Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 6, Juni 2022
PENGARUH BUDAYA DALAM KEBERHASILAN KONSELING
Suci Rahmadia, Vigo Elvrando, Shevia Fera Susiska, Serli Rizki Novelia, M. Dwiki Ramadhan
Universitas Jambi, Indonesia
Email: rahmadiasuci19@gmail.com, vigoelvrando@gmail.com, shevia.fsg@gmail.com, noveliasembiringserlirizki@gmail.com, ramadhandwiki12345@gmail.com
Abstrak
Dalam mencari identitas diri di mana sangat berpengaruh dalam kondisi suatu lingkungan di mana budaya sangat berpengaruh dalam keberhasilan. Maka dari itu perlunya kesadaran diri untuk meminimalisir pengaruh negatif dalam budaya sekitar. Dalam kesadaran dalam berbudaya adalah kompetensi yang secara dasar dalam diri sendiri dan berkembang sesuai pola perkembangan individu. Keterbatasan konselor ini yang menjadi problem. Layanan konseling ini merupakan upaya untuk membantu. Pentingnya konselor buidaya dapat membantu mengenali dan menghargai multikulturalitas setiap individu. Oleh kaarena itu, Dapat dikembangkan pelaksanaan dan memaksimalkan pelaksanaan konseling budaya dalam kehidupan. Dengan begitu dapat menyadari bahawasanya terjadinya perilaku yang sesuai dan yang sangat baik di lingkungan masyarakat.
Kata Kunci: konseling; budaya; pengaruh; individu
Abstract
In the search for a self-identity in which it is very influential in the conditions of an environment in which culture is very influential in success. Therefore, the need for self-awareness to minimize negative influences in the surrounding culture. In awareness in culture is a competence that is fundamentally in oneself and develops according to the pattern of development of the individual.the limitations of this counselor are the problem. This counseling service is an effort to help. The importance of a buidaya counselor can help recognize and appreciate the multiculturality of each individual. Therefore, the implementation and maximization of the implementation of cultural counseling in life can be developed. That way you can realize that there is an appropriate and excellent behavior in the community.
Keywords: counseling; culture; influence; individual
Pendahuluan
Hubungan konseling situasi yang sering terjadi konselor dan konseli pertemuan dengan budaya yang berbeda belum di perhatikan dalam saat transaksi dalam konseling. Konseling sebagai layanan bantuan untuk membangun kebersamaan dengan konselor untuk dapat mencari kesejahteraan dan kebahagian dalam konseling. Dalam mengoptimalkan konseling kita dapat memerhatikan berbagai faktoryang memengaruhi efektivitas dari konseling ini. Salah satu faktor yang berpengaru dalam konseling ini dengan menanamkan nilai-nilai budaya di dalam konseling. Salah satu layanan konseling yang dapat membantu seseorang dalam kearifan lokal. Di mana layanan ini masih sedikit yang menerapkan. Hal ini tentu mendorong seorang koselor untuk percaya diri dalam memberi layanan konseling dan mengurangi kebingungan dalam keberangsungan konseling ini.
Dengan adanya konseling budaya dapat membantu dalam interaksi membantu individu sebagai jembatan adaptasi terhadap lingkingan guna mencapai suatu tujuan. Dapat juga berinteraksi secara efektif dengan lingkungan dengan begitu pada pandangan tentang budaya dapat di pandang dalam berbagai sudut ilmu pengetahuan.
Metode Penelitian
Metode penulisan bersifat literatur review. Literatur review atau kajian pustaka merupakan ringkasan dari suatu sumber bacaan yang berkaitan dakam bahasa penelitian. Dalam studi literatur review ini yang di bahas yaitu pengaruh budaya dalam keberasilan konseling.
Referansi yang dipilihi melalui jurnal atau sumber sesuai kriteria yaitu penerbitan jurnal memiliki batas waktu maksimal 5 tahun sedangkan buku maksimal 10 tahun. Dengan penelusuran artikel penelitian dipilih dari internet melalui kanal yang Open access seperti Google Scholar, Academia edu, Media neliti, dan e-jurnal. Hasil dari studi literatur untuk mengalokasikan reverensi yang relevan dan perumusan masalah yang ada.
Hasil dan Pembahasan
1. Pengertian Budaya
Indonesia merupakan negara yang bisa di bilang yang akan kaya beragam budaya. Dengan lingkungan yang sangat luar biasa dan megagumkan. Kebudayaan ini dengan nilai yang baik membentuk manusia menjadi lebih unggul dalam perkataan dan tingkah laku menuju derajat yang tinggi.
Koentjaraningrat (dalam indra dkk, 2019: 4) menjelaskan secara etimologis, kata budaya atau kebudayaan yang terdapat dalam khazanah bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal). Secara umum kata tersebut dapat diartikan sebagai “hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia”. Adapan dalam bahasa Inggris, kata kebudayaan disebut culture. Secara etimologis, kata tersebut berasal dari kata latin colere yang berarti “mengolah atau mengerjakan”, atau “mengolah tanah atau bertani”. Dalam bahasa Indonesia, kata culture tersebut diterjemahkan sebagai kultur. Hal itu untuk mendapatkan kedekatakan pemahaman dengan logika kata culture dalam bahasa Inggris.
Menurut beberapa ahli. Koentjaraningrat (dalam indra dkk, 2019: 5-6) menyatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. M. Rafiek (dalam indra dkk, 2019: 6) berpendapat bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang harus ditemukan sebagai sesuatu yang baru yang sebelumnya tidak ada, sesuatu yang harus dialihkan dari generasi ke generasi, dan sesuatu yang harus diabadikan keasliannya atau dalam bentuk yang dimodifikasi.
Budaya merupakan indentitas bangsa yang harus kita hormati dari tahun ke tahun dan dari masa ke masa agar dapat di nikmati oleh cucu kita nantik. Dengan begitu kita sebagai generasi muda harus membantu dalam perkembangan budaya ini. Dengan melestarikan budaya ini pun kita dapat menjaga agar tidak di ambil oleh negara lain.
Lintas budaya atau multikultur bisa juga disebut sebagai keberagaman budaya pada suatu wilayah, di mana masing-masing budaya akan saling memperlihatkan jati diri mereka yang menjadikan ciri khas di setiap budaya (fahrul ddk, 2018).
2. Pendekatan Konseling Berbasis Wawasan Lintas Budaya
Konseling sendiri merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya, dan untuk mencapai perkembangan yang optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya. Dengan begitu dapat membentuk pemikiran.
Konseling lintas budaya ini terjadi bila dalam suatau proses konseling terdapat perbedaan antara konselor dan konseling. Perbedaan antara konselor dan klien ini terjadi karena apanya perbedaan dalam kehidupan. Di mana budaya sangat berpengaru dalam pandangan seseorang. Dengan begitu pastinya terdapat perbedaan dari unsur budaya yang kita miliki.
Perspektif bidang psikologi memandang kecerdasan budaya sebagai keseluruhan upaya dalam diri individu untuk berfungsi sesuai dengan lingkungannya. Bidang sosiologi dan organisasi memandang kecerdasan budaya sebagai kinerja perilaku dan adaptif dalam suasana keragaman budaya adalah kemampuan individu untuk berfungsi dan mengatur diri mereka sendiri secara efektif dan efisien dalam kondisi budaya yang beragam di negara, etnis, lembaga dan organisasi.
Dengan mengembangkan paradigma konseling berbasis kearifan lokal, kompetensi konselor ditumbuhkan agar secara sadar peduli terhadap budaya lokal. Dengan harapan penyuluhan kearifan lokal ini dapat memberikan penyadaran kepada konselor akan pentingnya budaya peduli konseli-konselor, sehingga melahirkan generasi yang berkarakter literasi.
Paradigma konseling berbasis kearifan lokal menjadi penting karena paradigma konseling adalah kerangka kerja untuk penyampaian layanan.proses konseling jarang mempertimbangkan nilai-nilai budaya lokal bukan lokal konseling berbasis kebijaksanaan. Pemecahan masalah kurang lengkap dipenyuluhan, karena kurang memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal. Demikian pula hubungan konseling situasi yang sering terjadi konselor dan konseli pertemuan dengan budaya yang berbeda belum perhatian pada saat transaksi dalam konseling.
3. Faktor Budaya yang Mempengaruhi Keberhasilan Konseling
Di dalam masyarakat terdapat sebuah kebudayaan di mana kebudayaan tersebut terdapat nilai nilai yang dijadikan pedoman dalam bertindak dan bertingkah laku, yang pada akhirnya kebudayaan menjadi tradisi di dalam masyarakat (Syamaun, 2019).
Keberhasilan konseling sangat bergantung pada seberapa jauh konselor memperhatikan bekerjanya nilai tersebut dalam penerapan teknik-tekniknya dalam menghadapi klien yang berbeda budaya antara satu dan lainnya.konselor daat mempelajari latar belakang sosial budaya dalam membantu proses penanganan tersebut. Dengan begitu menjadi lebih efisien dalam menentukan jalan keluar yang baik.
Penyediaan optimal layanan konseling, diperlukan bagi konselor untuk membayar memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dari konseling. Salah satu faktor yang mempengaruhi kelangsungan konseling adalah nilai-nilai budaya. Salah satu model konseling untuk membantu siswa berbasis etnis adalah Kognitif-Perilaku Konseling berbasis kearifan lokal. Model konseling berbasis kearifan lokal di Indonesia masih jarang ditemukan.
Selanjutnya menurut Pane keberhasilan dalam proses konseling ditentukan oleh kompetensi kepribadian konselor, bahkan kepribadian dianggap sebagai sebagai driving center dari proses konseling (Yulitri and Hardi, 2020). Dengan di tingkatkan lagi pengetahuan antar budaya konselor dapat menjadi memahami bagaimana cara menyelesaikan suatu masalah yangdialami klien. Dengan keefektifan konseling antar budaya akan bertambah kesadaran konselor tentang proses adaptasi di lingkungan. Dari budaya satu ke budaya lainya dan dengan pemahaman konselor tentang berbagai keterampilan yang diperlukan bagi klien.
Meskipun terdapat perbedaan besar tentang berbagai aspek dalam budaya yang berlainan bahasa dan terkadang teori-teori konseling. Namun sebenarnya elemen yang di gunakan tiap budaya tidak jauh berbeda. Dengan konselor bertoleransi dalam memberikan respon yang baik kepada klien, meyakinkan dalam pemberian informasi dan sistem kepercayaannya, serta memberikan perhatian besar terhadap klien sebagai seorang pribadi. Di samping itu juga, kepribadian dalalam konselor sangat pentinng. Olehnya itu seorang konselor selain memiliki wawasan akademik harus mempunyai kepribadian yang baik. Bahkan konselor dan konseli harus memiliki kesamaan mengenai kepribadian, karena itu merupakan hal yang penting dalam proses konseling (Kushendar, 2017).
Karakteristik Konseling Kognitif-Perilaku berbasis kearifan lokal perlu dikembangkan modelnya dan keunikan paradigmatiknya, sehingga melahirkan kerangka kerja Konseling Kognitif-Perilaku kearifan lokal dapat membantu konselor profesional pertumbuhan. Pada gilirannya, hal itu mendorong konselor merasa bahagia dan percaya diri dalam memberikan layanan konseling dan mengurangi kebingungan praksis konselor ketika menerapkan model konseling yang dipilih. Yang di mana budaya merupakan hal yang membutuhkan elaborasi yang lebih dalam.
Layanan konseling akan menjadi optimal dengan adanya kompetensi dalam budaya, serta pemahaman dari diri sendiri. Dengan pemahaman atau mengenali identitas budaya dapat di jadikan jembatan agar terwujudnya layanan konseling yang lebih efektif lagi. Pemahaman yang lebih mendalam oleh konselor tentang budaya dapat di sebutkan sebagai kepedaan dalam konselor. Dimana konselor dalam keadaan sadar memahami bahwasanya mengenal budaya sangat penting dalam keberhasilan layanan konseling. Di mana akan ada rasa aman dan akan lebih percaya diri saat berkonsultasi. Jadi dengan begitu kepekaan dalam konselor sangat di butuhkan di mana terkadang sering menghadapi berbagai latar belakang budaya klien (Nugraha, 2019).
Kesimpulan
Terkadang masalah yang setiap individu berbeda tergantung dari mana pertumbuhan dan perkembangan di budaya yang dia miliki. Dengan berbagai latar belakang yang berbeda-beda dapat menimbulkan berbagai masalah. Dengan begitu maslah tersebut lah yang harus di tangani oleh konselor. Konseling multikultural mengacu pada persiapan dan praktik yang mengintegrasikan kesadaran, pengetahuan,dan keterampilan ke dalam interaksi konseling.
Dan dapat di simpulkan bahwasanya dengan seorang konselor memahami latar budaya dengan begitu layana konseling dapat berjalan dengan efektif. Dengan menjadi konselor harus senantiasa berusaha menjadi pribadi atau konselor yang profesional karena pada dasarnya profesionalitas didapatkan memalui pembelajaran seumur hidup, seperti yang dikatakan oleh Bwon bahwa kompetensi profesional merupakan kompetensi yang diraih dengan pembelajaran seumur hidup.
Kushendar, K. (2017) ‘Karakteristik Konselor Yang Efektif Dalam Memahami Krisis Identitas Perspektif Budaya Nusantara’, JBKI (Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia), 2(1), pp. 19–25. Google Scholar
Nugraha, A. (2019) ‘Cultural Intelligence in The Diversity of Science’, JOMSIGN: Journal of Multicultural Studies in Guidance and Counseling, 3(2), pp. 90–105. Google Scholar
Syamaun, S. (2019) ‘Pengaruh Budaya Terhadap Sikap dan Perilaku Keberagamaan’, At-Taujih: Bimbingan dan Konseling Islam, 2(2), pp. 81–95. Google Scholar
Yulitri, R. and Hardi, E. (2020) ‘Profil Perilaku Altruistik Mahasiswa dan Implikasinya terhadap Program Pelatihan Kompetensi Kepribadian Calon Konselor’, JKI (Jurnal Konseling Indonesia), 5(2), pp. 39–46. Google Scholar
Copyright holder: Suci Rahmadia, Vigo Elvrando, Shevia Fera Susiska, Serli Rizki Novelia, M. Dwiki Ramadhan (2022)
|
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia
|
This article is licensed under: |