Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 5, Mei 2022

 

PENGARUH RATIONAL EMOTIF THERAPY TERHADAP BUDAYA KEJAWEN DI JAWA

 

Bunga Verawati, Feni Agustina, Grestia Ananta, Tiara Haliza, Nurhayati

Mahasiswa Bimbingan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi, Indonesia

Email: [email protected][email protected], [email protected][email protected], [email protected]

 

Abstrak

Muncul dan menyebarnya agama Islam dengan campuran budaya Jawa atau Islam Kejawen di Yogyakarta, tidak lepas dari bagaimana sejarah masuknya Islam di Jawa. Agama Islam masuk di Jawa yang diawali oleh kerajaan Mataram, yang disebut sebagai kerajaan kedua yang menganut agama Islam setelah kerajaan Demak. Rational Emotif Therapy (RET) adalah sistem psikoterapi yang mengajarkan orang bagaimana perasaan sistem kepercayaan tentang berbagai peristiwa kehidupan dan memutuskan bagaimana bertindak. Fokus terapi ini adalah pada terapi kognitif karena ini tentang bagaimana pemikiran mempengaruhi emosi. Urie Bronfenbenner dalam beberapa tulisan kajiannya menjelaskan sebuah teori yang membantu memahami bagaimana individu berkembang dalam lapisan konteks keunikan lingkungan atau ekologi. Kejawen (bahasa Jawa Kejaw�n) adalah sebuah kepercayaan yang terutama dianut di pulau Jawa oleh suku Jawa dan suku bangsa lainnya yang menetap di Jawa. Terdapat hubungan yang saling terkait antara kepercayaan jawa dengan agama islam. Dimana penganut agama islam di jawa tidak terlepas dari ritual-ritual budaya jawa seperti selamatan, nyekar, dan lain-lain.Islam kejawen adalah salah satu bentuk dari proses panjang pribumisasi Islam. Keberadaan Islam Kejawen, dalam kerangka sosiologis, tidak perlu dipertentangkan karena merupakan budaya religius Jawa-Islam. Begitu juga dalam perspektif teologis, Islam Kejawen harus dihargai keberadaannya karena merupakan hasil olah rasa dan olah fikir (ijtihad) para ulama dan teolog Jawa dalam memahami dan mengaktualisasikan nilai-nilai religi dalam kultur lokal.

 

Kata Kunci: Budaya, Jawa, Kejawen

 

Abstract

The emergence and spread of Islam with a mixture of Javanese culture or Kejawen Islam in Yogyakarta, cannot be separated from the history of the entry of Islam in Java. Islam entered Java, which was initiated by the Mataram kingdom, which was called the second kingdom to embrace Islam after the Demak kingdom. Rational Emotive Therapy (RET) is a system of psychotherapy that teaches people how to feel, believe about events and decide how to act. The focus of this therapy is on cognitive therapy because it is about how thoughts affect emotions. Urie Bronfenbenner in several of his research writings describes a theory that helps understand how individuals develop in layers of unique environmental or ecological contexts. Kejawen (Javanese Kejaw�n) is a belief that is mainly held on the island of Java by the Javanese and other ethnic groups who live in Java. There is an interrelated relationship between Javanese beliefs and Islam. Where Islam in Java is inseparable from Javanese cultural rituals such as salvation, nyekar, and others. Kejawen Islam is one form of the long process of indigenizing Islam. The existence of Kejawen Islam, in a sociological framework, need not be contested because it is a Javanese-Islamic religious culture. Likewise, from a theological perspective, Javanese Islam must be appreciated because it is the result of the taste and thought (ijtihad) of Javanese scholars and theologians in understanding and actualizing religious values ​​in local culture.
 
Keywords: Culture, Javanese, Javanese

 

Pendahuluan

Istilah Kejawen dipakai masyarakat untuk menyebut budaya dan tradisi di eks kerajaan Mataram Islam baik yang berada di Yogyakarta (Kasultanan dan Pakualaman) maupun Surakarta (Kasunanan dan Mangkunegaran) dan daerah-daerah di sekitarnya seperti daerah-daerah di eks karesidenan Surakarta, Malang, Madiun hingga Kediri (Bakri, 2014:35). Muncul dan menyebarnya agama Islam dengan campuran budaya Jawa atau Islam Kejawen di Yogyakarta, tidak lepas dari bagaimana sejarah masuknya Islam di Jawa. Agama Islam masuk di Jawa yang diawali oleh kerajaan Mataram, yang disebut sebagai kerajaan kedua yang menganut agama Islam setelah kerajaan Demak. Dari sini juga bagaimana agama Islam dan budaya Jawa dapat bersatu dan berkembang dengan baik di kehidupan masyarakat Jawa.

Rational Emotive Therapy adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat.

DEFINISI RATIONAL EMOTIF THERAPY (RET)

Rational Emotif Therapy (RET) adalah sistem psikoterapi yang mengajarkan orang bagaimana perasaan sistem kepercayaan tentang berbagai peristiwa kehidupan dan memutuskan bagaimana bertindak. Fokus terapi ini adalah pada terapi kognitif karena ini tentang bagaimana pemikiran mempengaruhi emosi.

Terapi ini diperkenalkan pada tahun 1955 oleh Albert Ellis, seorang psikolog klinis. Terapi ini awalnya bernama Terapi Rasional, namun karena banyak orang yang salah kaprah percaya bahwa mengeksplorasi emosi klien tidak begitu penting bagi Ellis.

MANFAAT RATIONAL EMOTIF THERAPY (RET)

�� Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan sel-actualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif. Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, serta rasa marah.

 

TEKNIK KONSELING RATIONAL EMOTIF THERAPY (RET)

�� Urie Bronfenbenner dalam beberapa tulisan kajiannya menjelaskan sebuah teori yang membantu memahami bagaimana individu berkembang dalam lapisan konteks keunikan lingkungan atau ekologi. Secara umum, teori ini membantu memahami bagaimana budaya atau kultur dan berbagai pengalaman sosialisasi membentuk perkembangan individu. Bronfenbenner menjelaskan bahwa individu yang berkembang dipandang sebagai partisipan aktif dalam proses belajar. Istilah �ekologis� yang dikenalkannya mengacu pada konteks individu dalam berbagai situasi yang menyediakan berbagai macam pola hubungan atau interaksi social, serta aturan-aturan dan kesepakatan sosial yang bermanfaat untuk pembentukan tingkah laku (Guerra, Boxer, Kim, 2005; Izzaty, 2008).

Strategi konseling dengan memanfaatkan kearifan budaya lokal menjadi salah satu alternatif dalam penguatan karakter kebangsaan. Konseling berbasis kearifan budaya lokal merupakan sebuah konseling yang dibangun dengan dasar-dasar kondisi sosiologis, psikologis dan kearifan nilai-nilai budaya lokal pada setiap etnik.Riyanta dan Tadjri (2015) menyusun model bimbingan kelompok berbasis budaya �NiBuYo� yang selama ini berkembang pada masyarakat Yogyakarta.

Tujuan utamanya adalah proses pemberian bantuan oleh pemimpin kelompok kepada para anggota kelompok melalui suasana kelompok yang berlandaskan dan diwarnai nilai-nilai budaya Yogyakarta, baik falsafah hidup maupun unggah-ungguh, yang memungkinkan para anggota kelompok mengalami peningkatan sikap dan perilaku yang dibutuhkan dalam hubungan interpersonal yang sehat. Dalam hal ini kita bisa menirunya untuk konseling kepada masyarakat yang menganut kejawen melalui bimbingan dan konseling kelompok.

Konseling dilakukan secara bertahap dan konseling dilakukan tanpa membuat klien merasa bosan tentu saja menggunakan bahasa yang efektif. Disini kita bisa menyampaikan apakah yang dilakukan itu benar atau tidak. Hal ini dilakukan karena ada beberapa ritual yang terkadang sangat negatif dan merusak lingkungan sekitar.

�� Pandangan pendekatan emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu Activating event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC rasional

1.   Activating event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.

2.   Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau sistem keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan karena itu menjadi produktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan atau sistem berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan karena itu tidak produktif.

3.   Emotionalconsequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.

�� Adapun langkah-langkah Rational Emotif Therapy (RET) yaitu sebagai berikut.

1.   Terapis berusaha menunjukkan bahwa cara berpikir klien harus logis kemudian membantu bagaimana dan mengapa klien sampai pada cara seperti itu, menunjukkan pola hubungan antara pikiran logis dan perasaan yang tidak bahagia atau dengan gangguan emosi yang di alaminya.

2.   Menunjukkan kepada klien bahwa ia mampu mempertahankan perilakunya maka akan terganggu dan cara pikirnya yang tidak logis inilah yang menyebabkan masih adanya gangguan sebagaimana yang di rasakan.

3.   Bertujuan mengubah cara berpikir klien dengan membuang cara berpikir yang tidak logis

4.   Dalam hal ini konselor menugaskan klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata.

DEFINISI KEJAWEN

�� Kejawen (bahasa Jawa Kejaw�n) adalah sebuah kepercayaan yang terutama dianut di pulau Jawa oleh suku Jawa dan suku bangsa lainnya yang menetap di Jawa. Di bidang keagamaan kejawen merupakan perpaduan agama asli nenek moyang bangsa Indonesia dengan agama Hindu-Budha (khususnya aliran Tantra).

Menurut Prabowo, dkk (2003:9), Islam dan budaya Jawa memiliki hubungan yang bisa diibaratkan seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, yang juga dari kedua sisi tersebut dapat menentukan bagaimana nilai mata uang. Di satu sisi dapat dimaknai sebagai agama Islam yang masuk dan berkembang di wilayah Jawa yang kemudian dipengaruhi oleh budaya Jawa. Sedangkan, di sisi lain dalam budaya Islam sendiri kian banyak berisi akan khazanah Islam.

Budaya masyarakat yang masih begitu kental, yaitu kejawen asli yang merupakan perpaduan antara Jawa-Hindu, karena sebelum agama Islam masuk dan menyebar disana, sebagian besar penduduk atau masyarakatnya adalah penganut agama Hindu. Kepercayaan masyarakat Jawa akan hal mistik rupanya juga telah ada dan menjadi turun-temurun dari para leluhurnya terdahulu. Oleh karena itu, diperlukan cara atau strategi yang baru dan cerdik agar agama Islam bisa diterima dan masyarakat Jawa dapat dengan senang hati mau untuk memeluk agama Islam. Untuk dapat menarik hati masyarakat Jawa agar dapat menerima agama Islam dengan baik dan mau untuk memeluk agama Islam, ulama seperti da�i ataupun para wali akhirnya menggunakan pendekatan sosial-budaya atau kultural dalam menyebarkan agama Islam, yaitu dengan tidak menghilangkan tradisi asli masyarakat Jawa dan menyematkan ajaran agama Islam di dalamnya atau memadukan dari ajaran Islam dengan kebudayaan asli masyarakat Jawa. Dari perpaduan budaya dan ajaran tersebut, pada akhirnya agama Islam bisa diterima dengan baik, dan masyarakatnya pun dengan senang hati mau untuk memeluk agama Islam tanpa adanya unsur paksaan.

Menurut Koentjaraningrat, 184, Hadikusuma, 1993 dalam Khalim (2011:1), Islam Kejawen atau Agami Jawi, merupakan suatu paham keagamaan yang memiliki perpaduan antara kepercayaan asli Jawa (animisme-dinamisme) dengan agama Hindu-Budha yanga ada sejak jaman Majapahit serta adanya pengaruh juga Islam yang berasal dari Jaman Kerajaan Demak. Menurut Bakri & Muhadiyatiningsih (2019:23), pada Islamisasi di Jawa telah terjadi sinkretisme kultural yang biasanya dialami oleh lebih dari satu atau dua entitas yang sama-sama saling membutuhkan dukungan demi meneguhkan eksistensi miliknya.

Istilah Kejawen dipakai masyarakat untuk menyebut budaya dan tradisi di eks kerajaan Mataram Islam baik yang berada di Yogyakarta (Kasultanan dan Pakualaman) maupun Surakarta (Kasunanan dan Mangkunegaran) dan daerah-daerah di sekitarnya seperti daerah-daerah di eks karesidenan Surakarta, Malang, Madiun hingga Kediri (Bakri, 2014:35). Muncul dan menyebarnya agama Islam dengan campuran budaya Jawa atau Islam Kejawen di Yogyakarta, tidak lepas dari bagaimana sejarah masuknya Islam di Jawa. Agama Islam masuk di Jawa yang diawali oleh kerajaan Mataram, yang disebut sebagai kerajaan kedua yang menganut agama Islam setelah kerajaan Demak. Dari sini juga bagaimana agama Islam dan budaya Jawa dapat bersatu dan berkembang dengan baik di kehidupan masyarakat Jawa, khususnya masyarakat Yogyakarta.

Agama-agama yang datang di tanah Jawa sebelum agama Islam sangat berpengaruh terhadap adat-istiadat, pandangan hidup,sistemkeyakinan,danberbagaitata-carakeagamaandalamkehidupansehari-harinya.Beberapafenomenayang muncul dari kepercayaan mereka adalah kepercayaan pemujaan terhadap para dewa, atau para dayang, dan berbagai hantu. Unsur agama tidak lepas dari pemujaan (cult) yang merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan objek tertentu yang dianggap suci. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Malinowski, bahwa perasaan, sikap, dan hubungan yang memiliki nilai misteri yang terkait dengan dirinya sehingga tidak dapat dirasionalisasikannya.

Bagi orangJawa, yang dalam hal ini disebut dengan kejawen, adalah masyarakat yang memiliki pendekatan kebatinan atau rasa dalam diri manusia untuk mencapai eksistensi yang tinggi sebagai manusia. Tentunya, mencakup pandangan orang Jawa terhadap

dunia Jawa, laku, dan olah batin bagi kejawen. Kaitan dengan masalah lahir dan batin, Niels Mulder menyatakan bahwa inti penting dari kejawen adalah kebatinan, yaitu elaborasi kehidupan batin dan diri manusia. Dengan demikian, orang kejawen memiliki tujuan yang tertinggi sebagai manusiayangmemilikikesempurnaanhidupmelaluipraktikolahbatin.Olahbatinsebagaiprosesharmonisasimenuju ketenangan, kebahagiaan, dan kejujuran dalam hidup untuk menuju sangkan paran kang dumadhi. Salah satu aliran kejawen, yaitu Pangestu memiliki ajaran Trisila, yang merupakan ajaran penyembahan dari hati dan pikiran terhadap tripurusa. Ajaran Trisila adalah Eling yang berarti sadar atau ingat. Kesadaran berarti membuat manusia merasa bahwa dirinya ada dan sedang melakukan sesuatu. Eling kepada Tripurusa berarti ingat bahwa manusia mempunyai kewajiban untuk selalu taat kepada Tuhan Sang Pencipta. Pracaya, yaitu sesuatu yang mutlak diperlukan, jika manusia ingin menyatu dengan Tuhan. Mituhu, berarti taat melaksanakan perintah Tuhan.

PENGARUH KEJAWEN

Rumah dengan demikian merupakan gaya hidup seseorang. Bagi masyarakat tradisional Jawa, rumah bukan dianggap sebagai bangunan fisik saja, namun sebagai cerminan diri masyarakat Jawa yang menjunjung tinggi ajaran dan nilai-nilai budaya. Rumah dan pemiliknya loro-loroning atunggal atau sebuah kebersatuan antara jagad ageng dan jagad alit. Maka simbol dan ritual yang ada pada rumah Jawa dimaksud agar nilai-nilai filosofi kejawen ini selalu diulang, sehingga selalu diingat dan digunakan sebagai pedoman hidup karena terbiasa. Semakin kuat nilai yang dipilih, maka semakin kuat pengaruhnilai atas kehidupannya.

Perilaku kejawen ialah perilaku yang dijiwai oleh nilai-nilai budaya Jawa, yang pada sebagian besar telah dipengaruhi oleh ajaran Islam (mistik Islam). Adapun bentuk-bentuk kegiatan Islam kejawen di Desa Bajulan Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk di antaranya adalah upacara pernikahan, upacara tingkeban atau mitoni, upacara kelahiran, upacara sunatan atau khitanan, upacara kematian, nyadran, bersih desa, upacara peringatan hari lahir Nabi Muhammad Saw., dan upacara nifsu sya�ban pada pertengahan bulan sya�ban (ruwah).

Metode untuk menyinergikan nilai keagamaan dengan kearifan budanya lokal dalam perspektif agama dalam mewujudkan dan menciptakan lingkungan yang madani di Desa Bajulan Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk adalah dengan cara sebagai berikut dakwah bil hal, merintis kegiatan Islami, Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), pendidikan agama Islam, strategi infiltrasi budaya, strategi ta�lim atau pendidikan, dan strategi sentimentil.

Penerapan metode untuk menyinergikan nilai keagamaan dengan kearifan budanya lokal dalam perspektif agama dalam mewujudkan dan menciptakan lingkungan yang madani di Desa Bajulan Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk dengan cara menerapkan dakwah bil hal, merintis kegiatan Islami, Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), pendidikan agama Islam, pembentukan dirasah Islamiyah untuk orang tua, istighosah, dan kegiatan praktek shalat.

Aliran Kepercayaan Kejawen Prasetyo Manunggal Karso merupakan perwakilan dari kepercayaan yang diyakini kelompok masyarakat tertentu di Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali. Karena dalam Aliran Kepercayaan Kejawen Prasetyo Manunggal Karso ini bukan hanya terdiri dari satu agama saja, maka hal ini menunjukkan wujud dari sikap pluralisme masyarakat Indonesia. Ada berbagai macam alasan mengapa terbentuknya aliran-aliran tersebut, karena memang mungkin karena faktor kebutuhan rohani ataupun kebutuhan spiritual kelompok masyarakat tertentu. Selain itu terdapat pula kitab-kitab suci yang diyakini masing-masing aliran tersebut yang tersebar luas di Indonesia. Terdapat pula pokok-pokok ajaran yang berbeda antara aliran kepercayaan yang satu dengan yang lainnya. Cara peribadatannya juga berbeda-beda. Alat perlengkapan yang digunakan untuk ritual, serta ritual-ritual adatnya juga pasti beragam yang mencerminkan budaya setempat.

Ajaran spiritual agama diperlukan masyarakat modern adalah yang mampu memberikan kepuasan spiritual dan ketenangan batin, bukan ajaran agama yang � dalam metodenya � hanya menekankan formalitas. Alternatif solusi yang dapat menyelamatkan masyarakat modern dari berbagai masalah yang mereka hadapi adalah dengan kembali kepada jati diri dimana ia tumbuh berkembang dengan kearifan lokal yang melingkupinya. Dalam filsafat Jawa dinyatakan bahwa manusia selalu berada dalam hubungan dengan lingkungannya, yaitu Tuhan dan alam semesta serta menyadari kesatuannya. Demikian pula dalam mempergunakan kodrati kemampuannya selalu diusahakan kesatuan cipta-rasa-karsa. Hal ini berlainan dengan filsafat Barat, dimana cipta dilepaskan

 

Kesimpulan

Terdapat hubungan yang saling terkait antara kepercayaan Jawa dengan agama Islam. Dimana penganut agama Islam di Jawa tidak terlepas dari ritual-ritual budaya Jawa seperti selamatan, nyekar, dan lain-lain. Kepercayaan yang didapat merupakan hasil dari proses kognitif yang dikaitkan dengan teori representasi sosial dalam pembentukannya. Kepercayaan pengunjung akan ritual-ritual gunung yang dapat memberikan keberkahan dan kesuksesan juga menjadikan arahan dalam pembentukan perilaku. Sehingga seseorang akan melakukan sesuatu hal pasti di dasarkan pada kepercayaan bahwa perilaku tersebut sesuai dengan apa yang dia yakini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Aji Sofanudin, E. S. Dkk. (2019). Jurnal Penelitian Agama Dan Masyarakat. In Jurnal Penamas (Vol. 32, Issue 1).

 

Candra Ulfatun Nisa1, H. S. D. A. P. (2020). Adat Kejawen Ngalor-Ngetan Sebagai Alasan Adhalnya Wali Ditinjau Dari PerspektifUrfdalam Hukum Islam. Jurnal Magister Hukum Udayana, 9(1).

 

Shinta Emilia Ervita, A. I. D. H. N. (2018). Makna Dan Fungsi Mantra Kejawen Aji Seduluran Bagi Kehidupan Kolektif Masyarakat Kecamatan Pager Rejo Kabupaten Mojokerto Jawa Timur. Aksara Jurnal Bahasa Dan Sastra, 19(2).

 

Boanergis, Y., Daan Engel, J., & Samiyono Universitas Kristen Satya Wacana, D. (2019). Tradisi Mitoni Sebagai Perekat Sosial Budaya Masyarakat Jawa. In Jurnal Ilmu Budaya (Vol. 16, Issue 1).

 

Budiati, A. C. (N.D.). Aktualisasi Diri Perempuan Dalam Sistem Budaya Jawa (Persepsi Perempuan Terhadap Nilai-Nilai Budaya Jawa Dalam Mengaktualisasikan Diri).

 

Fakultas, R. A., Tarbiyah, I., & Keguruan, D. (2017). Persimpangan Antara Agama Dan Budaya (Proses Akulturasi Islam Dengan Slametan Dalam Budaya Jawa) (Vol. 06). Http://Jurnal.Radenfatah.Ac.Id/Index.Php/Intelektualita

 

Faridatus, N., Imah, S. �, Pravitasari, N. V., & Winaryati, E. (2020). Analisis Praktik-Praktik Islam Kejawen Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat Era Modern (Studi Kasus Di Desa X Kabupaten Grobogan). 17(1). Https://Doi.Org/10.24014/Sb.V17i1.9092

 

Farjantoky, B., & Kunci, K. (2018). Pendekatan Realitas Berbasis Nilai Budaya JawaBerpikir PositifUntuk Mereduksi Pikiran Negatif Remaja. In Seminar Nasional Bimbingan Dan Konseling) (Vol. 2, Issue 1). Online. Http://Prosiding.Unipma.Ac.Id/Index.Php/Snbk/Index

 

Habsyi, B. A., & Habsy, B. A. (2018). Konseling Rasional Emotif Perilaku: Sebuah Tinjauan Filosofis. Http://Ijec.Ejournal.Id/Index.Php/Counseling/Article/View/25

Chaliya Elisabet T. (2021). Okultisme Kejawen. The Way Jurnal Teologi Dan Kependidikan, 7(2), 79�94. Https://Doi.Org/10.54793/Teologi-Dan-Kependidikan.V7i2.68

 

Sulistyorini, D. (N.D.). Mistisisme Islam-Jawa Dalam Ritual Haul R.M. Iman Soedjono Di Pasarean Gunung Kawi.

 

Kusuma, Y. R., & Lestari, N. S. (2018). Legenda Ular Dalam Budaya Jawa. Jurnal Ikadbudi, 7.

 

Mahmudah, N., & Saputera, A. R. A. (2019). Tradisi Ritual Kematian Islam Kejawen Ditinjau Dari Sosiologi Hukum Islam. Analisis: Jurnal Studi Keislaman, 19(1), 177�192. Https://Doi.Org/10.24042/Ajsk.V19i1.3868

 

Makhmudah, S., Tinggi, S., Isalam, A., & Ula, M. �. (2017). Jurnal Konseling Dan Pendidikan Mensinergikan Nilai-Nilai Keagamaan Dengan Kearifan Lokal Sebagai Upaya Mewujudkan Masyarakat Madani (Studi Kasus Komunitas Keagamaan Kejawen Di Desa Bajulan Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk). 5(1), 11�19. Http://Jurnal.Konselingindonesia.Com

 

Munna, U. L., & Ayundasari, L. (2021). Islam Kejawen: Lahirnya Akulturasi Islam Dengan Budaya Jawa Di Yogyakarta. Jurnal Integrasi Dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial, 1(3), 317�325. Https://Doi.Org/10.17977/Um063v1i3p317-325

 

Novelia, I. (2019). Al-Quran Dalam Perspektif Masyarakat Islam Kejawen Dan Implikasinya Dalam Kehidupan Praksis. Maghza: Jurnal Ilmu Al-Qur�an Dan Tafsir, 4(1), 108�122. Https://Doi.Org/10.24090/Maghza.V4i1.2839

 

Prakoso, B. P., & Wilianto, H. (2020). Penerapan Konsep Kejawen Pada Rumah Tradisional Jawa. Arteks : Jurnal Teknik Arsitektur, 5(2). Https://Doi.Org/10.30822/Arteks.V5i2.219

 

Saputri, E. W., & Purnomo, D. B. (N.D.). Mistik Kejawen Dalam Serat Buddha Kresna-Gotama: Suntingan Dan Pembacaan Kritis Teks Jawa Klasik.

 

Tjahjono, P. (2018). Peranan Kejawen Dan Islam Dalam Praktik Ziarah Serta Upacara Labuhan Di Parangkusuma, Yogyakarta. In Dunamis (Vol. 3, Issue 1). Http://Www.Sttintheos.Ac.Id/E-Journal/Index.Php/Dunamis

 

Copyright holder:

Bunga Verawati, Feni Agustina, Grestia Ananta, Tiara Haliza, Nurhayati (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: