Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, No. 6, Juni 2022
SINTESIS DAN KARAKTERISASI STRUVITE DARI BAT GUANO DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR
KOLOM SEKAT
Adhi
Kamanjaya, Ilham Rahmat Hidayat, Sutiyono
Universitas Pembangunan Nasional �Veteran� Jawa Timur, Indonesia
Email: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Bat Guano adalah
bahan organik yang bersumber dari kotoran kelelawar dan� burung
laut dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Provinsi Jawa Tengah merupakan deposit bat
guano terbesar yang dapat mencapai 10 juta ton/tahun. Hal ini menimbulkan permasalahan baru berupa bat guano yang menumpuk tanpa adanya proses pengolahan di
wilayah ini.Sehingga diperlukan pengolahan bat guano
salah satunya yaitu bisa dijadikan sebagai struvite. Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh
struvite sebagai bahan baku pupuk dengan
memanfaatkan sumber ion NH4+
dan PO43- dari limbah bat guano. Penelitian ini berjalan dengan
laju aliran udara 0,5 L/ menit dengan variasi suhu 20,25,30,350C dan variasi
pH 8,9,10,11. Kondisi optimum pembentukan
struvite yaitu pada suhu kamar dan pada pH sekitar 8-9.
Hasil terbaik yang diperoleh
dalam penelitian ini adalah pada suhu 300C dan pH 9. Hasil sinar
XRD menunjukan adanya peak
pada struvite dan hasil SEM pada kristal
yang diuji berbentuk partikel bulat.
Kata Kunci: bat guano; struvite; kristalisasi
Abstract
Bat Guano is an organic material sourced from bat and seabird droppings
and can be used as fertilizer. Central Java province is the largest guano
deposit which can reach 10 million tons/year. This raises a new problem in the
form of bat guano that accumulates without any processing in this area. So it is necessary to process guano, one of which can be
used as struvite. The purpose of this study was to obtain struvite as a
fertilizer raw material by utilizing the source of NH4+
and PO43- ions from guano bat waste. This research was
carried out with an air flow rate of 0.5 L/min with a temperature variation of
20,25,30,350C and a pH variation of 8,9,10,11. The optimum conditions for the
formation of struvite are at room temperature and at a pH of around 8-9. The
best results obtained in this study were at a temperature of 300C and pH 9. The
XRD ray results showed a peak in struvite and the SEM results in the tested
crystals were in the form of spherical particles.
Keywords: bat guano;struvite;kristalisasi
Pendahuluan
Bat Guano adalah
bahan organik yang bersumber dari kotoran kelelawar dan� burung
laut dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman, fungisida, nematosida dan aktivator kompos (Shetty et.al,
2013). Provinsi Jawa Tengah
merupakan deposit bat
guano terbesar yang dapat
mencapai 10 juta ton/tahun (Idris, 2007).
Hal ini menimbulkan permasalahan baru berupa bat guano
yang menumpuk tanpa adanya proses pengolahan di
wilayah ini. Struvite (NH4MgPO4�6H2O)
merupakan kristal putih hasil reaksi
antara ion Mg2+, NH4+
dan PO43- dengan perbandingan molar 1:1:1 (Robiah, 2020).
Struvite memiliki reaksi
ion sebagai berikut :
Mg2+ + NH4+
+ PO43- + 6H2O → NH4MgPO4�6H2O
Struvite terbentuk
melalui proses pengendapan
yang melibatkan proses fisik-kimia
membentuk endapan yang dapat dipisahkan dari larutan (Adiman,2020).
Pembentukan struvite sangat dipengaruhi
oleh nilai pH. Menurut (Doyle, 2000) pembentukan
struvite terjadi antara rentang pH 7 hingga 11. Reaktor yang digunakan dalam proses pembuatan struvite yaitu reaktor kolom
sekat yang prosesnya berjalan secara kontinyu. Reaktor sekat yang digunakan berbentuk vertikal sebagai tempat terbentuknya kristal struvite sesuai dengan reaktor yang digunakan. Pada reaktor jenis ini digunakan
udara sebagai pengaduk pada aliran yang ada di dalam vertical reaktor tersebut, sehingga MAP (Magnesium Amonium Phospate) yang ada di dalam reaktor dapat
homogeny (Adiman, Feriyanto, & Edahwati, 2020).
Pengadukan pada reaktor kolom bersekat dibantu oleh udara yang masuk dari kompresor
udara yang dilengkapi dengan regulator rate udara. Sekat yang dirancang dalam reaktor ini
bertujuan untuk pemecah gelembung-gelembungair
yang berasal dari udara (Sutiyono et all, 2016).
1.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Struvite
Derajat keasaman
atau pH merupakan faktor penting dalam pembentukan struvite (Ronteltap, 2007).
Struvite terjadi pada kondisi
basa dengan pH antara 6,5 � 10 (Bowers, 2004).
Aliran udara
digunakan untuk meningkatkan kecepatan terjadinya reaksi. Aliran udara menyebabkan
terjadinya�� homogenitas pada sebuah larutan (Darmadi 2014).
Agitasi (pengadukan)
sering digunakan dalam proses kristalisasi untuk menghasilkan kristal. dkk. Dengan
dilakukannya pengadukan, bentuk dan ukuran kristal yang dihasilkan cenderung homogen, semakin tinggi kecepatan pengadukan yang digunakan maka semakin tinggi pula kemurnian dan yield kristal yang dihasilkan (Khairunisa, Lita F., Asri W., 2019).
2.
Proses Pembentukan
Kristal Struvite
Kristalisasi adalah
proses pembentukan bahan padat dari pengendapan
larutan,melt (campuran leleh) (McCabe, 1985)
Pembentukan kristal
struvite dari sebuah limbah, sintesis dapat dilakukan dengan menggunakan reactor
fluidized bed (Shih,2017). Sehingga
untuk reaksi sintesis struvite dari limbah bat guano dapat ditunjukkan dari gambar berikut:
Kandungan Bat Guano
NH3+ + H2O����������������������������� NH4+ + OH-
Bahan Kimia
Mg2++2Cl-������������������������������� MgCl2
Dimana H3PO4,
NH4OH, dan MgCl2 direaksikan sehingga menjadi :
���������� MgNH4PO4. 6H2O �+ 2HCl + H+
���������� (Struvite)
Metode Penelitian
1) Bahan
Bahan yang digunakan
adalah limbah Bat Guano sebagai
sumber Fosfat dan Amonium dari Goa Petruk, Kebumen. Adapun bahan lainnya adalah
magnesium klorida (MgCl2) dan kalium hidroksida dengan konsentrasi 2 N sebagai pengatur pH, dimana kedua bahan kimia
ini dibeli di Nirwana.
2) Prosedur
Larutan Bat Guano ditambahkan dari
atas reaktor mencapai � dari ketinggian kolom bersamaan dengan MgCl2.
Udara dimasukkan dari bawah kolom dengan
rate udara sebesar 0,5 L/menit. Suhu diatur
sesuai dengan variasi sebesar 20;25;30;35
℃. KOH 2N dimasukkan sedikit
demi sedikit sesuai dengan variasi pH yang telah ditentukan yaitu pH 8,9,10,11. Proses dijalankan
hingga mencapai kondisi steady state.
Hasil endapan struvite yang terbentuk
disaring dengan kertas saring Whatmaan kemudian dikeringkan
pada suhu ruangan selama 48 jam dan ditimbang. Pengeringan menggunakan oven dihindari karena dapat menyebabkan perubahan struktur presipitat akibat penguapan ikatan amonium maupun hidrat (Laconi et al., 2010). Kemudian
dianalisa kadar Mg, PO4,
dan NH4.
Karakterisasi meliputi
uji suhu,uji pH, uji XRD,uji XRF,uji SEM .Uji XRD dilakukan untuk mengetahui adanya kristal struvite. Uji XRF dilakukan
untuk mengetahui komposisi struvite. Uji SEM dilakukan
pada produk yang memiliki presipitat hasil optimum. Analisis SEM dilakukan untuk mengetahui morfologi ini.
Gambar 1
Rangkaian Alat Reaktor Kolom Sekat
Keterangan:
a) Tangki penampung
Magnesium (MgCl2)
b) Tangki penampung
c) Kran
pengtur laju Magnesium
d) Kran
pengatur laju KOH
e) Boiler
f)
Tangki
penampung larutan keluar
g) Reaktor Kolom Sekat
h) Pompa air
i)
Rotameter
j)
Tangki
penampung endapan
k) Pemanas jaket
l)
Tangki
penampung larutan overflow
m)Kran pengatur laju larutan
keluar
n) Tangki penampung
limbah kelelawar
o) Kran
pengatur laju limbah kelelawar
p) Thermocontrol
q) Arus listrik
Hasil dan Pembahasan
Hasil analisa
XRF dapat dilihat melalui Tabel 1. dimana variabel yang dijalankan meliputi pH dan suhu. Data disajikan pada Tabel berikut:
pH |
Komponen |
Suhu (C) |
|||
20 |
25 |
30 |
35 |
||
8 |
P (%) |
4,8 |
16 |
14,7 |
6,7 |
Mg (%) |
16 |
5,7 |
5,3 |
4,9 |
|
9 |
P (%) |
4,27 |
9,03 |
11,9 |
7,4 |
Mg (%) |
18 |
18 |
11 |
8 |
|
10 |
P (%) |
14,3 |
15,1 |
10,3 |
6,1 |
Mg (%) |
6,2 |
5,7 |
7,2 |
4,35 |
|
11 |
P (%) |
7,43 |
7,93 |
3,07 |
3,45 |
Mg (%) |
4 |
4,8 |
7,5 |
5,9 |
Data diatas
diperjelas dengan menggunakan gambar. Berikut gambar dari berbagai variabel.
1.
Pengaruh Suhu dengan %berat
P dan Mg
Gambar 2
Grafik Hubungan antara Suhu Vs %P dan %Mg
Berdasarkan Gambar 2,
grafik hubungan antara suhu dan % berat P dan & berat Mg diperoleh variasi dalam berbagai pH MAP. Hasilnya adalah bahwa kandungan % P dan % berat Mg dalam pembentukan struvite akan menurun pada suhu diatas suhu kamar.
Pada setiap suhu, pH yang
paling besar akan menghasilkan struvite yang paling sedikit,
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Suhu berpengaruh dalam pembentukan struvite. Apabila suhu yang diberikan terlalu besar maka pembentukan
kristal menjadi lebih lambat karena
proses pencampuran unsur P menjadi kurang baik sehingga reaksi
pembentukan struvite menjadi
tidak stabil. Pada pH 10
dan 11 suhu 20 0C, terjadi
perbedaan dalam proses reaksi pembentukan struvite. Hal ini dikarenakan waktu tinggal dalam
proses reaksi juga terjadi perbedaan pada waktu tinggal seharusnya.
Gambar 3
Grafik Hubungan antara pH Vs %P dan %Mg
Berdasarkan Gambar 3, grafik hubungan antara pH dan % berat P diperoleh variasi dalam berbagai
suhu MAP. Berdasarkan grafik diatas dapat
dikatakan bahwa kandungan % P dalam pembentukan struvite akan menurun pada pH yang tinggi. Pengaruh pH larutan merupakan salah satu faktor yang paling penting untuk proses reaksi pembentukan kristal struvite. Peningkatan pH larutan diatas pH 10 mengakibatkan penurunan kandungan % P dalam pembentukan struvite. Hal ini dikarenakan pada pH diatas 10 akan cenderung membentuk impurities sehingga menurunkan ketersediaan ion P yang dapat menurunkan produktivitas pembentukan kristal struvite.
Pada suhu 20 0C pH 8 dan 9, terjadi perbedaan dalam proses reaksi pembentukan struvite. Hal ini dikarenakan waktu tinggal dalam proses reaksi juga terjadi perbedaan pada waktu tinggal seharusnya.
Pada
penelitian ini digunakan perbandingan rasio molar (Mg2:NH4+ :PO43-) 1:1:1 dengan mempertimbangkan jumlah kandungan pada bat guano seperti
magnesium sebesar ammonium sebesar
5,23 % dan pospat sebesar
17,67%. Menurut (Liu, 2009)
Semakin besar rasio molar maka efisiensi removal pospat juga akan semakin besar,
akan tetapi kemurnian struvite yang terbentuk
akan menurun. (Liu, 2009)
juga menyatakan bahwa kelebihan ammonium akan menguntungkan dalam pembentukan struvite karena dapat dipastikan bahwa presipitat yang akan terbentuk dalam reaksi adalah
struvite. Selain itu, efisiensi removal PO43meningkat seiring dengan meningkatnya rasio molar NH4+ : PO43.Jadi hasil dengan perbandingan
rasio molar (Mg2:NH4+
:PO43-) 1:1:1 saja masih mengandung sedikit struvite, apalagi jika menggunakan rasio molar 1:1:0 maka struvite tidak terbentuk. Hal ini disebabkan karena dalam bat guano masih mengandung
banyak pengotor dan unsur lain seperti sulfur, kalsium, kalium, mangan, ferrum, cuprum, zinc, dysprosium, renium.
Perbandingan rasio molar 1:1:1 didapatkan hasil terbaik pada suhu 300C dengan pH 9,
dengan jumlah kandungan magnesium sebesar 11%
dan phosphate sebesar 11,9 %
2.
Hasil XRD
komposisi kualitatif dari kristal dapat
diidentifikasi dengan metode analisa XRD (Rahman
dkk, 2014). Hasil analisa
dengan metode XRD pada pH
11 dengan suhu 200C
ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 4
Hasil Analisa XRD (X-Ray Diffraction)
Dapat dijelaskan bahwa material struvite telah terbentuk. Hal ini dibuktikan dengan adanya puncak grafik
yang berwarna merah(pola difraksi
struvite) adapun grafik berwarna biru adalah
pola difraksi dari endapan yang diuji. Puncak pada setiap pola difraksi
struvite telah diisi oleh puncak pola difraksi
endapan yang diuji. Akan tetapi terdapat beberapa puncak pada kedua pola difraksi
yang tidak sesuai. Penyebabnya adalah endapan yang diuji masih tidak murni
sepenuhnya adalah struvite,
endapan yang diuji masih mengandung impuritis dan mengandung mineral
lain yang terbentuk selama
proses kristalisasi (Prabhu and Mutnuri, 2014).
3.
Hasil SEM
Untuk membuktikan bentuk kristal struvite maka kita perlu
melakukan SEM analysis. Hasil analisa
SEM adalah sebagai berikut:
Gambar 4
Hasil Analisa SEM
Berdasarkan teori yang ada menurut (Fitriana
dkk, 2016) dikatakan
bahwa kristal struvite murni memiliki bentuk batang dengan
ujung runcing, permukaannya bersih dan tanpa cacat. Berdasarkan
gambar diatas dapat dilihat karakteristik
kristal struvite yang didapatkan
adalah amorf atau tidak beraturan.
Hal ini disebabkan karena dalam bat guano masih mengandung
banyak pengotor dan unsur lain seperti kalsium, kalium, mangan, tembaga,neudimium,molybdenum,europium,iterbium.
Perbesaran yang digunakan dalam analisis tersebut peneliti memilih perbesaran 10,20,50,dan 100 �m dengan harapan karakteristik kristal struvite dapat terlihat dengan jelas Karakteristik kristal struvite tentu saja dipengaruhi oleh kandungan yang terdapat dalam kristal struvite tersebut.
Kesimpulan
1. Suhu yang terbaik
dalam pembentukan mineral
struvite dari bat
guano adalah pada suhu
300C. pH yang terbaik dalam
pembentukan mineral struvite dari
bat guano adalah
pH 9.
2. Pada kondisi
terbaik yaitu Ph 9 dan suhu 300C, struvite yang dihasilkan
memiliki kandungan
magnesium 11% dan phosphate 11,9 %.
3. Kristal struvite pada bat
guano memiliki jenis kristal seperti partikel bulat berwarna putih yang tidak beraturan.
Adiman, Thareq Muhammad Fathan, Feriyanto, Ahmad,
& Edahwati, Luluk. (2020). Mineral Struvite dari Batuan Dolomit dengan
Reaktor Kolom Sekat. Jurnal Teknik Kimia, 14(2), 85�91. Google Scholar
Ariyanto, Eko, Melani, Ani, &
Anggraini, Tri. (2015). Penyisihan Po4 Dalamair Limbah Rumah Sakit Untuk
Produksi Pupuk Struvite. Prosiding Semnastek. Google Scholar
Cahyana, Agus, Marzuki, Ahmad, & Cari,
Cari. (2014). Analisa sem (scanning electron microscope) pada kaca tzn yang
dikristalkan sebagian. Mathematics And Sciences Forum 2014. Google Scholar
Darmadi, Darmadi. (2014). Pengolahan Limbah
Cair Pabrik Pupuk Urea Menggunakan Advanced Oxidation Processes. Jurnal
Rekayasa Kimia & Lingkungan, 10(1). Google Scholar
Dhakal, Sushmita. (2008). A laboratory
study of struvite precipitation for phosphorus removal from concentrated animal
feeding operation wastewater. Google Scholar
Farrah, Diba, Dkk. (2013). Peningkatan
Kadar N,P,K Pada Pupuk Organik Cair dengan Bat Guano. Indo Journal Chem,
2(1). Google Scholar
Idris, Suwarno dan K. (2007). Potensi dan
kemungkinan penggunaan guano secara langsung sebagai pupuk di Indonesia. Jurnal
Tanah Dan Lingkungan, 9(1), 37 � 43. Google Scholar
Khairunisa, Lita F., Asri W., dan Sarifah
N. (2019). Kajian Pengaruhh Kecepatan Pengadukan terhadap Rendemen dan Mutu
Kristal Patchouli Alcohol dengan Metode Cooling Crystallization. Jurnal
Keteknikan Pertanian Tropis Dan Biosistem, 7(1). Google Scholar
Li, Bing, Boiarkina, Irina, Yu, Wei, Huang,
Hai Ming, Munir, Tajammal, Wang, Guang Qian, & Young, Brent R. (2019).
Phosphorous recovery through struvite crystallization: challenges for future
design. Science of the Total Environment, 648, 1244�1256. Google Scholar
Liu, J. C. (2009). Recovery of phosphate
and ammonium as struvite from semiconductor wastewater. Separation and
Purification Technology, 64(3), 368�373. Google Scholar
McCabe, Warren. (1985). L., Julian. C.
Smith, and Peter Harriot. . Unit operations in chemical engineering.
McGraw-Hill book company. New York, NY. Google Scholar
Munasir, Dkk. (2012). Uji XRD dan XRF Pada
Bahan Meneral (Batuan dan Pasir) Sebagau Sumber Material Cerdas (CaCO3dan
SiO2). Jurnal Penelitian Fisika Dan Aplikasinya (JPFA), 2(1). Google Scholar
Rismaka. (2009). Crystallization from
Metastable Region with Different Types of Seed Crystal. Journal of
Non-Equilibrium Thermodynamics, 30(2). Google Scholar
Robiah, A. (2020). Kinetika Pembentukan
Struvite Kristal Menggunakan Zeolit Alam sebagai Adsorben pada Aeration Cone
Column Crystallizer. Jurnal Rekayasa Proses, 14(1), 60�73. Google Scholar
Ronteltap, M. M. (2007). Struvite
Precipitation Thermodynamics in Source-Separated Urine (pp. 977�984). pp.
977�984. Water Research. Google Scholar
Septiani. (2020). Pengolahan Bittern
sebagai Pembentuk Pupuk Struvite Menggunakan Reaktor Sekat Secara Sinambung.
Google Scholar
Shetty S, Sreepada KS, Bhat R. (2013).
Effect of bat guano on the growth of Vigna radiata L. International Journal of
Scientific and Research Publications. International Journal of Scientific
and Research Publications. Google Scholar
Shih, Y.-J., Abarca, R. R. M., de Luna, M.
D. G., Huang, Y.-H., & Lu, M. .. (2017). Recovery of phosphorus from
synthetic wastewaters by struvite crystallization in a fluidized-bed reactor:
Effects of pH, phosphate concentration and coexisting ions (pp. 466�473).
pp. 466�473. Chemosphere. Google Scholar
Susilawati. (2019). Dasar-Dasar Bertanam.
Universitas Sriwijaya PRESS, Palembang. Google Scholar
Sutiyono, S., Edahwati, L., Muryanto, S.,
Jamari, J., & Bayuseno, A. P. (2018). Synthesis of Struvite using a
Vertical Canted Reactor with Continuous Laminar Flow Process. Journal of
Physics: Conference Series, 953(1), 12244. IOP Publishing. Google Scholar
Copyright holder: Adhi Kamanjaya, Ilham Rahmat Hidayat, Sutiyono (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |