Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 5, Mei 2022
YESUS KRISTUS SANG
JURUSELAMAT
Daniel S. Tjandra
Dosen Sekolah
Tinggi Teologi Ikat Jakarta, Indonesia
Email:
[email protected]
Abstrak
Artikel ini memiliki tujuan untuk menjelaskan
atau menjabarkan tentang Yesus Kristus Sang Juruselamat dimulai dari
keselamatan dalam perjanjian Lama dan perjanjian Baru, pertobatan dan
keselamatan, Yesus Kristus sebagai keselamatan, iman dan keselamatan sehingga
membentuk sebuah kerangka konseptual yang kemudian dapat menjadi sebuah
pertimbangan dalam penghayatan iman Kristiani dalam memandang Yesus Kristus
sebagai juruselamat dalam dirinya secara pribadi.
Kata Kunci: dosa; juruselamat; keselamatan; Yesus Kristus
Abstract
This article has the aim of explaining or describing Jesus Christ the Savior starting from salvation in the Old and New Testaments, repentance and salvation, Jesus Christ as salvation, faith and salvation so as to form a conceptual framework which can then be a consideration in living the Christian faith. in seeing Jesus Christ as his own personal savior.
Keywords: Jesus Christ; safety; savior; sin
Pendahuluan
Keselamatan
merupakan topik yang menarik untuk dibahas
baik dikalangan masyarakat awam, maupun dalam kalangan
akademisi teologi. Kepada siapa manusia
mempercayakan keselamatannya
menjadi perenungan mendalam disepanjang perjalanan hidup manusia tersebut.
�� Berbagai pandangan tentang keselamatan turut mewarnai perjalanan iman kristen dalam beberapa
Abad belakangan.Istilah �keselamatan� menyangkut paut sebagai salah satu doktrin Kristen yang utama, yakni dalam
hubungan dengan pekerjaan Allah untuk menyelamatkan manusia berdosa.
�� Pandangan Paulus tentang keselamatan, tidak hanya melihat pada pemakaian kata Sozo dan Soteria namun juga kata apolutrosis (penebusan), dikatozis (pembenaran), katallage (pendamaian). Hal ini disebabkan pengertian Paulus mengenai karya penyelamatan Allah bukan hanya pada pemakaian soteria.
�� Keselamatan merupakan suatu istilah yang luas, yang dapat mencakup aspek-aspek kebenaran lainnya yang terkandung dalam pembenaran, pendamaian, dan penebusan.
�� A.M.
Hunter berpendapat bahwa pusat teologia Paulus adalah keselamatan, sedangkan ajaran tentang keselamatan dalam kitab Injil Sinoptik adalah ajaran Yesus sendiri.
Walaupun terdapat tantangan dari penganut �from feschichte� yang mengatakan bahwa isi kitab Sinoptik adalah ajaran gereja
mula-mula dan bukan oleh Yesus sendiri.
�� Keselamatan ini tentunya sangat terkait dengan status keberdosaan manusia sejak manusia
jatuh kedalam dosa hingga kini
manusia mendapatkan dosa warisan dari
Adam dan Hawa. Keselamatan
yang menjadi fokus manusia tidak dapat
dilepaskan dari keberadaan sang penyelamat tersebut, seorang yang tentunya mampu menyelamatkan manusia dari keterputusan hubungannya dengan Allah.
�� Keselamatan yang diperoleh tentunya bukan sebuah perjuangan ataupun usaha yang dilakukan oleh manusia untuk mencapainya. Agama yang mengajarakan manusia untuk menggapai keselamatan tersebut nyatanya tidak mampu membawa manusia
tersebut berjumpa dengan Allah yang menciptakan mereka. Tentunya tidak ada cara
lain yang dilakukan untuk manusia memperoleh keselamatan selain dari pernyataan diri Allah sebagai manusia untuk menyelamatkan
manusia.
�� Perjanjian Lama merupakan gambaran atau tipologi
dari maha karya Allah dalam diri Yesus Kristus
untuk menyelamatkan manusia. Perjanjian Lama juga menyampaikan janji-janji tentang keselamatan atau yang sering dikenal dengan pesan mesianik. Dalam Perjanjian Baru akan melihat
berapa luar biasanya Allah yang telah berjanji dengan berbagai perantaraan nabi di masa Perjanjian Lama digenapi satu persatu
melalui kehidupan Yesus Kristus selama
tiga puluh tiga tahun di dalam
dunia. Oleh darah yang tercurah
di kayu salib menjadi puncak keselamatan yang disediakan oleh
Allah dalam diri Yesus Kristus bagi
manusia, sehingga manusia yang percaya kepada karya Yesus
beroleh keselamatan.
Metode
Penelitian
Artikel ini
menggunakan metode deskriptif dengan tinjauan kepustakaan dari berbagai
literatur yang telah ada. Kemudian menganalisis dengan pandangan yang baru
untuk menemukan pemahaman tentang keselamatan dari sudut pandang manusia yang
berdosa sehingga menjadi bahan kajian dalam penelitian atau studi lanjutan.
Hasil dan Pembahasan
Yesus
Juruselamat dalam Perjanjian Lama
Keselamatan yang dalam bahasa Ibrani digunakan
dengan kata y�shu�a העוּשׁי yang memiliki
pengertian kesejahteraan, kemakmuran, pembebasan, keselamatan oleh Tuhan terkhusus dari kejahatan secara eksternal dan sering kali dimasukkan kedalam kondisi spiritual.(Agatha,
2020)
Kata keselamatan dalam Perjanjian Lama menggunakan kata yasha� �עשי beserta dengan kata turunannya, kata tersebut tercatat 353 kali dalam Perjanjian Lama. Kata yasha memiliki konotasi kebebasan atau keselamatan, biasanya datang dari tempat
lain atau diluar wilayah
yang mengalami penderitaan.
Pribadi yang membawa yasha ini disebut sebagai
�juruselamat�. Kata tersebut
lambat laun dipakai dalam ranah
teologi (Keluaran 2:17).
Nabi Yesaya bernubuat tentang lahir seorang
Juruselamat, dia bernubuat �sebab itu Tuhan sendirilah
yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda. Sesungguhnya seorang anak dara
akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki,
dan ia akan namakan Dia Imanuel
(Yesaya 9:5).
�� Alkitab memuat ayat yang menyatakan tentang keselamatan (kausatif), dalam Perjanjian Lama ada pernyataan Allah yang monumental
bahwa hanya Dialah Juruselamat (Ibrani: Moshia) atau keselematan
(Moshaah).
�� Keselamatan dalam ranah
Perjanjian Lama dapat dipahami sebagai perbuatan Allah yang melakukan pembebasan ataupun pemeliharaan dari penindasan dan kesengsaraan, dalam konteks ini
terdapat pemahaman bahwa mereka terbebas
dari musuh-musuh, kesehatan dan pemeliharaan. Dapat dipahami bahwa konsep keselamatan
Allah dalam Perjanjian Lama
merupakan konsep keselamatan yang ditujukan secara pribadi atau secara perorangan
(perbudakan) kemudian secara nasional yang merujuk kepada umatNya dan kepada keselamatatan bangsa-bangsa yang didalamnya juga terdapat konsep keselamatan secara moril dan rohani. (H.A
Oppusunggu, 1997)
Yesus
Juruselamat dalam Perjanjian Baru
Perjanjian Baru dengan jelas menggambarkan
Yesus sebagai Juruselamat manusia. Yesus menyelamatkan manusia yang beriman saat dia memberikan
hidupnya sebagai korban persembahan untuk mendamaikan manusia dengan Allah di kayu Salib (Matius 20:28). Perjanjian Baru menyebutkan Yesus sebagai Juruselamat Dunia dalam (1 Yohanes 4:14) dan dalam Kisah Para Rasul 4:12 mengatakan �dan keselamatan hanya ada melalui
dia, karena tidak ada nama
lain yang Allah pilih diantaran
manusia di bumi yang akan menyelamatkan manusia.
�� Yesus �merasakan kematian demi semua manusia� yang beriman kepadaNYA (Ibrani 2:9; Yohanes 3:16) lalu �Allah membangkitkan Dia diantara orang mati�, dan Yesus pun kembali ke Surga
sebagai makhluk Roh (Kis 3:15). Di sana, Yesus bisa
�menyelamatkan manusia yang
mendekati Allah melalui
DIA, karena Dia selalu hidup sehingga
bisa memohon bagi mereka (Ibrani
7:25)�.
�� Kita semua adalah, manusia berdosa (Roma 3:23) Dosa menjadi penghalang antara kita dengan
Allah. Dosa juga mengakibatkan
kematian (Roma 6:23), tetapi
Yesus menjadi �pembela� orang-orang yang beriman
kepada korban tebusannya (1
Yohanes 2:1). Karena Dia sudah mengobankan nyawanya sebagai tebusan, dia bisa
memohon demi kepentingan
orang-orang yang beriman.
�� Yesus meminta kepada Allah agar Dia mendengarkan doa mereka dan mengampuni dosa-dosa (Matius 1:21; Roma 8:34). Allah menjawab
permintaan Yesus, karena hal itu
sejalan dengan kehendakNYA. Allah mengutus Yesus ke Dunia supaya Dunia diselamatkan melalui DIA (Yohanes 3:17). Untuk bisa selamat
hanya ada satu cara yakni
percaya kepada Yesus.
Pertobatan
dan Keselamatan
Kitab Kejadian 3 menggambarkan tentang kondisi dan status manusia di hadapan Allah. Pelanggaran manusia memakan buah pengetahuan
yang baik dan jahat mengubah status manusia yang benar menjadi berdosa.
Kondisi ini terus terjadi dalam
seluruh keturunan Adam dan Hawa.
Perlu disadari bahwa hakikat manusia
merupakan makhluk berdosa, karena keberdosaan ini membuat manusia memiliki status yang terpisah dari Allah, terdapat jurang yang tak bisa terlampaui oleh manusia. Dengan kata lain ada keterpisahan manusia dengan Allah, manusia tidak dapat
menggapai Allah, demikian
juga ketika Allah yang penuh
dengan keMaha Kuasaan mencoba menghampiri manusia maka akan menghanguskan
manusia.
Memang Alkitab tidak menjelaskan secara eksprisit tentang asal muasal
hadirnya dosa, namun Alkitab memberikan
gambaran tentang kejatuhan manusia pertama ke dalam
dosa. Kejadian 4:7 adalah pertama kali kata dosa itu muncul,
tetapi dalam Kejadian 3 dapat dilihat bahwa perbuatan
dosa itu sudah ada dan akibatnya
juga sudah tergambar dengan jelas.
Tindakan ketidaktaatan dalam diri manusia terhadap
setiap perintah Allah dalam hal ini
melanggar memakan buah pengetahuan yang baik dan jahat, mengakibatkan kehidupan mereka terpisah dari Allah. Keterpisahan dari Allah ini memiliki dua dimensi
dimana yang pertama mereka terpisah dari Allah yaitu diusir dari taman
Eden dan tidak dapat berjumpa dengan Allah secara langsung (Kejadian 3:23). Dimensi kedua adalah keterpisahan
dengan Allah secara kekal, yakni kematian
kekal (Roma 6:23).
Dosa dalam Perjanjian Baru merupakan sebuah tema yang dibahas secara berkesinambungan, dari pengajaran Paulus yang merujuk kepada Perjanjian Lama baik secara nyata maupun
tersirat bagaimana manusia jatuh ke
dalam dosa, akibat yang dihasilkan dosa (Roma 5:12-21), dan dosa secara universal (Roma 3:10-20). (W.S.Lasor,
2007)
�� Perspektif dosa dalam
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru memiliki kesamaan, dimana yang dimaksud
adalah dosa sebagai tindakan aktif (Roma 1:21-23; Efesus 22:1-3), baik dalam
hati, pikiran ataupun tindakan yang menggambarkan pemberontakan kepada Allah
dan hukum-hukumNYA (Yohanes1:11; 1 Yohanes 3:4; Roma 8:7) dan konsekuensi yang
ditimbulkan dari dosa itu (Roma 3:23, 6:23). (Yonky
Karman, 2007)
�� Dosa menurut Merriam Webster
Dictionary diartikan sebagai
�sin� adalah sebuah �transgression of the law of God; a vitiated
state of human nature in which the self is estranged from God�. Sementara Westminster Confession of Faith menjelaskan �every
sin, both original an actual, transgresses the righteous law of god and brings
guilt on the sinner�. Sedangkan Westmister Shorter Caterchism menjelaskan �Sin is
any want of conformity unto, or� transgression of, the law of God�.
Denan demikian dosa diartikan sebagai pemberontakan terhadap Sang Pencipta, terhadap hukum-hukumnya, serta penyangkalan terhadap strukturNya.(Lukito,
2019)
Pertobatan memang menjadi berita yang selalu disampaikan dalam Perjanjian Lama oleh para nabi (Ulangan 30:10; II Raja-Raja
17:13; Yeremia 8:6; Yehezkiel
14:6; 18:30). Pertobatan ini
juga merupakan tema dalam Perjanjian baru dimana Yohanes
Pembaptis (Matius 3:2;
Markus 1:15), Yesus Kristus
(Matius 4:17; Lukas 13:3-5), kedua
belas murid (Markus 6:12), dan secara
khusus kotbah Petrus pada hari Pentakosta (Kisah Para Rasul 2:38 banding 3:19), dan pokok kotbah Paulus (Kisah Para Rasul 20:21;26:20).(Thiessen, Doerksen,
& Pos 46 -Malang, 1977)
Yohanes Pembaptis menekankan pertobatan dan menyatakan bahwa Tuhan mengampuni dosa mereka yang mengaku dan bertobat (Matius 3:2-6; Lukas 3:3-4). Sesuai
dengan ajaran Perjanjian Lama, Yohanes meyakini bahwa pengakuan dosa dan pengampunan dosa serta pertobatan merupakan prasyarat untuk menikmati keselamatan atau masuk ke dalam
kerajaan Allah.
Yesus juga sepaham dengan Yohanes tentang perlunya pertobatan untuk masuk ke dalam
Kerajaan Allah (Markus 1:15). Pertobatan menyarankan adanya dosa yang daripadanya orang harus bertobat.
Paulus dalam Roma 5:10 menggunakan kata Echtroi yang memiliki
pengertian musuh Allah.
Roma 3:23 mengatakan terpisah
dari kemuliaan Allah bandingkan dengan pandangan Paulus yang melihat manusia sebagai ciptaan Allah Efesus 3:9; Kolose 1:16. Akan tetapi Paulus menekankan bahwa dosa manusia menyebabkan
manusia tidak mungkin hidup memuliakan
Sang Pencipta sebagaimana seharusnya (Roma 1:21; 1 Korintus
1:21). Pemahaman Paulus dapat
dilihat lebih jelas melalui pandangan
tentang Kosmos. Dunia yang memang diciptakan oleh Allah Roma 1:21 tetapi
melalui dosa Adam kematian masuk ke dalam Dunia, Dunia takluk menuju kebinasaan
(Roma 5:12, 8:20).
Pertobatan pada hakikatnya
merupakan sebuah status perubahan dalam ranah pikiran. Namun, jika dilihat
dalam ranah yang lebih luas maka
pertobatan akan mencakup pikiran, perasaan hati dan kehendak. Unsur yang menyangkut pikiran maksudnya adalah perubahan dalam cara pandang. Cara pandang terhadap dosa, Allah dan diri sendiri. Dosa sekarang
dipandang sebagai sebuah kesalahan yang dilakukan secara pribadi. Allah dalam perspektif yang baru harus diakui bahwa
DIA yang menuntut sebuah kemutlakkan secara sah terhadap kebenaran
dan keadaan diri saat ini sudah
terpuruk dan tidak memiliki kemampuan (Roma 3:20;
banding Ayub 42:5,6; Mazmur
51:5; Lukas 15:17,18; Roma 1:32). Unsur yang menyangkut perasaan hati adalah sebuah
perubahan perasaan. Sikap yang melihat diri yang sedih atas dosa dan mengharapkan
pengampunan (Mazmur 51:3; II
Korintus 7:9,10; Matius 21:32;
27:3). Dan unsur yang menyangkut
kehendak adalah terlihatnya sebuah perubahan kehendak, kecenderungan hati dan tujuan. Kondisi ini merupakan tindakan
yang tercermin dalam batiniah untuk meningggalkan dosa (Roma 2:4; Kisah Para Rasul 2:38).(Thiessen et al., 1977)
Yesus
Kristus sebagai keselematan
����������� Matius 1:1 menjelaskan
tentang bagaimana Yesus sebagai �anak Daud� dari kata silsilah yang terdapat dalam ayat tersebut
�origin� (asal muasal) atau �nativity� (keaslian berdasarkan kelahiran), �source�
(sumber). Yesus memang keturunan Abraham dan keturunan Daud seperti yang diungkapkan oleh ayat tersebut. Dengan demikian menjelaskan bahwa Yesus sebagai
satu-satunya pewaris yang berhak menerima janji Allah kepada Abraham dan
Daud. Meskipun kerajaan
Daud terpecah setelah kematian raja Salomo, Israel
Utara dimusnahkan oleh Asyur
dan Israel Selatan mengalami pembuangan
ke Babel. Namun, berita tentang seorang Mesias akan muncul dari
keturunan Daud terus menjadi inti pemberitaan nabi-nabi.(Ambesa,
2010)
����������� Paulus berbicara dengan terus terang
bahwa setiap manusia yang tidak percaya kepada Yesus tidak akan
mampu berbuat apapun. Setiap orang tidak diselamatkan dengan melakukan perbuatan baik, atau percaya kepada
Yesus ditambah dengan melakukan ritual keagamaan, percaya Yesus ditambah dengan baptisan, dan apapun. Kita diselamatkan hanya oleh percaya Yesus Kristus. Yesus Kristus telah
melakukan korban persembahan
untuk menyucikan manusia dengan darahNYA yang tercurah di kayu Salib. Yohanes
6:37 mengatakan �barangsiapa
datang kepadaKu, ia tidak akan
Kubuang�. Setiap kita yang percaya, datang kepadanya diselamatkan, mengalami kelahiran kembali, menjadi ciptaan yang baru, disucikan, putih bersih dan suci. Itulah karya
Allah yang menyelamatkan kita.(Khotbah,
Pemikiran, & Criswell, 2006)
����������� Yesus yang disebut
sebagai �Kristus� digunakan dalam Perjanjian Baru sebanyak 529 kali terutama dalam tulisan-tulisan yang diungkapkan
oleh Paulus sebanyak 379 kali. Kata �Kristus� ini merupakan
transliterasi dari sebuah kata yang berarti �diurapi�, kata ini sepadan dengan kata �Mesias�. Baik dalam
Perjanjian Lama ada sejumlah orang yang diurapi terutama raja-raja �yang diurapi Tuhan� (1 Samuel 16:6; II Samuel 1:14). Pengurapan
tersebut menandakan bahwa seseorang memiliki tugas khusus, dalam hal
ini Yesus Kristus merupakan orang yang diurapi dengan tugas khusus yang harus dilakukan, tugas khusus tersebut
adalah menyelamatakan manusia dari dosa
dengan cara mengorbankan diriNya sendiri sebagai korban penghapusan dosa.(Ladd, 1999)
����������� Melihat kepada
kematian Yesus perlu direnungkan mengenai Yesus Kristus sebagai cawan dan roti dalam perjamuan paskah (pesakh: Ibrani). Yesus mengubungkan kedua hal tersebut dengan
tubuhNya yang akan diserahkan untuk semua orang. artinya diriNya sendiri ditangkap, disiksa dan dibunuh di kayu salib untuk menggenapkan
rencan BapaNya, penebusan manusia dari kutuk dosa
(maut). Cawan tersebut berisikan darahNya yang akan ditumpahkan untuk membasuh dosa semua
orang darah ini menjadi materai �perjanjian yang diperbarui� (Ibrani: Brit Khadsha). (Penghapusan &
Umat, 2015)
Iman
dan Keselamatan
Iman dalam
Perjanjian Baru menggunakan kata benda �pistis� yang merupakan kata kerja dari �pisteuo�
dimana kata tersebut dapat dilihat sebanyak
240 kali dan kata sifat �pistos�
sebanyak 67 kali. Dari kata tersebut
iman diartikan sebagai sikap dimana
orang melepaskan segala usaha yang dilakukan untuk memperoleh keselamatan, kemudian mengandalkan Yesus Kristus dan mengharapkan keselamatan dari padaNYA. Kata �Pistis� ini dalam bahasa Yunani Klasik memmpunyai arti : (1) sebuah kepastian yang dilandaskan kepada kepercayaan dari diri sendiri
dan pengakuannya yang berlandaskan
pada penelitian pribadi (2)
rasa percaya diri sendiri dimana kepercayaan seseorang bersandar. Kepercayaan yang bukan hanya tentang
pengetahuan secara intelektual, namun kepada kepercayaan presuposisi dimana terdapat hubungan pribadi orang tersebut dengan objek yang dia percayai, dengan
kata lain sesuatu dari dirinya sendiri yang mau bersandar pada orang lain.(Kristian,
2019)
Segala perbuatan
manusia �seperti kain kotor� dalam
pandangan Allah (Yesaya
64:6). Oleh karena manusia seperti itu maka
tidak ada cara lain untuk menyelamatkan mereka dari keberdosaan. Baik Abraham maupun orang percaya saat ini
hanya menemukan satu cara untuk
memperoleh keselamatan, yaitu melalui percaya
kepada Tuhan. Allah memperhitungkan imannya sebagai kebenaran, kekudusan dan oleh anugerah orang
percaya diselamatkan karena percaya dan bukan kebenaran atau usaha kita
sendiri. Ini adalah karunia pemberian Allah, bukan hasil usaha kita
sendiri.(Khotbah et al., 2006)
Keselamatan adalah anugerah Allah, didalam nya terdapat
aspek iman yang tidak dapat dipisahkan, iman
terlihat dalam setiap
sejarah yang
dicatat di dalam
Alkitab (Nuh, Abraham dan
tokoh-tokoh Alkitab lainnya).
Iman yang
diperlihatkan dalam kisah Abraham ini bukanlah mengenai
pengetahuan kognitif tentang
Yesus dari Nazaret, namun isi iman
Abraham dan
umat dalam� Perjanjian �Lama �pada umumnya,� belum �sampai� mencakup� pribadi� dan� karya �Yesus. Abraham beriman
kepada
Allah yang hidup dan berbicara kepadanya (Kejadian 12:1-4, 7, 15:1-6).
�Allah yang
dikenal Abraham hanya percaya
kepada janji-janji Allah, Allah yang
mengontrol bangsa-bangsa
(Kej
14:22), yang membangkitkan
bangsa-bangsa dan para raja (Kej 17:6), yang mengadili bangsa-bangsa
(Kej 13:13; 15:14), yang
memberikan
tanah
kepada siapa saja menurut
keinginannya
(Kej 13:15), yang mengirimkan
sampar
(Kej 12:17), yang melidungi
umatNya
(Kej 15:1), hakim yang adil (Kej 18:25). Iman
kepada
Allah seperti demikian sudah
cukup untuk menyelamatkan
Abraham (bnd. 11:8). Hal ini bukan
berarti keselamatan dalam
Perjanjian Lama tidak
berhubungan dengan
Kristus. Sekalipun
isi iman umat Perjanjian Lama dan
Perjanjian
Baru
tidak
sepenuhnya sama, keselamatan
dalam Perjanjian Lama bukannya sama sekali tidak
berdasarkan
Kristus. Alkitab dalam Perjanjian Baru menegaskan
bahwa keselamtan seluruhnya berdasarkan penebusan Kristus dan kematian-Nya meniadakan
dosa secara sempurna (bnd. Ibr10:1-14; Rm 3:21-25). Yesus telah dipilih sebagai kurban penebusa dosa
sebelum Perjanjian Lama. Bagi Allah tidak
ada dasar lain untuk keselamatan, yakni penebusan dan pengampunan dosa hanya
terjadi
lewat tercurahnya darah Yesus. (Yonky
Karman, 2007)
Kemudian sistem kurban dalam Perjanjian Lama
sendiri menjadi suatu bayang-bayang dari realitas
keselamatan
itu sendiri, sebab
jelas bahwa kurban-kurban dalam Perjanjian
Lama sendiri tidak dapat menghapus dosa manusia. Korban Perjanjian Lama menunjuk kepada korban Kristus
yang selama-lamanya menghapus dosa
seluruh dunia. (Purwanto,
2017).
Kesimpulan
Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru menggambarkan hal yang sama tentang keberdosaan
manusia. Manusia memiliki nature dosa di dalam dirinya, keberdosaan manusia memisahkan antara dia dengan Allah. Manusia memerlukan pertobatan dan iman untuk menerima karya keselamatan yang diberikan Allah melalui dan di dalam diri Yesus
Kristus. Yesus Kristus menjadi korban penghapusan dosa yang telah dijanjikan dalam Perjanjian Lama dan digenapi di dalam Perjanjian Baru melalui peristiwa Golgota. Kematian Kristus memberikan kepada manusia yang percaya sebuah keselamatan hidup kekal. Yesus hadir
kedalam dunia sebagai Juruselamat umat manusia, memulihkan hubungan antara manusia dengan Allah yang dahulu rusak
BIBLIOGRAFI
Agatha, R. D. (2020). Makalah Dosa Dan Keselamatan Dalam
Perjanjian Lama Ribka Dian Agatha Surabaya, Oktober 2020.
Ambesa, S. (2010). Asal Muasal Yesus Adalah Kristus Matius
Menurut Matius 1:1-17. 17, 1�5.
Karman, Yonky. (2007). Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama:
Dari Kanon Sampai Doa. Jakarta. Gunung Mulia
Khotbah, K., Pemikiran, /, & Criswell, W. A. (2006). Diselamatkan
Oleh Anugerah (Soteriologi) Diterbitkan Oleh: Sekolah Tinggi Teologi Injili
Philadelphia. 1�173. Www.Sttip.Com
Kristian, A. B. (2019). Makna Iman Dalam Perjanjian Baru. Excelsis
Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, Dan Pendidikan, 3(2), 27�33. Https://Doi.Org/10.51730/Ed.V3i2.14
Ladd, G. E. (1999). Teologi Perjanjian Baru. Jilid 2,
1�443.
Lukito, Daniel Lukas (2019). Pudarnya Konsep Dosa Dalam Dunia
Kekinian-Doktrin Tentang Dosa. Malang: Literatur Saat
Penghapusan, B., & Umat, D. (2015). 1 | Buletin Iji
Vol 3/April 2015. 3(April), 1�29.
Purwanto, Ani Teguh. (2017). Arti Korban Menurut Kitab
Imamat. Kerusso, Volume 2 Number 2. September 2017.13-14
Thiessen, H. C., Doerksen, V. D., & Pos 46 -Malang, K.
(1977). Teologi Sistematika Oleh Direvisi Oleh. 681.
Walters G. & B.A. Milne. Penj. H.A. Oppusunggu. (1997).
Ensiklopedia Alkitab Masa Kini 2. Jakarta, Omf. 375
W. S. Lasor. (2008). Pengantar Perjanjian Lama 1: Taurat Dan
Sejarah. Jakarta. Gunung Mulia. 28
Copyright holder: Daniel S. Tjandra
(2022) |
First publication
right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is
licensed under: |