Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 6, Juni 2022

 

PERSPEKTIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN DARING (DALAM JARINGAN) PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI SMP BATARA GOWA KABUPATEN GOWA

 

Irmawati Thahir, Megawati

Universitas Muhammadiyah Makassar, Indonesia

Email: [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Pada hakekatnya pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pendidikan. Namun sejak munculnya Corona Virus Desiase 2019 yang mewabah di Indonesia menyebabkan proses pembelajaran dilaksanakan dari rumah dengan penerapan sistem daring atau e-learning pada semua tingkatan pendidikan. SMP Batara Gowa adalah salah satu sekolah yang menerapkan sistem tersebut, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perspektif siswa dalam pembelajaran daring (dalam jaringan) pada masa pandemi Covid-19 di SMP Batara Gowa Kabupaten Gowa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan jenis pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menghasilkan tiga macam perspektif dari lima indikator. Indikator proses komunikasi pembelajaran dan respon peserta didik menunjukkan perspektif negatif. Indikator pengelolaan pelaksanaan pembelajaran menunjukkan perspektif positif. Indikator aktivitas belajar menunjukkan perspektif netral. Indikator hasil belajar siswa menunjukkan perspektif positif. Perspektif tersebut merupakan hasil wawancara dengan 10 informan di SMP Batara Gowa Kabupaten Gowa.

 

Kata kunci: Perspektif siswa, pembelajaran Daring (Dalam Jaringan)

 

Abstract

In essence, learning is the core of educational activities. However, since the emergence of the Corona Virus Desiase 2019 which broke out in Indonesia, the learning process has been carried out from home with the implementation of an online system or e-learning at all levels of education. Batara Gowa Junior High School is one of the schools that implements the system, this study aims to find out the perspective of students in online learning (online) during the Covid-19 pandemic at Batara Gowa Junior High School, Gowa Regency. The method used in this study is a qualitative method with a descriptive type of approach. The data collection techniques used are interviews and documentation. The results of this study produced three kinds of perspectives from five indicators. Indicators of the learning communication process and the response of learners show a negative perspective. Indicators of managing the implementation of learning show a positive perspective. Indicators of learning activity show a neutral perspective. Indicators of student learning outcomes show a positive perspective. The perspective is the result of interviews with 10 informants at Batara Gowa Junior High School, Gowa District.

 

Keywords: Student perspectives, Online learning (Online)

 


Pendahuluan

Saat ini pendidikan cukup memegang peranan yang begitu penting terhadap pembangunan Negara. Sejak awal abad 21 dunia pendidikan telah mengalami banyak perubahan yang tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Melihat kelambanan kualitas pendidikan untuk masyarakat Indonesia, dan juga pendidikan saat ini dilihat sebagai pilar peningkatan kualitas SDM. Kualitas pendidikan perlu terus ditingkatkan untuk menjawab tantangan dan perubahan zaman. Hal tersebut sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar sistematis terencana untuk mewujudkan suasana belajar yang efektif terhadap proses pembelajarannya agar peserta didik tampil aktif dalam mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan keagamaan, proses pengendalian diri, kepribadian yang baik, kecerdasan yang matang, akhlak dan budi pekerti mulia, dan juga keterampilan yang nanti diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Namun sejak munculnya Corona Virus Desiase 2019 yang mewabah di Indonesia dan di dunia telah menjadi sejarah pada tahun 2020. Akibatnya, pemerintah Indonesia telah menerapkan beberapa peraturan atau pedoman untuk membatasi mobilitas manusia, seperti pembelajaran jarak jauh (PJJ), belajar di rumah, bekerja di rumah atau social distancing dan semua perangkat aturan untuk mencegah penyebaran virus ini. Tanggapan pemerintah terhadap kebijakan tersebut dalam hal ini ialah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu dengan meniadakan kegiatan pembelajaran Offline atau luar jaringan di sekolah dan universitas. Hal tersebut sesuai pada Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 Satuan Pendidikan dan No 35952/MPK.A/HK/2020 (Covid-19) tentang penyelenggaraan pendidikan kedaruratan penyakit corona, dan kegiatan pembelajaran online, mencegah penyebaran Covid-19.

Kebijakan tersebut untuk menjaga kesehatan juga keselamatan pada siswa, guru, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat hal yang menjadi prioritas utama dalam menerapkan kebijakan pembelajaran daring. Oleh karena itu penetapan kebijakan pembelajaran yang diberlakukan oleh guru dan siswa ialah harus belajar mengajar dirumah secara daring. (Prabowo, 2020) mengatakan bahwa pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang dilakukan tanpa bertemu secara langsung namun, melalui media daring. Dengan belajar daring siswa jadi mendapatkan waktu luang yang cukup untuk belajar, dimana saja, dan kapan saja.

Pembelajaran daring cukup menjadi solusi di masa pandemi, meskipun begitu pembelajaran daring terlihat tidak semudah yang dibayangkan. Siswa membutuhkan waktu untuk beradaptasi menghadapi hal baru yang dapat mempengaruhi daya tangkap ilmu secara teori maupun praktiknya, terdapat pula gangguan konsentrasi saat belajar, dan tidak mendukungnya konektivitas internet sehingga mengalami hambatan dalam penyampaian materi belajar. Oleh sebab itu, ini perlu perhatian khusus untuk dunia pendidikan selama masa pandemi Covid-19. Secara khusus, guru perlu meningkatkan keterampilan pendidikan mereka untuk memenuhi kebutuhan siswa agar termotivasi saat pembelajaran daring. Berawal dari ide tersebut proses pembelajaran yang berlangsung untuk membangkitkan partisipasi siswa dalam pembelajaran, baik secara langsung maupun tidak, dalam konteks pandemi Covid-19 agar menjadi efektif. Oleh karena itu, penelitian ini untuk mengetahui bagaimana perspektif siswa dalam pembelajaran daring (dalam jaringan) pada masa pandemi covid-19 di SMP Batara Gowa Kabupaten Gowa.

 

Metode Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif lebih mengutamakan penelitian yang menghasilkan data secara deskriptif seperti kata-kata yang tertulis atau secara lisan dari orang atau perilaku yang telah diamati. (Sugiyono, 2017) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah Metode penelitian yang menitikberatkan pada suatu filsafat postpositivisme, dimanfaatkan untuk melakukan penelitian pada kondisi obyek yang alami, peneliti sebagai sumber (instrumen) kunci dan teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan (triangulasi), analisis data bersifat kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif memprioritaskan sebuah makna dari pada generalisasi. Penelitian ini menggunakana metode penelitian deskriptif. (Sugiyono, 2017) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasikan obyek sesuai dengan apa adanya. Penelitian deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau mengambarkan fakta mengenai populasi secara sistematis dan akurat. Dalam penelitian deskriptif, hasil penelitian dari kegiatan pengumpulan data disajikan sangat realistis sesuai dengan fakta yang ditemukan dilapangan.

Fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana perspektif siswa dalam pembelajaran daring serta faktor pendukung dan penghambat pada siswa di SMP Batara Gowa Kabupaten Gowa. Selain itu, informan pada penelitian ini ditentukan menggunakan cara purposive sampling yaitu teknik penentuan informan dengan pertimbangan tertentu, teknik ini dilakukan karena peneliti mempunyai pertimbangan. Informan pada penelitian ini berjumlah 10 orang sebagai informan antara lain yang terbagi atas 2 orang dari kelas VII, 2 orang dari kelas VIII, dan 2 orang dari kelas IX dengan masing-masing kategori 1 orang penilaian sangat baik dan 1 orang penilaian kurang baik jadi total informan dari siswa berjumlah 6 orang, berikutnya yang telah ditetapkan yaitu perwakilan 3 guru sebagai wali kelas dari masing-masing angkatan yaitu wali kelas VII, wali kelas VIII, dan wali kelas IX, dan kepala sekolah.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrumen wawancara dan dokumentasi. Peneliti membuat sebuah instrumen wawancara sebagai bahan analisis untuk mendapatkan hasil yang mendalam mengenai perspektif siswa terhadap pembelajaran daring yang dilakukan di SMP Batara Gowa pada masa pandemi Covid-19 serta apa saja faktor-faktor yang mendukung dan faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran daring. Setelah data diperoleh, kemudian data disusun dengan memanfaatkan teknik analisis data menggunakan model interaktif dari Miles dan Huberman. Komponen-komponen analisis data model interaktif dijelaskan (Miles & Huberman, n.d.); (Sugiyono, 2017) diantaranya yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclusion drawing/verification). Segala temuan data dalam penelitian kualitatif ini dipertanggungjawabkan dan melakukan uji keabsahan data dengan cara perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan dan triangulasi. Hal tesebut untuk membuktikan penelitian yang dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data yang diperoleh.

 

Hasil Dan Pembahasan

Hasil penelitian diketahui bahwa perspektif siswa dalam pembelajaran daring pada masa pandemi covid-19 di SMP Batara Gowa kabupaten Gowa terlihat dari pertanyaan peneliti melalui perwakilan masing-masing indikator keberhasilan pembelajaran efektif dalam pembelajaran daring yang dikemukakan oleh (Tri Widiyani, 2021) yaitu perspektif siswa diketahui dari indikator: proses komunikasi, pengelolaan pelaksanaan pembelajaran, respon peserta didik, aktivitas belajar, dan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan pengelompokkan data yang telah dihasilkan dari penelitian. Data dikelompokkan karena kriteria pengukuran perspektif dibagi menjadi 3 yaitu positif, netral dan negative (Azwar, 2010). Dengan pengelompokkan tersebut maka diuraikan hasil penelitian berdasarkan indikator keberhasilan pembelajaran efektif dalam pembelajaran daring, yaitu sebagai berikut:

1.     Proses Komunikasi

Proses sosial dalam komunikasi berupa interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal tersebut yang akhirnya menyebabkan terjadinya suatu proses perubahan prilaku manusia dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak paham akhirnya menjadi paham. Terkait hal tersebut, pada temuan di lapangan tentang proses komunikasi yang terjadi yaitu hasil kesimpulan wawancara bersama siswa yaitu siswa kurang memahami materi karena beberapa faktor kendala dan juga interaksi yang terjadi kurang. Saat kegiatan belajar mengajar siswa juga mengatakan guru hanya sekedar mengirimkan tugas dan kurang memberikan penjelasan.

saya kurang mengerti kak, khususnya pelajaran matematika jarang ada penjelasannya jadi biasa hanya lewat buku dan disuruh kerjakan. (NA)� dan �Tidak terlalu paham, saya kadang masih bingung karena kalau guru mengajar kadang hanya sekedar kirim gambar. (PW)�

Terkait menjelaskan materi sebenarnya keterampilan itu sangat penting bagi guru, karena cukup besar percakapan guru yang dapat mempengaruhi pemahaman siswa dalam bentuk penjelasan (Ulamatullah, Sedyati, & Suyadi, 2017). Jika guru bisa memaksimalkan penjelasan materi dan dapat mempengaruhi pemahaman siswa maka selain terjadinya proses perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak paham menjadi paham maka akan tercipta juga interaksi yang intens atau interaktif. Membahas interaksi yang terjadi memang bukan perihal saat guru menyampaikan materi saja atau siswa bertanya terkait materi yang belum jelas namun sebelum belajar antara guru dan siswa perlu mengetahui segala keadaan, kesiapan dan juga kendala.

Jadi, perlu diketahui bahwa proses komunikasi disebut berjalan efektif jika dapat mempengaruhi sikap, menimbulkan kesenangan, meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu tindakan. Oleh karena itu, hasil proses komunikasi diketahui bahwa siswa memiliki perspektif negatif terhadap pembelajaran daring.

2.     Pengelolaan pelaksanaan pembelajaran

Pengelolaan pelaksanaan pembelajaran adalah sebuah proses mengelola suatu sistem pada kegiatan belajar, sehingga proses pembelajaran diharapkan dapat berlangsung efektif dan efisien juga dapat memenuhi tujuan pembelajaran yang direncanakan. Pembelajaran berlangsung efektif dan efisien tidak serta-merta dapat terjadi tetapi harus bisa mengelola suatu sistem pada kegiatan belajar agar menarik minat belajar siswa dan tidak membuat siswa jenuh. Namun, pada pengelolaan pelaksanaan pembelajaran secara daring diketahui cara guru dalam menyampaikan materi kurang menarik seperti mengirim gambar, link, atau file lalu sedikit menjelaskan dan memberikan tugas.

selama ini kami belajar hanya melalui grup whatsapp biasa guru hanya mengirim gambar atau link, kadang menjelaskan sedikit lalu beri tugas dengan batas waktu. (NA)� dan �guru kalau menyampaikan materi suka kirim gambar atau file. (PW)�.

Jika guru hanya mengirim materi dalam bentuk apapun itu lalu memberatkan dengan tugas maka siswa tidak menikmati suatu proses pembelajaran. Tetapi, meskipun pengelolaan yang terbatas terkait metode dan media namun siswa yang terlambat dalam mempelajari materi yang diberikan tidak dibatasi waktunya. Proses pengelolaan pelaksanaan pembelajaran secara daring tersebut belum berlangsung maksimal terkait pemanfaatan media dan metode yang tepat, namun disisi lain melihat kekurangan dari pengelolaan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan namun guru memberikan kesempatan lebih untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dengan waktu yang tidak terbatas. Dengan begitu guru cukup menunjang kemampuan siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pengelolaan pelaksanaan pembelajaran secara daring. Oleh karena itu diketahui bahwa siswa memiliki perspektif positif.

3.     Respon Peserta Didik

Perilaku yang terjadi hasil dari stimulus dari guru kepada siswa atau tanggapan mempelajari sesuatu dengan perasaan senang (Susanti, 2008). Oleh karena itu, respon merupakan salah satu faktor penting yang dapat ikut menentukan sebuah keberhasilan belajar.

tidak mudah karena biasa terkendala pada jaringan internet. (MD)� dan �tidak. (SN)�

saya rasa tidak kondusif. (NA)� dan �saya lebih suka belajar secara offline atau luar jaringan, jadi saya rasa tidak kondusif secara daring. (PW)

(Hadisi & Muna, 2015) tentang salah satu kekurangan pembelajaran daring/e-learning yaitu keterbatasan dibeberapa tempat yang tidak memiliki akses internet sehingga pembelajaran tidak akan bisa dilakukan tanpa adanya akses internet yang memadai. Ketika akses internet terbatas atau tidak memadai maka proses pembelajaran juga menjadi terganggu, hal ini membuat pemahaman siswa terhadap materi cukup sulit karena aktifitas utamanya saat pembelajaran yaitu tidak dapat mengakses materi yang diberikan guru. Respon peserta didik terlihat siswa masih memiliki perspektif negatif pada pembelajaran daring. Karena, kendala yang belum ditemukan solusinya yaitu terbatasnya akses internet sehingga sulit dalam mengakses materi yang diberikan guru dan kondisi kelas yang tidak kondusif.

4.     Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Belajar artinya berbuat untuk mengubah tingkah laku seseorang, atau melakukan sesuatu kegiatan. Sehingga dikatakan tidak belajar kalau tidak ada aktivitas, karena suatu pembelajaran akan lebih efektif jika siswa melakukan suatu aktivitas. Aktivitas belajar dengan tatap muka membuat guru dapat memberikan materi dengan cara berinovasi sehingga kelas jadi lebih aktif yang ditunjang dengan strategi, media, pendekatan dan juga metode yang ingin diterapkan dalam meningkatkan suasana kelas agar lebih hidup dan aktif karena adanya interaksi secara langsung antara guru dan siswa. Namun, berbeda dengan aktivitas pembelajaran secara daring karena terjadinya terpisah secara fisik antara guru dengan siswa dan juga interaksi terbatas (Kembang, 2020).

tidak begitu antusias, karena saya kadang suka terganggu kalau belajar daring. (CU)� dan �tidak, saya tidak semangat ikut belajar daring. (IL)�

tidak, biasa keluar dulu kerumahnya kakak atau sepupu untuk akses jaringan. (NA)� dan �kadang ada karena suka kehabisan pulsa data. (PW)�

Sarana pendukung dari pembelajaran daring adalah teknologi informasi dan komunikasi karena proses pembelajaran berlangsung menggunakan fasilitas utama yaitu internet (Munir & IT, 2009). Dalam proses kegiatan pembelajaran daring, tentu cukup menjadi tantangan tersendiri bagi siswa. Kendala yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran daring merupakan kendala-kendala fundamental yang perlu dihadapi, seperti diantaranya kendala di jaringan internet, keterbatasan fitur aplikasi pembelajaran daring, serta kendala dalam hal pelayanan pembelajaran (Hutauruk, 2020). Kendala-kendala yang telah diketahui seharusnya menjadi hal penting yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan dan juga melaksanakan pembelajaran daring.

Hal-hal yang diupayakan atau usaha yang dilakukan yaitu dengan memfasilitasi siswa dengan buku agar tidak ketinggalan catatan materi pelajaran, siswa diberikan kesempatan untuk mengumpulkan tugas meskipun terlambat, adapun media daring yang dimanfaatkan sekolah yaitu whatsapp, karena lebih tepat sebagai media daring yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Begitu banyaknya kendala yang dihadapi oleh siswa dan tidak terlepas peran guru bahkan sekolah membuat kendala-kendala bisa teratasi semaksimal mungkin. Jadi, aktivitas belajar yang berlangsung secara daring menurut perspektif siswa yaitu netral. Karena tidak semua siswa mengalami kendala pada saat pembelajaran berlangsung dan kendala cukup terminimalisir dengan pengupayaan yang diusahakan.

5.     Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa yakni tolak ukur sejauh mana siswa dapat menguasai pembelajaran setelah mengikuti kegiatan proses belajar mengajar, atau keberhasilan yang telah dicapai oleh peserta didik.Adapun hasil belajar siswa mencakup 3 hal yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik (Setiawan, 2017). Melewati proses pembelajaran secara daring dengan suasana belajar yang baru dengan interaksi atau komunikasi yang terjadi yaitu fisik terpisah antara guru dan siswa. Hal ini tentunya memunculkan perspektif pada diri masing-masing siswa.

pembelajaran daring bagus tapi lebih efektif jika belajar secara offline atau luring. (MD)� dan �pembelajaran secara langsung lebih bagus karena kami banyak yang terkendala dengan fasilitas seperti tidak semua punya hp dan kuota untuk belajar daring selama ini. (SN)�

kurang efektif saya rasa dan saya lebih menyukai luring. (CU)� dan �pembelajaran daring tidak efektif. (IL)�

lebih baik pembelajaran secara langsung karena komunikasi dengan guru secara langsung, kalau belajar secara daring terkendala guru kadang jelaskan kadang tidak. (NA)� dan �lebih bagus belajar secara langsung. (PW)�

Siswa berpandangan bahwa pembelajaran secara langsung atau luring lebih bagus menurut mereka karena dapat berinteraksi atau komunikasi secara langsung tanpa ada hambatan seperti tidak punya hp atau kouta internet. Namun dengan segala kendala dan hambatan siswa dapat mengerjakan tugas dengan baik dari guru meskipun sering terlambat dan tidak dapat dipungkiri ada juga siswa yang jarang kumpul tugas.

iya, biasa juga bertanya ke guru tentang soal yang tidak dimengerti. (NA)� dan �kadang kerja kadang tidak, namun lebih sering tidak karena tertinggal. Biasa tugas saya juga terlambat saya kirim. (PW)�

Meskipun selama belajar secara daring penuh akan problematika tetapi siswa berusaha untuk mengerjakan segala tugas yang diberikan dan dikerjakan dengan baik walaupun sering terlambat mengumpulkan karena kendala yang dihadapi. Hal tersebut sesuai dengan salah satu ciri-ciri motivasi belajar dalam menghadapi kesulitan yaitu siswa tidak cepat putus asa dalam menghadapi beragam kesulitan (Sadirman, 1988). Dalam hal ini siswa bertanggung jawab terhadap keberhasilan belajarnya dan tetap ikut melaksanakan rangkaian proses pembelajaran.

Hasil belajar siswa di sekolah SMP Batara Gowa selama daring menunjukkan hasil yang hampir sebagian besar baik. Siswa yang ditemukan memiliki hasil yang kurang atau tidak memenuhi standar karena ketidakhadiran selama proses pelaksanaan pembelajaran secara daring. Sekolah memberikan kesempatan untuk memperbaiki dengan melengkapi tugas, catatan dan mengerjakan tugas tambahan lainnya. Pelaksanaan pembelajaran secara daring sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa (Budiasih, 2020).

Adapun beberapa faktor-faktor yang sangat mempengaruhi hasil belajar siswa terdiri atas faktor internal yaitu, faktor kelelahan meliputi kesehatan atau ketenangan dan juga faktor psikologi meliputi bakat, minat, motivasi dan juga konsentrasi. Adapun faktor eksternal yaitu terdiri atas faktor keluarga misalnya seperti cara orang tua mendidik anak-anaknya, relasi antar keluarga, suasana rumah dan juga faktor sekolah misalnya yaitu metode mengajar guru serta faktor masyarakat misalnya teman bergaul. Jadi, hasil belajar siswa yang berlangsung secara daring menurut perspektif siswa yaitu positif. Meskipun memiliki perspektif positif pada hasil belajar namun pembelajaran secara langsung atau luring lebih bagus menurut mereka karena dapat berinteraksi atau komunikasi secara langsung tanpa ada hambatan.

 

Kesimpulan

Perspektif siswa dalam pembelajaran daring (dalam jaringan) pada masa pandemi covid-19 di SMP Batara Gowa Kabupaten Gowa yaitu menunjukkan tiga perspektif berbeda dari lima indikator keberhasilan pembelajaran efektif. Indikator proses komunikasi dan respon peserta didik menunjukkan perspektif negatif karena kurangnya interaksi antara siswa dan guru untuk indikator respon peserta didik tidak terlihat peningkatan semangat belajar pada siswa karena ketidaksiapan dan beberapa faktor kendala. Indikator pengelolaan pelaksanaan pembelajaran menunjukkan perspektif positif karena guru memberikan kesempatan lebih untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dengan waktu yang tidak terbatas. Indikator aktivitas belajar menunjukkan perspektif netral karena tidak semua siswa terkendala saat belajar daring adapun yang terminimalisir kendalamnya. Indikator hasil belajar siswa menunjukkan perspektif positif karena hampir semua siswa bertanggung jawab terhadap keberhasilan belajarnya meskipun menghadapi kendala dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

 


BIBLIOGRAFI

 

Azwar, Saifuddin. (2010). Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya, Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Google Scholar

 

Budiasih, Bety. (2020). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Sdmu Ahmad Dahlan Braja Selebah. As-Salam: Jurnal Studi Hukum Islam & Pendidikan, 9(2), 241�256. Google Scholar

 

Hadisi, La, & Muna, Wa. (2015). Pengelolaan Teknologi Informasi Dalam Menciptakan Model Inovasi Pembelajaran (E-Learning). Al-Ta�dib: Jurnal Kajian Ilmu Kependidikan, 8(1), 117�140. Google Scholar

 

Hutauruk, Agusmanto J. B. (2020). Kendala Pembelajaran Daring Selama Masa Pandemi Di Kalangan Mahasiswa Pendidikan Matematika: Kajian Kualiatatif Deskriptif. Sepren, 2(1), 45. Google Scholar

 

Kembang, Lale Gadung. (2020). Perbandingan Model Pembelajaran Tatap Muka Dengan Model Pembelajaran Daring Ditinjau Dari Hasil Belajar Mata Pelajaran Ski (Studi Pada Siswa Kelas Viii) Mts Darul Ishlah Ireng Lauk Tahun Pelajaran 2019/2020. Uin Mataram. Google Scholar

 

Miles, Huberman, & Huberman, A. Michael. (N.D.). Saldana.(2014). Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook, 3. Google Scholar

 

Munir, Dr, & It, M. (2009). Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta, 24. Google Scholar

 

Prabowo, Mardianto. (2020). Persepsi Siswa Kelas Xii Terhadap Pembelajaran Daring Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Sman 1 Bintan Timur Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2020. Skripsi. Diterbitkan. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta. Google Scholar

 

Sadirman, A. M. (1988). Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru Dan Calon Guru. Rajawali Pers, Jakarta. Google Scholar

 

Setiawan, M. Andi. (2017). Belajar Dan Pembelajaran. Uwais Inspirasi Indonesia. Google Scholar

 

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D). Bandung: Alfabeta. Google Scholar

 

Susanti, Evi. (2008). Upaya Peningkatan Respon Siswa Pada Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Think Pair Share (Tps)(Ptk Pembelajaran Matematika Di Kelas Vii Smp Negeri I Polokarto Sukoharjo). Universitas Muhammadiyah Surakarta. Google Scholar

 

Tri Widiyani, Dita. (2021). Indikator Pembelajaran Efektif Dalam Pembelajaran Daring (Dalam Jaringan) Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Sman 2 Bondowoso. Universitas Muhammadiyah Jember. Google Scholar

 

Ulamatullah, Tri Suci, Sedyati, Retna Ngesti, & Suyadi, Bambang. (2017). Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Menjelaskan Guru Terhadap Pemahaman Materi Akuntansi (Studi Kasus Di Sman 1 Pakusari Semester Genap Tahun Ajaran 2016/2017). Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi Dan Ilmu Sosial, 11(1), 124�129. Google Scholar

 

Copyright holder:

Irmawati Thahir, Megawati (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: