Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 5, Mei 2022
NILAI-NILAI DAKWAH ISLAM DALAM RITUAL RITI-RITI UNTUK MENINGKATKAN
AQIDAH KEAGAMAAN
Moh Amin, Wahyu Nur Fauzan
Universitas
Sains Alqur�an Jawa Tengah
di Wonosobo, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk melihat bagaimana makna yang terkandung dalam prosesi, makna dan nilai-nilai dakwah yang terkandung dalam ritual riti-riti masyarakat Jawa di desa Siwarak kecamatan Karangreja kabupaten Purbalingga Jawa Tengah. Ritual riti-riti adalah syukuran atas kehamilan pertama seorang wanita setelah mencapai usia kandungan tujuh bulan yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, khususnya di Desa Siwarak, Kecamatan Karangreja, kabupaten Purbalingga. Upacara ini dilaksanakan semata-mata untuk mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT karena telah diberikan amanah berupa jabang bayi (calon bayi) yang telah mencapai usia tujuh bulan, syukuran ini dilaksanakan oleh masyarakat muslim tanpa membedakan status dan sosialnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode etnografi. Studi etnografi atau kebudayaan yaitu mendeskripsikan dan menginterpretasikan budaya, kelompok sosial atau sistem. Proses penelitian etnografi dilaksanakan di lapangan dalam waktu yang cukup lama, alamiah dengan para partisipan, dalam berbagai bentuk kesempatan kegiatan, serta mengumpulkan dokumen-dokumen dan benda-benda. Temuan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ritual riti-riti adalah rangkaian prosesi ungkapam rasa syukur atas kehamilan yang pertama dari seorang ibu untuk yang pertama kalinya, yang diawali dengan mengumpulkan bocah angon, keluarga dan masyarakat sekitar, kemudian bocah angon dan wanita yang sedang hamil mandi disungai, ketika pulang membawa batu setelah itu prosesi pelemparan batu kemudian diakhiri dengan kepungan dan doa bersama. Makna yang terkandung dalam ritual riti-riti diantaranya adalah ungkapan rasa syukur, menumbuhkan rasa social dan mempererat hubungan tali silaturahmi sesame manusia. Nilai-nilai dakwah dalam ritual riti-riti antara lain nilai silaturahim, nilai sedekah dan nilai syukur.
Kata kunci: dakwah
islam; ritual riti-riti;
aqidah keagamaan
Abstract
This paper aims to see how the
meaning contained in the procession, the meaning and values of
Da'wah contained in the rituals of the Javanese people in Siwarak
village, Karangreja sub-district, Purbalingga
District, Central Java. Riti-riti rituals are thanksgiving
for a woman's first pregnancy after reaching the age of seven months of
pregnancy carried out by the Javanese community, especially in Siwarak Village, Karangreja
District, Purbalingga Regency. This ceremony is
carried out solely to express gratitude to Allah SWT for having been given a
mandate in the form of a baby (prospective baby) who has reached the age of
seven months, this thanksgiving is carried out by the Muslim community
regardless of status and social status. This study uses a qualitative research
approach with ethnographic methods. Ethnographic or cultural studies are
describing and interpreting culture, social groups, or systems. The process of
ethnographic research is carried out in the field for a long time, naturally
with the participants, in various forms of activity opportunities, as well as
collecting documents and objects. The findings in this study can be concluded
that the riti-riti ritual is a series of processions
of expressing gratitude for the first pregnancy of a mother for the first time,
which begins with gathering the angon boy, his family, and the surrounding
community, then the angon boy and the pregnant woman take a bath. on the river,
when you come home with stones, after that the stone-throwing procession ends
with a siege and a prayer together. The meanings contained in the rituals
include expressions of gratitude, fostering a sense of sociality, and
strengthening the relationship between human beings. The values
of da'wah in rituals include the value of friendship, the value
of alms, and the value of gratitude.
Keywords: islamic da�wah; ritual
riti-riti; religious aqidah
Pendahuluan
Islam
memiliki nilai yang
universal sepanjang zaman. Namun
demikian Islam selalu memunculkan dengan baik ketika menghadapi
masyarakat yang dijumpainya
dengan beraneka ragam budaya, adat
kebiasan atau tradisi.� Islam merespon budaya lokal dan membuka diri untuk menerima
budaya lokal tersebut sepanjang budaya tersebut tidak bertentangan dengan Al-Qur�an dan Sunnah. Bahkan
Islam mampu mentasformasikan
nilai yang dimilikinya kedalam berbagai budaya yang masih bersinggungan serta mengakultrasi budaya lokal menjadi lebih
baik dan bermakna (Syarifah, 2016).
Sebagai budaya yang mengalami akulturasi dengan Islam, ritual riti � riti yang tidak terlepas dari pengaruh
budaya dalam agama Islam. Artinya, terdapat nilai � nilai Islam didalamnya. Hal ini diungkapkan dengan Jalaludin bahwa tradisi sudah
berakar ada di pulau Jawa yang mengandung nilai � nilai yang sangat penting dan berkaitan dengan agama yang dianut oleh masyarakat tersebut. Hal tersebut tidak bisa dipungkiri bahwa pada kenyataannya kebudayaan merupakan salah satu identitas suatu bangsa (Dayak, 2004).
Kebudayaan adalah buah
budi manusia yaitu hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni
zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi
berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai (Wijayanto, 2017).
Pengertian yang tidak jauh berbeda perihal Kebudayaan adalah kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat dan
kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh sekumpulan anggota masyarakat (Rusdi, Mulyadi, & Afan, 2020).
Suatu kebudayaan
masyarakat tertentu pastinya mempunyai unsur-unsur dari suatu kebudayaan
seperti yang sudah dijelaskan oleh (Koentjaraningrat,
2015) berpendapat bahwa terdapat tujuh unsur kebudayaan diantaranya; 1)
Sistem religi dan upacara keagamaan; 2) Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan;
3) Sistem Pengetahuan; 4) Bahasa; 5) Kesenian; 6) Sistem Mata Pencaharian
Hidup; 7) Sistem Teknologi dan peralatan. Didalam Islam mengajarkan agar
manusia dalam hidup itu bisa lentur, tapi bukan berarti akan mudah terpengaruh
oleh hal-hal buruk.tuntutan zaman dengan model keterbukaan informasi dan
komunikasi dapat dimanfaatkan untuk memperkuat posisi budaya local (Soewargono, 2012).
Didalam Islam dakwah
adalah sebuah keniscayaan dalam agama islam, karena Islam disebarkan oleh Nabi
Muhammad SAW melalui jalan dakwah. Oleh karena itu, Islam termasuk dalam
kategori agama dakwah yang menjadikan dakwah sebagai kewajiban bagi seluruh
penduduknya (Amin, 2009). Hal tersebut
ditegaskan dalam Q.S Ali Imran/3: 104.
وَلْتَكُنْ
مِنْكُمْ
أُمَّةٌ
يَدْعُونَ إِلَى
الْخَيْرِ
وَيَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ
وَيَنْهَوْنَ
عَنِ
الْمُنْكَرِ
ۚ
وَأُولَٰئِكَ
هُمُ
الْمُفْلِحُونَ�� { ٤.
١}
Artinya:�Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma�ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung�.
Seiring dengan perkembangan zaman, aspek kehidupan manusia dipermudah dengan adanya sistem
digital, tak terkecuali kegiatan dakwah. Kini media dakwah kontemporer sangat beragam dan bahkan tidak dapat dibatasi
lagi pengguna dan sasarannya, media internet yang semuanya
dapat difungsikan untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah. Dakwah merupakan fenomena kegamaan yang ideal dan juga fenomena
sosial yang rasional,
actual dan empiris sebagai sunatullah.
Dalam
budaya Indonesia pada setiap
daerahnya memiliki khas keunikan dan sejarah tersendiri. Salah satu dari kebudayaan daerah yang terdapat di Indonesia
adalah yang dilakukan oleh masyarakat Jawa atau suku Jawa. Masyarakat Jawa adalah
kesatuan hidup orang-orang
Jawa yang berinteraksi menurut
suatu sistem adat-istiadat sistem norma, dan sistem budaya Jawa yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama yaitu orang Jawa. Contoh
budaya tersebut yaitu bahasa, pakaian, rumah, alat musik, lagu daerah, serta
acara adat atau yang sering dikenal dengan tradisi, atau ritual-ritual
tertentu (Muchammad Ismail, 2013).
Contoh ritual pernikahan, kehamilan dari empat bulan, tujuh bulan, kelahiran,
pemberian nama, mencukur rambut (nyukur), sunatan bagi anak laki-laki sampai
kematian (Chafidh & Asrori, 2006).
Masyarakat Indonesia
khususnya pulau Jawa sangat memegang erat tradisi kebudayaan dan ritual,
umumnya ritual kehamilan yang dilakukan secara turun-menurun oleh masyarakat
Indonesia, ada yang masih asli atau tanpa adanya perpaduan ajaran-ajaran agam
dan ada yang telah berakulturasi dengan baik. Contoh ritual-ritual syukuran
kehamilan yang telah berakulturasi dengan ajaran Islam yaitu tujuh bulan
kandungan biasa disebut dengan Riti-Riti.
Riti-Riti
atau kehamilan berusia sekitar tujuh bulan, yaitu ketika kandungan dirasakan
sudah berbobot dan berbeban, maka diadakan upacara atau ritual yang biasa
disebut mitoni atau tingkepan (Chafidh & Asrori, 2006),
tetapi di daerah Desa Siwarak Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalinga Jawa
Tengah, lebih dikenal dengan istilah Ritual Riti-riti.
Ritual riti-riti
adalah syukuran atas kehamilan pertama seorang wanita setelah mencapai usia
kandungan tujuh bulan yang dilakukan oleh masyarakat Jawa (Chafidh & Asrori, 2006),
khususnya di Desa Siwarak, Kecamatan Karangreja, kabupaten Purbalingga. Upacara
ini dilaksanakan semata-mata untuk mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT
karena telah diberikan amanah berupa jabang bayi (calon bayi) yang telah
mencapai usia tujuh bulan, syukuran ini dilaksanakan oleh masyarakat muslim
tanpa membedakan status dan sosialnya. Dengan bersyukur terhadap apa yang telah
diberikan Allah kepada makhluknya, maka sesuatu yang disyukuri akan dilipat
gandakan. Seperti firman Allah SWT dalam penggalan QS. Al-A�raf� ayat 189:
هُوَ
الَّذِي
خَلَقَكُمْ
مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ
وَجَعَلَ
مِنْهَا
زَوْجَهَا
لِيَسْكُنَ
إِلَيْهَا ۖ
فَلَمَّا
تَغَشَّاهَا
حَمَلَتْ
حَمْلًا
خَفِيفًا
فَمَرَّتْ
بِهِ ۖ فَلَمَّا
أَثْقَلَتْ
دَعَوَا
اللَّهَ رَبَّهُمَا
لَئِنْ
آتَيْتَنَا
صَالِحًا
لَنَكُونَنَّ
مِنَ الشَّاكِرِينَ ﴿۱٨٩﴾
Artinya: Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang
satu(Adam) dan daripadanya Dia menciptakan pasangannya,� agar dia merasa senang kepadanya. Maka
setelah dicampurinya, (istrinya) mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah
dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian ketika dia merasa berat, keduanya
(suami istri) bermohon kepada Allah, Tuhan Mereka (seraya berkata), �Jika
Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami akan selalu
bersyukur.� (QS. Al-A�raf ayat 189)
Mengungkap rasa syukur kepada Allah SWT sangatlah banyak dan beragam caranya, seperti menjalankan apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi semua apa yang dilarang-Nya dan menjauhi semua apa yang dilarang-Nya, dalam ritual riti-riti sudah tidak relevan pada zaman sekarang. Salah satu alasan riti-riti dianggap tidak relevan lagi karena di Siwarak banyak sungai yang mengering dan kotor yang tidak memungkinkan digunakan untuk mandi, selain itu masyarakat zaman sekarang lebih memilih metode yang sederhana yaitu dengan membuat minuman khas yang terbuat dari air gula dan kelapa muda �rucuh� yang kemudian dibagikan kepada tetangga sekitar rumah. Untuk masyarakat yang masih melakukan riti-riti menganggap bahwa ritual tersebut selain bertujuan mengucap syukur kepada Allah SWT juga untuk mempererat tali silaturahmi antar warga yang mana di zaman modern seperti ini banyak warga yang individualisme.
Masyarkat dan budaya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, budaya adalah bagian daari sistem dan nilai, yang hidup dalam masyarakat. Budaya juga dipengaruhi oleh nilai agama, sosial, dan letak geografis masyarakat setempat. Seperti yang sudah dijelaskan oleh (Madjid, 1995) bahwa Agara an sich memiliki nilai absolut, berbeda dengan budaya yang nilainya relative, tentative sesuai ruang dan waktu. Sekalipun budaya itu berdasarkan agama, keduanya tetap tidak dapat dicampur aduk. Masyarakat Desa Siwarak Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga adalah masyarakat yang mayoritas beragama Islam, namun budaya dan perilaku sehari-harinya masih memegang nilai-nilai budaya setempat (Jawa).
Oleh karena itu menurut penulis masyarakat Muslim Jawa Desa Siwarak Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga yang menjalankan kehidupan sehari-harinya dengan kebudayaan lokal yang dipadukan dengan nilai-nilai dakwah budaya Islam. Pelestarian nilai-nilai dakwah islam budaya jawa yang dilakukan oleh masyarakat muslim Desa Siwarak Kecamatan karangreja Kabupaten Purbalingga cukup menarik untuk dilakukan kajian Mengingat bahwa pelestarian budaya industrialisasi ini tidaklah mudah. Namun, masyarakat muslim di desa Siwarak masih memegang nilai-nilai dakwah budaya jawa yang dipadukan dengan budaya Islam sebagai pandangan hidup sampai saat ini, tentu ada suatu pelajaran yang dilakukan oleh masyarakat muslim desa Siwarak kecamatan Karangreja kabupaten Purbalingga dalam mempertahankan nilai- nilai dakwah dalam ritual Riti-riti saat ini.
Dengan demikian, fenomena yang terjadi pada masyarakat muslim desa Siwarak kecamatan Karangreja kabupaten Purbalingga ini menarik untuk dikaji, karena disana masih menginternalisasikan nilai-nilai dakwah Islam ritual masyarakat Jawa dalam ruang-ruang kehidupan masyarakat tersebut. Hubungan tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap simbolisme pedesaan dan pembentukan mentalitas kesadaran yang mengarah pada pembentukan sikap perilaku sosial, politik ataupun keberagaman dan unsur budaya ritual lokalitas, agama, dan modernitas. Singkatnya bahwa penelitian ini mengkaji nilai-nilai dakwah Islam dalam ritual riti-riti mengenai pembelajaran serta kepercayaan oleh masyarakat desa Siwarak Karangreja kabupaten Purbalingga dalam menjaga identitas kebudayaan Jawanya. Dalam mempertahankan nilai-nilai dakwah ritual Riti-riti tentunya masyarakat desa Siwarak kecamatan Karangreja kabupaten Purbalingga dapat memahami, menghayati, dan melaksanakan budaya dakwah yang termuat di dalamnya sehingga bisa bernilai ibadah di sisi Allah swt.
Focus penelitian ini adalah ingin melihat bagaimana prosesi ritual budaya riti-riti masyarakat dan nilai-nilai dakwah yang terdapat dalam ritual riti-riti masyarakat desa Siwarak Kecamatan Karangreja di Kabupaten Purbalingga?
Metode Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Arganata, 2018).
Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif kebudayaan atau enografi, pendekatan etnografi atau kebudayaan disini menekankan pada studi keseluruhan suatu variasi budaya. Etnografi berasal dari kata ethos, yaitu bangsa atau suku bangsa dan graphein, yaitu tulisan atau uraian. Etnografi yaitu kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat atau etnik, misalnya tentang adat-istiadat, kebiasaan, hukum, seni, religi, dan Bahasa (Bahagia, Wibowo, Mangunjaya, & Priatna, 2020).
Pendekatan etnografi secara umum adalah pengamatan berperanserta sebagai bagian dari penelitian lapangan. Peneliti menjadi tertarik secara mendalam pada suatu budaya sebagai bagian dari pemeransertaannya dan mencatat secara serius setiap data yang telah diperoleh dengan memanfaatkan catatan lapangan. Peneliti ini menggunakan model pendekatan etnografi deskriptif yaitu etnografi yang bersifat mendeskripsikan realitas kebudayaan tertentu melalui proses analisis, dengan tujuan untuk mendeskripsikan secara detail bagaimana karakteristik perilaku budaya masyarakat yang diteliti.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini penulis menggunakan data primer yaitu dengan melakukan observasi di lokasi penelitian yaitu Desa Siwarak Kabupaten Purbalingga dan juga melakukan wawancara langsung kepada stakeholder terutama tokoh agama dan tokoh adat setempat serta masyarakat yang sudah melakukan langsung ritual riti-riti tersebut. Untuk data sekunder penulis menghimpun dari berbagai sumber literatur yang bisa mendukung perihal penelitian ini dalam proses penyempurnaan data. Sedangkan untuk teknik analisis data dengan proses mengelompokan dan mengurutkan data agar memudahkan dalam memecahkan masalah dan mencapai tujuan akhir penelitian, dengan tahap; 1) Reduksi data; 2) Penyajian data; 3) Penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Hasil dan Pembahasan
a.
Prosesi Ritual
Riti-Riti Di Desa Siwarak Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga
Mayoritas masyarakat desa Siwarak banyak mengungkapkan bahwa tujuan mengadakan ritual riti-riti untuk mendoakan janin dan ibu yang mengandung dibulan ke-tujuh dari usia kandungannya,
untuk mengungkapkan rasa syukur atas apa
yang telah di berikan berupa calon bayi
dan meminta keselamatan ketika melahirkan hingga anak yang dilahirkan menjadi anak yang sholeh atau sholehah, berbakti kepada kedua orang tua, berguna bagi masyarakat,
agama dan juga negaranya. Seperti
apa yang terkandung dalam syair yang disebutka ketika ritual riti-riti yaitu �Riti-riti kembang kopi metu lanang dadi
mantra metu wadon dadi putri�. Yang artinya riti-riti bunga pohon kopi jika yang lahir anak laki-laki mudah-mudahan menjadi Mantri
dan jika lahir anak perempuan menjadi putri.
Bagi masyarakat desa Siwarak, pelaksanaan ritual riti-riti merupakan suatu kegiatan yang sudah biasa dilakukan
sejak zaman dahulu oleh masyarakat jawa khususnya di desa Siwarak. Ritual riti-riti sebenarnya merupakan salah satu bentuk tradisi
atau ritual dari slametan. Masyarakat tidak dapat menceritakan sejak kapan dan siapa yang membawa ritual ini. Mereka hanya
dapat mengatakan bahwa ritual ini sudah dilakukan oleh nenek moyang terdahulu,
kini mereka tinggal meneruskan tradisi leluhurnya. Ritual riti-riti yang berlaku dimasyrakat desa Siwarak dilaksanakan saat kandungan berusia tujuh bulan
dan merupakan kandungan
yang pertama dari kehamilan bukan kehamilan untuk anak yang kedua, ketiga dan seterusnya, itu merupakan tradisi
slametan biasa dan bukan ritual riti-riti.
Dalam prosesi pelaksanaan riual riti-riti keluarga dari ibu
hamil menyiapkan tempat untuk acara seperti:
1) Tempat kepungan,
dalam bahasa indonesia kepungan adalah berkumpulnya kelompok atau orang-orang
dalam satu tempat berkumpul untuk menghadiri suatu hajat atau keperluan,
sedangkan kepugan yang sering kita dengar dalam masyarakat muslim adalah
majlis. Yang dimaksud kepungan disini adalah tempat berkumpulnya tokoh adat
atau tokoh agama, keluarga, tetanggga dari sohibul hajat.
2) Tempat
pelemparan batu yaitu dimana pada prosesi atau pelaksanaan ritual riti-riti
yang dimana bocah angon melempar batu yang di ambil dari sungai
terdekat. Objek pelemparan batu tersebut ialah getek yang berada di samping
luar kamar ibu hamil.
3) Getek yaitu pagar
rumah yang terbuat dari belahan bambu, untuk ukuran getek tidak terlalu besar
ataupun terlalu kecil kurang lebih panjang 200 cm dan lebar 150 cm. Getek� tersebut nantinya akan diletakan di samping
kamar ibu hamil, getek berfungsi sebagai pelindung rumah yang nantinya getek
tersebut digunakan untuk obyek pelemparan batu yang dilakukan oleh bocah
angon pada saat pelaksanaan ritual riti-riti.
Prosesi
ritual riti-riti masyarakat
jawa di desa Siwarak kecamatan Karangreja kabupaten Purbalingga mempunyai beberapa rangkaian yang harus dilakukan, antara lain:
1) Mengundang
Bocah Angon, Tokoh Agama, Dukun Bayi dan Masyarakat Sekitar
Menurut bpk. Soemardi Bocah Angon di bagi
menjadi dua kata yaitu yang pertama
bocah berasal dari bahasa jawa yaitu Anak, sedangkan Angon ialah penggembala. Bocah
Angon jika diartikan secara umum ialah anak-anak yang berusia 3 tahun sampai
dengan 15 tahun yang biasanya menggembala kambing atau sapi, kenapa yang di
sebutkan itu hanya Bocah Angon bukan yang lain dikarenakan pada zaman
nenek moyang terdahulu pekerjaan atau kegiatan sehari-hari yang dilakukan
anak-anak ialah menggembala kambing atau sapi, maka dari itu hanya disebutkan Bocah Angon, tetapi untuk zaman sekarang ini
sudah jarang sekali anak-anak yang usianya dibawah 15 tahun baik itu
penggembala hewan ternak atau anak-anak yang lain.
Mengundang Bocah Angon biasanya dilakukan oleh
keluarga dari wanita yang sedang mengandung, waktunya ialah pada pagi hari atau
sore hari sebelum pelaksanaan ritual riti-riti, karena prosesi ritual Riti-riti
mulai dilakukan ketika matahari baru terbit atau sekitar pukul 06.00 pagi hari.
Bocah Angon yang diundang hanyalah anak-anak disekitar rumah atau
tetanggga terdekat dari keluarganya, jumlah Bocah Angon yang mengikuti
prosesi ritual Riti-riti tidak ada batasan sedikit atau banyak akan tettapi
biasanya terdiri dari 10 anak lebih.
Tokoh Agama dan Masyarakat sekitar biasanya diundang
oleh keluarga dari ibu hamil pada waktu sore hari sebelum prosesi ritual
Riti-riti, dikarenakan masyarakat sekitar atau tokoh agama banyak disibukan
oleh kegiatan yang harus dilakukan pada pagi hari. Sedangkan undangan untuk Dukun
Bayi dilakukan jauh-jauh hari sebelum pelaksanan ritual Riti-riti, agar
tidak bersamaan waktu dengan kegiatan lain.
2) Pengambilan
Batu dan Mandi di Sungai
Dalam prosesi ritual Riti-riti masyarakat jawa di desa
Siwarak kecamatan Karangreja kabupaten Purbalingga dimulai dengan pengambilan
batu di sungai terdekat. Prosesi pengambilan batu di sungai dilaksanakan pada
oagi hari sekitar pukul 06.00, sebelum pengamilan batu disungai bocah angon
yang sudah diundang pada hari sebelumnya atau sebelum pukul 06.00 tadi,
dikumpulkan terlebih dahulu.
Setelah semua bocah angon terkumpul ditempat yang
sudah disediakan maka ibu yang mempunyai hajat mengolesi bedak pada jidat
kesemua bocah angon. Setelah bocah angon diberi olesan bedak pada jidatnya
masing-masing, bocah angon disuruh untu memakan makanan ringan yang sudah
disediakan, biasanya makanan ringan yang sudah disediakan, biasanya mekanan
ringan yang disediakan untuk bocah angon ialah rempeyek atau
kedelai hitam yang dicampur tepung kemudian digoreng yang sering dikenal dengan
gorengan rempeyek.
Bocah angon kemudian pergi kesungai terdekat
untuk mengambil batu, batu yang diambil ialah batu yang berukuran segenggam
tangan dimaksudkan agar ukuran tidak terlalu besar ataupun kecil, batu yang
diambil oleh bocah angon harus batu yang bagus yaitu batu yang berwarna
merah. Dalam prosesi pengambilan batu disungai tersebut. Maksud dari mandi
sungai adalah agar nantinya anak yang dilahirkan mempunyai badan yang bersih
baik dohir maupun batinnya. Ketika semua bocah
angon sudah mengambil batu dan mandi disungai, kemudian semua bocah
angon kembali kerumah keluarga ibu hamil tersebut. Pada waktu yang
bersamaan ibu hamil juga mengambil batu dan mandi disungai yang didampingi oleh
dukun bayi, ditempat yang berbeda dengan bocah angon.
Setelah bocah angon dan ibu hamil beserta dukun
bayinya kembali kerumah, semua bocah angon berkumpul di depan rumah atau
tempat yang sudah disediakan.
3) Pelemparan
batu
Pada pelemparan bati ibu hamil dan dukun bayi berada
di dalam rumah kemudian bocah angon berada diluar rumah
b.
Makna Ritual
Riti-Riti Di Desa Siwarak Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga
Ritual
riti-riti merupakan ritual masyarakat jawa yang telah dilakukan sejak zaman dahulu dan peninggalan dari nenek moyang kita,
ritual ini diterapkan pada wanita yang hamil pada usia tujuh bulan
dari kehamilan yang pertama dan termasuk pelestarian budaya adat. Dengan pelaksanaan
ritual ini, kita diharapkan untuk saling mendoakan antara manusia khususnya sesama muslim, dan tidak lupa juga ada makna
yang sangat penting yaitu bersyukur kepada Allah SWT atas apa yang telah
dianugrahkan kepada wanita yang telah hamil pada usia ke tujuh bulan,
agar nantinya anak yang dilahirkan menjadi anak yang sholeh atau sholehah dan berguna bagi masyarakat
agama dan juga negara.
Semua pelaksanaan ritual riti-riti yang
dilakukan tidak pernah lepas dari
unsur-unsur tersebut, jadi makna yang terkandung dalam ritual riti-riti selalu berkaitan dengan hal-hal itu. Menurut
bapak Suratman, S.Ag, (Sarwono, 2016)
beliau sangat menekankan kepada masyarakat untuk selalu menjaga
kehidupan bermasyarakat
agar nantinya terjalin kerukunan antar masyarakat dan mamou meningkatkan hidup bersosialisai kepada seluruh masyarakat desa Siwarak contoh
dengan tetap melestarikan budaya riti-riti yang sudah dilakukan oleh nenek moyang pada zaman dahulu. Karena didalam prosesi ritual riti-riti menunjukan rasa bersyukur kepada Allah SWT saling mendoakan sesama umat manusia
khusunya sesama muslim.
Pada kenyataannya ritual riti-riti merupakan ritual yang patut dipertahankan, meskipun sederhana, karena dalam dalam ritual tersebut bertujuan sangat mulia yaitu mendoakan dan mengucapkan rasya syukur kepad Allah SWT karena sudah dikaruniai sebuah jabang bayi yang sebentar lagi akan keluar didunia nyata). Ritual riti-riti meskipun termasuk budaya Jawa namun pada pelaksanaannya harus dengan doa-doa dan ayat-ayat Al-Qur�an, tidak sekedar menjalankan tradisi jawa pada umumnya saja. Dalam ritual ini diawali dan diakhiri dengana kebudayaan islami dan juga budaya jawa seperti mengucapkan salam, basmalah, sholawat dan juga doa.
Jika budaya yang dilakukan oleh masyarakat itu tidak melanggar syariat agama Islam maka boleh dilaksanakan, karena didalam ritual riti-riti itu dilaksanakan dengan adanmya rasa sangat bersykur kepada Allah SWT telah dianugrahi sebuah calon bayi yang telah menginjak usia tujuh bulan kehamilan dan dilanjutkan doa bersama agar diberi kelancaran sampai calon bayi lahir dan agar mendapatkan anak yang sholeh dan sholehah. Karena anak yang sholeh dan sholehah akan menyelamatkan orang tuanya nanti di akhirat.� Seperti yang sudah disebutkan oleh hadist Nabi yaitu : �jika seorang meninggal dunia maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu : shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak sholeh yang mendoakan orangtuanya (Ningsih, 2011).
Makna ritual
riti-riti yaitu memiliki dua hubungan
yang sangat baik dan hubungan
ini sangat jarang sekali dilakukan dalam kegiatan lain yaitu hubungan dengan Allah SWT yaitu adanya rasa syukur pada saat pelaksanaan ritual riti-riti dan juga berdoa kepada Allah SWT, hubungan dengan manusia yaitu dalam prosesi
ritual riti-riti terdapat hubungan sosial berupa doa bersama,
makan bersama, berkumpul dalam hal-hal kebaikan. Kegiatan semacam ini sangat jarang sekali dilakukan dalam kegiatan lainnya, karena diadakannya ritual ini bisa terjalin tali
silaturahmi antar masyarakat dan menjaga kerukunan bersama.
c.
Nilai-Nilai Dakwah Dalam
Ritual Riti-Riti Untuk Meningkatkan
Aqidah Keagamaan
Nilai dakwah adalah nilai-nilai
Islam yang bersumber dari
Al-Qur�an dan hadist sebagai
pedoman bagi masyarakat dalam menentukan perbuatan dan tindakan untuk bertingkah laku dalam lingkungan sosial. Nilai-nilai agama Islam
pada hakikatnya adalah kumpulan dari prinsip-prinsip
hidup, ajaran-ajaran tentang bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya didunia ini, yang satu dengan lainnya
saling terkait membentuk satu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisahkan.
Nilai-nilai dakwah yang terkandung dalam ritual riti-riti antara lain menjalin nilai silaturahmi, nilai suka memberi satu
sama lain, dan nilai syukur atas kenikmatan
yang sudah diberikan oleh
Allah SWT. Sebagai mana yang disampaikan
oleh selaku tokoh agama di desa Siwarak kecamatan
Karangreja kabupaten Purbalingga, beliau mengatakan: Nilai dakwah yang terkandung dalam ritual riti-riti itu ada
beberapa macam yang pertama dan yang terpenting adalah mengenai menjalin silaturahmi antar sesama baik
itu antara keluarga dan juga antara masyarakat sekitar selain itu nilai
dakwah yang terkandung di dalamnya adalah mengenai nilai bersyukur atas anak bayi yang sudah diberikan kepada seorang pasangan suami istri untuk dijaga
dengan sepenuh hati.
Agama,
sebagai salah satu bentuk sistem religi,
merupakan salah satu unsur kebudayaan, di samping organisasi sosial, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup dan teknologi (Solihah, 2019). Sedangkan kebudayaan akan menopang kelangsungan
hidup masyarakatnya. Dengan demikian, agama sebenarnya berarti juga sistem nilai budaya
yang mempengaruhi konsepsi-konsepsi
yang hidup dalam alam pikiran sebagian
besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap bernilai dalam hidup (Sumarto, 2018).
Beberapa temuan yang bisa penulis paparkan adalah nilai-nilai dakwah yang terkandung dalam ritual riti-riti antaralain sebagai berikut;
1) Silaturahim
Silaturahim adalah kata majemuk yang terambil dari bahasa
asar, shilah dan rahim. Kata shilah berasal dari kata washl yang berati �menyambung� dan �menghimpun�.
Ini berati hanya yang putus dan terserak yang dituju oleh shilah. Sedangkan kata rahim pada mulanya berati �kasih sayang� kemudian berkembang yang berati �tempat mengandung janin�
Manusia
merupakan makhluk sosial yang tidak akan pernah bisa
untuk hidup sendiri, mereka membutuhkan satu sama lain. Manusia harus saling menghormati dan menyayangi satu sama lain, karena dengan demikian akan terjalin suatu
hubungan yang harmonis sesuai dengan apa
yang sudah diajarkan oleh
Rasulullah. Sebagaimana yang dijelaskan
didala Al-Qur�an sebagai petunjuk bagi umat
manusia diantaranya mengajarKan agar selalu menjalin tali silaturahim
(Ismail Ismail, 2019).
Dari
ayat diatas bisa diambil kesimpulan
bahwasannya didalam Islam kita harus saling
menjaga tali silaturahmi satu sama lain. Silaturahim hendaknya dilakukan berdasarkan ketaqwaan, bukan berdasarkan dari kekayaan yang melimpah, keturunan dan juga pangkat maupun jabatan.
Silaturahim merupakan suatu kewajiban seorang muslim dan muslimah yang harus dilakukan karena terdapat beberapa manfaat dan hikmah antara lain adalah menambah dan menguatkan persaudaraan, tukar menukar pengalaman, dan juga dapat memperlancar rezeki seperti yang sudah ditegaskan oleh Rasulullah tentang hikmah dari silaturahim dalam hadist sebagai berikut:
مَنْ
أَحَبَّ أَنْ
يُبْسَطَ
لَهُ فِي
رِزْقِهِ،
وَأَنْ يُنْسَأَ
لَهُ فِي
أَثَرِهِ،
فَلْيَصِلْ
رَحِمَهُ
Artinya: Barang siapa
ingin murah rezekinya dan panjang umurnya, maka hendaklah
mempererat tali hubungan silaturahmi (Shahih Bukhori no 2067).
Dari hadist diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hikmah dari kita sering
bersilaturahmi baik dengan keluarga kita, saudara kita, tetangga bahkan dengan
orang yang belum kita kenal dapat memperlancar jalan rezki kita karena bisa
jadi sudah dititipkan kepada orang yang sedang bersilaturahmi kepada kita
ataupun orang yang sedang kita kunjungi.
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah peneliti lakukan diritual riti-riti silaturahmi merupakan satu nilai yang dapat dilihat secara langsung melalui prosesnya. Hal ini karena disaat ritual riti-riti ini dilaksanakan
masyarakat saling berkunjung kerumah tetangga yang bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi dan menjalin kerukunan antar sesama.
2)
Nilai Sedekah (suka memberi)
Sedekah menurut bahasa adalah sebuah kata benda yang dipakai
untuk suatu hal yang disedekahkan. Kata tersebut diambil dari unsur huruf shad,
dal dan qaf, dan dari unsur �ash-Shidq� diambil kata sedekah karena sedekah
menunjukan kepada kebenaran penghambaan kepada Allah SWT. Al-Jurjani berkata, �sedekah
adalah sebuah pemberian yang diharapkan ganjarannya dari Allah SWT. Sedangkan
ar-Raghib berkata, �Sedekah adalah harta yang dikeluarkan oleh manusia
dengan maksud ibadah seperti zakat, akan tetapi sedekah itu pada dasarnya
disyariatkan untuk suatu perkara yang disunahkan, sedangkan zakat untuk suatu
hal yang diwajibkan�(Sunarto, 2015). Bersedekah dengan sedemikian rupa seperti orang yang percaya bahwa
pemberiannya tidak akan sia-sia, karena hal itu di catat oleh Allah SWT yang
maha mengetahui segala sesuatu (Malikhah, 2019). Seperti yang
sudah disebutkan di dalam Al-Qur�an dalam surat Al-Baqarah ayat 261 :
مَثَلُ
الَّذِينَ
يُنْفِقُونَ
أَمْوَالَهُمْ
فِي سَبِيلِ
اللَّهِ
كَمَثَلِ
حَبَّةٍ
أَنْبَتَتْ
سَبْعَ
سَنَابِلَ
فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ
مِائَةُ
حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ
يُضَاعِفُ لِمَنْ
يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ
وَاسِعٌ عَلِيمٌ﴿٢٦۱﴾
Artinya: Perumpamaan orang yang menginfakkan
hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji.
Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas,
Maha Mengetahui.
Dari ayat diatas bisa diambil kesimpulan bahwa segala sesuatu hal yang
kita kerjakan dengan niat dan tujuan bersedekah hanya mengharapkan ridho Allah
SWT maka kita akan diberikan pahala secara penuh asalkan dengan hati yang
ikhlas tanpa mengharapkan suatu imbalan apapun.
Berdasarkan hasil dari penelitian yang peneliti lakukan pada ritual
riti-riti yang dilaksanakan oleh masyarakat desa Siwarak kecamatan Karangreja
kabupaten Purbalinga memperlihatkan nilai sedekah yang dilakukan oleh keluarga
yan sedang melakukan ritual riti-riti. Mereka menyediakan
berbagai jenis makanan dan minuman untuk dibagikan kekeluarga saudara dan juga masyarakat sekitar.
3)
Nilai Syukur
Syukur menurut bahasa mengandungarti mengakui kebajikan. Dikatakan syakartulloha atau syakaratuillah artinya mensyukuri nikmat Allah SWT. bersyukur artinya berterimakasih kepada pihak yang telah berbuat baik atas
kebaikan yang telah diberikannya, tersebut dengan istilah: syakartuhu, syakartulahu,
ataupun syukroon, lawan katanya kufroon.
Syukur juga diartikan sebagai nikmat atas apa yang sudah
Allah SWT berikan kepada kita. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur�an surat Ibrahim ayat tujuh:
وَإِذْ
تَأَذَّنَ
رَبُّكُمْ
لَئِنْ شَكَرْتُمْ
لَأَزِيدَنَّكُمْ
ۖ وَلَئِنْ
كَفَرْتُمْ
إِنَّ
عَذَابِي
لَشَدِيدٌ ﴿٧﴾
Artinya: dan (ingatlah juga), tetkala Tuhanmu
memaklumkan �sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya
azabku sangat pedih�.(QS. Ibrahim: 7)
Syukur adalah kata yang sederhana, akrab didengar sehari-hari, dan seolah begitu mudah untuk
diamalkan. Senantiasa bersyukur, niscaya kelapangan hidup akan ditemui dan kesempitan yang dirasakan segere beranjak pergi. Namun, bila
lalai untuk mensyukurinya, kesempitan hidup akan menjadi
sebuah keniscayaan yang senantiasa dihadapi.
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah peneliti lakukan diritual riti-riti salah satu nilai yang terdapat pada ritual tersebut adalah nilai bersyukur atas kenikmatan yang sudah Allah berikan kepada sepasang suami istri karena
sudah dikaruniai seorang anak yang diamanahkan untuk dijaga sampai akhir
hayatnya.
4)
Nilai Keikhlasan
Ikhlas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
ketulusan hati, kerelaan. Imam al-Ghazali dalam Riyadh. Menjelaskan bahwa niat
yang ikhlas itu sesungguhnya berasal dari satu dorongan yang muncul di dalam
hati. Istilah ikhlas kemudian hanya dipakai untuk menunjukkan perbuatan-perbuatan
yang ditujukan untuk semata-semata mencari ridha Allah (Riyadh & Riyadh, 2007).
Sifat
keikhlasan selalu diajarkan di dalam Islam agar saat mengerjakan atau melakukan
sesuatu selalu disertai dengan keikhlasan. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan
untuk mencari ridho Allah. Pada pelaksanaan ritual riti-riti, nilai keikhlasan
adalah salah satu nilai yang di ajarkan karena pada pelaksanaannya menuntut
untuk mengikhlaskan apa yang telah keluarkan, dalam hal ini yaitu makanan yang
disuguhkan. Hal tersebut karena makanan yang�
nantinya akan diterima dari hasil tukar menukar belum tentu sesuai
dengan apa yang kita keluarkan, karena makanan yang suguhkan di anjurkan sesuai
dengan kemampuan dan kesanggupan dari masing-masing orang.�
Sebagaimana ungkapan oleh selaku tokoh agama di desa
Siwarak kecamatan Karangreja kabupaten Purbalingga, beliau mengatakan;
�Tradisi
ini secara tidak langsung juga mengajarkan kita untuk berlaku ikhlas
mas, kenapa saya bilang ikhlas? Misalnya pada tradisi ini saya menyiapkan
makanan ayam misalnya, ayam itu saya siapkan
untuk memberi tetangga yang nanti berkunjung kerumah saya. Tetangga yang berkunjung nanti kan tidak selalu
memberi saya ayam juga, nantinya pasti akan ada
bermacam makanan yang
masing masing mereka berikan. Nilai makanan yang mereka berikan bisa saja dibawah
nilai dari ayam, bisa juga di atas dari nilai
ayam. Kadang ada yang membawa satu bungkus kecil
makaroni goreng saja, ada juga yang memberi nasi daging, bermacam-macam dan bervariasi, karena memang tidak ada
harga patokan khusus yang harus diberikan. Jadi apapun yang nantinya kita peroleh,
kita harus ikhlas dengan apa
yang sudah kita berikan kepada mereka.�
Kesimpulan
Dari penelitian
yang dilakukan maka dapat disimpulkan: (1.) Prosesi ritual riti-riti dilaksanakan pada bulan ke-tujuh dari kehamilan yang
pertama wanita yang mengandung, tujuan dilaksankaan prosesi ini ialah untuk
mengungkapkan rasa syukur atas apa yang diberikan kepada wanita yang mengandung
berupa bayi yang dikandung sudah mencapai usia tujuh bulan dan dengan mendoakan
agar bayi dan ibu yang mengandung diberikan keselamatan hingga waktu
melahirkan, serta keluarga menginginkan agar bayi yang dilahirkan nantinya
menjadi anak yang sholeh sholehah dan ketika menginjak dewasa menjadi orang
yang berguna bagi masyarakat, negara dan juga agama. (2.) Makna
yang terkandung dalam
ritual riti-riti adalah suatu ritual yang dilaksanakan dalam rangka untuk
mendoakan, khususnya mendoakan sesama umat muslim, dan tidak lupa pula ada
makna yang sangat penting yaitu mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT dan
memohon keselamatan agar nantinya bayi yang dilahirkan menjadi anak yang sholeh
sholehah, berguna bagi masyarakat, negara dan juga agama. (3.) Nilai-nilai dakwah Islam
yang terdapat dalam ritual riti-riti yaitu nilai silaturahim pada ritual riti-riti
untuk selalu menjaga silaturahim antara keluarga saudara maupun masyarakat
sekitarnya.
BIBLIOGRAFI
Arganata, Gigih. (2018). Strategi
Pemenangan Pasangan Incumbent Pada Pemilukada Serentak Tahun 2015 Di Kabupaten
Lamongan (Studi pada pasangan Fadeli dan Kartika Hidayati). University of
Muhammadiyah Malang.Google Scholar
Bahagia, Bahagia, Wibowo, Rimun,
Mangunjaya, Fachruddin Majeri, & Priatna, Oking Setia. (2020). Traditional
Knowledge of Urug Community for Climate, Conservation, and Agriculture. Mimbar:
Jurnal Sosial Dan Pembangunan, 36(1), 240�249. Google Scholar
Chafidh, M. Afnan, & Asrori, A. Ma�ruf.
(2006). Tradisi Islami Panduan Prosesi Kelahiran-Perkawinan-Kematian. Surabaya:
Khalista. Google Scholar
Dayak, Identitas. (2004). Komodifikasi dan
politik kebudayaan. Yogyakarta: LKiS. Google Scholar
Ismail, Ismail. (2019). Etika komunikasi
dalam al-qur�an. Jurnal Peurawi: Media Kajian Komunikasi Islam, 2(1),
33�46. Google Scholar
Ismail, Muchammad. (2013). Strategi
Kebudayaan: Penyebaran Islam Di Jawa. IBDA: Jurnal Kajian Islam Dan Budaya,
11(1), 46�60. Google Scholar
Madjid, Nurcholish. (1995). Islam: agama
kemanusiaan: membangun tradisi dan visi baru Islam Indonesia. Yayasan Wakaf
Paramadina. Google Scholar
Malikhah, Nurul Laili. (2019). Nilai-nilai
dakwah dalam tradisi ketuwinan di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal. Google Scholar
Ningsih, Winarti. (2011). Hakikat
Belajar Menurut Perspektif Al-Qur�an. Universitas Islam Negeri Sultan Sarif
Kasim Riau. Google Scholar
Riyadh, D. R. Saad, & Riyadh, D. R.
Saad. (2007). Jiwa Dalam Bimbingan Rasulullah. Gema Insani. Google Scholar
Rusdi, Rusdi, Mulyadi, Mahmud, & Afan, Ibnu.
(2020). Analisis Yuridis Penghentian Penyidikan terhadap Tindak Pidana Korupsi
Ditreskrimsus Polda Sumatera Utara. Journal of Education, Humaniora and
Social Sciences (JEHSS), 2(3), 720�734. Google Scholar
Sarwono, Sarwono. (2016). Batik
Wonogiren Estetika Berbasis Kearifan Lokal. Institut Seni Indonesia
Surakarta. Google Scholar
Solihah, Riadus Solihah. (2019). Agama dan
Budaya. Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial, Dan Budaya, 2(1), 77�94. Google Scholar
Sumarto, Sumarto. (2018). Budaya, Pemahaman
dan Penerapannya:�Aspek Sistem Religi, Bahasa, Pengetahuan, Sosial, Keseninan
dan Teknologi.� Jurnal Literasiologi, 1(2), 16. Google Scholar
Sunarto, Achmad. (2015). Indahnya
Bersedekah. Surabaya: Menara Suci. Google Scholar
Syarifah, Masykurotus. (2016). Budaya dan
Kearifan Dakwah. Al-Balagh: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 1(1),
23�38. Google Scholar
Wijayanto, Sukma. (2017). Peran modal sosial dalam
implementasi konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara di SD Taman Muda Yogyakarta. Jurnal
Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan Aplikasi, 5(1), 101�113. Google Scholar
Copyright holder: Moh Amin, Wahyu Nur Fauzan (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |