Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN:
2548-1398
Vol. 7, No. 5, Mei 2022
PENGARUH KONSELING RASIONAL EMOTIF TERAPI TERHADAP BUDAYA JAWA (UPACARA
RUWATAN RAMBUT GIMBAL)
Eka Wahyu Ayuningtias, Dini Apriliani
Natasha, Senly Anggun Tirani, Benget Manaon Silaban
Universitas Jambi, Jambi, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Konseling rational emotive therapy merupakan aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan
dengan potensi, baik untuk berpikir
rasional dan jujur maupun berpikir irasional dan jahat. Sikap sensitif merupakan orang yang mampu mengenali serta menyadari orang lain dan lingkungan
sekitarnya. Kenyataannya terhadap masyarakat Jawa yang masih mempercayai upacara ruwatan rambut gimbal. Literatur ini akan
membahas mengenai apa itu rasional
RET dan pengaruhnya terhadap
budaya Jawa upacara ruwatan rambut gimbal. Tujuan penulisan literatur ini untuk memberi
pengetahuan kepada pembaca mengenai pengaruh konseling rasional emotif terapi terhadap budaya jawa (upacara
ruwatan rambut gimbal).
Kata Kunci: Konseling RET, Ruwatan, Rambut Gimbal
Abstract
Rational counseling emotive therapy is a flow of therapy based on the
assumption that humans are born with potential, both to think rationally and
honestly as well as to think irrationally and evilly. Sensitive attitude is a
person who is able to recognize and be aware of other people and the
surrounding environment. The reality is that the Javanese people still believe
in the ritual of ruwatan dreadlocks. This literature
will discuss what is the rationale of RET and its influence on the Javanese
culture of the dreadlocks ruwatan ceremony. The
purpose of writing this literature is to provide knowledge to readers about the
effect of rational therapy counseling on Javanese culture (ruwatan
dreadlocks ritual).
Keywords: RET Counseling, Treatment, Dread
Pendahuluan
Manusia
pada dasar dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia,
dan kompeten. Ketika berpikir
dan bertingkahlaku irasional
individu itu menjadi tidak efektif.
Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional adalah akibat dari
cara berpikir yang tidak logis dan irasional. Emosi menyertai individu yang berpikir dengan penuh prasangka, sangat personal,
dan irasional.Berpikir irasional diawali dengan belajar secara tidak logis
yang diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari verbalisasi yang digunakan. Verbalisasi yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan verbalisasi yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat.Perasaan
dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan
dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta
menggunakan cara verbalisasi yang rasional.
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep
kunci teori Albert Ellis: ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional
consequence (C). Kerangka pilar ini
yang kemudian dikenal dengan konsep atau
teori ABC.
Dieng adalah dataran tinggi yang terletak di Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah. Kondisi alamnya berbukit-bukit dan banyak terdapat sumber mata air untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bagi penduduk. Selain kondisi alamnya yang unik dan menarik, Dataran Tinggi Dieng menyimpan banyak misteri yang patut disingkap dan disimak, salah satunya adalah tradisi Ruwatan Cukur Rambut Gembel yang secara tradisional telah diwariskan turun-temurun hingga saat ini. Tradisi ini menjadi ciri khas di Dataran Tinggi Dieng dan Lereng Sindoro-Sumbing yang berupa pemotongan rambut gembel atau rambut gimbal yang dimiliki oleh anak-anak di daerah Dataran Tinggi Dieng dan Lereng Sindoro-Sumbing (Sartono, 2002).
Rational Emotif Therapy (RET) adalah sistem psikoterapi yang mengajarkan orang bagaimana perasaan sistem kepercayaan tentang berbagai peristiwa kehidupan dan memutuskan bagaimana bertindak. Fokus terapi ini
adalah pada terapi kognitif karena ini tentang bagaimana
pemikiran mempengaruhi emosi. Terapi ini
diperkenalkan pada tahun
1955 oleh Albert Ellis, seorang psikologi
klinis. Terapi ini awalnya bernama
Terapi Rasional, namun karena banyak
orang yang salah kaprah percaya
bahwa mengeksplorasi emosi klien tidak
begitu penting bagi Ellis.
Memperbaiki
dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi
pandangan yang rasional dan
logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan sel-actualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif
dan afektif yang positif. Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti
rasa takut, rasa bersalah,
rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, serta rasa marah.
Metode Penelitian
Literature Review ini disusun
secara naratif dengan mengelompokkan data yang diekstrasi serupa terhadap isi yang dikaji berdasarkan garis besar atau sifat
penelitian yang dilakukan dengan analisis dalam sebuah kalimat.
Jika sudah terkumpul, dicari persamaan dan perbedaannya pada setiap penelitian, kemudian didiskusikan untuk menarik kesimpulan.
Hasil Dan Pembahasan
A. Konseling Rational Emotif
Therapy (RET)
Rasional Emotif Therapy (RET) diperkenalkan
oleh Albert Ellis pada 1985. Unsur utama terapi rasional
emotif ini adalah asumsi bahwa
berfikir dan emosi bukan dua proses yang terpisah melainkan menekankan pada mengubah cara berfikir, cara berperasaan dan berperilaku. Menurut Ellis, ia berpandangan bahwa:
1. Manusia adalah makhluk berfikir rasional dan juga takrasional (irrational). Pada waktu
berfikir dan berprilaku rasional, maka ia menjadi orang yang efektif, bahagia dan kompeten.
2. Gangguan emosional dan psikologis yaitu perilaku neurotik, adalah akibat daripada berfikir tak-rasional dan tak-logis (irational and illogica). Pikiran dan emosi (perasaan) tak dapat dipisahkan.
Emosi selalu menyertai dalam kegiatan berfikir manusia, maka itu
seringkali menimbulkan berpikir menjadi irational, selalu mementingkan dirinya sendiri (highly personalized), dan berprasangka
(prejudiced), dan sebagainya.
3. Manusia adalah makhluk yang berbicara. Ia berpikir
dengan menggunakan simbol-simbol dan bahasa. Oleh karena berpikir selalu menyatakan emosi, dan sering menimbulkan gangguan emosional, maka berpikir irrational tak dapat dilenyapkan selama gangguan emosional tersebut tetap menyelimutinya. Keadaan demikian akan mempengaruhi orang yang terganggu emosinya. Ia akan selalu
terkurung dalam kondisi terganggu emosinya, dan cenderung mempertahankan perilakunya yang tak-logis itu melalui
bahasa internal dalam gagasan-gagasan yang tak rasionalnya.
4. Berlangsungnya gangguan perasaan (emosional disturbance) akibat
self-verbalisasi, adalah disebabkan oleh adanya persepsi dan sikap dirinya terhadap peristiwa peristiwa yang timbul dari dalam
ungkapan kalimat tentang dirinya yang diserap kedalam perasaannya.
5. Perasaan
dan pikiran-pikiran yang negatif
dan berdaya merusak fungsi-fungsi kejiwaan lainnya harus ditanggulangi
untuk menormalkan kembali melalui reorganisasi (meluruskan kembali) persepsi-persepsi dan pikiran.
Penekanan Rasional Emotif Therapy adalah pada cara pemikiran yang mempengaruhi perasaan. Rasional Emotif sendiri memiliki pemahaman bahwa manusia dilahirkan
dengan kecenderungan untuk mendesak pemenuhan keinginan-keinginan, tuntutan-tuntutan, hasrat-hasrta
dan kebutuhan dalam hidupnya. Dengan demikian konsep dasar terapi rasional
emotif ini memusatkan perhatian pada
proses-proses berfikir yang dapat
mempengaruhi secara keseluruhan. Sebagai contoh seorang individu memiliki pengalaman mengenai keadaan, fakta peristiwa dan tingkah laku, selanjutnya bagaimana individu itu memandang sebuah
persoalan tersebut, dan kemudian menghasilkan reaksi individu positif atau negatif.
Menurut Glading, tujuan terapi Rasional Emotif yakni untuk
mengjak anggota kelompok berfikir rasional. Secara lebih jelasnya adalah:
1. Memperbaiki
dan mengubah sikap, persepsi, cara berfikir, keyakinan serta pendangan-pandangan anggota yang irasional menjadi rasional dan logis agar anggota dapat mengembangkan diri, meningkatkan self actualization-nya seoptimal mungkin melalui perilaku kognitif dan afektif yang positif.
2. Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri,
seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa cemas, rasa
was-was, rasa marah, sebagai
konseling dari cara berfikir dan sistem keyakinan yang keliru dengan cara
melatih dan mengajar anggota kelompok untuk menghadapi kenyataan-kenyataan hidup secara rasional dan mengembangkan kepercayaan, nilai-nilai, dan kemampuan diri sendiri.
Dengan begitu, tujuan utama dari penerapan
konseling Rasional Emotif ini ialah
menunjukkan dan menyadarkan
konseli bahwa cara berpikir yang tidak logis itulah
merupakan penyebab gangguan emosionalnya. Atau dengan kata lain, konseling Rasional emotif ini bertujuan
membantu konseli membebaskan dirinya dari cara berpikir
atau ide-idenya yang tidak logis dan menggantinya dengan cara-cara logis
B. Upacara Ruwatan
Ruwatan adalah sebuah tradisi
upacara adat yang sejak dulu hingga
sekarang masih dilestarikan dan dimanfaatkan
oleh masyarakat secara luas. Meruwat berasal
dari kata ruwat dalam bahasa jawa,
yang memiliki arti membuang
sial atau menyelamatkan orang dari gangguan tertentu. Gangguan itu bisa
dikatakan sebagai kelainan dari suatu
kondisi yang umum dalam suatu keluarga
maupun pada diri seseorang. Gangguan yang harus diruwat yakni
gangguan bagi seseorang yang disebabkan oleh suatu perbuatan yang dapat menimbulkan sial/celaka atau
dampak sosial lainnya. Ruwatan bagi masyarakat jawa adalah suatu
bentuk usaha yang bertujuan agar kelak setelah menjalani ruwatan mendapatkan berkah berupa keselamatan,
kesehatan, kedamaian, ketentraman jiwa, kesejahteraan dan kebahagiaan bagi diri sendiri
secara khusus maupun bagi keluarga
dalam lingkup yang lebih besar lagi.
Ruwatan rambut gimbal adalah upacara pemotongan (cukur) rambut pada anak-anak berambut gimbal (gembel) yang dilakukan oleh masyarakat di daerah Dataran
Tinggi Dieng (Dieng Plateau), Jawa Tengah.
Ritual ruwatan yang diadakan
pada tanggal satu Suro menurut Kalender Jawa ini bertujuan untuk
membersihkan atau membebaskan anak-anak berambut gimbal dari sukerta/sesuker (kesialan, kesedihan, atau malapetaka).
Prosesi ruwatan dimulai dari rumah tetua
adat setempat di Dieng,
Batur, Banjarnegara. Anak-anak
berambut gimbal yang hendak
diruwat dikumpulkan. Di tempat itu, juga telah disiapkan segala sesuatu yang diminta oleh anak-anak tersebut. Dari rumah tetua adat, mereka
mengikuti arak-arakan keliling kampung di dataran dengan ketinggian di atas 2.000 meter di atas permukaan laut. Kemudian, ke-11 anak dibawa ke Kompleks
Dharmasala untuk mengikuti jamasan rambut. Air jamasan diambilkan dari Sendang Sedayu. Anak-anak lalu dibawa
ke Kompleks Candi Arjuna,
Dieng, untuk dipotong rambutnya. Setelah tembang Dandang Gula dilantunkan, prosesi pemotongan rambut pun dimulai. Yang memotong rambut adalah para sesepuh dan pejabat sekitar. Sesepuh di dataran tinggi Dieng yang juga memimpin prosesi ruwatan rambut gimbal, Naryono, mengatakan bahwa prosesi pemotongan
rambut gimbal merupakan tradisi yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam.
Menurut Naryono, yang dulunya juga merupakan anak berambut gimbal, rambut gimbal umumnya dialami sebagian penduduk di kawasan lereng empat gunung, yakni
Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Prahu dan Gunung Rogojembangan. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, anak-anak yang rambutnya gimbal merupakan titipan Anak Bajang dari Samudra Kidul. Mereka merupakan titisan dari Eyang
Agung Kolotede bagi anak laki-laki dan perempuan merupakan titisan dari Nini
Dewi Roro Ronce. Dulu, warga menganggap
bahwa anak yang berambut gimbal adalah sukerta yang berarti sial atau kesedihan.
Namun dalam perjalannya, ruwatan pemotongan rambut gimbal ternyata telah menjadi agenda wisata kultural Dieng yang setiap tahunnya digelar dan masuk dalam agenda Dieng Culture
Festival.
C. Pengaruh dan Kontribusi Konseling RET Terhadap Budaya Ruwatan Rambut Gimbal
Dengan dilakukannya konseling Rasional Emotif Terapi kepada masyakarat
Dieng bisa mengubah perspektif masyarakat terhadap individu yang memiliki rambut gimbal, masyarakat Dieng memiliki anggapan bahwa orang yang memiliki rambut gimbal akan sengsara atau
sial sehingga dilakukanlah sebuah upacara ruwatan pemotongan rambut gimbal. Dengan dilakukannya hal tersebut masyarakat
Dieng percaya bisa menghilangkan kesialan atau kesengsaraan seorang individu.
Pada
kasus tersebut konseling rasional emotif terapi melalui
teknik-teknik konseling
yang telah dijelaskan diatas dapat mengubah
cara berfikir dan berperilaku masyarakat Dieng. Bahwa rambut gimbal bukanlah sebuah kesialan bagi individu
melainkan anugerah yang telah diberikan oleh Allah SWT. Sekaligus menyadarkan kepada masyarakat Dieng agar lebih bisa menghargai
perbedaan satu sama lain.
Adapun
kontribusi konseling RET terhadap budaya jawa yaitu ruwatan
rambul gimbal, antara lain:
1. RET
efektif digunakan untuk meneliti premis yang mendasari perilaku
2.
Membantu membelajarkan klien mengenai cara berfikir
dan berperilaku
3.
Penspesifikan mengenai penyakit mental dan pengobatan.
Kesimpulan
Terapi rasional emotif� adalah
asumsi bahwa berfikir dan emosi bukan dua proses yang terpisah melainkan menekankan pada mengubah cara berfikir, cara berperasaan dan berperilaku. Menurut Glading, tujuan terapi Rasional Emotif yakni untuk
mengjak anggota kelompok berfikir rasional. Rasional emotif menggunakan berbagai teknik yang bersifat emotif, behavioral, dan kognitif yang disesuaikan dengan kondisi konseli.
Konseling rasional emotif terapi ini mengubah
cara berfikir dan berperilaku masyarakat bahwa rambut gimbal merupakan sebuah anugerah yang telah diberikan oleh Allah SWT. Sekaligus
menyadarkan kepada masyarakat Dieng agar lebih bisa menghargai perbedaan satu sama lain.
BIBLIOGRAFI
Chrisanti, Indah Serafina. (2021).
Persepsi Masyarakat Dieng Terhadap Ruwatan Rambut Gimbal. Jurnal Komunikasi dan Media. Vol. 01 N0. 02, 147 � 155.
Nurdin, Farid. (2018). Pengaruh Konseling Rasional Emotif Terapi Terhadap Kepercayaan Diri Anak Sekolah Dasar. Primaria Educationem
Journal. Volume 1. Nomor 1.
Hartanti, Jahju. (2019). Pengembangan
Modul Saku Konseling Rasional Emotif Terapi (RET) Bagi Calon Konselor Dalam Mengembangkan Konsep Diri Positif.
Sunarto, Perkembangan Peserta
Didik.2013. Jakarta: Rinneka Pustaka.
Larasati,yudha mustika.(2018). Peran Layanan Konseling Individu Dengan Pendekatan Rational Tmotive Teraphy (RET) Dalam Mengatasi Kecemasan Sosial Dikelas VIII E Pada
Siswa SMP Negeri 1 Gondangrejo
Tahun Pelajaran 2017/2018
Akhmad Sudrajat. (2013). Mengatasi
Masalah Siswa Meelalui Layanan Individu. Yogyakarta: Paramitra
Publishing.
Febrianto, Alfian. Riawanti, Selly & Gunawan, Budhi. (2017). Mitos Rambut Gimbal: Identitas Budaya Dan Komodifikasi Di Dataran Tinggi Dieng. Tesis. Universitas Padjadjaran.
Hidayah, U.
(2019). Nilai-Nilai Sosial Dalam Budaya Ruwat Rambut
Gembel Di Desa Dieng Kulon Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara. Skripsi. IAIN Purwokerto.
Copyright holder: Eka Wahyu Ayuningtias, Dini Apriliani Natasha, Senly Anggun Tirani, Benget Manaon Silaban (2022) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is
licensed under: |
�����������������������������
�����������