Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7, No. 6, Juni 2022
ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI PENGGUNAAN MOTOR
INDUKSI KELAS IE1, IE2, IE3 DAN IE4 PADA APLIKASI
POMPA AIR DI MASYARAKAT UNTUK
MENDUKUNG EFISIENSI ENERGI DAN PENURUNAN CO2
Fikri Adzikri, Iwa Garniwa
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia, Depok, Indonesia
Institut Teknologi PLN, Cengkareng, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Sektor perumahan menjadi salah satu
sektor beban energi listrik yang harus diperhatikan. Berdasarkan data statistik PLN
2021, energi yang terjual ke pelanggan sektor
rumah tangga sebesar 44,78% dari total energi listrik yang terjual oleh PLN. Ini menunjukan sektor perumahan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam konsumsi
energi listrik. Pemahaman dalam memilih alat � alat listrik yang efisien di sektor perumahan akan mempengaruhi beban listrik nasional yang lebih efisien, termasuk penggunaan motor induksi pada aplikasi pompa air. Tujuan dari studi yang dilakukan untuk menurunkan konsumsi energi listrik, memberi gambaran keuntungan secara teknoekonomi pada pemakaian motor
induksi pompa air yang lebih efisien serta
memberikan rekomendasi kebijakan pengaplikasian motor induksi yang efisien. Metode yang digunakan adalah mensimulasikan penggunaaan motor induksi dengan skenario analitik �perbandingan� antara motor
induksi non IEC dan standard IEC dari
sisi teknoekonomi. Secara teknis semua
kelas motor standard IEC lebih
efisien dibandingkan non IEC. Ditinjau dari nilai life cycle cost dari penggunaan
motor standard IEC akan semakin
meningkat dengan pertambahan kelas dan rating daya. Sedangkan ditinjau dari cost of efficiency, dinilai
menguntungkan karena rata -
rata semakin meningkat kelasnya akan semakin
rendah nilai biaya efisiensinnya. Investasi yang dilakukan tidak mengandung pengembalian modal apabila diperhitungkan dengan NPV, PI dan IRR berdasarkan pengeluaran tahunannya. Sedangkan dari tinjauan dalam
mengembalikan selisih modal
motor Standard IEC terhadap motor Non
IEC, investasi dinilai
layak pada beberapa rating daya. Kebijakan yang direkomendasikan untuk penerapan motor kelas IE3 dan IE4
adalah melalui penerapan standard kinerja energi minimum dan pelabelan, kampanye efisiensi energi, insentif pada sektor produsen, dan kebijakan subsidi.
Kata Kunci: motor induksi, effisiensi, konsumsi energi
Abstract
The housing sector is one of the
electrical energy burden sectors that must be considered. Based on PLN 2021
statistical data, the energy sold to household sector customers is 44.78% of
the total electricity sold by PLN. This shows the housing sector has a
significant influence on electrical energy consumption. Understanding in
choosing efficient electrical devices in the housing sector will affect the
more efficient national electricity load, including the use of induction motors
in water pump applications. The purpose of the study conducted to reduce
electrical energy consumption, provide a description of the advantages of
techno economy on the use of more efficient water pump induction motors and
provide recommendations for the policy of applying an efficient induction
motor. The method used is to simulate the use of induction motors with an
analytical "comparison" scenario between non -IEC induction motors
and standard IEC from the technoeconomic side. Technically all Standard IEC
motor classes are more efficient than non IEC. Judging
from the life cycle cost value of the use of the IEC standard motorbike, it
will increase with class increase and power rating. Whereas in terms of cost of
efficiency, it is considered profitable. Because the average increasing class
will be the lower the value of efficiency costs. The investment made does not
contain return on capital when calculated with NPV, PI and IRR based on the
annual expenditure. While from a review in restoring the difference in the
capital of the IEC motorcycle to non IEC motorcycles,
investment is considered feasible in several power ratings. The recommended
policy for the application of IE3 and IE4 class motors is through the
application of minimum energy performance and labeling standards, energy efficiency
campaigns, incentives in the producer sector, and subsidized policies.
Keywords: induction motor, efficiency,
energy consumption
Pendahuluan
Secara global sektor perumahan memiliki pangsa 35 % dari beban listrik
dunia (Van Werkhoven, M. and Advani, 2017),
dengan rata � rata peralatan
� peralatan yang digunakan adalah lampu, televisi,
kulkas, penanak nasi, pendingin udara (AC), kipas angin, dispenser, setrika, mesin cuci, pompa air dan perlatan lainnya (seperti charger laptop dan peralatan
elektronika lainnya yang berdaya rendah).�
Salah satu beban yang harus diperhitungkan dalam sektor perumahan
adalah beban penggunaan motor induksi, karena beban motor induksi bersumbangsih sekitar lebih dari
50% dari� konsumsi listrik dunia (Goman, Oshurbekov, Kazakbaev, Prakht, & Dmitrievskii, 2019) dan menyumbangkan sekitar 6040 MT CO2 (Santos et al., 2014).
Sedangkan dari Aplikasi penggunaan motor induksi secara global digunakan untuk penggunaan pompa air (22%), kipas angin (16%), konveyor (2%), pendingin (7%), kompresi udara (18%) dan aplikasi lainnya (35%) (Bucci, Ciancetta, Fiorucci, & Ometto, 2016). Sedangkan lebih
spesifik penggunaan motor induksi untuk sektor
perumahan ada pada penggunaan pompa air dan kipas angin. Oleh karena itu efisiensi
pada mesin induksi menjadi sangat potensial dapat dilakukan untuk menurunkan konsumsi energy.
Hasil survey yang� dilakukan untuk memperoleh data primer penggunaan
pompa air di masyarakat dan
motor pompa yang tersebar
di pasaran, rata � rata motor yang dipakai masyarakat dan dijual dipasaran adalah motor � motor pompa diluar standard IEC (IE0) (MENAFN, 2019). Hal ini pula yang membuat penggunaan pompa air khususnya untuk pompa sumur tidak
diketahui dengan jelas terkait dengan
efisiensi penggunaannya, karena peggunaannya harus sesuai dengan
spesifikasi dari pompa air yang digunakan.
Sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No 14 Tahun 2021, di Indonesia sendiri penerapan MEPS sesungguhnya telah dilaksanakan dalam bentuk Standard Kinerja Energi Minimum (SKEM) namun masih dalam tataran peralatan televisi, kipas angin, AC, rice cooker dan lemari pendingin (Indonesia, 2021). Sedangkan untuk penggunaan pompa air sendiri masih belum ditetapkan dalam SKEM.
Beberapa penelitian terkait telah dilakukan terutama mengenai kinerja motor dengan standard IEC 60034-30-1. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Julio R. Gomez dkk, yang mengidentifikasi peluang teknoekonomi pada penggunaan motor efisiensi premium sebagai alternatif untuk negara berkembang tepatnya pada penggantian motor efisiensi kelas IE1 ke IE3. Studi yang dilakukan dengan metode yang diusung menghindari evaluasi semua motor di tempat yang sedang diteliti dan menunjukkan keefektifannya dengan menunjukan biaya energi yang dihemat untuk membedakan motor mana yang akan dievaluasi� (G�mez, Quispe, Castrill�n, & Viego, 2020).
Penelitian lainnya adalah
mengenai performa kelas motor IEC yang dilakukan oleh Victor Goman dkk,
penelitian yang dilakukan adalah membandingkan kinerja motor kelas IE2, IE3 dan
IE4 pada aplikasi pompa air
sektor industri dalam kontribusinya menyumbangkan emisi CO2 serta keuntungan ekonomi yang didapatkan dari penggunaan motor. Pada penelitian ini didapat bahwa, meskipun biaya investasi awal motor IE4 lebih tinggi daripada
motor IE3, motor IE4 lebih menguntungkan
jika dipertimbangkan lebih dari 3 tahun
pengoperasian dan juga memberikan
pengurangan emisi CO2 yang signifikan (Goman et al., 2019).
Kemudian penelitian � penelitian mengenai
kinerja pompa air untuk efisiensi secara nasional
juga banyak dilakukan. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Eka Nurdiana dkk. Penelitiannya menganalisis efisiensi mesin
pompa air untuk pemanfaatan rumah tangga. Hasil penelitian ini
disimpulkan bahwa performa pompa air Tipe PW-120JET memiliki kurva performa yang mendekati kurva performa pada spesifikasinya (Nurdiana, Syafei, & Prawoto, 2021).
Kemudian penelitian lainnya adalah yang dilakukan Khalif Ahadi dkk, tentang efisiensi
energi pompa air sumur yang digunakan pada sektor rumah tangga.
Pada penelitian yang dilakukan
memberikan gambaran efisiensi pompa air yang beredar di masyarakat Indonesia serta membahas potensi penghematan energi dengan pemberlakuan
standar mutu hemat energi untuk
pompa air pada sektor perumahan. Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah, jika diberlakukan
standar mutu hemat energi dengan
batas nilai efisiensi minimum 29,2%, akan dapat menghemat energi listrik nasional sekitar 555,4 MWh per-tahun (Ahadi, Anggono, & Suntoro, n.d.).
Dari beberapa percobaan dan penelitian � penelitian terkait yang telah belum ditemukan studi yang menganalisa secara teknis dan ekonomi penggunaan motor induksi pompa air di masyarakat menggunakan skenario perbandingan motor induksi Non IEC dan Standard IEC serta data bebannya diambil dari kondisi eksisting penggunaan pompa air di masyarakat, kemudian membandingkan keuntungan yang diperoleh dari konsumsi energi yang diserap, efisiensi, penghematan biaya dan emisi CO2.
Pada penelitian ini akan lebih di fokuskan ke penggunaan motor induksi penggerak pompa air pada sektor perumahan khususnya di Indonesia. Tujuan dari studi yang dilakukan untuk menurunkan konsumsi energi listrik, memberikan gambaran keuntungan secara teknoekonomi pada pemakaian motor induksi pompa air yang lebih efisien serta memberikan rekomendasi kebijakan pengaplikasian motor induksi yang efisien.
Metode Penelitian
Metode yang
digunakan adalah simulasi dan analisis teknoekonomi penggunaaan motor induksi
pada aplikasi pompa air dengan membandingkan antara motor induksi Non IEC dan motor
standard IEC. Simulasi dan analisis teknoekonomi dilakukan secara analitik
untuk memperloleh hasilnya sebelum dianalisis. Adapun tahapan � tahapan
penelitian yang dilakukan dapat
ditunjukan pada gambar 1 sebagai berikut :
Gambar 1
Alur Penelitian
Pengukuran data lapangan dilakukan untuk
mengetahui karakteristik beban penggerak pompa air dimasyarakat. Setelah itu
dilakukan asumsi penggunaan motor induksi masyarakat (eksisting) dengan dataset
WEG Electric Motor yang disimulasi
menggunakan beban hasil pengukuran, untuk diketahui konsumsi energi dan emisi
yang dihasilkan. Tahap selanjutnya dilakukan simulasi perbandingan penggerak
pompa air eksisting yang diasumsikan dipakai dirumah warga, dengan motor dengan
standard IEC dari kelas IE1 sampai IE4. Motor kelas IE4 diproyeksikan untuk
penggunaan pada golongan tarif 1300 VA (disesuaikan dengan asumsi). Data
spesifikasi motor kelas IEC diambil dari dataset WEG Electric Motor. Motor dengan standard IEC tersebut menggantikan
motor induksi eksisting dirumah warga yang spesifikasinya disesuaikan mendekati
yang sedang digunakan secara eksisting. Pengambilan sampel
data dilakukan pada 7 rumah
warga yang memakai pompa air standard Non-IEC. Berikut adalah asumsi simulasi motor induksi Non
IEC dan penggantian motor induksi yang digunakan, seperti yang ditunjukan pada tabel 1
dan tabel 2 :
Tabel 1
Asumsi Simulasi Motor Non IEC
Kelas Daya |
Asumsi Pengaplikasian
Beban Dari Data Primer Berdasarkan Rating Daya, Beban Dan� Kelas Daya Pada� Sektor Perumahan Di Indonesia Ke Dataset
Non IEC |
||||||||
Non IEC |
�� ASUMSI |
Non IEC |
|||||||
|
HP |
Load (%) |
|
HP |
Load (%) |
Load (%) (dataset) |
Effisiensi (%)
(dataset) |
||
450 VA |
Nasional GP 125 |
0,17 |
80 |
WEG |
0,16 |
84 |
75 |
39 |
|
450 VA |
Shimizu Jet 108 Bit |
0,20 |
83 |
WEG |
0,25 |
67 |
75 |
41 |
|
1300 VA |
�Wasser
PW 381 ea |
0,50 |
82 |
WEG |
0,5 |
83 |
75 |
64 |
|
1300 VA |
Guchi Model 255A |
0,36 |
90 |
WEG |
0,33 |
97 |
100 |
53 |
|
900 VA |
Dabavon Pompa DP-255A |
0,34 |
92 |
WEG |
0,33 |
94 |
100 |
53 |
|
900 VA |
Paloma PP-260JP |
0,34 |
85 |
WEG |
0,33 |
86 |
75 |
48 |
|
450 VA |
Shimizu PS 135 EA |
0,18 |
80 |
WEG |
0,16 |
91 |
100 |
45 |
Tabel 2
Asumsi Simulasi Perbandingan Motor Non IEC dan Standard IEC
Kelas Daya elas Daya |
Asumsi Perbandingan� Motor Induksi Non Iec Dan Iec Berdasarkan
Rating Daya, Beban Dan� Kelas Daya
Pada� Sektor Perumahan Di Indonesia |
|||||||
Non IEC |
PERBANDINGAN |
Kelas IEC |
||||||
|
HP |
Load (%) |
|
HP |
Load (%) |
Nilai Beban yang
Digunakakan dari Dataset (%) |
||
450 VA |
WEG |
0,16 |
84 |
WEG |
0,16 |
84 |
75 |
|
450 VA |
WEG |
0,25 |
67 |
WEG |
0,25 |
67 |
75 |
|
1300 VA |
WEG |
0,5 |
83 |
WEG |
0,5 |
83 |
75 |
|
1300 VA |
WEG |
0,33 |
97 |
WEG |
0,33 |
97 |
100 |
|
900 VA |
WEG |
0,33 |
94 |
WEG |
0,33 |
94 |
100 |
|
900 VA |
WEG |
0,33 |
86 |
WEG |
0,33 |
86 |
75 |
|
450 VA |
WEG |
0,16 |
91 |
WEG |
0,16 |
91 |
100 |
Pada hasil perhitungan data lapangan
diambil hasil perhitungan bebannya saja, kemudian penggunaan motor induksi di
masyarakat diasumsikan penggunaannya menggunakan motor (non �IEC) yang memiliki
data yang lengkap dan disesuaikan dengan persentase pembebanan dan daya yang
dikenakan pada motor yang perbandingkan. Setelah itu dilakukan skenario
perbandingan antara motor dari standard motor non IEC dan Standard IEC
disesuaikan dengan pembebanan dan juga rating daya yang ada. Sebagai contoh
penggerak pompa air dengan rating daya 0,17 HP (Non IEC) terukur memikul beban
80 %, jika motor tersebut aplikasikan dengan rating daya 0,16 (Non IEC) maka
motor tersebut akan memikul beban 84% dan nilai efisiensi yang diambil dari dataset
motor IEC adalah pada pembebanan 75 % (yang terdekat dengan nilai pembeban
87%). Begitupun skenario penggantian yang dilakukan dari standard Non IEC ke
IEC.
Beberapa persamaan � persamaan yang
digunakan dalam menghitung beberapa parameter yang ada pada penggerak pada
pompa air adalah sebagai berikut : (U.S of Departement Energy, 2014)
Penentuan Beban Motor
Perhitungan Efisiensi Pada Motor
Keterangan :
Pout =
Daya Keluar Satu Fasa (kW)
Pi = Daya Masukan Satu Fasa (kW)
Penghematan
Daya Listrik
Dimana :
Hp ����= Rating Daya Pada Nameplate Motor
L ������= Beban Motor
Dalam Format Desimal
Emotor = Efisiensi Motor Induksi (%)
Karena
desain yang lebih baik dan menggunakan bahan berkualitas tinggi, motor kelas
IEC memiliki harga sekitar 15% hingga 30% lebih tinggi dari pada yang tidak
termasuk dalam standard IEC. Namun, dalam banyak studi dan kasus, perbedaan
harga ini dengan cepat dipulihkan melalui pengurangan penggunaan listrik. Untuk
menentukan kelayakan ekonomi dari pemasangan motor efisiensi premium, maka harus diketahui
total penghematan energi tahunan dari biaya investasi awal motor standard IEC. Metode yang digunakan untuk menilai kelayakan ekonomi dari investasi
dalam langkah-langkah efisiensi energi adalah sebagai
berikut :
Life Cycle Cost
(LCC)
Life cycle cost
merupakan metode ke-ekonomian untuk mengevaluasi usaha, dimana semua biaya
pembelian, pengoperasian, perawatan dan pengeluaran lainnya serta manfaat yang
diperoleh dari usaha tersebut ditinjau kelayakannya mengenai usaha tersebut : (West)
Life Cycle Cost (LCC) =�
S + O&M
Dimana :
S = Biaya Investasi
Awal
O&M = Operational & Maintenance
Biaya operasional yang dikeluarkan selama
periode hidup aset baru yang diusahakan tersebut, akan berbeda dari tahun ke
tahun. Untuk menghitung biaya operasional yang disesuaikan dengan bunga Bank
Indonesia, dipakailah persamaan berikut ini (Yonata, 2017):
����������������������������������������������� O&MP� = O&M
Dimana :
O&MP� = Biaya Present Value O&M
O&M�� = Biaya O&M per-tahun
n = life time aset
i = Tingkat bunga
bank
Membandingkan antara manfaat yang diterima di masa yang akan datang� dengan pengeluaran dana saat ini merupakan hal yang sukar dilakukan karena adanya perbedaan nilai waktu uang. Untuk mengatasi hal tersebut dipakailah perhitungan Discount Factor (DF), yakni dengan melakukan diskonto terhadap manfaat yang diterima di masa yang akan datang ke nilai di masa sekarang. Rumus perhitungan discount factor adalah sebagai berikut (Yonata, 2017):
Dimana
DF = Discount
Factor
i ���= Tingkat bunga bank
n�� =�
Lama life time aset
Cost
of Efficiency (COE)
Cost
of Efficiency (COE)
adalah perbandingan antara biaya total per tahun dari aset dengan efisiensi yang
dihasilkannya selama periode yang sama. Perhitungan COE dari aset ditentukan oleh LCC,
Cost Recovery Factor (CRF), dan selisih
konsumsi energi antara motor standard IEC dan non-IEC. Sedangkan CRF merupakan faktor yang digunakan untuk
mengkonversikan semua cash flow dari Life Cycle Cost (LCC) menjadi
serangkaian keuntungan dalam bentuk biaya tahunan dengan jumlah yang sama. Rumus perhitungan CRF adalah sebagai
berikut : (Yonata, 2017)
�
��������������������������
Dimana
:
CRF = Cost
Recovery Factor
i����� = Tingkat suku bungan bank (%)
n���� = Life time aset (tahun)
Setelah diketahui CRF, maka perhitungan COE
dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
�������������������������������
Dimana :
COE ��������= Cost of Efficiency
LCC�������� = Life Cycle Cost
kWhsaving� = Energy yang dihemat per-tahun (kWh/tahun)
Net Present Value
(NPV)
NPV membandingkan nilai uang yang diterima hari ini dan nilai uang pada masa mendatang dengan memasukkan variabel inflasi dan laju pengembalian. NPV didasarkan pada teknik discounted cash flow (DCF) dengan tiga langkah dasar, yaitu menemukan present value dari setiap arus uang, termasuk didalamnya adalah pemasukan, pengeluaran, dan diskon harga proyek. Jika nilai NPV adalah negatif, maka proyek tidak direkomendasikan untuk dilaksanakan, jika nilainya positif, maka proyek layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV bernilai nol berarti tidak ada perbedaan apabila proyek tetap dilakukan atau ditolak. Rumus untuk menentukan NPV adalah sebagai berikut (Yonata, 2017).
Dimana
i
= Discount Rate
n
= Masa kerja� modul (tahun)
t
= Tahun yang diperhitungkan (tahun)
S
= investasi awal
NCF = Pendapatan besih hingga tahun ke � n
Internal Rate of
Return (IRR)
IRR adalah tingkat diskonto yang dihasilkan
ketika NPV bernilai sama dengan nol
(atau tingkat di mana biaya sama dengan manfaat investasi) (Yonata, 2017).
IRR yang dihasilkan dari suatu
investasi kemudian harus dibandingkan dengan tingkat discount factor yang sedang berlaku.
Jika IRR > Discount Factor, maka proyek menambah nilai atau menguntungkan.
Jika IRR < Discount Factor, maka nilai proyek menurun atau rugi.
Jika
IRR = Discount Factor, maka hanya kembali modal.
Dimana :
NPV1 = NPV ketika i1
NPV2 = NPV ketika i2
i1������ = Discount
rate rendah
i2������ = Discount
rate tinggi
Profitability
Index (PI)
PI merupakan suatu pendekatan menyerupai dengan NPV. PI membandingkan nilai arus
kas bersih yang akan datang dengan nilai
investasi sekarang. Profitability Index dan Net Pressent Value
ketika digunakan untuk menilai kelayakan
investasi suatu aset maka hasilnya konsisten. Investasi dikatakan layak apabila PI lebih besar dari 1,
sebaliknya apabila nilai PI kurang dari 1 maka investasi dikatakan tidak
layak. Berikut merupakan persamaan yang digunakan untuk menghitung PI �(Apriliana & Sutopo, 2017):
Hasil
dan Pembahasan
Sebagaimana pengukuran dengan mengambil sampel 7 rumah yang memakai motor induksi sebagai penggerak pompa air sumur di sektor perumahan. Data tersebut diasumsikan sebagai representasi penggunaan pompa air sumur warga yang ada di Indonesia. Dari data tersebut dapat digambarkan bahwa kebanyakan masyarakat meggunakan penggerak pompa air pada rata � rata beban 85%, yang merupakan titik optimum efisiensi dari motor induksi bekerja. Kemudian efisiensi penggunaan penggerak motor induksi pada pompa air yang digunakan di masyarakat bardasarkan asumsi yang dibuat jika dirata � ratakan adalah 49%. �
Data � data sekunder seperti intensitas dan perilaku masyarakat dalam menggunakan penggerak motor induksi pompa air dipakai sebagai pelengkap data � data primer yang didapatkan
sebelumnya. Data � data teresebut
diperoleh lembaga CLASP dalam hal ini bekerjasama dengan lembaga survey
IPSOS untuk mengetahui karakteristik pemakaian perlatan � peralatan listrik
yang ada pada sekor perumahan. Data�data sekunder yang didapat tersebut memberikan informasi bahwa rata�rata pemilik rumah hanya memiliki
satu buah penggerak motor induksi untuk pompa air dengan pemakaian per-harinya kurang lebih
sekiar 2,6 jam dalam
sehari. Selain itu jka ditinjau dalam skala makro, penetrasi
pompa air dari banyaknya jumlah pelanggan rumah tangga adalah 35%. Sedangkan untuk penetrasi penggunaan pompa air di maryarakat setiap golongam tarif adalah 450 VA dan 900 VA adalah (31%), 900 VA non subsisdi
(39%) dam 1300 VA (37%).
a.
Analisa Penggunaan Energi Pada
Penggunaan Pompa Air di Masyarakat
Perhitungan dilakukan untuk
mengetahui energi yang dihasilkan dari penggunaan pompa air harian, bulanan serta tahunan, secara keseluruhan dan per golongan tarif pelanggan. Perhitungan menggunakan persamaan (1) untuk perhitungan beban, (2) untuk perhitungan efisiensi, persamaan (3) menghitung daya dan
energi terpakai motor. Tabel 4 berikut adalah hasil perhitungan keseluruhan yang telah dilakukan, dapat dilihat pada tabel. Berikut ini:
Tabel 4
Hasil Perhitungan Asumsi
Pemakaian Energi Penggunaan Motor Induksi Perumahan
Merk |
Data Non IEC dengan Asumsi Beban di Sektor
Perumahan |
Jam |
Energi (Wh) (Non IEC) |
|||||
P (HP) |
Load (%) |
Effisiensi Elekrik (%) |
Energi (kWh) per-hari |
Energi (kWh) per-bulan |
Energi (kWh) per-Tahun |
|||
1 |
WEG |
0,16 |
84 |
39 |
2.6 |
0,67 |
20 |
241 |
2 |
WEG |
0,25 |
67 |
41 |
2.6 |
0,79 |
24 |
285 |
3 |
WEG |
0,5 |
83 |
64 |
2.6 |
1,26 |
38 |
453 |
4 |
WEG |
0,33 |
97 |
53 |
2.6 |
1,17 |
35 |
422 |
5 |
WEG |
0,33 |
94 |
53 |
2.6 |
1,14 |
34 |
409 |
6 |
WEG |
0,33 |
86 |
48 |
2.6 |
1,15 |
34 |
413 |
7 |
WEG |
0,16 |
91 |
45 |
2.6 |
0,63 |
19 |
226 |
Rata �Rata |
0,97 |
29,14 |
349,69 |
Berdasarkan data Dirjen Ketenagalistrikan
ESDM, bahwa data pelanggan sektor rumah tangga pada tahun 2020 adalah 67.248.000 pelanggan, sedangkan tidak semua pelanggan
memiliki pompa air. Penetrasi penggunaan pompa air berdasarkan hasil survey secara keseluruhan adalah 35 %.
(23.536.800).
Tabel
Hasil Perhitungan Asumsi
Total Energi yang Digunakan
Masyarakat Dikalkulasikan dengan
Jumlah Pelanggan yang Memiliki Pompa Air (Tahunan)
Total (kWh) Per Tahun (Jumlah Energi Terpakai dari 7 Jenis Pompa
air pada simulasi yang dilakukan) |
2.447 |
kWh |
Jika setiap
7 rumah di sektor perumahan menggunakan pompa
dengan spesifikasi sama seperti data primer. Maka, jumlah
pelanggan Rumah Tangga (RT) dengan penetrasi 35 % dibagi dengan jumlah 7 tipe motor (23.536.800
pelanggan / 7) |
3.362.400 |
Kelompok |
Total kWh Pertahun
x 3.362.400 Kelompok Rumah |
8.230.598.316 |
kWh |
|
8.230 |
GWh |
Sedangkan jika perhitungan energi dan biaya yang dikeluarkan
berdasarkan golongan tarifnya serta menggunakan persamaan yang sama, maka
perhitungan disesuaikan dengan jumlah pelanggan per-golongan tarif, persentase penetrasinya dan biaya listrik per-golongan tarifnya. Jumlah pelanggan sektor rumah tangga
golongan 450 VA memiliki penetrasi 31% (7.460.735), golongan 900 VA memiliki
penetrasi 31% (9.703.391) dan golongan 1300 VA memiliki
penetrasi 37 % (4.395.544,5). Kemudian tarif listrik golongan 450 VA (Rp 274
/kWh), 900 VA (Rp 1352 / kWh) dan 1300 VA (Rp 1444 /kWh). Berikut adalah hasil perhitungan energi dan biaya terpakai per-golongan tarif, yang ditunjukan pada tabel 6 berikut
ini:
Tabel 6
Hasil Perhitungan Energi
dan Biaya Terpakai Per-Golongan Tarif
Golongan Tarif |
Rata - Rata Perorangan |
Keseluruhan |
||
Energi Terpakai (kWh) |
Biaya Pelanggan Per Tahun (Rp) |
Energi Terpakai (GWh) |
Biaya Pelanggan Per Tahun (Rp) |
|
450 VA |
251 |
68.666 |
1870 |
512.298.829.455 |
900 VA |
411 |
555.348 |
3986 |
5.388.762.380.912 |
1300 VA |
439 |
633.576 |
1929 |
2.784.928.400.670 |
b. Penggunaan Bahan Bakar, Emisi CO2 dan
Biaya yang Dikeluarkan Untuk Menopang Beban Pompa Air di Masyarakat
Perhitungan untuk menghitung� penggunaan dan biaya bahan bakar per-jenis
pembangkit yang dikeluarkan untuk�
menopang beban pompa air sektor perumahan, menggunakan data harga bahan bakar (Rp/kWh), faktor emisi CO2 (gr/kWh), energi yang
diproduksi per jenis bahan bakar dan energi yang dibutuhkan untuk menopang
beban pompa air masyarakat per-golongan
tarif berdasarkan asumsi perhitungan sebelumnya. Bahan bakar dan biaya energi yang digunakan adalah gas alam (Rp 1611/kWh), batubara (Rp
636/kWh), minyak bumi (Rp.
4746/kWh), air (Rp 438/kWh), panas bumi (Rp.1107/kWh) dan PLTGU (Rp.1322/kWh). Berikut merupakan hasil perhitungan biaya energi
dan emisi pertahun penggunaan bahan bakar pembankit untuk menopang poma air, ditunjukan pada tabel 7:
Tabel 7
Hasil Perhitungan Biaya
Energi dan Emisi Pertahun Pada Penggunaan Bahan Bakar Pembangkit dalam Menopang Beban Pompa Air
Golongan Tarif |
Total Energi Terpakai (GWh) |
Total Biaya Energi Per Tahun (Rp) |
Emisi Per-Tahun
(grCO2) |
450 VA |
1870 |
1.732.821.211.632 |
544.956.137.405 |
900 VA |
3986 |
3.693.969.428.551 |
1.161.718.992.104 |
1300 VA |
1929 |
1.787.424.867.308 |
562.128.478.720 |
c. Analisa
Skenario Penggunaan Motor Induksi untuk Penggerak Pompa Air Menggunakan Motor
Induksi Standard IEC
Dataset standard IEC yang digunakan untuk
simulasi penerapan perbandingan dengan Non IEC menggunakan motor induksi WEG Electric Motor untuk kelas Non IEC
dan IEC (kelas IE1 sampai IE4) dengan rating daya 0,16 HP sampai 0,50 HP. Dalam
katalog tersebut memberikan informasi mengenai daya nominal, kecepatan, torsi,
efisiensi, faktor daya, arus nominal, momen inersia, kapasitor dll. Rating daya
motor yang digunakan dalam simulasi skenario perbandingan disesuaikan dengan rating
daya dan pembebanan yang telah diukur di lapangan (data primer). Gambar 2 berikut merupakan
hasil perhitungan dan perbandingan rata � rata biaya pemakaian energi listrik yang dikeluarkan perorangan dari pemakaian pompa air per-golongan tarif:
Gambar 2
Perbandingan Biaya Pemakaian
Energi Setiap Kelas Motor Induksi
Grafik hasil simulasi memberikan informasi, bahwa yang
memberikan kontribusi penghematan energi dan biaya pada semua golongan tarif
adalah semua kelas pada motor standard IEC sesuai asumsi rating beban, daya dan
efisiensi yang digunakan. Penggunaan motor induksi penggerak pompa air di masyarakat
dengan merk dan rating daya sesuai data yang didapatkan, dan disesuaikan dengan
asumsi yang ditetapkan, memberikan informasi bahwa beban yang dihasilkan optimum
namun efisiensinya masih tergolong rendah. Rata - rata pembebanan yang
dikenakan pada motor induksi eksisting adalah 85 % dan menghasilkan efisiensi
rata � rata sebesar 49% (Berdasarkan asumsi). Besarnya konsumsi energi bukan
berasal dari karakteristik pembebanannya, melainkan karena penggerak motor
induksi yang digunakan.
d.
Perbandingan Penggunaan Bahan
Bakar, Emisi CO2 dan Biaya Bahan Bakar Per- Jenis
Seperti yang
telah diketahui
bahwa konsumsi energi yang dihasilkan akan berbanding lurus dengan emisi CO2
dan biaya bahan bakar yang digunakan. Data yang digunakan untuk keperluan perhitungan adalah data mengenai
harga bahan bakar (Rp/kWh), faktor emisi CO2 (gr/kWh), energi yang
diproduksi per jenis bahan bakar dan energi yang dibutuhkan untuk menopang beban pompa air masyarakat
berdasarkan asumsi perhitungan sebelumnya. Berikut adalah hasil perhitungan biaya energi per-tahun berdasarkan jenis bahan bakar
pembangkit yang digunakan untuk menopang beban pompa air, ditunjukan pada gambar 3 berikut ini:
Gambar 3
Perbandingan Biaya Energi Per-Tahun Berdasarkan Bahan Bakar yang Digunakan
Motor Induksi Non �
IEC dan IEC
Penggunaan bahan bakar
batubara masih menempati posisi terbesar dalam menopang kebutuhan listrik di
Indonesia termasuk pada sektor perumahan, hal ini berdasarkan data laporan statistik PLN 2021 (PLN, 2021).
Termasuk juga dalam menopang penggerak motor induksi untuk pompa air. Hal
tersebut tentu akan berbanding lurus dengan biaya dan emisi CO2 yang
dikeluarkan. Motor induksi dengan standard IEC kelas IE1 sampai IE4 dapat menurunkan
konsumsi energi per jenis bahan bakar dan emisi CO2 secara signifikan dibanding
menggunakan motor induksi eksisting yang diasumsikan ada di keseluruhan
pengguna penggerak motor induksi pompa air di Indonesia yang berjumlah 23.536.800
pelanggan. Untuk kelas IE4, dikarenakan dalam dataset katalog produk, kapasitas
rating daya yang diproduksi pabrikan yang diambil adalah 0,33 HP dan 0,50 HP,
maka motor kelas IE4 hanya digunakan untuk tinjauan pada golongan tarif 1300 VA
yang diasumsikan dipakai dalam golongan tarif tersebut. Sedangkan jika ditinjau dari
per-golongan tarif perbandingan pemakaian energi dan potensi penghematan energi yang didapat, hasil perhitungannya dapat dilihat pada gambar 4 sebagai berikut:
Perbandingan Energi Pada Penggunaan
Bahan Bakar dan Potensi Penghematan yang Dihasilkan oleh Motor Induksi Non � IEC dan IEC
Pada gambar grafik 4 menunjukan penggunaan energi paling tinggi dan CO2
ada pada golongan tarif 900 VA dikarenakan memiliki jumlah pelanggan yang paling
banyak diantara golongan tarif lainnya. Pada gambar 4
juga menunjukan potensi pengurangan konsumsi energi listrik dan emisi
CO2 ada pada semua
golongan tarif dalam penggunaan motor induksi standard IEC.
e.
Analisa Ke-Ekonomian
Penggunaan Motor Induksi Kelas IEC Berdasarkan Profil Beban dan Rating Daya
yang Digunakan.
Analisis Life Cycle Cost (LCC)
Gambar 5 berikut
adalah perbandingan nilai LCC berdasarkan rating daya motor induksi dan pembebanannya:
Gambar 5
Perbandingan Nilai LCC Berdasarkan Rating Daya Motor Induksi dan Pembebanan Pada Motor Induksi
Standard IEC dan Non-IEC.
Berdasarkan
hasil perhitungan pada gambar 5. motor
induksi dengan nilai LCC terendah ada pada kelompok motor induksi dengan rating daya 0,16 HP dengan beban 82%, dan beban 90%. Hal ini terjadi karena pertama motor induksi dengan rating daya 0,16 HP memiliki harga investasi awal yang cukup rendah dibandingkan
dengan motor induksi lain
yang diperbandingkan dalam simulasi asumsi penggunaanya di masyarakat. Kedua, energi yang diserap dalam pengoperasiannya
membutuhkan energi yang tidak sebesar ketika
menggunakan motor induksi dengan rating daya diatasnya, sehingga biaya energi yang perlu dikeluarkan juga lebih kecil.
Secara
lebih spesifik analisis LCC dari setiap kelas
motor induksi, memiliki tren semakin naik kelas standard IEC semakin meningkat LCC nya. Semakin meningkat
kelas akan semakin meningkat investasi awalnya dan semakin menurun konsumsi energinya jika dibandingkan dengan Non IEC. Walaupun terjadi penghematan dibanding dengan IE0, namun karena harga yang cukup mahal sehingga tidak bisa menekan
LCC Standard IEC. Penurunan
konsumsi yang ada dalam hal ini
tidak memiliki pengaruh besar untuk menekan LCC dari penjumlahan harga investasi awal dengan konsumsi energi tahunan motor Standard
IEC. Dari gambar 5. tersebut
juga dapat terlihat korelasi, bahwa semakin tinggi rating daya yang digunakan, maka akan semakin
tinggi nlai LCC.
Analisis Peritungan Cost of Efficiency (COE)
Cost of Efficiency (COE) secara garis
besar merupakan biaya total yang dibutuhkan untuk melakukan efisiensi energi. COE dikatakan
menguntungkan apabila nilainya semakin kecil, yang artinya biaya yang
dibutuhkan untuk penghematan semakin murah dan begitupun sebaliknya. Berikut adalah hasil perhitungan dan perbandingan nilai COE
pada setiap rating daya dan
beban motor induksi penggerak pompa air:
Gambar 6
Perbandingan Nilai COE� Berdasarkan Rating Daya Motor Induksi dan Pembebanan Pada Motor Induksi
Standard IEC dan Non-IEC.
Berdasarkan gambar 6. Dilihat
dari tren-nya, untuk rating daya 0.16 HP, 0.50 HP dan 0.33 HP merupakan
gambaran ideal untuk motor standard IEC disetiap kelasnya karena memiliki tren
semakin menurun ketika kelas IEC meningkat. Hal ini dikarenakan pada setiap
kelas standard IEC yang disimulasikan, kenaikan nilai penghematan energi antar
kelasnya, tidak bisa diimbangi dengan kenaikan LCC nya. Kenaikan nilai penghematan energi antar kelasnya dianggap
menguntungkan dengan LCC yang ada.
Dan hal ini termasuk baik. Sedangkan untuk rating daya 0.25 HP tidak termasuk
baik, karena berkebalikan tren-nya dengan sebelumnya, nilai kenaikan LCC disetiap kelas IEC tidak bisa diimbangi
dengan peningkatan nilai penghematan konsumsi energi pada setiap kenaikan kelas
yang dimiliki standard IEC. Secara teknis nilai COE pada rating daya 0,24 HP yang didapat bisa dikarenakan
pengoperasian beban yang diluar rentang optimum sehingga efisiensi yang didapat
dari motor induksi tersebut kurang maksimal.
Analisis Investasi
Analisis investasi perlu dilakukan
peninjauan untuk melihat apakah penggunaan motor induksi standard IEC� adalah suatu hal yang layak untuk dilakukan
atau tidak. Dalam menganalisa investasi, yakni pertama dilakukan dengan Net Present Value (NPV), Profability
Index (PI) dan Internal Rate of
Return (IRR) untuk mengetahui apakah ada keuntungan dari nilai penghematan
yang diterima berdasarkan pengeluaran tahunan yang dimiliki oleh motor standard
IEC. Kedua berdasarkan kemampuan motor standard IEC mengembalikan selisih modal
terhadap motor Non IEC. Tinjauan pertama untuk mengetahui apakah ada profit secara
tidak langsung yang diterima oleh pengguna, sedangkan tinjauan kedua untuk
mengetahui apakah penggunaan motor induksi standard IEC lebih menguntungkan
dari segi harganya dan penghematan yang diterima. Data yang digunakan adalah
harga motor induksi kelas IEC dan Non IEC, tingkat suku bunga 3,5%, biaya
pengeluaran energi dan keuntungan penghematan biaya energi. Selain itu dalam
perhitungannya juga mempertimbangkan faktor lama usia motor induksi adala 10
tahun. Tabel 8 dibawah ini
menunjukan hasil perhitungan kelayakan investasi pada penggunaan motor induksi standard IEC:
Tabel 8
Hasil
Perhitungan Kelayakan Investasi Pada Penggunaan Motor Induksi Standard IEC
Motor
Induksi Standard IEC |
NPV |
PI |
IRR |
Payback periode
(Dihitung Bersama Pengeluaran
Tahunan) |
Payback periode
(Untuk mengembalikan Selisih Modal Awal Standard IEC dengan
Non IEC ) |
Keterangan |
IE1 0,16 HP Load 82%� Efisiensi 51 % |
-Rp1.084.245 |
-0,37 |
0,96 |
Tidak
Ada |
13 |
Kurang Layak |
IE1 0,25 HP Load� 67% Efisiensi 57% |
-Rp1.109.594 |
-0,35 |
1,00 |
Tidak
Ada |
6 |
Layak |
IE1 0,5 HP Load 82% Efisiensi
66% |
-Rp6.058.294 |
-5,61 |
0,33 |
Tidak
Ada |
6 |
Layak |
IE1 0,33 HP Load 97% Efisiensi
60% |
-Rp4.737.817 |
-4,54 |
0,34 |
Tidak
Ada |
2 |
Layak |
IE1 0,33 HP 93 % Effisiensi 60% |
-Rp3.522.978 |
-4,12 |
3,55 |
Tidak
Ada |
2 |
Layak |
IE1 0,33 HP 86 % Effisiensi 57% |
-Rp4.031.154 |
-3,71 |
0,35 |
Tidak
Ada |
1 |
Layak |
IE1 0,16 HP Load 90%� Efisiensi 53 % |
-Rp1.153.357 |
-0,45 |
0,83 |
Tidak
Ada |
21 |
Kurang Layak |
IE2 0,16 HP LOAD 82% Efisiensi
60% |
-Rp999.186 |
-0,20 |
1,55 |
Tidak
Ada |
10 |
Layak |
IE2 0,25 HP LOAD 67% Efisiensi
62 % |
-Rp1.278.126 |
-0,20 |
1,55 |
Tidak
Ada |
14 |
Kurang Layak |
IE2 0,50 HP LOAD 82% Efisiensi
67% |
-Rp6.085.305 |
-4,52 |
0,34 |
Tidak
Ada |
11 |
Kurang Layak |
IE2 0,33HP LOAD 97% Efisiensi
65% |
-Rp4.278.117 |
-2,95 |
0,37 |
Tidak
Ada |
3 |
Layak |
IE2 0,33 HP LOAD 93% Efisiensi
65% |
-Rp3.982.081 |
-2,67 |
0,38 |
Tidak
Ada |
3 |
Layak |
IE2 0,33 HP LOAD 86% Efisiensi
63% |
-Rp3.515.120 |
-2,24 |
0,39 |
Tidak
Ada |
3 |
Layak |
IE2 0,16 HP LOAD 90% Efisiensi
60% |
-Rp1.028.214 |
-0,23 |
1,40 |
Tidak
Ada |
15 |
Kurang Layak |
IE3 0,16 HP LOAD 82%� Efisiensi 60% |
-Rp1.124.105 |
-0,16 |
1,74 |
Tidak
Ada |
16 |
Kurang Layak |
IE3 0,25 HP LOAD 67% Efisiensi
65% |
-Rp1.398.380 |
-0,13 |
2,08 |
Tidak
Ada |
19 |
Kurang Layak |
IE3 0,50 HP LOAD 82% Efisiensi
73% |
-Rp4.706.917 |
-2,66 |
0,33 |
Tidak
Ada |
6 |
Layak |
IE3 0,33 HP LOAD 97% Efisiensi
69% |
-Rp3.961.158 |
-2,18 |
0,40 |
Tidak
Ada |
4 |
Layak |
�IE3 0,33 HP LOAD 93% Efisiensi 69% |
-Rp3.709.491 |
-1,98 |
0,41 |
Tidak
Ada |
4 |
Layak |
IE3 0,33 HP LOAD 86% Efisiensi
68% |
-Rp3.156.831 |
-1,53 |
0,45 |
Tidak
Ada |
3 |
Layak |
IE3 0,16 HP LOAD 90% Efisiensi� 64% |
-Rp1.168.752 |
-0,22 |
1,43 |
Tidak
Ada |
20 |
Kurang Layak |
IE4 0,50 HP LOAD 82% Efisiensi
77 % |
-Rp5.991.507 |
-2,28 |
0,44 |
Tidak
Ada |
9 |
Layak |
IE4 0,33 HP LOAD 97% Efisiensi
74 % |
-Rp3.734.686 |
-1,42 |
0,46 |
Tidak
Ada |
5 |
Layak |
Pada tabel 8. menunjukan bahwa penilaian kelayakan
investasi penggunaan motor induksi dengan standard IEC ditinjau dari NPV, PI, dan IRR apabila penghematan yang diterima dikonversikan dalam bentuk
uang, maka nilai kelayakannya masih dibawah kelayakan jika dihitung bersama
biaya konsumsi energi listrik yang dihasilkan pada simulasi dan asumsi yang
dibuat. Hal ini dikarenakan kemampuan penghematan biaya energi listrik yang
dimiliki oleh motor induksi standard IEC belum bisa untuk melampaui pengeluaran konsusmsi energi
listrik tahunannya,
sehingga dalam tinjauan ini tidak terdapat pengembalian modal. Sedangkan jika
ditinjau untuk mengembalikan selisih modal awal
standard IEC terhadap Non IEC dari nilai
penghematan yang didapat maka
pada rating daya 0,33 HP dan 0,50 HP yang lebih menguntungkan bagi masyarakat
karena memiliki nilai payback periode
yang baik dan cenderung stabil disetiap kelasnya serta memiliki efisiensi yang
baik pada beban yang diasumsikan diterapkan dimasyarakat.
f.
Alternatif
Kebijakan Penghematan Energi Pada Penggunaan Penggerak Motor Induksi untuk Pompa Air
Seperti yang telah tercantum pada standard IEC
khususnya 60034-30-1, yang harapannya berfungsi sebagai dasar referensi bagi pemerintah suatu negara
untuk menentukan tingkat efisiensi peralatan
� peralatan listrik. Interaksi kebijakan penggunaan motor secara
internasional dengan kebijakan � kebijakan energi yang ada disuatu negara,
sesungguhnya memiliki potensi kebijakan efisiensi energi yang cukup baik jika disesuaikan dengan kondisi yang ada di suatu negara tersebut. Berikut ini adalah rekomendasi, apabila
kebijakan internasional
dalam MEPS diterapkan dan disesuaikan
dengan kebijakan dan aktifitas dalam negeri.
�
Standar Kinerja Energi
Minimum dan Penerapan Label
MEPS dengan pelabelan disatukan karena penerapannya
kebanyakan di negara
lain adalah berupa penandaan. Agar masyarakat mengetahui tingkat efisiensi yang
ada pada aset tersebut. MEPS mengatur apa
yang dapat dibeli pelanggan, membatasi mereka pada produk dengan efisiensi yang lebih tinggi. Konsep desain
yang dipakai dalam pelabelan tetap sama seperti pada penerapan 5 peralatan
listrik menurut Peraturan Menteri ESDM No 14 Tahun 2021, namun ketentuan bintang untuk motor
disesuaikan dengan level kelas standard IEC. Gambar 7 adalah
konsep pelabelan motor
standard IEC:
Gambar 7
Pelabelan Motor Induksi Standard IEC
Skema prosedur penerapan
standar kinerja energi mnimum untuk motor induksi standard IEC yang digunakan, hampir sama
seperti prosedur penerapan lampu CFL yang sudah diterapkan, hanya saja pebedaannya pada fungsi evaluasi dari kementerian
ESDM. Seperti ditunjukan pada
gambar 8 berikut ini :
Gambar 8
Strategi Pelabelan, Pengawasan dan
Evaluasi Penerapan Motor Induksi Standard IEC 1 Fasa di Sektor Perumahan
Motor yang dibuat
atau di impor harus telebih dahulu
melalui tahap pengujian yang disesuaikan dengan standar uji relevan secara internasional yaitu dengan standar IEC 60034-2-1 melalui instansi yang telah ditunjuk oleh pemerintah, kecuali pabrikan dan importir yang memang sudah memiliki
akreditasi standar IEC. Setelah melalui serangkaian pengujian dan dinyatakan lolos, hasil dilaporkan ke kementerian ESDM dan mendapatkan nomor registrasi produk, pelabelan dan izin penjualan. Kemudian didistribusikan kepada pengecer dan kembali dijual ke konsumen.
Dalam pelaksanaanya kementerian ESDM mengawasi pasar dari berbagai macam
penyelewengan dan penyelundupan
dan juga mengevaluasi hasil
dari proyek transformasi kepada penggunaan motor induksi standard
IEC dari segi konsumsi
energi disektor perumahan.
� Kampanye
Untuk Meningkatkan Kesadaran Penggunaan Peralatan Berefisiensi Tinggi.
Informasi
yang kurang menjadi salah satu alasan �mengapa pengguna peralatan listrik� sektor rumah tangga engan terhadap efisiensi
energi. Tujuan dari kebijakan penyediaan informasi adalah untuk mengatasi
hambatan ini.� Salah satu cara untuk
memberikan informasi lebih lanjut selain dari pelabelan adalah melalui katalog
yang disediakan pabrikan yang berisikan data motor secara lengkap. Cara lain
untuk meningkatkan kesadaran akan efisiensi energi dikalangan masyarakat adalah
dengan mengadakan kampanye efisiensi energi yang diinisiasi oleh Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral. Kampanye ini mempromosikan peningkatkan
kesadaran konservasi energi melalui seminar dan lokakarya, talk show, iklan
publik, brosur dan leaflet; itu ditujukan untuk rumah tangga. Lembaga lain juga
mendorong kesadaran, termasuk PLN dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (Sipma,
Cameron, & Ambarita, 2015).
� Insentif
Fiskal Pada Sektor Hulu / Produsen
Insentif dalam hal penerapan penggunaan motor
induksi standard IEC adalah suatu hal yang dapat mendorong rencana program.
Adapaun instentif yang diberikan kepada produsen atau sektor hulu adalah
sebagai berikut :
� Memberikan fasilitas perpajakan
untuk komponen/suku cadang dan bahan baku yang digunakan untuk memproduksi
peralatan hemat energi.
� Memberikan pengurangan,
keringanan, dan pembebasan pajak daerah untuk komponen/suku cadang dan bahan
baku yang digunakan untuk memproduksi peralatan hemat energi.
� Memberikan fasilitas pembebasan bea masuk untuk komponen/suku cadang dan
bahan baku yang akan digunakan untuk memproduksi peralatan hemat energi.
� Memberikan suku bunga rendah untuk investasi dalam rangka memproduksi.
� Memberikan subsidi harga motor standard IEC agar harganya terjangkau bagi
masyarakat.
Kesimpulan
Secara teknis dengan skenario perbandingan yang
dilakukan, bahwa penggunaan motor induksi penggerak pompa air standard IEC
disemua kelasnya, lebih minim dalam pemakaian konsumsi energi serta memiliki
efisiensi lebih tinggi dibandingkan motor induksi Non IEC. Semakin meningkat
kelas semakin naik efisiensinya.
Ditinjau
dari nilai life cycle
cost, penggunaan motor standard IEC akan semakin meningkat dengan
pertambahan kelas dan rating daya. Sedangkan ditinjau dari cost of
efficiency, dinilai menguntungkan karena rata - rata semakin meningkat
kelasnya akan semakin rendah nilai biaya efisiensinnya.
Perhitungan analisis investasi dengan parameter NPV, PI
dan IRR serta ditinjau dari
pengeluaran tahunannya menyatakan bahwa investasi yang dilakukan untuk
menggunakan motor induksi standard IEC tidak menghasilkan payback periode, karena nilai penghematan yang didapat lebih kecil
dari pengeluaran biaya konsumsi energi listriknya. Sedangkan dari tinjauan
perbandingan harga dan selisih antara Non IEC dan
Standard IEC investasi yang dilakukan adalah layak pada beberapa rating daya,
pembebanan dan efisiensi motor induksi standar IEC.
Alat kebijakan yang direkomendasikan untuk penerapan motor dengan efisiensi
kelas IE3 dan IE4 dilakukan melalui penerapan standard kinerja energi minimum
(SKEM) dan pelabelan, program kampanye efisiensi energi, insentif pada sektor
produsen, dan kebijakan subsidi untuk menggairahkan pasar pada penjualan motor
induksi kelas IE3 dan IE4 penggerak pompa air.�
Ahadi, Khalif, Anggono, Tri, & Suntoro,
Dedi. (n.d.). Studi Mengenai Efisiensi Energi Pompa Air Sumur Yang Digunakan
Pada Sektor Rumah Tangga Study On Energy Efficiency Of Well Pump For Household
Sectors. Google Scholar
Apriliana, Frisheila Sely, & Sutopo, Wahyudi.
(2017). Analisa Studi Kelayakan Penambahan Mesin CNC dengan Metode
Profitability Index (PI) di PT. USA Seroja Jaya Shipyard Batam. Profisiensi:
Jurnal Program Studi Teknik Industri, 5(1). Google Scholar
Bucci, Giovanni, Ciancetta, Fabrizio, Fiorucci,
Edoardo, & Ometto, Antonio. (2016). Uncertainty issues in direct and
indirect efficiency determination for three-phase induction motors: remarks
about the IEC 60034-2-1 standard. IEEE Transactions on Instrumentation and
Measurement, 65(12), 2701�2716. Google Scholar
Goman, Victor, Oshurbekov, Safarbek, Kazakbaev, Vadim,
Prakht, Vladimir, & Dmitrievskii, Vladimir. (2019). Energy efficiency
analysis of fixed-speed pump drives with various types of motors. Applied
Sciences, 9(24), 5295. Google Scholar
G�mez, Julio R., Quispe, Enrique C., Castrill�n,
Rosaura del Pilar, & Viego, Percy R. (2020). Identification of technoeconomic
opportunities with the use of premium efficiency motors as alternative for
developing countries. Energies, 13(20), 5411. Google Scholar
Indonesia, Republik. (2021). Peraturan Menteri ESDM.
Penerapan Standar Kinerja Energi Minimum Untuk Peralatan Pemanfaat Energi.
Jakarta: Sekretariat Negara.
Nurdiana, Eka, Syafei, Suhraeni, & Prawoto, Heru
Eka. (2021). EBT-40 Analisis Efisiensi Mesin Pompa Air Untuk Pemanfaatan Rumah
Tangga. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Dan Mineral, 1(2),
819�827. Google Scholar
Santos, Vladimir Sousa, Felipe, Percy R. Viego,
Sarduy, Julio R. G�mez, Lemozy, Norberto A., Jurado, Alejandro, & Quispe,
Enrique C. (2014). Procedure for determining induction motor efficiency working
under distorted grid voltages. IEEE Transactions on Energy Conversion, 30(1),
331�339. Google Scholar
Van Werkhoven, M. and Advani, A. (2017). Accelerating
the Global Adoption of Energy-Efficient Electric Motors And Motor Systems.
Paris: UN Environment, U4E Economy Division Energy & Climate Branch.
Yonata, Kiki. (2017). Analisis Tekno-Ekonomi
Terhadap Desain Sistem PLTS Pada Bangunan Komersial Di Surabaya, Indonesia.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Google Scholar
Copyright holder: Fikri Adzikri, Iwa Garniwa (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |