Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN:
2548-1398
Vol. 7, No. 5, Mei 2022
PEMBUATAN GELAS TRANSPARAN KONDUKTIF FTO
(FLUORINE-DOPED TIN OXIDE) UNTUK KIT SEL SURYA BERBASIS SENSITASI SENYAWA
ORGANIK / DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) TEKNIK DEPOSISI SEMPROT DENGAN
MENGGUNAKAN PEMBAKAR BUNSEN DAN ALAT SEDERHANA
Yoga Nugraha, Rizki Rahmah Fauzia
STIKES YPIB Majalengka,
Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Kegiatan praktikum yang
berdasarkan ilmu pengetahuan terkini jarang dilakukan karena terkendala
peralatan yang memakan biaya yang mahal, salah satunya teknologi sel surya.
Penggunaan kaca konduktif telah menjadi topik yang menarik dalam teknologi
terkini. Teknologi ini dapat diimplementasikan pada sel fotovoltaik (solar cell)
dan organic light-emitting diodes (OLED), yang sangat dekat dengan kebutuhan
kita saat ini untuk menghadapi krisis energi. Penelitian ini bertujuan untuk
membangun kegiatan praktikum di laboratorium kimia untuk pembuatan kaca
konduktif permukaan berbasis Tin Oxide (FTO) yang didoping Fluor. Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian desain pendidikan dengan
menggunakan kerangka dari Model of Educational Reconstruction (MER). Penelitian
ini menghasilkan Kaca Transparan Konduktif FTO (Fluorine-doped Tin Oxide)
dengan teknik spray deposition / Spray Pyrolysis menggunakan pembakar Bunsen,
hasil optimasi beberapa kaca konduktif permukaan dengan ketahanan lembaran
sekitar 1 � 10 kΩ. Hasil ini diperoleh dengan menerapkan sepuluh kali pendeposisian
SnO2.F pada kaca, tiga kali penyemprotan, dan waktu pemanasan sekitar lima
menit pada suhu 250 � 300 �C. Prosedur ini diperoleh dengan menggunakan alat
laboratorium sederhana seperti pembakar Bunsen, yang tersedia di laboratorium
kimia Dasar untuk menerapkan NOST (Nature of Science and Technology).
Kata kunci: Gelas Transparan Konduktif FTO
(Fluorine-Doped Tin Oxide); teknik deposisi semprot; Dye
Sensitized Solar Cell (DSSC); bahan ajar praktikum VNOST (View of Nature of Science and Technology).
Abstract
Practical activities based on the
latest science are rarely carried out because they are constrained by expensive
equipment, one of which is solar cell technology. The use of conductive glass
has become an interesting topic in recent technology. This technology can be
implemented in photovoltaic cells (solar cells) and organic light-emitting
diodes (OLED), which are very close to our current needs to face the energy
crisis. This study aims to develop practical activities in a chemistry
laboratory for the manufacture of fluorine-doped Tin Oxide (FTO)-based surface
conductive glass. This research was conducted using educational design research
methods using the framework of the Model of Educational Reconstruction (MER).
This research produces Transparent Conductive Glass FTO (Fluorine-doped Tin
Oxide) with spray deposition technique / Spray Pyrolysis using a Bunsen burner,
the result of optimization of some surface conductive glass with sheet resistance
of about 1 � 10 kΩ. These results were obtained by applying ten times of
SnO2.F deposition on the glass, three times of spraying, and a heating time of
about five minutes at a temperature of 250 � 300 �C. This procedure is obtained
using a simple laboratory apparatus such as a Bunsen burner, which is available
in the Basic chemistry laboratory for applying NOST (Nature of Science and
Technology).
Keywords: FTO (Fluorine-Doped Tin Oxide) Conductive Transparent Glass; spray
deposition technique; Dye Sensitized Solar Cell (DSSC); VNOST (View of Nature
of Science and Technology) practicum teaching materials.
Pendahuluan
Keikutsertaan
Indonesia dalam studi International Program for International Student
Assessment (PISA) menunjukkan bahwa prestasi peserta didik Indonesia tidak
terlalu menggembirakan dalam laporan PISA 2015. Sebanyak 70 persen peserta
didik di indonesia masih berada di bawah kompetensi minimum dalam membaca, 71
persen di dalam matematika dan 60 persen sains (OECD2016, 2015)
Salah satu penyebab rendahnya literasi sains peserta didik Indonesia diduga karena
kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian yang tidak mendukung pencapaian
literasi sains. Mereka masih fokus pada dimensi memori pengetahuan (memory of
science) yaitu menghafal dan melupakan dimensi konten lainnya (pengetahuan
tentang sains), proses/kompetensi (kemampuan berpikir) dan konteks aplikasi
sains (Firman, 2007).
Salah satu cara untuk
meningkatkan kualitas proses pembelajaran, pendidikharus memahami NOST (Nature
of Science and Technology) untuk membantu peserta didik menjelaskan fenomena
ilmiah secara benar dalam memahami beberapa konsep dalam proses pembelajaran.
Untuk menerapkan konsep ilmiah dalam konteks tertentu, peserta didik harus
memiliki pemahaman tentang konsep ilmiah secara keseluruhan (Garthwaite, France, & Ward, 2014).
Pemahaman konsep yang parsial akan membuat peserta didik tidak mendapatkan ide
pokok dari konsep pembelajaran. Dalam proses pembelajaran di kelas, pendidik
memiliki peran penting untuk memberikan konsep kepada peserta didik. Beberapa
penelitian percaya bahwa untuk memberikan pemahaman yang kuat kepada peserta
didik, pendidik harus memahami sifat sains / Nature of Science (NOS) (McComas, Clough, & Almazroa, 1998).
Selain pemahaman tentang NOS, di era perkembangan yang pesat ini juga akan
sangat penting untuk dikembangkan pemahaman tentang Hakikat Teknologi / Nature
of Technology (NOT) dan hubungannya dengan ilmu pengetahuan dan dengan
masyarakat (Tairab, 2001)� .
Dengan modernisasi
konten pembelajaran yang mengintegrasikan aspek isi materi pelajaran dan aspek
konteks yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang erat kaitannya dengan
kemajuan teknologi. Diharapkan dapat menarik minat dan meningkatkan pemahaman
belajar peserta didik dalam mempelajari ilmu pengetahuan berbasis teknologi
(techno-sains). Salah satu konteks teknologi baru dan mutakhir adalah kaca
konduktif yang dapat digunakan dalam Sel Surya Berbasis Sensitasi Senyawa
Organik / Dye Sensitized Solar Cell (DSSC).
Kaca konduktif dalam
untuk penggunaan sel surya dipilih karena ketersediaan energi surya yang sangat
melimpah namun pemanfaatannya sebagai sumber energi masih terbatas karena salah
satu pemanfaatan energi surya� menjadi
energi listrik memerlukan perangkat sel surya yang harganya masih mahal. Pada
tahun 1991 M. Graetzel telah mengembangkan DSSC . Komponen utama perangkat DSSC
ini adalah kaca transparan/konduktif yang digunakan sebagai elektroda aktif dan
elektroda pembalik. Aplikasi lain dari kaca konduktif ini adalah sebagai
komponen OLED (Organic Light Emitting Diode), Display Components, smart window
dan lain-lain (Kumar & Zhou, 2010)
Bahan yang digunakan
sebagai kaca konduktif saat ini antara lain ITO (Indium Tin Oxide) dan FTO
(Fluorine-doped Tin Oxide) . FTO banyak digunakan karena bahan bakunya lebih
mudah diperoleh, serta lebih tahan terhadap bahan kimia dan pemanasan (Sima, Grigoriu, & Antohe, 2010).
Metode yang umum digunakan dalam pembuatan kaca konduktif permukaan,
adalah Spray Pyrolysis Deposition (SPD) (Adnane, Cachet, Folcher, &
Hamzaoui, 2005), Chemical Vapor Deposition (CVD), dan Flame Spray Assisted Deposition (Purwanto, Widiyandari, Hidayat,
Iskandar, & Okuyama, 2009). Metode spray pyrolysis merupakan metode yang paling mudah diantara
metode tersebut (Purwanto et al., 2009). Alat ini dibuat dengan menggunakan alat dan bahan yang sederhana
sehingga dapat digunakan sebagai bahan ajar praktikum Kimia Dasar bahkan di
rumah dengan memperhatikan prosedur keselamatan.
Metode Penelitian
Model Educational Reconstruction (MER) digunakan sebagai acuan langkah-langkah dalam pengembangan kegiatan praktikum� ini. MER memiliki tiga komponen: klarifikasi dan analisis konten sains, penelitian belajar-mengajar, dan desain dan evaluasi lingkungan belajar-mengajar (Fakayode, 2014) yang dapat dilihat pada gambar 1.
(1) (3) Pengembangan
Desain Pembelajaran: Konstruksi
Bahan ajar praktikum Kaca Konduktif (2) Penelitian dalam Pembelajaran: Pra-Konsep Peserta didik dan Pendidik tentang kaca
konduktif
Tahap Analisis Konteks dan Struktur Isi: Perspektif Ilmuwan
1. Analisis Konteks Perspektif Saintist Review dan Artikel Penelitian tentang kaca konduktif
2. Analisis Isi Ilmu yang berhubungan dengan kimia
Gambar 1
Desain penelitian model MER
�� Aspek NOST yang dikembangkan mengacu pada Tairab (2001) yang
dimodifikasi dengan mempertimbangkan ruang lingkup aspek ontologi, epistemik,
dan aksiologis ilmu guna menghasilkan pertanyaan-pertanyaan yang akan
dikembangkan dalam bahan ajar praktikum sehingga dapat memahami : hakikat sains dan teknologi , karakteristik ilmu pengetahuan dan
teori-teori ilmiah, cara memperoleh pengetahuan dan teori ilmiah, tujuan ilmu
pengetahuan dan penelitian ilmiah, dan hubungan antara ilmu pengetahuan dan
teknologi (Tairab, 2001).
|
Gambar 2 Pengukuran suhu gelas dengan dasar pemanas keramik Bunsen. |
Gambar 2 menunjukkan pengukuran suhu permukaan kaca dengan menggunakan AVO
(Ampere, Volt, Ohm) Meter dengan Thermocouple (suhu maksimum 750 � C)
menunjukkan suhu 308 � C. Sehingga peralatan ini dapat digunakan untuk
Pendeposisian SnO 2 .F dimana pada Suhu permukaan kaca yang
dibutuhkan untuk proses pendeposisian adalah antara 250 � 420 �C (Purwanto, Widiyandari, & Jumari, 2012).
Bahan yang digunakan untuk membuat FTO adalah kaca objek mikroskopis, granul Sn/Timah, HCl pekat (teknis), HNO3 pekat (teknis), dopan NH4F dalam etanol �95%.
Larutan SnCl 2 .F dibuat dengan melarutkan 7 gram granul Sn ke dalam 20 mL HCl pekat dan 5 mL HNO 3 sebagai katalis. Setelah larut sempurna, kemudian ditambahkan etanol 95% sampai volume 50 mL� untuk mereduksi keasaman HCl. Dopan NH 4 F 10% dalam HCl 0,5 M kemudian ditambahkan ke dalam larutan SnCl 2 sampai larut sempurna (Purwanto et al., 2012).
Larutan SnCl 2 .F kemudian disemprotkan dengan sudut semprotan 45� dengan jarak 5-10 cm ke kaca yang telah dipanaskan hingga suhu pendeposisian antara 250 � 300 �C dengan alas keramik / tutup cawan pijar/ cawan kruss yang dapat terlihat pada Gambar 3.
|
Gambar 3 Set alat pendeposisian SnO 2 .F menggunakan pembakar Bunsen |
Gambar 3
menunjukkan pendeposisian SnO 2 F yang diatur pada kaca menggunakan
pembakar Bunsen dengan alas keramik dengan segitiga porselen dan penyangga
segitiga tiga kaki
Hasil dan Pembahasan
Bahan ajar praktikum Inkuiri Terbimbing
Aspek pemahaman NOST yang dituangkan ke dalam bahan
ajar praktikum diharapkan dapat dipahami peserta didik:
1. Hakikat Ilmu pengetahuan dan
Teknologi
Dengan melakukan eksperimen ilmiah yang berkaitan
dengan teknologi terkini seperti kaca konduktif pada Bahan ajar praktikum,
peserta didik akan dapat memahami iptek yang sebenarnya.
2. Ciri-ciri ilmu pengetahuan dan
teori-teori ilmiah
Dengan diberikannya materi yang terdapat pada bahan
ajar praktikum kaca konduktif yang berisi pengetahuan dan teori Kimia Dasar,
peserta didik akan lebih memahami karakteristik pengetahuan sains dan teori-teori
ilmiah.
3. Cara memperoleh ilmu dan teori
secara ilmiah
Dari serangkaian percobaan dalam bahan ajar
praktikum dengan variabel-variabel yang mempengaruhi pembuatan kaca konduktif,
peserta didik akan dapat mengetahui dan mengalami bagaimana memperoleh pengetahuan
dan teori-teori ilmiah yang dilakukan dan dibangun oleh para ilmuwan
sebelumnya.
4. Tujuan ilmu pengetahuan dan
penelitian ilmiah
Setelah peserta didik melakukan eksperimen
pembuatan kaca konduktif, peserta didik akan mengetahui tujuan dari sains dan
penelitian ilmiah yang dibangun yang diperlukan untuk memecahkan masalah lokal
dan global terkait dengan krisis energi saat ini.
5. Hubungan antara ilmu pengetahuan
dan teknologi
Dengan memasukkan konsep kimia kaca konduktif dalam
bahan ajar praktikum, peserta didik diharapkan dapat mengetahui hubungan antara
sains dan teknologi, apakah mempengaruhi atau dipengaruhi dalam konteks
tertentu.
Terdapat enam kegiatan inkuiri dalam bahan ajar
praktikum, dimana tiga kegiatan pertama merupakan kegiatan pra-eksperimen,
dilanjutkan dengan satu kegiatan percobaan dan dua kegiatan terakhir merupakan
kegiatan pasca-percobaan, kegiatannya adalah:
1. Menyajikan pertanyaan
Peserta didik diberikan fakta berupa gambar atau tabel yang berhubungan
dengan kaca konduktif, (krisis energi, energi terbarukan, contoh penerapan
energi alternatif dalam kehidupan) kemudian diberikan pertanyaan terkait fakta
yang mengarah pada tujuan praktikum yaitu membuat konduktif kaca yang dapat
digunakan dalam sel surya.
2. Membuat hipotesis
Peserta didik diminta untuk menuliskan hipotesis tentang pertanyaan
yang diberikan tentang konduktivitas bahan yang dapat bersifat konduktor,
isolator dan semikonduktor (kaca, emas, timah, karbon dan bahan terkait untuk
pembuatan kaca konduktif) dan memperkirakan bagaimana jika kaca yang semula
merupakan isolator diberi bahan konduktif.
3. Merancang eksperimen
Peserta didik menuliskan alat, bahan dan prosedur yang akan dilakukan
untuk membuktikan hipotesis. Variabel uji seperti konsentrasi larutan SnCl 2
.F, konsentrasi dopan NH 4 F, waktu Pendeposisian, jumlah
Pendeposisian, jumlah penyemprotan, sudut penyemprotan, jarak penyemprotan dan
variabel lainnya sesuai dengan alat dan bahan. digunakan.
4. Melakukan percobaan
Peserta didik melakukan percobaan berdasarkan prosedur yang telah
dibuat dengan pembagian variabel yang berbeda dari setiap kelompok.
5. Mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data
Peserta didik membuat tabel observasi, mencatat data, membuat grafik
dan menganalisis hubungan antara data dengan variabel yang diuji.
6. Membuat kesimpulan
Peserta didik membuat dan menjelaskan kesimpulan dari hasil praktikum
dan mencocokkannya dengan hipotesis yang telah dibuat kemudian melaporkannya
dalam diskusi kelas untuk saling bertukar informasi hasil optimasi.
3.2. Optimalisasi Prosedur Standar Pembuatan
Kaca Konduktif
Hasil Optimasi pembuatan kaca konduktif dengan menggunakan pembakar
Bunsen keramik dengan memperhatikan variabel waktu Pendeposisian, jumlah
Pendeposisian dan jumlah penyemprotan dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2
Pengaruh waktu deposisi pada resistansi lembaran
Waktu Pendeposisian (menit) |
Jumlah deposit (waktu) |
Jumlah semprotan (waktu) |
Resistansi lembaran
(K / sq) |
|
FTO 1 |
3 |
10 |
1 |
- |
FTO 2 |
5 |
10 |
1 |
50 - 100 |
FTO 3 |
10 |
10 |
1 |
50 - 100 |
Tabel 2 menunjukkan pengaruh waktu Pendeposisian SnO 2 F
pada kaca yang menghasilkan waktu Pendeposisian optimal selama 5 menit dan
tidak berpengaruh terhadap ketahanan lembaran ketika waktu Pendeposisian
menjadi 10 menit dengan variabel tetap lainnya. Bahkan dengan waktu Pendeposisian
yang lebih lama akan menyebabkan kaca mudah pecah.
Tabel 3
Pengaruh jumlah pendeposisian terhadap resistansi
lembaran
Sampel |
Waktu Pendeposisian (menit) |
Jumlah deposit (waktu) |
Jumlah semprotan (waktu) |
Resistansi lembaran
(K / sq) |
FTO 4 |
5 |
5 |
1 |
> 100 |
FTO 5 |
5 |
10 |
1 |
50 - 100 |
FTO 6 |
5 |
15 |
1 |
50 - 100 |
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah deposisi optimal
terjadi pada 10 kali pengulangan dan tidak mengurangi resistensi lembaran jika
pengulangan ditingkatkan menjadi 15 kali. Hanya menambahkan kerak putih pada
permukaan kaca sehingga menghasilkan kaca yang tidak transparan (transmisi
kecil) yang dapat menghalangi penyerapan sinar matahari saat diaplikasikan pada
sel surya .
Tabel 4
Pengaruh Penyemprotan pada
resistansi lembaran
Sampel |
Waktu Pendeposisian (menit) |
Jumlah deposit (waktu) |
Jumlah semprotan (waktu) |
Resistansi lembaran (K / sq) |
FTO 7 |
5 |
10 |
1 |
50 - 100 |
FTO 8 |
5 |
10 |
2 |
20 - 50 |
FTO 9 |
5 |
10 |
3 |
1 - 10 |
FTO 10 |
5 |
10 |
4 |
- 10 |
Tabel 4 menunjukkan jumlah penyemprotan larutan SnCl 2 .F
yang optimal pada kaca sebanyak 3 kali, tergantung pada ukuran nozzle semprotan
parfum yang digunakan. Semakin besar ukuran kabut semprot, semakin sedikit
semprotan yang dibutuhkan. Jika jumlah penyemprotan ditambahkan dari kondisi
optimum, maka kaca akan mudah pecah karena proses penyusutan kaca yang terlalu
cepat oleh larutan SnCl 2 .F dan hanya akan menambah kerak putih
pada kaca.
Penulis
juga telah melakukan percobaan dengan menggunakan peralatan lain yang mudah
dijangkau seperti kompor gas untuk menggantikan Furnace dan bunsen serta asbes
dan non asbes cassa base untuk menggantikan alas keramik / tutup cawan kruss
(waktu Pendeposisian 5 menit, 10 kali Pendeposisian dan 3 x penyemprotan. /
semprotan, Dengan sudut semprotan 45� dan jarak semprotan 5-10 cm dengan suhu
Pendeposisian 250 - 300 �C). Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5
Pengaruh penggunaan pemanas lain dan alas kaca pada
resistansi lembaran
Pemanas |
Dasar kaca |
Suhu Kaca (�C) |
Resistansi Lembaran
Optimal (K / sq) |
Permukaan kaca |
|
FTO 11 |
kompor gas |
asbes cassa |
225 |
- |
Bercak putih |
FTO 12 |
kompor gas |
cassa non asbes |
215 |
5 - 100 |
Kaca pecah / meleleh |
FTO 13 |
kompor gas |
Keramik |
275 |
5 - 20 |
Bersinar seperti pelangi |
FTO 14 |
bunsen |
asbes cassa |
230 |
- |
Bercak putih |
FTO 15 |
bunsen |
Cassa non asbes |
220 |
5 - 100 |
Kaca pecah / meleleh |
FTO 16 |
bunsen |
Keramik |
300 |
1 - 10 |
Bersinar seperti pelangi |
FTO 17 |
furnace |
Keramik |
400 |
1 - 5 |
Bersinar seperti pelangi |
Dari Tabel 5 terlihat bahwa penggunaan alat terbaik untuk pembuatan kaca konduktif dengan metode spray pyrolysis adalah dengan menggunakan furnace dengan alas keramik. Namun tidak setiap laboratorium Kimia Dasar memiliki furnace, dengan menggunakan Bunsen atau kompor gas dengan menggunakan dasar keramik akan menghasilkan kaca konduktif dengan resistansi lembaran 1 -10 KΩ / sq yang ditunjukkan pada Gambar 4.
|
Gambar 4 Pengukuran tahanan lembaran kaca FTO yang dihasilkan dengan
menggunakan AVO meter |
Gambar 4 menunjukkan
pengukuran tahanan lembaran kaca FTO dengan menggunakan AVO meter skala KΩ
yang menunjukkan nilai tahanan lembaran sebesar 2,63 KΩ.
Kesimpulan
Dalam penelitian ini
kami mengembangkan bahan ajar praktikum di laboratorium berdasarkan eksperimen
inkuiri terbimbing untuk membuat kaca konduktif menggunakan pembakar Bunsen
untuk menerapkan pengetahuan NOST dan �dirancang dengan menggunakan metode penelitian
desain MER.
�� Kaca konduktif� FTO
(Fluorine-Doped Tin Oxide) yang diproduksi dengan metode spray pyrolisis
menggunakan pembakar Bunsen memiliki tahanan 1 sampai 10 KΩ/sq sheet
dengan perlakuan waktu Pendeposisian 5 menit, waktu Pendeposisian 10 kali dan
penyemprotan 3 kali dengan sudut semprotan 45� dan jarak semprotan 5-10 cm
dengan suhu Pendeposisian 250 - 300 �C.
Struktur SnO 2
selanjutnya dapat dianalisis menggunakan XRD (X-Ray Difractometry) yang akan
menunjukkan struktur tetragonal sehingga diharapkan kaca konduktif ini dapat
digunakan untuk membuat elektroda sel surya
Adnane, M.,
Cachet, H., Folcher, G., & Hamzaoui, S. (2005). Beneficial Effects Of
Hydrogen Peroxide On Growth, Structural And Electrical Properties Of Sprayed
Fluorine-Doped Sno2 Films. Thin Solid Films, 492(1�2), 240�247. Google Scholar
Fakayode, Sayo
O. (2014). Guided-Inquiry Laboratory Experiments In The Analytical Chemistry
Laboratory Curriculum. Springer. Google Scholar
Firman, H.
(2007). Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil Pisa Nasional. Jakarta: Pusat
Penilaian Pendidikan Balitbang. Google Scholar
Garthwaite,
Kathryn, France, Bev, & Ward, Gillian. (2014). The Complexity Of Scientific
Literacy: The Development And Use Of A Data Analysis Matrix. International
Journal Of Science Education, 36(10), 1568�1587. Google Scholar
Kumar, Akshay,
& Zhou, Chongwu. (2010). The Race To Replace Tin-Doped Indium Oxide: Which
Material Will Win? Acs Nano, 4(1), 11�14. Google Scholar
Mccomas, William
F., Clough, Michael P., & Almazroa, Hiya. (1998). The Role And Character Of
The Nature Of Science In Science Education. In The Nature Of Science In Science
Education (Pp. 3�39). Springer. Google Scholar
Oecd2016, Pisa.
(2015). Results: Excellence And Equity In Education. Paris: Oecd.
Purwanto, Agus,
Widiyandari, Hendri, Hidayat, Darmawan, Iskandar, Ferry, & Okuyama, Kikuo.
(2009). Facile Method For The Fabrication Of Vertically Aligned Ito Nanopillars
With Excellent Properties. Chemistry Of Materials, 21(18), 4087�4089.
Purwanto, Agus,
Widiyandari, Hendri, & Jumari, Arif. (2012). Fabrication Of
High-Performance Fluorine Doped�Tin Oxide Film Using Flame-Assisted Spray
Deposition. Thin Solid Films, 520(6), 2092�2095. Google Scholar
Sima, Cornelia,
Grigoriu, Constantin, & Antohe, Stefan. (2010). Comparison Of The Dye-Sensitized
Solar Cells Performances Based On Transparent Conductive Ito And Fto. Thin
Solid Films, 519(2), 595�597. Google Scholar
Tairab, Hassan
H. (2001). How Do Pre-Service And In-Service Science Teachers View The Nature
Of Science And Technology? Research In Science & Technological Education,
19(2), 235�250. Google Scholar
Copyright holder: Yoga Nugraha, Rizki Rahmah Fauzia (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |