Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 6,
Juni
2022
ANALISIS KRITERIA
KINERJA RANTAI PASOK IKAN DENGAN METODE ANALYTIC
HIERARCHY PROCESS
Farizul Rahim, Said Salim Dahda
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Gresik, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Tujuan utama dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui komponen utama
dalam proses fish chain yang terdapat
di Pelabuhan Perikanan Nusantara cabang Brondong. Proses rantai ikan terbagi
menjadi beberapa komponen antara lain pihak nelayan sebagai pihak yang bertugas
untuk mencari ikan, pihak bongkar sebagai pihak yang memilah jenis dan berat ikan,
pihak lelang sebagai pihak yang menawarkan ikan, serta pihak personalia TPI/KUD
sebagai pihak yang melakukan pengecekan dan pendistribusian ikan. Penelitian
ini merupakan jenis penelitian studi pustaka, dengan sumber yang didapatkan
berasal dari studi literatur, observasi, serta wawancara dengan pihak nelayan,
pihak personalia TPI/KUD, agen bongkar, dan agen lelang. Penelitian ini
menggunakan perhitungan proses hierarki analitik untuk menilai komponen utama
dan sub komponen. Berdasarkan perbandingan skor komponen utama dapat diketahui
bahwa komponen biaya memiliki skor tertinggi diikuti oleh logistik
infrastruktur, pemerintah, dan sumber daya manusia. Sedangkan pada sub komponen
utama yaitu pada biaya-biaya terlihat bahwa biaya transportasi menempati posisi
nilai skor tertinggi sebesar 0,315. Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses
rantai ikan komponen biaya terutama biaya transportasi merupakan hal yang
paling utama yang harus diperhatikan, karena biaya transportasi ini mencakup
terkait dengan pendistribusian hasil produksi.
Kata Kunci: Rantai Ikan, Rantai Pasokan, Proses Hierarki Analitik.
Abstract
The main purpose of this study is to determine the main
components in the fish chain process contained in the Brondong branch of the
Nusantara Fisheries Port. The fish chain process is divided into several
components, including the fisherman as the party in charge of looking for fish,
the unloading party as the party that sorts the type and weight of the fish,
the auctioneer as the party offering the fish, and the TPI/KUD personnel as the
party that checks and fish distribution. This research is a type of literature
study, with sources obtained from literature studies, observations, and
interviews with fishermen, TPI/KUD personnel, unloading agents, and auction
agents. This study uses an analytical hierarchical process calculation to
assess the main components and sub-components. Based on the comparison of the
main component scores, it can be seen that the cost component has the highest
score followed by logistics infrastructure, government, and human resources.
Meanwhile, in the main sub-component, namely costs, it can be seen that
transportation costs occupy the position of the highest score of 0.315. This
shows that in the fish chain process the cost component, especially
transportation costs, is the most important thing that must be considered,
because these transportation costs include those related to the distribution of
production results.
Keywords: Fish Chain,
Supply Chain, Analytical Hierarchy Process.
Pendahuluan
Pemerintah Indonesia pada saat ini berusaha untuk
meningkatkan sektor perikanan sebagai upaya untuk pengoptimalan kekayaan yang
dimiliki oleh negara, selain itu juga dapat memberikan dampak positif baik
sumber penerimaan negara dan kesejahteraan masyarakat Indonesia (Pusporini & Dahdah, 2020).
Pengestimasian potensi sumber daya ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
Republik Indonesia sebanyak 12,01 juta ton per tahun, jumlah yang diperbolehkan
bagi nelayan untuk menangkap ikan per tahun yaitu 8,6 juta, serta tingkat
pemanfaatan sumber daya ikan di Indonesia telah diatur dalam Kepmen KP Nomor
19/2022.
Sektor perikanan yang terdapat di Kabupaten Lamongan memiliki
beberapa potensi, diantaranya yaitu perikanan budidaya, perikanan tangkap,
peningkatan daya saing produk perikanan melalui produk olahan hasil perikanan,
serta adanya pengawasan dan pengelolaan wilayah pesisir melalui produksi garam.
Pada tahun 2020 produksi perikanan budidaya perikanan yang terdapat di Lamongan
mencapai 59.728,16 ton dengan nilai sebesar Rp 1.431.158.671.000,-. Jalur darat
yang digunakan oleh sektor perikanan di Lamongan didistribusikan dengan
menggunakan angkutan truk terbuka dan fiber
box lokasi sebagai tempat untuk pendistribusian di Jawa Timur yaitu di
Jombang, Surabaya, dan Malang.
Terdapat beberapa permasalahan dalam sektor perikanan yang
mana terdapatnya aktivitas penangkapan ikan secara berlebihan yang berakibat
pada kemampuan produksi berada pada tingkat Maximum
Sustainable Yield (MSY) menurun. Pola penangkapan ikan yang banyak
digunakan oleh nelayan di Indonesia yaitu MSY, namun dalam praktiknya pola
tersebut dinilai kurang menguntungkan, sehingga pemerintah menerapkan strategi
pola Maximum Economic Yield (MEY) (Faqir, 2020).
Permasalahan terkait dengan perikanan lainnya yaitu terkait dengan kesehatan
ekosistem laut, sehingga menteri kelautan dan perikanan RI mengupayakan
strategi untuk membuat kebijakan penangkapan ikan secara terukur bagi para
nelayan (Pertana, 2022).
Rantai pasokan menyangkut transformasi, pemrosesan, dan
pergerakan barang dari bahan mentah hingga produk jadi. Jalan dari pengadaan
hingga penjualan produk akhir seringkali rumit dan melibatkan sejumlah agen.
Perhatian utama bagi agen semacam itu adalah untuk meningkatkan profitabilitas.
Industri ikan menunjukkan rantai pasokan yang sangat menantang karena daya
tahan ikan yang tinggi, banyak agen independen yang membentuk rantai pasokan,
dan ketidakpastian mengenai sumber.
Penelitian saat ini menunjukkan langkah pertama menuju
pemodelan rantai pasokan makanan kuantitatif untuk mengatasi penciptaan nilai
di seluruh rantai dalam industri ikan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah
untuk menyoroti bagaimana keputusan yang diambil di bagian yang berbeda dari
rantai mempengaruhi satu sama lain, dan terutama bagaimana aspek kualitas
mempengaruhi penanganan dan kemungkinan untuk menghasilkan nilai. Ini akan
mengarah pada basis kuantitatif untuk menganalisis perubahan potensial pada
rantai pasokan dengan tujuan meningkatkan kinerja seluruh rantai, serta kinerja
masing-masing agen dalam penerapan sistem rantai pasok ikan untuk produksi, di
sektor perikanan Kabupaten Lamongan. dengan menggunakan Proses hirarki analitik.
Pembangunan infrastruktur telah menjadi faktor utama dalam
mengurangi biaya perdagangan dan memfasilitasi ekspansi perdagangan Perluasan
atau peningkatan kualitas layanan infrastruktur, meningkatkan efisiensi minimum
skala produksi, transportasi, atau pemasaranMengesha (2020). Jarak antar pelaku juga mengacu pada kesenjangan geografis
antara entitas di sepanjang rantai dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
mentransfer produk dari satu entitas ke entitas lainnya. Jarak antar pelaku
akan dipersempit, dan kecepatan transfer produk bertambah atau berkurang sesuai
dengan jenis saluran distribusi dan ketersediaan infrastruktur, banyak peneliti
menyoroti beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaku dalam rantai
pasok ikan dan menentukan perubahan yang terjadi dalam kinerja rantai pasok
ikan (Mengesha, 2020).
Adanya logistik
infrastruktur yang tersedia maka akan menimbulkan timbulnya biaya-biaya. Jika
proses rantai ikan dapat berjalan sesuai dengan yang seharusnya akan dapat
mengurangi pengeluaran biaya, Laraswati, Guritno, Kristanti,
and Suwondo (2016)
mengungkapkan bahwasannya semakin tertintegrasi sistem yang dijalankan, maka
akan dapat mengendalikan pengeluaran biaya, bertambah maupun berkurangnya biaya
yang dikeluarkan dalam proses rantai ikan akan dapat mempengaruhi
komponen-komponen lainnya, yang mana biaya-biaya yang memiliki keterikatan dengan
proses rantai ikan yaitu, biaya transportasi, biaya pembelian perlengkapan,
biaya produksi, dan biaya konsumsi. Sumber daya manusia di dalam perusahaan
juga harus dijaga, hal tersebut dikarenakan semakin baik pengetahuan khusus
yang dimiliki akan berpengaruh terhadap kinerja serta keuntungan yang akan
didapatkan oleh suatu perusahaan (Pedroza-Guti�rrez &
Hern�ndez, 2020).
Peran pemerintah
dalam proses rantai ikan saat ini kerap dibutuhkan dalam merancang strategi
serta menyusun program peningkatan kapasitas untuk mengembangkan sikap dan
meningkatkan pengetahuan serta keterampilan terhadap pemanfaatan sumber daya
alam, karena dapat diketahui saat ini banyak seklai terjadinya kasus
kesenjangan kesenjangan yang tinggi antara peningkatan permintaan dan penurunan
pasokan, kontribusi yang lebih rendah terhadap pasokan ikan, dan produksi yang
kurang berkembang. Meskipun tidak ada konservasi, eksploitasi berlebihan dan
penangkapan ikan yang berkelanjutan, mengakibatkan penurunan sumber daya ikan
dalam stok ikan (Mengesha, 2020).
Sehingga dalam hal ini peranan pemerintah sangatlah dibutuhkan. Terdapat
beberapa komponen yang mempengaruhi implementasi rantai ikan seperti yang
ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1
Faktor Kunci Untuk Implementasi Rantai Pasok Ikan
Faktor-Faktor
Kunci |
Referensi |
Logistic Infrastructur |
Laraswati et al. (2016); Mengesha (2020); Baert et al. (2012); Alonso and Northcote (2013); Joshi, Banwet, Shankar,
Gandhi, and Control (2012) |
Exspenses |
Laraswati et al. (2016); Mengesha (2020); Baert et al. (2012); Joshi et al. (2012) |
Human Resources |
Pedroza-Guti�rrez and
Hern�ndez (2020),
Baert et al. (2012); Alonso and Northcote (2013); Joshi et al. (2012) |
Government |
Metode
Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi kasus, dengan
sumber yang didapatkan untuk mengetahui komponen yang mempengaruhi rantai ikan
berasal dari studi literatur. Sedangkan untuk mendapatkan data dalam
sub-kriteria dari komponen yang digunakan yaitu dilakukan observasi, serta
wawancara dengan pihak nelayan, pihak personalia TPI/KUD, agen bongkar, dan
agen lelang yang beraktivitas secara langsung di Pelabuhan Perikanan Nusantara
cabang Brondong.
�Teknik perolehan data
yang digunakan yaitu dengan membagikan kuesioner secara terstruktur yang
terdiri dari pertanyaan-pertanyaan terkait dengan sub-kriteria yang terdapat di
dalam kuesioner, dengan pemangku kepentingan yang terdapat dalam penelitian ini
yaitu orang-orang yang secara langsung terlibat dalam proses pendistribusian
hasil produksi perikanan dan mengetahui proses rantai ikan secara menyeluruh
dan sudah lama bekerja dalam bidangnya.
Teknik analisis data yang digunakan yaitu dengan menerapkan
Proses Hirarki Analitik dengan menentukan nilai bobot dari masing-masing
kriteria utama dan sub kriteria yang telah ditetapkan. Proses hirarki analitik
merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengambil keputusan yang bersifat multi
kriteria yang sudah banyak digunakan baik dalam bidang manufaktur maupun dalam
bidang jasa, yang mana pengambilan keputusan didasarkan atas skor bobot yang
dihasilkan, komponen yang memiliki skor paling tinggi dalam hal ini akan
dianggap memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan komponen lainnya.
Hasil
dan Pembahasan
Berdasarkan hasil survei literatur dan wawancara dengan para
narasumber terkait dengan proses rantai ikan, terdapat empat faktor utama yang
mempengaruhi penerapan rantai ikan, antara lain logistik infrastruktur,
pemerintah, biaya, dan sumber daya manusia.faktor pertama dari kerangka
konseptual implementasi rantai ikan adalah Logistik infrastruktur, dalam
penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu fasilitas utama dan fasilitas
pendukung. Fasilitas utama merupakan fasilitas yang berpengaruh secara langsung
terhadap kegiatan nelayan dalam proses rantai ikan, diantaranya terdapat
panjang pangkalan, luas lantai lelang, serta kapal dan alat pendukung,
sedangkan fasilitas pendukung merupakan fasilitas yang umumnya lebih banyak
digunakan oleh agen lelang dan agen bongkar dalam proses rantai ikan,
diantaranya terdapat jumlah basket, jumlah timbangan, dan ketersediaan air
bersih.
Faktor kedua dalam kerangka konseptual implementasi rantai pasok
ikan adalah Pemerintah, dalam proses rantai ikan juga memiliki peran yang
penting terkait dengan pemberian pelatihan sdm, penyediaan kebutuhan nelayan,
peningkatan infrastruktur, program promosi konsumsi ikan, serta dukungan
finansial KUD. Peraturan pemerintah yang dikeluarkan umumnya memberikan dampak
bagi rantai ikan seperti halnya kuota tangkapan tahunan, kebijakan penggunaan
fasilitas, serta kebijakan perizinan. Sebagai upaya untuk menyejahterakan
sumber daya manusia yang terlibat dalam proses rantai ikan, maka pemerintah
memberikan suatu pelatihan agar dapat meningkatkan pengetahuan baik itu soft skill maupun hard skill yang dimiliki.
pemerintah juga berperan dalam memfasilitasi perdagangan,
pelabuhan, pasokan bahan, serta pasokan es, selain itu pemerintah juga
menyediakan pelabuhan dan fasilitas yang memadai untuk membantu kegiatan para
nelayan maupun orang-orang yang terlibat secara langsung dalam rantai pasok
ikan di pelabuhan. Pemerintah juga memastikan ketersediaan BBM bagi nelayan dan
es untuk menjaga kualitas ikan hasil tangkapan.
Secara bersamaan guna untuk meningkatkan angka konsumsi ikan
setiap tahunnya, pemerintah membentuk program yang dinamakan GEMARIKAN (Gerakan
Memasyarakatkan Makan Ikan) yang bertujuan agar setiap warga negara Indonesia
sadar akan kesehatan gizi, dengan cara banyak mengkonsumsi ikan, hal tersebut
juga dibentuk untuk meminimalisir proses penyebaran covid-19. Sehingga
masyarakan akan diberikan penyuluhan tentang pentingnya membangun kesadaran
gizi agar dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
Faktor ketiga dari kerangka konseptual implementasi rantai
ikan adalah pengeluaran biaya. Biaya-biaya yang secara langsung memiliki
pengaruh terhadap proses rantai ikan yaitu biaya transportasi, biaya pembelian
perlengkapan, biaya produksi, serta biaya komunikasi. Biaya transportasi
umumnya disediakan untuk aktivitas pendistribusian hasil produksi, dan kebutuhan
nelayan. Untuk biaya pembelian perlengkapan disediakan bagi nelayan untuk
memenuhi kelengkapan kapal. Biaya produksi yang dikeluarkan seperti halnya
pembelian es batu agar ikan hasil tangkapan tidak mudah membusuk dan kualitas
dari ikan tetap baik.
Faktor keempat dari kerangka konseptual implementasi rantai
ikan adalah untuk kesejahteraan sumber daya manusia antara lain, jumlah
personalia TPI/KUD, jumlah nelayan, jumlah agen bongkar, dan jumlah agen
lelang. Pentingnya memperhatikan sumber daya manusia yang terlibat yaitu agar
dapat meminimalisir terjadinya ketimpangan dari setiap pihak. Sehingga dalam
hal ini baik bagian personalia, nelayan, agen bongkar, maupun agen lelang harus
memiliki keseimbangan, yang mana tugas yang dilakukan oleh pihak personalia
umumnya melakukan penimbangan untuk pendistribusian. Tugas utama seorang
nelayan yaitu mencari ikan yang nantinya hasil tangkapan ikan akan disortir
oleh agen bongkar untuk setiap jenis dan berat ikan yang sama akan
dikelompokkan. Untuk ikan yang kurang segar akan dipisahkan dan akan diolah
kembali menjadi makanan hewan, hasil dari penyortiran ikan akan digunakan oleh
agen lelang untuk menjual-belikan ikan dengan harga yang dipatok sesuai dengan
kualitas ikan yang ditawarkan.
Berdasarkan keempat komponen utama tersebut, maka dapat
disederhanakan dan dibagi menjadi beberapa sub komponen yang berhubungan dengan
komponen utama. Kemudian, komponen utama dan sub komponen tersebut dikonstruksi
menjadi diagram hierarki. Empat komponen utama dan sub komponen penerapan
rantai pasok ikan pada produk perikanan beserta skor masing-masing komponen
utama dan sub komponen berdasarkan hasil analisis proses hirarki analitik
ditunjukkan pada Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1
Hirarki implementasi rantai pasok ikan
Berdasarkan
perbandingan skor komponen utama, dapat diketahui bahwa komponen utama biaya
memiliki nilai tertinggi sebesar 0,399, setelah itu diikuti oleh komponen lain
seperti logistik infrastruktur sebesar 0,272, pemerintah 0,186, dan sumber daya
manusia sebesar 0,143. Sedangkan pada sub komponen utama yaitu pada biaya-biaya
terlihat bahwa biaya transportasi menempati posisi nilai skor tertinggi sebesar
0,315. Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses rantai ikan komponen biaya
terutama biaya transportasi merupakan hal yang paling utama yang harus
diperhatikan, karena biaya transportasi ini mencakup terkait dengan
pendistribusian hasil produksi baik dalam distribusi nasional maupun
perdagangan ekspor. Komponen atribut kedua adalah biaya perlengkapan dengan nilai
skor sebesar 0,274,biaya perlengkapan meliputi jaring, pancing, bahan bakar,
pengawet ikan dan perlengkapan masak yang mana merupakan kebutuhan utama
nelayan. Komponen atribut ketiga adalah biaya produksi dengan nilai skor
sebesar 0,247, dan komponen atribut keempat adalah biaya komunikasi dengan
nilai skor sebesar 0,165.
Komponen kedua yaitu
logistik infrastruktur yang memiliki nilai skor sebesar 0,272 yang mana terdiri
dari dua sub komponen, antara lain fasilitas utama meliputi panjang pangkalan,
luas lantai lelang, kapal dan alat pendukung, sedangkan sub komponen kedua
meliputi jumlah basket, jumlah timbangan, dan ketersediaan air bersih.
Berdasarkan kedua sub komponen tersebut dapat diketahui bahwa fasilitas
pendukung memiliki nilai skor tertinggi yaitu sebesar 0,518,yang mana dalam
bongkar muatan semakin banyak fasilitas pendukung maka semakin cepat proses
pembersihan dan pernyortiran ikan, dalam komponen atribut tersebut sub sektor
komponen jumlah bakset memiliki nilai skor tertinggi sebesar 0,468, dan diikuti
oleh jumlah timbangan dan ketersediaan air bersih, yang mana masing-masing
memiliki nilai skor sebesar 0,317 dan 0,215. Komponen atribut kedua yaitu
fasilitas utama yang memiliki nilai skor sebesar 0,482, dalam komponen atribut
tersebut sub sektor luas lantai lelang memiliki nilai skor tertinggi sebesar 0,455,
lantai lelang yang luas dapat melayani seluruh transaksi ikan serta� pelelangan ikan dari seluruh kota atau
kabupaten dan sekitarnya, para pedagang bisa mudah memperoleh ikan segar untuk
dipasarkan, selanjutnya diikuti oleh panjang pangkalan dan kapal serta alat
pendukung, yang mana masing-masing memiliki nilai skor sebesar 0,283 dan 0,263.
Komponen ketiga
yaitu pemerintah yang memiliki nilai skor sebesar 0,186. Pemerintah dibagi menjadi
lima komponen atribut antara lain, pelatihan sumber daya manusia, penyediaan
kebutuhan nelayan, peningkatan infrastruktur, program promosi ikan, dan
dukungan finansial KUD. Berdasarkan kelima komponen atribut tersebut dapat
diketahui bahwa peningkatan infrastruktur memperoleh nilai skor tertinggi
sebesar 0,270 dalam kompetisi ekonomi global, infrastuktur adalah sarana yang
sangat� diperlukan agar perekonomian
suatu negara bisa melaju dengan baik, ketika pembangunan infrastuktur di suatu
negara tidak cukup sesuai dengan kebutuhan, akan berimplikasi terhadap
efesiensi kegiatan perekonomian. Selanjutnya diikuti oleh pelatihan sumber daya
manusia, penyediaan kebutuhan nelayan, program promosi ikan, dan dukungan
finansial KUD, yang mana masing-masing memiliki nilai skor sebesar 0,205;
0,205; 0,166; 0,154 secara berurutan.
Komponen keempat
yaitu sumber daya manusia yang memiliki nilai skor sebesar 0,143. Sumber daya
manusia dibagi menjadi empat komponen atribut antara lain, jumlah personalia
TPI/KUD, jumlah nelayan, jumlah agen lelang dan jumlah agen bongkar.
Berdasarkan keempat komponen atribut tersebut dapat diketahui bahwa jumlah agen
bongkar memperoleh nilai skor tertinggi sebesar 0,300 karena semakin banyak
agen bongkar yang� berada di tpi
brondong, hal tersebut akan memberikan dampak positif bagi efektivitas
pekerjaan, dapat diketahui bahwa tugas agen bongkar yaitu melakukan pemilahan
jenis ikan, berat ikan, dan juga kesegaran ikan, sehingga hal tersebut� apabila dilakukan dengan maksimal akan
mempermudah tugas para agen lelang begitu pula dengan personalia TPI/KUD.
selanjutnya diikuti oleh jumlah agen lelang, jumlah nelayan dan jumlah
personalia TPI/KUD, yang mana masing-masing memiliki nilai skor sebesar 0,274;
0,256; 0,170 secara berurutan.
Nilai skor untuk
masing-masing komponen utama, sub komponen, komponen atribut �dan nilai global dari masing-masing bobot
dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2
Bobot lokal dan global
Komponen
utama |
Bobot � |
Sub
komponen |
Bobot
|
Komponen
atribut |
Bobot
Lokal |
Bobot
�Global |
Logistik Infrastruktur |
0,272 |
fasilitas utama |
0,482 |
panjang pangkalan |
0,283 |
0,037 |
luas lantai lelang |
0,455 |
0,060 |
||||
kapal dan alat pendukung |
0,263 |
0,034 |
||||
fasilitas pendukung |
0,518 |
jumlah basket |
0,468 |
0,066 |
||
jumlah timbangan |
0,317 |
0,045 |
||||
ketersediaan air bersih |
0,215 |
0,030 |
||||
pemerintah |
0,186 |
|
|
pelatihan sumber daya manusia |
0,205 |
0,038 |
penyediaan kebutuhan nelayan |
0,205 |
0,038 |
||||
peningkatan infrastruktur |
0,270 |
0,050 |
||||
program promosi konsumsi ikan |
0,166 |
0,031 |
||||
dukungan finansial KUD |
0,154 |
0,029 |
||||
Biaya-Biaya |
0,399 |
|
|
biaya transportasi |
0,315 |
0,126 |
biaya pembelian perlengkapan |
0,274 |
0,109 |
||||
biaya produksi |
0,247 |
0,099 |
||||
biaya komunikasi |
0,165 |
0,066 |
||||
Sumber daya manusia |
0,143 |
|
|
jumlah nelayan |
0,256 |
0,037 |
jumlah personalia TPI/KUD |
0,170 |
0,024 |
||||
jumlah agen lelang |
0,274 |
0,039 |
||||
jumlah agen bongkar |
0,300 |
0,043 |
Kesimpulan
Terdapat beberapa komponen penting yang harus diperhatikan
dalam proses rantai ikan, antara lain yaitu logistik infrastruktur, pemerintah,
biaya-biaya, dan sumber daya manusia, dari keempat komponen tersebut
masing-masing komponen memiliki kepentingan masing-masing dalam rantai ikan.
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan proses hierarki analitik dapat
ditarik kesimpulan bahwa, komponen biaya-biaya yang mana di dalamnya mencakup
biaya transportasi, biaya pembelian perlengkapan, biaya produksi dan biaya komunikasi,
merupakan komponen yang memiliki pengaruh besar dalam proses rantai ikan.
Sehingga dapat diketahui bahwasannya besar kecilnya biaya yang dikeluarkan akan mempengaruhi
semua pihak yang terlibat, baik itu pihak nelayan, pihak personalia TPI/KUD, agen
bongkar dan agen lelang.
Selain komponen biaya komponen lainnya seperti halnya
logistik infrastruktur, pemerintah, maupun sumber daya manusia juga harus
diperhatikan. Hal tersebut dikarenakan semakin baiknya infrastruktur yang
disediakan akan meningkatkan kinerja semua pihak, begitu pula dengan upaya
pemerintah dalam menyediakan pelabuhan, memastikan bagaimana ketersediaan bahan
bakar solar, dan fasilitas yang memadai. Bukan hanya dalam bentuk infrastruktur
yang perlu diperbaiki, namun sumber daya manusia juga penting untuk
diperhatikan, dengan upaya memberikan pelatihan dan penyuluhan kepada setiap
pihak.
BIBLIOGRAFI
Alonso, A. D., & Northcote, J.
J. B. F. J. (2013). Investigating farmers' involvement in value-added
activities: A preliminary study from Australia. �Google Scholar
Baert, K., Van Huffel, X.,
Jacxsens, L., Berkvens, D., Diricks, H., Huyghebaert, A., & Uyttendaele, M.
J. F. r. i. (2012). Measuring the perceived pressure and stakeholders' response
that may impact the status of the safety of the food chain in Belgium. 48(1), 257-264. Google Scholar
Faqir, A. A. (2020). Sejumlah
Permasalahan Sektor Perikanan Tanah Air. Ekonomi.
Retrieved from https://www.merdeka.com/uang/sejumlah-permasalahan-sektor-perikanan-tanah-air.html
Joshi, R., Banwet, D., Shankar, R.,
Gandhi, J. J. P. P., & Control. (2012). Performance improvement of cold
chain in an emerging economy. 23(10-11),
817-836. Google Scholar
Laraswati, M., Guritno, A. D.,
Kristanti, N. E., & Suwondo, E. (2016). Analysis
Of Logistics Cost Structure Of Fish Cold Supply Chain In Java Island. Paper
presented at the AIP Conference Proceedings, Agroindustrial Technology
Department, Faculty of Agriculture Technology, Universitas Gadjah Mada, Jl.
Flora No.1, Bulaksumur, Yogyakarta, Indonesia. Google Scholar
Mengesha, B. T. (2020).
Determinants of Performance of Fish Value Chain: Evidences from Gamo Gofa Zone,
Ethiopia. Journal of Logistics
Management, 9(1), 7-16. Google Scholar
Pedroza-Guti�rrez, C., &
Hern�ndez, J. M. (2020). Social Networks and Supply Chain Management in Fish
Trade. SAGE Open, 1-18.
doi:10.1177/2158244020931815 Google Scholar
Pertana, P. R. (2022). Mulai Batasi
Penangkapan Ikan, KKP Pelototi 6 Zona Ini 24 Jam Penuh. jogja. Retrieved from https://www.detik.com/jateng/jogja/d-5918803/mulai-batasi-penangkapan-ikan-kkp-pelototi-6-zona-ini-24-jam-penuh
Pusporini, P., & Dahdah, S. S.
(2020). The Conceptual Framework of Cold Chain for Fishery Products in
Indonesia. Food Science and Technology, 8(2),
28-33.
Copyright
holder: Farizul Rahim, Said Salim Dahda (2022) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is
licensed under: |