Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 6, Juni 2022
FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGGUNAAN
KONTRASEPSI MODERN DI WILAYAH PERKOTAAN: ANALISIS SKAP 2019
Fajar Firdawati,
Pujiyanto, Mario Ekoriano
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Badan Riset dan
Inovasi Nasional (BRIN)
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Penggunaan kontrasepsi modern di wilayah perkotaan cenderung mengalami
penurunan, disisi lain jumlah penduduk di wilayah perkotaan semakin meningkat,
padahal di wilayah perkotaan cenderung lebih mudah memiliki akses terhadap
informasi, fasilitas pelayanan kesehatan, dan transportasi. Selain itu, tingkat
pendidikan dan status ekonomi lebih tinggi dibanding wilayah perdesaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi
penggunaan kontrasepsi modern di wilayah perkotaan dan faktor apa paling
dominan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan analisis data
sekunder yang bersumber dari data Survei
Kinerja dan Akuntabilitas Program (SKAP)
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga tahun 2019. Hasil
penelitian, menunjukkan semakin tua umur, semakin tinggi tingkat pendidikan dan
semakin tinggi tingkat kesejahteraan, maka penggunaan kontrasepsi modern
diperkotaan semakin menurun. Disisi lain, penggunaan kontrasepsi modern diperkotaan
lebih banyak pada PUS yang memiliki jumlah anak lebih dari 2, tidak ingin anak
lagi, memiliki persepsi jumlah anak ideal 0-2, PUS yang memiliki pengetahuan 8
jenis metode kontrasepsi, mendapatkan informasi baik dari petugas dan institusi
serta yang dikunjungi oleh petugas/kader kesehatan dalam 12 bulan terakhir. Variabel
yang memiliki kecenderungan paling tinggi menggunakan kontrasepsi modern di
perkotaan yaitu PUS dengan kelompok umur 15-19 tahun. Dalam upaya meningkatkan
penggunaan kontrasepsi modern di wilayah perkotaan, pemerintah harus melakukan
terobosan intervensi program yang efektif dan efisien, yang ditujukan terutama
pada PUS dengan tingkat pendidikan dan kesejahteraan tinggi serta memperkuat
intervensi pada kelompok sasaran yang memiliki kecenderungan penggunaan
kontrasepsi modern yang lebih tinggi.
Kata kunci: keluarga berencana;
kontrasepsi modern; perkotaan; wanita kawin
Abstract
The use of modern contraceptives in urban areas tends to
decrease, on the other hand, the number of people in urban areas is increasing,
whereas in urban areas it tends to be easier to have access to information,
health care facilities, and transportation. In addition, the level of education
and economic status are higher than in rural areas. This study aims to
determine what factors influence the use of modern contraceptives in urban
areas and what factors are most dominant. This study is a quantitative study
with secondary data analysis sourced from data from the 2019 Population, Family
Planning, and Family Development Program performance and Accountability Survey
(SKAP) data. The results showed that the older the age, the higher the level of
education and the higher the level of welfare, the use of modern contraceptives
in urban areas is decreasing. On the other hand, the use of modern
contraceptives in urban areas is higher in married women who have a number of
children more than 2, do not want more children, have a perception of the ideal
number of children 0-2, and married women who know 8 types of contraceptive
methods, get information from officers and institutions and who are visited by
health officers/cadres in the last 12 months. The variable that has the highest
tendency to use modern contraceptives in urban areas is married women with an
age group of 15-19 years. To increase the use of modern contraceptives in urban
areas, the government should make effective and efficient program intervention
breakthroughs, aimed primarily at married women with high levels of education
and welfare and strengthen interventions in target groups who have a higher
tendency to use modern contraceptives.
Keywords: family planning; modern contraceptive; urban; merried women
Pendahuluan
Jumlah penduduk Indonesia hasil sensus penduduk tahun 2020 sebesar
270,20 juta jiwa, angka ini terus meningkat dan dalam 10 tahun terakhir terjadi
pertambahan penduduk sekitar 32,56 juta jiwa (Badan Pusat Statistik Republik
Indonesia, 2020). Bila dibandingkan dengan negara lain, Indonesia
menduduki posisi ke empat dengan penduduk terbanyak setelah China, India dan
Amerika Serikat (UN DESA, 2017). Pertumbuhan penduduk yang tinggi ini perlu
dikendalikan melalui program keluarga berencana, namun dalam 10 tahun terakhir
penggunaan kontrasepsi modern di Indonesia mengalami stagnasi di angka 57
persen (BKKBN, BPS, Kementerian Kesehatan RI,
& USAID, 2018). Berdasarkan wilayah tempat tinggal, penggunaan
kontrasepsi modern pada wanita kawin usia subur di wilayah perkotaan menunjukan
kecenderungan mengalami penurunan. Hal ini ditunjukkan melalui hasil Survei Demografi
Kesehatan Indonesia tahun (SDKI) 2007, dimana penggunaan kontrasepsi modern di wilayah
perkotaan lebih rendah yaitu 57,1 persen dibandingkan dengan di perdesaan
sebesar 57,5 persen (Badan Pusat Statistik, 2007). Penggunaan kontrasepsi modern di wilayah perkotaan
terus-menerus mengalami penurunan menjadi 57,0 persen (SDKI 2012) dan 55,0
(SDKI 2017), sedangkan di perdesaan penggunaan kontrasepsi modern malah
mengalami peningkatan menjadi 58,7 persen (SDKI 2012) dan 59,2 persen (SDKI
2017) (Badan Pusat Statistik, Badan Koordinasi
Keluarga Berencanan Nasional, Departemen Kesehatan, & Macro International,
2013; BKKBN, BPS, Kementrian Kesehatan RI, & USAID, 2018). Hal yang sama juga ditunjukkan oleh hasil Survei
Kinerja dan Akuntabilitas Program (SKAP) Kependudukan, Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga (KKBPK) tahun 2019, dimana penggunaan kontrasepsi modern
di wilayah perkotaan hanya mencapai 52,1 persen atau lebih rendah 5,4 persen
poin dibandingkan dengan perdesaan yaitu 57,5
persen (BKKBN, 2019).
Berdasarkan karakteristik wilayah, perkotaan cenderung lebih mudah dalam
hal mendapatkan akses informasi, kemudahan dalam mengakses pelayanan kesehatan,
transportasi yang lebih mudah untuk menjangkau ke fasilitas pelayanan
kesehatan, tingkat pendidikan masyarakat yang lebih tinggi serta status ekonomi
yang lebih baik. Penggunaan kontrasepsi modern di wilayah perkotaan cenderung terus
menurun, namun disisi lain penduduk di wilayah perkotaan semakin lama semakin
bertambah, dimana pada tahun 2020 diperkirakan penduduk Indonesia yang tinggal
di wilayah perkotaan sekitar 56,7 persen dan akan meningkat menjadi 66,6 persen pada tahun
2035 (BPS, 2020), apabila jumlah penduduk ini tidak dikendalikan dapat
menyebabkan permasalahan-permasalahan sosial dan ekonomi. Keadaan ini yang
mendorong peneliti untuk menggali lebih lanjut faktor-faktor apa saja yang memengaruhi
penggunaan kontrasepsi modern di wilayah perkotaan.
Metode Penelitian
Metode penelitian adalah kuantitatif dengan desain studi cross sectional menggunakan data
sekunder yang bersumber dari Survei Kinerja dan Akuntabilitas Program Kependudukan,
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (SKAP) tahun 2019 yang dilaksanakan
oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). SKAP merupakan
survei berskala nasional yang dirancang representatif provinsi yang dapat
memberikan gambaran estimasi parameter tingkat provinsi. SKAP dilaksanakan di
34 provinsi seluruh Indonesia yang berlangsung dari tanggal 24 Juli sampai 30
September 2019. SKAP memiliki 4 (empat) modul yaitu Modul Rumah Tangga, Modul
Keluarga, Modul Wanita Usia Subur (WUS) dan Modul Remaja.
Populasi dalam penelitian ini adalah WUS sebanyak 59.825, dengan
kriteria inklusi yang sudah menikah dan hidup bersama atau disebut Pasangan
Usia Subur (PUS) dan tinggal di wilayah perkotaan sebanyak 21.920. Berdasarkan
hasil merging data dari modul
Keluarga dan modul WUS, jumlah PUS yang menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah 21.732, karena terdapat missing data
sebanyak 188 sampel. Hal ini disebabkan tidak semua WUS terdata pada modul
keluarga, dimana jika ada WUS sebagai tamu/saudara yang menginap di rumah
tangga terpilih tetap didata sebagai WUS tetapi tidak di data pada modul
keluarga. Setelah dilakukan merging
data jumlah PUS yang menggunakan kontrasepsi modern dan bukan kontrasepsi
modern sebagaimana digambarkan dalam tabel 1.
Tabel 1
Pemakaian Kontrasepsi di Wilayah Perkotaan
Jenis Kontrasepsi |
n |
Persentase |
Kontrasepsi Modern |
11.381 |
52,37 |
Bukan Kontrasepsi Modern/Tidak
ber-KB |
10.351 |
47,63 |
Jumlah |
21.732 |
100,00 |
Analisis data yang dilakukan adalah analisis deskriptif dan analisis
inferensial. Analisis deskriptif menggambarkan distribusi penggunaan
kontrasepsi modern dan yang bukan/tidak menggunakan kontrasepsi modern
berdasarkan variabel umur, tingkat pendidikan, tingkat kesejahteraan, jumlah
anak yang masih hidup, keinginan memiliki anak lagi, jumlah ideal anak,
pengetahuan tentang 8 jenis kontrasepsi modern, keterpaparan informasi
kontrasepsi dari tenaga lini lapangan dan institusi, kunjungan petugas
kesehatan/kader dalam 12 bulan terakhir dan kepemilikan jaminan kesehatan.
Analisis inferensial menggunakan uji regresi logistik biner dalam rangka
mengetahui faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap penggunaan
kontrasepsi modern pada PUS di wilayah perkotaan
Hasil dan Pembahasan
Distribusi PUS menurut pemakaian kontrasepsi di wilayah perkotaan dalam
Tabel 2 menunjukkan perbandingan PUS yang menggunakan dan tidak menggunakan
kontrasepsi modern dengan berbagai karakteristik. Pada tabel tersebut
memberikan gambaran bahwa kelompok umur 35-39 tahun yang tertinggi menggunakan
kontrasepsi modern yaitu lebih dari separuh responden (57,1%), sedangkan yang
terendah adalah pada kelompok umur 45-49 tahun yaitu kurang dari setengahnya
(43,11%). Rendahnya penggunaan
kontrasepsi modern pada usia 45-49 tahun disebabkan karena pada usia tersebut
merupakan umur menjelang masa akhir reproduksi sehingga PUS merasa tidak subur
dan merasa tidak perlu lagi menggunakan kontrasepsi. Hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan di Liberia yang menjelaskan alasan
rendahnya penggunaan kontrasepsi modern pada PUS dengan kelompok umur yang
lebih tua disebabkan karena mereka telah mengalami gejala perimenopause dan
adanya kemungkinan memiliki kondisi medis yang membuat beberapa metode
kontrasepsi tidak sesuai. Selain itu mereka juga merasa tingkat kesuburan yang
lebih rendah dibandingkan dengan PUS kelompok umur muda dan karena hubungan
seksual yang lebih jarang, sehingga kondisi tersebut menyebabkan rendahnya
penggunaan kontrasepsi modern pada PUS dengan kelompok umur 45-49 tahun (Tsegaw, Mulat, & Shitu, 2022).
Jika dilihat berdasarkan tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat
pendidikan PUS di wilayah perkotaan semakin rendah penggunaan kontrasepsi
modern, dimana tidak sampai setengah (42,20%) PUS dengan tingkat pendidikan
perguruan tinggi menggunakan kontrasepsi modern. Hal ini tidak sejalan dengan
teori bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin baik respon dan
penerimaan terhadap perubahan sosial seseorang termasuk dalam penerimaan
kontrasepsi modern (Notoatmojo, 2010). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
tingkat pendidikan yang baik menunjukan pemakaian kontrasepsi modern yang semakin menurun. Hal ini
disebabkan pengetahaun PUS terhadap efek samping membuat mereka enggan untuk
menggunakan alat kontrasepsi modern dan beralih ke kontrasepsi tradisonal. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijayati yang
menjelaskan bahwa semakin tinggi pendidikan wanita usia subur semakin tinggi
menggunakan metode kontrasepsi tradisional (Wijayanti, 2021).
Pada tingkat
kesejahteraan, menggambarkan semakin tinggi tingkat kesejahteraan PUS di wilayah
perkotaan maka semakin rendah menggunakan kontrasepsi modern yaitu hanya
sebesar 49,50 persen. Hal ini barangkali dipengaruhi perasaan aman memiliki
jumlah anak lebih banyak karena secara finansial mereka mampu. Hasil penelitian
ini didukung oleh penelitian yang dilakukan sebelumnya dimana semakin tinggi
tingkat kesejahteraan wanita, maka semakin rendah menggunakan kontrasepsi (Susanti et al., 2021) Syamsul, Bakri, & Limonu, 2020). Hasil penelitian ini tidak
sama dengan penelitian yang dilakukan di Malawi, dimana proporsi penggunaan
kontrasepsi modern lebih tinggi pada wanita dengan tingkat kesejahteraan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan wanita miskin, hal ini terkait dengan
kemampuan keuangan mereka untuk dapat mengakses layanan kesehatan terutama jika
layanan tidak gratis atau lokasi pemberi layanan kontrasepsi jauh dari tempat
tinggal mereka (Adebowale, Adedini, Ibisomi, & Palamuleni, 2014), serta pada PUS dengan
pendapatan tinggi lebih cenderung mementingkan kualitas daripada kuantitas
sehingga PUS tersebut akan memberikan pendidikan lebih baik pada anak-anaknya (Febriawati, Ekoriano, Angraini, Purwoko, & Suryani, 2021)
Penggunaan kontrasepsi modern lebih tinggi pada PUS yang memiliki jumlah
anak yang masih hidup lebih dari 2 jika dibandingkan dengan PUS yang memiliki jumlah
anak 0-2. Hal ini disebabkan adanya kecenderungan PUS di wilayah perkotaan yang
memiliki anak lebih dari 2 (dua) mempunyai kesadaran lebih baik untuk tidak
menambah anak lagi, mengingat anak tidak hanya sekedar dilahirkan tetapi juga
bagaimana mencukupi kebutuhan hidup mereka dengan biaya hidup di wilayah perkotaan
yang tidak murah. PUS yang memiliki anak hidup banyak akan lebih memilih
menggunakan kontrasepsi dengan efektivitas yang lebih tinggi (Rochadi, Sembiring, & Nababan, 2022). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan sebelumnya dimana penggunaan kontrasepsi di wilayah perkotaan
lebih tinggi pada PUS dengan jumlah anak lebih dari 2 (Weni, Yuwono, & Idris, 2019; Wuni, Turpin, & Dassah, 2017). Disisi lain pada variabel jumlah anak ideal
menurut PUS, menunjukkan lebih dari setengah (54,16%) PUS yang memiliki
persepsi jumlah anak ideal 0-2 menggunakan kontrasepsi modern, hal ini mungkin
saja dapat disebabkan penerimaan masyarakat terhadap program pemerintah “2 anak
cukup” dan norma keluarga kecil bahagia sejahtera. Hasil penelitian ini
didukung dengan penelitian yang dilakukan di Senegal, yang menunjukan
penggunaan kontrasepsi modern di wilayah perkotaan lebih tinggi pada wanita
yang memiliki persepsi jumlah ideal anak yang lebih rendah (Cronin, Guilkey, & Speizer, 2018). Jika berdasarkan distribusi PUS menurut keinginan
memiliki anak, penggunaan kontrasepsi modern tertinggi pada PUS yang tidak
ingin memiliki anak lagi yaitu sebesar 64,42 persen. Hal ini terjadi karena
mereka yang tidak ingin memiliki anak lagi akan berupaya mencegah terjadinya
kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi. Hal ini didukung dengan penelitian
yang dilakukan di Bengkulu, dimana keinginan memiliki anak mempengaruhi PUS
dalam memilih jenis/metode kontrasepsi modern (Febriawati et al., 2021).
Pada tabel 2 tersebut juga menunjukkan penggunaan kontrasepsi modern
lebih tinggi pada PUS yang memiliki pengetahuan tentang 8 jenis metode
kontrasepsi modern yaitu sebesar 55,55 persen jika dibandingkan dengan PUS yang
tidak mengetahui. Menurut asumsi peneliti, PUS yang memiliki pengetahuan 8
jenis kontrasepsi modern akan memiliki informasi yang lebih banyak terkait
pilihan kontrasepsi modern yang tersedia sehingga dapat menjadi pertimbangan
saat akan memutuskan menggunakan kontrasepsi. Hasil penelitian ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan sebelumnya dimana semakin banyak metode
kontrasepsi yang diketahui oleh PUS, maka semakin tinggi kecenderungan untuk
menggunakan kontrasepsi (Susanti et al., 2021). Sama halnya dengan pengetahuan, berdasarkan
sumber informasi yang diterima menunjukan keterpaparan PUS dari petugas dan
institusi juga mempengaruhi PUS untuk menggunakan kontrasepsi modern, berturut-turut
sebesar 55,02 persen dan 54,94 persen. Selain itu kunjungan petugas/kader
kesehatan selama 12 bulan terakhir juga memiliki pengaruh yang cukup besar bagi
PUS untuk menggunakan kontrasepsi modern yaitu sebesar 60,8 persen. Hal ini
disebabkan melalui pemberian informasi baik oleh petugas, institusi ataupun
kunjungan petugas kesehatan dalam 12 bulan terakhir memberikan dampak terhadap
peningkatan pengetahuan PUS tentang pilihan jenis kontrasepsi modern sehingga
dapat memberikan keyakinan bagi PUS dan mengambil keputusan menggunakan
kontrasepsi setelah medapatkan informasi. Hal yang sama juga terjadi di Amhara
Ethiopia dimana penggunaan kontrasepsi modern lebih banyak pada wanita yang
terpapar pesan KB dan juga dikunjungi oleh petugas lapangan dalam 12 bulan
terakhir (Asresie, Fekadu, Dagnew, & Gelaw,
2020).
Apabila dilihat berdasarkan kepemilikan asuransi menunjukan penggunaan
kontrasepsi modern pada PUS yang memiliki asuransi dengan yang tidak memiliki
asuransi relatif sama yaitu sekitar 52 persen. Hal ini barangkali disebabkan
karena pemerintah telah menyediakan pelayanan kontrasepsi secara gratis yang
diperuntukan bagi seluruh PUS dengan memanfaatkan kegiatan-kegiatan momentum.
Hasil penelitian didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pujihasvuty
dimana PUS yang tidak memiliki asurasi lebih tinggi dalam menggunakan
kontrasepsi (Pujihasvuty, 2018).
Tabel 2
Distribusi PUS dan Hubungan Penggunaan
Kontrasepsi Modern di Wilayah Perkotaan berdasarkan Karakteristik PUS
Variabel |
Kontrasepsi Modern |
Bukan Kontrasepsi Modern/Tidak ber-KB |
||
n |
% |
n |
% |
|
Umur |
|
|
|
|
15-19 |
99 |
56,59 |
76 |
43,41 |
20-24 |
671 |
47,34 |
746 |
52,66 |
25-29 |
1.652 |
50,52 |
1.618 |
49,48 |
30-34 |
2.205 |
54,66 |
1.829 |
45,34 |
35-39 |
2.693 |
57,71 |
1.973 |
42,29 |
40-44 |
2.403 |
55,60 |
1.918 |
44,40 |
45-49 |
1.659 |
43,11 |
2.190 |
56,89 |
Tingkat Pendidikan |
|
|
|
|
Tidak Pernah/Belum Sekolah |
66 |
48,77 |
69 |
51,23 |
SD |
2.690 |
55,22 |
2.181 |
44,78 |
SLTP |
2.882 |
57,45 |
2.134 |
42,55 |
SLTA |
4.256 |
51,33 |
4.036 |
48,67 |
D1/D2/D3/Akademi |
534 |
46,11 |
624 |
53,89 |
Perguruan Tinggi |
954 |
42,20 |
1.307 |
57,80 |
Tingkat Kesejahteraan |
|
|
|
|
Rendah |
1.211 |
54,01 |
1.031 |
45,99 |
Menengah |
5.583 |
54,62 |
4.639 |
45,38 |
Tinggi |
4.588 |
49,50 |
4.681 |
50,50 |
Jumlah Anak Masih Hidup |
|
|
|
|
0-2 |
7.520 |
48,59 |
7.956 |
51,41 |
>2 |
3.862 |
61,73 |
2.394 |
38,27 |
Keinginan Memiliki Anak Lagi |
|
|
|
|
Tidak tahu |
491 |
57,12 |
369 |
42,88 |
Ingin anak lagi |
3.117 |
40,71 |
4.541 |
59,29 |
Tidak ingin anak |
7.563 |
64,42 |
4.177 |
35,58 |
Tidak dapat hamil |
211 |
40,69 |
307 |
59,31 |
Jumlah Anak Ideal |
|
|
|
|
>2 |
4.085 |
49,45 |
4.175 |
50,55 |
0-2 |
7.297 |
54,16 |
6.175 |
45,84 |
Pengetahuan 8 Metode
Kontrasepsi Modern |
|
|
|
|
Tidak terpapar |
8.629 |
51,43 |
8.148 |
48,57 |
Terpapar |
2.752 |
55,55 |
2.203 |
44,45 |
Terpapar Informasi KB dari Petugas |
|
|
|
|
Tidak terpapar |
1.069 |
38,60 |
1.700 |
61,40 |
Terpapar |
9.862 |
55,02 |
8.061 |
44,98 |
Terpapar Informasi KB dari Institusi |
|
|
|
|
Tidak terpapar |
2.690 |
47,26 |
3.001 |
52,74 |
Terpapar |
8.241 |
54,94 |
6.760 |
45,06 |
Kunjungan Petugas/Kader dalam 12 bln terakhir |
|
|
|
|
Tidak |
9.271 |
50,77 |
8.990 |
49,23 |
Ya |
2.111 |
60,80 |
1.361 |
39,20 |
Kepemilikan asuransi |
|
|
|
|
Tidak |
3.298 |
52,85 |
2.942 |
47,15 |
Ya |
8.084 |
52,18 |
7.408 |
47,82 |
α = 0,05
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik biner dalam tabel 3,
menunjukkan semua variabel berpengaruh signifikan secara statistik terhadap
penggunaan kontrasepsi modern di wilayah perkotaan kecuali varibel kepemilikan
asuransi kesehatan. Tabel 3 juga menunjukkan nilai rasio kecenderungan
penggunaan kontrasepsi modern dimana pada kategori umur PUS terlihat semakin
muda kelompok umur, semakin tinggi peluang menggunakan kontrasepsi modern. Pada
kelompok umur 15-19 tahun memiliki kecenderungan menggunakan kontrasepsi modern
9,9 kali atau hampir 10 kali lebih besar dibandingkan dengan PUS pada kelompok
umur 45-49 tahun. Sedangkan untuk kelompok umur 40-44 tahun memiliki
kecenderungan menggunakan kontrasepsi modern yang paling kecil yaitu sebesar
1,96 kali atau hampir 2 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok umur
45-49 tahun. Hal yang sama juga ditunjukkan dari hasil studi yang dilakukan
oleh Pujihasvuty yang menunjukkan pola penggunaan kontrasepsi di wilayah perkotaan,
dimana semakin tinggi kelompok umur semakin rendah kecenderungan untuk
menggunakan kontrasepsi, dan pada kelompok umur 15-19 tahun adalah yang paling
tinggi kecenderungannya menggunakan kontrasepsi yaitu 11 kali lebih besar
dibandingkan dengan kelompok umur 45-49 tahun (Pujihasvuty, 2018). Penelitian lain yang dilakukan di Senegal juga
menunjukan hasil yang sama yaitu penggunaan kontrasepsi modern pada kelompok
umur yang lebih muda juga cenderung semakin meningkat, hal ini disebabkan
karena pada kelompok umur yang lebih muda terjadi pola komunikasi yang efektif
terkait keluarga berencana antara wanita dengan suami/pasangannya (Zegeye et al., 2021). Namun hasil
yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Mahmud dkk dimana
kecenderungan penggunaan kontrasepsi modern paling tinggi terjadi pada PUS
dengan kelompok umur 35-39 tahun sedangkan pada kelompok umur 15-19 tahun
justru kecenderungan penggunaan kontrasepsi modern yang paling rendah yaitu
pada daerah Jawa Bali hanya 0,84 kali; luar Jawa Bali I hanya 1,54 kali; dan
luar Jawa Bali II hanya 1,30 kali lebih besar dibandingkan pada kelompok umur
45-49 tahun, PUS muda usia 15-19 tahun tidak menggunakan kontrasepsi modern
disebabkan karena mereka baru menikah dan berharap untuk segera memiliki anak;
selain itu, mereka masih belum berpengalaman dalam mengakses layanan keluarga berencana
(Mahmud et al., 2021).
Untuk tingkat pendidikan, semakin rendah tingkat pendidikan semakin
tinggi peluang untuk menggunakan kontrasepsi modern atau penggunaan kontrasepsi
modern lebih di dominasi oleh PUS yang berpendidikan rendah. Hal ini
ditunjukkan dengan PUS yang tidak sekolah memiliki peluang 1,62 kali lebih
besar dibandingkan dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi, begitu pula
dengan PUS pendidikan SD juga memiliki peluang 1,58 kali lebih besar.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, faktor pendidikan PUS di wilayah perkotaan
belum cukup kuat menjadi penentu (determinan) tingginya penggunaan alat/cara KB
modern pada wanita kawin. Sebuah penelitian yang dilakukan Wijayanti,
menjelaskan bahwa responden yang berpendidikan tinggi lebih banyak yang
menggunakan metode kontrasepsi tradisional. Semakin tinggi pendidikan wanita
usia subur semakin tinggi menggunakan metode kontrasepsi tradisional (Wijayanti, 2021). Hal ini juga dijelaskan dalam sebuah penelitian
yang dilakukan di India dimana faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi
tradisional adalah karena kontrasepsi tradisional tidak memiliki efek samping (Ram, Shekhar, & Chowdhury, 2014). Sejalan dengan hal tersebut, penelitian yang
dilakukan di Negeria pada tahun 2019 menyebutkan efek samping dan pendidikan
kesehatan merupakan faktor penghambat pemakaian kontrasepsi (Adefalu et al., 2019). Peningkatan pemberian edukasi secara konsisten
dan kualitas pelayanan KB kepada masyarakat terutama pada peserta KB diperlukan
dalam upaya meningkatkan pemahaman dan meminimalisir kekhawatiran terhadap efek
samping penggunaan kontrasepsi (Mario & Irma, 2020). Hasil
penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Seran dkk, dimana
peluang penggunaan kontrasepsi di wilayah perkotaan pada PUS dengan pendidikan
tinggi 1,97 kali lebih besar daripada PUS yang tidak sekolah (Seran, Laksono, et al., 2020).
Pada tingkat kesejahteraan, PUS dengan kesejahteraan menengah memiliki
peluang menggunakan kontrasepsi modern 1,13 kali lebih besar dari pada PUS
dengan tingkat kesejahteraan tinggi, sedangkan penggunaan kontrasepsi modern
pada PUS dengan tingkat kesejahteraan rendah tidak berbeda secara bermakna
dengan tingkat kesejahteraan tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian hasil
analisis Survei Demografi dan Kesehatan tahun 2014 di Ghana, yang mengungkapkan
bahwa semakin tinggi indeks kekayaan rumah tangga, semakin rendah untuk menggunakan
alat kontrasepsi modern (Adefalu et al., 2019). Namun penelitian yang dilakukan oleh Seran dkk
menjelaskan hasil sebaliknya dimana semakin tinggi tingkat kesejahteraan
semakin besar kecenderungan untuk menggunakan kontrasepsi hampir 1,5 kali
dibandingkan dengan tingkat kesejahteraan rendah (Seran, Antaria, et al., 2020).
Berdasarkan keinginan memiliki anak, PUS yang tidak ingin anak lagi,
memiliki peluang 1,76 kali lebih besar menggunakan kontrasepsi modern
dibandingkan dengan PUS yang tidak tahu apakah masih menginginkan anak lagi
atau tidak. Keinginan memiliki anak dapat berpengaruh terhadap sikap dan
perilaku PUS untuk menggunakan kontrasepsi modern. Semakin kuat seorang wanita
ingin memiliki anak, maka akan semakin besar kecenderungan wanita tersebut untuk
tidak menggunakan alat/cara kontrasepsi modern. Hal ini sejalan dengan
penelitian di tiga wilayah peri-urban negara Ethiopia, Ghana dan Nigeria,
dimana PUS yang tidak ingin memiliki anak lagi mempunyai kecenderungan lebih
besar untuk menggunakan kontrasepsi modern (Olaolorun, Seme, Otupiri, Ogunjuyigbe,
& Tsui, 2016). Disisi lain untuk PUS yang memiliki jumlah anak
hidup 0-2, meskipun secara statistik signifikan namun peluang untuk menggunakan
kontrasepsi modern tidak lebih baik dibandingkan dengan PUS yang memiliki anak
lebih dari 2 atau hanya berpeluang sebesar 0,76 kali. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Tegegne bahwa banyaknya jumlah anak memiliki peluang yang
lebih baik untuk menggunakan kontrasepsi modern, hal ini artinya berkaitan
dengan keinginan PUS tersebut untuk memiliki anak (Tegegne et al., 2020). Hal yang sama ditemukan dalam penelitian yang
dilakukan di wilayah perkotaan negara Kamerun, yang menjelaskan bahwa seorang
wanita yang memiliki lebih dari 2 anak yang masih hidup memiliki kecenderungan
menggunakan kontrasepsi modern metode jangka panjang tiga sampai empat kali
lebih banyak dari pada wanita yang memiliki anak sedikit (Ajong et al., 2018). Begitu juga pada PUS yang memiliki persepsi
jumlah anak ideal lebih dari 2 meskipun
signifikan namun peluang untuk menggunakan kontrasepsi modern tidak lebih baik
dari PUS yang memiliki persepsi jumlah anak ideal 0-2 yaitu hanya 0,9 kali.
Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di wilayah perkotaan negara
Ethiopia dimana wanita yang menginginkan anak 1-3 memiliki kecenderungan hampir
11 kali menggunakan kontrasepsi modern (Tukue et al., 2020).
Untuk keterpaparan informasi, pada PUS yang mengetahui 8 jenis KB modern
memiliki peluang 1,17 kali lebih besar menggunakan kontrasepsi modern. Hal ini
sejalan dengan penelitian di peri perkotaan ethiopia tengah, dimana mereka yang
yang memiliki pengetahuan tentang kontrasepsi modern di wilayah peri-perkotaan
berpeluang 11 kali untuk menggunakan kontrasepsi modern daripada mereka yang
tidak dianggap berpengetahuan (Abiye et al., 2019). Hal yang sama juga ditunjukkan untuk keterpaparan
PUS dari petugas dan institusi, dimana PUS yang terpapar KB dari petugas
memiliki peluang lebih besar 1,58 kali untuk menggunakan kontrasepsi modern dan
PUS yang terpapar KB dari institusi memiliki peluang menggunakan kontrasepsi
sebesar 1,04 kali. Begitu juga dengan PUS yang mendapatkan kunjungan
petugas/kader kesehatan dalam 12 bulan terakhir berpeluang sebesar 1,36 kali
menggunakan kontrasepsi modern dibandingkan dengan yang tidak dikunjungi
petugas/kader kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian diatas, menunjukkan bahwa
terpaparnya PUS terkait informasi tentang kontrasepsi modern baik dari petugas
dan institusi dapat meningkatkan pengetahuan PUS untuk memahami alat/cara KB
dengan baik, sehingga akan mendorong PUS untuk menggunakan kontrasepsi modern.
Tabel 3
Hasil Analisis Regresi Logistik Biner Pemakaian
Kontrasepsi Modern
di Wilayah Perkotaan
Variabel |
B |
S.E. |
Sig. |
Exp(B) |
95,0% C.I.for EXP(B) |
|
Lower |
Upper |
|||||
Kategori Umur (ref: Umur 45-49) |
|
|
0,00 |
|
|
|
15-19 |
2,29 |
0,20 |
0,00 |
9,90 |
6,76 |
14,50 |
20-24 |
1,70 |
0,08 |
0,00 |
5,49 |
4,70 |
6,41 |
25-29 |
1,59 |
0,06 |
0,00 |
4,92 |
4,35 |
5,56 |
30-34 |
1,37 |
0,06 |
0,00 |
3,95 |
3,54 |
4,40 |
35-39 |
1,15 |
0,05 |
0,00 |
3,16 |
2,86 |
3,49 |
40-44 |
0,67 |
0,05 |
0,00 |
1,96 |
1,78 |
2,15 |
Tingkat pendidikan (ref : PT) |
|
|
0,00 |
|
|
|
Tidak
sekolah |
0,49 |
0,21 |
0,02 |
1,62 |
1,08 |
2,45 |
SD |
0,45 |
0,06 |
0,00 |
1,58 |
1,39 |
1,78 |
SLTP |
0,44 |
0,06 |
0,00 |
1,55 |
1,38 |
1,75 |
SLTA |
0,26 |
0,06 |
0,00 |
1,29 |
1,16 |
1,44 |
D1/D2/D3/Akademi |
-0,04 |
0,08 |
0,59 |
0,96 |
0,82 |
1,12 |
Tingkat kesejahteraan (ref : Tinggi) |
|
|
0,00 |
|
|
|
Rendah |
0,07 |
0,06 |
0,21 |
1,07 |
0,96 |
1,20 |
Menengah |
0,12 |
0,03 |
0,00 |
1,13 |
1,05 |
1,20 |
Jumlah Anak Masih Hidup (Ref : > 2) |
|
|
|
|
|
|
0-2 |
-0,28 |
0,04 |
0,00 |
0,76 |
0,70 |
0,82 |
Keinginan Memiliki Anak Lagi (ref : Tidak Tahu) |
|
|
0,00 |
|
|
|
Ingin
anak lagi |
-0,87 |
0,08 |
0,00 |
0,42 |
0,36 |
0,49 |
Tidak
ingin anak |
0,57 |
0,08 |
0,00 |
1,76 |
1,51 |
2,06 |
Tidak dapat hamil |
-0,06 |
0,13 |
0,66 |
0,95 |
0,74 |
1,21 |
Jumlah Anak Ideal (ref : 0-2) |
|
|
|
|
|
|
> 2 |
-0,11 |
0,03 |
0,00 |
0,90 |
0,84 |
0,96 |
Pengetahuan 8 Metode KB Modern (ref : Tidak
Terpapar KB Modern) |
|
|
|
|
|
|
Terpapar KB |
0,23 |
0,04 |
0,00 |
1,26 |
1,17 |
1,35 |
Terpapar informasi KB dari Petugas (ref : Tidak
terpapar) |
|
|
|
|
|
|
Terpapar KB |
0,55 |
0,05 |
0,00 |
1,74 |
1,58 |
1,92 |
Terpapar Informasi KB dari Institusi (ref : Tidak
terpapar) |
|
|
|
|
|
|
Terpapar KB |
0,11 |
0,04 |
0,00 |
1,12 |
1,04 |
1,20 |
Kunjungan Petugas/Kader dalam 12 Bulan
Terakhir (ref : Tidak dikunjungi) |
|
|
|
|
|
|
Dikunjungi petugas/kader |
0,31 |
0,04 |
0,00 |
1,36 |
1,25 |
1,48 |
Kepemilikan Asuransi (ref : Tidak ) |
|
|
|
|
|
|
Ya |
0,00 |
0,04 |
0,99 |
1,00 |
0,94 |
1,07 |
α = 0,05
Kesimpulan
Semakin tua
umur, semakin tinggi tingkat pendidikan dan semakin tinggi tingkat
kesejahteraan, maka akan semakin rendah PUS di wilayah perkotaan yang menggunakan
kontrasepsi modern. Disisi lain
penggunaan kontrasepsi modern di wilayah
perkotaan lebih tinggi pada PUS yang memiliki jumlah anak lebih dari 2, tidak
ingin anak lagi, dan memiliki persepsi jumlah anak ideal 0-2. Hal yang sama
juga terjadi pada PUS yang memiliki pengetahuan 8 jenis metode kontrasepsi,
mendapatkan informasi baik dari petugas dan institusi serta yang dikunjungi
oleh petugas/kader kesehatan dalam 12 bulan terakhir akan lebih tinggi
menggunakan kontrasepsi modern.
Sedangkan untuk kepemilikan asuransi tidak terlalu berbeda proporsi penggunaan
kontrasepsi modern baik pada PUS yang memiliki atau tidak memiliki asuransi.
Kecenderungan penggunaan kontrasepsi modern di wilayah perkotaan lebih tinggi
pada PUS dengan kelompok umur 15-19 tahun, tingkat pendidikan yang rendah dan
yang tidak bersekolah, tingkat
kesejahteraan menengah, PUS yang memiliki anak lebih dari 2, PUS yang tidak
ingin memiliki anak lagi, PUS yang memiliki persepsi jumlah anak ideal 0-2,
memiliki pengetahuan 8 jenis kontrasepsi dan PUS yang terpapar oleh petugas,
institusi serta dikunjungi petugas/kesehatan dalam 12 bulan terakhir. Dalam
upaya meningkatkan penggunaan kontrasepsi modern di wilayah perkotaan,
pemerintah harus membuat terobosan intervensi program yang efektif dan efisien
terutama pada PUS di wilayah perkotaan dengan tingkat pendidikan dan
kesejahteraan tinggi selain tetap memperkuat intervensi program pada sasaran
yang memiliki kecenderungan tinggi dalam menggunakan kontrasepsi modern. Program
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) diperlukan terkait pemilihan
kontrasepsi modern yang efektif bagi PUS dan pengetahuan efek samping kontrasepsi agar dapat
meningkatkan pemahaman dan kekuatiran terkait pemakaian kontrasepsi modern
dapat diminimalisir.
BIBLIOGRAFI
Abiye, Alfoalem Araba, Fekede, Bethel,
Jemberie, Ayenew Mulualem, Molla, Bereket Abraha, Tolla, Beruk Ketema, Tefera,
Bethlelem Sisay, Barkiligne, Bezawit Melaku, Dirbaba, Bikiltu Dugassa, Olana,
Biruhtesfa Dechasa, Tesfa, Biruk Worku, Kemal, Hassen Sied, & Deresse,
Assefa Seme. (2019). Modern Contraceptive Use and Associated Factors among
Reproductive Age Group Women in three Peri-Urban Communities in Central
Ethiopia. Journal of Drug Delivery and Therapeutics, 9(6-s),
93–102. https://doi.org/10.22270/jddt.v9i6-s.3651
Adebowale, Stephen A., Adedini, Sunday A.,
Ibisomi, Latifat D., & Palamuleni, Martin E. (2014). Differential effect of
wealth quintile on modern contraceptive use and fertility: Evidence from Malawian
women. BMC Women’s Health, 14(1), 1–13.
https://doi.org/10.1186/1472-6874-14-40
Adefalu, Adewole A., Ladipo, Oladapo A.,
Akinyemi, Oluwaseun O., Popoola, Oluwafemi A., Latunji, Olajimi O., &
Iyanda, Omowunmi. (2019). Qualitative exploration of factors affecting uptake
and demand for contraception and other family planning services in north-west
Nigeria. African Journal of Reproductive Health, 23(4), 63–74.
https://doi.org/10.29063/ajrh2019/v23i4.8
Ajong, Atem Bethel, Njotang, Philip Nana,
Kenfack, Bruno, Essi, Marie José, Yakum, Martin Ndinakie, Iballa, Francklin
Brice Soung, & Mbu, Enow Robinson. (2018). Contraceptive method mix and
preference: A focus on long acting reversible contraception in Urban Cameroon. PLoS
ONE, 13(8), 1–10. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0202967
Asresie, Melash Belachew, Fekadu, Gedefaw
Abeje, Dagnew, Gizachew Work, & Gelaw, Yared Mulu. (2020). Modern
Contraceptive Use and Influencing Factors in Amhara Regional State: Further
Analysis of Ethiopian Demographic Health Survey Data 2016. Advances in
Public Health, 2020(Mc). https://doi.org/10.1155/2020/5817383
Badan Pusat Statistik. (2007). Laporan
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007. Retrieved from
https://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/dasar/pdf?kd=3&th=2007
Badan Pusat Statistik, Badan Koordinasi
Keluarga Berencanan Nasional, Departemen Kesehatan, & Macro International.
(2013). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. In Sdki.
https://doi.org/10.1111/j.1471-0528.2007.01580.x
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia.
(2020). Potret Sensus Penduduk 2020 Menuju Satu Data Kependudukan Indonesia. In
Potret Sensus Penduduk 2020 Menuju Satu Data Kependudukan Indonesia.
Retrieved from https://www.bps.go.id
BKKBN. (2019). Survei Kinerja dan
Akuntabilitas Survei Program KKBPK (SKAP) Keluarga. In National Population
and Family Planning Agency (Vol. 53).
BKKBN, BPS, Kementerian Kesehatan RI, &
USAID. (2018). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017. 271.
Cronin, Christopher J., Guilkey, David K.,
& Speizer, Ilene S. (2018). The effects of health facility access and
quality on family planning decisions in urban Senegal. Health Economics
(United Kingdom), 27(3), 576–591. https://doi.org/10.1002/hec.3615
Febriawati, Henni, Ekoriano, Mario,
Angraini, Wulan, Purwoko, Edi, & Suryani, Iis. (2021). Contraceptive Choice
Among Couples of Childbearing Age (Pus) in Bengkulu Province. Jurnal
Biometrika Dan Kependudukan, 10(2), 202.
https://doi.org/10.20473/jbk.v10i2.2021.202-214
Kemenkes RI. (2017). Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia. In Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017.
Mahmud, Akmal, Ekoriano, Mario, Titisari,
Anastasia Septya, Wijayanti, Urip Tri, Sitorus, Muhammad Ancha, &
Rahmadhony, Aditya. (2021). Determinants of Modern Contraceptives Use in
Indonesia: A Spatial Analysis. Systematic Reviews in Pharmacy, 12(3),
769–777.
Mario, Ekoriano, & Irma, Ardiana.
(2020). Quality of Care in Modern Contraceptive Service Delivery in the Public
and Private Sector: A Cross Sectional Study in Indonesia. Global Journal of
Health Science, 12(7), 102. https://doi.org/10.5539/gjhs.v12n7p102
Olaolorun, Funmilola, Seme, Assefa,
Otupiri, Easmon, Ogunjuyigbe, Peter, & Tsui, Amy. (2016). Women’s fertility
desires and contraceptive behavior in three peri-urban communities in sub Saharan
Africa. Reproductive Health, 13(1), 1–6.
https://doi.org/10.1186/s12978-016-0118-z
Pujihasvuty, Resti. (2018). Profil
Pemakaian Kontrasepsi: Disparitas Antara Perdesaan Dan Perkotaan. Jurnal
Kependudukan Indonesia, 12(2), 105–118. Retrieved from http://ejurnal.kependudukan.lipi.go.id/index.php/jki/article/view/257
Ram, Faujdar, Shekhar, Chander, &
Chowdhury, Biswabandita. (2014). Use of traditional contraceptive methods in
India & its sociodemographic determinants. Indian Journal of Medical
Research, 140(November), 17–28.
Rochadi, Kintoko, Sembiring, Rinawati,
& Nababan, Donal. (2022). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Partisipasi Pus Dalam Metode Kontrasepsi Jangka Panjang ( Mkjp ) Di Kecamatan.
6(April), 113–124.
Seran, Agustina Abuk, Antaria, Myrtati
Dyah, Haksama, Setya, Setijaningrum, Ema, Laksono, Agung Dwi, & Prahastuti
Sujoso, Anita Dewi. (2020). Disparities of the use of hormonal and non-hormonal
contraceptive drugs in urban and rural areas in Indonesia and the world. Systematic
Reviews in Pharmacy, 11(9), 66–73.
https://doi.org/10.31838/srp.2020.9.12
Seran, Agustina Abuk, Laksono, Agung Dwi,
Dewi, Anita, Sujoso, Prahastuti, Ibrahim, Ilyas, & Baharia, Nurmah. (2020).
Does Contraception Used Better in Urban Areas ?: An Analysis of The 2017 IDHS (
Indonesia Demographic and Health Survey ). Sys Rev Pharm, 11(11),
1892–1897. Retrieved from http://www.sysrevpharm.org/?mno=45453
Susanti, Ari Indra, Indraswari, Noormarina,
Sari, Atriany Nilam, Ekawati, Rindang, Suhenda, Dadang, & Nuraini. (2021).
An analysis of sociodemography, knowledge, source of information, and health
insurance ownership on the behaviour of women of childbearing age in
contraception use in west java. Malaysian Journal of Public Health Medicine,
21(3), 183–191. https://doi.org/10.37268/mjphm/vol.21/no.3/art.964
Syamsul, Syamsul, Bakri, Bala, &
Limonu, Hizry Stevany. (2020). Penggunaan Alat Kb Pada Wanita Kawin Di
Perdesaan Dan Perkotaan (Studi Hasil SDKI 2017 Provinsi Gorontalo). Jurnal
Kependudukan Indonesia, 15(1), 71.
https://doi.org/10.14203/jki.v15i1.461
Tegegne, Teketo Kassaw, Chojenta,
Catherine, Forder, Peta Michelle, Getachew, Theodros, Smith, Roger, &
Loxton, Deborah. (2020). Spatial variations and associated factors of modern
contraceptive use in Ethiopia: a spatial and multilevel analysis. BMJ Open,
10(10), 1–11. https://doi.org/10.1136/bmjopen-2020-037532
Tsegaw, Menen, Mulat, Bezawit, & Shitu,
Kegnie. (2022). Modern Contraceptive Utilization and Associated Factors Among
Married Women in Liberia: Evidence from the 2019 Liberia Demographic and Health
Survey. Open Access Journal of Contraception, Volume 13(February),
17–28. https://doi.org/10.2147/oajc.s350117
Tukue, Desta, Gebremeskel, Teferi Gebru,
Gebremariam, Lemlem, Aregawi, Bereket, Hagos, Merhawit Gebremeskel,
Gebremichael, Tsega, Tesfay, Haben Nuguse, & Arefaine, Zekarias Gessesse.
(2020). Prevalence and determinants of modern contraceptive utilization among
women in the reproductive age group in Edaga-hamus Town, Eastern zone, Tigray
region, Ethiopia, June 2017. PLoS ONE, 15(3), 1–17.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0227795
UN DESA. (2017). World Population
Prospects: The 2017 Revision, Key Findings and Advance Tables. In United
Nations.
Weni, Lusia, Yuwono, Muhammad, & Idris,
Haerawati. (2019). Determinan Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada
Akseptor Kb Aktif Di Puskesmas Pedamaran. Contagion: Scientific Periodical
Journal of Public Health and Coastal Health, 1(01).
https://doi.org/10.30829/contagion.v1i01.4819
Wijayanti, Urip Tri. (2021). Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Tradisional. Jurnal
Promosi Kesehatan Indonesia, 16(1), 14–22.
https://doi.org/10.14710/jpki.16.1.14-22
Wuni, Caroline, Turpin, Cornelius A., &
Dassah, Edward T. (2017). Determinants of contraceptive use and future
contraceptive intentions of women attending child welfare clinics in urban
Ghana. BMC Public Health, 18(1), 1–8.
https://doi.org/10.1186/s12889-017-4641-9
Zegeye, Betregiorgis, Ahinkorah, Bright
Opoku, Idriss-Wheeler, Dina, Olorunsaiye, Comfort Z., Adjei, Nicholas Kofi,
& Yaya, Sanni. (2021). Modern contraceptive utilization and
its associated factors among married women in Senegal: a multilevel
analysis. BMC Public Health, 21(1), 1–13.
https://doi.org/10.1186/s12889-021-10252-7
Copyright holder: Fajar Firdawati, Pujiyanto, Mario Ekoriano (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |