Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 5,
Mei 2022
PENGARUH BUDAYA DALAM KEBERHASILAN KONSELING
Indah Permata Sari, Wasti
Hotmaria Sitanggang, Mukti
Lestari Setya Ningsih, Annisa Putri Rinjani, Shelly Marcelina
Nababan
Bimbingan dan Konseling, Universitas Jambi, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], �[email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Interaksi sosial yang terbentuk
dalam keberagaman ini memerlukan suatu pemahaman lintas budaya Dalam
bidang Bimbingan dan Konseling, keberagaman budaya menyadarkan pentingnya pelayanan Bimbingan dan Konseling yang berbasis multibudaya dan kompetensi multibudaya bagi konselor profesional.
Konselor sekolah dalam menghadapi beragam perbedaan konseli, perlu mengubah persepsi mereka, belajar tentang konseling dan konsultasi, mencukupkan diri dengan pengetahuan
tentang budaya lain, bentuk rasisme
dan berperan sebagai agen perubahan sosial.
Kata Kunci: Konseling, Multibudaya, Budaya, Konselor
Abstract
Social interactions that are formed in this diversity require a
cross-cultural understanding. In the field of Guidance and Counseling, cultural
diversity realizes the importance of Guidance and Counseling services based on
multiculturalism and multicultural competence for professional counselors.
School counselors in dealing with various counselee differences, need to change
their perceptions, learn about counseling and consultation, be content with
knowledge of other cultures, forms of racism and act as agents of social
change.
Keywords: counseling, multicultural, culture, counselor
Pendahuluan
Temuan penelitian sebelumnya dalam proses konseling
jarang mempertimbangkan nilai-nilai budaya lokal daripada konseling berbasis
kearifan lokal. Namun yang terjadi di lapangan justru konselor sekolah kurang
memiliki kesadaran budaya dalam menghadapi beragam perbedaan konseli. Berangkat
dari masalah-masalah yang muncul dan ekspektasi yang tinggi terhadap profesi
konselor, maka dalam artikel ini akan dibahas tentang: 1) konselor peka budaya
sebagai konselor profesional, 2) fakta dan kenyataan konselor yang tidak pekak
budaya, 3) solusi bagi konselor tidak peka budaya dalam menghadapi masyarakat
ekonomi ASEAN.
Konselor sekolah dalam menghadapi beragam perbedaan
konseli, perlu mengubah persepsi mereka, belajar tentang konseling dan
konsultasi, mencukupkan diri dengan pengetahuan tentang budaya lain, bentuk
rasisme dan berperan sebagai agen perubahan sosial.
Keterbatasan
jumlah konselor disekolah menyebabkan banyak permasalahan yang tidak teratasi.
Program bimbingan teman sebaya (konselor sebaya) merupakan salah satu solusi
untuk membantu siswa. Mengingat pentingnya posisi konselor sebaya maka
diperlukan adanya media yang mengembangkan kompetensi
konselor multibudaya pada diri konselor sebaya.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka, dan
buku online. Peneliti mengkaji mengenai �Pengaruh Budaya
dalam Keberhasilan Konseling�. Terdapat beberapa urgensi kajian pustaka, yaitu untuk:
1) Mengetahui
masalah penelitian
2) Membantu
memilih prosedur penyelesaian masalah penelitian
3) Memahami
latar belakang teori masalah penelitian
4) Mengetahui
manfaat peneltian sebelumnya
5) Menghindari
terjadinya duplikasi penelitian
6) Memberikan
pembenaran alasan dan pemilihan masalah penelitian. Pembuatan
literatur review jurnal dilakukan pada tahun 2022.
Hasil Dan Pembahasan
A. Kemampuan yang Harus Di Miliki oleh Konselor Sekolah
Menilik
pada proses layanan konseling dimana merupakan suatu layanan dengan sifat
layanan kuratif serta mengedepankan keterampilan komunikasi baik melalui
komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal saat proses konseling untuk membantu
konseli dalam menyelesaikan masalahnya, para ahli dalam beberapa karya tulisnya
sering menemukan proses konseling dimana konselor kurang peduli terhadap adanya
perbedaan budaya serta atributnya antara konseli dan konselor yang berdamapak
pada munculnya jarak antara konseli dan konselor dalam proses konseling.
Didalam
proses konseling konselor dan konseli baik secara langsung atau tidak langsung
nampak atau tidak nampak membawa serta seluruh atribut psikofisik yang unik
meliputi kecerdasan, bakat, minat, sikap, motivasi dan sosiobudaya. Kepekaan
multibudaya sangat penting bagi seorang konselor dan akan sangat berguna pada
saat konselor dihadapkan dalam proses konseling yang beratmosfer perbedaan
budaya terutama dalam kondisi konselor dengan konseli memiliki latar belakang
budaya berbeda. Profil konselor tersebut merupakan seorang konselor yang
menyadari benar bahwa dilihat dari sisi budaya, inidvidu memiliki karakteristik
yang unik dan dibawa dalam proses konseling sehingga secara tidak langsung
diperlukan pemahaman yang benar dan mendalam tentang latar
belakang budaya konseli.
Pembahasan
Hakikat sifat layanan konseling merupakan layanan kuratif yang menuntut
konselor berperan sebagai memberi fasilitas, motivator, dan evaluator terhadap
kesesuaian potensi yang dimiliki konseli terhadap langkah penyelesaian masalah
konseli. Selain itu dalam layanan konseling konseling konselor
mengimplementasikan keterampilan-keterampilan sosial dalam setiap sesi
konseling.
Layanan
konseling merupakan proses dimana konselor dan konseli mempertemuakan
atribut-atribut psikofisik seperti kecerdasan, bakat, minat, sikap, motivasi
dan sosio-budaya. Selama berlangsungnya proses konseling secara tidak langsung
seluruh atribut budaya diantara konselor dan konseli akan muncul yang mewakili
keunikan individu masingmasing. Layanan konseling menjadi lebih optimal andai kompetensi
multibudaya serta pemahaman atribut psikofisik diri sendiri dan atribut
psikofisik konseli yang dibawa dalam layanan konseling dimiliki oleh konselor
sehingga pemahaman dan penghayatan mendalam mengenai identitas budaya dapat
dijadikan jembatan yang menghubungkan kesenjangan antara atribut psikofisik
konselor dan atribut psikofisik konseli serta dapat mewujudkan layanan konseling yang efektif.
Pernyataan
tersebut dapat dipahami bahwa kompetensi multibudaya seorang konselor adalah
reaksi dari perbedaan dinamika budaya antara budaya konselor itu sendiri dengan
dinamika budaya konselor yang berasal dari suatu tingkatan sosial. Interaksi
sosial yang terbentuk dalam keberagaman ini memerlukan suatu pemahaman lintas
budaya Dalam bidang Bimbingan dan Konseling, keberagaman budaya menyadarkan
pentingnya pelayanan Bimbingan dan Konseling yang berbasis multibudaya dan
kompetensi multibudaya bagi konselor profesional.
Konselor
sekolah dalam menghadapi beragam perbedaan konseli, perlu mengubah persepsi
mereka, belajar tentang konseling dan konsultasi, mencukupkan diri dengan
pengetahuan tentang budaya lain, bentuk rasisme dan berperan sebagai agen
perubahan sosial. Namun yang terjadi di lapangan justru konselor sekolah kurang
memiliki kesadaran budaya dalam menghadapi beragam perbedaan konseli. Berangkat dari masalah-masalah yang muncul
dan ekspektasi yang tinggi terhadap profesi konselor, maka dalam artikel ini
akan dibahas tentang: 1) konselor peka budaya sebagai konselor profesional, 2)
fakta dan kenyataan konselor yang tidak pekak budaya, 3) solusi bagi konselor
tidak peka budaya dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN.
Jawa
Timur memiliki tujuh etnis yaitu Osing, Tengger, Madura, Jawa, Samin, Materaman,
dan Bawean. Dampak positif layanan konseling berbasis budaya memiliki nilai
strategis: membangun pencitraan layanan konseling internal dan eksternal,
memfasilitasi konselor saat melayani konseli dengan keragaman budaya dengan
teknik perubahan yang tepat, dan Konseling Kognitif-behavioral berbasis
kearifan lokal menjadi paradigma konseling baru di Indonesia khususnya di Jawa Timur.
Kerangka
Konseling Kognitif-behavioral
adalah suatu bentuk konseling yang memadukan prinsip
dan prosedur Konseling Kognitif dan Konseling behavioral dalam upaya membantu
konseli dalam mencapai perubahan perilaku yang diharapkan. Temuan penelitian
sebelumnya dalam proses konseling jarang mempertimbangkan nilai-nilai budaya
lokal daripada konseling berbasis kearifan lokal. Terdapat kesenjangan bahwa
konselor etnis Madura dalam memberikan pendampingan kepada konseli etnis Madura
murni menggunakan paradigma konseling dari seks
Anglo, misalnya Amerika.
Karakteristik
Konseling Kognitif-behavioral
berbasis kearifan lokal perlu dikembangkan model dan
keunikan paradigmatiknya, sehingga melahirkan kerangka Konseling
Kognitif-Perilaku berbasis kearifan lokal Jawa Timur. Pengembangan kerangka
Konseling Kognitif-behavioral baru mulai dari pandangan manusia, karakteristik
konseling, kondisi dan mekanisme perubahan termasuk teknik konseling. Kerangka baru
Konseling Kognitif-behavioral berbasis kearifan lokal dapat digunakan oleh
konselor Jawa Timur. Model Konseling Kognitif-behavioral berbasis kearifan lokal
dapat membantu pertumbuhan profesional konselor. Pada gilirannya mendorong
konselor merasa senang dan percaya diri dalam memberikan layanan konseling dan
mengurangi kebingungan praksis konselor ketika menerapkan model konseling yang
dipilih.
B. Konselor Sebaya
Keterbatasan
jumlah konselor disekolah menyebabkan banyak permasalahan yang tidak teratasi. Program
bimbingan teman sebaya (konselor sebaya) merupakan salah satu solusi untuk
membantu siswa. Mengingat pentingnya posisi konselor sebaya maka diperlukan
adanya media yang mengembangkan kompetensi konselor multibudaya pada diri
konselor sebaya. Kompetensi kesadaran budaya membantu konselor sebaya untuk
mengintegrasikan budaya disekitar mereka dengan budaya mereka sendiri, artinya
kompetensi ini merupakan kemampuan yang membantu konselor sebaya mengambil
sikap proaktif terhadap perbedaan budaya, mengenali dan menghargai multibudaya
setiap individu. Konselor sebaya berperan penting pada kegiatan konseling
sebaya. Pentingnya mengembangkan kompetensi-kompetensi konselor multibudaya
pada konselor sebaya masih belum diimbangi dengan pengembangan medianya. Oleh
karena itu, dibutuhkan media yang dapat digunakan sebagai panduan bagi konselor
sebaya dalam mengembangkan kompetensi
kesadaran budayanya.
Hal
ini pula yang menjadi keunggulan Indonesia dilihat dari segi kependudukannya.
Namun dengan menggunakan angka pertumbuhan penduduk di Indonesia, diperkirakan
jumlah keseluruhan penduduk Indonesia pada tahun 2013 sebesar 250 juta jiwa
dengan pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% per tahun. Keadaan jumlah penduduk
sebesar itu, tentu memerlukan perhatian yang besar dari pemerintah/negara atau
lembaga terkait untuk dapat memenuhi kebutuhan penduduknya, Agar jumlah
penduduk yang besar ini dapat berperan sebagai sumber daya pembangunan di tanah
air.
Dari
grafik Jumlah Penduduk Indonesia yang bersumber dari Badan Sensus Penduduk kita
mengetahui bahwa pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia sangat melaju pesat.
Kemudian Jumlah Penduduk Indonesia tahun 2014 sebesar 248 juta jiwa, dengan
jumlah total populasi kurang lebih 250 juta penduduk, Indonesia adalah negara
berpenduduk terpadat nomor empat di dunia. Meskipun demikian, lebih dari
separuh jumlah penduduk Indonesia didominasi oleh dua suku terbesar: suku Jawa
(41 persen dari total populasi) dan suku Sunda (15 persen dari total populasi).
Kedua suku ini berasal dari pulau Jawa, pulau dengan penduduk terbanyak di
Indonesia yang mencakup sekitar enam puluh persen dari total populasi
Indonesia. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan
dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang
dianut.
C. Yang Harus Diperbaiki oleh Konselor Sekolah
a) Konselor Profesional
Adalah Konselor Yang Memiliki Kesadaran (Kepekaan) Budaya Konselor harus
memiliki kesadaran multibudaya agar bisa mengenali konseli yang berlatar
belakang budaya yang berbeda-beda. Konselor yang bermartabat ialah konselor
yang memiliki culture respect yang baik serta mampu membuat nyaman konseli yang
memiliki latar belakang budaya. Selain itu, juga memiliki responsibilitas
budaya yang bagus untuk menangani konseli yang bermultibudaya. Konselor yang
profesional harus memiliki keterampilan dan teknik konseling yang memadai serta
bagaimana menghadapai masalah dari konseli yang berbeda budaya.
b) Fakta Dan Kenyataan:
Konselor Kurang Memiliki Kesadaran (Kepekaan) Budaya Memahami peran budaya yang
kompleks merupakan tantangan utama dalam praktek konseling. Konselor perlu
mengembangkan kerangka kerja konseptual untuk memahami salah satu dinamika yang
paling penting yang harus diperhatikan dalam konseling praktik pengembangan
identitas budaya. Tiap individu mempunyai karakteristik yang berbeda, bahkan
kembar identik yang secara teoritis berbagi gen yang sama dan dibesarkan di
keluarga yang sama akan menjadi pribadi yang berbeda. Konselor sekolah dituntut
untuk menunjukkan keterampilan profesional dan kualifikasi yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan konseli yang beragam perbedaan identitas dan budaya. Konseling
multibudaya membutuhkan integrasi kesadaran, pengetahuan dan keterampilan
multibudaya dan budaya spesifik ke dalam lingkungan konseling. Kapasitas
konselor harus memiliki kesadaran dan pengetahuan tentang keberagaman budaya
pada diri sendiri dan orang lain, dan bagaimana kesadaran dan pengetahuan tersebut diterapkan secara efektif. Konseling multibudaya adalah peran membantu dalafm proses
mendefinisikan tujuan konsisten dengan pengalaman hidupdan nilai-nilai budaya
konseli, mengaku.
Kesimpulan
����������� Hakikat budaya dalam konseling
lintas budaya adalah suatu kajian. Atau yang menjadikan sebuah konseling lintas
budaya dapat terjadi seperti kita ketahuai, bahwa proses konseling lintas
budaya terjadinya antara klien dan konselor yang berbeda budaya. Seperti kita
ketahuai bahwa setiap individu itu unik, dimana mereka mempunyai karakteristik
yang berbeda-beda dari keunikanya tersebut.
����������� Lalu ada Peran konselor dalam
pelaksanaan konseling lintas budaya ialah konselor memiliki peran sebagai
pengendali dalam setiap pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling,
termasuk pelaksanaan layanan konseling lintas budaya.
����������� Budaya cukup mempengaruhi keberhasilan
seorang konselor dalam melakukan konseling Konselor harus mengenal latar
belakang budaya yang dapat mempengaruhi perilaku konseli, sebab bila konselor
tidak mengenal budaya konseli akan terjadi layanan bias budaya, dan layanan
yang tidak peka budaya dapat menyebabkan
layanan yang tidak efektif.
BIBLIOGRAFI
Afiati, Evi. Rahmawati. Yoga, Wibowo, Bangun. (2021). Buku Ajar Bimbingan Dan Konseling
Multibudaya. Banten: Media Edukasi Indonesia.
Agung,
N., Dewang, S. (2017). Kepekaan Multibudaya Bagi Konselor Dalam Layanan
Konseling. Journal of Innovative
Counseling: Theory, Practice & Research, 1(1), 9-18.
Agus,
A. (2017). Multicultural Conselling Competence Of
Conselling Teacher At Madrasah Aliyah (The Alumny Of Conselling Training From
Teacher Training Centre Surabaya). Jurnal Diklat Keagamaan,11(1), -.
Alizarnar.
Afdal. (2016). Faktor Budaya Dalam Kreativitas Dan Upaya Konselor Dalam
Peningkatannya. Pros/ding
KonvensiNasionalBK XIX ABKIN, -(-), 20-21.
Andi,
W. I., Luthfita, C. I., Yasintha, S. P. (2019). Urgensi Beginning Stage dalam
Konseling Kelompok sebagai Prevensi Problematika Multibudaya. Seminar Nasional Ilmu Pendidikan FKIP UNMUL
I, (-), -.
Ari,
K., Hadi. W., Bambang, D. W. (2017). Pengembangan Modul Cultural Awareness
Untuk Konselor Sebaya. Jurnal Bikotetik,
1(1), 0 - 36.
Dian,
R. Y. (2018). Pendekatan Lintas Budaya Dalam Konseling Individu Untuk
Meningkatkan Tanggung Jawab Pribadi Konseli. Jurnal Ilmiah Pro Guru, 4(1), -.
Dodi,
A. C., Selvia, T. H. (2020). Pendekatan Multikultural Dalam Layanan Bimbingan
Dan Konseling Di Sekolah Sebagai Penerapan Komunikasi Interpersonal. Prosiding Seminar & Lokakarya Nasional
Bimbingan dan Konseling, (-), -.
Fahrul,
H., Aprezo, P. M., Hernisawati. (2018). Perspektif Bimbingan Dan Konseling
Sensitif Budaya. Konseling Komprehensif,
5(1), -.
Fahrur,
R., Yenni, H. (2019). Pengaruh Konseling terhadap Peningkatan Harga Diri Penderita Kusta. Jurnal
Keperawatan Profesional (JKP), 7(1), -.
Fransiska,
A. P. P. (2020). Pengaruh Budya Literasi Sekolah Melalui Pemanfaatan Sudut Baca
Terhadap Minat Membaca Siswa Di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 2(1), 81-85.
Galang,
S. G. (2015). Urgensi Kesadaran Budaya Konselor Dalam Melaksanakan Layanan
Bimbingan Dan Konseling Untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). GUIDENA Jurnal Ilmu Pendidikan Psikologi
Bimbingan dan Konseling, 5(2), 45-58.
Heti,
A., Uus, R. (2020). Bimbingan Dan Konseling Multikultural Di Lembaga Pendidikan
Pesantren Pada Generasi Z. -, 8(2), -.
Ishlakhatus,
S., Moh, Z. H. A. (2019). Perspektif Nilai Pesantren: Pengembangan Kualitas
Pribadi Ideal Konselor. �Ul�mun�: Jurnal Studi Keislaman, 5(1), 1-12.
Melly,
S. (2017). Pengaruh sikap otentik konselor dan keterbukaan diri konseli
terhadap keberhasilan konseling. Universitas
Katolik Widya Mandala Madiun, (-), -.
Ngurah,
Adhiputra, Agung. 2013. Konseling Lintas Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu Yuwinda,
A. (2019). Memahami Komunikasi Antar Budaya Dalam Layanan Konseling Kelompok. Jurnal Bimbingan dan Konseling
Borneo, 1(2), 30-36.
Ngurah,
Adhiputra. 2014. Konseling Lintas Budaya.
Denpasar: -.
Nur,
H., M. R., Husni, H. (-). Urgency Cognitive-Behavioral Counseling Based On Local Wisdom For Junior High School Counselor In East
Java. Advances in Social Science,
Education and Humanities Research, 118(-), -.
Suci,
P. (2018). Konseling Lintas Budaya. Jurnal
Ilmiah Konseling, 18(2), -.
Syarifuddin,
D. (2012). Bimbingan Dan Konseling
Lintas Budaya: Telaahan
Nilai dan Karakter dalam Hubungan Konseling. -, -(-), -.
Yuliana,
N., Wahidah. F., Silvianetri. (2022). Konseling Agama Dengan Pendekatan Budaya
Dalam Membentuk Resiliensi Remaja. Jurnal
Ilmiah BK, 5(1), 66-76.
Copyright
holder: Indah Permata Sari, Wasti
Hotmaria Sitanggang,
Mukti Lestari SetyaNingsih, Annisa
Putri Rinjani, Shelly Marcelina Nababan
(2022) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is
licensed under: |