkan semangat
produktivitas, ada dilema dalam pemanfaatan media daring namun disis lain
kecakapan dan kemampuan finansial guru dan siswa belum melaju ke arah yang
sama. Negara pun belum hadir secara menyeluruh dalam memfasilitasi kebutuhan
biaya yang dimaksud (Preventif et al., 2020).
Adapun
teknik pembelajaran Daring mengunakan whatshapp dan Google classroom.
Penggunaan WhatsApp sebagai media pembelajaran sudah banyak digunakan di
berbagai sekolah, terutama di sekolah dasar. WhatsApp menurut Pustikayasa
(2019):
� Pesan:
Fitur ini digunakan untuk berkim pesan kepada pengguna lain dengan koneksi
internet.
� Chat
Grup: Fitur ini dapat digunakan untuk pembuatan grup yang terdiri dari nomor
ponsel yang sudah terdaftar dalam WhatsApp untuk memudahkan pengguna
berkomunikasi dengan anggota dalam grup tersebut.
� WhatsApp
Web dan Desktop: WhatsApp juga dapat digunakan oleh pengguna melalui browser
komputer atau langsung pada komputer dengan syarat WhatsApp pada ponsel harus
dalam keadaan aktif.
� Panggilan
Suara dan Video: Fitur ini dapat digunakan untuk melakukan panggilan suara dan
panggilan video di seluruh dunia dengan menggunakan koneksi internet. Telepon
dapat dilakukan secara langsung� dengan 8
orang.
� Foto
dan Video: Pengguna dapat membagikan foto dan video kepada pengguna baik secara
pribadi maupun ke dalam grup.
� Audio:
Pengguna dapat menggunakan fitur ini berbagi file berbentuk suara.
� Dokumen:
Pengguna dapat membagikan dokumen kepada pengguna lainnya secara pribadi maupun
ke dalam grup.
� Enkripsi
End to End: Fitur ini ditujukan untuk sistem keamanan pengguna.
Adapun
kelebihan-kelebihan pada WhatsApp sebagai media pembelajaran (Pustikayasa,
2019), yaitu:
� Tidak
harus login terlebih dahulu untuk mengakses WhatsApp jika nomor ponsel sudah
terdaftar.
� Masuk
langsung terhubung dengan pengguna WhatsApp lainnya.
� Pengguna
bisa saling tukar kontak dengan pengguna lain.
� Bisa
berbagi lokasi terkini.
� Dapat
mengirim pesan ke banyak orang (broadcast).
� Tidak
menghabiskan kuota terlalu banyak.
� Guru
dan siswa dapat berdiskusi dengan nyaman
� Dapat
melihat siapa saja yang sudah membaca dan siapa yang tidak aktif.
� Guru
bisa berbagi dokumen, foto, audio ataupun video sebagai materi pembelajaran
kepada siswa.
� Guru
dan siswa dapat melihat dan mengulang materi pembelajaran melalui HP dengan
mudah.
� Guru
dan siswa bisa berdialog kapan saja dan di mana saja.
Pustikayasa
(2019) juga menambahkan bahwa terdapat kelemahan yang ada pada
aplikasi WhatsApp:
� Pengguna
harus terhubung dengan layanan internet untuk menggunakan aplikasi ini, jika
tidak terhubung akan menghambat proses pembelajaran secara daring
� Komunikasi
hanya dengan chat saja, kapasitas orang terbatas jika ingin bertatap muka
secara virtual (video call).
Singkatnya
manfaatnya dari kelas google adalah:
1. Sangat
ramah untuk pemula
2. Mudah
mengelola tantangan yang disediakan
3. Semua
file Google Drive
4. Periksa
cara yang sama seperti tugas sebelum mengirim
5. Sangat
mudah melihat
6. Iklan
dan keselamatan gratis
7. Kelas
google gratis 100%
Kekurangan
Google Classroom
1. Tampilan
yang kurang menarik bagi siswa
2. Saat
Google Drive Penuh file tidak bisa dikirim
3. Waktu
pengiriman masih bisa diatur
6.
Kesulitan Beradaptasi
Serta Minimnya Wawasan Dalam Penggunaan Teknologi
Kurangnya
kemampuan beradaptasi dan penggunaan teknologi pembelajaran yang sulit bagi
siswa dalam pembelajaran daring. Pasalnya dalam masa transisi setidaknya
dibutuhkan persiapan yang matang. Tetapi pada kenyataannya transisi
pembelajaran terjadi tanpa ada persiapan yang matang. Akibatnya para pserta
didik tidak mampu beradaptasi. Selain tidak siap dalam beradaptasi, minimnya
wawasan tentang teknologi juga sangat menyulitkan bagi para peserta didik. Mau
tidak mau siswa perlu menggunakan teknologi yang berupa media pendukung dalam
pembelajaran daring. Hal ini sangat kontras dengan pembelajaran sebelum periode
pandemi yang bahkan perangkat teknologi seperti telepon belum diperkenankan di
dalam pembelajaran konvensional.
7.
Pembelajaran Yang Tidak
Terkonsep Dengan Baik
Covid
19 telah membuat manusia mengalami krisis identitas. Manusia mulai
berkontemplasi atau merenungkan dirinya. �Siapakah saya, dimana saya tinggal,
apa tujuan hidup manusia, kenapa manusia diberi musibah seperti pandemi covid�.
Ada yang meningkat keimanannya karena pandemi ini, namun ada juga yang
mengalami stagnan peribadatannya. Semua negara terkena dampak telah berusaha
membuat kebijakan terbaiknya dalam mempertahankan layanan pendidkan. Di
Indonesia juga menghadapi beberapa tantangan nyata yaitu: (1) ketimpangan teknologi
antara sekolah di kota besar dan daerah, (2) keterbatasan kompetensi guru dalam
pemanfaatan aplikasi pembelajaran, (3) keterbatasan sumberdaya untuk
pemanfaatan teknologi Pendidikan seperti internet dan kuota, (4) relasi
guru-murid-orang tua dalam pembelajaran daring yang belum integral.
Kesulitan
pembelajaran daring tidak terlepas dari konsep pembelajaran itu sendiri. Konsep
pembelajaran sangat penting sebagai dukungan pembelajaran online. Pemahaman
peserta didik dalam pembelajaran daring dapat diukur dari seberapa bagus
pengemasan konsep pembelajaran. Semakin bagus konsep pembelajaran, semakin
mudah peserta didik dalam memahami materi.
Begitu
pula sebaliknya, pembelajaran yang cenderung monoton dan tidak kreatif akan
menyulitkan peserta didik dalam memahami materi. Misalnya dalam sebuah sekolah
tertentu, guru hanya memberikan tugas-tugas yang mana tidak ada penjelasan
materi terkait tugas yang akan dikerjakan. Yang lebih memprihatikan tugas yang
diberikan ialah hampir setiap hari tentu ini sangat monoton dan tidak kreatif
sehingga aspek kognitif lebih ditonjolkan daripada aspek afektif dan
psikomotorik. Hal tersebut akan memicu kejenuhan para peserta didik. Bahkan
tidak jarang menimbulkan stress akademik. Ini yang banyak terjadi pada saat
pembelajaran daring.
Sebuah
pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang memperhatikan keseimbangan
antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk melengkapi kedua aspek
tersebut ada beberapa strategi dapat dilakukan, misalnya dalam aspek afektif
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih life skillnya seperti
melipat pakaian atau mencuci piring yang kemudian dimasukkan ke dalam
portofolio kemampuan life skill, sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan.
Sedangkan dalam aspek psikomotorik dapat dilakukan dengan cara membuat
kerajinan dari bahan daur ulang yang tersedia di rumah, sebagai bentuk
kreativitas bagi peserta didik. Sehingga tidak terkesan monoton dan membosankan
(Suyadi, 2021).
Kesimpulan
1. Pembelajaran
daring adalah suatu implementasi dari proses belajar mengajar dengan saling
bertukar informasi menggunakan jaringan internet untuk mendapatkan target yang
lebih massif (Bilfaqih & Qomarudin, 2015).
2. Coronavirus
merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan
hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernafasan,
mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti MERS dan SARS.Coronavirus
jenis baru uang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di
Wuhan Cina, pada desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus
Disease 2019 (Covid-19).
3. Dampak
pembelajaran daring bagi pendidikan Islam di Indonesia yaitu:
a) Karena
kegiatan pendidikan dilakukan secara daring, yang terjadi adalah didapatkan
lebih banyak hanyalah proses pembelajaran, atau transfer pengetahuan saja.,
tidak ada yang bisa menjamin siswa mendapatkan pendidikan karakter� mereka sesuai dengan nilai-nilai yang selama
ini diajarkan oleh institusi pendidikan.
b) Keteladanan
para pendidik tidak dirasakan langsung oleh para siswa. Terlebih pada keadaan
saat ini, dimana banyak orang tua yang teramat sibuk bekerja, khususnya di
waktu-waktu pembelajaran daring dilakukan. Tentunya mereka tak bisa mengawasi
langsung apa yang dilakukan oleh anak-anak mereka.
c) Banyak
pengajar yang mengeluhkan partisipasi siswa ketika pembelajaran daring
berlangsung. Pengajar kesulitan memastikan apakah siswanya mengikuti
pembelajaran dengan serius. Karena sering terjadi, dalam pembelajaran daring
ada siswa yang sengaja memasang video yang sudah direkam, agar seolah-olah
mengikuti proses pembelajaran, namun teryata mereka melakukan hal lain.
d) Dalam
proses evaluasi pun banyak kesulitan yang dihadapi. Apabila biasanya tes atau
ujian, guru atau dosen bisa melakukan pengawasan langsung, sehingga siswa bisa
dididik untuk jujur dalam mengerjakan soal, sekarang keadaannya yang berubah,
tidak ada yang bisa mengawasi dan memastikan apakah soal-soal yang diberikan,
dikerjakan sendiri atau tidak? Ataukah sembari mencari jawaban dari internet
kemudian tinggal� copypaste� jawaban?
Beberapa
langkah yang dapat menjadi refleksi umum untuk meningkatkan sistem pendidikan
yang terkait pembelajaran daring:
a) Semua
guru harus dapat mengajar jarak jauh yang notabene harus menggunakan teknologi.
b) Ada
ilmu khusus agar pemanfaatan teknologi dapat menjadi alat mewujudkan tujuan
pendidikan yakni teknologi pendidikan. Pembelajaran Online tidak hanya memindah
proses tatap muka menggunakan aplikasi digital, dengan disertai tugas-tugas
yang menumpuk. Ilmu teknologi pendidikan mendesain sistem agar pembelajaran
online menjadi efektif dengan mempertimbangkan tujuan pendidikan secara khusus.
c) Pola
pembelajaran daring harus menjadi bagian dari semua pembelajaran meskipun hanya
sebagai komplemen. Intinya supaya guru membiasakan mengajar online.
d) Guru
harus punya perlengkapan pembelajaran online.
e) Ketimpangan
infrastruktur digital antara kota besar dan daerah harus dijembatani dengan
kebijakan teknologi afirmasi untuk daerah yang kekurangan. Akses internet harus
diperluas dan kapasitas bandwithnya juga harus ditingkatkan. Pemerintah
Indonesia sudah berhasil membangun infrastruktur komunikasi Palapa Ring yang
diresmikan Bapak Presiden Joko Widodo di akhir tahun menjadi tulang punggung
infrastruktur digital dari Aceh hingga Papua. Tapi, jangkauan akses harus
diperluas agar sebanyak mungkin sekolah, pendidik dan siswa merasakan
manfaatnya.
Aji, Rizqon Halal Syah. (2020). Dampak
COVID-19 pada pendidikan di indonesia: Sekolah, keterampilan, dan proses
pembelajaran. Jurnal Sosial & Budaya Syar-I, 7(5), 395�402. Google Scholar
Ali, Aisyah M. (2018). Pendidikan
Karakter: Konsep dan Implementasinya. Prenada Media. Google Scholar
Anim, Anim, Armanto, Dian, & Sari,
Nilam. (2021). Perspektif Kajian Aksiologi Pada Pembelajaran Daring Di Era
Pandemic. Journal Of Science And Social Research, 4(3), 276�282. Google Scholar
Anwar, Ilham Choirul. (2021). Mengenal
Penelitian Kualitatif. Google Scholar
Aulia, Salwa. (2020). Pembelajaran daring
pada masa Pandemi. Online] Retrieved from: Https://Www. Suara.
Com/Yoursay/2020/11/0175556/Pembelajaran-Daring-Pada-Masa-Pandemi. Google Scholar
Baharin, Roziana, Syah Aji, Rizqon Halal,
Yussof, Ishak, & Mohd Saukani, Nasir. (2020). Impact of human resource
investment on labor productivity in Indonesia. Iranian Journal of Management
Studies, 13(1), 139�164. Google Scholar
Belawati, Tian. (2019). Pembelajaran
online. Jakarta, Universitas Terbuka. Google Scholar
Bilfaqih, Yusuf, & Qomarudin, M. Nur.
(2015). Esensi pengembangan pembelajaran daring. Yogyakarta: Deepublish.
Google Scholar
Dictionary, Cambridge Business English.
(2020). Cambridge University Press (Cambridge University Press. Retrieved from
Cambridge University Press website:
https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/elearning Google Scholar
Friski Riana, Syailendra Persada. (2021).
Gagap teknologi dan infrastruktur bayangi digitalisasi sekolah, Nasional. Google Scholar
Gusdernawati, Aulia, Mahatmasari, Povian
Yona, Suherman, Wawan S., Nasrulloh, Ahmad, Lituhayu, Kamilia, & Umam, Aji
Khotibul. (2021). E-learning di era pandemi covid-19: Bagaimana aksiologi hasil
belajar pendidikan jasmani? Journal of Sport Education (JOPE), 3(2),
63�74. Google Scholar
Hasanah, Uswatun. (2017). Ontology
Epistemology dan Aksiologi Pendidikan. Jurnal Tarbiyah-Syariah Islamiyah.
Google Scholar
Ibrahim, Ibrahim. (2017). Perpaduan Model
Pembelajaran Aktif Konvensional (Ceramah) Dengan Cooperatif (Make�A Match)
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Suara Guru,
3(2), 199�212. Google Scholar
Kesehatan.go.id. (2022). kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Retrieved from Kesehatan.go.id website:
https://www.kementrian Google Scholar
Mahnun, Nunu. (2018). Implementasi
pembelajaran online dan optimalisasi pengelolaan pembelajaran berbasis online
di Perguruan Tinggi Islam dalam mewujudkan World Class University. IJIEM:
Kajian Teori Dan Hasil Penelitian Pendidikan, 1(1), 29�36. Google Scholar
Nuryana, Agus Nana. (2020). Dampak Pandemic
Covid-19 terhadap dunia Pendidikan. Retrieved from https: www. Jabar.
Kemenag.go.id website: https: www. Jabar. Kemenag.go.id Google Scholar
Persell, Caroline Hodges. (1979). Education
and inequality: The roots and results of stratification in America�s schools.
Collier-Macmillan. Google Scholar
Preventif, P., Dalam, P., Penyebaran, P.,
Syaykh, S., Di, A. Z., Kontribusinya, A., & Pembelajaran, P. (2020). Dampak
Covid-19 pada Pendidikan di Indonesia. Jurnal Sosial & Budaya Syar-i FSH
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 7(5), 396. Google Scholar
�
Reporter. (2021). 60 Persen Guru di
Indonesia terbatas kuasai teknologi. Google Scholar
Sadikin, Ali, & Hamidah, Afreni.
(2020). Pembelajaran Daring di Tengah Wabah Covid-19. Biodik, 6(2),
109�119. https://doi.org/10.22437/bio.v6i2.9759 Google Scholar
Siregar, Rinco, Gulo, Adventy Riang Bevy,
& Sinurat, Lasma Rina Efrina. (2020). Edukasi tentang upaya pencegahan
covid-19 pada masyarakat di pasar Sukaramai Kecamatan Medan Area tahun 2020. Jurnal
Abdimas Mutiara, 1(2), 191�198. Google Scholar
Suci, Larasati. (2020). satu dampak
pembelajar an Pendidikan Agama Islam di Masa Pandemic pada peserta didik kelas
lima dan enam SD Negeri Pekurun Udik Kotabumi Lampung Utara. Google Scholar
Suyadi, Suyadi. (2021). Dampak Pemaksaan
Pembelajaran Daring Dalam Pendidikan Islam Selama Pandemi COVID-19 Perspektif
Neurosains. SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 8(3),
755�768. Google Scholar
Unissula.ac.id. (2020). dampak pembelajaran
daring di masa pandemi bagi pendidikan karakter. Retrieved from unissula.ac.id
website:
http://unissula.ac.id//c24-berita-unissula/dampak-pembelajaran-daring-di-masa-pandemi-bagi-pendidikan-karakter/.
Google Scholar
Web, Pengelola. (2020). �Pembelajaran
Online Di tengah Pandemi Covid 19, Tantangan yang mendewasakan, �Pusat Data dan
Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,. Retrieved from
https: //pusdatin. Kemdikbud.go.id website: https: //pusdatin.
Kemdikbud.go.id/pembelajaran-online-ditengah-pandemi-covid-19-tantangan-yang-mendewasakan/.
Google Scholar
Copyright holder: Eni Latifah (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed
under: |