Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 6, Juni 2022
PENGARUH PELATIHAN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP SIKAP KERJA SELAMAT DALAM PERAWATAN SARANA KA
Teknologi Mekanika Perkeretaapian, Politeknik Perkeretaapian Indonesia Madiun,
Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kesadaran K3 ini di lingkungan kerja. Pelatihan K3 dipilih dengan tujuan meningkatkan sikap kerja yang berorientasi keselamatan. Selain itu indikator-indikator
yang terdapat dalam pelatihan K3 tersebut dapat dilihat seberapa
pengaruhnya terhadap sikap kerja selamat.
Penelitian ini dilakukan dengan metode quasi eksperimen. Sampel dibagi menjadi
2 (dua) yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pretest dilakukan pada kedua kelompok sebelum pelatihan K3 dilakukan. Pelatihan K3 dilakukan hanya pada kelompok eksperimen, sedangkan kelompok kontrol tidak. Post test dilakukan setelah pelatihan K3 berlangsung. Kelompok eksperimen mempunyai perubahan sikap kerja yang lebih besar dibandingkan
kelompok kontrol setelah pemberian pelatihan K3. Pada masing-masing indikator dalam pelatihan K3 terdapat hasil bahwa ketiganya mempunyai effect size terhadap
sikap kerja selamat. Hasil yang diperoleh adalah ranah kognitif
sebesar 1,123 dalam kategori tinggi, ranah afektif sebesar
0,625 dalam kategori sedang dan ranah psikomotor sebesar 0,718 dalam kategori sedang.
Kata Kunci: pelatihan K3, sikap kerja selamat,
perawatan sarana KA
Abstract
Various efforts
have been made to increase the awareness of K3 in the work environment. OHS
training was choosen with the aim of improving safety oriented work attitudes. In addition, the indicators
contained in the OHS training can be seen how much influence the have on safe
work attitudes. This research was conducted with\with a quasi experimental method. The sample was devided into 2 (two) namely the control group and
experimental group. Pretest was conducted on both groups before the OHS
training was conducted. OHS training was only carried out in the experimental
group, while the control group was not. The post test is carried out after the
OHS training takes place. The experimental group had a greater change in work
attitude than the control group after the provision the K3 training. In each
indicator in the OHS training there are results that all three have an effect
size on safe work atttudes. The results obtained are
the cognitive domain of 1,123 in the high category, the affective domain of
0,625 in medium category and the psychomotor domain of 0,718 in the medium category.
Keywords: OHS training, safe working attitude, maintenance of
railways facilities.
Setiap pekerjaan pasti memiliki risiko dan terdapati akibat
yang harus diterima oleh pelakunya, baik risiko yang menguntungkan, ataupun
risiko yang merugikan. Resiko seringkali
dikaitkan dengan kemungkinan-kemungkinan bahaya
yang dapat timbul akibat pekerjaan tersebut. Dalam pekerjaan perawatan sarana KA melibatkan beberapa pekerjaan yang bertujuan preventif dan korektif. Segala tindakan perawatan yang dilakukan memastikan sarana kereta api
dalam keadaan laik operasi. Dalam
(Hidayat & Mahardiono, n.d.)
menyebutkan kegiatan perawatan (maintenance) tidak
dapat dilepaskan dengan pekerjaan pemeriksaan komponen-komponen peralatan KA. Perawatan dinilai berhasil apabila sistem dapat melaksanakan fungsinya sesuai rencana dan tidak mengalami kerusakan dalam jangka waktu
yang telah ditentukan.
Kumar dkk (2000) telah menunjukkan bagaimana tindakan preventif dalam pekerjaan perawatan KA.
Potensi bahaya wajib diketahui oleh setiap pekerja untuk melakukan
tindakan-tindakan pencegahan
terjadinya kecelakaan kerja. Penyebab kecelakaan kerja dibagi menjadi lima, yaitu faktor man, tool /
machine, material, method, environment, bahan baku, dan faktor lingkungan (Wijaya, Panjaitan, & Palit, 2015).
Kecelakaan kerja dapat dicegah dengan
berbagai upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait. Upaya yang dilakukan dimulai dengan mengenali potensi bahaya di area kerja, mengukur potensi bahaya dan mengendalikan resiko tersebut. Penyebab terbesar kecelakaan kerja yang banyak terjadi adalah unsafe action
yang masih banyak dilakukan oleh pekerja. Perilaku berkeselamatan diharapkan menjadi kebiasaan pekerja dalam melakukan pekerjaannya.
(Kurnia, 2012)
memberikan istilah behaviour
based safety yang merupakan aplikasi ilmu dari
perilaku yang menangani permasalahan keselamatan di tempat kerja. Dalam
mewujudkan perilaku selamat dibutuhkan berbagai upaya, diantaranya komitmen dari perusahaaan dan pekerja yang bersangkutan, berlangsungnya program-program keselamatan
dan kesehatan kerja (K3).
Salah satu program yang dapat
diselenggarakan oleh perusahaan
adalah pelatihan untuk meningkatkan pemahaman pekerja tentang dunia K3. Pelatihan ini dapat dilakukan
oleh ahli K3 perusahaan itu sendiri ataupun
kerjasama dengan pihak luar. Pelatihan
ini juga dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengingtakan kembali pekerjanya mengenai pentingnya prinsip-prinsip K3 selalu diterapkan dalam lingkup pekerjaannya. Dalam penelitian ini akan dibahas
tentang Pengaruh Pelatihan Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (K3) Terhadap
Sikap Kerja Selamat Dalam Perawatan
Sarana Ka.
a)
Mengetahui sikap
kerja selamat sebelum diberikan pelatihan K3 dalam perawatan sarana KA.
b)
Mengetahui sikap
kerja selamat sesudah diberikan pelatihan K3 dalam perawatan sarana KA.
c)
Mengetahui sikap
kerja selamat sesudah diberikan pelatihan K3 dalam perawatan sarana KA.
d)
Mengetahui keefektifan
pemberian pelatihan K3 terhadap sikap kerja selamat dalam
perawatan sarana KA.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Menurut
International Labour Organization (1998) Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) adalah suatu promosi, perlindungan dan peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
mencakup aspek fisik, mental dan sosial untuk kesejahteraan seluruh pekerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan yang dapat terjadi di lingkungan tempat kerja.
Dalam penerapan program-program K3 diawali
dengan identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengendalian resiko yang merupakan bagian dari Sistem
Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (Ramadhan, 2017).
Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam melakukan
program K3. Bahaya didefinisikan
sebagai sesuatu yang dapat menyebabkan cidera pada manusia atau keruskaan pada alat atau lingkungan
(Wijaya et al., 2015). Suardi dalam (Wijaya et al., 2015) membagi macam-macam
bahaya ini menjadi bahaya mekanik, elektrik, ergonomi, kebiasaan, lingkungan, biologi dan psikologi.Pengendalian resiko adalah cara untuk
mengatasi potensi bahaya yang terdapat di lingkungan kerja (Wijaya et al., 2015). Salah satu cara pengendalian resiko yang dapat dilakukan adalah dengan menyusun
prioritas pengendalian resiko. Menurut (Wijaya et al., 2015), metode pengendalian
resiko yang dapat dilakukan untuk mengendalikan resiko antara lain eliminasi, substitusi, rekayasa, administrasi, dan penggunaan APD.
Pelatihan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3)
(Kaswan, 2011)
mengungkapkan bahwa pelatihan merupakan upaya untuk melakukan
perubahan sikap atau perilaku sehingga
karyawan dapat melakukan pekerjaannya lebih efektif. Manfaat yang dirasakan pekerja dapat berupa
ketrampilan atau perilaku baru. (M Waehrer & R Miller, 2009)
mengungkapkan bahwa pelatihan dapat mengurangi jumlah hari kerja yang hilang akibat kecelakaan
kerja. Semakin efektif dan efisien pelatihan yang diberikan maka semakin baik
penerapan perilaku keselamatan kerja karyawan (Merrlman & Cowle, 2009).
(Hamdani, 2018)
mengungkapkan jenis-jenis metode pelatihan yaitu ceramah, diskusi, peragaan, latihan/praktek, instruksi kerja, studi kasus, permainan,
bermain peran, in-tray,
simulasi dan online learning.
Sikap Kerja
Selamat
(Kenneth, 2010)
menjelaskan bahwa sikap kerja merupakan
sikap seseorang terhadap pekerjaannya yang mencerminkan pengalaman yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam pekerjaannya serta harapan-harapannya terhadap pengalaman masa depan. Sikap kerja sebagai
tindakan yang akan diambil karyawan dan kewajiban yang harus dilaksanakan sesuai dengan tanggung jawab yang hasilnya sebanding dengan usaha yang dilakukan. Sikap kerja dapat
dijadikan indikator dalam sebuah pekerjaan
dapat berjalan lancar atau tidak,
masalah antar karyawan ataupun atasan dapat mengakibatkan
terabaikannya sikap kerja. Sikap kerja
sebagai kecenderungan pikiran dan perasaan puas atau tidak
puas terhadap pekerjaannya. Indikator karyawan yang merasa puas pada pekerjaannya akan bekerja keras,
jujur, tidak malas dan ikut memajukan perusahaan. Sebaliknya karyawan yang tidak puas pada pekerjaannya akan bekerja seenaknya,
mau bekerja kalau ada pengawasan,
tidak jujur, yang akhirnya dapat merugikan perusahaan.
Sikap dapat dimunculkan dengan pemahaman yang benar tentang konsep
mengenai K3. (Mills, 2019)
mengatakan bahwa pemahaman konsep merupakan awal dari pemahaman prosedur. Konsep perlu disampaikan diawal untuk membangun
konsep-konsep yang lain dan muncul
pemahaman mengenai konsep-konsep tersebut serta keterkaitan diantaranya.
Perawatan Sarana KA
Menurut (Hidayat & Mahardiono, 2015)
prinsip aktifitas perawatan adalah:
1)
Menekan waktu
kerusakan (down time) sekecil
mungkin,
2)
Menghindari kerusakan
(breakdown) tidak terencana.
Klasifikasi perawatan dibedakan menjadi perawatan terencana (planned maintenance) dan tidak terencana (unplanned
maintenance). Perawatan terencana merupakan perawatan yang diorganisasikan dan dilakukan dengan pemikiran ke masa depa, pengendalian dan pencatatan dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Metode Penelitian
A. Kerangka pemikiran
Variabel
Dalam penelitian
ini variabel independen/bebas adalah pelatihan K3. Variabel terikat/dependen adalah sikap kerja selamat
yang menjadi tujuan dalam penelitian ini. Subyek sebisa
mungkin dikontrol agar tidak ada variabel
lain yang mempengaruhi treatment/eksperimen yang diberikan.
Subyek penelitian
ubyek penelitian
dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberikan treatment/perlakukan sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberikan treatmen/perlakuan. Dalam penelitian ini subyek adalah taruna/program
studi Teknologi Mekanika Perkeretaapian (TMP) Politeknik Perkeretaapian
Indonesia Madiun. Kelompok eksperimen adalah taruna/i dewasa
(tingkat 3) prodi TMP kelas A. Kelompok eksperimen adalah taruna/i dewasa
(tingkat 3) prodi TMP kelas B.
Waktu dan tempat
penelitian
Waktu pelaksanaan peneltian
dihitung dari pemberian pretest (sebelum eksperimen dilakukan) sampai dengan post
test (setelah eksperimen
dilakukan). Penelitian ini berlangsung selama 4 hari dengan
durasi pelatihan selama 2 hari. Penelitian ini dilakukan bertempat di Politeknik Perkeretaapian
Indonesia Madiun
Alat
ukur
Penelitian ini menggunakan alat ukur yaitu
skala penilaian sikap kerja selamat
dan skala pengukuran pelatihan K3. Skala penilaian sikap kerja selamat
digunakan pada saat pretest
dan post test. Skala ini digunakan untuk melihat apakah terdapat perbedaan nilai akhir sikap
kerja selamat akibat pelatihan yang diberikan. Alat ukur kedua yang digunakan adalah alat ukur
guna melihat keefektifan pelatihan K3 yang diberikan. Alat ukur ini juga dapat digunakan untuk melihat apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari pelatihan K3 terhadap sikap kerja selamat
dalam perawatan sarana KA. Uji coba alat ukur dirasa
perlu dilakukan untuk melihat apakah
alat ukur yang akan digunakan reliabel dalam pengukuran. Dalam hal ini, uji coba
alat ukur dilakukan secara tryout terpakai yaitu langsung dikenakan pada subyek yang sesungguhnya
Rancangan ekperimen
Penelitian ini
merupakan bentuk penelitian eksperimen dengan memberikan treatment/perlakuan tertentu terhadap kelompok eksperimen. Jenis eksperimen yang digunakan adalah quasi experiment. menurut
(Payadnya, I.P.A.A dan Jayantika, 2018)
jenis penelitian ini disebut eksperimen
murni karena peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen sehingga diharapkan validitas internal menjadi tinggi. Dalam penelitian ini peneliti memberikan
pretest dan posttest kepada subyek
penelitian. Hasil pretest dan post test ini akan digunakan sebagai dasar untuk
mengetahui apakah eksperimen yang diberikan mempunyai dampak terhadap variabel
Prosedur eksperimen
Tahap pertama dalam penelitian
ini diawali dengan pemberian pretest baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Pretest ini dgunakan untuk
mengetahui bagaimana pendapat subyek mengenai sikap kerja selamat dalam
perawatan sarana KA.
Tahap kedua dilakukan eksperimen berupa pemberian pelatihan K3 pada kelompok eksperimen. Pelatihan ini diberikan
selama 2 (dua) hari dengan 3 (tiga) ranah yang harus diperhatikan yaitu ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Hari pertama pelatihan digunakan untuk mengasah ranah kognitif dan afekti dan hari kedua memfokuskan
pada ranah psikomotorik.
Tahap ketiga
adalah post test yang akan diberikan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Ini dilakukan untuk
melihat apakah pelatihan K3 yang diberikan meningkatkan pemahaman subyek pelatihan tentang sikap kerja
selamat. Selain post test mengenai sikap kerja selamat
juga akan diberikan skala pengukuran mengenai pelatihan yang diberika. Hal ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan pelatihan yang telah diberikan.
Teknik analisis
Langkah analisis data dilakukan
dengan mengumpulkan, mengelola, mengklasifikasi dan menginterpretasikan data penelitian.
Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier. Analisis data akan menggunakan SPSS dengan menerapkan beberapa uji. Uji tersebut akan membuat suatu
prediksi tentang nilai variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen.
Uji pertama yang dilakukan
adalah uji t. dalam uji - t
ini yang dilakukan adalah menguji hipotesis dengan menggunakan statistik - t. Pengujian ini dilakukan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen (pelatihan K3) terhadap varaiebl dependen (sikap kerja).
Hasil Dan Pembahasan
Uji Coba Alat ukur
Uji reliabilitas juga dilakukan
pada alat ukur yang akan digunakan. Ini dilakukan untuk
menyimpulkan bahwa alat ukur tersebut
dapat diterima, baik dan reliabel.
Tabel 1 Reliabilitas alat ukur |
|
Cronbach's Alpha |
N of Items |
.722 |
23 |
Nilai reliabilitas yang dapat diterima adalah dengan batas nilai
alpha 0,6. Nilai uji diatas diketahui
nilainya sebesar 0,722 sehingga dapat dikatakan alat ukur yang digunakan dapat diterima, baik dan reliabel.
Analisis Data
Pretest dilaksanakan sebelum
pelatihan K3 dilakukan.
Pretest ini dilakukan baik kepada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen, diperoleh hasil kategori sikap kerja selamat
dalam pretest dengan
kategori tinggi sebanyak 45% dan dengan kategori rendah sebanyak 55%. Pada kelompok kontrol, diperoleh hasil 47% dengan kategori tinggi dan 53% dalam kategori rendah.
Posttest dilaksanakan setelah
pelatihan dilakukan pada kelompok eksperimen. Pengukuran sikap kerja kembali dilakukan
untuk melihat apakah terdapat perubahan sikap kerja setelah pelatihan
diberikan. Pada kelompok eksperimen, sikap kerja diketahui sebesar 85% dalam kategori tinggi dan sebanyak 15% dalam kategori rendah. Pada kelompok kontrol, sikap kerja sebesar 48% dalam kategori tinggi dan 52% dalam kategori rendah.
Analisis data dilakukan pada hasil pengukuran dengan alat ukur yang sudah dipastikan valid dan reliabel. Diperoleh hasil analisis data sebesar nilai t = 2,723 dan probabilitas sebesar 0,017
(p<0,05). dari hasil tersebut diketahui bahwa hipotesis penelitian yaitu terdapat pengaruh pemberian pelathan K3 terhadap sikap kerja selamat pada perawatan sarana KA.
Pretest dilakukan sebelum pelatihan K3 dilaksanakan. Pretest ini dilakukan pada kelompok kontrol dan eksperimen. Hasil
pretest menunjukkan hasil bahwa data tersebar secara normal dan homogen. Oleh karena itu untuk
mengetahui peningkatan nilai sikap kerja
dapat dilakukan dengan analisis uji -t sampel bebas (independen
sample t - test).
Diperoleh
hasil pengujian uji signifikansi perbedaan dengan t statistik = 3.175 dan p
= 0.005. nilain p < 0.05 berarti
hasil tersebut signifikan. Jadi ada perbedaan perubahan sikap kerja yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen mempunyai perubahan sikap kerja yang lebih besar dibandingkan
kelompok kontrol setelah pemberian pelatihan K3.
Analisis Data Masing-Masing Indikator
Secara statistik, data skor pemahaman konsep mempunyai F test sebesar 4,984 dengan sig. = 0,030. Dengan demikian, nilai sig. < 0,05
yang berarti varian kedua kelompok tidak homogen sehingga
uji yang digunakan adalah
separate t test (t bagian equal variance not assumed atau diasumsikan varian berbeda). Diketahui nilai t hitung = 3,903 dan nilai t tabel = 2,024, yang berarti t hitung > t tabel, maka H0 ditolak. Adapun jika dilihat dari
nilai probabilitas (sig.), diperoleh bahwa untuk kognitif memiliki sig. (2- tailed) = 0,000 yang berarti
H0 < 0.05, maka H0 ditolak.
Berdasarkan nilai t dan nilai probabilitas (P) dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
rata-rata skor kognitif antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Adapun besarnya effect
size adalah 1,123 dan termasuk
kategori besar, sehingga pelatihan K3 dengan metode eksperimen
memberikan efek yang besar terhadap peningkatan sikap kerja selamat.
Secara statistik
untuk data skor afektif mempunyai F test sebesar 0,057 dengan sig. = 0,752.
Dengan demikian, nilai sig. > 0,05 yang berarti
varian kedua kelompok homogen sehingga uji yang digunakan adalah pooled t test (t bagian
equal variance assumed atau diasumsikan
varian sama). Diketahui t hitung = 2,656 dan nilai t tabel = 2,013 yang berarti t hitung > t tabel, maka H0 ditolak. Adapun jika dilihat dari nilai
probabilitas (sig.), diperoleh
bahwa untuk afektif memiliki sig. (2-tailed)
= 0,011 yang berarti p < 0,05, maka
H0 ditolak. Berdasarkan nilai t dan nilai probabilitas (P) dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rata- rata skor afektif antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Efect size pada indikator afektif ini adalah
sebesar 0.625 dan termasuk kategori sedang sehingga afektif dalam pelatihan K3 mempunyai efek yang cukup terhadap sikap kerja selamat.
Secara statistik untuk data skor psikomotor mempunyai F test sebesar 0,046 dengan sig. = 0,831. Dengan demikian, nilai sig. > 0,05
yang berarti varian kedua kelompok homogen sehingga uji yang digunakan adalah pooled t test (t
bagian equal variance assumed atau
diasumsikan varian sama). Diketahui t hitung = 2,753 dan nilai t tabel = 2,013 yang berarti
t hitung > t tabel, maka H0 ditolak. Adapun jika dilihat dari
nilai probabilitas (sig.), diperoleh bahwa untuk afektif memiliki
sig. (2-tailed) = 0,011 yang berarti p < 0,05, maka H0 ditolak. Berdasarkan nilai t dan nilai probabilitas (P) dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
rata- rata skor psikomotor antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Efect size pada indikator psikomotor ini adalah sebesar
0.718 dan termasuk kategori
sedang sehingga psikomotor dalam pelatihan K3 mempunyai efek yang cukup terhadap sikap kerja selamat.
Kesimpulan
a)
Sikap kerja yang
diukur pada saat pretest perlu dilakukan pada kedua kelompok untuk melihat keefektifan
pemberian pelatihan K3 yang
diberikan. Pada kelompok eksperimen, diperoleh hasil kategori sikap kerja selamat
dalam pretest dengan
kategori tinggi sebanyak 45% dan dengan kategori rendah sebanyak 55%. Pada kelompok kontrol, diperoleh hasil 47% dengan kategori tinggi dan 53% dalam kategori rendah.
b)
Sikap kerja yang
diukur pada saat post test untuk melihat perbedaan skor sikap kerja
dalam kedua kelompok. Pada kelompok eksperimen, sikap kerja diketahui
sebesar 85% dalam kategori tinggi dan sebanyak 15% dalam kategori rendah. Pada kelompok kontrol, sikap kerja sebesar 48% dalam kategori tinggi dan 52% dalam kategori rendah.
c)
Diperoleh
hasil pengujian uji signifikansi perbedaan dengan t statistik = 3.175 dan p
= 0.005. nilain p < 0.05 berarti
hasil tersebut signifikan. Jadi ada perbedaan perubahan sikap kerja yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen mempunyai perubahan sikap kerja yang lebih besar dibandingkan
kelompok kontrol setelah pemberian pelatihan K3.
d)
Pada masing-masing indikator dalam pelatihan K3 terdapat hasil bahwa ketiganya mempunyai effect size terhadap
sikap kerja selamat. Hasil yang diperoleh adalah ranah kognitif
sebesar 1,123 dalam kategori tinggi, ranah afektif sebesar
0,625 dalam kategori sedang dan ranah psikomotor sebesar 0,718 dalam kategori sedang.
Hamdani, Endah Nuraini.
(2018). Materi Metode Pelatihan Training For Trainer PPM Manajemen. Jakarta:
Balai Pendidikan Dan Pelatihan Aparatur, Badan Riset Dan SDM Kelautan Dan
Perikanan. Google Scholar
Hidayat, Taufik, & Mahardiono, Novan Agung. (n.d.). Evaluasi
Perawatan Sarana Perkeretaapian Di Pt. Kereta Api Indonesia (Persero) The
Maintenance Evaluation Of Railway Rolling Stock In Indonesian Railways Company. Google Scholar
Kaswan. (2011). “Pelatihan dan Pengambangan Untuk meningkatkan Kinerja
SDM.” Penerbit Alfabeta, Bandung.
Kenneth. (2010). “Teori Sikap Manusia : Edisi 2.” Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Kurnia, I. M. (2012). “Penyusunan Rancangan Program Safety Training yang
Berbasis Perilaku Consistency Safety pada Jabatan Operator Gondola di PT.GHP.” Peneli
Internal Di PT. GH, Bekasi.
M Waehrer, Geetha, & R Miller, Ted. (2009). Does safety training
reduce work injury in the United States? The Ergonomics Open Journal, 2(1). Google Scholar
Merrlman, Gavln, & Cowle, Stephen P. (2009). Are health and safety
representatives more effective at representing their designated work group
having completed a Certificate IV course in OHS? Journal of HealtH &
Safety ReSearcH & Practice Volume, 1(1).
Google Scholar
Mills, Judith Patricia. (2019). Making multiplication meaningful:
Teaching for conceptual understanding. Google Scholar
Payadnya, I.P.A.A dan Jayantika, I. G. A. N. .. (2018). “Panduan
Penelitian Eksperimen Analisis Statistik Dengan SPSS.” Penerbit Deepublish,
Yogyakarta.
Ramadhan, Fazri. (2017). Analisis Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Menggunakan Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC). Prosiding
Seminar Nasional Riset Terapan| SENASSET, 164–169. Google Scholar
Wijaya, Albert, Panjaitan, Togar W. S., & Palit, Herry Christian.
(2015). Evaluasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan Metode HIRARC pada PT.
Charoen Pokphand Indonesia. Jurnal Titra, 3(1), 29–34. Google Scholar
Copyright
holder: Ajeng Tyas
Damayanti (2022) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |