Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, No. 5, Mei 2022
STUDI AKTIVITAS
PENCEMARAN, KUANTITAS, KUALITAS PERAIRAN (INDEKS BIOTIK), KUALITAS AIR
LIMBAH, AIR KALI DENDENG SEBAGAI AIR BAKU PADA DAERAH HILIR, TENGAH DAN HULU DI
KOTA KUPANG TAHUN 2021
I Gede Putu Arnawa, Ferry
WF Waangsir, Albertus Ata Maran,
Ni Made Susilawati
Poltekkes Kemenkes
Kupang, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Ketersediaan air yang terjangkau
dan berkelanjutan menjadi bagian terpenting bagi setiap individu
baik yang tinggal di perkotaan maupun di Pedesaan. Hasil survei awal diketahaui bahwa air kali dendeng pemanfaatannya cukup besar� bagi warga untuk aktifitas
mandi, cuci, masak dan kakus� warga yang tinggal pada bantaran kali baik daerah hilir, tengah
dan hulu. Berbagai aktifitas warga yang secara sadar maupun
tidak sadar memanfaatkan air kali dendeng sehingga memungkinkan terjadinya pencemaran. Penelitian
dilakukan dengan menggunakan metode survei, analisa laboratorium, pemeriksaan
dan pemantauan di lokasi kegiatan guna mendapatkan gambaran tentang potensi
pencemaran air kali dendeng. Hasil penelitian menunjukkan debit air kali
dendeng yang diambil pada tiga titik pengukuran di aliran air kali dendeng
didapatkan debit alirannya pada titik I sebesar 5,27 m3/detik, titik
II sebesar 3,09 m3/detik dan titik III sebesar 1,02 m3/detik;
kualitas bakteriologi (E. coli) air kali dendeng pada pada titik I
sebesar 75 MPN/100 ml, titik II sebesar 39 MPN/100 ml dan titik III sebesar 3
MPN/100 ml; kualitas perairan (Indek Biologi) air kali dendeng berdasarkan
indeks biologinya dikategorikan sebagai pencemaran berat; kualitas
bakteriologisnya memenuhi syarat, kualitas BOD, COD dan TSS nya tidak memenuhi
syarat, sedangkan kualitas pH dan suhu dikategorikan memenuhi syarat. Untuk
itu, diharapkan agar menjaga kebersihan dan kelestarian air kali dendeng ini
dengan tidak membuang sampah sembarangan terutama jenis sampah anorganik, tidak
membuang limbah cair secara langsung ke aliran air kali dendeng dan menjaga
serta memelihara fasilitas bendungan yang ada di Kali Dendeng.
Kata Kunci: pencemaran air; indeks biotik; kualitas air kali
dendeng
Abstract
The availability of affordable and sustainable water is the most
important part for every individual both living in urban and rural areas. The
results of the initial survey showed that the water from the river is quite
large for residents to use for bathing, washing, cooking and toileting for
residents who live on the banks of the river in the downstream, middle and
upstream areas. Various activities of residents who consciously or
unconsciously use the water from the river dendeng so
as to allow pollution. The research was conducted using survey methods,
laboratory analysis, inspection and monitoring at the activity site in order to
get an idea of the potential for water pollution of the Jerky
River. The results of the study showed that the water debit of the Jerky River
taken at three measurement points in the Jerky River water flow obtained the
flow rate at point I of 5.27 m3/second, point II of 3.09 m3/second and point
III of 1.02 m3/sec. second; the bacteriological quality (E. coli) of beef jerky
at point I was 75 MPN/100 ml, point II was 39 MPN/100 ml and point III was 3
MPN/100 ml; water quality (Biological Index) of river dendeng
based on its biological index is categorized as heavy pollution; The
bacteriological quality met the requirements, the BOD, COD and TSS quality did
not meet the requirements, while the pH and temperature qualities were
categorized as qualified. For this reason, it is expected to maintain the
cleanliness and sustainability of the jerky river water by not littering,
especially inorganic types of waste, not throwing liquid waste directly into
the beef jerky river and maintaining and maintaining the existing dam facilities
in the Dendeng River.
Keywords: water pollution; biotic
index; jerky water quality
Pendahuluan
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk memenuhi
standar kehidupan manusia secara sehat. Ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan menjadi bagian terpenting bagi setiap individu baik yang tinggal di perkotaan maupun di Pedesaan.
Menurut laporan MDGs Tahun 2007 terdapat beberapa kendala yang menyebabkan masih tingginya jumlah orang yang belum terlayani fasilitas air bersih dan sanitasi dasar. Kendala tersebut diantaranya adalah cakupan pembangunan yang sangat besar, sebaran penduduk yang tidak merata dan beragamnya wilayah Indonesia, keterbatasan
sumber pendanaan. Pemerintah
selama ini belum menempatkan perbaikan fasilitas sanitasi sebagai prioritas
dalam pembangunan. analisa
lain yang juga menjadi kendala
adalah kualitas dan kuantitas sumber air baku sendiri terus
menurun akibat perubahan tata guna lahan (termasuk hutan) yang menganggu system siklus air. Peningkatan jumlah dan kepedatan penduduk diperkotaan akibat urbanisasi, masalah kemiskinan serta buruknya kemampuan manejerial operator air
minum itu sendiri juga ikut menjadi penyebab rendahnya kemampuan penduduk mengakses air minum yang layak. Aspek sanitasi� seperti
masih rendahnya kesadaran penduduk tentang lingkungan, rendah kualitas bangunan septic tank,
dan masih buruknya
system pembuangan�
limbah�
sangat mempengaryhu aksesbilitas
air baik dari aspek kualitas dan kuantitasnya (Harian Kompas,� Rabu, 19 Maret
2008).
Kota Kupang yang terletak di ujang barat Pulau Timor� yang sekaligus merupakan Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur dan menjadi
pusat kegiatan, terutama sebagai pusat pemerintahan kegiatan ekonomi, analisa dan aktifitas lainnya, sangat membutuhkan pelayanan air bersih yang cukup ke depan
agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya.
Hasil Riskesdas 2018, menunjukkan bahwa proporsi pemakaian air bersih di Nusa
Tenggara Timur tertinggi berada
pada rata � rata pemakaian 20 � 49,9 Liter per orang per hari dan perilaku Buang Air Besar di Jamban pada penduduk > 10 tahun sudah mencapai
angka 88,2%, sedangkan untuk Balita proporsi
penggunaan jamban baru mencapai 40,6%.
Wilayah Kota Kupang yang merupakan
pusat berbagai kegiatan di Provinsi Nusa
Tenggara Timur, persentase rumah
tangga yang mengalami kesulitan air bersih terutama pada musim kemarau adalah 35,8% dengan tingkat konsumsi air tertinggi yaitu > 50 liter/ hari (Depkes, 2008)
dah hasil Riskesdas 2018, proporsi pemakaian air tertinggi berada pada rata � rata
pemakaian 50 � 99,9 Liter
per orang per hari yaitu sebanyak 50,01%. Sehubungan hal tersebut dan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan air bersih bagi warganya, maka pemerintah Kota Kupang selalu berupaya
untuk mengoptimalkan berbagai sumber air bersih yang ada di wilayah ini.� Salah sumber air bersih yang di manfaatkan adalah sumber air bersih yang berasal dari kali dendeng.
Hasil analis awal diketahaui
bahwa air kali dendeng pemanfaatannya cukup besar� bagi warga untuk aktifitas
mandi, cuci, masak dan kakus� warga yang tinggal pada bantaran kali baik daerah hilir, tengah
dan hulu. Berbagai aktifitas warga yang secara sadar maupun
tidak sadar memanfaatkan air kali dendeng sehingga memungkinkan terjadinya pencemaran. Hal ini bisa dilihat
banyak warga yang membuang sampah, limbah, tinja, dan kemungkinan juga limbah pertanian dan kandungan logam berat. Kondisi
ini memungkinkan terjadinya penurunan kualitas air kali dendeng yang di
manfaatkan oleh warga tersebut. Kualitas air baku� atau air
kali dapat dilihat dari kualitas ekosistem
yang membentuknya. Menurut (Odum, 1993).
Menyatakan bahwa komponen biotic dapat memberikan gambaran mengenai
kondisi fisik, kimia dan biologi dan perairan. Perairan yang berkualitas baik
biasanya memeliki keanekaragaman jenis yang�
tinggi dan begitu sebaliknya. Air kali dendeng sebagai air bersih bagi
warga merupakan suatu solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan air bersih
yang ada di Kota Kupang. Berdasarkan uraian diatas Maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul�
�Studi�� aktifitas�� pencemaran,��
kuantitas,�� kualitas� perairan (indeks biotiknya) kualitas� air limbah,�
air kali� dendeng sabagai air baku
pada daerah hilir, tengah dan hulu di Kota Kupang Tahun 2021�
Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survey, Analisa Laboratorium,
pemeriksaan dan pengukuran guna memperoleh data tentang potensi pencemaran air kali dendeng sebagai upaya perbaikan
mutu air dan rekomendasinya.
B. Waktu
dan Tempat Penelitian
1) Penelitian
ini dilaksanakan selama � 6 bulan terhitung Maret s/d Agustus 2021;
2) Lokasi
atau tempat penelitian adalah pada tiga titik di aliran air kali dendeng dan
lokasi pemeriksaan sampel nya di Laboratorium Prodi Sanitasi Poltekkes Kemenkes
Kupang.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi
dan sampel penelitian dijadikan satu sebagai obyek yang diteliti yaitu air kali
dendeng yang diambil pada tiga titik yang berada dalam aliran air kali dendeng.
D. Kerangka Konsep
E. Variabel Penelitian
1) Indikator biotik adalah indicator yang menunjukan tingakt pencemaran air kali dendeng yang dapat di nilai dari rata-rata setiap kelompok atau Average score per taxon (ASPT). Alat
ukurnya dengan melakukan pengukuran indek biotik kriteria: 1 � 4 pencemaran
berat, 5- 7 pencemaran sedang, 8 � 10 pencemaran rendah.
2) Debit
air kali dendeng adalah jumlah atau volume air dalam satuan liter, di hitung
dengan menggunakan rumus Q =� A x V,
dimana Q= debit air dalam satuan liter/detik. A= Luas permukaan kali dalam satuan M2.� P=
Kecepatan aliran air dalam satuan meter/detik. Kriteria: 25 � 50 liter/detik
rendah, 51- 100 liter/detik� sedang,
diatas 100 liter/detik� tinggi.
3) Kandungan
kimia air kali dendeng adalah adanya atau masuknya bahan organik atau anorganik
yang berasal dari aktifitas rumah tangga dan industry atau masuknya kandungan
BOD, TSS, SUHU, pH yang dapat mencemari air kali dendeng. Pemeriksaan BOD
dianalisa dengan Titrasi Wingkler, COD dengan analisa Spectrofhotometer,
TSS dengan metode Grafimnetry, sudu dengan alat Thermometer, pH dengan alat pH
meter. Kriteria Memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat berdasarkan PP No 22
Tahun 2021.
4) Kandungan
bakteriologis air kali dendeng adalah adanya atau masuknya kelompok bakteri (E.
Coli) yang berasal dari tinja dan lingkungan, sebagai indikator pencemaran
bekteriologis air kali dendeng. Analisa dengan metode MPN (Most Probible
Number). Kriteria : memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat (PP No 22 Tahun
2021).
F.
Pelaksanaan Penelitian
1.
Kegiatan
survey aktifitas warga yang
menimbulkan pencemaran air
kali dendeng
a)
Alat ukur : Panduan Instrumen
b) Prosedur Kerja :
1) Menyiapkan alat dan bahan survey (Kuisioner, ATK, Tenaga, Jadwal Survei);
2) Pemberitahuan informasi kepada masyarakat;
3) Melakukan
survei sesuai dengan panduan Intrumen;
4) Merekap hasil analis;
5) Menyimpulkan hasil analis
2.
Melakukan pengukuran debit air kali
dendeng
Alat
dan bahan yang disiapkan :
a. �kayu patok
b.
tali
raffia
c. �jam
d.
Kalkulator
e. �Bola pimpong
Prosedur Kerja :
a. �Memasang patok sebanyak 6
patok, 2 patok bagian atas kiri dan kanan kali dendeng, 2 patok bagian tengah
kiri dan kanan kali dendeng, 2 patok bagian bawah kiri dan kanan kali dendeng;
b.
Membentangkan tali raffia pada patok
yang sudah terpasang kea rah memanjang kiri dan kali dendeng, ke arah melebar
kali dendeng bagian atas tengah dan bawah;
c. �Menandai tanda (9 tanda pada
tali rafia kea rah melebar� bagian atas 3
tanda, bagian tengah 3 tanda dan bagian bawah 3 tanda pada masing-masing
pinggir, tengah dan pinggir;
d.
Pengambilan data melalui pengukuran
atara lain : P 1, P2, H1, H2, H3, H4, H5, H6, H7, H8, H9, dan L1, L2, L 3;
e. �Mencatat hasi hasil pengukuran;
f. �Pengambillan data waktu pengaliran air yaitu dengan melepas
bola pimpong pada bagian atas menuju bagian
bawah dan mencatat waktunya;
g.
Pelepasan
bola pingpong sebanyak 5
kali data hasil pengukuran dimasukakan dengan rumus� Q = A x P dimana
Q = debit aliran air dalam satuan liter/detik
A = luas permukaan kali dalam satuan m2 , P = kecepatan aliran air dalam satuan meter/detik;
h.
Mencatat hasil hitungan dan
menyimpulkannya;
i. �pengukuran debit air kali dendeng dilakukan
sebanyak 5 kali.
3.
Menghitung indeks biotik air kali
dendeng
Alat
dan Bahan
:
a. �Mikroskop/
loop
b.
Calkulator
c. �Nampan
d.
Jam
e. �Jaring
f. �Atk
Prosedur Kerja :
a. �Menyiapkan alat dan bahan pengukuran
b.
Menentuhkan titik lokasi pengukuran
(pingir, tengah dan pingir kali)
c. �Penangkapan bentos dengan menggunakan
jarring
d.
Bentos yang di tangkap di cuci dan
dimasukkan ke dalalm cawan perti
e. �Amatai hewan bentos dengan menggunakan Loop
f. �Indentifikasi hewan Bentos
g.
Lakukan analisa indeks biota air
dengan menggunkan rumus IA = A/B
1A=
Nilai rata-rata
A=
Jumlah skor indeks pamantauan kelompok biota
B=
Jumlah Family ynag di temukan dan memiliki skor
h.
Menyimpulkan hasil analisa.
i. Pengukuran
induk biota dilakukan sebanyak 10 kali.
4.
Pemeriksaan kandungan E-Coli,
Total coliform air kali dendeng
Alat
dan bahan
;
a. �Botol sampel
b.
Api
Bunsen
c. �Kapas atau tisu steril
d.
Alkohol
e. �Label pemeriksaan
f. �Wadah atau box penyimpanan sampel
Prosedur kerja ;
g.
Menyiapakan alat dan bahan yang
dibutuhkan
h.
Menentukan titik pengambilan sampel air
i. �Titik sampel yang diambil sebanyak 3 titik
pinggir, tengah,dan pinggi kali.
j. �Pengambilan sampel memperhatikan aspek aseptis
atau steril
k.
Mencelupkan mulut botol kedalam air
kali dengan posisi kemiringan 30��
berlawanan arus.
l. Botol dicelupkan
30cm dr permukaan air kali
m. Menutup mulut botol dan pemberian label pada botol sampel.
n.
Memasukan botol sampel kedalam
wadah untuk dilakukan uji laboratorium.
o.
Menyimpulkan hasil pemeriksaan laboratorium
p.
Pemeriksaan kandugan E-coli dan Total coliform dilakukan
pada daerah hilir, tengah dan hulu dengan 3 titik sampel dan pengulangan sebanyak 6 kali.
5.
Pemeriksaan Logam berat, Kimia dan
limbah pertanian air kali dendeng
Prosedur kerja ;
a. �menyiapkan alat dan bahan secara lengkap
b.
Menentukan titik pengambilan sampel
c. �Melakukan pengambilan sampel berdasarkan ketentuan
d.
Pemberian
label pada botol sampel
e. �Memasukan botol sampel pada wadah atau box penyimpanan sampel melakukan pemeriksaan laboratorium antara lain ;
f. �COD dengan metode titrasi
winkler, BOD dengan metode Grapi metri, TSS dengan metode Spektrofotometer, Suhu
dengan alat thermometer, Ph dengan alat Ph meter, Cu,Ar,Pb,Cd,Organophospat
dengan metode Spektrofotometri
g.
Mencatat hasil pemeriksaan
h.
Menganalisa Hasil pemeriksaan, dan
membandingkan dengan standar permenkes No 32 tahun 2017
i. �Menyimpukan hasil pemeriksaan
j. �Pemeriksaan kandungan BOD,COD,TSS,Suhu,
Ph,Cu,Ar,Pb,Cd dam Organophospat
dilakukan pada daerah hilir tengah dan hulu pada masing 3 titk dengan pengulangan sebanyak 6 kali.
Hasil dan Pembahasan
A.
Hasil Penelitian
1.
Rataan Debit Air Kali Dendeng
Debit
air merupakan volume zat cair yang mengalir pada suatu penampang atau yang
biasa ditampung tiap satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit
dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/dt). Data debit atau aliran
sungai merupakan informasi yang paling penting bagi pengelola sumberdaya air.
Debit puncak (banjir) diperlukan untuk merancang bangunan pengendali banjir.
Sementara data debit aliran kecil diperlukan untuk perencanaan alokasi
(pemanfaatan) air untuk berbagai macam keperluan, terutama pada musim kemarau
panjang. Debit aliran ratarata tahunan dapat memberikan gambaran potensi
sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan dari suatu daerah aliran sungai.
Berdasarkan
hasil pengukuran debit air pada aliran kali dendeng, maka ditemukan hasilnya
sebagai berikut:
Tabel 1
Rata � Rata Hasil Pengukuran Debit Air
Pada Aliran
Kali Dendeng Tahun 2021
No |
Lokasi Pengukuran |
Titik Koordinat |
Debit Air (m3/detik) |
1 |
Titik
I (Hilir_Jembatan Selam) |
10�
9'55.01"S 123�34'42.40"E |
5,27 |
2 |
Titik
II (Tengah_Kali Dendeng) |
10�10'12.10"S 123�34'52.55"E |
3,09 |
3 |
Titik
III (Hulu_Kali Mapoli) |
10�10'51.65"S 123�35'31.96"E |
1,02 |
� Sumber: Data Primer
Terolah, 2021
2. Indeks
Biologi Air Kali Dendeng
Bioindikator
atau indeks biotik adalah kelompok atau komunitas organisme yang keberadaan dan
perilakunya di alam berhubungan dengan kondisi lingkungan, apabila terjadi
perubahan kualitas air maka akan berpengaruh terhadap keberadaan dan perilaku
organisme tersebut, sehingga dapat digunakan sebagai petunjuk kualitas
lingkungan (Triadmojo, 2008).
Hasil
pemantauan indeks biotik pada aliran air kali dendeng terlihat pada tabel
berikut.
Tabel 2
Hasil Pemnatauan Indeks Biotik pada
Aliran Kali Dendeng Tahun 2021
No |
Famili / Spesies |
Jumlah Famili / Spesies |
||
Stasiun I (Hilir_Jembatan Selam) |
Stasiun II (Tengah_Kali Dendeng) |
Stasiun III (Hulu_Kali Mapoli) |
||
1 |
Oligochaeta |
1 |
- |
- |
2 |
Turbellaria |
1 |
- |
- |
3 |
Gastropoda |
- |
1 |
- |
4 |
Water
Spider |
- |
3 |
3 |
5 |
Arachnida |
2 |
2 |
- |
6 |
Ephemeroptera |
- |
- |
2 |
��������� Sumber: Data Primer Terolah, 2021
3. Kandungan
Bakteriologis (E coli) Air Kali Dendeng
Hasil
pemeriksaan terhadap kandungan bakteriologis yang diambil pada tiga titik
pengukuran di aliran air kali dendeng terlihat pada tabel berikut.
Tabel 3
Hasil Pemantauan Kualitas Bakteriologis Air
Pada Aliran Kali Dendeng Tahun 2021
No |
Lokasi
Pengukuran |
Titik Koordinat |
Kandungan E.coli
(MPN/100 ml) |
||
Pengulangan 1 |
Pengulangan 2 |
Rata-rata |
|||
1 |
Titik I (Hilir-Jembatan
Selam) |
10� 9'55.01"S 123�34'42.40"E |
75 |
75 |
75 |
2 |
Titik II (Tengah-Kali Dendeng) |
10�10'12.10"S 123�34'52.55"E |
39 |
39 |
39 |
3 |
Titik III (Hulu-Kali
Mapoli) |
10�10'51.65"S 123�35'31.96"E |
3 |
3 |
3 |
��� Sumber: Data Primer Terolah, 2021
4. Kandungan
Kimia Air Kali Dendeng
a. �BOD
Hasil
pemeriksaan terhadap kandungan BOD yang diambil pada tiga titik pengukuran di
aliran air kali dendeng terlihat pada tabel berikut.
Tabel 4
Hasil Pemantauan Kualitas BOD Air
Pada Aliran Kali Dendeng Tahun 2021
No |
Lokasi
Pengukuran |
Titik Koordinat |
BOD (mg/L) |
||
Pengulangan 1 |
Pengulangan 2 |
Rata-rata |
|||
1 |
Titik I (Hilir-Jembatan
Selam) |
10� 9'55.01"S 123�34'42.40"E |
46,45 |
46,45 |
46,45 |
2 |
Titik II (Tengah-Kali
Dendeng) |
10�10'12.10"S 123�34'52.55"E |
42,87 |
42,87 |
42,87 |
3 |
Titik III (Hulu-Kali
Mapoli) |
10�10'51.65"S 123�35'31.96"E |
3,57 |
3,57 |
3,57 |
��� Sumber: Data Primer Terolah, 2021
b. COD
Hasil
pemeriksaan terhadap kandungan COD yang diambil pada tiga titik pengukuran di
aliran air kali dendeng terlihat pada tabel berikut.
Tabel 5
Hasil Pemantauan Kualitas BOD Air
Pada Aliran Kali Dendeng Tahun 2021
No |
Lokasi Pengukuran |
Titik Koordinat |
COD (mg/L) |
||
Pengulangan
1 |
Pengulangan
2 |
Rata-rata |
|||
1 |
Titik
I (Hilir-Jembatan Selam) |
10�
9'55.01"S 123�34'42.40"E |
265 |
265 |
265 |
2 |
Titik
II (Tengah-Kali Dendeng) |
10�10'12.10"S 123�34'52.55"E |
225 |
225 |
225 |
3 |
Titik
III (Hulu-Kali Mapoli) |
10�10'51.65"S 123�35'31.96"E |
40 |
40 |
40 |
�� Sumber: Data Primer Terolah, 2021
c. �TSS
Hasil
pemeriksaan terhadap kandungan TSS yang diambil pada tiga titik pengukuran di
aliran air kali dendeng terlihat pada tabel berikut.
Tabel 6
Hasil Pemantauan Kualitas TSS Air
Pada Aliran Kali Dendeng Tahun 2021
No |
Lokasi
Pengukuran |
Titik Koordinat |
COD (mg/L) |
||
Pengulangan 1 |
Pengulangan 2 |
Rata-rata |
|||
1 |
Titik I (Hilir-Jembatan
Selam) |
10� 9'55.01"S 123�34'42.40"E |
240.67 |
240.67 |
240.67 |
2 |
Titik II (Tengah-Kali
Dendeng) |
10�10'12.10"S 123�34'52.55"E |
250 |
250 |
250 |
3 |
Titik III (Hulu-Kali
Mapoli) |
10�10'51.65"S 123�35'31.96"E |
42 |
42 |
42 |
�� Sumber: Data Primer Terolah, 2021
d. Suhu
Hasil
pemeriksaan terhadap kualitas suhu yang diambil pada tiga titik pengukuran di
aliran air kali dendeng terlihat pada tabel berikut.
Tabel 7
Hasil Pemantauan Kualitas Suhu Air
Pada Aliran Kali Dendeng Tahun 2021
No |
Lokasi
Pengukuran |
Titik Koordinat |
Suhu (oC) |
||
Pengulangan 1 |
Pengulangan 2 |
Rata-rata |
|||
1 |
Titik I (Hilir-Jembatan
Selam) |
10� 9'55.01"S 123�34'42.40"E |
32 |
32 |
32 |
2 |
Titik II (Tengah-Kali
Dendeng) |
10�10'12.10"S 123�34'52.55"E |
28,57 |
28,57 |
28,57 |
3 |
Titik III (Hulu-Kali
Mapoli) |
10�10'51.65"S 123�35'31.96"E |
28,63 |
28,63 |
28,63 |
Sumber: Data Primer Terolah, 2021
e. �pH
Hasil
pemeriksaan terhadap kualitas pH yang diambil pada tiga titik pengukuran di
aliran air kali dendeng terlihat pada tabel berikut.
Tabel 8
Hasil Pemantauan Kualitas Ph Air
Pada Aliran Kali Dendeng Tahun 2021
No |
Lokasi
Pengukuran |
Titik Koordinat |
pH |
||
Pengulangan 1 |
Pengulangan 2 |
Rata-rata |
|||
1 |
Titik I (Hilir-Jembatan
Selam) |
10� 9'55.01"S 123�34'42.40"E |
7,97 |
7,97 |
7,97 |
2 |
Titik II (Tengah-Kali
Dendeng) |
10�10'12.10"S 123�34'52.55"E |
8,03 |
8,03 |
8,03 |
3 |
Titik III (Hulu-Kali
Mapoli) |
10�10'51.65"S 123�35'31.96"E |
8,03 |
8,03 |
8,03 |
�� Sumber: Data Primer Terolah, 2021
B. Pembahasan
Pada
daerah hulu perairan air kali dendeng dikategorikan sebagai perairan tercemar sedang, kelompok makrozoobentos yang ditemukan
pada titik ini diantaranya berasal dari spesies oligochaeta,
turbellaria, gastropoda, water spider,
arachnida dan ephemeroptera.
Bahwa pada pinggiran kali, aktifitas warga memanfaatkan air untuk aktifitas cuci dan mandi tidak terlalu sering.
Begitu juga dengan penggunaan air disekitar kali tersebut tidak terlalu bersih dan masih adanya sampah
padat yang mengotori lokasi tersebut, sehingga kondisi ini mampu mendukung
beberapa kelompok makrozoobentos untuk bertahan hidup, misalnya; siput, lintah dan cacing.
Untuk daerah
tengah perairan air Kali Dendeng dikategorikan sebagai pencemaran sedang, hal tersebut
karena terdapatnya makrozoobentos jenis nimpalalat, larva lalat batu, kepiting, sehingga dapat memperbesar nilai rata-rata kelompok atau Average Score Per Taxon (ASPT), pada wilayah ini pemanfaatana air serta aktifitas masyarakat tergolong rendah atau dapat
dikatakan jarangnya aktifitas mandi dan cuci, disamping itu kondisi
arus aliran air cukup deras dan berpengaruh pada hasil yang diperoleh termasuk tingkat pencemaran kategori sedang.
Pada
daerah hilir diperoleh kondisi perairan dikategorikan sebagai tercemar berat.
Kelompok makrozoobentos yang ditemukan pada lokasi ini antara lain, siput,
larva sibar, kini-kini, larva pita-pita tak berumah, kumbang air, lintah dan
cacing. Pada perairan ini biasanya memiliki kandungan organic yang sangat
tinggi.pada daerah hilir, air kali dendeng aktifitas warga cukup tinggi yaitu
mandi dan cuci. Karena kondisi tersebut aru aliran air pada bagian ini tidak
terlalu deras. Selain itu kondisi perairan ini telah tercemar oleh limbah
domestic yang dibuang oleh warga yang bertempat tinggal disekitar wialayah kali
dendeng. Kondisi tersebut mengakibatkan banyaknya tumpukan sampah kemudian air
menjadi keruh, proses penguraian terganggu dan gangguan kehidupan biota dalam
air, dan kondisi ini menyebabkan air tercemar.
Hasil
penelitian ini secara keseluruhan menunjukan adanya dampak pencemaran pada air
kali dendeng (pada daerah hulu, hilir dan tengah) tergolong pencemaran sedang
dan berat. Menurut penelitian Rani dan Arifin, (2006) yang memantau komunitas
makrozoobentos sebagai indikator pencemaran perairan, bahwa untuk mengurangi
pencemaran perairan tersebut upaya yang dilakukan untuk limbah rumah tangga
dibuat media peresapan, untuk kotoran manusia dibuat bak penampung kotoran yang
kedap, untuk limbah industry rumah tangga dibuat pengolahan limbah sederhana,
untuk limbah pertanian agar menggunakan bahan kompos alam dan mengurangi
pemanfaatan bahan kimia, untuk sampah padat agar dibuat kompos dan warga tidak
boleh membuang sampahnya ke perairan kali.
Yang
mempengaruhi pencemaran air kali dendeng diantaranya aktifitas rumah tangga
dapat menghasilkan berbagai macam zat organic dan anorganik yang dialirkan
melalui selokan dan akhirnya bermuara diperairan atau di sungai. Selain
mengandung bahan organic dan anorganik limbah rumah tangga juga mengandung
bakteri yang mengandung bibit penyakit. Menurut Smulder (2002) bahwa limbah
rumah tangga yang termasuk berbahaya juga adalah limbah deterjen dari aktifitas
mandi dan cuci. Kandungan limbah tersebut antara lain, surfaktan, CMC (Carboxil
Methyl Celulose), minyak, Calsium, Phosphat, Silikat, pemutih pakaian dan
kandungan tersebut sukar diuraikan oleh mikroorganisma pengurai sehingga dapat
menimbulkan pencemaran air dan gangguan kehidupan biota didalam air. Menurut
Daryanto (2004) limbah pertanian khususnya penggunaan pupuk dapat mencemari air
yang keluar dari system irigasi masuk kedalam perairan. Air dari system irigasi
pertanian biasanya mengandung bahan makanan bagi ganggang dan menyebabkan
terjadinya pertumbuhan ganggang secara cepat. Pertumbuhan tersebut akan
menutupi permukaan badan air dan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangbiakan
ikan serta komponen biotik dari ekosistem yang ada dalam air tersebut. Dan
fenomena ini terjadi pada air kali dendeng pada daerah hilir dan tengah.
Dari
aspek kuantitas bahwa debit perairan kali dendeng (hulu, tengah dan hilir)
diperoleh debit kisaran 1,5 � 5 m3/hari itu dilakukan pengukuran pada musim
kemarau, kondisi aliran air kali dendeng termasuk kondisi aliran kontiyu
sehingga cukup memenuhi syarat untuk diolah sebagai air bersih untuk pemenuhan
kebutuhan air bersih warga kota kota kupang. Menurut Tri Joko dalam bukunya,
Unit Produksi Dalam Sistem Penyediaan Air, metode pengolahan air kali yang
tepat dilakukan adalah dengan metode pengolahan secara lengkap. Metode pengolahan
secara lengkap meliputi :
a) Presedimentasi,
menghilangkan partikel diskret dimana air kali dimasukan dalam bak
prasedimentasi disertai dengan waktu tinggal tertentu.
b) Barscreen,
menghilangkan benda atau padatan berukuran besar misalnya, ranting, dedaunan,
bahan plastic, karena benda tersebut mengganggu proses pengolahan selanjutnya.
c) Koagulasi
dan Flokulasi, penambahan bahan tawas dosis tertentu dengan tujuan
menghilangkan partikel koloid, disertai proses pengadukan cepat, pengadukan
lambat dan waktu tinggal.
d) Sedimentasi,
partikel flokulan yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi
diendapkan pada bak sedimentasi, hasil endapan berupa lumpur diolah
melalui� kolam pengering lumpur.
e) Filtrasi,
prinsip pengolahan melalui media berbutir dan non berbutir (pasir aktif, arang
aktif, pasir silica, andracite) untuk mengurangi bahan pencemar khususnya logam
berat.
f) Klorinasi,
proses disinfeksi air baku menggunakan disinfektan kaporit atau gas chlor untuk
membunuh bakteri, virus, cacing, protozoa pada air kali tersebut.
Melalui
metode pengolahan yang dijelaskan diatas akan diperoleh air bersih yang mutunya
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Untuk mengatasi permasalahan pencemaran
pada kali dendeng yaitu dengan pendekatan kolaborasi yaitu melibatkan warga, pihak
kelurahan, perguruan tinggi, Dinas PUPR serta mengoptimalkan perannya
masing-masing.
Menurut
Dr. Slamet Riyadi, SKM dalam bukunya tentang pencemaran air, kemampuan badan
air untuk mengolah bahan pencemar yang masuk ke perairan ditentukan oleh:
1) Curah
hujan
Curah
hujan yang cukup lama sepanjang musim hujan, dapat mempertahankan
efek pengenceran terhadap setiap buangan didalam perairan.
2) Aliran badan air
Aliran yang lambat
yang cukup lama sepanjang beberapa bulan, keadaan ini tidak
mendukung kemapuan badan air
untuk menjadikan efek pengenceran maupun penguraian terhadap setiap bahan buangan yang dibuang ke perairan,
begitu juga sebaliknya.
3) Kemampuan asimilasi dalam air
Sistem perairan,
beberapa parameter yang penting
untuk proses asimilasi antara lain suhu, kekeruhan, kadar oksigen terlarut semakin tidak memenuhi
syarat parameter tersebut maka proses asimilasi akan terganggu, begitupun sebaliknya.
Dibawah ini ditampilkan peruntukan air kali dan parameter yang wajib
dijaga mutunya. Irigasi, untuk kepentingan pertanian aliran bagian hulu
lbih menguntungkan daripada bagian tengah dan hilir. Parameter yang ditekankan adalah sifat pengantar listriknya maupun total disolved solid, hal tersebut berguna untuk pengairan sawah.
Air
baku sebagai penyediaan air minum, dibutuhkan pengolahan secara lengkap, karena tingkat pencemaran skala luas baik oleh pencemaran domestic, industry, maupun
pertanian sehingga
parameter yang masuk ke perairan sangat beragam antara lain, faecal coliform, total dispended solid, pH,
dissolved oxygen, arsenic, timbal, chroom, cianida, chlorit, phenol.
Perikanan,
ikan merupakan bahan substitusi atau alternative dari berbagai protein hewani.
Beberapa parameter yang penting yang diperhatikan antara lain: logam berat,
oksigen terlarut, suhu, bahan-bahan biodegradable seperti DDT dalam rangkaian
makanan.
Dengan
penjelasan diatas disarankan agar instansi terkait dalam hal ini, balai
lingkungan hidup agar melakukan pengawasan kualitas air kali dendeng secara
rutin dan berkelanjutan untuk mengetahui penyimpangan parameter-parameter
sedini mungkin guna tindak lanjut perbaikan mutu air kali dendeng agar air bisa
dimanfaatkan sesuai peruntukannya.
Berkaitan
dengan nilai ASPT, yaitu ada pencemaran katagori berat dan sedang tidak
terlepas dari proses-proses dalam pencemaran air itu sendiri. Fase-fase dalam
pencemaran air antara lain :
Zona
degradasi, pada fase ini bahan pencemar mengalami degradasi, karena adanya
proses penguraian oleh abkteri aerob sehingga oksigen berkurang sampai dengan
40% sehingga air menjadi keruh sinar matahari tidak menembus kedalam, proses
fotosintesis terganggu.
Zona
dekomposisi, oksigen terlarut berkurang kisaran 40% - 60%, pada akhir fase ini
naik lagi sampai 40%,bila pencemaran ini tidak terus menerus dimasukan bahan
pencemar dalam perairan. Pada fase ini tidak ada kehidupan ikan, karena air
berwarna abu-abu, terjadi kondisi septic, penguraian secara aerob berhenti.
Zona
rehabilitative, oksigen mulai naik sampai kisaran 40% lebih. Kehidupan
makrokosmos mulai nampak, jamur-jamur mulai hilang dan alga mulai timbul
kembali.
Zona
penjernihan, oksigen terlarut normal kembali, proses fotosintesis berjalan
normal dan air kali nampak jernih.
Dari
penjelasan tersebut diatas dapat disarankan bahwa pembuangan air limbah
domestic (cair dan padat) perlu mendapat pengawasan dan sanksi yang ketat oleh
instansi terkait agar perairan air kali dendeng tidak mengalami pencemaran yang
berat sehinggaperbaikan mutu air menjadi rumit yang membutuhkan dana dan tenaga
yang besar.
Indikator
kehidupan biota dalam air pada pecemaran badan-badan air dalam fasenya dan
tanda2 kemampuan untuk menjernihkan air :
a) Fase
Degradasi, indikatornya populasi ikan dan alga mulai menurun, bentuk-bentuk
dari berbagai ganggang mengadakan penyebaran dan pindah dari batu-batuan basah,
caing-cacing merah tumbuh di dasar lumpur, seperti jenis Tubifex dan
Limnodrilus, jamur-jamur air yang tipis mulai nampak, dan protozoa berbuluh
mulai Nampak seperti Carchesium, Epistylis, dan Vorticella.
b) Fase
Dekomposisi, indikatornya bakteri flora mengeluarkan tepung, bakteri anaerob
mengganti peranan aerob pada bawah air, protozoa mulai berkurang kemudian
tumbuh kembali, demikian halnya juga dengan jamur, alga timbul pada bagian
bawah , Tubifex juga muncul dibagian bawah dari air.
c) Fase
Rehabilitatif, indikatornya Protozoa, Crustacea mulai muncul, Fungi mulai
muncul dalam jumlah sedikit, jenis ganggang lebih banyak bermunculan, demikian
juga tumbuh-tumbuhan besar seperti Spongesbryozoans.Organisme dibawah dasar
mulai tumbuh seperti Tubifex, kepah, siput, dan larva-larva insect bermunculan,
demikian juga ikan karper dan lintah.
d) Fase
Penjernihan, indikatornya keadaan pulih kembali ditandai dengan hilir mudiknya
ikan secara tenang.
Berdasarkan
penjelasan diatas, tingkat pencemaran perairan (rendah, sedang dan berat)
dipengaruhi oleh banyaknya limbah (padat dan cair) masuk kedalam perairan air
kali sehingga berpengaruh terhadap aquatic life atau gangguan biota kehidupan
di dalam air. Untuk kondisi tersebut diatas dianjurkan agar warga yang tinggal
di bantaran air kali dendeng (hulu, tengah, hilir) tidak lagi membuang limbah
domestic, limbah pertanian, limbah industry rumah tangga, yang mempengaruhi
mutu air dan peruntukan (pertanian, perikanan, air baku sebagai air minum yang
dimanfaatkan oleh perorangan atau kelompok tertentu.
Kesimpulan
Dari hasil
penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1) Rataan
debit air kali dendeng yang diambil pada tiga titik pengukuran di aliran air
kali dendeng didapatkan debit alirannya pada titik I sebesar 5,27 m3/detik,
titik II sebesar 3,09 m3/detik dan titik III sebesar 1,02 m3/detik.
2) Kualitas perairan (Indek Biologi) air kali dendeng berdasarkan indeks
biologinya dikategorikan sebagai pencemaran berat; 3) Kualitas bakteriologi (E. coli) air kali dendeng pada pada
titik I sebesar 75 MPN/100 ml, titik II sebesar 39 MPN/100 ml dan titik III
sebesar 3 MPN/100 ml; 4) Kandungan BOD air kali dendeng pada pada titik I sebesar 46,45
mg/L, titik II sebesar 42,87 mg/L dan titik III sebesar 3,57 mg/L; 5) Kandungan COD air kali
dendeng pada pada titik I sebesar 265 mg/L, titik II sebesar 225 mg/L dan titik
III sebesar 40 mg/L; 6) Kandungan TSS air kali dendeng pada pada titik I sebesar
240,67 mg/L, titik II sebesar 250 mg/L dan titik III sebesar 42 mg/L; 7)
Rata-rata kualitas suhu air pada air kali dendeng yang diambil pada tiga titik
pengukuran adalah sebesar 29,7 0C dan dikategorikan memenuhi syarat;
8) Rata-rata kualitas pH air pada air kali dendeng yang diambil pada tiga titik
pengukuran adalah sebesar 8,0 dan dikategorikan memenuhi syarat;
Depkes, R. I. (2008). Laporan Riskesdas 2007. Jakarta:
Balitbangkes Kemenkes RI. Google Scholar
Effendi, Hefni. (2003). Telaah kualitas
air bagi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan perairan. Google Scholar
Odum, Eugene P. (1993). Dasar-dasar
Ekologi. Terjemahan Tjahjono Samingan. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta. Google Scholar
Pradinda, Alvizia. (2006). Kajian kualitas
perairan menggunkan bioindikator makrozoobentos di estuari sungai Cisadane dan
Sungai Cidurian Propinsi Banten. SKRIPSI-2006. Google Scholar
Sugiarto. (1984). Penyediaan Air Bersih
Bagi Masyarakat. Pusat pendidikan dan Latihan Pegawai Depkes RI, Tanjung
Karang. Google Scholar
Triadmodjo, B. (2008). Hidrolika
Penerapan. Beta Offset, Yogyakarta. Google Scholar
Trihadiningrum, Y., & Tjondronegoro, I.
(1998). Makro Invertebrata Sebagai Bioindikator Pencemaran Badan Air Tawar Di
Indonesia: Siapkah Kita. Jurnal Lingkungan & Pembangunan, 18(1),
45�60. Google Scholar
Copyright holder: I Gede Putu Arnawa,
Ferry WF Waangsir, Albertus Ata Maran, Ni Made Susilawati (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |