Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, No. 5, Mei 2022
PENGARUH
COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY (CBT) TERHADAP PENGETAHUAN DALAM PENCEGAHAN PADA
INDIVIDU RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER
Dwi Agustian Faruk Ibrahim1, Titin
Andri Wihastuti1, Emi Wuri Wuryaningsih2
Universitas Brawijaya, Indonesia1, Universitas Jember, Indonesia2
Email: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Objective: Penelitian
ini bertujuan mengetahui adanya perubahan pengetahuan individu dalam pencegahan risiko PJK setelah diberikan CBT Background:
PJK merupakan salah satu penyakit tidak menular yang mematikan. Salah satu penyebab terjadinya
PJK adalah kurang pengetahuan individu terhadap faktor risiko PJK yang ada pada dirinya. CBT merupakan terapi yang berfokus pada rekonstruksi pikiran untuk menghasilkan pikiran yang benar dalam menghadapi suatu hal. Study design and
methods: penelitian ini menggunakan quasi eksperimen non equivalent control group dengan
36 respon yang dibagi menjadi dua yaitu
kelompok yang mendapat terapi dan kelompok yang tidak mendapat terapi Result: Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan yang ditandai perbedaan yang sangat tinggi antara kelompok
yang diberi CBT dan kelompok
yang tidak diberi CBT Conclusion:
CBT sangat baik digunakan dalam meningkatkan pengetahuan individu untuk dalam tindakan
pencegahan. Individu yang mendapat CBT dapat mengetahui lebih detil masalah yang terjadi pada dirinya. Implication
for research, policy, and practice: saat seorang individu mengalami kesulitan dalam melakukan pencegahan risiko dari suatu penyakit
makan CBT merupakan salah satu pilihan yang tepat.
Kata Kunci: PJK; CBT; pengetahuan
Abstract
Objective: This study aims to determine the changes in individual
knowledge in preventing CHD risk after being given CBT. Background: CHD is one
of the deadly non-communicable diseases. One of the causes of CHD is a lack of
individual knowledge of the risk factors for CHD that exist in him. CBT is a
therapy that focuses on reconstructing the mind to produce the right thoughts
in dealing with things. Study design and methods: this study used a
quasi-experimental non-equivalent control group with 36 responses divided into
two groups, namely the group receiving therapy and the group not receiving
therapy. Result: The results of this study showed an increase marked by a very
high difference between the groups given CBT and the group that was not given
CBT Conclusion: CBT is very well used in increasing individual knowledge for
preventive actions. Individuals who receive CBT can find out in more detail the
problems that occur to them. Implication for research, policy, and practice:
when an individual has difficulty in preventing the risk of an eating disease,
CBT is one of the right choices.
Keywords: PJK; CBT; knowledge
Pendahuluan
Penelitian bertujuan
membuktikan adanya perubahan perilaku seseorang dengan adanya peningkatan pengetahuan pada individu dengan risiko PJK. Pengetahuan memiliki peranan dalam menentukan
sikap dan mengambil keputusan pada individu, dalam sebuah penelitian
dikemukakan bahwa semakin tinggi pengetahuan maka semakin sadar individu
akan pencegahan sekunder PJK (Indrawati,
2014).
PJK merupakan
salah satu penyebab kematian di dunia, data WHO tahun
2015 PJK menyumbangkan 45% kematian
dari semua penyakit tidak menular. PJK dapat dihindari dengan mencegah terjadinya faktor risiko. Dengan memodifikasi gaya hidup antara
lain melakukan aktivitas fisik secara teratur,
tidak mengkonsumsi rokok dan alkohol, mengontrol kolesterol, mencegah hipertensi dan diabetes sebanding dengan menggunakan obat dalam penanganan PJK (Timmis,
2015).
Cognitive
Behavior Therapy (CBT) merupakan sebuah
terapi dengan pendekatan konseling. Proses CBT menitik beratkan pada restrukturisasi Cognitive
yang menyimpang akibat dari kejadian yang dirasakan merugikan dirinya baik secara
fisik maupun psikis. Strategi pelaksanaan CBT bertujuan meningkatkan aktivitas, mengurangi perilaku yang tidak diinginkan, meningkatkan kepuasan, dan mencapai keterampilan sosial. Penerapan CBT diawali dengan cara restrukturisasi
kognitif guna meluruskan penalaran yang salah
dan selanjutnya membantu mengetahui perilaku yang salah sehingga dapat memilih perilaku yang benar (Stuart,
2012).
Metode Penelitian
Studi
ini menggunakan desain Quasi Experiment Non Equivalent
Control Group. Penelitian ini
dilakukan pada individu dengan risiko PJK yang berjumlah 36 orang. Responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu
kelompok yang diberi terapi CBT dan kelompok yang tidak mendapat CBT. Penelitian dilakukan selama 5 sesi dengan
waktu tatap muka 30 � 45 menit dengan jarak 3 hari untuk setiap
pertemuannya.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Variabel |
n |
Mean Rank |
Sum of Rank |
p value |
Pengetahuan |
|
|
|
|
K. Intervensi |
18 |
26,92 |
484,50 |
0,000 |
K. Kontrol |
18 |
10,08 |
181,50 |
|
Total |
36 |
|
|
|
Uji statistik
menggunakan mann whitney didapatkan hasil perbedaan yang signifikan pada pengetahuan antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol setelah dilakukan terapi pada kelompok intervensi.
B. Pembahasan
Dari hasil
penelitian didapatkan peningkatan pengetahuan yang signifikan pada responden yang mendapatkan CBT. CBT merupakan pendekatan konseling yang memfokuskan pada restrukturisasi kognitif, pendekatan CBT diarahkan kepada modifikasi fungsi berpikir, merasa dan bertindak (Muqodas,
2011). CBT merupakan
salah satu bentuk konseling untuk menambah pengetahuan individu sebagai langkah awal dalam
pencegahan suatu penyakit (Weisberg
& Magidson, 2014). Peneliti
selama proses terapi berupaya untuk meningkatkan pengetahuan responden dengan mengarahkan responden sendiri yang harus menyadari masalah yang ada pada dirinya. Masalah yang harus diidentifikasi responden bukan hanya terkait
apa saja risiko PJK yang ada pada dirinya melainkan kenapa masalah itu ada pada dirinya
dan kenapa masalah tersebut tidak dihindari. Masalah tersebut bermula dari pikiran � pikiran negatif responden yang akhirnya memunculkan pikiran otomatis negatif. Selama terapi berlangsung
responden berhasil mengidentifikasi 2 masalah yang berhubungan dengan risiko PJK antara 1 sampai 2 sesi. Peneliti pada pelaksanaan terapi sesi 1 dan 2 melakukan diskusi dengan cara mengajukan
pertanyaan � pertanyaan terbuka sehingga dapat terjalin kedekatan dan adanya hubungan saling percaya antara terapis dan responden. Peneliti mengajukan pertanyaan sanggahan kepada responden jika responden masih belum mengetahui
pikiran negatifnya yang terus berlanjut sampai responden paham terhadap pikiran negatif dan juga otomatis negatifnya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan dapat ditingkatkan dari hasil diskusi
maupun tanya jawab yang terstruktur (Burger,
Pretorius, Fourie, & Schutte, 2016). Keingintahuan seseorang
tentang penyakit yang dapat membahayakan bahkan mengancam nyawanya mendorong individu tersebut untuk mencari tahu
lebih lanjut (Cajanding,
2016). Dengan
berusaha membangkitkan rasa
ingin tahu secara mandiri dengan diskusi terstruktur dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Blake
et al., 2017).
Kesimpulan
CBT sangat membantu
dalam proses pencegahan risiko penyakit jantung coroner. CBT membantu individu dalam meningkatkan pengetahuannya dengan cara membimbing
individu untuk mengetahui pikiran negative yang menyebabkan individu tersebut melakukan kegiatan yang salah dan selanjutnya
membimbing individu melakukan perlawan dengan membangkitkan pikiran positif agar individu dapat memilih kemudian melakukan kegiatan yang sesuai.
Blake, Matthew J., Snoep, Lian, Raniti,
Monika, Schwartz, Orli, Waloszek, Joanna M., Simmons, Julian G., Murray, Greg,
Blake, Laura, Landau, Elizabeth R., & Dahl, Ronald E. (2017). A
cognitive-behavioral and mindfulness-based group sleep intervention improves
behavior problems in at-risk adolescents by improving perceived sleep quality. Behaviour
Research and Therapy, 99, 147�156.
Burger, Adele, Pretorius, Ronel, Fourie,
Carla M. T., & Schutte, Aletta E. (2016). The relationship between
cardiovascular risk factors and knowledge of cardiovascular disease in African
men in the North-West Province. Health Sa Gesondheid, 21,
364�371.
Cajanding, Ruff Joseph Macale. (2016). The
effectiveness of a Nurse-Led cognitive�behavioral therapy on the quality of
life, self-esteem and mood among Filipino patients living with heart failure: a
randomized controlled trial. Applied Nursing Research, 31, 86�93.
Indrawati, Lina. (2014). Hubungan antara
pengetahuan, sikap, persepsi, motivasi, dukungan keluarga dan sumber informasi
pasien penyakit jantung koroner dengan tindakan pencegahan sekunder faktor
risiko (studi kasus di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta). Jurnal Ilmiah Widya,
1(1).
Muqodas, Idat. (2011). Cognitive-behaviour
theraphy: Solusi pendekatan praktek konseling di Indonesia. Alumni Magister
Bimbingan Dan Konseling Sekolah Pascasarjana UPI.
Stuart, Gail W. (2012). Principles and
practice of psychiatric nursing, ed 10, St. Louis.
Timmis, Adam. (2015). Acute coronary
syndromes. Bmj, 351.
Weisberg, Risa B., & Magidson, Jessica
F. (2014). Integrating cognitive behavioral therapy into primary care settings.
Cognitive and Behavioral Practice, Vol. 21, pp. 247�251. Elsevier.
Copyright holder: Dwi Agustian Faruk Ibrahim, Titin Andri Wihastuti,
Emi Wuri Wuryaningsih (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |